Analisis Efisiensi Penggunaan Tenaga Kerja Di PTP Nusantara IV Unit Kebun Sidamanik

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN TENAGA KERJA DI PTP
NUSANTARA IV UNIT KEBUN SIDAMANIK

SKRIPSI
OLEH

FITRI SYAHRAINI HASIBUAN
060304067
AGRIBISNIS

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011

Universitas Sumatera Utara

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN TENAGA KERJA DI PTP
NUSANTARA IV UNIT KEBUN SIDAMANIK


SKRIPSI
OLEH
FITRI SYAHRAINI HASIBUAN
060304067
AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapat Gelar
Sarjana di Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara

Diketahui Oleh
Komisi Pembimbing

Ketua

Anggota

Dr.Ir. Salmiah, Msi

Dr.Ir.Tavi Supriana, Msi


NIP. 195702171986032001

NIP. 19644110211989032001

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

FITRI SYAHRAINI HASIBUAN (060304067/AGRIBISNIS) dengan
judul skripsi ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN TENAGA KERJA DI
PTP NUSANTARA IV UNIT KEBUN SIDAMANIK. Penelitian ini dilakukan
pada bulan April tahun 2011 dengan dibimbing oleh Dr. Ir. Salmiah, Msi dan
Dr. Ir. Tavi Supriana, Msi.

Budidaya teh lebih dikenal sebagai sektor padat karya, terutama dalam
pelaksanaan panen (petik teh) dan pemeliharaan membutuhkan tenaga yang cukup
banyak. Namun, kerugian yang melanda PT Perkebunan Nusantara IV pada
komoditi teh menyebabkan perusahaan melakukan efisiensi tenaga kerja dengan
mekanisasi yaitu menggantikan tenaga kerja manusia dengan tenaga mesin.
Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis efisiensi tenaga kerja sebelum dan
setelah mekanisasi di daerah penelitian dan mengetahui upaya-upaya yang
dilakukan perusahaan dalam peningkatan efisiensi tenaga kerja di daerah
penelitian.
Metode penelitian yang digunakan adalah secara purposive yaitu di PT
Perkebunan Nusantara IV unit Kebun Sidamanik dengan pertimbangan daerah
dengan luas areal tanaman teh terluas di Kabupaten Simalungun Data yang
digunakan adalah data primer yaitu data yang diperoleh dari pimpinan dan staf
perkebunan Sidamanik di Desa Pematang Sidamanik Kecamatan Sidamanik
Kabupaten Simalungun melalui wawancara langsung. Dan data sekunder yaitu
data yang diperoleh dari kantor Kebun Sidamanik dan Kantor Direksi PT
Perkebunan Nusantara IV, sedangkan metode analisis yang digunakan dalam
penelitian adalah metode analisis efisiensi dan metode deskriptif.
Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan penggunaan tenaga kerja
setelah mekanisasi adalah efisien dengan upaya-upaya peningkatan efisiensi

dengan melakukan pensiun dini, mutasi kerja dari kebun teh ke kelapa sawit dan
mekanisasi.
Kata kunci: Analisis Efisiensi dan Upaya-upaya Peningkatan Efisiensi Tenaga
Kerja.

Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP

FITRI SYAHRAINI HASIBUAN, dilahirkan di Pematang Siantar pada
tanggal 24 April 1988, sebagai anak dari Ayahanda Syarifuddin Hasibuan, dan
Ibunda Masni. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara.
Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:
pada tahun 1994 masuk sekolah dasar di SD Swasta Sultan Agung Pematang
Siantar tamat tahun 2000. Tahun 2000 masuk sekolah menengah pertama di
SMPN 1 Pematang Siantar tamat tahun 2003. Tahun 2003 masuk sekolah
menengah atas di SMAN 1 Pematang Siantar tamat tahun 2006.
Pada tahun 2006 penulis diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur Reguler Mandiri. Selama
masa perkuliahan penulis aktif mengikuti berbagai organisasi kemahasiswaan,

antara lain Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (IMASEP) dan Forum
Silaturahmi Mahasiswa Muslim Sosial Ekonomi Pertanian (FSMM-SEP).
Pada bulan Juni 2010 penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan
(PKL) di Desa Buluduri, Kecamatan Lae Parira, Kabupaten Dairi, Provinsi
Sumatera Utara. Kemudian pada bulan April 2011 penulis melaksanakan
penelitian skripsi di Desa Pematang Sidamanik, Kecamatan Sidamanik,
Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat,
hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
baik.
Skripsi ini berjudul ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN TENAGA
KERJA DI PTP NUSANTARA IV UNIT KEBUN SIDAMANIK. Adapun
tujuan dari penulisan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana pada Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera
Utara, Medan.

Terciptanya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan arahan berbagai
pihak. Pada kesempatan ini dengan segala ketulusan dan kerendahan hati penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Dr. Ir. Salmiah, Msi selaku Ketua Komisi Pembimbing sekaligus
Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara yang telah meluangkan waktu untuk mengajar, dan membimbing serta
memberi masukan yang sangat berharga dalam penyusunan skripsi ini

2. Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, Msi selaku Anggota Komisi Pembimbing yang
telah banyak membukakan wawasan secara detail, yang mengayomi dan
memberikan masukan yang sangat berarti kepada penulis.

3. Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku Sekretaris Program Studi
Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
4. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Program Studi Agribisnis Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara

5. Seluruh Staf dan Karyawan PT Perkebunan Nusantara IV unit Kebun

Sidamanik yang telah mendukung dalam pemberian data Dalam Penelitian
ini terutama Bapak Bambang selaku Manager unit Kebun Sidamanik yang
telah memberikan izin riset dan pemberian data-data juga informasi yang
berguna dalam pembuatan skripsi ini.
6. Bapak Soleh selaku staf unit Kebun Sidamanik yang telah banyak
membantu dalam pengumpulan data-data dan informasi yang berguna
dalam pembuatan skripsi ini.
Segala hormat dan terima kasih secara khusus penulis ucapkan kepada
Ayahanda Syarifuddin Hasibuan, dan Ibunda Masni atas motivasi, kasih sayang
dan dukungan baik secara moril maupun materil yang diberikan kepada penulis
selama menjalani kuliah, serta adik-adikku tersayang Fadhlullah dan Fathania
yang telah turut mendoakan dan menyemangati dalam penyelesaian skripsi ini.
Terima kasih setulusnya penulis ucapkan kepada teman – teman SEP FP
USU stambuk 2006. Abang dan kakak SEP FP USU stambuk 2005 yang telah
banyak

membantu,

memberi semangat


dan

memotivasi penulis dalam

menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Terakhir, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk kita
semua. Amin.

Medan

September 2011

Penulis

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

ABSTRAK........................................................................................................ i
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... x
PENDAHULUAN ............................................................................................
Latar Belakang .......................................................................................
Identifikasi Masalah ...............................................................................
Tujuan Penelitian....................................................................................
Kegunaan Penelitian ...............................................................................

1
1
5
5
5

TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 6
Sejarah Teh ............................................................................................ 6
Tinjauan Pustaka..................................................................................... 9

Landasan Teori....................................................................................... 12
Kerangka Pemikiran ............................................................................... 19
Hipotesis Penelitian ................................................................................ 21
METODE PENELITIAN ................................................................................ 22
Metode Penentuan Daerah Penelitian ...................................................... 22
Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 22
Metode Analisa Data .............................................................................. 23
Definisi dan Batasan Operasional ........................................................... 26
Definisi ......................................................................................... 26
Batasan Operasional ...................................................................... 27
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN ........................................................... 28
Letak Geografis ...................................................................................... 28
Keadaan Daerah ..................................................................................... 29
Kesejahteraan Sosial ............................................................................... 29
Struktur Organisasi ................................................................................. 30
Karakteristik Usahatani .......................................................................... 33
HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................................... 38
Penggunaan Tenaga Kerja ...................................................................... 38

Universitas Sumatera Utara


Analisis Penggunaan Tenaga Kerja ......................................................... 40
Analisis Efisiensi Penggunaan Tenaga Kerja Sebelum terjadinya
Mekanisasi ............................................................................................ 41
Analisis Efisiensi Penggunaan Tenaga Kerja Setelah terjadinya
Mekanisasi ............................................................................................ 42
Upaya-upaya Peningkatan Efisiensi Tenaga Kerja .................................. 44
KESIMPULAN DAN SARAN......................................................................... 46
Kesimpulan ............................................................................................ 46
Saran ...................................................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL

No

Judul

Halaman

1.

Luas Areal Perkebunan Teh di PTP Nusantara IV .................

22

2.

Metode Pengumpulan Data ..................................................

23

3.

Luas Areal Perkebunan Sidamanik 2008-2010 ......................

35

4.

Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja Sebelum dan Setelah
Mekanisasi ............................................................................

38

5.

Rata-rata Biaya Sebelum dan Setelah Mekanisasi ..................

39

6.

Kapasitas Petik Tangan, Gunting dan Mesin .........................

39

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR

No

Judul

Halaman

1.

Kurva Hukum Kenaikan Hasil Berkurang .............................

14

2.

Skema Kerangka Pemikiran ..................................................

20

3.

Struktur Perusahaan Perkebunan Sidamanik ..........................

32

4.

Jenis Mesin Petik .................................................................

46

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN

No

Judul

1.

Produksi dan Jumlah Tenaga Kerja Sebelum Mekanisasi (20012003).

2.

Upah Tenaga Kerja Sebelum Mekanisasi (2001-2003).

3.

Produksi dan Jumlah Tenaga Kerja Setelah Mekanisasi (20082010).

4.

Upah Tenaga Kerja Setelah Mekanisasi dan Biaya Mesin (20082010).

5.

Hasil Regresi Linier Tenaga Kerja terhadap Daun Teh Kering
Sebelum Mekanisasi (2001-2003).

6.

Hasil Regresi Linier Tenaga Kerja terhadap Daun Teh Kering
Setelah Mekanisasi (2008-2010).

7.

Hasil Efisiensi Penggunaan Tenaga Kerja Sebelum dan Setelah
Mekanisasi

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

FITRI SYAHRAINI HASIBUAN (060304067/AGRIBISNIS) dengan
judul skripsi ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN TENAGA KERJA DI
PTP NUSANTARA IV UNIT KEBUN SIDAMANIK. Penelitian ini dilakukan
pada bulan April tahun 2011 dengan dibimbing oleh Dr. Ir. Salmiah, Msi dan
Dr. Ir. Tavi Supriana, Msi.
Budidaya teh lebih dikenal sebagai sektor padat karya, terutama dalam
pelaksanaan panen (petik teh) dan pemeliharaan membutuhkan tenaga yang cukup
banyak. Namun, kerugian yang melanda PT Perkebunan Nusantara IV pada
komoditi teh menyebabkan perusahaan melakukan efisiensi tenaga kerja dengan
mekanisasi yaitu menggantikan tenaga kerja manusia dengan tenaga mesin.
Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis efisiensi tenaga kerja sebelum dan
setelah mekanisasi di daerah penelitian dan mengetahui upaya-upaya yang
dilakukan perusahaan dalam peningkatan efisiensi tenaga kerja di daerah
penelitian.
Metode penelitian yang digunakan adalah secara purposive yaitu di PT
Perkebunan Nusantara IV unit Kebun Sidamanik dengan pertimbangan daerah
dengan luas areal tanaman teh terluas di Kabupaten Simalungun Data yang
digunakan adalah data primer yaitu data yang diperoleh dari pimpinan dan staf
perkebunan Sidamanik di Desa Pematang Sidamanik Kecamatan Sidamanik
Kabupaten Simalungun melalui wawancara langsung. Dan data sekunder yaitu
data yang diperoleh dari kantor Kebun Sidamanik dan Kantor Direksi PT
Perkebunan Nusantara IV, sedangkan metode analisis yang digunakan dalam
penelitian adalah metode analisis efisiensi dan metode deskriptif.
Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan penggunaan tenaga kerja
setelah mekanisasi adalah efisien dengan upaya-upaya peningkatan efisiensi
dengan melakukan pensiun dini, mutasi kerja dari kebun teh ke kelapa sawit dan
mekanisasi.
Kata kunci: Analisis Efisiensi dan Upaya-upaya Peningkatan Efisiensi Tenaga
Kerja.

Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Lahan perkebunan adalah lahan usaha pertanian yang luas. Perkebunan
biasanya terletak di daerah tropis atau subtropis. Perkebunan digunakan
untuk menghasilkan komoditi perdagangan (pertanian) dalam skala
dan dipasarkan ketempat jauh, bukan untuk konsumsi lokal.

besar

Perkebunan

dapat ditanami tanaman keras/industri seperti kakao, kelapa, teh dan
sebagainya (Anonimous, 2010a).
Proklamasi

kemerdekaan

Republik

Indonesia

mendorong

dilakukannya

nasionalisasi perusahaan-perusahaan asing secara besar-besaran dan melahirkan
BUMN Perkebunan.

Sejak masa itu hingga kini telah terjadi beberapa kali

reorganisasi serta perubahan naman BUMN Perkebunan, mulai dari Perusahaan
Nasional Perkebunan (PNP), PT Perkebunan (PTP), hingga PT Perkebunan
Nusantara (PTPN) dan PT. Rajawali Nusantara Indonesia (PTRNI).

Saat ini

terdapat 14 PTPN (I s.d XIV) dan P T RNI, yang lokasi operasi dan kantor
pusatnya tersebar mulai dari provinsi Aceh hingga Papua. Komoditi-komoditi
yang diusahakan BUMN perkebunan adalah kelapa sawit, gula, karet, teh, kopi,
kakao, kina, beberapa macam tanaman rempah-rempah dan tanaman hortikultura
serta hutan tanaman industri. Disamping itu beberapa perusahaan juga sudah
mulai melakukan pengembangan industri hilir dan agrowisata (Anonimous, 2007).
Di Sumatera Utara terdapat tiga perkebunan besar yaitu PTPN II, PTPN III dan
PTPN IV yang memberikan kontribusi devisa yang jauh lebih besar kepada
negara, dibandingkan dengan kontribusi perusahaan perkebunan swasta yang ada.

Universitas Sumatera Utara

Di Sumatera Utara pula terdapat perkebunan terbaik Indonesia yaitu PTPN IV.
PT Perkebunan Nusantara IV merupakan perkebunan yang mendapatkan
penghargaan BUMN terbaik 2008 dalam kategori bidang non-keuangan sektor
agro industri, perkebunan, dan perikanan (Anonimous, 2008).
PT Perkebunan Nusantara IV atau disingkat (PTPN IV) mengusahakan dua jenis
komoditi yaitu komoditi teh dan komoditi kelapa sawit. Namun, dalam periode
tahun 1996-2005 di PTPN IV hanya dua tahun usaha teh menghasilkan laba, yaitu
tahun 1997 dan 1998. Laba tersebut sesungguhnya merupakan keuntungan semu,
akibat meningkatnya nilai tukar Rupiah terhadap US $, sehingga penerimaan
rupiah meningkat karena teh dijual dalam US $. Pada tahun lainnya, usaha teh
selalu merugi. Total nilai kerugian dari tahun 2001-2005 telah mencapai 222,9
milyar rupiah (Tim Penulis Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2008).
Setelah mengalami booming keuntungan dari tahun 1997 sampai awal tahun
1999

yang disebabkan oleh naiknya harga teh dan menurunnya nilai tukar

rupiah terhadap US $ hingga mencapai angka di atas Rp. 10.000,- per US $,
menjelang pertengahan tahun 1999 industri teh dihadapkan pada kondisi
yang kurang kondusif bagi pengembangan usaha yang disebabkan oleh
tingkat

bunga

cenderung

bank

menurun,

yang

cukup

tinggi,

tingkat

harga

teh

yang

tidak stabilnya nilai tukar rupiah terhadap US $

dan tingkat upah tenaga kerja serta input faktor produksi cenderung
meningkat (Tim Penulis Pertemuan Teknis Teh Nasional, 1999).

Universitas Sumatera Utara

Salah satu tindakan yang dilakukan perusahaan untuk mengatasi kerugian
budidaya tanaman teh adalah dengan efisiensi faktor-faktor produksi.

Fakto-

faktor produksi yang akan diteliti adalah faktor produksi tenaga kerja.
Tenaga kerja pertanian adalah orang yang melaksanakan kegiatan penanaman,
pemeliharaan tanaman pangan (padi, palawija, hortikultura) dan tanaman
perkebunan baik di lahan sendiri maupun di lahan milik orang lain. Tenaga kerja
pertanian merupakan tenaga kerja yang aktivitasnya secara langsung berhubungan
dengan faktor alam (tanah, iklim, dan sebagainya) serta masyarakat tani di
lingkungannya. Pengaruh yang kuat atas faktor alam tersebut menjadikan tenaga
kerja pertanian mempunyai corak sebagai tenaga kerja musiman (Ravianto, 1985).
Sistem perkebunan besar sangat tergantung pada penawaran besar dari tenaga
kerja tak terampil. Di negara-negara pertanian dengan pendapatan rendah dan
penggunaan tenaga kerja secara intensif, produktivitas marginal tenaga kerja
menjadi rendah dan juga upah penerimaan yang rendah di sektor pertanian
menentukan batas bawah bagi sektor perkebunan yang kapitalis. Namun, secara
nyata, upah jauh lebih tinggi karena campur tangan pemerintah dan adanya serikat
buruh yang kuat.

Lagipula, selain upah dalam bentuk uang perusahaan

teh juga menyediakan fasilitas lain seperti perumahan, jasa-jasa, kesehatan,
dan fasilitas pendidikan bagi para karyawanya.

Maka dalam produksi teh,

biaya tenaga kerja termasuk bagian terbesar dari pengeluaran total untuk semua
kategori perkebunan (Spillane, 1992).
Berdasarkan UU NO.13 tahun 2003 tentang tenaga kerja yang menimbang
beberapa hal yaitu tenaga kerja mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat

Universitas Sumatera Utara

penting sebagai pelaku dan tujuan pembangunan dan sesuai dengan peranan dan
kedudukan tenaga kerja, diperlukan pembangunan ketenagakerjaan untuk
meningkatkan kualitas tenaga kerja dan peran sertanya dalam pembangunan serta
peningkatan perlindungan tenaga kerja dan keluarganya sesuai dengan herkat dan
martabat kemanusiaan serta perlindungan terhadap tenaga kerja dimaksudkan
untuk menjamin hak-hak dasar pekerja/buruh dan menjamin kesamaan
kesempatan serta perlakuan tanpa diskriminasi atas dasar apapun untuk
mewujudkan kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya dengan tetap
memperhatikan perkembangan kemajuan dunia usaha.
Dengan adanya UU No.13 tahun 2003, maka perusahaan yang dalam hal ini PT
Perkebunan Nusantara IV mengambil beberapa keputusan atau upaya-upaya untuk
meningkatkan efisiensi penggunaan tenaga kerja di PT Perkebunan Nusantara IV
tersebut. Dimana, buruh (tenaga kerja) yang digunakan oleh perusahaan tersebut
adalah merupakan buruh tetap, bukan buruh lepas.
Dahulu perkebunan teh Sidamanik merupakan perkebunan yang paling banyak
menyerap tenaga kerja untuk pemetik teh. Namun sekarang memetik teh sudah
menggunakan mesin, begitu juga untuk pembasmi hama sudah menggunakan
mesin. Semua sudah serba mesin sehingga sebagian dari para pemetik teh atau
tenaga kerja kebun teh banyak yang di mutasikan ke kebun lain dan pensiun dini
sebagai akibat dari mekanisasi mesin ini.
Kegiatan yang dilakukan oleh PT Perkebunan Nusantara IV Unit Kebun
Sidamanik dalam melakukan efisiensi penggunaan tenaga kerja adalah dengan

Universitas Sumatera Utara

mekanisasi.

Di dalam penelitian ini penulis membandingkan antara efisiensi

tenaga kerja sebelum adanya mekanisasi dan sesudah adanya mekanisasi.

Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat dirumuskan beberapa
masalah sebagai berikut:
1.

Bagaimana efisiensi tenaga kerja pada usahatani tanaman teh sebelum
mekanisasi dan setelah mekanisasi di daerah penelitian

2.

Apa saja upaya peningkatan efisiensi tenaga kerja di daerah penelitian

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis efisiensi tenaga kerja sebelum mekanisasi dan setelah
mekanisasi di daerah penelitian
2.

Untuk mengetahui upaya peningkatan efisiensi tenaga kerja di daerah
penelitian

Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini adalah:
1.

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara

2.

Sebagai bahan informasi bagi pihak yang memerlukan.

Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA

Sejarah Teh
Tanaman teh pertama kali masuk ke Indonesia tahun 1684, berupa biji teh dari
Jepang yang ditanam sebagai tanaman hias. Kemudian dilaporkan pada tahun
1694 terdapat perdu teh muda berasal dari China tumbuh di Jakarta. Teh jenis
Assam mulai masuk ke Indonesia dari Sri Lanka (Ceylon) pada tahun 1877 dan
ditanam di Kebun Gambung, Jawa Barat oleh R.E Kerk Hoven. Sejak saat itu, teh
China secara berangsur-angsur diganti dengan teh Assam, sejalan dengan
perkembangan perkebunan teh di Indonesia, yang mulai sejak tahun 1910 dengan
dibangunnya perkebunan teh di Simalungun, Sumatera Utara.

Dalam

perkembangannya industri teh di Indonesia mengalami pasang surut sesuai
perkembangan situasi pasar dunia maupun Indonesia, antara lain pada masa
pendudukan

Jepang

(1942-1945)

banyak

areal

kebun

teh

menjadi terlantar (Soehardjo, Dkk, 1996).
Tanaman teh dapat tumbuh sampai sekitar 6-9 meter tingginya. Di perkebunanperkebunan, tanaman teh dipertahankan hanya sekitar 1 meter tingginya dengan
pemangkasan secara berkala. Hal ini adalah untuk memudahkan pemetikan daun
dan agar diperoleh tunas-tunas daun teh yang cukup banyak.

Tanaman teh

umumnya mulai dapat dipetik daunnya secara terus-menerus setelah 5 tahun dan
dapat memberikan hasil daun teh cukup besar selama 40 tahun, baru kemudian
diadakan peremajaan.

Tanaman ini dapat tumbuh dengan subur di daerah

ketinggian 200-2000 meter di atas permukaan air laut. Semakin tinggi letak
daerahnya, semakin menghasilkan mutu teh yang baik (Spillane, 1992).

Universitas Sumatera Utara

Pada tahun 1998 terjadi kenaikan harga teh dunia secara menyeluruh dari harga
tahun 1997 sebesar $1.65 (Indonesia), $1.70 (India) dan $2.02 (Sri Lanka)
menjadi masing-masing $1.70, $1.80 dan $2.28 pada tahun berikutnya, dan yang
tertinggi adalah Sri Lanka. Seperti kejadian yang umum berlaku, setelah kenaikan
harga selalu disusul dengan penurunan harga, karena sebagai respon penjual
terhadap fenomena kenaikan harga yang melonjak. Pada saat harga baik setiap
produsen berusaha meningkatkan produksinya agar memperoleh manfaat yang
tinggi dalam jangka pendek, akibatnya pasar dibanjiri oleh teh kualitas
rendah sehingga disusul dengan penurunan harga.

Kalau diperhatikan antara

tahun 1998 ke 1999 penurunan harga Sri Lanka dari $2.28 menjadi $1.64
atau 72%, India dari $1.80 menjadi $1.44 atau 80% tapi Indonesia dari $1.70
menjadi $1.05 atau 62% dan setelah itu harga teh Indonesia selalu
terpuruk (Tim Penulis Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2008).

Tinjauan Pustaka
Daun teh yang diproduksi dari tanaman ini merupakan pucuk muda dari
tanaman

teh

ini

sendiri.

Proses

pemanenan

pucuk

muda

umumnya

dilakukan dengan pemetikan, dimana pucuk teh yang dipetik merupakan
kuncup, daun dan ranting mudanya. Dikarenakan pucuk muda memiliki
usia yang singkat untuk dipanen, maka pemetikan mempunyai aturan
tersendiri untuk menjaga agar produksi teh tetap tinggi. Pemetikan yang
tidak teratur menyebabkan tanaman teh cepat tinggi, bidang petik tidak

Universitas Sumatera Utara

rata dan jumlah petikan tidak banyak. Akibatnya tentu saja akan berpengaruh pada
tingkat ekonomisnya (Tim penulis Penebar Swadaya, 1993).
Pucuk teh yang baru dipetik belum bisa dikatakan siap dikonsumsi atau
diperdagangkan, melainkan harus melaui suatu proses pengolahan. Pada
umumnya pucuk teh yang belum melalui proses pengolahan disebut sebagai daun
teh basah. Daun teh basah yang mengalami suatu proses pengolahan akan menjadi
hasil yang lebih baik yaitu dalam bentuk daun teh kering. Daun teh kering yang
telah diolah merupakan hasil produksi yang telah dapat dikonsumsi dan
diperdagangkan. Proses produksi daun teh kering diharapakan dapat memberikan
hasil seduhan teh yang memiliki aroma yang harum, rasanya enak dan warnanya
menarik (Tim penulis Penebar Swadaya, 1993).
Hasil produksi yang maksimal dapat diperoleh dengan melakukan pemeliharaan
dan perawatan tanaman yang baik. Pencapaian hasil produksi tanaman teh yang
maksimal yang pernah dicapai adalah 2800-3000 kg/ha daun teh kering.

Di

Indonesia produksi rata-rata teh yang diperoleh adalah sekitar 2300-2500 kg/ha
daun teh kering (Setiwati dan Nasikun, 1991).
Dengan ketidakmaksimalan hasil produksi yang diperoleh suatu perusahaan dapat
dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi tanaman teh.

Faktor-faktor produksi

sangat memiliki pengaruh terhadap proses produksi. Dalam hal ini, faktor-faktor
yang mempengaruhi produksi dapat kita bedakan menjadi dua hal, yaitu:
1.

Faktor biologi, seperti lahan pertanian dengan macam dan tingkat
kesuburannya, bibit, varietas, pupuk, obat-obatan, gulma dan sebagainya.

Universitas Sumatera Utara

2.

Faktor sosial-ekonomi seperti biaya produksi, harga, tenaga kerja, tingkat
pendidikan dan sebagainya.

Dengan

pemanfaatan

efisien dan lebih baik.

dan

penggunaan

faktor-faktor

produksi

dengan

Dalam memperoleh hasil yang maksimal, penerapan

proses efisiensi merupakan suatu alternatif dan cara yang terbaik bagi
perusahaan (Soekartawi,1994).
Setiap usaha pertanian yang akan dilaksanakan pasti memerlukan tenaga kerja.
Oleh karena itu dalam analisa di bidang pertanian, penggunaan tenaga kerja
dinyatakan oleh besarnya curahan tenaga kerja.

Curahan tenaga kerja yang

dipakai adalah besarnya tenaga kerja efektif yang dipakai. Seperti dijelaskan
sebelumnya, skala usaha akan mempengaruhi besar-kecilnya berapa tenaga kerja
yang dibutuhkan dan pula menentukan macam tenaga kerja yang bagaimana yang
diperlukan.

Biasanya usaha tani kecil akan menggunakan tenaga kerja

dalam keluarga dan tidak perlu tenaga kerja ahli (skilled).

Sebaliknya pada

usaha pertanian skala besar, lebih banyak menggunakan tenaga kerja luar
keluarga dengan cara sewa dan sering dijumpai diperlukannya tenaga kerja
yang ahli (Soekartawi, 2002).
Soekartawi (1994) menyatakan bahwa faktor produksi tenaga kerja, merupakan
faktor produksi yang penting dan perlu diperhitungkan dalam proses produksi
dalam jumlah yang cukup bukan saja dilihat dari tersedianya tenaga kerja tetapi
juga kualitas dan macam tenaga kerja perlu pula diperhatikan. Beberapa hal yang
perlu diperhatikan pada faktor produksi tenaga kerja adalah:

Universitas Sumatera Utara

1.

Kualitas tenaga kerja
Setiap proses produksi diperlukan tenaga kerja yang cukup memadai. Jumlah
tenaga kerja yang diperlukan perlu disesuaikan dengan kebutuhan sampai
tingkat tertentu sehingga jumlahnya optimal.

2.

Kualitas tenaga kerja
Dalam proses produksi, apakah itu proses produksi barang-barang pertanian
atau bukan, selalu diperlukan spesialisasi. Persediaan tenaga spesialisasi ini
diperlukan sejumlah tenaga kerja yang mempunyai spesialisasi pekerjaan
tertentu dan ini tersedia dalam jumlah yang terbatas. Bila masalah kualitas
tenaga kerja ini tidak diperhatikan, maka akan terjadi kemacetan dalam proses
produksi.

Sering dijumpai alat-alat teknologi canggih tidak dioperasikan

karena belum tersedianya tenaga kerja yang mempunyai klasifikasi untuk
mengoperasikan alat tersebut.
3.

Jenis kelamin
Kualitas tenaga kerja juga dipengaruhi oleh jenis kelamin, apalagi dalam
proses produksi pertanian. Tenaga kerja pria mempunyai spesialisasi dalam
bidang pekerjaan tertentu seperti mengolah tanah dan tenaga kerja wanita
mengerjakan tanam.

Dalam budidaya teh merupakan usaha perkebunan yang padat tenaga kerja,
terutama untuk tenaga pelaksanaan panen (pemetik teh). Rasio kebutuhan tenaga
pemetik dapat mencapai 1 sampai 2 orang per ha, tergantung dari kondisi kebun
teh.

Dalam Undang-undang No.13 tahun 2003 mengharuskan perusahaan

(pemberi kerja) dan serikat kerja membuat Perjanjian Kerja Bersama yang
diperbaharui setiap 2 tahun sekali. Dalam setiap menyusun perjanjian

baru

Universitas Sumatera Utara

selalu

disertai

kebijakan

peningkatan

penetapan

tarif

Upah

hak-hak

Minimum

normatif
Regional

karyawan
yang

sesuai

dilakukan

pemerintah (Tim Penulis Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2008).
Berbeda dengan pekerja perkebunan teh di Jawa Barat, yang masih menggunakan
karyawan lepas (musiman). Seluruh karyawan di kebun-kebun teh PTPN IV
merupakan karyawan tetap dengan standar gaji yang tinggi dan
setiap tahun sesuai dengan peraturan yang berlaku.
waktu

lima

hampir

dua

tahun
kali

(2001-2005)
lipat,

terjadi

sementara

harga

kenaikan
jual

selalu naik
Dalam periode

biaya

(rata-rata)

tenaga

kerja

produk

teh

PTPN IV justru mengalami penurunan dari Rp. 8.768,- (2001) menjadi
Rp. 8.632,- per kg (Tim Penulis Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2008).
Menurut C.R. Harler dalam Spillane (1992), suatu perkebunan besar seluas 1000
are dengan rata-rata produksi 1.200 pon teh per are membutuhkan 1.500 karyawan
dimana hanya kira-kira 150 bekerja di pabrik-pabrik perkebunan.

Maka

mekanisasi dicoba dalam proses pemetikan daun teh karena ini langkah yang
paling mahal dari seluruh proses produksi teh jadi. Pemetikan mekanis dengan
alat bermotor atau gunting besar atau alat pemotong akan secara substansial
tenaga kerja dan biaya yang dibutuhkan untuk proses pemetikan. Diperkirakan
bahwa karyawati dapat memetik 40 sampai 60 pon daun teh per hari dengan
tangan sedangkan di India Utara dapat memetik paling banyak 120 pon per hari
dengan tangan. Di Jepang dimana pemetikan hampir seluruhnya menggunakan
mesin, karyawati dapat memetik 200-250 pon dan karyawan 300 pon per hari
dengan gunting besar.

Universitas Sumatera Utara

Landasan Teori
Tenaga kerja dalam pertanian di Indonesia harus dibedakan ke dalam
usahatani
dalam

kecil-kecilan
perusahaan

(usahatani
pertanian

pertanian
yang

rakyat)

besar-besar

dan
atau

tenaga

kerja

perkebunan,

kehutanan, peternakan, dan sebagainya. Pembedaan ini penting karena apa
yang

dikenal

sebagai

tenaga

kerja

dalam

usahatani

tidak

sama

pengertiannya secara ekonomis dengan pengertian tenaga kerja dalam
perusahaan-perusahaan perkebunan (skala besar). Dalam usahatani sebagian
besar tenaga kerja berasal dari keluarga, yang merupakan sumbangan keluarga
pada produksi pertanian secara keseluruhan dan tidak pernah dinilai dalam uang.
Usahatani dapat sekali-kali membayar tenaga kerja tambahan (Mubyarto, 1991).
Tenaga kerja adalah orang yang bersedia dan sanggup bekerja baik untuk dirinya
sendiri maupun orang lain, dengan tidak atau menerima upah. Tenaga kerja ini
merupakan faktor yang penting dalam usahatani (Tohir, 1983).
Tenaga kerja dalam usaha pertanian rakyat harus dibedakan dengan tenaga kerja
dalam perusahaan pertanian. Dalam usaha pertanian rakyat, tenaga kerja berasal
dari keluarga petani sendiri yang terdiri ayah, istri dan anak-anak. Sedangkan
tenaga kerja dalam perusahaan pertanian pada umumnya berasal dari masyarakat
sekitar perusahaan pertanian beroperasi (Tohir, 1983).
Dalam ilmu ekonomi, yang dimaksud dengan tenaga kerja adalah suatu alat
kekuasaan fisik dan otak manusia yang tidak dapat dipisahkan dari manusia dan
ditujukan kepada usaha produksi. Bila seorang petani mempunyai ternak sapi
yang digunakan membajak sawah, atau suatu perkebunan yang mempunyai traktor

Universitas Sumatera Utara

untuk mengolah tanah, apakah sapi dan traktor itu termasuk faktor produksi
tenaga kerja. Sapi dan traktor itu bukan faktor tenaga kerja, tetapi masuk dalam
faktor produksi modal. Faktor produksi tenaga kerja tidak dapat dipisahkan dari
manusia, sapi dan traktor jelas berpisah dengan manusia. Sapi dan traktor dapat
menggantikan tenaga kerja manusia dalam hal membajak dan mengolah
tanah (Anonimous, 2010b).
Pengaruh tenaga kerja terhadap produksi berbeda untuk setiap usaha tanaman. Ini
sangat bergantung kepada usaha produksi itu, bila sifatnya padat karya (labor
intensive) maka pengaruhnya sangat kuat, bila sifatnya padat modal (capital
intensive) maka penngaruh tenaga kerja lemah. Usaha tembakau jelas lebih labor
intensive daripada usaha kebun karet (Anonimous, 2010b).
Dalam prakteknya sangat jarang ditemukan fungsi produksi yang linear, kecuali
dalam jumlah input yang dibatasi rentangnya.

Pada umumnya dalam proses

produksi terutama produksi biologis tunduk kepada suatu hukum yang disebut
The Law of Diminishing Returns atau hukum kenaikan hasil yang berkurang.
Hukum ini dalam fungsi produksi tergolong single variable atau jumlah
variabel X adalah satu. Kenaikan hasil disini adalah marginal product (MP)
atau produksi marginal.

Pada fungsi linear besarnya MP ini adalah tetap

walaupun jumlah jumlah X ditambah atau dikurangi, tetapi pada LDR
ini besarnya MP berubah-ubah dengan jumlah X. Pada suatu saat MP itu sama
dengan nol, bila dilanjutkan menambah X maka MP menjadi negatif. Dalam
proses produksi dikenal hukum kenaikan hasil berkurang (Law of Diminishing
Return) disingkat dengan LDR. LDR berlaku di sektor pertanian dan di luar
pertanian. LDR berbunyi sebagai berikut: “ Bila satu faktor produksi ditambah

Universitas Sumatera Utara

terus dalam suatu proses produksi, ceteris paribus, maka mula-mula terjadi
kenaikan hasil, kemudian kenaikan hasil itu menurun, lalu kenaikan hasil nol dan
akhirnya kenaikan hasil negatif.”(Tarigan dan Luhut, 2007).

Y

TP
I

II

III
AP

MP

Gambar 1. Kurva Hukum Kenaikan Hasil Berkurang
Keterangan :
TP = Total Product
AP = Average Product = Produk rata-rata
MP = Marginal Product

= Produk Marjinal

Menurut Sutiknjo (2007) daerah-daerah produksi pada kurva LDR adalah:
1.

Daerah I fungsi produksi bergerak sampai pada tingkat dimana AP
maksimum, AP menaik, MP > AP:keuntungan tercapai dengan cara
menambah input disebut daerah irrasional,karena persoal-an keuntungan
maksimum di daerah ini.

2.

Daerah II disebut daerah rasional, karena persoalan keuntungan maksimum di
daerah ini TP bertambah, MP menurun hingga = 0 daerah ini dimulai dari
perpotongan MP dan AP hingga MP = 0

Universitas Sumatera Utara

3.

Daerah III fungsi ini dimulai dari TP maksimum atau MP = 0 TP terus
menurun, MP negatif daerah ini disebut daerah irrasional karena keuntungan
maksimum tidak terdapat pada daerah ini dari fungsi ini dapat dikatakan tidak
menguntungkan untuk bekerja dengan kombinasi sumber-sumber yang ada di
dalam daerah ini.

Penambahan hasil yang semakin menurun dan produk-produk marjinal mengacu
pada tanggapan output terhadap peningkatan satu jenis input ketika semua input
yang lain tetap. Maka dapat dilihat bahwa peningkatan buruh saat lahan konstan
akan meningkatkan output makanan dengan penambahan yang semakin kecil.

Menurut

Samuelson dan William (2003), ada tiga skala hasil yang

dipertimbangkan yaitu:
1.

Skala hasil yang tetap menunjukkan kasus dimana suatu perubahan dalam
semua input menyebabkan perubahan yang proporsional pada output.

2.

Skala hasil yang meningkat (juga disebut skala ekonomis) muncul ketika
suatu peningkatan pada semua input menyebabkan peningkatan yang lebih
dari proporsional pada tingkat output.

3.

Skala hasil yang menurun terjadi ketika suatu peningkatan seimbang dari
semua input menyebabkan peningkatan yang kurang proporsional pada
output.

Dalam banyak proses, peningkatan skala pada akhirnya akan

mencapai sebuah titik di mana inefisiensi akan muncul. Hal ini mungkin
timbul karena biaya manajemen atau pengendalian menjadi lebih besar

Universitas Sumatera Utara

Produksi menunjukkan skala hasil yang meningkat, menurun atau tetap,
ketika peningkatan semua input secara seimbang menyebabkan peningkatan
output lebih dari proporsional, kurang dari proporsional atau

secara

proporsional (Samuelson dan William, 2003)
Efisiensi diartikan sebagai upaya penggunaan input yang sekecil-kecilnya
untuk mendapatkan produksi yang sebesar-besarnya.

Situasi yang demikian

akan terjadi kalau petani mampu membuat suatu upaya kalau nilai produk
marginal (NPM) untuk suatu input sama dengan harga input tersebut. Efisiensi
yang demikian disebut dengan istilah efisiensi harga atau allocative efficiency,
atau sering disebut juga sebagai price efficiency.

Ada beberapa istilah juga

tentang efisiensi antara lain efisiensi harga, efisiensi teknis, dan efisiensi
ekonomis (Soekartawi, 2002).
Untuk menganalisis fungsi produksi dalam bidang pertanian, perlu ditentukan
model fungsi produksi yang akan dipakai berdasarkan pada sebaran data yang
diperoleh pada diagram sebaran data yang diperoleh. Sebaran data tersebut
menggambarkan hubungan antara produksi (Y) dan input (X). Apabila sebaran
data berbentuk garis lurus, maka digunakan fungsi produksi linier. Sebaliknya
apabila sebaran data tidak berbentuk garis lurus, maka digunakan fungsi produksi
non-linier (Soekartawi,1990).
Efisiensi penggunaan tenaga kerja dapat diperhitungkan sebagai upaya
penggunaan input tenaga kerja yang sekecil-kecilnya untuk mendapatkan produksi
yang sebesar-besarnya. Kondisi efisien menghendaki NPMx sama dengan harga
tenaga kerja per HKP (Px), atau dapat dituliskan:

Universitas Sumatera Utara

NPMx = Px

NPMx
=1
Px
Dimana NPMx adalah nilai produk marginal tenaga kerja (Soekartawi, 2002).
Dalam menganalisis efisiensi, maka varaibel baru yang harus dipertimbangkan
dalam model analisanya adalah variable harga. Oleh karena itu ada dua hal yang
perlu diperhatikan sebelum analisa efisiensi ini dikerjakan, yaitu:
1.

Tingkat transformasi antar input dan output dalam fungsi produksi

2. Perbandingan (nisbah) antara harga input dan harga output sebagai upaya
untuk mencapai indicator efisiensi.
Kemudian penggunaan input yang optimum dapat dicari, yaitu dengan
melihat

nilai

tambahan

dari

satu-satuan

biaya

dari

input

yang

digunakan (Soekartawi, 2002).
Dalam usahatani, petani atau perusahaan akan mengeluarkan biaya produksi yang
besarnya biaya produksi tersebut tergantung kepada komponen biaya yang
dikeluarkan petani atau perusahaan seperti harga input produksi, upah tenaga kerja
dan besarnya produksi usahatani. Oleh karenanya, dalam menghitung tingkat
efisiensi suatu usaha sangat diperlukan data mengenai biaya-biaya produksi suatu
usaha dan tingkat produktivitas usahanya (Soekartawi, 1994).

Universitas Sumatera Utara

Kerangka Pemikiran
PT Perkebunan Nusantara IV merupakan salah satu perkebunan yang terletak di
Sumatera Utara. Dimana perkebunan ini memiliki berbagai unit kebun usaha
salah satunya adalah

unit kebun Sidamanik

yang terletak di kabupaten

Simalungun.
Kebun Sidamanik ini mengusahakan tanaman teh dan merupakan kebun teh yang
memiliki luas lahan lebih besar dari tiga kebun teh lainnya. Budidaya tanaman
teh merupakan usaha perkebunan yang padat tenaga kerja terutama untuk tenaga
pelaksanaan (tanaman).

Rasio kebutuhan tenaga pemetik

dapat mencapai 1

sampai 2 orang per ha, tergantung dari kondisi kebun teh.
Dikarenakan budidaya tanaman teh ini merupakan budidaya yang padat karya,
maka akan di analisis apakah peggunaan tenaga kerja dalam budidaya tanaman teh
ini sudah efisien atau belum. Dimana, harga teh yang cenderung menurun akan
tetapi perusahaan harus tetap menaikkan kesejahteraan karyawan mereka setiap
tahunnya.
Untuk mengatasi berbagai kerugian yang dialami oleh perkebunan teh khususnya
PTPN IV, mereka melakukan upaya peningkatan efisiensi penggunaan tenaga
kerja dengan cara mekanisasi kerja. Mekanisasi yang dilakukan adalah dengan
mengganti tenaga manusia dengan tenaga mesin yaitu mesin petik teh.
Dengan adanya mekanisasi ini, peneliti ingin melihat perbandingan efisiensi
antara sebelum dan sesudah tejadinya mekanisasi.

Universitas Sumatera Utara

Adapun skema kerangka pemikiran dari penelitian ini disajikan pada Gambar 1.
PTPN IV

Unit
Kebun
Sidamanik

Tanpa Mekanisasi

Output
Input

Efisien
Tidak Efisien

(Tenaga
Kerja)

Output

Efisien
Tidak efisien

Upaya
Peningkatan
Efisiensi
Upaya
Peningkatan
Efisiensi

Mekanisasi

Gambar 2. Skema Analisis Efisiensi Penggunaan Tenaga Kerja di Perkebunan Teh

Keterangan :
:

Menjelaskan

:

Bentuk Aksi

:

Mempengaruh

:

Menganalisis

Universitas Sumatera Utara

Hipotesis
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah penggunaan tenaga kerja sebelum
mekanisasi tidak efisien dibandingkan dengan penggunaan tenaga kerja setelah
mekanisasi di daerah penelitian.

Universitas Sumatera Utara

METODE PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Penelitian
Daerah penelitian ditentukan secara purposive, yaitu PTP Nusantara IV unit
Kebun Sidamanik Kecamatan Sidamanik Kabupaten Simalungun.

Dengan

pertimbangan bahwa Kebun Sidamanik merupakan perkebunan teh yang memiliki
luas lahan yang paling luas dari perkebunan teh lainnya yang terdapat di PTP
Nusantara IV. Dimana semakin luas lahan perkebunannya maka semakin banyak
pula tenaga kerja yang digunakan dalam usaha tani tersebut.
Tabel 1. Luas Areal Perkebunan Teh di PTP Nusantara IV
No

Kebun

Luas Areal

1

Sidamanik

2.072,92

2

Bah Butong

1.599,64

3

Tobasari

1.083,52

Sumber: PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero), 2008.

Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data
primer.

Data primer diperoleh dari wawancara langsung kepada responden,

sedangkan data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi yang terkait dengan
penelitian ini. Data sekunder yang diperlukan adalah penelitian ini antara lain:
-

Data produksi daun teh kering perkebunan Sidamanik sebelum mekanisasi
(2001-2003) dan setelah mekanisasi (2008-2010).

Universitas Sumatera Utara

-

Data tenaga kerja perkebunan Sidamanik sebelum mekanisasi (2001-2003)
dan setelah mekanisasi (2008-2010)..

Data yang dikumpulkan adalah data time series. Data yang digunakan adalah data
bulanan dari tahun 2008 samapai tahun 2010.
Tabel 2. Metode Pengumpulan Data
Jenis Data

Keterangan

Data Primer

Diperoleh dengan metode wawancara

Data Sekunder

Diperoleh dari instansi-instansi terkait

Metode Analisis Data
Untuk identifikasi masalah 1, bagaimana efisiensi penggunaan tenaga kerja pada
usahatani tanaman teh sebelum mekanisasi dihitung dari marginal produk yaitu
perubahan output sebagai akibat dari perubahan satu satuan input (tenaga kerja).
dimana, nilai produk marginal (NPM) adalah perkalian antara produk marginal
dengan harga persatuan. Dengan melihat harga input produksi, maka diperoleh
tingkat efisiensi masing-masing produksi.

Tingkat Efisiensi =

NPMx
Px

NPMx
= 1, maka penggunaan input produksi tersebut sudah efisien.
Px

-

Jika

-

Jika < 1, maka penggunaan input produksi tersebut sudah melebihi efisien
dan harus dikurangi.

Universitas Sumatera Utara

-

Jika

NPMx
> 1, maka penggunaan input produksi tersebut belum efisien dan
Px

harus ditambah.
(Soekartawi, 2003).
Untuk mengetahui penggunaan tenaga kerja pada produksi daun teh kering di
perkebunan Sidamanik, maka diambil data bulanan selama tiga tahun (dari tahun
2001-2003) untuk penggunaan tenaga kerja sebelum terjadinya mekanisasi dan
data bulanan selama tiga tahun (dari tahun 2008-2010) untuk penggunaan tenaga
kerja setelah terjadinya mekanisasi. Kemudian data dioleh dengan menggunakan
regresi linier, dimana yang menjadi variabel bebas adalah tenaga kerja (X) dan
yang menjadi variabel terikat adalah produksi daun teh kering (Y). Semua data
dikonversikan dalam satuan per Ha.
Selanjutnya dihitung tingkat efisiensi penggunaan tenaga kerja pada perkebunan
Sidamanik dengan rumus:

TE =

NPM x
=
Pxi

Dimana:

TE

Py PM x
Px i

=1

= Tingkat efisiensi

NPMx = Nilai produk marginal
PMx

= Produk marginal input X

Py

= Harga teh kering.

Pxi

= Harga input.

Universitas Sumatera Utara

Dalam prakteknya, tingkat efisiensi sempurna jarang ditemukan, makin dekat nilai
ke angka satu, maka semakin tinggi tingkat efisiensi penggunaan suatu input
dalam proses produksi (Tarigan dan Luhut, 2007).
Produksi marginal (PM) diperoleh dari penurunan fungsi produksi total. Produksi
marginal dianalisis dengan menggunakan regresi dengan menentukan variabel
terikat dan variabel bebas. Dimana variabel terikatnya adalah produksi daun teh
kering (Y) dan variabel bebasnya adalah tenaga kerja (X).
Untuk identifikasi masalah 2, upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan
efisiensi penggunaan tenaga kerja dianalisis secara deskriptif berdasarkan hasil
survey di daerah penelitian.

Universitas Sumatera Utara

Definisi dan Batasan Operasional
Definisi
Untuk menjelaskan dan menghindari terjadinya kesalahpahaman dalam penelitian
ini maka dibuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut :
1.

Tenaga kerja adalah suatu alat kekuasaan fisik dan otak manusia yang tidak
dapat dipisahkan dari manusia dan ditujukan kepada usaha produksi. Dimana
tenaga kerja yang dimaksud adalah tenaga kerja tanaman (pemetik teh dan
pemeliharaan).

2.

Efisiensi merupakan proses produksi yang menghasilkan daun teh kering
semaksimal mungkin, dengan penggunaan tenaga kerja seminimal mungkin.

3.

Input (X) adalah berupa variabel yang menjelaskan (independent variable)
yaitu merupakan tenaga kerja.

4.

Output (Y) berupa variabel yang dijelaskan (dependent variable) yaitu
merupakan daun teh kering.

5.

Mekanisasi adalah suatu kegiatan atau upaya yang dilakukan oleh pihak
perusahaan dalam pencapaian efisiensi tenaga kerja dalam perusahaan
mereka.

Mekanisasi disini adalah penggantian tenaga manusia menjadi

tenaga mesin.

Universitas Sumatera Utara

Batasan Operasional
1.

Daerah penelitian adalah PT. Perkebunan Nusantara IV unit Kebun
Sidamanik Kecamatan Sidamanik Kabupaten Simalungun.

2.

Waktu penelitian tahun 2011.

Universitas Sumatera Utara

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN
KARAKTERISTIK USAHATANI
Deskripsi Daerah Penelitian
Kebun Sidamanik merupakan salah satu unit usaha di PT Perkebunan Nusantara
IV (Persero) yang mengelola budi daya tanaman teh. Areal kebun teh ini mulai
dibuka pada tahun 1924 oleh Handles Vereniging Amsterdam (HVA) dan pada
tahun 1926 didirikan pabrik teh oleh perusahaan yang sama dan sampai saat ini
masih berdiri dan beroperasi.
Sejak berdirinya sampai sekarang pengolahan kebun Sidamanik telah beberapa
kali berpindah tangan, seiring dengan perjalanan sejarah bangsa dan negara
Republik Indonesia. Berdasarkan kebijakan pemerintah tentang konsolidasi di
lingkungan BUMN perkebunan, maka sejak tanggal 11 Maret 1996 kebun
Sidamanik dimiliki dn dikelola oleh PT Perkebunan Nusantara IV (Persero).
Letak Geografis
Kabupaten / Propinsi

: Simalungun / Sumatera Utara

Kecamatan

: Sidamanik / Habinsaran

Kota terdekat

: Pematangsiantar dan porsea (25 Km)

Ketinggian Dpl

: 862 m

Suhu

: Rata-rata 24° C

Udara

: Dingin (Sedang)

Universitas Sumatera Utara

Keadaan Daerah
Tahun 2010 perkebunan Sidamanik memiliki luas areal tanaman teh seluas
2.243,07 ha dengan luas areal tanaman menghasilkan tahu 2011 sebesar 1.414,5
ha, dengan perincian:
Afdeling I

: 454,19 ha

Afdeling II

: 450,01 ha

Afdeling III

: 293,15 ha

Afdeling IV

: 217,15 ha

Luas daerah pemukiman warga, jalan, jembatan, jurang dan lain-lain seluas
225.11 ha. Total luas secara keseluruhan luas areal perkebunan Sidamanik adalah
2243.07 ha. Tanaman teh yang ditanam diperkebunan Sidamanik adalah jenis
tanaman teh hitam.
Kesejahteraan Sosial
Seluruh karyawan mendapatkan sarana perumahan, listrik, air, poliklinik, tempat
ibadah, tempat penitipan anak dan asuransi tenaga kerja. Di sekitar kebun
Sidamanik tersedia sarana pendidikan mulai dari TK Tunas Mekar, SD, SMP,
Madrasah dan SMA. Dari pemukiman ke jalan raya, perusahaan menyediakan
angkutan untuk yang bersekolah dan bertempat tinggal di luar perkebunan. Dan
warga juga mendapat bantuan pemondokan bagi anak yang bersekolah.

Universitas Sumatera Utara

Struktur Organisasi
Struktur organisasi mempunyai arti penting dalam sebuah orgnisasi atau
perusahaan agar dapat menjalankan aktivitas operasi secara harmonis dan teratur
sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai. Struktur organisasi di
dalamnya terbagi atas berbagai fungsi sesuai dengan kegunaannya. Hal ini sangat
penting dikarenakan dengan adanya penggolongan fungsi-fungsi pekerjaan maka
kegiatan produksi dapat dilakukan secara efisien dan efektif.
Untuk mendukung stabilitas kerja yang ideal guna menunjang nilai dan mutu
produktivitas perusahaan, maka diperlukan sebuah manajemen agar dapat
bersinergi dengan baik pada setiap organisasi perusahaan khususnya pada setiap
departemen yang ada pada perusahaan. Semua ini merupakan faktor-faktor
pendukung dalam menjalankan aktivitas perusahaan sehari-hari.
Adapun struktur organisasi yang ada pada PTP Nusantara IV dalam menjalankan
tugas dan fungsinya adalah sebagai berikut:
- Manager
Manager adalah pimpinan perusahaan yang bertanggung jawab atas kegiatan di
perkebunan Sidamanik kepada Direksi.
- Asisten