15
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Uji Semikuantitatif Rhizopus oligosporus pada media M9 modified
Pada uji semikuantitatif, adanya zona bening di sekitar koloni R. oligosporus menunjukkan bahwa R.
oligosporus mampu mendegradasi asparagin yang
terkandung dalam media M9 modified terdiri atas mineral, asparagin dan Phenol Red sebagai indikator. L-asparagine dibutuhkan sebagai sumber nitrogen untuk sintesis
protein dan kelangsungan hidup sel. L-asparaginase mengkatalis hidrolisis gugus amida dari L-asparagin menghasilkan aspartat dan NH
4 +
Cho et al., 2007. NH
4 +
yang dihasilkan dari proses pemecahan tersebut menyebabkan perubahan pH pada medium. Hal ini dibuktikan dengan adanya perubahan warna dari jingga menjadi
merah muda di sekitar koloni. Pada media M9 modified yang telah diinokulasi R. oligosporus
gambar 4.1 IIA, muncul perubahan warna menjadi merah muda di sekitar tusukan. Sebagai kontrol, media M9 modified tanpa inokulum tidak
mengalami perubahan warna menjadi merah muda. Perubahan warna dari jingga menjadi merah muda terjadi karena perubahan
pH dari
asam menjadi
basa IJIRSET,
2013. Struktur
Phenol red
phenolsulfonphtalin atau PSP terdiri atas gugus sulfat yang bermuatan negatif dan gugus keton yang bermuatan positif H
2 +
PS
-
. Ketika pH meningkat, proton dari gugus keton hilang, menghasilkan warna kuning, bermuatan negatif dilambangkan
sebagai HPS
-
. Ketika pH meningkat lagi, gugus hidroksida dari phenol yang kehilangan proton, menghasilkan ion merah sebagai PS
2-
Tamura and Maeda, 1997.
Pengukuran nilai Indeks Akstivitas Enzim IAE L-asparaginase berdasarkan uji semikuantitaif R. oligosporus pada media M9 modified diketahui memiliki nilai
sebesar 1.25. Hasil uji semikuantitatif digunakan sebagai acuan untuk analisis lebih lanjut, seperti uji aktivitas L-asparaginase oleh R. oligosporus.
4.2 Pola Pertumbuhan berdasarkan Kepadatan Spora Rhizopus oligosporus
Penghitungan jumlah spora R. oligosporus dilakukan selama 7 hari. Hasil penghitungan disajikan dalam bentuk tabel dan kurva kepadatan spora. Gambar 4.3
menunjukkan bahwa jumlah spora Rhizopus oligosporus tertinggi yang dihasilkan terdapat pada hari ke-4 penghitungan dengan nilai 1.485x10
6
selml. Jumlah spora tertinggi digunakan sebagai starter untuk tahap fermentasi
. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa spora yang dihasilkan oleh R. oligosporus memiliki kepadatan hanya sampai 10
6
selml. Penelitian Rahman et al., 2006 menyebutkan bahwa spora R. oligosporus
yang digunakan memiliki kepadatan 10
7
selml. Lin et al., 2006
Gambar 4.1 Uji semikuantitatif L-Asparaginase R. oligosporus pada media M9 modified. Gambar I dan II R. oligosporus diinokulasikan pada media M9 yang
mengandung Asparagin. IIA positif dan IIB kontrol.
I II
menyatakan bahwa pada proses fermentasi kedelai kepadatan spora yang digunakan sebesar 10
6
selml.
Pertumbuhan spora memiliki kondisi optimal berbeda pada pertumbuhan vegetatifnya yang perlu distimulasi oleh beberapa faktor nutrisi atau lingkungan.
Kepadatan spora berperan penting dalam proses fermentasi. Kepadatan yang terlalu rendah menyebabkan biomassa tidak cukup dan memicu pertumbuhan kontaminan,
disamping itu jika terlalu tinggi akan menghasilkan biomassa yang terlalu banyak dan menghabiskan nutrien pada substrat yang berguna dalam pembentukan produk.
Kepadatan spora menggunakan range dari 10
4
hingga 10
8
spora per gram substrat Mitchell et al., 2000. Spora dengan kepadatan tersebut dianggap sebagai jumlah
yang optimal. Penghitungan spora ini diperlukan untuk mengetahui densitas tertinggi dari R. oligosporus. Oleh karena itu dibutuhkan kepadatan spora tertinggi yang
nantinya digunakan sebagai starter untuk proses fermentasi.
4.3 Fermentasi Padat Kedelai menggunakan R. oligosporus