Pengaruh Pemberian Serum Darah Sapi Dan Ayam Terhadap Pertumbuhan Tanaman Cabai Rawit (Capsicum Frutescens L.) Pada Tanah Ultisol

PENGARUH PEMBERIAN SERUM DARAH SAPI DAN AYAM TERHADAP
PERTUMBUHAN TANAMAN CABAI RAWIT (Capsicum frutescens L.)
PADA TANAH ULTISOL

SKRIPSI

Oleh :

RAHMAT WIBOWO
060303036
ILMU TANAH

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh
Gelar Sarjana (S1) di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010


PENGARUH PEMBERIAN SERUM DARAH SAPI DAN AYAM TERHADAP
PERTUMBUHAN TANAMAN CABAI RAWIT (Capsicum frutescens L.)
PADA TANAH ULTISOL

SKRIPSI

Oleh :

RAHMAT WIBOWO
060303036
ILMU TANAH

DEPARTEMEN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010

Judul Skripsi


Nama
NIM
Departemen
Minat Studi

:

Pengaruh Pemberian Serum Darah Sapi dan Ayam
Terhadap Pertumbuhan Tanaman Cabai Rawit
(Capsicum frutescens L.) Pada Tanah Ultisol
: Rahmat Wibowo
: 060303036
: Ilmu Tanah
: Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman

Disetujui Oleh :
Komisi Pembimbing

(Ir. Purba Marpaung, SU)

Anggota

( Ir. Sarifuddin, MP)
Ketua

Mengetahui

(Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP)
Ketua Departemen Ilmu Tanah

ABSTRACT

This research aims to determine the effect of blood serum of cows and
chickens on the growth of cayenne pepper (Capsicum frutescens L.) in Ultisol.
This research was done at home screen as well as laboratory chemical and soil
fertility the Faculty of Agriculture, University of North Sumatera. The design in
this study use were prepared in non factorial random, The designn consisting of 6
treatments with 4 replication. The treatments were Blanko (without the provision
of basic fertilizer and blood cerum), KO (0 % as a control as 100 cc aquades),
KS5 (5 % as 5 cc blood cerum of cows + 95 cc aquades), KS10 (10 % as 10 cc

blood cerum of cows + 90 cc aquades), KA5 (5 % as 5 cc blood cerum of
chickens + 95 cc aquades), KA10 (10 % as 10 cc blood cerum of chickens + 90 cc
aquades). Where the result is that the granting of blood cerum of cows and
chickens significant effect to improve the N-total soil, P-available Ultisol, but
there was not significant effect to K-dd soil, C-organic Ultisol.
Keywords : blood cerum of cows, blood cerum of chickens, Ultisol

i

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian
serum
darah
sapi
dan
ayam
terhadap
pertumbuhan
tanaman

cabai rawit (Capsicum frutescens L.) pada tanah Ultisol. Penelitian ini dilakukan
dirumah kasa serta dilaboratorium kimia dan keseburan tanah, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara. Rancangan yang digunakan pada penelitian ini
disusun dalam Rancangan acak kelompok Non Faktorial yang terdiri dari 6
perlakuan dengan 4 ulangan. Perlakuannya adalah Blanko (tanpa pemberian
pupuk dasar dan serum darah), K0 (0 % sebagai kontrol yaitu 100 cc aquades),
KS5 (5 % yaitu 5 cc serum darah sapi + 95 cc aquades), KS10 (10 % yaitu 10 cc
serum darah sapi + 90 cc aquades), KA5 (5 % yaitu 5 cc serum darah ayam + 95
cc aquades), dan KA10 (10 % yaitu 10 cc serum darah ayam + 90 cc aquades).
Dimana hasilnya adalah bahwa pemberian serum darah sapi dan ayam
berpengaruh nyata meningkatkan N-total tanah, P-tersedia tanah ultisol, dan bobot
kering tanaman, tetapi tidak berpengaruh nyata meningkatkan K-dapat tukar (Kdd) dan C-organik tanah Ultisol.
Kata Kunci

: Serum darah sapi, serum darah ayam, tanah ultisol

RIWAYAT HIDUP
ii
Penulis dilahirkan di Sukajadi pada tanggal 28 April 1989 dari bapak
Parlan dan ibu Parni. Penulis merupakan anak ketiga dari enam bersaudara.

Riwayat Pendidikan :
-

SD Negeri 117493 Sungai Kanan lulus tahun 2000.

-

MTs Negeri Sungai Kanan lulus tahun 2003.

-

SMA Negeri 1 Rantau Utara lulus tahun 2006.

-

Lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara (USU) Medan melalui
jalur SPMB pada tahun 2006 dan memilih program studi Ilmu Tanah,
Fakultas Pertanian.

Aktifitas Selama Perkuliahan :

-

Asisten di Laboratorium untuk mata kuliah Kesuburan Tanah dan Nutrisi
Tanaman 2008-2009.

-

Asisten di Laboratorium untuk mata kuliah Evaluasi Kesesuaian Lahan
2009-2010.

-

Pengurus Ikatan Mahasiswa Ilmu Tanah (IMILTA) FP USU

-

Pengurus Pengajian Al-bayan Ilmu Tanah 2009-2010

-


Melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PTPN IV Kebun Laras
Kabupaten Simalungun

-

Peserta Seminar dan Loka Karya ”Membudayakan Tindakan Konservasi
SDA pada Setiap Aspek Kehidupan” di FP USU Medan, 31 Januari 2009.

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat
dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Aadapun judul dari skripsi ini adalah “Pengaruh Pemberian Serum
Darah Sapi dan Ayam Terhadap Pertumbuhan Tanaman Cabai Rawit
(Capsicum frutescens L.) Pada Tanah Ultisol“ yang merupakan sebagai salah
satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Departemen Ilmu Tanah
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada Ir. Sarifuddin, MP, dan Ir, Purba Marpaung, SU, selaku ketua

dan anggota komisi pembimbing, dan seluruh pihak yang membantu penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
untuk perbaikan skripsi ini di masa yang akan datang.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini
bermanfaat bagi kita semua.
Medan, November 2010

Penulis

iv

DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT……………………………………………………………... i
ABSTRAK………………………………………………………………. ii
RIWAYAT HIDUP………………………………………………………. iii
KATA PENGANTAR……………………………………………………. iv
DAFTAR ISI………………………………………………………………v

DAFTAR TABEL…………………………………………………………vi
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………….. vii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ...............................................................................
Tujuan Penelitian ...........................................................................
Hipotesa Penelitan..........................................................................
Kegunaan Penelitian.......................................................................

1
2
2
3

TINJAUAN PUSTAKA
Serum Darah Hewan ...................................................................... 4
Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Rawit .......................................... 14
Karakteristik Ultisol ....................................................................... 15
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 18
Bahan dan Alat ............................................................................... 18

Metode Penelitian........................................................................... 18
Pelaksanaan Penelitian ................................................................... 19
Persiapan Tanah .................................................................... 19
Analisis Awal ...................................................................... 20
Pembuatan Serum Darah ....................................................... 20
Pembuatan Konsentrasi Serum ........................................... 20
Pemupukan ............................................................................ 20
Aplikasi Perlakuan ................................................................ 21
Pemeliharaan ......................................................................... 21
Pemanenan ............................................................................ 21
Peubah Amatan Yang di Ukur ....................................................... 21
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil ............................................................................................... 22
Pembahasan .................................................................................... 26
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan .................................................................................... 30
Saran ............................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

v

DAFTAR TABEL

Nomor

1.

Judul

Halaman

Tabel 1. Rataan Nilai N-Total Tanah, P-Tersedia Tanah, K-Dapat
Tukar (K-dd), C-Organik Tanah oleh Pengaruh Pemberian Serum
Darah Sapi dan Ayam.....................................................................

22

2. Tabel 2. Rataan Nilai Bobot Kering Tanaman oleh Pengaruh
Pemberian Serum Darah Sapi dan Ayam. .....................................

25

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Judul

Halaman

1. Analisis Awal Tanah Sebelum Perlakuan ....................................................... 33
2. Tabel Analisis N-Total Tanah ....................................................................... 34
3. Tabel Sidik Ragam N-Total Tanah .............................................................. 34
4. Tabel Analisis P-Tersedia Tanah .................................................................. 35
5. Tabel Sidik Ragam P-Tersedia Tanah.............................................................35
6. Tabel Analisis K-dd Tanah ........................................................................... 36
7. Tabel Sidik Ragam K-dd Tanah ..................................................................... 36
8. Tabel Analisis C-Organik Tanah ................................................................... 37
9. Tabel Sidik Ragam C-Organik Tanah ............................................................ 37
10. Tabel Analisis Bobot Kering Tanaman .......................................................... 38
11. Tabel Sidik Ragam Bobot Kering Tanaman .................................................. 38
12. Kriteria Sifat Kimia Tanah ............................................................................. 39
13. Foto-Foto Tanaman ........................................................................................ 40

ABSTRACT

This research aims to determine the effect of blood serum of cows and
chickens on the growth of cayenne pepper (Capsicum frutescens L.) in Ultisol.
This research was done at home screen as well as laboratory chemical and soil
fertility the Faculty of Agriculture, University of North Sumatera. The design in
this study use were prepared in non factorial random, The designn consisting of 6
treatments with 4 replication. The treatments were Blanko (without the provision
of basic fertilizer and blood cerum), KO (0 % as a control as 100 cc aquades),
KS5 (5 % as 5 cc blood cerum of cows + 95 cc aquades), KS10 (10 % as 10 cc
blood cerum of cows + 90 cc aquades), KA5 (5 % as 5 cc blood cerum of
chickens + 95 cc aquades), KA10 (10 % as 10 cc blood cerum of chickens + 90 cc
aquades). Where the result is that the granting of blood cerum of cows and
chickens significant effect to improve the N-total soil, P-available Ultisol, but
there was not significant effect to K-dd soil, C-organic Ultisol.
Keywords : blood cerum of cows, blood cerum of chickens, Ultisol

i

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian
serum
darah
sapi
dan
ayam
terhadap
pertumbuhan
tanaman
cabai rawit (Capsicum frutescens L.) pada tanah Ultisol. Penelitian ini dilakukan
dirumah kasa serta dilaboratorium kimia dan keseburan tanah, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara. Rancangan yang digunakan pada penelitian ini
disusun dalam Rancangan acak kelompok Non Faktorial yang terdiri dari 6
perlakuan dengan 4 ulangan. Perlakuannya adalah Blanko (tanpa pemberian
pupuk dasar dan serum darah), K0 (0 % sebagai kontrol yaitu 100 cc aquades),
KS5 (5 % yaitu 5 cc serum darah sapi + 95 cc aquades), KS10 (10 % yaitu 10 cc
serum darah sapi + 90 cc aquades), KA5 (5 % yaitu 5 cc serum darah ayam + 95
cc aquades), dan KA10 (10 % yaitu 10 cc serum darah ayam + 90 cc aquades).
Dimana hasilnya adalah bahwa pemberian serum darah sapi dan ayam
berpengaruh nyata meningkatkan N-total tanah, P-tersedia tanah ultisol, dan bobot
kering tanaman, tetapi tidak berpengaruh nyata meningkatkan K-dapat tukar (Kdd) dan C-organik tanah Ultisol.
Kata Kunci

: Serum darah sapi, serum darah ayam, tanah ultisol

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Berdasarkan rata-rata produksinya, ternyata cabai rawit di Indonesia masih
rendah, yaitu 2,4 ton/ha jika dibandingkan dengan negara-negara Cina, Thailand
dan Turki yang berturut-turut 13,9 ton/ha, 10 ton/ha dan 14 ton/ha (Setiadi, 2004).
Salah satu cara meningkatkan produksinya adalah dengan pemupukan.
Saat ini harga pupuk kimia melambung hingga tidak terjangkau sebagian
masyarakat dan penggunaannya berdampak negatif terhadap lingkungan maupun
kehidupan manusia. Serum darah hewan dari darah limbah Rumah Potong Hewan
(RPH) mengandung hormon auksin untuk pertumbuhan dan unsur hara yang
berguna dalam proses fisiologi tanaman. Serum darah hewan memiliki manfaat
yakni teknologi terjangkau, pupuk efisien, ramah lingkungan, mengatasi
pencemaran lingkungan, serta meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman.
Tanah Ultisol mempunyai sebaran yang cukup luas 29,7 % dari total
daratan di Indonesia (Subagyo, dkk, 2000). Namun, tanah Ultisol memiliki
permasalahan yaitu ketersediaan unsur hara dan kandungan bahan organik yang
rendah sehingga menghambat pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu maka harus
diberikan pemupukan atau penambahan bahan organik untuk memperbaiki
kesuburan tanah antara lain menggunakan serum darah.
Serum darah adalah cairan kuning kemerahan supernatan yang terbentuk
setelah darah mengendap. Pada dasarnya serum darah adalah plasma dikurangi
fibrinogen dan faktor-faktor penggumpalan darah. Serum darah hewan terdiri dari
air 92% dan zat-zat lain 8%. Serum darah diperoleh dari darah segar melalui

proses sentrifuge, dengan jumlah kira-kira 35-50% dari volume darah keseluruhan.
Komponen serum darah sapi (mg/100gr) yaitu

N = 0,0084; P = 0,1000;

K = 0,0098; C-Organik = 3,2760; Bahan Organik = 56,4800; Kadar Air = 93,9590
dan komponen serum darah ayam yaitu N = 0,0058; P = 0,2000; K = 0,014;
C-Organik = 5,3040; Bahan Organik = 9,1400, dan Kadar Air = 89,9300
(Dukes dalam Rahayu, 2002).
Pada penelitian serum darah yang telah dilakukan Sasongko (1995) antara
lain penggunaan serum darah kambing yang disiramkan pada tanaman tomat
seminggu sekali dengan konsentrasi 5% dapat meningkatkan hasil produksi
sebesar 82%.
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk meneliti bagaimana
pengaruh pemberian serum darah sapi dan ayam terhadap pertumbuhan tanaman
cabai rawit (Capsicum frutescens L.) pada tanah Ultisol.

Tujuan Penelitian

serum

Penelitian

ini

darah

sapi

bertujuan
dan

untuk
ayam

mengetahui
terhadap

pengaruh

pertumbuhan

pemberian
tanaman

cabai rawit (Capsicum frutescens L.) pada tanah Ultisol.

Hipotesis Penelitian

Pemberian serum darah sapi dan ayam dapat meningkatkan kadar hara
tanah dan pertumbuhan tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.) pada tanah
Ultisol.

Kegunaan Penelitian

1. Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat berguna bagi kepentingan ilmu
pengetahuan dan dapat dimanfaatkan pula bagi para petani untuk
mengurangi penggunaan pupuk anorganik.
2. Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana pertanian
di Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,
Medan.

TINJAUAN PUSTAKA

Serum Darah Hewan

Apabila darah menggumpal di dalam suatu tabung reaksi, terbentuklah suatu
massa padat yang berwarna merah. Akan tetapi bila di biarkan agak lama, gumpalan
itu akan berkontraksi dan menghasilkan cairan kuning supernatan yang dinamakan
serum. Pada intinya serum adalah plasma dikurangi fibrinogen dan faktor-faktor
penggumpalan darah, serum darah hewan terdiri dari air sebanyak 92% dan zat-zat
lain sebanyak 8% (Frandson, 1981).
Plasma adalah bagian dari darah, merupakan suatu larutan yang luar biasa
mengandung banyak sekali ion, molekul anorganik dan molekul organik yang sedang
diangkut ke berbagai bagian tubuh atau membantu transport zat-zat lain. Plasma
adalah darah di tambah fibrinogen, plasma mengandung gas, glukosa, lemak, subtansi
non protein, nitrogen, enzim, hormon, vitamin, dan pigmen. Protein plasma terdiri
dari 90% air dan 10% zat padat. Bahan padat ini terdiri dari 7% protein yang meliputi
antibodi, phospolipida cholesterol, glukosa, enzim sedangkan bahan anorganik bukan
protein terdiri dari P, Na, Ca, K, Mg, Fe, dan HC03 (Ganong, 2003).
Menurut Dukes (1955), komposisi serum darah hewan sangat kompleks dan
dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu (1) air, (2) oksigen, karbondioksida, dan
nitrogen (3) protein, lesitin, albumin, dan fibrinogen (4) laktosa, piruvat (5) lipida,
lesitin, kolesterol. Selain itu juga mengandung hormon pertumbuhan. Hormon
pertumbuhan yang terkandung dalam serum darah disebabkan karena darah dipompa

oleh jantung, menyerap sari-sari makanan dari dinding usus halus, beredar ke seluruh
tubuh kemudian masuk ke dalam ginjal dan akhirnya kembali ke jantung lagi. Zat-zat
yang tidak dibutuhkan oleh tubuh hewan akan di saring oleh ginjal, salah satu filtrat
adalah urine. Pada serum juga terdapat bermacam-macam protein dan mineral yang
merupakan sumber unsur hara makro dan mikro untuk tanaman. Kandungan protein
atau mineral di dalam serum darah dari berbagai hewan berlainan baik kualitas
dan kuantitasnya, karena hal ini di pengaruhi oleh macam pakan hewannya. Adapun
kandungan unsur hara yang dimiliki dalam komponen serum darah sapi antara lain
(mg/100gr) yaitu N = 0,0084; P = 0,1000; K = 0,0098; C-Organik = 3,2760; Bahan
Organik = 56,4800; Kadar Air = 93,9590 dan komponen serum darah ayam antara
lain yaitu N = 0,0058; P = 0,2000; K = 0,0145; C-Organik = 5,3040; Bahan Organik
= 9,1400, dan Kadar Air = 89,930% (Dukes dalam Rahayu, 2002).
Karbohidrat tersusun dari C, H, dan O mulai dari bentuk gula sederhana
sampai selulosa. Lemak merupakan gliserida dan asam lemak seperti butirat, stearat,
oleat dan lain-lain. Lignin yang juga ditemukan dalam jaringan tua juga tersusun dari
C, H, dan O dalam bentuk struktur lingkaran. Protein merupakan senyawa paling
kompleks yang tersusun dari C, H, O, N, P, S, Fe dan beberapa unsur lainnya.
Sumber dan komposisi bahan organik yang telah dikemukakan sangat menentukan
kecepatan dekomposisi dan senyawa yang dihasilkannya. Berdasarkan kecepatan
reaksi dekomposisi, bahan organik dapat dikelompokkan menjadi senyawa yang
cepat dan yang lambat sekali didekomposisikan. Hemi selulosa merupakan senyawa
yang berada di antara cepat dan lambat didekomposisikan. Bahan organik yang cepat
didekomposisikan adalah ; gula, zat pati, dan protein sederhana, protein kasar, hemi

selulosa, dan bahan organik lambat sekali didekomposisikan adalah ; hemi selulosa,
selulosa, lignin, lemak, waks, dan lain-lain (Hakim, dkk, 1986).
Serum darah juga merupakan zat pengatur tumbuh yang dapat meningkatkan
kualitas dan kuantitas tanaman adenium. Karena dalam kandungan serum, salah satu
hara

yang

terkandung

di

dalam

serum

adalah

terdapat

protein.

Menurut Guyton (1997), bahwa di dalam protein serum darah hewan terdapat 3
kandungan protein utama yaitu albumin, globulin dan fibrinogen. Prinsip dasar
albumin memberikan tekanan osmotik larutan, mencegah tekanan osmotik plasma
berkurang dari pembuluh kapiler. Unsur globulin di dalamnya terdapat enzim plasma
yang berperan terhadap kekebalan dan menghadapi serangan organisme pengganggu
(Guyton,1997).
Evaluasi mineral pakan pada ternak atas dasar kandungan mineral dalam
darah. Darah sebagai jaringan pengangkut terbesar, kadang-kadang digunakan pada
sejumlah eksperimen. Ketentuannya, Ca dan P anorganik ditentukan dalam serum
darah; Mg, Na, dan unsur mikro ditentukan dalam darah keseluruhan maupun
serumnya (Abun, 2007).
Pupuk organik cair yang diperoleh dari urine mengandung hormon auksin
cukup tinggi sehingga baik untuk pupuk sumber zat tumbuh. Serum darah ternak dari
tempat-tempat pemotongan hewan dapat dimanfaatkan sebagai sumber nutrisi bagi
tanaman (Anonim, 2009).
Walaupun hormon sudah populer, namun masih banyak yang belum
mengetahui apakah sebenarnya hormon itu, bahan atau organ apa yang
menghasilkannya, juga peranan atau pengaruhnya bagi ternak atau tanaman. Sejarah

penelitian berjalan terus dan terbukalah tabir, bahwa manusia dan hewan memiliki
kelenjar-kelenjar yang fungsinya sama. Akhirnya ditemukan pula, bahwa tumbuhan
pun mempunyai hormon sendiri, dalam perkembangan selanjutnya lalu dikenal
hormon hewani dan hormon nabati (Rismunandar, 1999).
Plasma dan serum menurut Marshall, dan Halnan (1946) bagian darah yang
merupakan cairan yang berwarna kekuningan yang jelas terlihat sewaktu sel-sel darah
mengendap di dasar tabung. Selanjutnya dijelaskan bahwa volume serum darah dan
plasma darah hewan berkisar 35 % - 50 % dari volume darah keseluruhan, tergantung
dari jenis hewannya. Tetapi volume serum darah hewan lebih dari 50 % dari volume
darah keseluruhan. Untuk memperoleh serum darah dan plasma darah dapat
dilakukan dengan cara darah hewan segar dipusingkan dengan kecepatan 3000 kali
per menit, selama 30 menit, kemudian serum darah dan plasma darah dapat
dipisahkan dari endapan darahnya. darah bila disentrifus akan terpisah menjadi dua
fraksi yang berbeda, yaitu elemen-elemen seluler, yang terdiri dari eritrosit, leukosit,
trombosit atau keping darah, plasma dan serum yang mengandung air 91 % - 92 %,
protein 7 %, elektrolit, glukosa, enzim, dan hormon. Plasma dan serum darah hewan
mengandung 92 % air dan 8 protein, lemak, karbohidrat, garam-garam, minyak, dan
bermacam-macam hasil metabolisme (Marshall, dan Halnan, 1946).
Kini hormon didefenisikan sebagai suatu substansi organik fisiologik yang
dibebaskan oleh sel-sel hidup dari suatu daerah terbatas pada organisme yang
berdifusi atau diangkut kesuatu lokasi dalam organisme yang sama dimana ia
menyebabkan penyesuaian yang cenderung untuk mengintegrasikan bagian-bagian
dan fungsi-fungsi komponen-komponen organisme. Mengenai mekanisme kerja

hormon dalam darah pada hewan atau pun tanaman belum dapat diberikan suatu
penjelasan yang gamblang. Perlu disadari bahwa suatu hormon dapat bekerja melalui
beberapa mekanisme yang berbeda, oleh karena itu tidak ada satu mekanisme yang
dapat menerangkan semua kegiatan suatu hormon. Beberapa mekanisme kegiatan
hormon telah dikemukakan. Ditemukan bahwa sejumlah hormon yang berbeda-beda
bekerja pada pengangkutan aktif melalui dinding sel dalam darah. Hal ini telah
diperlihatkan misalnya untuk insulin dalam hal pengangkutan glukosa kedalam sel
dalam darah dan untuk hormon STH (somatotropik) dalam pengangkutan asam-asam
amino. Hormon ini adalah suatu hormon penting dilihat dari kerja morfogenetiknya
dimana pertumbuhan organisme secara keseluruhan mencerminkan kerja hormon ini
(Toelihere, 1981).
Apabila darah menggumpal di dalam suatu tabung reaksi, terbentuklah suatu
massa padat yang berwarna merah. Akan tetapi bila dibiarkan agak lama, gumpalan
itu akan berkontraksi dan menghasilkan cairan kuning supernatan yang dinamakan
serum. Pada intinya, serum adalah plasma darah dikurangi fibrinogen dan faktorfaktor penggumpalan darah (Frandson, 1981).
Dalam tubuh hewan dan tanaman terjadi proses yang sama untuk
mempertahankan hidupnya. Proses ini disebut metabolisme, yang mengubah zat
karbohidrat, lemak, dan protein menjadi energi atau panas. Hewan dan tanaman
dalam gerak pertumbuhannya bergantung pada faktor ektern dan intern, pada tanaman
yang lebih tampak adalah faktor ekstern yakni sinar matahari, suhu udara, air dan
kelembaban udara. Timbul pertanyaan apakah ada faktor intern yang ikut berperan
dalam kelangsungan pertumbuhan vegetatif tanaman. Pembentukan hormon auksin

dalam tubuh tanaman khususnya

dalam titik tumbuh, merupakan suatu proses

bikimiawi. Dengan kata lain hormon auksin adalah sejenis bahan organik yang dapat
mengatur segala bentuk gejala pertumbuhan tanaman dan dapat aktif di luar titik
tumbuhnya dalam jumlah yang sedikit. Namun sudah lama diketehui, bahwa hormon
auksin merupakan sejenis zat protein berbahan baku asam amino (Rismunandar,1999).
Perkataan hormon, yang berarti penggerak atau perangsang, meliputi
pengertian setiap jenis hormon pada hakikatnya mempunyai daya membangun,
merangsang, menstimulasi bagian-bagian tubuh tertentu, hormon berfungsi pila
sebagai unsur dalam metabolisme zat karbohidrat dan lainnya. Hormon adalah sejenis
bahan organik, dan dapat pula digolongkan dalam jenis-jenis zat protein
(Rismunandar, 1999).
Di dalam darah, serum (bahasa Inggris: blood serum) adalah komponen yang
bukan berupa sel darah, juga bukan faktor koagulasi; serum adalah plasma darah
tanpa fibrinogen, (bahasa Latin: serum) berarti bagian tetap cair. Serum terdiri dari
semua protein (yang tidak digunakan untuk pembekuan darah) termasuk cairan
elektrolit, antibodi, antigen, hormon, dan semua substansi exogenous. Rumusan
umum yaitu: serum = plasma - fibrinogen - protein faktor koagulasi. Studi yang
mempelajari serum disebut serologi. Serum digunakan dalam berbagai uji diagnostik
termasuk untuk menentukan golongan darah. Serum protein (bahasa Inggris: globular
protein, spheroprotein) merupakan salah satu dari tiga jenis protein di dalam tubuh
yang terbentuk dari asam amino berupa larutan koloidal di dalam plasma darah.
Protein (bahasa Yunani: proteios) berarti utama (bahasa Inggris: first rank). Serum
protein tidak mengandung fibrin (bukan merupakan fibrous protein) sehingga dapat

terlarut. Total serum protein dalam darah sekitar 7,2 - 8 g/dl atau sekitar 7% dari
volume darah keseluruhan dengan berbagai kegunaan: Sirkulasi molekul lipida,
hormon, vitamin dan zat besi; Enzim, komponen komplemen, protease inhibitor dan
kinin precursor; dan regulasi aktivitas, fungsional non seluler dalam sistem kekebalan
(Wales, 2010).
Menurut Suyono, dkk (1994) plasma mengandung beberapa senyawa kimia,
yaitu air, gas, protein, glukosa, lemak, substansi non protein, nitrogen, enzim,
hormon, vitamin, dan pigmen. Protein plasma terdiri dari 90 % air dan 10 % zat
padat. Bahan padat ini terdiri dari 7 % berbagai macam protein dan 0,9 % bahan
organik, selebihnya adalah bahan anorganik bukan protein. Bahan padat organik
terdiri dari 7 % protein yang meliputi antibodi, fosfolipid kolesterol glukosa, enzim
dan hormon, sedangkan bahan anorganik bukan protein terdiri dari Na, Ca, K, Mg, P,
J, Fe, Cu, dan HCO3. Komposisi pada plasma dan serum darah hewan adalah sangat
kompleks. Komposisi plasma dan serum darah hewan menjadi 8 bagian, yaitu : air,
gas (oksigen, karbondioksida, nitrogen), protein (albumin, globulin, fibrinogen),
glukosa, laktosa, piruvat, lipida (lemak, lecitin, kolesterol), substansi nitrogen non
protein, substansi anorganik (natrium, potasium, kalsium, magnesium, besi, Cl, sulfat,
mangan, kobalt, seng, iodin, dan lain-lain), enzim, hormon, vitamin-vitamin, pigmen,
dan lain-lain (Suyono, dkk, 1994).
Salah satu hormon yang terkandung dalam serum darah hewan adalah
merupakan hormon pertumbuhan. Darah dipompa oleh jantung, menyerap sari-sari
makan dari dinding usus halus, beredar keseluruh tubuh, kemudian masuk ke dalam
ginjal dan akhirnya kembali lagi ke jantung. Zat-zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh

hewan akan disaring oleh ginjal. Salah satu filtrat oleh ginjal adalah urin. Urin
ternyata merupakan suatu substansi yang mengandung auksin yang merupakan
hormon pertumbuhan pada tanaman. Menurut Supriyadi, dan Gatot ( 1985 ) urin
mengandung senyawa-senyawa auksin, sitokinin, dan gibberellin, yang merupakan
filtrat dari darah oleh ginjal. Urin hewan, terutama sehabis makan makanan yang
berasal dari tumbuhan, mengandung zat pengatur tumbuh. Karena urin mengandung
hormon pertumbuhan, sedangkan urin itu sendiri merupakan filtrat dari darah oleh
ginjal, maka dapat disimpulkan bahwa dalam serum darah hewan juga mengandung
hormon pertumbuhan (Supriyadi, dan Gatot, 1985).
Zat-zat selain air yang menyusun komponen 8% dari plasma dalam serum
darah dapat dibagi berdasarkan berat molekulnya. Yang berat molekulnya melebihi
50.000 gram/molekul adalah protein, yang merupakan 7/8 dari fraksi plasma (7
gram/100 ml). yang berat molekulnya kurang dari 50.000 meliputi glukosa, lipid,
asam amino, hormon, NaCl dan elektrolit lainnya, garam-garam mineral anorganik,
produk buangan metabolik, seperti urea, asam urat dan kretinin. Ini semua sebanyak
1/8 bagian plasma (Frandson, 1981).
Plasma darah merupakan cair darahan yang didapat dengan membuat darah
tidak beku dan sel darah tersentrifugasi yang terdiri dari 90% air, 7-8% protein, dan
di dalam plasma terkandung pula beberapa komponen lain seperti garam-garam,
karbohidrat, lipid, dan asam amino. Karena dinding kapiler permiabel bagi air dan
elektrolit maka plasma darah selalu ada dalam pertukaran zat dengan cairan
interstisial dan dalam waktu 1 menit sekitar 70% cairan plasma bertukaran dengan
cairan interstisial. Serum darah adalah cairan bening yang memisah setelah darah

dibekukan, protein dalam plasma memiliki konsentrasi sekitar 1 mmol/L dengan
bantuan elektroforesis dapat dipisahkan menjadi fraksi albumin serta fraksi globulin.
Sekitar 56% protein plasma merupakan fraksi albumin, 4% adalah 1-globulin, 2globulin sebanyak 10%, globulin 12%, dan 18% dari jumlah protein plasma
merupakan globulin yang diperlukan untuk berbagai fungsi biologik dan mempunyai
fungsi transpor khusus untuk kelompok 1- globulin yaitu transkobalamin yang
mengangkut vitamin B12 dan transkortin yang mengangkut kortisol dan bertanggung
jawab untuk transpor besi bervalensi tiga dalam plasma. Sementara itu, globulin
merupakan glikoprotein yang pada pemisahan elektroforesis bergerak paling lambat
karena peran sertanya pada reaksi imun, maka globulin disebut juga imunoglobin
(IgG). Protein plasma juga mempunyai peran yang penting dalam pengaturan
distribusi air antara plasma dan ruang interstisial, karena sebagai protein ia tidak
dapat melewati dinding kapiler. Dengan demikian, tekanan osmotik koloidnya akan
menahan air dalam sirkulasi darah dan peran yang terbesar dilakukan albumin (± 80%)
juga mempunyai arti yang besar untuk ikatan protein (Anonim, 2010).
Darah hewan setelah dipisahkan dengan sentriuge terdapat bagian atas
merupakan serum berwarna kekunung-kuningan (30-50%), dan bagian bawah
merupakan sel darah merah. Komponen serum darah terdiri atas protein, fibrinogen,
albumin, alfa-globulin, beta-globulin, gamma-globulin, lemak, gula, asam amino,
urea, dan garam (Rahayu, 2002).
Protein plasma dalam serum darah hewan terdiri dari dua jenis utama,
albumin dan globulin. Jenis-jenis tersebut adalah alfa-1, alfa-2, beta-2, dan gamma.
Alfa- dan beta-globulin disintesis dalam hati. Gamma-globulin disintesis oleh sel

plasma dan limfosit pada saat sel-sel ini dirangsang oleh antigen. Fibrinogen adalah
suatu beta-1 globulin yang disintesis di dalam hati. Albumin adalah protein yang
melimpah di dalam plasma, yang merupakan protein utama yang dihasilkan oleh hati.
Fungsi protein plasma dalam serum darah hewan yaitu pertama sebagai fungsi
angkutan yakni banyaknya zat-zat plasma yang tidak larut di dalam air, tetapi apabila
terikat dalam protein plasma menjadi terlarut dan karenanya mudah diangkut di
dalam plasma, fungsi kedua imunitas yakni fraksi gamma globulin dari protein
plasma terkait dengan imunitas dan resistensi terhadap penyakit. Ketiga fungsi
sebagai bufer, protein plasma membantu mencegah terjadinya perubahan-perubahan
besar dalam pH (derajat keasaman atau kebasaan) darah, dan yang terakhir yaitu
fungsi mempertahankan tekanan osmotik, hal ini terjadi karena tekanan osmotik
tergantung pada jumlah partikel-partikel yang aktif secara osmotis di dalam larutan,
dan bukannya massa dari partikel dan jumlah protein dengan berat molekul rendah
sangat banyak dibandingkan dengan jumlah protein dengan berat molekul yang tinggi
(Frandson, 1981).
Hormon dan enzim efektif dalam darah jumlahnya kecil dan tidak ikut
dikonsumsi oleh banyak proses-proses metabolik hewan yang dipengaruhi atau
diinisiasinya. Tetapi kemiripannya hanya sampai disitu. Enzim-enzim hampir selalu
merupakan protein, sedangkan hormon bisa merupakan protein, peptida yang lebih
pendek, asam-asam amino tunggal dan turunannya. Enzim bisa disintesis dalam
sebuah sel untuk berfungsi disana atau mungkin disekresikan kebagian eksterior
melalui proses-proses transport aktif dan bahkan seluruh bagian tubuh hewan, dimana
hormon tersebut mungkin memberikan efek-efeknya pada sejumlah jaringan target

yang berbeda. Enzim umumnya sangat spesifik, mengkatalis suatu reaksi tunggal atau
jenis reaksi tunggal. Hormon memiliki jaringan-jaringan yang berbeda dalam
organisme yang sama. Hal itu biasanya tidak terjadi pada enzim. Hormon memainkan
peranan kunci dalam mempertahankan kadarnya sendirin melalui umpan balik negatif
yang melibatkan hormon-hormon tropik dan faktor-faktor pelepas dari hipotalamus,
hal ini tidak terjadi pada enzim (Fried, dan Hademenos, 2009).

Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Rawit

Tanaman cabai rawit mempunyai daya adaptasi luas terhadap lingkungan
tumbuh di daerah subtropis dan tropis. Di Indonesia, tanaman cabai rawit dapat
dibudidayakan di dataran rendah (0-200 m dpl) sampai dataran tinggi (> 700 m dpl).
Tanaman cabai rawit dapat tumbuh optimal pada daerah yang mempunyai kisaran
suhu udara antara 180 C-270 C. Tanaman cabai rawit tidak menghendaki kelembapan
dan curah hujan yang tinggi serta iklim yang basah, karena pada keadaan tersebut
tanaman akan mudah terserang penyakit. Kelembapan udara yang baik bagi
pertumbuhan tanaman cabai rawit adalah berkisar antara 50%-80% dengan curah
hujan 600 mm- 1.250 mm (Rukmana, 2002).
Tanah merupakan tempat tumbuh tanaman. Oleh karena ini, tanah harus subur
dan kaya akan bahan organik. Derajat keasaman tanahnya (pH tanah) antara 6,0-7,0,
tetapi akan lebih baik kalau pH tanahnya 6,5. Tanah harus bertekstur remah atau
gembur. Walaupun demikian cabai masih dapat di tanam di tanah lempung (berat),
tanah agak liat, tanah merah, maupun tanah hitam. Tanah yang demikian harus diolah
terlebih dulu sebelum ditanami (Setiadi, 2004).

Karakteristik Ultisol

Dari semua jenis tanah yang ada di Indonesia, tanah podsolik merah kuning
atau Ultisol merupakan yang terluas penyebarannya, kira-kira 30% dari luas daratan
Indonesia. Luas penyebaran jenis tanah ini (dari luas masing-masing pulau),
Sumatera (43,5%), Kalimantan (29,9%), Sulawesi (10,3%), dan Irian Jaya (23,0%)
(Hakim, dkk, 1986).
Tingkat pelapukan dan pembentukan Ultisol berjalan lebih cepat pada daerahdaerah yang beriklim humid dengan suhu tinggi dan curah hujan tinggi (seperti
halnya Indonesia). Ini berarti Ultisol merupakan tanah yang telah mengalami
pencucian sangat intensif. Hal ini menyebabkan tanah Ultisol mempunyai kejenuhan
basa-basa rendah (kurang dari 355 pada standar pH 8,2) dan kadar mineral lapuknya
sangat rendah. Karena itu Ultisol ini miskin secara kimia dan secara fisik dengan
adanya horison B argilik membatasi pertumbuhan dan penetrasi akar tanaman. Selain
itu Ultisol juga mempunyai kendala kemasaman tanah, kejenuhan Al tinggi, kapasitas
tukar kation rendah (kurang dari 24 me. Per 100 gram tanah), kandungan nitrogen
rendah, kandungan fosfor dan kalium rendah serta sangat peka terhadap erosi
(Munir, 1995).
Proses pembentukan tanah di Indonesia yang beriklim humid berjalan lebih
cepat daripada di daerah iklim lain karena gerakan air ke bawah yang terus menerus,
suhu tinggi dan banyaknya organisme atau biomassa di dalam tanah. Pencucian yang
intensif terhadap basa-basa merupakan prasyarat terbentuknya Ultisol. Pencucian

berjalan sangat lanjut sehingga tanah bereaksi masam dan kejenuhan basa rendah
sampai lapisan bawah tanah (Hardjowigeno, 1985).
Tanah Ultisol memiliki ciri reaksi tanah sangat masam (pH 4,1-4,8).
Kandungan bahan organik lapisan atas yang tipis (8-12 cm) umumnya rendah sampai
sedang. Rasio C/N tergolong rendah (5-10). Kandungan P-potensial yang rendah dan
K-potensial yang bervariasi sangat rendah sampai rendah, baik lapisan atas maupun
lapisan bawah. Jumlah basa-basa tukar yang rendah, kandungan K-dd hanya berkisar
0-0,1 me/100g tanah di semua lapisan termasuk rendah, dapat disimpulkan potensi
kesuburan alami tanah Ultisol sangat rendah sampai rendah (Subagyo, dkk, 2000).
Kandungan hara pada tanah Ultisol umumnya rendah karena pencucian basa
berlangsung intensif, sedangkan kandungan bahan organik rendah karena proses
dekomposisi berjalan cepat dan sebagian terbawa erosi. Pada tanah Ultisol yang
mempunyai horizon kandik, kesuburan alaminya hanya bergantung pada bahan
organik di lapisan atas. Dominasi kaolinit pada tanah ini tidak memberi kontribusi
pada kapasitas tukar kation tanah, sehingga kapasitas tukar kation hanya bergantung
pada kandungan bahan organik dan fraksi liat. Oleh karena itu, peningkatan
produktivitas tanah Ultisol dapat dilakukan melalui perbaikan tanah (ameliorasi),
pemupukan, dan pemberian bahan organik (Prasetyo, dan Suriadikarta, 2006).
Tekstur tanah Ultisol bervariasi, berkisar dari pasiran (sandy) sampai dengan
lempungan (clayey). Fraksi lempung tanah ini umumnya didominasi oleh mineral
silikat tipe 1:1 serta oksida dan hidroksida Fe dan Al, sehingga fraksi lempung
tergolong beraktivitas rendah dan daya memegang lengas juga rendah. Karena
umumnya memiliki kandungan bahan organik rendah dan fraksi lempungnya

beraktivitas rendah maka kapasitas tukar kation tanah (KTK) tanah Podsolik juga
rendah, sehingga relatif kurang kuat memegang hara tanaman dan karenanya unsur
hara mudah tercuci. Tanah Podsolik atau Ultisol termasuk tanah bermuatan
terubahkan (variable charge), sehingga nilai KTK dapat berubah bergantung nilai pHnya, peningkatan pH akan diikuti oleh peningkatan KTK, lebih mampu mengikat hara
K dan tidak mudah tercuci (Madjid, 2009).

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di rumah kasa dan Laboratorium Kesuburan/Kimia
Tanah Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara Medan, dengan ketinggian
tempat 25 meter di atas permukaan laut dimulai pada Juni 2010 s/d September 2010.

Bahan dan Alat

Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan tanah
Ultisol, benih cabai rawit, aquades, dan serum darah sapi dan ayam serta bahan –
bahan kimia untuk keperluan analisis.
Alat yang digunakan adalah cangkul, Polibag, meteran, sentrifuge, dan
timbangan serta alat-alat yang digunakan di laboratorium untuk keperluan analisis.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial
dengan faktor perlakuan konsentrasi serum darah sapi dan ayam dengan 6 taraf dan 4
ulangan, sehingga diperoleh jumlah unit percobaan 6 x 4 = 24 unit percobaan.
Perlakuannya adalah :
Blanko = Tanpa pemberian pupuk dasar dan serum darah
K0

= Konsentrasi 0 % (kontrol, 100 cc aquades)/ aplikasi

KS5

= Konsentrasi 5 % (5 cc serum darah sapi + 95 cc aquades)/aplikasi

KS10 = Konsentrasi 10 % (10 cc serum darah sapi + 90 cc aquades)/aplikasi
KA5 = Konsentrasi 5 % (5 cc serum darah ayam + 95 cc aquades)/aplikasi
KA10 = Konsentrasi 10 % (10 cc serum darah ayam + 90 cc aquades)/aplikasi
Model linear Rancangan Acak Kelompok :
Yij

= µ + Ti + βj + Eij

Dimana :
Yij

= Pengaruh karena perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

µ

= Nilai tengah umum

Ti

= Pengaruh taraf ke-i dari faktor K

βj

= Pengaruh blok atau ulangan

Eij

= Pengaruh galat pada taraf ke-i dan ulangan ke-j
Untuk pengujian lebih lanjut terhadap masing-masing perlakuan diuji dengan

uji DMRT pada taraf 5 %

Pelaksanaan Penelitian

Persiapan Tanah
Pengambilan contoh tanah dilakukan sacara zig-zag pada kedalaman 0-20 cm
lalu dikompositkan, kemudian tanah dikering udarakan dan diayak dengan ayakan 10
mesh. selanjutnya sebanyak 10 kg tanah kering udara dimasukkan dalam polibag, dan
ditanam 1 tanaman yang akan dipanen pada akhir vegetatif.

Analisis Awal
Analisis awal yang dilakukan antara lain adalah N-Total (Metode Kjeldhal),
P-Tersdia (Bray II), K-dd me/100gr (NH4Oac pH 7), % C-Organik tanah (Walkley &
Black), pH H2O (1:2,5), Basa-basa tukar, dan KTK tanah metode NH4Oac pH 7.
Pembuatan Serum Darah
Darah segar dari sapi dan ayam diambil dari rumah potong hewan Mabar,
selanjutnya darah segar diputar dalam sentrifuge dengan kecepatan 3000 kali/menit
selama 30 menit, kemudian diambil bagian atas yang berupa cairan berwarna merah
kekuning-kuningan, selanjutnya disimpan dalam lemari pendingin sebelum
diaplikasikan pada tanaman.
Pembuatan Konsentrasi Serum
Dibuat berbagai konsentrasi serum darah ternak di mulai dari:
K0

= 0 % sebagai kontrol yaitu 100 cc aquades.

KS5

= 5 % yaitu 5 cc serum darah sapi ditambah 95 cc aquades.

KS10 = 10 % yaitu 10 cc serum darah sapi ditambah 90 cc aquades.
KA5

= 5 % yaitu 5 cc serum darah ayam ditambah 95 cc aquades.

KA10 = 10 % yaitu 10 cc serum darah ayam ditambah 90 cc aquades.
Pemupukan
Sebagai pupuk dasar digunakan setengah dari dosis anjuran Urea (0,5
gr/polibag), SP-36 (0,5 gr/polibag), dan KCl (0,25 gr/polibag). Pupuk SP-36
diberikan sebelum tanam, Urea dan KCl diberikan saat tanam.

Aplikasi Perlakuan
Sebelum aplikasi, dilakukan penyemaian terlebih dahulu dan baru
dipindahkan ke polibag setelah tanaman berumur 3 Minggu dan kemudian polibag
tersebut diberi label perlakuan.
Aplikasi perlakuan dilakukan dengan menyiramkan serum darah sapi dan
ayam sesuai perlakuan diberikan seminggu sekali untuk masing-masing perlakuan,
selama 1 bulan.
Pemeliharaan
Dilakukan

penyiraman setiap hari sampai kapasitas lapang, dan

penyemprotan pestisida sesuai kebutuhan.
Pemanenan
Setelah masa akhir vegetatif tanaman berumur ±12 Minggu tanaman dipanen
dan dikering ovenkan selanjutnya ditimbang bobot kering tanaman.

Peubah Amatan yang Diamati

Analisis Akhir
-

N-Total (Metode Kjeldhal)

-

P-Tersedia tanah (Bray II)

-

K-dd me/100gr (NH4Oac pH 7),

-

C-Organik tanah (Walkley & Black)

Tanaman
-

Bobot kering tanaman (gr)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil analisis sidik ragam pada lampiran 2, 4, 6, 8, 10 dan 12 menunjukkan
adanya pengaruh pemberian serum darah sapi dan ayam terhadap meningkatnya
kadar hara tanah Utisol. Hal ini terlihat dengan adanya perbedaan yang nyata pada
beberapa parameter tanah meliputi N-total tanah, P-tesedia tanah, serta parameter
tanaman yang meliputi bobot kering tanaman, sedangkan K-dapat tukar (K-dd) dan
C-organik tanah tidak berpengaruh nyata.

1. N-Total Tanah, P-Tersedia Tanah, K-Dapat Tukar, C-Organik Tanah
Pengaruh pemberian serum darah sapi dan ayam pada tanah Ultisol tersebut
terhadap N-total tanah, P-tersedia tanah, K-dapat tukar, C-organik tanah disajikan
pada Tabel 1.
Tabel 1. Rataan Nilai N-Total Tanah, P-Tersedia Tanah, K-Dapat Tukar (K-dd),
C-Organik Tanah oleh Pengaruh Pemberian Serum Darah Sapi dan Ayam
Konsentrasi
Serum Darah
(%)

N-Total
Tanah
(%)

Parameter
P-Tersedia
K-dapat
Tanah
Tukar
(ppm)
(me/100gr)

Blanko
Kontrol
Ayam
5
10
Sapi
5
10

0,06c
0,07bc

7,28bc
8,11abc

0,56
0,55

0,32
0,38

0,07bc
0,08ab

9,6a
8,48abc

0,62
0,57

0,45
0,42

0,08ab
0,09a

6,54c
9,02ab

0,56
0,62

0,48
0,55

C-Organik
Tanah
(%)

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5%
menurut uji DMRT.

Dari Tabel 1 dan hasil analisis sidik ragam (Lampiran 2) diperoleh bahwa
pemberian serum darah sapi dan ayam berpengaruh sangat nyata terhadap nitrogen
total tanah. Berdasarkan kriteria BPT (2005) nitrogen total tanah Ultisol tersebut
masih tergolong sangat rendah sampai rendah, dengan nilai nitrogen total tanah
berkisar 0,05 – 0,10%. Pemberian serum darah sapi 10% memiliki nilai N-total tanah
yang berbeda sangat nyata terhadap perlakuan blanko, kontrol, dan serum darah ayam
5%, tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan serum darah sapi 5% dan serum
darah ayam 10%. Sedangkan N-total tanah terendah terdapat pada perlakuan blanko
yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan kontrol dan pemberian serum darah
ayam 5%.
Dari Tabel 1 dan hasil analisis sidik ragam (Lampiran 4) diperoleh bahwa
pemberian serum darah sapi dan ayam berpengaruh nyata terhadap P-tersedia tanah.
Berdasarkan kriteria BPT (2005) P-tersedia tanah Ultisol tersebut masih tergolong
sangat rendah sampai rendah, dengan nilai P-tersedia tanah berkisar 6,33 – 10,13
ppm. Pemberian serum darah ayam 5% memiliki nilai P-tersedia tanah yang berbeda
nyata terhadap perlakuan blanko dan serum darah sapi 5%, tetapi tidak berbeda nyata
dengan kontrol, perlakuan serum darah

ayam 10% dan serum darah sapi 10%.

Sedangkan P-tersedia tanah terendah terdapat pada perlakuan serum darah sapi yang
tidak berbeda nyata dengan perlakuan blanko, kontrol dan pemberian serum darah
ayam 10%.
Dari Tabel 1 dan hasil analisis sidik ragam (Lampiran 6) memperlihatkan
bahwa pemberian serum darah sapi dan ayam tidak berpengaruh nyata terhadap Kdapat tukar (K-dd) tanah. Berdasarkan kriteria BPT (2005) nilai K-dapat tukar tanah

Ultisol tersebut tergolong sangat rendah, dengan nilai K-dapat tukar tanah berkisar
0,47 – 0,73 me/100. Perlakuan tertinggi pemberian serum darah sapi 10% dan serum
darah ayam 5% sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan kontrol.
Dari Tabel 1 dan hasil analisis sidik ragam (Lampiran 8) memperlihatkan
bahwa pemberian serum darah sapi dan ayam tidak berpengaruh nyata terhadap
C-organik tanah. Berdasarkan kriteria BPT (2005)

nilai C-organik tanah Ultisol

tersebut tergolong sangat rendah, dengan nilai C-organik tanah berkisar 0,31 – 0,66 %.
Perlakuan tertinggi pemberian serum darah sapi 10% sedangkan yang terendah
terdapat pada perlakuan blanko.

2. Berat Kering Tanaman

Hasil analisis sidik ragam (Lampiran 10) menunjukkan bahwa pemberian
serum darah sapi dan ayam berpengaruh nyata terhadap bobot kering tanaman seperti
terlihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Rataan Nilai Bobot Kering Tanaman oleh Pengaruh Pemberian Serum Darah
Sapi dan Ayam
Parameter
Konsentrasi Serum Darah
Bobot Kering Tanaman
(%)
(gr)
Blanko
0,13c
Kontrol
0,15c
Ayam
5
0,85a
10
0,78ab
Sapi
5
0,3bc
10
0,63abc
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5%
menurut uji DMRT.

Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa bobot kering tanaman tertinggi terdapat pada
perlakuan serum darah ayam 5% yang berbeda nyata dengan perlakuan blanko,
kontrol dan serum darah sapi 5%. Sedangkan bobot kering tanaman terendah terdapat
pada perlakuan blanko yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan kontrol, serum
darah sapi 5% dan 10%.

Pembahasan

Dari hasil penelitian pada Tabel 1 menunjukkan bahwa pemberian serum
darah sapi dan ayam berpengaruh sangat nyata meningkatkan N-total tanah (dari
rataan 0,06% menjadi rataan 0,09%) akan tetapi berdasarkan kriteria BPT (2005)
nitrogen total tanah Ultisol tersebut masih tergolong sangat rendah sampai rendah,
dengan nilai nitrogen total tanah

berkisar 0,05 – 0,10%. Bahan organik yang

diberikan kedalam tanah dalam bentuk serum darah hewan meningkatkan
ketersediaan nitrogen dalam larutan tanah, karena nitrogen di dalam tanah sangat
dipengaruhi

oleh

bentuk

dan

sifat

bahan

organik

tersebut

dalam

mendekomposisikannya. Sesuai dengan Rahayu (2002) yang menyatakan pada serum
juga terdapat bermacam-macam protein dan mineral yang merupakan sumber unsur
hara makro dan mikro untuk tanaman. Kandungan protein atau mineral di dalam
serum darah dari berbagai hewan ini berlainan baik kualitas dan kuantitasnya.
Dari hasil penelitian Tabel 1 diperoleh bahwa pemberian serum darah sapi dan
ayam berpengaruh nyata terhadap P-tersedia tanah (dari rataan 6,54 ppm menjadi
rataan 9,6 ppm). Berdasarkan kriteria BPT (2005) P-tersedia tanah Ultisol tersebut
masih tergolong sangat rendah sampai rendah, dengan nilai P-tersedia tanah berkisar
6,33 – 10,13 ppm. Peningkatan kandungan P-tersedia dalam tanah sangat dipengaruhi
oleh adanya kandungan unsur hara tersebut dalam bahan organik yang diberikan dan
terjadinya proses pelapukan bahan organik yang dihasilkan dari serum darah hewan
yang dapat menghasilkan asam-asam organik kedalam larutan tanah. Dengan adanya
asam organik ini mampu mengikat logam-logam Al atau Fe, sehingga P yang terikat

oleh logam-logam tersebut dapat terlepas dan tersedia dalam tanah. Sesuai dengan
pernyataan Ganong (2003) yang menyatakan Plasma adalah bagian dari darah,
merupakan suatu larutan yang luar biasa mengandung banyak sekali ion, molekul
anorganik dan molekul organik. Abun (2007) yang menyatakan darah sebagai
jaringan pengangkut terbesar, kadang-kadang digunakan pada sejumlah eksperimen.
Ketentuannya, Ca dan P anorganik ditentukan dalam serum darah; Mg, Na, dan unsur
mikro ditentukan dalam darah keseluruhan maupun serumnya.
Dari hasil hasil penelitian Tabel 1 memperlihatkan bahwa pemberian serum
darah sapi dan ayam tidak berpengaruh nyata terhadap K-dapat tukar (K-dd) tanah.
Berdasarkan kriteria BPT (2005) nilai K-dapat tukar tanah Ultisol tersebut tergolong
sangat rendah, dengan nilai K-dapat tukar tanah berkisar 0,47 – 0,73 me/100gr.
Dengan nilai K-dapat tukar (K-dd) tertinggi terdapat pada perlakuan serum darah sapi
10% dan serum darah ayam 5%, sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan
kontrol. Ketersediaan K dalam tanah sangat dipengaruhi adanya ketersediaan mineral
atau batuan yang mengandung K, dengan basa-basa tukar di tanah Ultisol yang
rendah, kandungan K-dd di tanah Ultisol hanya berkisar 0-0,1 me/100g tanah di
semua lapisan yang tergolong sangat rendah (Subagyo, dkk, 2000) dan
ketersediaannya juga dipengaruhi besarnya jumlah bahan yang mengandung K yang
diberikan ke dalam tanah, sehingga pemberiaan serum darah hewan tidak
berpengaruh nyata terhadap K-dd karena serum darah mengandung K yang sangat
kecil dengan protein plasma terdiri dari 90 % air dan 10% zat padat. Bahan padat ini
terdiri dari 7% berbagai macam protein dan 0,9% bahan organik, selebihnya adalah
bahan anorganik bukan protein yaitu K (Suyono, dkk, 1994), dengan nilai K dalam

serum darah sapi dan ayam (mg/100gr) masing-masing

0,0098 dan 0,0145

(Dukes dalam Rahayu, 2002).
Hasil penelitian pada Tabel 1 memperlihatkan bahwa pemberian serum darah
sapi dan ayam t