Endang Kemalasari : Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan Perbankan Yang Tedaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Adanya beberapa bank yang melakukan merger dan diakuisisi oleh bank-bank lain menggambarkan adanya masalah serius di industri perbankan. Kasus yang terjadi
pada Bank Century yang kalah kliring pada 20 November 2008 merupakan contoh nyata adanya permasalahan tersebut. Ekonom Fadhil Hasan, mengatakan kasus gagal
kliring di Bank Century bisa saja diakibatkan oleh kekurangan likuiditas Kompas 2008. Hal ini terkait dengan adanya kesulitan pendanaan yang dialami industri
perbankan saat ini. Akibatnya sejak sesi kedua perdagangan hari Kamis, 20 November 2008, pihak otoritas bursa terpaksa melakukan suspensi terhadap
perdagangan saham bank tersebut dan selanjutnya diambilalih oleh pemerintah. Pada saat diambil alih CAR Bank Century minus 2.3 www.inilah.com,
2008. Menurut pengamat perbankan, Iman Sugema, ketatnya situasi likuiditas saat ini memang berpotensi membuat bank menengah dan kecil mengalami kesulitan
likuditas, dan karenanya ia menyarankan agar pemilik bank mencari mitra baru yang lebih kuat. Kompas 2008.
Uraian di atas merupakan fenomena yang saat ini terjadi di dunia industri perbankan. Ketika industri perbankan dibelit banyak masalah, barulah dirasakan
pentingnya menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik good corporate
Endang Kemalasari : Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan Perbankan Yang Tedaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009
governance atau GCG, padahal, sebelumnya, prinsip GCG yang meliputi keterbukaan, akuntabilitas, tanggung jawab, independensi, dan kewajaran terkesan
sebagai panjangan belaka. Tidak mudah menerapkan prinsip tersebut, sebab, perlu komitmen yang sungguh-sungguh antara pemegang saham dan pengelola bank.
Belakangan ini GCG dianggap begitu penting bagi perbankan karena diharapkan dapat memperbaiki citra perbankan yang sempat terpuruk beberapa waktu
lalu. Hal ini mengingat dalam GCG terkandung lima prinsip yang dianggap positif bagi pengelolaan sebuah perusahaan. Prinsip pertama adalah keterbukaan atau
transparansi, dimana bank harus menyediakan informasi tepat waktu, memadai, jelas, akurat, dan dapat dibandingkan, serta mudah diakses penggunanya, termasuk
informasi mengenai struktur kepemilikan perusahaan serta perubahan-perubahan yang terjadi. Kedua prinsip akuntabilitas, yang berarti bank harus menetapkan
tanggung jawab yang jelas dari setiap komponen organisasi selaras dengan visi, misi, sasaran usaha, dan strategi perusahaan. Setiap komponen organisasi mempunyai
kompetensi sesuai dengan tanggung jawab masing-masing. Mereka harus dapat memahami perannya dalam melaksanakan GCG. Ketiga, prinsip tanggung jawab
responsibility. Dalam hal ini, bank harus memegang prinsip prudential banking practice. Prinsip tersebut harus dijalankan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
agar tetap terjaga kelangsungan usahanya. Bank harus mampu bertindak sebagai perusahaan yang baik. Keempat, prinsip kewajaran. Dalam hal ini bank harus
memperhatikan kepentingan seluruh stakeholders berdasarkan asas kesetaraan dan kewajaran, namun bank juga perlu memberikan kesempatan kepada stakeholders
Endang Kemalasari : Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan Perbankan Yang Tedaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009
untuk memberikan masukan bagi kepentingan bank sendiri serta memiliki akses terhadap informasi sesuai dengan prinsip keterbukaan. Penetapan tanggung jawab
dewan komisaris, direksi, kehadiran komisaris independen dan komite audit, serta penyajian informasi terutama laporan keuangan dengan pengungkapan penuh
merupakan perwujudan dari prinsip keadilan ini Maksum, 2005. Hasil penilaian Bank Indonesia menunjukan 69 persen perbankan masih
melanggar good corporate governance, terutama pelanggaran oleh bank-bank kecil swasta. Menurut Deputi Gubernur BI, Siti Fadjriah pelanggaran yang terjadi terutama
pada masalah komisaris independen dalam dewan komisaris. Kasus ini mencapai 53 persen. Selanjutnya pelanggaran dalam pembentukan komite mencapai 30,7 persen,
tidak terpenuhinya jumlah komisaris independen sekitar 18 persen, pelanggaran terhadap keharusan independensi presiden direktur dari pemegang saham mencapai
10 persen, serta kasus rangkap jabatan mencapai 7 persen. www.unisosdem.org, 2007. Pada tahun 2008 bank wajib memberikan laporan GCG kepada BI, dengan
adanya kewajiban pelaporan tersebut agar pihak perbankan melaksanakan tata kelola yang baik secara transparan, diharapkan bank terus menjaga kinerjanya. Menurut
beliau dengan penerapan GCG akan mendukung kinerja yang baik dari perbankan. Komitmen BUMN untuk menerapkan Good Corporate Governance masih
rendah, hal ini terbukti dari hasil audit Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan BPKP terhadap 16 BUMN selama Oktober 2002 sampai bulan Mei 2003, ternyata
hanya 6 perusahaan yang memiliki kinerja baik yaitu Bank Negara Indonesia, PT. Asuransi Ekspor Indonesia, Pelindo II, PT. Krakatau Steel, PTPN VIII, PT. Surveyor
Endang Kemalasari : Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan Perbankan Yang Tedaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009
Indonesia. www.kompas.com, 2003. Komitmen dalam menerapkan GCG masih dipersepsikan sebagai hal yang bersifat mandatory. Pengalaman juga membuktikan,
pengabaian terhadap penerapan GCG bukan hanya memperburuk kinerja perusahaan, tetapi juga perekonomian nasional.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan penerapan GCG akan sangat berpengaruh pada kinerja perusahaan. Apabila penerapan GCG baik maka kinerja
perusahaan dipastikan juga baik, demikian juga sebaliknya. Kinerja suatu bank dapat dianalisis dengan tekhnik analisis aspek keuangan dan non keuangan. Adapun aspek
keuangan menitikberatkan pada analisis ratio, analisis trend vertikal dan horizontal, analisis posisi, dan analisis proyeksi. Sementara aspek non keuangan menitikberatkan
kepada unsur manajemen dengan pendekatan penilaian terhadap manajemen umum penerapan good corporate governance, risk management, dan penilaian compliance
Surat Edaran BI No.673INTERN, 2004 Beberapa penelitian tedahulu menunjukkan adanya pengaruh penerapan good
corporate governance terhadap kinerja perusahaan, misalnya McMulen 1996 , menemukan komite audit yang berhubungan dengan lebih sedikit tuntutan hukum
pemegang saham karena kecurangan, lebih sedikit kecurangan, lebih sedikit pelaporan kembali laba kuartalan, lebih sedikit tindakan ilegal, lebih sedikit
pergantian auditor ketika terdapat selisih pendapat antara klien dan auditor. Hasil ini menunjukkan bahwa perusahaan dengan kesalahan pelaporan, pelanggaran dan
indikator lain dari pelaporan keuangan yang tidak andal cenderung tidak memiliki komite audit.
Endang Kemalasari : Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan Perbankan Yang Tedaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009
Kepemilikan institusional secara mayoritas akan mengurangi kemungkinan perusahaan untuk diakuisisi, sehingga meningkatkan keinginan manager untuk
memperbesar kepemilikan pada perusahaan Theresia, 2002 dalam Putri dan Nasir, 2006. Sebaliknya menurut Fitri dan Mamduh 2003 semakin tinggi kepemilikan
institusional, maka akan semakin meningkatkan pengawasan pihak eksternal terhadap perusahaan. Penelitian-penelitian lain juga telah membuktikan secara empiris bahwa
penerapan good corporate governance akan mempengaruhi kinerja perusahaan secara positif Sakai dan Asoka 2003; Black dan Kim 2003, dalam Maksum 2005.
Menurut teori keagenan Agency Theory, salah satu cara untuk mengatasi ketidaksamaan atau ketidakselarasan kepentingan antara manager dan pemegang
saham serta antara manager dan kreditur adalah melalui pengelolaan perusahaan yang baik good corporate governance. Corporate governance merupakan suatu
mekanisme yang digunakan untuk memastikan bahwa penyedia dana perusahaan, misalnya pemegang sahampemilik shareholders dan pemberi pinjaman
bondholders dari suatu perusahaan memperoleh pengembalian return dari kegiatan yang dijalankan manajer. Untuk dapat memastikan hal tersebut maka
penyedia dana harus melakukan kontrol terhadap manajer Schleifer dan Vishny, 1997.
Pihak pemilik dapat membatasi divergensi kepentinganya dengan memberikan tingkat insentif yang layak kepada manajer dan harus bersedia mengeluarkan biaya
pengawasan atau monitoring cost untuk mencegah hazard dari manajer. Biaya-biaya ini yang disebut dengan agency cost. Ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan
Endang Kemalasari : Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan Perbankan Yang Tedaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009
untuk mengurangi agency cost, diantaranya adalah, dengan meningkatkan kepemilikan dari dalam insider ownership atau kepemilikan manajerial, karena
dengan penambahan kepemilikan manajerial akan mensejajarkan kepentingan manajer dan pemegang saham Jensen dan Meckling, 1976 dalam Putri dan Nasir,
2006. Kedua, dengan menggunakan kebijakan hutang, di mana dengan kebijakan tersebut pihak ketiga debtholders atau bondholders akan membantu melakukan
monitoring Easterbrook, 1984. Ketiga, dengan peningkatan Devidend payout Ratio
DPR, karena pembayaran deviden akan menjadi alat monitoring sekaligus bonding
bagi manajemen Crutchley dan Hansen, 1989. Keempat, dengan cara mengaktifkan
monitoring melalui investor-investor institusional seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi, dan kepemilikan institusi lain yang akan mendorong
peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen. Pengawasan terhadap manager dapat berupa mekanisme internal seperti
struktur dewan komisaris, kepemilikan manajerial dan kompensasi eksekutif. Sedangkan mekanisme eksternal dapat berupa pasar untuk kontrol perusahaan,
kepemilikan institusional, dan tingkat pendanaan dengan hutangdebt financing Bamhart dan Rosenstein, 1998.
Kemampuan Dewan Komisaris untuk mengawasi merupakan fungsi yang positif dari porsi dan independensi Dewan Komisaris Eksternal. Dewan Komisaris
juga bertanggung jawab atas kualitas laporan yang disajikan. Komite audit yang bertanggung jawab untuk untuk mengawasi laporan keuangan, mengawasi audit
Endang Kemalasari : Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan Perbankan Yang Tedaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009
eksternal, dan mengamati sitem pengendalian internal juga diharapkan dapat mengurangi sifat opportunistic manajemen yang melakukan manajemen laba.
Menurut Jensen dan Mecling 1976 ada dua macam bentuk hubungan keagenan, yaitu antara manajer dan pemegang saham dan antara manajer dan pemberi
pinjaman. Sedangkan menurut positive accounting theory Watt dan Zimmerman, 1990 secara implisit diakui bahwa ada tiga bentuk hubungan keagenan yaitu antara
pemilik dengan manajemen bonus plan hypothesis, kreditur dengan manajemen debtequity hypothesis dan pemerintah serta manajemen political cost hypothesis.
Masalah keagenan agency problem muncul karena adanya conflict of interest antara pemegang saham atau principal dan manajer atau agen. Pemegang
saham kesulitan untuk memastikan bahwa manajer bertindak untuk memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham. Menurut teori keagenan salah satu mekanisme yang
secara luas digunakan dan diharapkan menyelaraskan tujuan pemegang saham dan manajer adalah melalui mekanisme pelaporan keuangan. Fama dan Jensen 1982
mengungkapkan bahwa tanpa pengawasan pengelolaan perusahaan corporate governance control, maka ada kecenderungan dari manajemen untuk melakukan
manipulasi laba untuk kepentingan pribadinya. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diambil kesimpulan sementara bahwa
ada hubungan antara corporate governance dengan kinerja perusahaan. Penelitian akan menguji pengaruh penerapan good corporate governance terhadap kinerja
perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Endang Kemalasari : Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan Perbankan Yang Tedaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009
1.2. Perumusan Masalah Penelitian