25 Frame DPDCH dan DPCCH tidak ditransmisikan secara terpisah melainkan
ditransmisikan secara time-multiplexed. Setiap slot pada frame terdapat dua DPDCH dan tiga DPCCH. Fungsi bit-bit DPCCH pada arah downlink sama dengan fungsi bit-
bit DPCCH pada arah uplink. Laju data DPDCH arah downlink untuk faktor penyebaran yang bervariasi
diperlihatkan pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Laju data DPDCH downlink
Faktor penyebaran
Laju simbol kanal kbps
Laju bit
kanal kbps
Laju bit
DPDCH kbps
Laju data maksimal dengan
laju pengkodean ½
512 7,5
15 3 – 6
1 – 3 kbps 256
15 30
12 – 24 6 – 12 kbps
128 30
60 42 – 51
20 – 24 kbps 64
60 120
90 45 kbps
32 120
240 210
105 kbps 16
240 480
432 215 kbps
8 480
960 912
456 kbps 4
960 1920
1872 936 kbps
4, 3 dengan kode 2800
5760 5616
2,8 Mbps
2.1.6 Kontrol Daya Power Control
Kontrol daya sangat penting penerapannya pada sistem yang berbasis spektrum tersebar. Kontrol daya dibutuhkan baik pada arah uplink maupun pada arah
downlink [6],[8].
Pada arah
uplink, setiap pelanggan dijaga untuk tidak
mentransmisikan sinyal dengan daya yang sama karena sinyal pelanggan yang lebih dekat dengan Node B akan menutupi sinyal pelanggan yang lokasinya lebih jauh
near-far-effect.
Adhityia Tri Ananda Nasution : Analisis Daerah Sel Jaringan Universal Mobile Telecommunication Service UMTS Ditinjau Dari Arah UPLINK, 2009.
USU Repository © 2009
26
Gambar 2.15 Fenomena near-far-effect dan aplikasi kontrol daya pada arah uplink
Pada Gambar 2.15 dapat dilihat fenomena near-far-effect dan aplikasi kontrol daya pada arah uplink. Dengan menggunakan kontrol daya, pelanggan yang
lokasinya lebih jauh dari Node B mentransmisikan sinyal dengan daya yang lebih besar dibandingkan dengan pelanggan yang lokasinya lebih dekat.
Pada arah downlink setiap Node B mentransmisikan sinyal pada frekuensi yang sama dan akan menimbulkan interferensi. Karena itu kontrol daya diperlukan
untuk mengatur daya sinyal transmisi Node B. Sinyal transmisi Node B yang sampai ke sel yang bersebelahan dengan daya yang cukup rendah menyebabkan interferensi
yang ditimbulkan juga kecil. Pada sistem UMTS digunakan metode fast closed-loop power control.
Pengukuran kualitas sinyal dilakukan pada penerima baik pelanggan ataupun Node B. Perbandingan daya sinyal terima dengan interferensi SIR diukur setiap 667
s satu slot waktu kemudian nilainya dibandingkan dengan nilai SIR yang diinginkan
[6], [8]. Bit-bit TPC kemudian dikirim oleh penerima pada setiap slot waktu. Bit-bit ini berisikan perintah untuk menaikkan atau menurunkan level daya sinyal transmisi.
Adhityia Tri Ananda Nasution : Analisis Daerah Sel Jaringan Universal Mobile Telecommunication Service UMTS Ditinjau Dari Arah UPLINK, 2009.
USU Repository © 2009
27
BAB III PROPAGASI GELOMBANG RADIO DAN ANALISIS DAERAH CAKUPAN
SEL JARINGAN UMTS
Dalam perancangan sistem komunikasi radio diperlukan perhitungan daya keluaran pada antena penerima. Walaupun karakteristik rugi dan penguatan dari
peralatan pengirim dan penerima dapat diperoleh dari data pabrikannya, rugi efektif diantara dua antena harus diperhitungkan sebagai karakteristik dari jalur propagasi
antara dua antena. Perbandingan antara daya yang ditransmisikan dengan daya yang diterima pada antena penerima disebut dengan rugi propagasi pathloss dan
dinyatakan dalam decibel dB.
3.1 Propagasi Ruang Bebas Free Space Propagation
Gambar 3.1 memperlihatkan kasus sederhana propagasi gelombang radio yaitu propagasi line-of-sight LOS dimana tidak ada jalur pantulan yang disebabkan
permukaan tanah dan halangan lainnya [2].
Gambar 3.1 Propagasi Line-of-sight LOS
Adhityia Tri Ananda Nasution : Analisis Daerah Sel Jaringan Universal Mobile Telecommunication Service UMTS Ditinjau Dari Arah UPLINK, 2009.
USU Repository © 2009