Analisis pengaruh penerapan prinsip good corporate governance terhadap kinerja perusahaan di Bursa Efek Indonesia
1 SKRIPSI
ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP GOOD CORPORATE
GOVERNANCE TERHADAP KINERJA
PERUSAHAAN DI BURSA EFEK INDONESIA
OLEH:
YOHANNA PRICILLYA SINAGA 110521151
PROGRAM STUDI MANAJEMEN EKSTENSI DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2015
(2)
2 ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP GOOD CORPORATE
GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN
DI BURSA EFEK INDONESIA
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Dewan Komisaris, Dewan Komisaris Independen, Dewan Direksi, Komite Audit, Kepemilikan Institusional terhadap kinerja perusahaan di Bursa Efek Indonesia.
Data yang digunakan adalah data sekunder. Penelitian ini menggunakan data laporan keuangan sebanyak 26 ( Dua puluh enam) Perusahaan di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2011-2013. Metode pengumpulan data yang menggunakan studi dokumentasi dan metode analisis data yang digunakan adalah analisis linear berganda dengan menggunakan uji F (Uji secara Simultan) dan Uji T (Uji secara Parsial) dengan tingkat signifikansi (α) = 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Dewan KomisarisDewan Komisaris Independen, Dewan Direksi, Komite Audit, Kepemilikan Institusional secara serempak berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan, sedangkan secara parsial variabel variabel dewan komisaris berpengaruh positif dan tidak signifikan, Dewan Komisaris Independen berpengaruh positif dan tidak signifikan, Dewan Direksi berpengaruh positif dan tidak signifikan, Komite Audit berpengaruh negative dan signifikan, Kepemilikan Institusional berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan di Bursa Efek Indonesia.
Kata Kunci : Dewan Komisaris, Dewan Komisaris Independen, Dewan Direksi, Komite Audit, Kepemilikan Institusional dan Kinerja Perusahaan(ROA)
(3)
3
ABSTRACT
ANALYSIS OF EFFECT OF IMPLEMENTATION OF GOOD CORPORATE GOVERNANCE PERFORMANCE OF THE COMPANY
IN INDONESIA STOCK EXCHANGE
The purpose of this study was to determine the effect of the board of directors, independent board, board of directors, auditcommittees, institutional ownership on the performance of companies on the stock exchange Indonesia
The data used is secondary data. This study uses the data of financial statements by 26 (twenty-six) Company in Indonesia Stock Exchange during 2011-2013. Data collection method using the study documentation and data analysis method used is multiple linearanalysis using the F test (simultaneous) and T test (Test partially) with significance level (α) = 5%.
The results showed that the variables Independent Commissioner Board, Board of Directors, Audit Committee, Institutional Ownership simultaneously significant effect on the performance of the company, while the partial variables commissioners and not significant positive effect, the Board of Independent Commissioners and not significant positive effect, the Council The Board of Directors and a significant positive effect, the Audit Committee and significant negative effect, Institutional Ownership positive and significant impact on the performance of companies in Indonesia Stock Exchange.
Keywords: Board of Commissioners, Board of Independent Commissioners, Board of Directors, Audit Committee, Institutional Ownership and Corporate Performance (ROA)
(4)
4 KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan karena kasih-Nya yang begitu besar kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan perkuliahan dan penulisan skripsi ini yang berjudul “Analisis pengaruh penerapan prinsip good corporate governance terhadap kinerja perusahaan di Bursa Efek Indonesia” , guna memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Terimakasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua peneliti, Bapak Ir Albert S D Sinaga dan Ibu Helly A Ginting yang telah memberikan kasih sayang, semangat dan doa, serta dukungan moril dan materil sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsinya dengan sebaik-baiknya.
Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini telah banyak mendapat dukungan dan bantuan baik secara moril maupun materil. Untuk itu, melalui kesempatan ini, peneliti ingin menyampaikan rasa terima kasih yang setulusnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec,Ac, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, SE, ME, selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara sekaligus dosen pembimbing saya yang telah banyak memberikan saran dan masukan yang sangat berharga bagi penulis dalam penyusunan skripsi ini.
(5)
5 3. Ibu Dra. Marhayanie, M.Si, selaku Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si, selaku Ketua Program Studi S-1 Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
5. Ibu Beby Kendida SE, MSi selaku Dosen Pembaca peneliti yang telah banyak memberikan bimbingan dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Kepada bapak dan ibu dosen Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
7. Terimakasih buat abang dan adik saya atas dukungan dan Kasih yang selalu memberikan doa dan semangatnya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
8. Terimakasih buat sahabat -sahabat, yang selalu mendoakan dan mendukung peneliti.
9. Terimakasih buat sahabat-sahabat seperjuangan peneliti, dan teman-teman manajemen ekstensi stambuk 2011.
Medan, Mei 2015 Peneliti
(6)
6 DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI... v
DAFTAR TABEL... vii
DAFTAR GAMBAR... viii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1
1.2 Perumusan Masalah... 9
1.3 Tujuan Penelitian... 10
1.4 Manfaat Penelitian... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Keagenan... 11
2.2 Sejarah Good Corporate Governance………... 12
2.3 Pengertian Good Corporate Governance... 14
2.4 Prinsip-prinsip Good Corporate Governance... 16
2.5 Indikator Mekanisme Good Corporate Governance... 20
2.6 Manfaat dan Tujuan Good Corporate Governance... 24
2.7 Kinerja Keuangan... 24
2.8 Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan... 25
2.9 Bentuk-bentuk Rasio Keuangan………. 26
2.10 Penelitian Terdahulu………..……… 28
2.11 Kerangka Konseptual………. 31
2.12 Hipotesis………. 34
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian... 35
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian... 35
3.3 Batasan Operasional... 35
3.4 Definisi Operasional... 36
3.4.1 Variabel Dependen... 36
3.4.2 Variabel Independen... 37
3.5 Skala PengukuranVariabel... 38
3.6 Populasi dan Sampel Penelitian ……… 39
3.7 Jenis Data... 41
(7)
7
3.9 Teknik Analisis Data... 42
3.8.1 Analisis Statistik Deskriptif... 42
3.8.2 Analisis Regresi Linear Berganda... 42
3.10 Pengujian Asumsi Klasik... 43
3.10.1 Uji Normalitas... 43
3.9.2 Uji Multikolinearitas... 44
3.9.3 Uji Heteroskedastisitas... 44
3.9.4 Uji Autokorelasi... 44
3.10 Pengujian Hipotesis... 48
3.10.1 Uji F (Uji Serempak)... 45
3.10.2 Uji t (Uji Parsial)... 46
3.10.3 Analisis Koefisien Determinasi (R2)... 47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum... 48
4.2 Profil Perusahaan ………... 48
4.3 Hasil Penelitian... 50
4.3.1 Analisis Deskriptif Data... 50
4.3.2 Uji Asumsi Klasik... 51
4.3.2.1 Uji Normalitas... 51
4.3.2.2 Uji Multikolinearitas... 54
4.3.2.3 Uji Heteroskedastisitas... 58
4.3.2.4 Uji Autokorelasi... 58
4.3.3 Analisis Regresi Linear Berganda... 58
4.4 Uji Hipotesis... 60
4.3.4.1 Uji Hipotesis Secara Serempak …... 61
4.3.4.2 Uji Hipotesis Secara Parsial... 61
4.5 Pembahasan Hasil Penelitian... 64
4.4.1 Pengaruh Dewan Komisaris terhadap kinerja perusahaan... 64
4.4.2 Pengaruh Dewan Komisaris Independen terhadap kinerja perusahaan... 65
4.4.3 Pengaruh Dewan Direksi terhadap Kinerja Perusahaan... 66
4.4.4 Pengaruh Komite Audit terhadap kinerja perusahaan……… 67
4.4.5 Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Kinerja Perusahaan ……… 68
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... 69
5.2 Saran... 70
DAFTAR PUSTAKA... 71
(8)
8 DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
2.1 Kerangka Konseptual... 33 4.1 Hasil Uji Normalitas (Histogram)... 52 4.2 Hasil Uji Normalitas (Normal P-P Plot)... 53
(9)
9 DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
1 Tabulasi Data... 73
2 Uji Asumsi Klasik………...… 75
3 Statistik Deskriptif………. 79
(10)
2 ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP GOOD CORPORATE
GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN
DI BURSA EFEK INDONESIA
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Dewan Komisaris, Dewan Komisaris Independen, Dewan Direksi, Komite Audit, Kepemilikan Institusional terhadap kinerja perusahaan di Bursa Efek Indonesia.
Data yang digunakan adalah data sekunder. Penelitian ini menggunakan data laporan keuangan sebanyak 26 ( Dua puluh enam) Perusahaan di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2011-2013. Metode pengumpulan data yang menggunakan studi dokumentasi dan metode analisis data yang digunakan adalah analisis linear berganda dengan menggunakan uji F (Uji secara Simultan) dan Uji T (Uji secara Parsial) dengan tingkat signifikansi (α) = 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Dewan KomisarisDewan Komisaris Independen, Dewan Direksi, Komite Audit, Kepemilikan Institusional secara serempak berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan, sedangkan secara parsial variabel variabel dewan komisaris berpengaruh positif dan tidak signifikan, Dewan Komisaris Independen berpengaruh positif dan tidak signifikan, Dewan Direksi berpengaruh positif dan tidak signifikan, Komite Audit berpengaruh negative dan signifikan, Kepemilikan Institusional berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan di Bursa Efek Indonesia.
Kata Kunci : Dewan Komisaris, Dewan Komisaris Independen, Dewan Direksi, Komite Audit, Kepemilikan Institusional dan Kinerja Perusahaan(ROA)
(11)
3
ABSTRACT
ANALYSIS OF EFFECT OF IMPLEMENTATION OF GOOD CORPORATE GOVERNANCE PERFORMANCE OF THE COMPANY
IN INDONESIA STOCK EXCHANGE
The purpose of this study was to determine the effect of the board of directors, independent board, board of directors, auditcommittees, institutional ownership on the performance of companies on the stock exchange Indonesia
The data used is secondary data. This study uses the data of financial statements by 26 (twenty-six) Company in Indonesia Stock Exchange during 2011-2013. Data collection method using the study documentation and data analysis method used is multiple linearanalysis using the F test (simultaneous) and T test (Test partially) with significance level (α) = 5%.
The results showed that the variables Independent Commissioner Board, Board of Directors, Audit Committee, Institutional Ownership simultaneously significant effect on the performance of the company, while the partial variables commissioners and not significant positive effect, the Board of Independent Commissioners and not significant positive effect, the Council The Board of Directors and a significant positive effect, the Audit Committee and significant negative effect, Institutional Ownership positive and significant impact on the performance of companies in Indonesia Stock Exchange.
Keywords: Board of Commissioners, Board of Independent Commissioners, Board of Directors, Audit Committee, Institutional Ownership and Corporate Performance (ROA)
(12)
10 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap perusahaan yang didirikan pasti memiliki tujuan yang ingin dicapai. Salah satunya adalah memperoleh laba. Dalam mencapai tujuan ini, perusahaan harus memiliki tata kelola yang baik agar dapat mencapai kinerja perusahaan yang baik.
Lemahnya implementasi sistem tata kelola perusahaan atau yang biasa dikenal dengan istilah corporate governance merupakan salah satu faktor penentu permasalahan dalam perusahaan. Kelemahan tersebut antara lain terlihat dari minimnya pelaporan kinerja keuangan, kasus penipuan, penggelapan, kurangnya pengawasan atas aktivitas manajemen oleh dewan komisaris dan auditor, serta kurangnya tercipta persaingan yang fair didalam perusahaan.
Pengukuran kinerja keuangan dalam perusahaan, dilakukan untuk mengetahui hasil yang telah dicapai perusahaan sesuai dengan perencanaan dalam mewujudkan tujuan yang ingin dicapai dari perusahaan tersebut. Namun dalam praktik pelaporan keuangan, manajemen sering menyajikan informasi yang tidak sama dengan kejadian yang sebenarnya atau membuat laporan keuangan itu tampak bagus, hal ini dilakukan manajemen untuk menunjukkan bahwa kinerja perusahaan tersebut bagus kepada setiap orang yang membaca laporan keuangan tersebut. Dalam hal ini manajemen telah melanggar prinsip Good Corporate
(13)
11 Governance yaitu transparency (keterbukaan). Praktik tata kelola perusahaan semakin mendapat perhatian dari para regulator, investor, dan analisis. Amerika, Inggris, Australia merupakan contoh dari sejumlah negara yang mengharuskan perusahaan tercatat sahamnya untuk membuat pengungkapan tata kelola perusahaan secara khusus dalam laporan tahunannya.
Untuk mengatasi masalah-masalah tata kelola perusahaan tersebut, maka penerapan Good Corporate Governance sangat penting untuk dilakukan oleh perusahaan, karena memberikan arahan yang jelas bagi perusahaan untuk pengambilan keputusan secara bertanggung jawab dan meningkatkan kepercayaan dari mitra perusahaan. Menurut Forum Corporate Governance in Indonesia (2001:22) menyatakan corporate governance adalah seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur pemerintah, karyawan serta pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka
atau dengan kata lain suatu sistem yang mengendalikan perusahaan.
Prinsip-prinsip dasar dari Good Corporate Governance (GCG) pada dasarnya memiliki tujuan untuk memberikan kemajuan terhadap kinerja suatu perusahaan . Penerapan Good Corporate Governance merupakan pedoman bagi komisaris dan direksi dalam mebuat keputusan dan menjalankan tindakan dengan dilandasi moral yang tinggi, kepatuhan kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku serta kesadaran akan adanya tanggung jawab sosial perseroan terhadap pihak yang berkepentingan (stakeholders) secara konsisten.
(14)
12 Perkembangan Good Corporate Governance (GCG) di Indonesia dimulai dari adanya krisis ekonomi dan moneter pada tahun 1997-1999 yang di Indonesia berkembang menjadi krisis multidimensi yang berkepanjangan krisis tersebut antara lain terjadi karena banyak perusahaan yang belum menerapkan Good Corporate Governance. Perkembangan lain yang penting dalam kaitan
penyempurnaan Good Corporate Governance adalah dengan adanya usulan penyempurnaan peraturan pencatatan pada Bursa Efek Jakarta yang sekarang menjadi Bursa Efek Indonesia yang mengatur mengenai peraturan bagi emiten yang tercatat di Bursa Efek Jakarta yang mewajibkan untuk mengangkat komisaris independent dan membentuk komite audit pada tahun 1998, Corporate Governance (CG) mulai dikenalkan pada seluruh perusahaan
publik di Indonesia. Setelah itu pemerintah menandatangani nota kesepakatan Letter of Interest (LOI) dengan International Monetary Fund (IMF) yang mendorong terciptanya penerapan Corporate Governance.
Pemerintah Indonesia mendirikan satu lembaga khusus yang bernama Komite Nasional mengenai Kebijakan Corporate Governance (KNKCG) melalui keputusan Menteri Negara kordinator bidang ekonomi, keuangan, dan industri Nomor: KEP-31/ M.EKUIN/06/2000. Tugas pokok KNKCG adalah merumuskan dan menyusun rekomendasi kebijakan mengenai Good Corporate Governance (GCG), serta memprakarsai dan memantau perbaikan
di bidang corporate governance di Indonesia. GCG merupakan masalah yang tidak akan berakhir dan terus akan menjadi bahan pembahasan bagi pelaku bisnis,
(15)
13 akademis, pembuatan kebijakan dan lain sebagainya. Perhatian terhadap GCG kian meningkat seiring banyak bermunculan masalah skandal keuangan di lingkungan bisnis. Konsep GCG telah banyak dikemukakan oleh banyak ahli dan badan sebagai alat kontrol dan pengawasan terhadap kinerja perusahaan. Riset The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG) 2002 menemukan bahwa alasan utama perusahaan menerapkan Good Corporate Governance adalah kepatuhan terhadap peraturan. Para pelaku usaha menilai
GCG hanya sebatas kepatuhan peraturan yang kurang memberikan dampak langsung terhadap kinerja keuangan seperti halnya dalam pemasaran sehingga ini menjadi alasan mengapa GCG kurang maksimal dalam hal implementasinya dikalangan-kalangan perusahaan Indonesia. Terdapat tiga kendala dalam melaksanakan corporate governance didalam perusahaan yaitu kendala internal, kendala eksternal, dan kendala yang berasal dari struktur kepemilikan.
Kendala internal meliputi kurangnya komitmen dari pimpinan dan karyawan perusahaan, rendahnya tingkat pemahaman dari pimpinan dan karyawan perusahaan tentang prinsip-prinsip good corporate governance serta belum efektifnya sistem pengendalian internal. Kendala eksternal dalam pelaksanaan corporate governance terkait dengan perangkat hukum, aturan dan penegakan
hukum. Kendala yang ketiga adalah kendala yang berasal dari struktur kepemilikan, salah satu dampak negative yang ditimbulkan oleh struktur kepemilikan adalah perusahaan tidak dapat mewujudkan prinsip keadilan dengan baik karena pemegang saham yang terkonsentrasi pada seseorang atau
(16)
14 sekelompok orang dapat menggunakan sumberdaya perusahaan secara dominan sehingga dapat mengurangi nilai perusahaan. Berikut contoh kasus kurangnya penerapan Good Corporate Governance di Indonesia:
Tabel 1.1 Kasus kurangnya penerapan GCG di Indonesia
Perusahaan Kasus
Sinar Mas Group (2002)
Mengumumkan kepada publik informasi material berupa penandatanganan perjanjian penyelesaian dengan krediturnya, tidak mengumumkan laporan keuangan tahunan dan tidak menginformasikan kepada Bapepam mengenai gugatan piutang dagang dalam jumlah yang cukup material.
Kimia Farma (2002)
Perusahaan diduga melakukan mark up laporan keuangan yaitu menggelembungkan laba Rp 32,668 milyar.
Lippo Bank (2002)
Menerbitkan tiga versi laporan keuangan sekaligus yang berbeda antara satu dengan yang lain, yaitu laporan keuangan yang dipublikasikan dalam media massa, dilaporkan pada Bappepam dan kepada manajer perusahaan.
Indomobil (2005)
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) memutuskan bahwa tender penawaran saham perusahaan ini mengandung praktik persaingan usaha tidak sehat yang dilakukan pemegang tender.
Kereta Api Indonesia (2005)
Perusahaan memanipulasi data laporan keuangan dengan mencatat keuntungan sebesar Rp 6,9 milyar dan yang sebenarnya adalah menderita kerugian sebesar Rp 63 milyar.
Sumber:
Tindakan manajer untuk menaikkan harga saham atau menjaganya agar jangan sampai turun jelas menguntungkan bagi pemegang saham, hal ini dilakukan antara lain dalam kaitannya dengan adanya ancaman-ancaman dari pemegang saham sebagai pemilik perusahaan. Rekayasa kinerja yang dikenal dengan istilah earnings management ini sejalan dengan teori agensi (agency theory) yang menekankan pentingnya pemilik perusahaan (principles)
(17)
15 menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada professional (agents) yang lebih mengerti dan memahami cara untuk menjalankan suatu usaha. Kondisi ini terjadi karena asimetri informasi (information asymmetry) antara manajemen dan pihak lain yang tidak mempunyai sumber dan akses yang memadai untuk memperoleh informasi yang digunakan untuk memonitor tindakan manajemen (Sutedi 2012:3). Penilaian kinerja keuangan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen untuk meningkatkan kinerjanya dari periode ke periode berikutnya. Kinerja perusahaan tergambar dalam laporan keuangan tersebut. Menurut Bringham dan Houston (2001:90), pengembalian atas total aktiva (ROA) dihitung dengan cara membandingkan laba bersih yang tersedia untuk pemegang saham biasa dengan total aktiva. Menurut Horne dan Wachowicz (2005:235), ROA mengukur efektivitas keseluruhan dalam menghasilkan laba melalui aktiva yang tersedia, daya untuk menghasilkan laba dari modal yang diinvestasikan. Horne dan Wachowicz menghitung ROA dengan menggunakan rumus laba bersih setelah pajak dibagi dengan total aktiva. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ROA dalam penelitian ini adalah mengukur perbandingan antara laba bersih setelah dikurangi beban bunga dan pajak (Earning After Tax) yang dihasilkan dari kegiatan pokok perusahaan dengan total aktiva (assets) yang dimiliki perusahaan untuk melakukan aktivitas perusahaan secara keseluruhan dan dinyatakan dalam pesentase.
(18)
16 Tabel 1.2
Perbandingan Rata-rata Laba Perusahaan Manufaktur yang menerapkan dan kurang menerapkan Prinsip Good Corporate Governance dalam
konteks Corporate Governance Perception Index (CGPI)
NO Perusahaan yang
menerapkan prinsip
Good Corporate Governance
RATA-RATA ROA
Perusahaan yang kurang menerapkan prinsip Good
Corporate Governance
RATA-RATA ROA
1 PT Kalbe Farma 23,74 PT Indofood Sukses Makmur 12,31 2 PT Wicaksana Overseas 19,88 PT Gudang Garam 10,37 3 PT Astra Graphia 17,87 PT Ratu Prabu Energi 2,88 4 PT Astra Internasional 14,98 PT Mahaka Media 1,4 5 PT United Tractors 14,34 PT Atlas Resources -1,97 Sumber:
Berdasarkan Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa laba perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang menerapkan prinsip good corporate governance lebih besar daripada yang tidak menerapkan prinsip good corporate
governance . Dengan adanya prinsip good corporate governance dalam perusahaan maka perusahaan tersebut akan dapat bekerja dengan baik karena prinsip ini mengendalikan dan mengarahkan perusahaan untuk menjalankan dan mengembangkan perusahaan dengan bersih, dan dapat mempertanggungjawabkan pada tugas masing-masing sehingga dapat meningkatkan kinerja perusahaan. ROA adalah salah satu bentuk rasio profitabilitas untuk menghitung laba yang dihasilkan perusahaan. Alat ukur utama untuk mengevaluasi kinerja keuangan perusahaan dalam kegiatan investasi yang umum digunakan oleh para investor adalah profitabilitas. Rasio profitabilitas berkaitan erat dengan kemampuan perusahaan dan efektifitas perusahaan dalam menghasilkan
(19)
17 keuntungan. Menurut Subramayam dan Hasley (2005:65) semakin besar nilai ROA, menunjukkan kinerja perusahaan yang baik pula karena tingkat pengembalian investasi semakin besar. Kinerja keuangan yang baik dapat membuat investor tertarik untuk membeli saham perusahaan tersebut. Sebaliknya kinerja keuangan yang tidak baik akan membuat investor tidak tertarik untuk membeli saham perusahaan tersebut. Penerapan Good Corporate Governace dalam perusahaan sangatlah penting secara langsung akan
memberikan arahan yang jelas bagi perusahaan untuk memungkinkan pengambilan keputusan secara bertanggung jawab dan meningkatkan nilai perusahaan dan kepercayaan dari mitra usaha. Ada beberapa prinsip yang dibutuhkan untuk membangun suatu budaya bisnis yang sehat, yaitu transparansi, kemandirian, akuntabilitas, pertanggunjawaban, dan kewajaran. Kelima prinsip tersebut dikenal sebagai prinsip-prinsip Good Corporate Governance. Perusahaan yang menerapkan prinsip good corporate governance
membutuhkan pihak-pihak untuk menjalankan prinsip good corporate governance di dalam perusahaan tersebut. Pihak –pihak tersebut adalah Dewan Komisaris Independen, Dewan Direksi, Komite Audit, Kepemilikan Institusional. Masing- masing pihak tersebut menjelaskan bagaimana aturan dan prosedur dalam pengambilan dan pemutusan kebijakan sehingga dengan melakukan itu semua maka tujuan perusahaan dan kinerja perusahaan dapat dipertanggung jawabkan dengan baik.
(20)
18 Manfaat bagi perusahaan yang menerapkan corporate governance secara ekonomis akan menjaga kelangsungan usaha. Selain itu dapat menghilangkan kolusi, korupsi dan nepotisme (KKN). Disinilah kaitan antara penerapan corporate governance dan kinerja perusahaan. Corporate Governance juga
menjadi hal penting untuk dilaksanakan mengingat sering terjadinya konflik kepentingan antara manajemen dan pemilik perusahaan dalam mengambil keputusan.
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Analisis Pengaruh Penerapan Prinsip Good Corporate Governance terhadap kinerja perusahaan di Bursa Efek Indonesia”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis kemukakan sebelumnya, maka pokok permasalahan yang menjadi topik bahasan dalam tulisan ini adalah : “ Apakah penerapan prinsip good corporate governance yang diukur dengan menggunakan Dewan Komisaris, Dewan Komisaris Independen, Dewan Direksi, Komite Audit dan kepemilikan Institusional berpengaruh terhadap kinerja perusahaan di Bursa Efek Indonesia”?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis besarnya pengaruh penerapan prinsip Good Corporate Governance yang diukur dengan menggunakan Dewan Komisaris,
(21)
19 Dewan Komisaris Independen, Dewan Direksi, Komite Audit dan kepemilikan Institusional berpengaruh terhadap kinerja perusahaan di Bursa Efek Indonesia 1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan memberikan masukan bagi pihak perusahaan untuk mengambil kebijakan dalam menganalisa kelangsungan kinerja perusahaannya.
2. Bagi Penulis
Penelitian ini menambah pengetahuan penulis mengenai pengaruh prinsip good corporate governance terhadap kinerja perusahaan.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan menjadi bahan referensi dan perbandingan bagi mahasiswa yang ingin melakukan penelitian dengan membahas masalah yang sama.
(22)
20 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Keagenan (Agency Theory)
Perspektif teori agency merupakan dasar yang digunakan untuk memahami corporate governance. Hal yang dibahas dalam teori ini adalah hubungan antara prinsipal (pemilik dan pemegang saham) dan agen (manajemen). Menurut Bringham dan Houston (2006:26) Hubungan keagenan terjadi ketika satu atau lebih individu yang disebabkan sebagai principal menyewa individu atau organisasi lain disebut sebagai agen untuk melakukan sejumlah jasa dan mendelegasikan kewenangan untuk membuat keputusan pada agen tersebut. Arifin (2005:7) menyebutkan bahwa Agency Problem adalah perbedaan antara prinsipal dan agen. Prinsipal akan menyediakan fasilitas dan dana untuk menjalankan perusahaan serta mendelegasikan kebijakan pembuatan keputusan kepada agen. Prinsipal memiliki harapan bahwa agen akan menghasilkan return dari uang mereka investasikan. Dilain pihak, agen memiliki kewajiban untuk mengelola perusahaan sesuai dengan keinginan prinsipal. Sebagai wujud dari akuntabilitas manajemen kepada pemilik, setiap periode manajemen memberikan laporan mengenai informasi perusahaan kepada pemiliknya. Menurut Meisser (2006:7) hubungan keagenan mengakibatkan dua permasalahan yaitu:
a. Terjadinya informasi asimetris, dimana manajemen secara umum memiliki lebih banyak informasi mengenai posisi keuangan yang yang sebenarnya dan posisi operasi etnitas dan pemilik.
(23)
21 b. Terjadinya konflik kepentingan (conflict of interest) akibat ketidaksamaan tujuan, dimana manajemen tidak selalu bertindak sesuai dengan kepentingan pemilik.
Prinsip-prinsip pokok corporate governance yang perlu diperhatikan untuk terselenggaranya praktik good corporate governance adalah transparansi, akuntabilitas, keadilan, dan responbilitas. Corporate Governance diarahkan untuk mengurangi asimetri informasi anatara prinscipal dan agent yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan kinerja perusahaan.
2.2 Sejarah Good Corporate Governance
Sejarah lahirnya GCG muncul atas reaksi para pemegang saham di Amerika Serikat pada tahun 1980. Dimana pada saat itu di Amerika terjadi gejolak ekonomi yang luar biasa yang mengakibatkan banyak perusahaan yang melakukan restrukturisasi dengan menjalankan segala cara untuk merebut kendali atas perusahaan lain (www.google.com). Tindakan ini menimbulkan protes keras dari masyarakat atau publik. Publik menilai bahwa manajemen dalam mengelola perusahaan mengabaikan kepentingan-kepentingan para pemegang saham merger dan akuisi pada saat itu banyak merugikan para pemegang saham akibat kesalahan manajemen dalam pengambilan keputusan. Untuk menjamin dan mengamankan hak-hak para pemegang saham, muncul konsep pemberdayaan Komisaris sebagai salah satu wacana penegakan GCG. Komisaris Independen adalah Anggota Dewan Komisaris yang tidak memiliki hubungan dengan Direksi, Anggota Dewan Komisaris lainnya dan Pemegang Saham pengendali,
(24)
22 serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan. Sejauh ini penegakan aturan untuk penerapan CGG belum ada sanksi bagi perusahaan yang belum menerapkan maupun yang sudah menerapkan tetapi tidak sesuai standar pelaksanaan GCG. Pada awalnya Good Corporate Governance hanya berkembang di Inggris dan Amerika, tetapi juga di Indonesia. Bagi Indonesia perkembangan mengenai Good Corporate Governance bermula dari usulan penyempurnaan peraturan
pencatatan pada Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia) yang mengatur mengenai peraturan bagi emiten yang tercatat di BEJ yang mewajibkan untuk mengangkat komisaris independent dan membentuk komite audit pada
tahun 1988, Corporate Governance mulai dikenalkan pada publik di Indonesia. Setelah itu pemerintah Indonesia menandatangani Nota Kesepakatan (Letter
of Intent) dengan International Monetary Fund (IMF) yang mendorong
terciptanya iklim yang lebih kondusif bagi penerapan GCG. Pemerintah Indonesia mendirikan satulembaga khusus yang bernama Komite Nasional mengenai Kebijakan Corporate Governance (KNKCG) melalui Keputusan Menteri Negara Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri Nomor:KEP-31/M.EKUIN/06/2000.
Tugas pokok KNKCG merumuskan dan menyusun rekomendasi kebijakan nasional mengenai GCG, serta memprakarsai dan memantau perbaikan di bidang corporate governance di Indonesia. Melalui KNKCG
(25)
23 muncul pertama kali pedoman Umum GCG di tahun 2001, pedoman GCG bidang Perbankan tahun 2004 dan Pedoman Komisaris Independen dan Pedoman Pembentukan Komite Audit yang Efektif. Pada tahun 2004 Pemerintah Indonesia memperluas tugas KNKCG melalui surat keputusan Menteri Koordinator Perekonomian RI No. KEP-49/M.EKON/II/TAHUN 2004 tentang pemebentukan Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (KNKG) yang memperluas cakupan tugas sosialisasi Governance bukan hanya di sector korporasi tapi juga di sektor pelayanan publik. KNKG pada tahun 2006 menyempurnakan pedoman GCG yang telah di terbitkan pada tahun 2001 agar sesuai dengan perkembangan.
2.3 Pengertian Good Corporate Governance
Menurut Forum Corporate Governance in Indonesia (FCGI) 2001 Good Corporate Governance adalah seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur mengendalikan perusahaan.
Menurut Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (KNKCG) Good Corporate Governance adalah suatu proses dari struktur yang digunakan
oleh organ perusahaan guna memberikan nilai tambah pada perusahaan secara berkesinambungan dalam jangka panjang bagi pemegang saham dengan tetap memperlihatkan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan
(26)
24 perundang – undangan dan norma yang berlaku. Menurut Sutedi (2012:1) dalam bukunya Good Corporate Governance, pengertian GCG adalah suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ perusahaan (Pemegang saham/Pemilik Modal/Komisaris/Dewan Pengawas dan Direksi) untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundang-undangan dan nilai-nilai etika.
Menurut Siswanto dan Aldridge dalam bukunya Good Corporate Governance (2005 : 1) kata governance diambil dari kata latin yaitu gubemance
yang artinya mengarahkan dan mengendalikan (control) kegiatan organisasi termasuk perusahaan. Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor : PER-01 /MBU/2011 Tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara definisi GCG adalah prinsip-prinsip yang mendasari suatu proses dan mekanisme pengelolaan perusahaan berlandaskan peraturan perundang-undangan dan etika berusaha.
Good Corporate Governance terdiri dari dua unsur, yaitu unsur yang
berasal dari dalam perusahaan (Internal) dan unsur yang berasal dari luar perusahaan (eksternal). Unsur-unsur internal perusahaan adalah pemegang saham, direksi, dewan komisaris, manajer, karyawan, sistem, dan komite audit
(27)
25 sedangkan unsur-unsur eksternal adalah kecukupan undang – undang, perangkat hukum, investor, pemberi pinjaman.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa Good Corporate Governance adalah sistem yang mengatur, mengelola, mengendalikan dan mengawasi hubungan antara pengelola perusahaan dan stakeholder perusahaan.
2.4 Prinsip – Prinsip Good Corporate Governance
Menurut Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (KNKCG) prinsip- prinsip Good Corporate Governance adalah :
1. Transparansi (Transparency)
Dalam prinsip ini, perusahaan dituntut mampu menyediakan informasi yang penting atau materiil dan relevan secara akurat, tepat waktu, jelas, konsisten, comparable dan mudah diakses dan dipahami oleh stakeholders karena keyakinan dan kepercayaan stakeholders terhadap perusahaan tergantung pada pengungkapan informasi tersebut.
Untuk itu, perusahaan hendaknya menggunakan prinsip-prinsip akuntansi dan audit yang lazim digunakan dan dapat diterima secara luas dalam pengungkapan laporan keuangan. Disamping itu, perusahaan diharapkan mempublikasikan laporan keuangan dan informasi agar investor mudah dalam mengakses informasi yang dibutuhkan, sehingga dapat menghindari benturan kepentingan (conflict of interest). Selain laporan keuangan, perusahaan harus menyediakan informasi-informasi penting lainnya dan kebijakan-kebijakan
(28)
26 perusahaan kepada stakeholders, khususnya para pemegang saham. Informasi yang disajikan oleh perusahaan harus mencerminkan keadaan yang sesungguhnya (transparency), tanpa rekayasa oleh pihak manapun.
2. Akuntabilitas (Accountability)
Dalam prinsip ini, perusahaan diharapkan dapat mempertanggung jawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Prinsip ini ditujukan untuk menghindari agency problem yang muncul karena adanya perbedaan kepentingan antara
Pemegang Saham dan Direksi. Usaha yang dilakukan perusahaan untuk menjalankan prinsip ini antara lain dengan memisahkan secara jelas fungsi, hak, wewenang dan tanggungjawab masing-masing organ perusahaan, dan memastikan setiap organ perusahaan mampu melaksanakan fungsinya sesuai dengan anggaran dasar, etika bisnis dan pedoman perilaku perusahaan.
Untuk meyakinkan bahwa tidak adanya penyimpangan fungsi, hak dan wewenang, maka dibentuk suatu sistem pengendalian internal (SPI) yang efektif dalam pelaksanaan pengelolaan perusahaan. Perusahaan harus memiliki ukuran kinerja untuk semua jajaran perusahaan yang konsisten dengan sasaran usaha perusahaan, serta memiliki sistem penghargaan dan sanksi (reward and punishment system) untuk mendorong semua organ perusahaan melaksanakan
tugas dan kewajiban dengan penuh tanggungjawab. 3. Responsibilitas (responsibility)
Dalam prinsip ini, perusahaan diharapkan patuh terhadap hukum dan peraturan yang berlaku, termasuk yang berkaitan dengan pajak, hubungan
(29)
27 industrial, perlindungan lingkungan hidup, kesehatan dan keselamatan kerja, standar penggajian, dan persaingan yang sehat. Mengingat dalam menjalankan operasinya perusahaan seringkali menghasilkan dampak yang negatif yang harus ditanggung masyarakat, untuk ini tanggung jawab perusahaan terhadap masyarakat sangat diperlukan. Perusahaan juga diharapkan membantu peran pemerintah dalam mengurangi terjadinya kesenjangan pendapatan dan kesempatan kerja yang terjadi pada segmen masyarakat yang belum mendapatkan manfaat dari mekanisme pasar.
Dengan perusahaan mematuhi hukum dan perundang-undangan yang berlaku dan menjalankan tanggung jawab kepada lingkungan dan masyarakat maka kesinambungan usaha dalam jangka panjang akan terwujud dan perusahaan mendapatkan penghargaan sebagai Good Corporate Citizen.
4. Independensi (Independency)
Dalam hal ini perusahaan dikelola secara independent, dimana perusahaan harus menghindari terjadinya dominasi oleh pihak manapun, tidak dipengaruhi oleh kepentingan tertentu, bebas dari conflict of interest dan dari segala pengaruh dan tekanan pihak manapun, sehingga dalam pengambilan keputusan dapat dilakukan secara objektif. Dalam hal ini pula, setiap organ perusahaan dituntut untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sesuai dengan yang telah ditentukan, tidak mendominasi atau melempar tanggung jawab satu sama lain sehingga kejelasan tugas dan tanggung jawab dapat terlihat. Untuk mewujudkan prinsip ini dapat ditempuh dengan penetapan job
(30)
28 description secara jelas dan memastikan setiap organ telah melakukan
tanggung jawabnya dengan baik sesuai apa yang telah ditentukan. 5. Kewajaran dan Kesetaraan (fairness)
Dapat dipastikan semua investor pasti membutuhkan jaminan bahwa setiap asset atau capital yang mereka tanamkan dikelola secara aman. Untuk itu
perusahaan dituntut untuk memberikan perlindungan terhadap seluruh kepentingan pemegang saham secara fair, termasuk kepada pemegang saham minoritas. Untuk mewujudkan prinsip ini, dapat ditempuh dengan cara sebagai berikut:
1. Dalam pengambilan keputusan, perusahaan melibatkan para pemangku kepentingan untuk memberikan kesempatan menyampaikan saran, masukan serta pendapat.
2. Membuat peraturan untuk melindungi kepentingan saham minoritas dalam perusahaan.
3. Menetapkan secara jelas peran, fungsi dan tanggung jawab semua organ perusahaan.
4. Menyampaikan informasi penting secara terbuka dan secara wajar.
5. Memberikan perlakuan yang sama dalam penerimaan karyawan, berkarir dan melaksanakan tugasnya secara professional.
(31)
29 2.5 Indikator Mekanisme Good Corporate Governance
1. Dewan Komisaris
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT) Pasal 1, definisi Dewan Komisaris (Dewan Pengawas) adalah organ perusahaan yang menjalankan tugas pengawasan secara umum dan khusus sesuai dengan anggaran dasar yang telah ditetapkan perusahaan serta memberikan nasihat kepada Direksi.
Berdasarkan UUPT tugas pokok dewan komisaris (Sutedi 2012:145) adalah: 1. Mengawasi kebijaksanaan Direksi dalam menjalankan perusahaan.
2. Memberikan nasihat kepada Direksi. 2. Dewan Komisaris Independen
Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) mengeluarkan pedoman tentang Komisaris Independen yang ada di perusahaan publik.Bagian IV.C dari pedoman tersebut menyebutkan bahwa pada prinsipnya Komisaris bertanggung jawab dan memiliki wewenang untuk mengawasi kebijakan dan tindakan Direksi, serta memberikan nasihat kepada Direksi, jika diperlukan. Untuk membantu Komisaris dalam menjalankan tugasnya, berdasarkan prosedur yang telah ditetapkan, maka seorang Komisaris dapat meminta nasihat dari pihak ketiga atau membentuk komite khusus. Setiap anggota Komisaris harus berwatak amanah dan mempunyai pengalaman dan kecakapan yang diperlukan untuk menjalankan tugasnya.
(32)
30 3. Dewan Direksi
Tugas dan fungsi utama Dewan Direksi menjalankan dan melaksanakan pengurusan Perseroan. Menurut Sutedi (2012:127) tugas yang harus dijalankan Direksi dalam perseroan antara lain sebagai berikut:
1. Bertindak dengan itikad baik
2. Senantiasa memperhatikan kepentingan perseroan dan bukan kepentingan dari Dari pemegang saham semata-mata.
3. Kepengurusan perseroan harus dilakukan dengan baik, sesuai dengan tugas dan kewenangan yang diberikan kepadanya, dengan tingkat kecermatan yang wajar, dengan ketentuan bahwa Direksi tidak diperkenankan untuk memperluas maupun mempersempit ruang lingkup geraknya sendiri.
4. Tidak diperkenankan untuk melakukan tindakan yang dapat menyebabkan Benturan kepentingan antara kepentingan perseroan dengan kepentingan Direksi.
4. Komite Audit
Komite Audit memegang peranan yang cukup penting dalam mewujudkan GCG karena merupakan mata dan telinga Dewan Komisaris dalam rangka mengawasi jalannya perusahaan. Keberadaan Komite Audit yang efektif merupakan salah satu aspek penilaian dalam implementasi GCG. Untuk mewujudkan prinsip GCG, maka prinsip-prinsip GCG harus menjadi landasan utama bagi aktivitas komite audit. Menurut Sutedi (2012: 162) tugas dan tanggung jawab Komite Audit adalah:
(33)
31 1. Memastikan bahwa perusahaan telah melaksanakan dan mematuhi semua peraturan hukum serta aturan lainnya yang berlaku serta memastikan
perusahaan menjalankan kegiatan usahanya secara etis dan bermoral.
2. Memahami pokok-pokok laporan keuangan, mengidentifikasi area yang dianggap sensitive dan rawan terhadap risk management dan sistem internal control yang berlaku diperusahaan tersebut.
5. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional memiliki arti penting dalam memnitor manajemen. Adanya kepemilikan oleh institusional akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal. Semakin besar kepemilikan institusional maka semakin efisien pemanfaatan aktiva perusahaan dan diharapkan juga dapat bertindak sebagai pencegahan terhadap kecurangan yang dilakukan oleh manajemen. Menurut Griffin dan Elbert (2007:115) Kepemilikan Institusional adalah investor besar seperti usaha dana yayasan dan dana pensiun yang membeli saham perusahaan dalam jumlah besar.
Kepemilikan Institusional merupakan kepemilikan saham oleh sebuah lembaga baik lembaga pemerintah dan lembaga swasta yang memiliki kepentingan besar terhadap investasi yang dilakukannya. Kepemilikan institusional terdiri dari dua yaitu kepemilikan institusional internal dan eksternal. Kepemilikan institusional internal adalah kepemilkikan saham oleh institusi bisnis seperti perseroan terbata (PT) yang kepemilikannya terpisah dengan kepemilikan publik. Kepemilikan Institusional eksternal adalah kepemilikan oleh
(34)
32 lembaga investasi seperti dana pensiun, asuransi, reksadan, dan perusahaan investasi lainnya dan menjadi bagian dari kepemilikan saham oleh publik. Pemilik institusional memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan investor lainnya. Umumnya institusi menyerahkan tanggung jawab untuk mengelola investasi pada divisi tertentu sehingga institusi dapat memantau secara professional perkembangan investasinya.
2.6 Manfaat dan Tujuan Good Corporate Governance
Menurut Siswanto, Sutojo, Aldridge (2005:5-6), good corporate governance mempunyai manfaat dan tujuan yaitu:
1. Melindungi hak dan kepentingan pemegang saham dan para anggota non- pemegang saham yang bersangkutan.
2. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas kinerja dewan pengurus atau board of directors dan manajemen perusahaan.
3. Meningkatkan mutu hubungan board of directors dengan manjemen senior perusahaan.
4. Mengurangi agency cost, yaitu biaya yang harus ditanggung pemegang saham sebagai akibat pendeglasian wewenang kepada pihak manajemen.
5. Meningkatkan nilai saham perusahaan sehingga dapat meningkatkan citra perusahaan kepada publik lebih luas jangka panjang.
6. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya disuatu perusahaan.
(35)
33 2.7 Kinerja Keuangan
Menurut Helfert ( 2003:67) kinerja keuangan perusahaan adalah hasil dari banyak keputusan individual yang dibuat secara terus menerus oleh manajemen. Kinerja keuangan dapat digunakan sebagai alat ukur yang digunakan untuk mengukur dan menetukan kualitas perusahaan. Kinerja suatu perusahaan dapat dilihat dari laporan keuangan perusahaan tersebut.
Menurut Kieso (2008:2) laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi keuangan utama kepada pihak-pihak diluar perusahaan. Laporan keuangan tersebut dapat menggambarkan keadaan financial dan hasil yang telah dicapi perusahaan dalam periode tertentu Dalam menilai kinerja keuangan perusahaan dapat digunakan suatu ukuran atau tolak ukur tertentu. Biasanya ukuran yang digunakan adalah rasio atau indeks yang menghubungkan dua data keuangan.
2.8 Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan
Menurut Van Horne dan Wachowichz (2004:128) analisis keuangan melibatkan penggunaan berbagai laporan keuangan yaitu:
1. Neraca merupakan ringkasan aktiva, kewajiban, dan ekuitas pemilik pada satu titik tertentu biasanya pada akhir tahun.
2. Laporan laba rugi terdiri dari penghasilan dan biaya perusahaan pada periode waktu tertentu, biasanya untuk satu tahun. Dari kedua laporan tersebut, beberapa laporan turunan dapat dihasilkan seperti laporan laba ditahan, laporan sumber, dan penggunaan laporan kas.
(36)
34 Menurut Roos, Westerfield, dan Jordan (2004:78) rasio keuangan adalah hubungan yang dihitung dan informasi keuangan suatu perusahaan dan digunakan untuk tujuan perbandingan. Rasio menggambarkan suatu hubungan dan perbandingan jumlah tertentu dalam satu pos laporan keuangan dengan jumlah yang lain pada laporan keuangan yang lain.
Dengan menggunakan metode analisis seperti berupa rasio ini akan dapat menjelaskan atau memberikan gambaran tentang baik atau buruknya posisi keuangan perusahaan.
2.9 Bentuk – bentuk rasio keuangan
Menurut Brealey, Myers dan Marcus (2008:72) ada empat jenis rasio keuangan antara lain;
1. Rasio Leverage memperlihatkan seberapa besar berat utang perusahaan. 2. Rasio Likuiditas mengukur seberapa mudah perusahaan memegang kas
3. Rasio Efisiensi atau rasio tingkat perputaran mengukur seberapa produktif perusahaan menggunakan aset-asetnya.
4. Rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian investasi perusahaan.
Metode dan teknik analisis manapun yang digunakan, kesemuanya itu menganalisis laporan keuangan, dan setiap metode analisis mempunyai metode yang sama yaitu untuk membuat agar data lebih mudah dimengerti dan dapat digunakan sebagai dasar membuat keputusan bagi pihak – pihak yang membutuhkan. Bagi perusahaan umumnya mempunyai tujuan paling utama
(37)
35 adalah mendapatkan keuntungan yang optimal. Meskipun demikian masalah profitabilitas adalah lebih penting dari laba, karena laba yang besar saja belum bias dijadikan ukuran bagi perusahaan tersebut telah bekerja dengan efisien. Efisien dapat diketahui dengan membandingkan laba usaha perusahaan tersebut atau dengan kata lain adalah menghitung profitabilitasnya.
Menurut Bringham dan Houston (2001:89) rasio profitabilitas menunjukkan pengaruh gabungan dan likuiditas, manajemen aktiva, dan utang terhadap hasil operasi. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dari kegiatan bisnis yang dilakukannya. Profitabilitas mencakup seluruh pendapatan dan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan sebagai penggunaan aset dan pasiva dalam satu periode. Profitabilitas dapat digunakan sebagai informasi bagi pemegang saham untuk melihat keuntungan yang benar-benar diterima dalam bentuk dividen. Rasio profitabilitas yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Return On Assets
Menurut Sutrisno (2009:222), “ Return On Assets juga disebut sebagai rentabilitas ekonomis merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan semua aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Dalam hal ini laba yang dihasilkan adalah laba sebelum bunga dan pajak. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Rasio ini menunjukkan tingkat efisiensi pengelolaan aktiva yang dilakukan oleh perusahaan.Semakin besar ROA maka semakin besar tingkat
(38)
36 keuntungan dan semakin baik posisi perusahaan dari segi penggunaan aktiva.”
Return On Assets = Laba Bersih
Total Aktiva× 100%
2.10 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Penelitian-Penelitian Terdahulu
Peneliti dan Nama Jurnal
Judul Penelitian Variabel Metode Analisis Data Hasil Penelitian Rizky Afriani (2013) Jurnal Manajemen dan Teori Vol1 No2 tahun 2013
Pengaruh good corporate governance terhadap kinerja keuangan perusahaan di Bursa Efek Indonesia Independen (X): 1.Komite Audit 2.Kepemilikan Manajerial 3.Kepemilikan Institusional 4.Komisaris Independen Dependen (Y): Kinerja Keuangan Regresi Berganda
1. Komite Audit berpen garuh positif dan sig nifikan terhadap kinerja keuangan 2 .Kepemilikan Manajerial negatif tidak signifikan terhadap kinerja keuangan 3. Kepemilikan Institusional berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan 4. Komisaris Independen mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan Iqbal Bukhori, Raharja (2012) Jurnal Akuntansi Diponegoro Volume 1 Nomor 1 tahun 2012
Pengaruh Corporate Governan ce dan Ukuran Perusahaan terhadap Kinerja Perusahaan Independen (X) 1. Dewan Direksi 2. Dewan Komi ris
3. Ukuran Perusahaan
Reagresi Berganda
1. Dewan Direksi tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan 2. Dewan Komisaris
(39)
37 Dependen (Y) Kinerja Keuangan Perusahaan signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan. 3. Ukuran perusahaan
tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan. Anas Ainur Rachmad (2012) Jurnal Akuntansi Undayana Volume 2 No 3 Tahun 2013 Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance Berbasis karakteristik Manajerial pada kinerja perusahaan Manufaktur Independen (X) 1. Komite Audit 2. Dewan Direk si
3. Dewan Komi saris
4. Dewan Komi saris Inde penden 5. Kepemilikan Manajerial 6. Kepemilikan Institusional Dependen (Y) Kinerja Perusahaan Regresi Berganda
1. Komite Audit tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan 2. Dewan Direksi tidak
berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan 3. Dewan Komisaris berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan 4. Kepemilikan manajerial berpengaruh tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan 5. Kepemilikan Institusional berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan Sawitri Sekaredi (2011)
Jurnal Bisnis dan Ekonomi UNDIP Volume 16 Nomor 2 Tahun 2011 Pengaruh Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Independen (X) 1. Kepemilikan Institusional 2. Komisaris
Independen 3. Ukuran dewan komisaris, 4. Ukuran dewan direksi, 5. Komite Audit
Dependen (Y) Kinerja Perusahaan
Regresi Berganda
1. kepemilikian institusional berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan
2. Dewan Komisaris Independen berpengaruh negative signifikan 3. Dewan Komisaris berpengaruh positif tidak signifikan 4. Dewan Direksi
berpengaruh positif
(40)
38 5. Komite Audit berpengaruh negative tidak signifikan Bernard S Black,Has ung Jang, Wochan Kim (2003) Jurnal Of Accounting Research Volume 40 Number 2 2003 Does Corporate Governance Affect Firm Value Independen (X) 1.Dewan Direksi 2.Komisaris Independen 3. Komite Audit 4. Eksternal Auditor Dependen (Y) Tobins Q Regresi Berganda 1.Dewan Direksi berpengaruh signifikan terhadap Tobins Q
2. Komisaris Indepen den berpengaruh Signifikan terhadap Tobins Q
3. Komite Audit berpe
ngaruh terhadap Tobins Q
4. Eksternal Auditor berpengaruh
terhadap Tobins Q
2.11 Kerangka Konseptual
Pelaksanaan corporate governance yang efektif menciptakan sistem pengendalian perusahaan, sehingga dapat menekan seminimal mungkin peluang terjadinya kecurangan, korupsi, dan penyalahgunaan laporan keuangan wewenang masing – masing organisasi.
Prinsip – prinsip dasar dari Good Corporate Governance pada dasarnya memiliki tujuan untuk memberikan kemajuan terhadap kinerja suatu perusahaan. Dikalangan pebisnis, secara umum, GCG diartikan sebagai sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan. Corporate Governance (CG) diartikan pula sebagai sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan yang menciptakan nilai tambah (value added) untuk semua stakeholder.
(41)
39 Ada dua hal yang ditekankan dalam konsep ini, pertama, pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar dan tepat pada waktunya dan kedua kewajiban perusahaan untuk melakukan pengungkapan (disclosure) secara akurat, tepat waktu, transparan terhadap semua informasi kinerja perusahaan, kepemilikan, dan stakeholder. Indikator Mekanisme corporate governance yang mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan dalam penelitian ini meliputi : Dewan Komisaris, Dewan Komisaris Independen, Dewan Direksi, Komite Audit, Kepemilikan Institusional.
Dewan Komisaris bertugas melakukan pengawasan dan memberikan
masukan kepada dewan direksi perusahaan. Dengan semakin banyaknya anggota dewan komisaris pengawasan terhadap dewan direksi jauh lebih baik, masukan atau opsi yang didapat direksi akan jauh lebih baik. Dewan Komisaris Independen bertugas memilik weenang untuk mengawasi kebijakan direksi serta memberikan nasihat. Dengan semakin besarnya jumlah komisaris independen maka dapat mendorong untuk bertindak objektif dan mampu melindungi seluruh stakeholders. Dewan Direksi memiliki peranan yang sangat vital dalam suatu
perusahaan. Dengan adanya pemisahan peran dengan dewan komisaris, dewan direksi memiliki kuasa yang lebih besar dalam mengelola sumber daya yang ada dalam perusahaan. Jumlah dewan direksi secara logis akan sangat berpengaruh terhadap kecepatan mengambil keputusan.
(42)
40 Komite Audit berperan dalam memastikan kredibilitas proses penyusunan laporan keuangan. Fungsi komite Audit yang efektif dapat meminimalisasi konflik keagenan.
Kepemilikan Institusional akan melakukan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen. Distribusi saham antara pemegang saham dari luar yaitu investor institusional mampu meniminalisir biaya keagenan.
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual Dewan Komisaris
(X1)
Dewan Komisaris Independen
(X2)
Dewan Direksi (X3)
Komite Audit (X4)
Kepemilikan Institusional
(X5)
Kinerja Perusahaan (Y)
(43)
41 2.12 Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah, maka penulis merumuskan hipotesis penelitian ini adalah: Ada pengaruh yang signifikan antara ukuran Dewan Komisaris, jumlah Dewan Komisaris Independen, jumlah Dewan Direksi, jumlah orang Komite Audit, jumlah saham Kepemilikan Institusional terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
(44)
42 BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dengan pendekatan studi kasus, yaitu metode yang melihat dan menggambarkan lingkungan dengan keadaan yang nyata yang tampak dalam perusahaan dengan cara mengumpulkan, menyajikan, dan menganalisis data sehingga dapat memberikan gambaran yang cukup jelas menegenai objek yang diteliti, agar dapat diambil suatu kesimpulan maupun dijadikan saran dimasa yang akan datang berdasarkan penelitian yang dilakukan.
3.2 Tempat dan waktu penelitian
Tempat penelitian ini dilakukan pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang menyajikan laporan keuangannya pada periode pengamatan tahun 2011-2013.
Waktu penelitian direncanakan mulai bulan Oktober 2014 sampai Desember 2014.
3.3 Batasan Operasional
(45)
43 1. Variabel Bebas (independent variable) mencakup Dewan Komisaris, Dewan
Komisaris Independen, Dewan Direksi, Komite Audit, Kepemilikan Institusional.
2. Variabel Terikat (dependent variable) adalah Kinerja Perusahaan yang diukur dengan Return On Aseets.
3.4 Definisi Operasional 3.4.1 Variabel Bebas (X)
Variabel Bebas (X) dalam penelitian ini adalah Dewan Komisaris, Dewan Komisaris Independen, Dewan Direksi, Komite Audit, Kepemilikan Institusional.
a. Dewan Komisaris
Dewan Komisaris diukur berdasarkan jumlah dewan komisaris yang terdapat dalam perusahaan.
b. Dewan Komisaris Independen
Komisaris independen diukur berdasarkan jumlah komisaris independen yang terdapat dalam perusahaan.
c. Dewan Direksi
Dewan Direksi diukur berdasarkan jumlah dewan direksi yang terdapat dalam perusahaan.
d. Komite Audit
Komite Audit diukur berdasarkan jumlah komite audit yang terdapat dalam perusahaan.
(46)
44 e. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan Institusional dihitung dari jumlah persentase hak suara yang dimiliki oleh kepemilikan institusional.
3.4.2 Variabel Terikat (Y)
Variabel Terikat (Y) dalam penelitian ini adalah kinerja perusahaan yang diukur dengan ROA. Dengan menggunakan rumus yaitu:
Return On Assets = laba bersih
total aktiva × 100% 3.5 Skala pengukuran Variabel
Tabel 3.1
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel
Penelitian
Definisi
Operasional
Pengukuran Skala
Independen: Dewan Komisaris Fungsi dari perusahaan yang berperan melakukan supervisi terhadap dewan direksi
Jumlah seluruh Dewan Komisaris Nominal
Dewan Komisaris Independen Dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan direksi, anggota dewan komisaris, lainnya dan pemegang saham pengendali serta bebas dari hubungan bisnis yang bertindak independen untuk kepentingan perusahaan
Jumlah Komisaris Independen Nominal
Dewan Dewan yang bertanggungjawab terhadap kinerja
(47)
45 Direksi perusahaan dan
menjalankan manajemen perusahaan Komite Audit Sekelompok orang yang dipilih dewan komisaris yang membantu auditor
Jumlah Komite Audit Nominal
Kepemilikan Institusional
Proporsi saham yang dimiliki oleh manajemen dalam perusahaan
Presentase Kepemilikan Nominal
Kinerja perusahaan (ROA) ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan semua aktiva yang dimiliki oleh perusahaan.
Return On Assets
= laba bersih total aktiva × 100%
Rasio
3.6 Populasi dan Sampel Penelitian
Target populasi yang akan menjadi objek dalam penelitian ini adalah perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan tahunan (annually report) yang diaudit dan dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2011-2013. Adapun pertimbangan yang digunakan dalam menentukan target populasi penelitian ini adalah:
a. Perusahaan yang termasuk dalam kategori peserta CGPI pada tahun 2011-2013.
b. Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
c. Perusahaan termasuk dalam jenis perusahaan manufaktur yang mencantumkan laporan keuangan tahunan dan struktur organisasi.
(48)
46 Tabel 3.2
Prosedur Pemilihan Sampel
NO KRITERIA AKUMULASI
1 Perusahaan yang termasuk dalam kategori peserta CGPI pada tahun 2011-2013
86 2 Perusahaan yang tidak terdaftar di Bursa Efek
Indonesia
(42) 3 Perusahaan yang tidak termasuk dalam jenis
perusahaan manufaktur yang mencantumkan laporan keuangan tahunan dan struktur organisasi.
(18)
4 Jumlah sampel penelitian 26
Sumber:
Berdasarkan Tabel 3.2 tersebut jumlah sampel penelitian pada tahun 2011-2013 adalah sebanyak 26 perusahaan. Tahun penelitian selama 3 tahun maka jumlah target populasi sebanyak 78 observasi.
Berdasarkan kriteria tersebut sampel yang ada berjumlah 26 perusahaan manufaktur. Daftar nama sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 3.3
Sampel penelitian Perusahaan Manufaktur Periode 2011-2013
No Kode Emiten Nama Emiten
1 ADHI Adhi Karya
2 MYTX Apac Citra Centertex
3 ASGR Astra Graphia
4 ASII Astra Internasional
5 AUTO Astra Otoparts
6 BNBR Bakrie & Brothers
7 ELTY Bakrieland Development 8 UNSP Bakrie Sumatera Plantations 9 RMBA Bentoel International Investama
10 BRMS Bumi Resources
(49)
47
12 GIAA Garuda Indonesia
13 GEMA Gema Graha Sarana
14 HITS Humpuss Intermoda Transportasi
15 ISAT Indosat
16 ISMR Jasa Marga
17 KLBF Kalbe Farma
18 KRAS Krakatau Steel
19 TMAS Pelayaran Tempuran Mas
20 PJAA Pembangunan Jaya Ancol
21 SMDR Samudera Indonesia
22 UNVR Unilever
23 UNTR United Tractors
24 VOKS Voksel Elektrik
25 WCO Wicaksana Overseas
26 WIKA Wijaya Karya
3.7 Jenis Data
Jenis data dalam penelitian data dokumenter. Data dokumen merupakan data yang berupa bukti tertulis yang diperoleh dari objek penelitian atau bisa juga didapat dari media perantara (Indriantoro dan Supomo, 1999:147).
3.8 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah metode dokumentasi yang dilakukan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Data yang diperoleh berupa literature jurnal penelitian, serta laporan – laporan yang dipublikasikan untuk mendapatkan masalah yang akan diteliti serat laporan – laporan yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia melalui media internet.
3.9 Teknik Analisis Data
Analisis data yang dikumpulkan melalui penelitian harus menggunakan metode analisis yang teratur agar lebih terarah. Penelitian ini menggunakan
(50)
48 Software SPSS 18.0 For Windows. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
3.9.1 Metode Analisis Deskriptif
Analisis statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis data dengan cara mengumpulkan, mengklarifikasikan dan menginterpretasikan data yang telah terkumpul tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum. 3.9.2 Analisis Regresi Berganda
Teknik analisis yang digunakan penelitian ini adalah model persamaan regresi linear berganda, hubungan fungsional variabel – variabel bebas terhadap variabel terikat diformulasikan dalam fungsi regresi sebagai berikut:
Y = α+ b1 X1+ b2 X2+ b3 X3 +b4 X4 + b5 X5 + e
Y = Kinerja Keuangan Perusahaan (ROA)
α = Konstanta
b1 = Dewan Komisaris
b2 = Dewan Komisaris Independen
b3 = Ukuran Dewan Direksi
b4 = Ukuran Komite Audit
b5 = Kepemilikan Institusional
(51)
49 3.10 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik digunakan untuk menguji apakah model regresi benar – benar menunjukkan hubungan yang signifikan dan representatif. Ada empat pengujian dalam uji asumsi klasik, yaitu:
3.10.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah sebuah model regresi, variabel pengganggu atau residual mempunyai distribusi normal atau tidak (Ghozali, 2005 : 110). Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi residual yang normal atau mendekati normal. Dalam penelitian ini Uji Normalitas dilakukan dengan menguji normalitas residual dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, yaitu dengan membandingkan distribusi komulatif relatif hasil observasi dengan distribusi komulatif relatif teoritisnya. Jika probabilitas signifikansi nilai residual lebih besar dari 0,05 berarti residual terdistribusi dengan normal. Demikian pula sebaliknya, jika probabilitas signifikansi residual lebih rendah dari 0,05 berarti residual tidak terdistribusi secara normal.
3.10.2 Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam satu model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (Ghozali, 2005 : 91). Model regresi yang baik adalah tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas dapat dilihat dari nilai variance inflation factor (VIF). Jika nilai VIF kurang dari 10, maka dapat dikatakan model telah bebas dari multikolinearitas.
(52)
50 3.10.3 Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi berganda terjadi ketidaksamaan varian dari residual pada satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya gejala heteroskedastisitas yaitu dengan melihat grafik plot antara nilai variabel terikat yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Dasar analisisnya adalah jika tidak ada pola tertentu pada grafik serta titik-titik menyebar di atas dan bawah angka 0 pada sumbu Y,maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
3.10.4 Autokorelasi
Uji autokorelasi terjadi apabila terdapat penyimpangan terhadap suatu observasi oleh penyimpangan yang lain atau terjadi korelasi diantara observasi menurut waktu dan tempat. Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dalam satu model regresi digunakan model D-W (Durbin-Watson) dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut:
a. Jika nilai D-W dibawah 0 sampai 1,5 berarti ada autokorelasi positif b. Jika nilai D-W diantara 1,5 sampai 2,5 berarti tidak ada autokorelasi c. Jika nilai D-W di atas 2,5 sampai 4 berarti ada autokorelasi negative
Selain menggunakan uji Durbin Watson, untuk melihat ada tidaknya autokorelasi dapat digunakan uji Runs Test. Dengan menggunakan uji Runs Test, jika diketahui nilai Asymp. Sig (2-tailed) > 0,05 maka hipotesis nol diterima yang berarti data residual tidak terkena autokorelasi.
(53)
51 3.11 Pengujian Hipotesis
Pengujian terhadap hipotesis dilakukan dengan cara uji signifikansi (pengaruh nayata) variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y) baik secara parsial, dilakukan dengan mrnggunakan uji statistik t (t-test), dan untuk melihat kelayakan model dilakukan dengan uji statistiK F (F-test), pada level 5% (α=0,05).
3.11.1 UJi F (Uji Serempak)
Uji F ini digunakan untuk menguji signifikansi secara serempak. Langkah-langkah dalam pengujian ini adalah:
Menyusun H0 (Hipotesis Nol) dan H1 (Hipotesis Alternatif)
1. H0 : β1 = 0, artinya Dewan Komisaris, Dewan Komisaris Independen Dewan
Direksi, Komite Audit dan Kepemilikan Institusional secara serempak berpengaruh tidak signifikan terhadap kinerja perusahaan.
2. H1 : β ≠ 0, artinya Dewan Komisaris, Dewan Komisaris Independen,Dewan
Direksi, Komite Audit dan Kepemilikan Institusional secara serempak berpengaruh tidak signifikan terhadap kinerja perusahaan.
Kriteria Pengujian:
1. Jika Fhitung > Ftabel atau tingkat signifikansi < α = 5%, maka H0 ditolak, H1
diterima.
2. Jika Fhitung < Ftabel atau tingkat signifikansi > α = 5%, maka H0 diterima, H1
(54)
52 3.11.2 Uji T (Uji Parsial)
Pengujian secara parsial menggunakan uji t. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengujian ini adalah:
Menyusun H0 (Hipotesis Nol) dan H1 (Hipotesis Alternatif)
1. H0 : βi = 0, artinya Dewan Komisaris, Dewan Komisaris Independen,Dewan
Direksi, Komite Audit dan Kepemilikan Institusional secara parsial berpengaruh tidak signifikan terhadap kinerja perusahaan .
2. H1 : βi ≠ 0, artinya Dewan Komisaris, Dewan Komisaris Independen, Dewan
Direksi, Komite Audit dan Kepemilikan Institusional secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan.
Kriteria pengujian:
1. Jika thitung > ttabel atau tingkat signifikansi < α = 5%, maka H0 ditolak, H1
diterima.
2. Jika thitung < ttabel atau tingkat signifikansi > α = 5%, maka H0 diterima, H1
ditolak.
3.11.3 Analisis Koefisien Determinasi (R2)
Analisis ini digunakan untuk mengetahui besarnya persentase variasi variabel bebas pada model dapat diterangkan oleh variabel terikat. Nilai koefisien determinasi (R2) yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen sangat terbatas dalam menjelaskan variasi variabel dependen. Nilai yang mendekati satu berarti variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.
(55)
53 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
Penelitian ini menggunakan obyek penelitian adalah perusahaan yang termasuk yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pemilihan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan suatu kriteria tertentu, maka diperoleh sebanyak 26 perusahaan. Periode pengamatan tahun 2011-2013, sehingga diperoleh data amatan sebanyak 26 x 3 = 78 data amatan.
4.1.1 Profil Singkat Perusahaan
Berikut gambaran umum masing – masing perusahaan: Tabel 4.1
Profil perusahaan penelitian
NO Nama Perusahaan Tanggal Berdiri Bidang Usaha Kantor Pusat 1 ADHI KARYA 11 Maret 1960 Property,
Real Estate
Jakarta
2 PT APAC CITRA CENTERTEX Tbk
Garmen dan Tekstil Jakarta
3 PT Astra Graphia 22 April 1976 Perdagangan Jakarta 4 PT Astra
Internasional Tbk
20 Febuari 1957 Perdagangan, perindustrian
Jakarta
5 PT Astra Otoparts Tbk 20 September 1991 Perdagangan, perindustrian Jakarta
6 PT Bakrie & Brothers Tbk
Infrastruktur, Telekomunikasi
Jakarta
7 PT Bakrieland Develoment Tbk
Properti, Infrastruktur
Jakarta
8 PT Bakri Sumatra Plantantions Tbk
Perkebunan Sumatera Utara
(56)
54 International
Investama Tbk 10 PT Bumi
Resources Tbk
6 Agustus 2003 Perdagangan, pertambangan
Jakarta
11 PT Elnusa Tbk 25 Januari 1969 Jasa perdagangan, pertambangan
Jakarta
12 PT Garuda Indonesia Tbk
31 Maret 1950 Transportasi Jakarta
13 PT Gema Graha Sarana Tbk
7 Desember 1984 Perdagangan, interior
Tangerang
14 PT Humpus Intermoda Transportasi
15 Desember 1997
transportasi Jakarta
15 PT Indosat Tbk 19 Oktober 1994 Telekomunikasi Jakarta 16 PT Jasa Marga
(Persero)
1 Maret 1978 Industri tol Jakarta
17 PT Kalbe Farma Tbk
10 September 1966
Farmasi Jakarta
18 PT Krakatau Steel (Persero)
31 Agustus 1970 Industri baja Jakarta
19 PT Tempura Mas Tbk
17 September 1987
Transportasi Jakarta
20 PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk
10 Juli 1992 Pembangunan, jasa Jakarta
21 PT Samudra Indonesia Tbk
13 November 1964
Industri Jakarta
22 PT Unilever Indonesia Tbk
5 Desember 1933 Perdagangan Jakarta
23 PT United Tractor (Persero) 13 Okttober 1972 Kontraktor, pertambangan Jakarta
24 PT Voksel Elektrik Tbk
19 April 1971 Produksi kabel,kawat, peralatan listrik
Jakarta
25 PT Wicaksana Overseas Tbk
19 Januari 1973 Perdagangan, pengangkutan, pertanian,percetakan
Jakarta
26 PT Wijaya Karya (Persero)
29 Maret 1961 Industri, konstruksi, Jakarta
4.2 Hasil Penelitian 4.2.1 Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif data bertujuan untuk memberi gambaran atas data dalam penelitian ini, analisis deskriptif penelitian ini terlihat pada Tabel 4.1 berikut:
(57)
55 Analisis Deskriptif Statistik Variabel Penelitian
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Dewan_Komisaris 78 2 11 5.54 2.184
Komisaris_Independen 78 1 6 3.86 1.297
Dewan_Direksi 78 3 10 5.44 1.828
Komite_Audit 78 3 7 3.83 .889
Kepemilikan_Institusional 78 .0000 100.0000 59.347821 29.3074036
ROA 78 -14.1231 57.1428 7.288614 10.7268398
Valid N (listwise) 78
Sumber: Hasil Penelitian, 2015 (Data Diolah)
Tabel 4.1 menunjukkan jumlah data yang digunakan dalam penelitian berjumlah 78 data. Berdasarkan hasil analisis deskriptif diatas dapat dijelaskan bahwa:
1. Variabel Dewan Komisaris mempunyai nilai minimum berjumlah 2 orang dimiliki oleh PT Humpus Intermoda Transportasi dan nilai maksimum 11 orang dimiliki oleh PT Astra International dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 5,54 dan nilai standar deviasi sebesar 2,184.
2. Variabel Dewan Komisaris Independen mempunyai nilai minimum berjumlah 1 orang dimiliki oleh PT Humpus Intermoda dan maksimum berjumlah 6 orang dimiliki oleh PT Astra Autopart, PT Indosat, dan PT United Tractors. Dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 3,83 dan nilai standar deviasi sebesar 1,304.
3. Variabel Dewan Direksi mempunyai nilai minimum sebanyak 3 orang dimiliki oleh PT Apac Citra Centertex, PT Bakrie Depelovment, PT. Dan PT Wicaksana Overseas Tbk dan nilai maksimum berjumlah 10 orang pada PT
(58)
56 Unilever Indonesia dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 5,44 dan nilai standar deviasi sebesar 1,828
4. Variabel Komite Audit mempunyai nilai minimum berjumlah 3 orang dimiliki oleh PT Apac Citra Centertex, PT Astra Graphia, PT Astra Autopart, PT Bakrie Depelovment, PT Bumi Resources, PT Kalbe Farma, PT Krakatau Steel, dan nilai maksimum berjumlah 7 orang dimiliki oleh PT Humpus Intermoda Transportasi dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 3,83 dan nilai standar deviasi sebesar 0,889.
5. Variabel Kepemilikan Institusional mempunyai nilai minimum sebesar 0,00% dimiliki oleh PT Krakatau Steel (Persero), dan nilai maksimum sebesar 100,00% dimiliki oleh PT Adhi Karya (Persero) dan PT Astra Graphia dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 59,347821 dan nilai standar deviasi sebesar 29,3074036.
7. Variabel Kinerja Perusahaan (ROA) mempunyai nilai minimum sebesar-14,1231 yang dimiliki oleh PT. Humpuss Intermoda Transportasi, Tbk pada tahun 2011 dan nilai maksimum sebesar 57,1428 diraih oleh PT Wicaksana Overseas, Tbk. Di tahun 2012. Sedangkan nilai rata-rata (mean) sebesar 7,288614 dan nilai standar deviasi sebesar 10, 7268398.
4.2.2 Uji Asumsi Klasik 4.2.2.1 Uji Normalitas Data
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah model regresi, variabel pengganggu, atau residual memiliki distribusi normal. Uji ini dilakukan dengan
(59)
57 menggunakan pendekatan histogram, grafik dan uji statistik Kolmogorov-Smirnov. Uji normalitas dengan pendekatan histogram dapat dilihat pada Gambar 4.1 berikut
Gambar 4.1 Grafik Histogram
Pada gambar 4.1 terlihat bahwa data berdistribusi normal, hal ini ditunjukkan oleh distribusi data tidak melenceng ke kiri atau ke kanan. Cara lain untuk melihat uji normalitas adalah dengan melihat penyebaran titik-titik di sepanjang garis diagonal. Jika data menyebar disekitar garis diagonal, maka hal ini merupakan indikasi bahwa data residual menyebar normal.
Uji normalitas dengan pendekatan lainnya adalah pendekatan grafik Normal Probability Plot seperti terlihat pada Gambar 4.2 berikut:
(60)
58 Gambar 4.2 Normal Probability Plot
Berdasarkan Gambar 4.2 menunjukkan bahwa data distribusi normal karena menunjukkan bahwa titik-titik menyebar disekitaran garis diagonal dan penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa penyebaran data memenuhi asumsi normalitas atau mendekati normal. Untuk memastikan apakah data berdistribusi normal maka dilakukan uji statistik menggunakan uji kolmogorov-smirnov dengan melihat data residualnya berdistribusi normal atau tidak. Apabila diperoleh nilai signifikansi uji Kolmogorov-Smirnov > 0,05, maka data dinyatakan normal dan jika angka
(1)
72 atas pengurusan perusahaan sehingga dapat mendorong terwujudnya good corporate governance didalam perusahaan. Dewan direksi berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan juga dikarenakan dewan direksi menentukan kebijakan yang akan diambil atau strategi perusahaan dalam jangka panjang dan pendek sehingga berpengaruh terhadap kinerja keuangan.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Jang, dan Kim (2003) hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Dewan Direksi berpengaruh signifikan terhadap Tobins Q.
4.3.4 Pengaruh Komite Audit Terhadap Kinerja Perusahaan
Hasil pengujian secara parsial (Uji t) menunjukkan bahwa Komite Audit berpengaruh secara negatif dan tidak signifikan terhadap kinerja perusahaan (ROA) hal ini terlihat dari nilai thitung (-1,884) < ttabel (1,668) dengan tingkat
signifikansi sebesar 0,064 > 0,05. Hal ini karena kewenangan Komite Audit yang dibatasi oleh fungsi mereka sebagai alat bantu dan tidak memiliki otoritas eksekusi apapun (hanya sebatas rekomendasi kepada dewan komisaris) sehingga Komite Audit tidak berpengaruh terhadap terwujudnya Good Corporate Governance. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Jang, dan Kim (2003) yang menunjukkan bahwa Komite Audit berpengaruh terhadap Tobins Q.
4.3.5 Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Kinerja Perusahaan Hasil pengujian secara parsial (Uji t) menunjukkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan
(2)
73 (ROA) dengan tingkat signifikansi sebesar 0,030 < 0,05. Hal ini karena kepemilikan institusional atau badan usaha yang berasal dari luar perusahaan dapat menjadi controller atau mengawasi tindakan manajemen sehingga manajemen tidak bertindak sesuai dengan kepentingannya sendiri, sehingga antara manajerial dan institusional dapat saling berkerja sama untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Arifani (2013) yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan. Serta penelitian yang dilakukan oleh Rachmad (2012) hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan.
(3)
74 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa hasil pengujian secara simultan menunjukkan bahwa Dewan Komisaris, Dewan Komisaris Independen, Dewan Direksi, Komite Audit, dan Kepemilikan Institusional terdapat pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Kinerja Perusahaan (ROA) pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan secara parsial menunjukkan bahwa Dewan Komisaris berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Kinerja Perusahaan (ROA) pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, Dewan Komisaris Independen berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Kinerja Perusahaan (ROA) pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, Dewan Direksi berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Perusahaan (ROA) pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, Komite Audit berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Kinerja Perusahaan (ROA) pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, Kepemilikan Institusional berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Perusahaan (ROA) pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
(4)
75 5.2 Saran
Berdasarkan hasil dan pembahasan, diberikan saran-saran sebagai berikut: 1. Bagi Dewan Komisaris agar dapat menjalankan tugas pengawasan yang
telah ditetapkan perusahaan dengan baik, bagi Dewan Komisaris Independen agar dapat membantu Dewan Komisaris dengan baik, bagi Dewan Direksi dapat menjalankan pengurusan perseroan dengan baik, bagi Komite Audit agar dapat mengawasi jalannya perusahaan dengan baik, bagi kepemilikan institusional dapat mendorong terciptanya pengawasan yang lebih optimal sehingga prinsip good corporate governance dapat diterapkan didalam perusahaan dan dapat meningkatkan kinerja perusahaan.
2. Bagi peneliti lanjutan diharapkan menambah variabel, jumlah sampel, dan tahun penelitian agar hasil penelitian lebih akurat.
(5)
76 DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Anthony, Robert N, dan Vijay Gondarayan. 2005. Management Control Systems. Jakarta: Salemba empat.
Bringham, Eugene F, I Fred Weston. 1994. Dasar-dasar Manajemen Keuangan Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Bringham, Eugene F, dan Joel F. Houston. 2006. Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Edisi 10. Jakarta: Salemba Empat
Jensen, M.C and Meckling, W.H. 1976. Theory of the Firm: Manajerial Behaviour, Agency Costs and ownership structure.
Kansil, Christine, S.T. 2001. Hukum Perusahaan Indonesia (Aspek Hukum Dalam Ekonomi). Jakarta: PT. Anem Kosong Anem.
KNKG. 2006. Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia. Jakarta: Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance.
Munawir, S. 2002. Analisis Laporan Keuangan Edisi Kedua. Yogyakarta: YPUN
Sutrisno. 2009. Manajemen Keuangan Teori dan Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: Ekonisia.
Sutedi. 2012. Good Corporate Governance. Jakarta: Sinar Grafika
Siswanto Sutojo dan Aldridge, E.Jhon. Good Corporate Governance : Tata kelola Perusahaan yang Sehat. Jakarta: PT. Damar Mulia.
Tika H, Moh. Pabundu, 2006. Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan , cetakan pertama, Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Jurnal:
Afriani, Rizky, 2013. Pengaruh good corporate governance terhadap kinerja keuangan perusahaan di Bursa Efek Indonesia, Manajemen dan Teori vol 11 No 2 2013
(6)
77 Daniri, Achmad, dan A, Prasetyantok. 2009. Reformasi Kelembagaan dan
Penerapan Governance pada BUMN, Manajement Analysis Journal. Dhanis. 2012. Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance terhadap
Kinerja Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2010.
Undang-undang/Peraturan Pemerintah
Keputusan Menteri dan Negara Kordinator bidang ekonomi, keuangan, dan Industri Nomor KEP-31/M.EKUIN/06/2000.
Keputusan Menteri Koordinator Perekonomian RI No. KEP-49/M.EKON/II/2004 Peraturan BUMN Nomor: PER-01/MBU/2011