Dampak Efesiensi Modal Kerja Dan Likuiditas Terhadap Profitabilitas (Studi Kasus Pada Pt. Mayora Indah Tbk)

(1)

AND LIQUIDITY TO PROFITABILITY (CASE STUDY AT PT MAYORA INDAH Tbk.)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Sidang Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Disusun Oleh

NAJMA M. RULIANA UTAMI 21107065

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(2)

i

Food and beverage industry companies are still interesting for stakeholders. To see the ability to compete of companies, we can see use it profitability. Companies profitability can be increase with the efficient use of working capital and liquidity. Related to the use of working capital, company must use it efficiently. The sufficiency of liquidity will show that companies able to fulfill it short terms liabilities. This Research has the objective to find out the efficient use of working capital and liquidity it will affect the level of profitability at PT Mayora Indah Tbk.

This research uses descriptive verificative and statistical analysis methods. To determine the efficient working capital, liquidity and profitability, purposive sampling technique used. Data were taken from companies balance sheet and income statement. Then the efficient level of working capital, liquidity and profitability were analyzed with quantitative approach the multiple linear regression to determine the influence either simultaneously or partially.

Based on the results of descriptive statistical analysis, partially the efficient use of working capital have a significant effect on profitability. Liquidity while no significant effect on profitability. Because there are other factors that further affect the profitability. But simultaneously the efficiency of working capital and liquidity have a significant effect on profitability.


(3)

ii

Perusahaan industry food and beverage masih diminati bagi para stakeholder. Profitabilitas dapat digunakan untuk melihat kemampuan bersaing. Peningkatkan profitabilitas perusahaan dapat dilakukan dengan efisiensi penggunaan modal kerja dan likuiditasnya. Sehubungan dengan penggunaan modal kerja, perusahaan harus menggunakannya secara efisien. Serta likuiditas yang cukup akan menandakan perusahaan mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui bahwa dengan adanya efisiensi penggunaan modal kerja dan likuiditas maka akan mempengaruhi tingkat profitabilitas pada PT Mayora Indah Tbk.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif verifikatif dan metode analisisi statistik. Untuk mengetahui tingkat modal kerja yang efisien dan likuiditas serta profitabilitas menggunakan teknik sampling purposive yaitu data dari laporan perhitungan neraca dan laba rugi perusahaan. Kemudian tingkat modal kerja yang efisien, likuiditas dan profitabilitas dianalisis dengan pendekatan kuantitatif yaitu regresi linier berganda untuk mengetahui pengaruhnya baik secara simultan maupun secara parsial.

Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif diketahui modal kerja yang efisien berpengaruh terhadap profitabilitas. Sedangkan likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Karena terdapat faktor lain yang lebih mempengaruhi profitabilitas. Namun secara simultan efisiensi modal kerja dan likuiditas berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.


(4)

iii

Syukur alhamdulilah Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, serta senantiasa memberikan kesehatan, kemampuan, dan kekuatan kepada Penulis sehingga dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul “Dampak Efisiensi Modal Kerja dan Likuiditas terhadap Profitabilitas (Studi Kasus pada PT Mayora Indah Tbk)”

Penulisan Skripsi ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan Penulis khususnya mengenai masalah yang diangkat dalam penelitian ini. Selama penyusunan Skripsi ini, Peneliti telah banyak mendapat bimbingan, pengarahan, bantuan dan doa dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan hati yang tulus penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang telah memberikan bantuan, terutama:

1. Dr. Eddy Soeryanto Soegoto, M.Sc., selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.

2. Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra., S.E.,M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

3. Sri Dewi Anggadini, SE., M.Si. Selaku Ketua Program Studi Akuntansi dan Dosen Wali Kelas Akuntansi-2.

4. Surtikanti, SE., M.Si. Selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu guna membimbing, mengarahkan, dan memberikan petunjuk yang sangat berharga demi selesainya penyusunan Skripsi.


(5)

iv

dengan pengetahuan.

7. Kedua orangtuaku yang selalu memberikan doa dengan penuh kasih sayang, keikhlasan dan kesabaran serta pengorbanan yang tiada henti mendorong dan selalu memberi semangat Penulis untuk menyelesaikan Skripsi ini.

8. Adik (Rizkiana Nurutami) dan Kakak (M. Iqbal Zakaria) yang telah memberikan doa, dorongan, semangat untuk menyelesaikan Skripsi ini. 9. Untuk Erwin Kurniawan terimakasih yang tiada henti memberi semangat,

masukan, dan kasih sayang kepada Penulis dalam pembuatan Skripsi ini. 10.Seluruh keluarga besarku-ku terimakasih atas dukungan dan doanya serta

kasih sayang yang begitu tulus kepada Penulis sehingga dapat menyelesaikan Skripsi ini.

11.Sahabat-sahabatku Tyras, Yuyun, Dwi,Andri,Angky,Pazar dan yang lainnya terima kasih atas support dan bantuannya.

12.Teman – teman seperjuanganku dalam menyusun Skripsi ini, Legi, Indri, Nopy, Agus,Bustanul terimakasih atas support dan bantuannya.

13.Semua teman-teman kelas Akuntansi-2 terima kasih atas dukungan dan bantuannya.

14.Seluruh pihak-pihak yang telah membantu penyusunan Skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.


(6)

v

berharap agar Skripsi ini bermanfaat dan sumbangan pemikiran bagi Pembaca. Semoga Allah SWT membalas jasa semua pihak yang telah membantu Penulis dalam penyusunan Skripsi ini.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Bandung, Juli 2011 Penulis,

Najma M. Ruliana Utami Nim: 21107065


(7)

1 1.1Latar Belakang Penelitian

Seiring dengan perkembangan teknologi dan semakin jauhnya spesialisasi dalam perusahaan serta juga semakin banyaknya perusahaan-perusahaan kecil yang berkembang menjadi perusahaan besar, dan berhasil memasuki pasar internasional. Maka faktor produksi, modal mempunyai arti yang sangat penting dalam proses produksi tersebut. Perputaran dalam perusahaan tidak akan terjadi tanpa adanya modal. (Anang Supriyadi, 2008)

Modal kerja akan menguntungkan perusahaan dan memungkinkan perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis dan efektif, sehingga perusahaan tidak mengalami kesulitan-kesulitan dalam menjalankan usahanya. Salah satu tujuan didirikan perusahaan adalah untuk mencapai penjualan yang tinggi dengan tingkat keuntungan yang semakin meningkat sehingga perusahaan dapat menjaga dan mempertahankan kelangsungan hidupnya. Jumlah keuntungan yang diperoleh secara teratur merupakan faktor penting dalam menilai profitabilitas, dimana profitabilitas itu sendiri merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Profitabilitas sebagai kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan,total aktiva maupun modal sendiri sering digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal dalam perusahaan dengan membandingkan antara laba dengan modal yang digunakan dalam operasinya. (Ari Fatmawati, 2010)


(8)

Salah satu masalah kebijaksanaan keuangan yang dihadapi perusahaan adalah masalah efisiensi modal kerja. Manajemen modal kerja yang baik sangat penting dalam bidang keuangan karena kesalahan dan kekeliruan dalam mengelola modal kerja dapat mengakibatkan kegiatan usaha menjadi terhambat atau terhenti sama sekali. Sehingga, adanya analisis atas modal kerja perusahaan sangat penting untuk dilakukan untuk mengetahui situasi modal kerja pada saat ini, kemudian hal itu dihubungkan dengan situasi keuangan yang akan dihadapi pada masa yang akan datang. Dari informasi ini dapat ditentukan program apa yang harus dibuat atau langkah apa yang harus diambil untuk mengatasinya. Perusahaan yang tidak dapat memperhitungkan tingkat modal kerja yang memuaskan, maka perusahaan kemungkinan mengalami insolvency (tak mampu memenuhi kewajiban jatuh tempo) dan bahkan mungkin terpaksa harus dilikuidasi. Aktiva lancar harus cukup besar untuk dapat menutup hutang lancar sedemikian rupa, sehingga menggambarkan adanya tingkat keamanan (margin safeti) yang memuaskan. Sementara itu, jika perusahaan menetapkan modal kerja yang berlebih akan menyebabkan perusahaan overlikuid sehingga menimbulkan dana menganggur yang akan mengakibatkan inefisiensi perusahaan, dan membuang kesempatan memperoleh laba. (Ima Hermawati, 2007)

Modal kerja (working capital) adalah jantung perusahaan (working capital is the heart of the business). Bagaimanapun besarnya aktiva tetap (fixed assets) yang dimiliki sebuah perusahaan, apabila perusahaan tersebut tidak memiliki modal kerja, maka perusahaan tersebut dinyatakan sebagai perusahaan yang mati. Pimpinan perusahaan terutama manajer keuangan (financial manager) harus


(9)

mampu mengelola modal kerja dengan baik. Modal kerja harus dikelola secara efektif dan efisien. Pengelolaan secara efektif, berarti setiap rupiah modal kerja harus mampu menghasilkan laba dalam tingkat tertentu dan mampu memenuhi seluruh kewajiban jatuh tempo dari perusahaan. Kedua hal ini, baik kemampulabaan (profitability) maupun likuiditas (liquidity), berhubungan erat dengan kontinuitas pertumbuhan serta reputasi atau nama baik perusahaan. Efisiensi dikaitkan dengan kemampuan modal kerja dalam menghasilkan penjualan. Bertambah tinggi hasil penjualan yang dapat diwujudkan oleh modal kerja maka bertambah tinggi perputaran modal kerja dan bertambah efisien pengelolaan modal kerja. (Hadi Darma Endang, 2005)

Modal kerja adalah selisih antara aktiva lancar dengan hutang lancar. Dengan demikian modal kerja merupakan investasi dalam kas, suratsurat berharga, piutang dan persediaan dikurangi hutang lancar yang digunakan untuk melindungi aktiva lancar. (J. Fred Weston dan Thomas E.Copeland:1997)

Perputaran modal kerja dimulai dari saat kas diinvestasikan dalam komponen modal kerja sampai saat kembali menjadi kas. Makin pendek periode perputaran modal kerja, makin cepat perputarannya sehingga perputaran modal kerja makin tinggi dan perusahaan makin efisien yang pada akhirnya rentabilitas semakin meningkat. Dalam penentuan kebijakan modal kerja yang efisien, perusahaan dihadapkan pada masalah adanya pertukaran (trade off) antara faktor likuiditas dan profitabilitas. (Van Horne:1998)

Likuiditas merupakan suatu kondisi dari perusahaan yang menunjukan kondisi suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban dalam jangka pendeknya


(10)

dan dalam waktu yang tidak terlalu lama atau selalu siap jika suatu saat akan ditagih. (Abdul Rahman, 2009)

Likuiditas yang tinggi merupakan indikator bahwa risiko perusahaan rendah. Artinya perusahaan aman dari kemungkinan kegagalan membayar berbagai kewajiban lancar. (Hardono Mardiyanto, 2008)

Laba merupakan salah satu indikator yang digunakan oleh para investor untuk mengetahui kondisi perusahaan. Laba yang besar menggambarkan keberhasilan suatu perusahaan untuk menjaga proses produksinya. Secara historis, kinerja keuangan perusahaan seringkali diukur dari tinggi rendahnya laba yang dihasilkan. Laba juga menunjukkan efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya yang dimiliki perusahaan. Sebagian besar sumber daya yang dimiliki perusahaan tertanam dalam modal kerja (working capital). Sehingga masalah modal kerja merupakan suatu hal penting yang memerlukan perhatian besar dan tindakan hati-hati dalam pengelolaannya, hal ini dikarenakan beberapa alasan yaitu: pertama, tanpa modal kerja perusahaan tidak dapat melakukan kegiatan operasional sehari-hari. (Praseska, 2010)

Industri barang konsumsi menjadi industri yang penting bagi perkembangan perekonomian bangsa. Hal ini tidak terlepas dari banyaknya perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam industri barang konsumsi di Indonesia. Tidak bisa dipungkiri bahwasanya dalam proses produksi barang konsumsi dibutuhkan banyak sumber daya termasuk di dalamnya sumber daya manusia. Oleh karena itu, industri barang kosumsi memiliki peranan dalam


(11)

menyerap tenaga kerja dan meningkatkan pendapatan pada suatu negara. Salah satu Perusahaan industri di Indonesia yaitu PT Mayora Indah Tbk.

Pada tahun 2008 dan 2009 merupakan tahun dimana laba yang didapatkan oleh PT Mayora Indah Tbk berkontradiktif dengan Current Ratio. Hal tersebut dapat dilihat seperti pada tabel 1.1 dibawah ini:

Tabel 1.1

ROI dan Current Ratio

PT. Mayora Indah Tbk. Tahun 2004 – 2010

Tahun ROI Current Ratio

2004 10.02% 510.72%

2005 11.04% 353.011%

2006 11.02% 390.93%

2007 12.61% 293.11%

2008 11.82% 218.87%

2009 18.89% 229.04%

2010 14.7% 238.56%

Sumber : dari data yang diolah

Data diatas menggambarkan persentase Profitabilitas yang diukur dengan menggunakan ROI (Retrun on Investmen). ROI merupakan pengukuran kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba dilihat dari modal pemilik. Pada PT Mayora Indah Tbk terjadi peningkatan dan penurunan persentase ROI dari tahun ke tahun. ROI yang meningkat dapat disebabkan karena laba perusahaan besar, sehingga para investor tertarik untuk berinvestasi. Dapat dilihat pada tahun 2005 ROI terjadi peningkatan menjadi 11.04%. ROI yang meningkat dapat


(12)

dikarenakan terjadi penurunan Current Ratio. Dari data diatas Current Ratio

menurun sebesar 353,011%, hal ini disebabkan karena pengoperasian aktiva lancarnya digunakan untuk pembelian bahan baku.

ROI yang menurun menyebabkan laba perusahan berkurang, sehingga para investor kurang tertarik untuk berinvestasi. Pada tahun 2006 ROI yang didapat menurun menjadi 11.02%. Jika ROI menurun dapat menyebabkan Current Ratio

meningkat. Dari data diatas dapat dilihat Current Ratio meningkat menjadi 390,93%. ROI yang menurun dapat disebabkan karena aktiva lancar atau modal kerja perusahaan digunakan lebih dari tahun sebelumnya, sehingga Current Ratio

yang didapat menjadi meningkat. Hal ini menandakan efisiensi modal kerja menurun, karena Working Capital digunakan untuk berinvestasi.

Sama halnya dengan tahun 2005, pada tahun 2007 Profitabilitas (ROI) terjadi peningkatan menjadi 12.61%. ROI yang meningkat dapat dikarenakan terjadi penurunan Current Ratio. Dari data diatas Current Ratio menurun sebesar 293.11%, hal ini disebabkan karena jika aktiva lancar digunakan untuk opersional perusahaan.

Data pada tahun 2005 hingga 2007 dapat disimpulkan Profitabilitas (ROI) yang menurun dapat diakibatkan karena Current Ratio dan Working Capital

meningkat. Dan jika Profitabilitas (ROI) yang meningkat dapat diakibatkan karena Current Ratio menurun dan Working Capital meningkat. Namun pada tahun berikutnya yaitu tahun 2008 terjadi perubahan. ROI kembali menurun menjadi 11.82% yang dapat disebabkan karena saldo kas menurun, sedangkan


(13)

disebabkan karena aktiva lancarnya tidak digunakan sepenuhnya dan Working Capital yang dimiliki digunakan untuk berinvestasi. Seharunya ROI yang didapat harus meningkat karena aktiva lancar yang dikelola oleh perusahaan tidak dipergunakan sepenuhnya. Hal lain yang menyebabkan ROI menurun kemungkinan dapat disebabkan karena Working Capital yang didapat tidak cukup untuk membayar hutang jangka pendeknya.Sedangkan pada tahun 2009 Profitabilitas (ROI) kembali meningkat menjadi 18.89% sehingga para investor tertarik dalam berinvestasi karena laba yang didapat meningkat,namun Current Ratio yang didapat juga ikut meningkat menjadi 229.04%, hal ini dapat disebabkan karena tingginya saldo kas. Hal ini bertentangan dengan teori yang ada, dimana menurut Musdholifah dan Triambodo (2006) mengungkapkan bahwa Kemampuan memperoleh laba (profitabilitas) berbanding terbalik dengan likuiditas. Likuiditas meningkat merupakan profitabilitas yang menurun. Kemampuan memperoleh laba (profitabilitas) berjalan searah dengan risiko dari perusahaan juga akan meningkat, perusahaan dituntut untuk berani mengambil risiko jika ingin mendapatkan laba yang tinggi.

Penelitian ini didukung oleh Ermaidiani (2002) yang telah menemukan bahwa rasio lancar dan rasio modal kerja terhadap total total aktiva menunjukan bahwa pengaruhnya terhadap rasio profitabilitas tidak konsisten terkadang hubungan berbanding lurus, kadang-kadang berbanding terbalik. Rasio likuiditas terhadap rasio profitabilitas mempunyai hubungan yang signifikan terhadap rasio profitabilitas. Dan Ni Nyoman Menuh (2008) menemukan bahwa efisiensi modal kerja berpengaruh terhadap rentabilitas.


(14)

. Berdasarkan gambaran tersebut menarik untuk diteliti mengenai

“DAMPAK EFISIENSI MODAL KERJA DAN LIKUIDITAS TERHADAP

PROFITABILITAS” (Studi Kasus Pada PT MAYORA INDAH Tbk).

1.2 Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka identifikasi masalahan penelitian adalah Profitabiltas mengalami penurunan akan membuat investor kurang tertarik dalam berinvestasi namun Current Ratio juga ikut mengalami penurunan yang kemungkinan dapat disebabkan karena aktiva lancarnya belum digunakan secara efektif. Efisiensi modal kerjapun mengalami penurunan karena modal kerja digunakan untuk berinvestasi. Hal ini bertentangan dengan teori menurut Musdholifah dan Triambodo (2006) mengungkapkan bahwa Kemampuan memperoleh laba (profitabilitas) berbanding terbalik dengan likuiditas.

1.2.2 Rumusan Masalah

Sesuai dengan identifikasi masalah yang ditemukakan di atas, maka Penulis mencoba merumuskan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana efisiensi modal kerja dan likuiditas?

2. Bagaimana dampak efisiensi modal kerja dan likuiditas terhadap profitabilitas secara parsial pada PT Mayora Indah Tbk?


(15)

3. Bagaimana dampak efisiensi modal kerja dan likuiditas terhadap profitabilitas secara simultan pada PT Mayora Indah Tbk?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan oleh penulis, adalah untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh efisiensi modal kerja dan likuiditas pada PT Mayora Indah Tbk.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan pnelitian ini untuk memperoleh bukti empiris mengenai : 1. Untuk menganalisis efisiensi modal kerja dan likuiditas terhadap

profitabilitas pada PT Mayora Indah Tbk.

2. Untuk menganalisis dampak efisiensi modal kerja dan likuiditas terhadap profitabilitas secara parsial pada PT Mayora Indah Tbk.

3. Untuk menganalisis dampak efisiensi modal kerja dan likuiditas terhadap profitabilitas secara simultan pada PT Mayora Indah Tbk.

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Praktis

1. Bagi perusahaan

Diharapkan dapat memberi masukan mengenai Efisiensi Modal Kerja dan Likuiditas serta dampaknya terhadap Profitabilitas pada PT Mayora Indah Tbk. di masa yang akan datang.


(16)

2. Bagi Investor

Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan pada pada PT Mayora Indah Tbk. berdasarkan Efisiensi Modal kerja dan Likiuiditas.

1.4.2 Kegunaan Akademis

Adapun kegunaan dari penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah sebagai berikut :

1. Bagi Penulis:

Menambah wawasan ilmu pengetahuan dan pemahaman dalam hal akuntansi mengenai efisiensi modal kerja, likuiditas dan profitabilitas. 2. Bagi Akademika :

Sebagai bagian pemenuhan dan referensi atau bahan rujukan untuk menambah ilmu pengetahuan maupun untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai efisiensi modal kerja, likuiditas dan profitabilitas.

1.5 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian 1.5.1 Lokasi Penelitian

Penulis melakukan penelitian pada PT. Mayora Tbk. yang bertempat di Jl. Tomang Raya No.21-23 Jakarta Barat 11440. Dengan memperoleh data sekunder melalui Bursa Efek Indonesia yang berlokasi di Gedung Bursa Efek Indonesia, Tower 2 Lantai 1, Jl. Sudirman Kav.52-53 Jakarta 12190.


(17)

1.5.2 Waktu Penelitian

Penelitin ini dilakukan mulai pada bulan Februari 2011 sampai dengan selesai.

Tabel 1.2 Jadwal Penelitian

N

o Kegiatan

Februari 2011 Maret 2011 April 2011 Mei 2011 Juni 2011 Juli 2011 Agust 2011 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1

Pra Survei :

a. Persiapan Judul b. Persiapan teori c. Pengajuan Judul d. Mencari

Perusahaan

2

Usulan Penelitian:

a. Penulisan UP b. Bimbingan UP c. Seminar UP d. Revisi UP 3 Pengumpulan Data 4 Pengolahan Data

5

Penyusunan Skripsi:

a. Bimbingan Skripsi b. Sidang Skripsi c. Revisi Skripsi d. Pengumpulan draf skripsi


(18)

12

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN

HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Modal Kerja

2.1.1.1 Pengertian Modal Kerja

Banyak perusahaan mengalami kesulitan karena pimpinan perusahaan kurang mengetahui pergertian modal kerjadan fungsinya dalam suatu perusahaan, dimana modal kerja sering sekali digunakan untuk membeli aktiva tetap sehingga akan menimbulkan kesulitan bagi perusahaan. Untuk menghindari hal yang demikian, maka perlu diketahui pengertian dari modal kerja.

G. Sugiyarso dan F. Winari (2006:17) memberikan pengertian modal kerja sebagai berikut :

“Dana yang ditanamkan ke dalam aktiva lancar untuk membiayai operasi perusahaan sehari-hari disebut modal kerja.”

Sedangkan Jumingan (2006:66) mengungkapkan bahwa :

“Untuk membelanjai operasi perusahaan dari hari ke hari, misalnya untuk memberi uang muka pada pembelian bahan baku atau barang dagangan, membayar upah buruh dan gaji pegawai dan biaya-biaya lainnya, setiap

perusahaan perlu menyediakan modal kerja.”

Kesimpulanya adalah modal kerja merupakan aktiva lancar yang digunakan untuk membelanjai operasi perusahaan sehari-hari.


(19)

2.1.1.2 Konsep Modal Kerja

Di dalam modal kerja terdapat beberapa konsep modal kerja. Menurut G. Sugiyarso dan F. Winari (2006:17) mengemukakan bahwa :

“ Modal kerja dapat dibagi menurut konsep sebagai berikut :

1. Modal Kerja Kuantitatif/ modal kerja bruto (Gross Working Capital). Dari konsep yang dikemukakan tersebut dijelaskan bahwa Modal Kerja Kuantitatif/ modal kerja bruto (Gross Working Capital) adalah sejumlah dana yang tertanam dalam seluruh aktiva lancar. Konsep ini mendasarkan pada jumlah seluruh dana yang ditanamkan pada seluruh unsur-unsur aktiva lancar. Konsep ini mengabaikan utang lancar yang dalam konsep kualitatif merupakan unsure yang diperhitungkan dalam modal kerja. 2. Modal Kerja Kualitatif/ modal kerja neto (Net Working Capital).

Modal Kerja Kualitatif/ modal kerja neto (Net Working Capital) adalah jumlah dana yang ditanamkan ke dalam aktiva lancar dikurangi jumlah utang lancar. Dengan kata lain modal kerja neto merupakan nilai lebih aktiva lancar di atas utang lancar, sehingga nilai lebih tersebut betul-betul dapat dipergunakan untuk operasi dan perisahaan tidak akan terganggu dengan masalah likuiditasnya.

3. Modal Kerja Fungional.

Modal Kerja Fungional adalah k onsep yang melihat fungsi dana dalam menghasilkan pendapatan. Sebagian dana akan menghasilkan pendapatan. Sebagian dana akan menghasilkan pendapatan untuk periode ini (Current


(20)

Income) dan sebagian lagi akan menghasilkan pendapatan untuk periode yang akan dating (Future Income).”

2.1.1.3 Manfaat Modal Kerja

Manfaat modal kerja menurut Jumingan (2006: 67) adalah sebagai berikut:

“Manfaat modal kerja adalah sebagai berikut:

1. Melindungi preusahaan dari akibat buruk berupa turunnya nilai aktiva lancar turunnya nilai aktiva lancar, seperti adanya kerugian karena debitur tidak membayar, turunnya nilai persediaan karena harganya merosot.

2. Memungkinkan perusahaan untuk melunasi kewajiban-kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya.

3. Memungkinkan perusahaan untuk dapat membeli barang dengan tunai sehingga dapat mendapatkan keuntungan berupa potongan harga. 4. Menjamin perusahaan memiliki Credit Standing dan dapat mengatasi

peristiwa yang tidak dapat diduga seperti kebakaran, pencurian dan sebagainya.

5. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup guna melayani permintaan konsumennya.

6. Memungkinkan perusahaan dapat memberikan syarat kredit yang menguntungkan kepada pelanggan.


(21)

7. Memungkinkan perusahaan dapat beroperasi dengan lebih efisien karena tidak ada kesulitan dalam memperoleh bahan baku, jasa dan suplai yang duibutuhkan.

8. Memungkinkan perusahaan mampu bertahan dalam periode resesi atau depresi.”

2.1.1.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Modal Kerja

Untuk Menentukan jumlah modal kerja yang diperlukan oleh suatu perusahaan terdapat sejumlah faktor yang perlu dianalisisi.

Menurut Jumingan (2006;69) faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:

“Faktor menentukan jumlah modal kerja yang diperlukan oleh suatu perusahaan adalah sebagai berikut:

1. Sifat umum atau tipe perusahaan.

Modal kerja yang dibutuhkan perusahaan jasa (public itulity) relative rendah karena investasi dalam persediaan dan piutang pencairannya menjadikan relative lebih cepat. Untuk beberapa perusahaan jasa tertentu malahan langganan membayar uang dimuka sebelum jasa dinikmati, misalnya jasa trasnport, kereta api, bus malam, pesawat udara dan kapal laut. Berbeda dengan perusahaan industry, investasi dalam aktiva lancar cukup besar dengan tingkat perputaran persediaan dan piutang yang relative rendah. Perusahaan industry memerlukan modal kerja yang cukup besar, yakni untuk melakukan investasi dalam bahan baku, barang dalam proses, dab barang jadi. Fluktuasi dalam pendapatan bersih pada


(22)

perusahaan jasa juga relative kecil bila dibandingkan dengan perusahaan industry dan perusahaan keuangan.

2. Waktu yang diperlukan untuk memproduksi atau mendapatkan barang dan ongkos produksi per unit atau harga beli per unit barang itu.

Jumlah modal kerja langsung dengan waktu yang dibutuhkan mulai dari bahan baku atau barang jadi dibeli sampai barang-barang dijual kepada langganan. Makin panjang waktu yang dipergunakan untuk memproduksi barang atau untuk memperoleh barang makin besar kebutuhan akan modal kerja. Modal kerja bervariaso tergantung pada volume pembelian dan harga beli per unit dari barang yang dijual. Misalnya suatu perusahaan yang memproduksi lokomotif kereta api, disamping membutuhkan waktu yang lama dalam proses produksinya juga membutuhkan modal kerja yang besar (bila dibandingkan dengan perusahaan yang memproduksi mebel rumah tangga). Juga perusahaan yang membutuhkan proses pengeringan (tembakau, kayu) akan memerlukan modal kerja yang lebih besar.

3. Syarat pembelian dan penjualan.

Syarat kredit pembelian barang dagangan atau bahan baku akan mempengaruhi besar kecilnya modal kerja. Syarat kredit pembelian yang menguntungkan akan memperkecil kebutuhan uang kas yang harus ditanamkan dalam persediaan, sebaliknya bila pembayaran ahrus dilakukan segera setelah barang diterima maka kebutuhan uang kas untuk membelanjakan volume perdagangan menjadi lebih besar. Di samping itu, modal kerja yang dipengaruhi oleh syarat kredit penjualan barang.


(23)

Semakin lunak kredit (jangka kredit lebih panjang) yang diberikan kepada langganan akan semakin besar kebutuhan modal kerja yang harus ditanamkan dalam piutang. Untuk mengurangi kebutuhan modal kerja dan mengurangi risiko kerugian karena adanya piutang yang tidak terbayar, biasanya perusahaan memberikan rangsangan potongan tunai (Ccash discount).

4. Tingkat perputaran persediaan.

Semakin sering persediaan diganti (dibeli dan dijual kembali) maka kebutuhan modal kerja ditanamkan dalam bentuk persediaan (barang) akan semakin rendah. Untuk mencapai tingkat perputaran persediaan yang tiinggi diperlukan perencanaan dan pengawasan persediaan yang efisien. Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan akan mengurangi risiko kerugian karena penurunan harga, perubahan permintaan atau perubahan mode juga menghemat ongkos penyimpanan dan pemeliharaan (carrying cost) dan persediaan.

5. Tingkat perputaran piutang.

Kebutuhan modal kerja juga tergantung pada periode waktu yang diperlukan untuk mengubah piutang menjadi uang kas. Apabila piutang terkumpul dalam waktu pendek berarti kebutuhan aakn modal kerja semakin rendah dan kecil. Untuk mencapai tingkat perputaran piutang yang tinggi diperlukan pengangawasan piutang yang efektif dan kebijaksanaan yang tepat sehubungan dengan perluasan kredit, syarat


(24)

kredit penjualan, maksimum kredit bagi langganan, serta penagihan piutang.

6. Pengaruh konjingtur

Pada periode makmur (prosperity) aktivitas perusahaan meningkat dan perusahaan cenderung membeli barang lebih banyak memanfaatkan harga yang masih rendah. Ini berarti perusahaan memperbesar tingkat persediaan. Peningkatan jumlah persediaan membutuhkan modal kerja yang lebih banyak. Sebaliknya pada periode depresi volume perdagangan menurun, perusahaan cepat-cepat berusaha menjual barangnya dan menarik piutangnya. Uang yang diperoleh digunakan untuk membeli surat-surat berharga, melunasi utang atau untuk menutup kerugian.

7. Derajat risiko kemungkinan menurunnya harga jual aktiva jangka pendek. Menurunnya nilai riil dibandingkan dengan harga buku dari surat-surat berharga, persediaan barang dan piutang akan menurunkan modal kerja. Apabila risiko kerugian ini semakin membesar berarti diperlukan tambahan modal kerja untuk membayar bunga atu melunasi utang jangka pendek yang sudah jatuh tempo. Untuk melindungi diri dari hal yang tidak terduga dibutuhkan modal kerj ayang relative besar dalam bentuk kas atau surat-surat berharga.

8. Pengaruh musim

Banyak perusahaan di mana penjualannya hanya terpusat pada beberapa bulan saja. Perusahaan yang dipengaruhi oleh musim membutuhkan jumlah maksimum modal kerja untuk periode yang relative pendek. Modal


(25)

kerja yang ditanamkan dalam bentuk persediaan barang berangsur-angsur meningkatkan dalam bulan-bulan menjelang puncak penjualan

9. Credit Rating dari perusahaan.

Jumlah modal kerja dalam bentuk kas termasuk surat-surat berharga yang dibutuhkan perusahaan untuk membiayai operasinya tergantung pada kebijaksanaan penyediaan uang kas. Penyediaan uang kas ini tergantung pada; (a) credit rating dari perusahaan (kemampuan meminjam uang dalam jangka pendek), (b) perputaran persediaan dan piutang, dan (c) kesempatan mendapatkan potongan harga dalam pembelian.”

2.1.1.5. Sumber Modal Kerja

Sumber modal kerja meliputi hal-hal sebagai berikut (Jumingan (2006;71)):

“Sumber modal kerja dapat dilihat dari :

1. Pendapatan bersih.

Dari berbagai sumber modal kerja tersebut dapat dijelaskan bahwa sumber modal kerja dapat di amblin dari Pendapatan bersih. Modal kerja diperoleh dari hasil penjualan barang dan hasil-hasil lainnya yang meningkatkan uang kas dan piutang. Akan tetapi, sebagian dari modal kerja ini harus digunakan untuk menutupi harga pokok penjualan dan biaya usaha yang telah dikeluarkan untuk memperoleh

revenue, yakni berupa biaya penjualan dan biaya administrasi. Jadi, sebenarnya yang merupakan sumber modal kerja adalah pendapatan


(26)

bersih dari jumlah modal kerja yang diperoleh dari operasi jangka pendek, dan ini bisa ditentukan dengan cara menganalisis laporan laba-rugi perusahaan.

2. Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga.

Surat-surat berharga sebagai salah satu pos aktiva lancar dapat dijual dan dari penjualan ini akan timbul keuntungan. Penjualan surat-surat berharga menunjukan pergeseran bentuk pos aktiva lancar dari pos

“surat-surat berharga” menjadi pos “kas”. Keuntungan yang diperoleh merupakan sumber penambahan modal kerja. Sebaliknya, jika terjadi kerugian maka modal kerja akan berkurang.

3. Penujalan aktiva tetap, investasi jangka panjang dan aktiva tidak lancar lainnya.

Sumber lain untuk menambah modal kerja adalah hasil penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang dan aktiva tidak lancar lainnya yang tidak diperlukan lagi oleh perusahaan. Perubahan aktiva tidak lancar itu menjadi kas yang akan menambah modal kerja sebanyak hasil bersih penjualan aktiva tidak lancar tersebut.

4. Penjualan obligasi dan saham serta kontribusi dana dari pemilik. Utang hipotik, obligasi dan saham dapat dikeluarkan oleh perusahaan apabila diperlukan sejumlah modal kerja, misalnya untuk ekspansi perusahaan. Pinjaman jangka panjang berbentuk obligasi biasanya tidak begitu disukai karena adanya beban bunga di samping kewajiban mengembalikan pokok pinjamannya.


(27)

5. Dana pinjaman dari bank dan pinjaman jangka pendek lainnya. Pinjaman jangka pendek (seperti kredit bank) bagi beberapa perusahaan merupakan sumber penting dari aktiva lancarnya, terutama tambahan modal kerja yang diperlukan untuk membelanjai kebutuhan modal kerja musiman, siklis, keadaan darurat atau kebutuhan jangka pendek lainnya.

6. Kredit dari supplier atau trade creditor.

Salah satu sumber modal kerja yang penting adalah kredit yang diberikan oleh supplier. Material, barang-barang, supplies, dan jasa-jasa biasa dibeli secara kredit atau dengan wesel bayar. Apabila perusahaan kemudian dapat mengusahakan menjual barang dan menarik pembayaran piutang sebelum waktu utang harus dilunasi, perusahaan hanya memerlukan sejumlah kecil modal kerja.”

2.1.1.6 Efisiensi Modal Kerja

Manajemen atau pengelolaan modal kerja merupakan hal yang sangat penting agar kelangsungan usaha sebuah perusahaan dapat dipertahankan (Hanafi, 2005: 125). Kesalahan atau kekeliruan dalam pengelolaan modal kerja akan menyebabkan buruknya kondisi keuangan perusahaan sehingga kegiatan perusahaan dapat terhambat atau terhenti sama sekali.

Menurut Husnan dkk (2002:124) Efisiensi modal kerja ditaksir dengan membandingkan antaa laba operasi dengan aktiva lancar. Adapun rasio yang dapat diukur untuk mengukur efisiensi yaitu rasio return on working capital ini dinyatakan sebagai :


(28)

2.1.2 Likuiditas

2.1.2.1 Pengertian Likuiditas

Menurut G Sugiyarso dan F. Winarni (2006;114) likuiditas adalah :

“Ratio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi

kewajiban keuangan jangka pendek”

Sedangkan menurut Munawir (2001:31) likuiditas adalah

“likuiditas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih. Sehingga dapat disimpulkan bahwa likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka pendeknya yang segera harus dipenuhi”

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya kepada kreditor yang diberikan kepada perusahana untuk mendanai operasi yang harus segera dipenuhi.

2.1.2.2 Rasio Likuiditas

Rasio Likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Rasio-rasio ini dapat dihitung melalui sumberinformasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan

Retrun on Working Capital = Laba Operasi Aktiva Lancar


(29)

Rasio Kas atas Aktiva Lancar = Kas AktivaLancar RasioLancar = Aktiva Lancar

Utang Lancar

utang lancar. Beberapa rasio likuiditas menurut Sofyan Syafri Harahap (2009: 301) adalah sebagai berikut :

1. Rasio Lancar (Current Ratio)

Rasio ini menunjukan sejauh mana aktiva lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan utang lancar semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini dapat dibuat dalam bentuk beberapa kali atau dalam bentuk persentasi. Apabila rasio lancar ini 1:1 atau 100% ini berarti bahwa aktiva lancar dapat menutupi semua uatng lancar. Rasio lancar yang lebih aman adalah jika berada di atas 1 atau dia tas 100%. Artinya aktiva lancar harus jauh di atas jumlah utang lancar.

2. Rasio Cepat (Quick Ratio)

Rasio ini menunjukan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid mampu menutupi utang lancar. Semakin besar raio ini semakin baik. Rasio ini disebut juga Acid Test Ratio. Angka rasio ini tidak harus 100 % atau 1:1 Rasio ini yang dapat dihitung antara lain :

a. Rasio Kas atas Aktiva Lancar

Rasio ini menunjukan porsi jumlah kas dibandingkan dengan total aktiva lancar.


(30)

Rasio Aktiva Lancar & T. Aktiva= Aktiva Lancar Total Aktiva Rasio Kas atas Utang Lancar = Kas

Utang Lancar b. Rasio Kas atas Utang Lancar

Rasio ini menunjukan porsi kas yang dapat menutupi utang lancar.

c. Rasio Aktiva Lancar dan Total Aktiva

Rasio ini menunjukan porsi Aktiva lancar atas Total Aktiva.

d. Aktiva lancar dan Total Utang

Rasio ini menunjukan porsi aktiva lancar atas total kewajiban perusahaan.

2.1.3 Profitabilitas

2.1.3.1 Pengertian Profitabilitas

Kemampuan perusahaan untuk tetap bersaing dalam kompetisi dengan perusahaan-perusahan lainnya, menuntut perusahaan untuk dapat meningkatkan profitabilitas.Pengertian profitabilitas menurut Sofyan Syafri Harahap (2004:304) mengemukaan bahwa:

“Rasio rentabilitas atau disebut juga profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal jumlah karyawan, jumlah cadangan dan sebagainya. Rasio ini menggabarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba disebut juga Operating ratio.”

Aktiva lancar dan Total Utang = Aktiva Lancar Total Utang J. Panjang


(31)

Profit Margin = Pendapatan Bersih Penjualan

Asset Turnover = Penjualan Bersih Total Aktiva

Sedangkan menurut G. Sugiyarso dam F.Winani (2006:111) :

“Profiabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.” Dari pengertian-pengertian profitabilitas dapat disimpulkan bahwa, profitabilitas adalah mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba melalui kegiatan penjualan, kas, modal jumlah karyawan, jumlah cadangan dan sebagainya.

2.1.3.2 Rasio Profitabilitas

Menurut Sofyan Syafri Harahap (2009: 304), ada beberapa jenis rasio profitabilitas, diantaranya sebagai berikut :

1. Margin Laba (Profit Margin)

Angka ini menunjukan berapa besar persentase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam emndapatkan laba cukup tinggi.

2. Asset Turnover (Retrun on Asset)

Rasio ini menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik. Hal ini berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba.


(32)

Earing per Share = Laba saham bersangkutan

Jumlah Saham

Basic Earning Power= Laba sebelum bunga & pajak Total Aktiva

Retrun on Investment = Laba Total Aktiva

Retrun on Total asset= Laba bersih Rata-rata Total Aset 3. Retrun on Investment

Rasio ini menunjukan berapa persen diperoleh laba bersih bila diukur dari modal pemilik. Semakin besar semakin bagus.

4. Retrun on Total asset

Rasio ini menunjukan berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila diukur dari nilai aktiva

5. Basic Earning Power

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan memperoleh laba diukur dari jumlah laba sebelum dikurangi bunga dan pajak dibandingkan dengan total aktiva. Semakin besar rasio semakin baik.

6. Earning per Share

Rasio ini menunjukan berapa besar kemampuan per lembar saham menghasilkan laba.


(33)

Contributin Margin= Laba Kotor

Penjualan 7. Contributin Margin

Rasio ini menunjukan kemampuan perusahaan melahirkan laba yang akan menutupi biaya-biaya tetap atau biaya operasi lainnya. Dengan pengetahuan atas rasio ini kita dapat mengontrol pengeluaran untuk biaya tetap atau biaya operasi sehingga perusahaan dapat menikmati laba.

2.1.4 Hubungan antara Efisiensi Modal Kerja, Likuiditas dengan Profitabilitas

2.1.4.1 Hubungan Efisiensi Modal Kerja dengan Likuiditas

Komposisi efisiensi modal kerja akan mempengaruhi risiko yang berkaitan dengan likuiditas perusahaan maupun likuiditas badan usaha. Menurut G. Sugiyarso dan F. Winarni (2006: 18):

“Apabila perusahaan tidak memiliki modal kerja yang cukup akan dapat terhambat kegiatan operasional sehari-harinya, bahkan kesempatan untuk memperbesar penjualan dan memperoleh tambahan pendapata dapat tertunda. Di lain pihak kekurangan modal kerja akan mengurangi tingkat likuiditas badan usaha apabila kewajiban membayar utang jangka

pendeknya terhambat”

2.1.4.2 Pengaruh Efisiensi Modal Kerja dengan Profitabilitas

Beberapa literatur menyebutkan bahwa modal kerja akan berpengaruh terhadap profitabilitas suatu perusahaan. Seperti yang dikemukakan oleh Agus Indriyo Gitosudarmo dan Basri (2008; 76) terdapat hubungan antara modal kerja dengan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba (profitabilitas). Dan konsep yang mendasari manajemen modal kerja sehat adalah sebagai berikut :


(34)

Mengatakan bahwa modal kerja yang lebih dari cukup akan mengurangi risiko dan menaikkan laba/hasil. Pendapat ini didasarkan atas pandangan bahwa dengan cukup tersedianya modal kerja kegiatan dapat diarahkan pada pencarian hasil yang lebih tinggi dengan ekspansi atau perluasan usaha.”.

Penggunaan rasio profitabilitas ini untuk mengukur rata-rata assets dalam menghasilkan profit atau laba. Seperti yang dijelaskan menurut Henry Simamora (2000: 257), adalah:

“Profitabilitas sering sekali dipakai sebagai tes akhir efektivitas operasi

manajemen. Tujuan profitabilitas berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk meraup laba yang memuaskan sehingga pemodal dan pemegang saham akan meneruskan untuk menyediakan modal bagi perusahaan. Karena itulah, maka

pengevaluasian profitabilitas adalah penting bagi pemodal maupun kreditur.”

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa modal kerja merupakan investasi yang paling penting di dalam suatu perusahaan maka manajer keuangan dituntut harus dapat memprediksi dana menentukan kebutuhan modal kerja yang optimal dalam membiayai kegiatan operasi perusahaannya. Dimana modal kerja harus digunakan secara efisien, artinya semakin cepat masa perputaran modal kerja akan semakin efisien penggunaan modal kerja dan tentunya investasi pada modal kerja semakin kecil, sehingga profitabilitas yang diharapkan akan ikut meningkat.

Dari uruaian di atas dapat disimpulkan bahwa investasi dalam aktiva tetap dan modal kerja ada hubungannya dengan profitabilitas perusahaan, dimana pada dasarnya, peningkatan keuntungan harus disertai dengan penambahan investasi pada aktiva tetap dan modal kerja. Hal ini sudah menjadi suatu kewajaran sebab


(35)

untuk dapat terus meningkatkan keuntungan tentunya perusahaan harus menjalakan kegiatan operasinya secara efektif dan efisien.

2.1.4.3 Pengaruh Likuiditas dengan Profitabilitas

Likuiditas merupakan suatu kondisi dari perusahaan yang menunjukan kondisi suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban dalam jangka pendeknya dan dalam waktu yang tidak terlalu lama atau selalu siap jika suatu saat akan ditagih. Sehingga jika dapat memenuhi kewajiban jangka pendeknya mana risiko perusahaan rendah.

Menurut Musdholifah dan Eko Triambodo (2006) mengungkapkan bahwa:

“Kemampuan memperoleh laba (profitabilitas) berbanding terbalik dengan likuiditas. Likuiditas meningkat merupakan profitabilitas yang menurun. Kemampuan memperoleh laba (profitabilitas) berjalan searah dengan risiko dari perusahaan juga akan meningkat, perusahaan dituntut untuk

berani mengambil risiko jika ingin mendapatkan laba yang tinggi.”

Hardono Mardiyanto (2008: 100) mengungkapkan bahwa :

“Likuiditas yang tinggi merupakan indikator bahwa risiko perusahaan rendah. Artinya perusahaan aman dari kemungkinan kegagalan membayar berbagai kewajiban lancar”

2.2 Kerangka Pemikiran

Laporan keuangan sangat dibutuhkan bagi pemakainya dalam suatu perusahaan, karena dalam laporan keuangan tersebut memuat informasi-informasi yang dbutuhkan untuk perencanaan kelangsungan perusahaan yang akan datang. Menurut Bambang Riyanto (1996:327), laporan keuangan adalah:

“Laporan yang memberikan ikhtisar mengenai keadaan finansial suatu

perusahaan, dimana neraca (balance sheet) mencerminkan nilai aktiva, utang dan modal sendiri pada suatu saat tertentu, dan laporan rugi laba (income statement) mencerminkan hasil yang dicapaiselama suatu


(36)

(Ari Fatmawati, 2010) Modal kerja akan menguntungkan perusahaan dan memungkinkan perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis dan efektif, sehingga perusahaan tidak mengalami kesulitan-kesulitan dalam menjalankan usahanya. Salah satu tujuan didirikan perusahaan adalah untuk mencapai penjualan yang tinggi dengan tingkat keuntungan yang semakin meningkat sehingga perusahaan dapat menjaga dan mempertahankan kelangsungan hidupnya. Jumlah keuntungan yang diperoleh secara teratur merupakan faktor penting dalam menilai profitabilitas, dimana profitabilitas itu sendiri merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Profitabilitas sebagai kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan,total aktiva maupun modal sendiri sering digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal dalam perusahaan dengan membandingkan antara laba dengan modal yang digunakan dalam operasinya.

Menurut Husnan dkk (2002:124) Efisiensi modal kerja ditaksir dengan membandingkan antaa laba operasi dengan aktiva lancar.

Komposisi modal kerja akan mempengaruhi risiko yang berkaitan dengan likuiditas perusahaan maupun likuiditas badan usaha. Menurut G. Sugiyarso dan F. Winarni (2006: 18):

“Apabila perusahaan tidak memiliki modal kerja yang cukup akan dapat terhambat kegiatan operasional sehari-harinya, bahkan kesempatan untuk memperbesar penjualan dan memperoleh tambahan pendapata dapat tertunda. Di lain pihak kekurangan modal kerja akan mengurangi tingkat likuiditas badan usaha apabila kewajiban membayar utang jangka

pendeknya terhambat”


(37)

“Ratio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi

kewajiban keuangan jangka pendek”

Makin tinggi perputaran modal kerja berarti makin cepat perputarannya, makin pendek waktu terikatnya dana ypada modal kerja, makin kecil kebutuhan modal kerja. Dengan demikian dana yang tersedia dapat digunakan perusahaan untuk investasi lain yang lebih menguntungkan misalnya untuk meningkatkan laba perusahaan.

Hardono Mardiyanto (2008: 100) mengungkapkan bahwa :

“Likuiditas yang tinggi merupakan indikator bahwa risiko perusahaan rendah. Artinya perusahaan aman dari kemungkinan kegagalan membayar berbagai kewajiban lancar.”

Kemampuan perusahaan untuk tetap bersaing dalam kompetisi dengan perusahaan-perusahan lainnya, menuntut perusahaan untuk dapat meningkatkan profitabilitas. Sofyan Syafri Harahap (2004:304) mengemukaan bahwa:

“Rasio rentabilitas atau disebut juga profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal jumlah karyawan, jumlah cadangan dan sebagainya. Rasio ini menggabarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba disebut juga Operating ratio.”


(38)

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran Teoritis

Profitabilitas Pengukuran

Retrun on Ivesment= OI/TA

Kondisi Kinerja Keuangan Perusahaan

Laporan Keuangan :

 Neraca

 Laporan Laba Rugi

 Laporan Perubahan Posisi Keuangan

Efisiensi Modal Kerja Pengukuran :

Return on Working Capital = OI/CA

Analisis Laporan Keuangan

Likuiditas Pengukuran :


(39)

2.2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Nama Peneliti (Tahun Penelitian)

Judul Penelitian Hasil Penelitian Sumber

Emaidiani & R. Weddie Andryanto

(2002)

Pengaruh

Likuiditas terhadap Profitabilitas pada PT Kreta Api Indonesia (Studi Kasus Eksploitasi Sumatera Selatan)

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

Current Ratio dan

Working Capital to

Total Asset

mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap Profitabilitas.

Jurnal

Akuntasi dan Keuangan Volume 7 no.2 Juli 2002

Ni Nyoman Menuh (2008)

Pengaruh

Efektivitas dan Efisiensi

Penggunaan Modal Kerja terhadap Rentabilitas

Ekonomi pada

Koperasi Pegawai Negeri

“Kamadhuk”

RSUP Sanglah

Denpasar

Efisiensi

penggunaan modal kerja mempunyai pengauh nyata teradap retabilitas ekonomi dengan probabilitas

penolakan hipotesis kurang dari 5 persen.

Forum Manajemen, Vol.6 Nomor 1 tahun 2008

Nor Edi Azhar Binti Mohamad dan Noriza Binti

Mohd Saad (2010)

Working Capital Management : The Effect of Market Valuation and Profitability in Malaysia

The study revels that

out of five

components selected for the study, CR is negatively

significant with ROA only but insignificant with

International Journal of Business and Management

Vol. 5, 11 November 2010


(40)

ROIC, while positively significnt with TobinQ

ISSN 1833-3850

E-ISSN 1833-9119

2.3 Hipotesis

Menurut Sugiyono (2010:64), hipotesis penelitian adalah:

“Penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif. Pada penelitian kualitatif, tidak dirumuskan hipotesis, tetapi justru diharapkan dapat ditemukan hipotesis. Selanjutnya hipotesis tersebut akan diuji oleh peneliti dengan menggunakan pendekatan kuantitatif”.

Bedasarkan kerangka pemikiran di atas maka penulis mencoba merumuskan hipotesis yang merupakan kesimpulan sementara dari penelitian sebagai berikut:

Ha1: Ada pengaruh yang signifikan antara Efisiensi Modal Kerja dan Likuiditas

secara parsial terhadap Profitabilitas pada PT. Mayora Indah Tbk.

Ha2: Ada pengaruh yang signifikan antara Efsiensi Modal Kerja dan Likuiditas


(41)

35

Objek penelitian merupakan sesuatu yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaran dalam penelitian untuk mendapatkan jawaban ataupun solusi dari permasalahan yang terjadi.

Adapun pendapat Husein Umar (2005:303) menjelaskan pengertian objek penelitian adalah sebagai berikut :

“Objek penelitian menjelaskan tentang apa dan atau siapa yang menjadi objek penelitian. Juga dimana dan kapan penelitian dilakukan. Bisa juga ditambah hal-hal lain jika dianggap perlu ”.

Objek penelitian dalam penelitian ini adalah efisiensi modal kerja, Likuiditas dan Profitablitas pada PT Mayora Indah Tbk.

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian Deskriptif dan metode Verifikatif dengan pendekatan kuantitatif, yaitu hasil penelitian yang kemudian diolah dan dianalisis untuk diambil kesimpulannya, artinya penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerik ( angka ) dengan menggunakan metode penelitian ini akan diketahui hubungan yang signifikan antara variabel yang diteliti, sehingga menghasilkan kesimpulan yang akan memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti.


(42)

Sugiyono (2010:147) mengemukakan metode deskriptif sebagai berikut:

“Metode Deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menganalisa

data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan

yang berlaku umum atau generalisasi”.

Masyhuri (2008:45) mengemukakan metode verifikatif sebagai berikut :

“Penelitian verifikatif yaitu memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan

untuk menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan ditempat lain dengan mengatasi masalah yang serupa dengan

kehidupannya”.

Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan perhitungan statistik. Penelitian ini digunakan untuk menguji perubahan variabel X1, X2 terhadap Y yang diteliti. Verifikatif berarti menguji teori yang dengan

pengujian suatu hipotesis apakah diterima atau ditolak. Dengan menggunakan metode penelitian akan diketahui hubungan yang signifikan antara variabel yang diteliti sehingga menghasilkan kesimpulan yang akan memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti.

Dalam penelitian ini objek yang akan diuji dan diambil hipotesis apakah diterima atau ditolak dengan menggunakan motede deskriptif verifikatif yaitu Efisiensi modal kerja dan Likuiditas serta dampaknya terhadap Profitabilitas.

3.2.1 Desain Penelitian

Desain penelitian adalah rancangan penelitian yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan proses penelitian. Desain penelitian akan berguna bagi semua pihak yang terlibat dalam proses penelitian.


(43)

Desain Penelitian menurut Menurut Moh. Nazir ( 2003:84 ) bahwa :

“Desain Penelitian adalah rancangan semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian.”

Langkah-langkah desain penelitian menurut Umi Narimawati (2010:30) adalah :

“Proses penelitian meliputi :

1. Menetapkan permasalahan sebagai indikasi dari fenomena. 2. Mengidentifikasi permasalahan yang terjadi.

3. Menetapkan rumusan masalah. 4. Menetapkan tujuan penelitian.

5. Menetapkan hipotesis penelitian, berdasarkan fenomena dan dukungan teori.

6. Menetapkan konsep variabel sekaligus pengukuran variabel penelitian yang digunakan.

7. Menetapkan suber data, teknik penentuan sampel dan teknik pengumpulan data.

8. Melakukan analisi data.

9. Melakukan pelaporan hasil penelitian.”

Desain penelitian yang telah lebih lengkap lagi akan dijelaskan dalam bentuk tabel dibawah ini :


(44)

Table 3.1 Desain Penelitian Tujuan

Penelitian

Desain Penelitian Jenis

Penelitian

Metode yang digunakan

Unit Analisis

Time Horizon T-1 Descriptive Descriptive Survey Tahun

Time Series T-2 Descriptive Descriptive Survey Tahun

Time Series T-3 Verifikatif Explanatory Survey Tahun

Time Series Sumber : Umi Narimawati dkk 2010

Dari tabel diatas kemudian peneliti meguraikan sebagai berikut :

1. Tujuan penelitian pertama adalah untuk menganalisis efisiensi modal kerja dan likuiditas terhadap profitabilitas dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul, melalaui unit analisis yaitu perusahaan.

2. Tujuan penelitian kedua adalah untuk menganalisis dampak efisiensi modal kerja dan likuiditas terhadap profitabilitas secara parsial dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul, melalaui unit analisis yaitu perusahaan.

3. Tujuan penelitian ketiga adalah untuk menganalisis dampak efisiensi modal kerja dan likuiditas terhadap profitabilitas secara simultan dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul, melalui unit analisis yaitu perusahaan.


(45)

3.2.2 Operasionalisasi Variabel

Operasionalisasi variabel merupakan proses penguraian variabel penelitian kedalam subvariabel, konsep variabel, indikator dan pengukuran. Adapun syarat penguraian operasionalisasi dilakukan bila dasar konsep dan indikator masing-masing variabel sudah jelas, apabila belum jelas secara konseptual maka perlu dilakukan analisis faktor.

Menurut Sugiono ( 2009:2) menjelaskan variabel penelitian yaitu :

“Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya”.

Berdasarkan judul usulan penelitian yang telah dikemukakan diatas yaitu

“Dampak efisiensi modal kerja Dan Likuiditas Terhadap Profitabilitas (Studi Kasus Pada PT Mayora Indah Tbk) “. Maka variabel-variabel yang diteliti dapat dibedakan menjadi dua :

a. Variabel Bebas / Independent ( X1)

Menurut Sugiyono ( 2009:4 ) pengertian variabel bebas yaitu :

“Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependent ( terikat )”.

Dalam hal ini variabel bebas yang akan berkaitan dengan masalah yang akan diteliti adalah variabel X1 efisiensi modal kerja adalah dan X2 adalah

likuiditas. Dalam operasionalisasinya variabel ini semua variabel ini semua variabel di ukur oleh instrument pengukur dalam bentuk rasio.


(46)

Menurut Sugiyono ( 2009:4 ) pengertian variabel terikat yaitu :

“Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas”.

Dalam hal ini variabel yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti adalah profitabilitas. Selengkapnya mengenai operasionalisasi variabel dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 3.2

Operasionalisasi Variabel

Variabel Konsep Variabel Indikator Skala

Independen: Efisiensi modal kerja

(X1)

Efisiensi modal kerja ditaksir dengan

membandingkan antaa laba operasi dengan aktiva lancar. Husnan dkk (2002:124)

Rasio

Independen: Likuiditas

(X2)

Ratio yang mengukur

kemampuan

perusahaan dalam memenuhi

kewajiban

keuangan jangka pendek

(G Sugiyarso dan F. Winarni (2006;114)) Rasio Dependen: Profitabilitas (Y)

Rasio rentabilitas atau disebut juga profitabilitas

menggambarkan kemampuan perusahaan

mendapatkan laba melalui kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan

Rasio Current Ratio = Current Asset

Current Liabilities

ROI = ___Profit____ Total Asset

Retrun on Working Capital = Operating Profit Current Asset


(47)

penjualan, kas, modal jumlah karyawan, jumlah cadangan dan sebagainya. Rasio ini menggabarkan kemampuan

perusahaan

menghasilkan laba disebut juga Operating ratio (Sofyan Syafri Harahap,2004:304)

3.2.3 Sumber dan Teknik Penentuan Data

3.2.3.1 Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu dalam bentuk angka-angka yang menunjukkan nilai dari besaran atau variabel yang mewakilinya. Jenis data yang diperlukan dalam penelitian dibagi dalam dua jenis, yaitu sebagai berikut:

1. Data Primer

Yaitu data yang diperoleh secara langsung dari objek yang diteliti, baik dari objek individual (responden) maupun dari suatu instansi yang dengan sengaja melakukan pengumpulan data dari instansi-instansi atau badan lainnya untuk keperluan penelitian dari pengguna (Andi Supangat, 2007:2). Sedangkan menurut Jonathan Sarwono, (2007:8) bahwa data primer merupakan data yang berasal dari sumber asli atau pertama. Jadi pada dasarnya dapat kita simpulkan bahwa data primer merupakan data


(48)

yang dikumpulkan dengan cara terjun langsung dengan meneliti keadaan sebenarnya dengan cara sebagai berikut:

c. Wawancara (Interview)

Yaitu suatu teknik dalam proses pengumpulan data dengan cara mengadakan wawancara atau tanya jawab secara langsung dengan pihak yang berhubungan dengan objek yang sedang diteliti.

d. Obsevasi (Obsevation)

Yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung sekaligus aktif dalam proses kegiatan di tempat penelitian diadakan serta meninjau secara langsung.

e. Dokumentasi (Filing)

Yaitu suatu teknik pencatatan dan pengumpulan data yang diindentifikasi dari dokumen-dokumen yang ada kaitannya dengan masalah yang akan dibahas dalam penelitian.

2. Data Sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung untuk mendapatkan informasi (keterangan) dari objek yang diteliti, biasanya data tersebut diperoleh dari tangan kedua baik dari objek secara individual (responden) maupun dari suatu badan (instansi) yang dengan sengaja melakukan pengumpulan data dari instansi-instansi atau badan lainnya untuk keperluan penelitian baru para pengguna (Andi Supangat, 2007:2). Sedangkan data sekunder menurut Jonathan Sarwono (2007:8) adalah data yang sudah tersedia sehingga kita tinggal mencari dan mengumpulkan. Dengan demikian, sesuai pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan


(49)

pengertian dari data sekunder adalah data yang didapat dengan cepat karena sudah tersedia sebelumnya seperti: Studi Kepustakaan (Library Research) yaitu studi yang dilakukan untuk menggali teori-teori yang berhubungan dengan penulisan hasil penelitian agar supaya dapat dijadikan data sekunder dengan cara membaca dan mempelajari buku-buku atau laporan yang dapat membantu kelancaran peneliti dalam penelitian.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka sumber data yang diambil dalam penelitian ini adalah sumber data sekunder, di mana data yang diperoleh penulis merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung, artinya data-data tersebut berupa data kedua yang telah diolah lebih lanjut dan data yang disajikan oleh pihak lain. Data-data yang digunakan diperoleh dari laporan-laporan yang berhubungan dan sudah dipublikasikan oleh PT Mayora Indah Tbk melalui Bursa Efek Indonesia.

3.2.3.2 Teknik Penentuan Data

Adapun Teknik Penentuan data terbagi menjadi dua bagian, yaitu populasi dan sampel. Pengertian dari populasi dan sampel itu sendiri adalah sebagai berikut:


(50)

1. Populasi Penelitian

Populasi menurut Sugiyono (2009:61) :

“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.”

Populasi yang diambil oleh penulis adalah laporan keuangan perusahaan PT Mayora Indah Tbk sejak terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 1990 sampai sekarang sebanyak 21 tahun.

2. Sampel

Berdasarkan penjelasan tersebut data dari populasi yang akan dijadikan sampel adalah neraca dan laporan laba rugi pada Perusahaan PT Mayora Indah Tbk periode 2001-2010. Untuk mengambil sampel penelitian penulis berpedoman pada pendapat yang dikemukakan sebagai berikut : Menurut Sugiyono (2007:62) mengemukakan bahwa:

“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”.

Penentuan jumlah sample yang akan diolah dari jumlah populasi, maka harus dilakukan dengan teknik pengambilan sampling yang tepat. Untuk menentukan sampling teknik yang digunakan sesuai dengan judul penulis yaitu

non probability sampling.


(51)

Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota

populasi untuk dipilih menjadi sampel.”

Jenis nonprobability sampling yang akan digunakan oleh penulis adalah

sampling purposive.

Pengertian sampling purposive menurut Sugiyono (2009:68) yaitu:

Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan

tertentu.”

Jumlah sampel yang dianjurkan dalam suatu penelitian menurut Hair et al (2006: 196) diungkapkan bahwa,

“in addition to its role in determining statistical power, sample size also affect the generalizability of the result by the ratio of observation to the independent variables. A general rule is that the ratio should be never fall below 1 : 5, meaning that five observations are made for each independent variable in the variate.”

Berdasarkan teori tersebut, jumlah sampel minimal dalam penelitian ini adalah 5 x 2 variabel bebas yaitu 10 buah sampel.

Dengan demikian sample yang diambil oleh penulis adalah berupa laporan keuangan tahunan berupa neraca dan laporan laba rugi dari data tahun 2001-2010 sebanyak tujuh tahun dengan pertimbangan bahwa :

1. Data yang diambil merupakan laporan keuangan PT Mayora Indah Tbk yang merupakan sumber informasi keuangan terbaru.

2. Data yang diambil adalah data yang sudah diaudit.

3. Data yang diambil adalah tujuh tahun dari tahun 2001-2010 yang dijadikan sample karena pada rentang periode ini terdapat fenomena yang menyebabkan harus adanya penelitian yang dilakukan.


(52)

4. Sample yang diambil sebanyak tujuh tahun dari periode 2001-2010 karena sudah dianggap respresentatif (mewakili) untuk dilakukan uji penelitian.

3.2.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Penelitian Lapangan (Field Research)

Yaitu penelitian yang dilakukan secara langsung diperusahaan yang menjadi objek penelitian. Data yang diperoleh merupakan data primer yang diperoleh dengan cara:

a. Observasi (Pengamatan Langsung)

Dengan cara melakukan pengamatan secara langsung ke bagian staf perpustakaan yang ada di Pojok Bursa Efek Indonesia di YPKP bandung untuk memperoleh data yang diperlukan.

b. Dokumen-dokumen

Pengumpulan data dengan cara mencatat data yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti dari dokumen-dokumen yang berhubungan dengan perusahaan. Berdasarkan penelitian ini diharapkan akan memperoleh data mengenai besarnya working capital turover,current ratio dan besarnya profitabilisat yang dimiliki perusahaan,serta informasi-informasi lain yang diperlukan.


(53)

2. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Penelitian yang dilakukan dengan cara membaca buku-buku di perpustakaan dan tulisan-tulisan yang berkaitan dengan masalah-masalah yang akan diteliti oleh penulis.

3.2.5 Rancangan Analisis dan Uji Hipotesis 3.2.5.1 Rancangan Analisis

Rancangan analisis adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang telah diperoleh dari hasil observasi lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang lebih penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Peneliti melakukan analisa terhadap data yang telah diuraikan dengan menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif.

Analisis kualitatif menurut Sugiyono (2010:14) :

“Metode penelitian kualitatif itu dilakukan secara intensif, peneliti ikut berpartisipasi lama dilapangan, mencatat secara hati-hati apa yang terjadi, melakukan analisis reflektif terhadap berbagai dokumen yang ditemukan dilapangan, dan membuat laporan penelitian secara mendetail”.

Dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang lebih lengkap dari variabel X1 dan X2, peneliti menggunakan metode kualitatif.

Analisis kuantitatif dalam penelitian ini antara lain :

Menurut Menurut Sugiyono (2010:31) analisis kuantitatif adalah sebagai berikut :

“Dalam penelitian kuantitatif analisis data menggunakan statistik. Statistik yang digunakan dapat berupa statistik deskriptif dan inferensial/induktif. Statistik inferensial dapat berupa statistik parametris dan statistik nonparametris. Peneliti menggunakan statistik inferensial bila penelitian dilakukan pada sampel yang dilakukan secara random. Data hasil analisis


(54)

selanjutnya disajikan dan diberikan pembahasan. Penyajian data dapat berupa tabel, tabel ditribusi frekuensi, grafik garis, grafik batang, piechart

(diagram lingkaran), dan pictogram. Pembahasan hasil penelitian merupakan penjelasan yang mendalam dan interpretasi terhadap data-data yang telah disajikan.”

Adapun langkah-langkah analisis kuantitatif yang diuraikan diatas adalah sebagai berikut :

a. Analisis Regresi Linier Berganda (Multipel )

Menurut Umi Narimawati (2008:5) Analisis Regresi Linier Berganda yaitu :

“Suatu analisis asosiasi yang digunakan secara bersamaan untuk meneliti pengaruh dua atau lebih variabel bebas terhadap satu variabel

tergantung dengan skala interval”.

Dalam penelitian ini, analisis regresi linier berganda digunakan untuk membuktikan sejauh mana hubungan pengaruh efisiensi modal kerja dan likuiditas dampaknya terhadap profitabilitas yang diberikan pada PT Mayora Indah Tbk.

Analisis regresi ganda digunakan untuk meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen, bila dua atau lebih variabel independen sebagai indikator. Analisis ini digunakan dengan melibatkan dua atau lebih variabel bebas antara variabel dependen (Y) dan variabel independen (X1 dan X2 ).

Persamaan regresinya sebagai berikut:

Sumber:Sugiono 2009 Dimana:

Y = variabel tak bebas(profitabilitas)


(55)

a = bilangan berkonstanta b1,b2 = koefisien arah garis

X1 = variabel bebas (efisiensi modal kerja)

X2 = variabel bebas (likuiditas)

Regresi linier berganda dengan dua variabel bebas X1 dan X2 metode

kuadrat kecil memberikan hasil bahwa koefisien-koefisien a, b1, dan b2 dapat

dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

(sumber: Sugiyono,2009;279)

Untuk memperoleh hasil yang lebih akurat pada regresi berganda, maka perlu dilakukan pengujian asumsi klasik.

1. Uji Asumsi Klasik

Terdapat beberapa asumsi yang harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum menggunakan Multiple Linear Regression sebagai alat untuk menganalisis pengaruh variabel-variabel yang diteliti. Beberapa asumsi itu diantaranya:

Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah model regresi mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Asumsi normalitas merupakan persyaratan yang sangat penting pada pengujian kebermaknaan (signifikansi) koefisien regresi. Model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki distribusi normal atau mendekati normal, sehingga layak dilakukan pengujian secara statistik.

∑y= na + b1∑X1 + b2∑X2

∑X1y = a∑X1 + b1∑X12 +b2∑X1X2


(56)

Menurut Singgih Santoso(2002:393) dasar pengambilan keputusan bisa dilakukan berdasarkan probabilitas (Asymtotic Significance), yaitu:

 Jika probabilitas > 0,05 maka distribusi dari populasi adalah normal.  Jika probabilitas < 0,05 maka populasi tidak berdistribusi secara normal

Pengujian secara visual dapat juga dilakukan dengan metode gambar normal Probability Plots dalam program SPSS. Dasar pengambilan keputusan :

 Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas.

 Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. (Singgih Santoso, 2002:322).

Selain itu uji normalitas digunakan untuk mengetahui bahwa data yang diambil berasal dari populasi berdistribusi normal. Uji yang digunakan untuk menguji kenormalan adalah uji Kolmogorov-Smirnov. Berdasarkan sampel ini akan diuji hipotesis nol bahwa sampel tersebut berasal dari populasi berdistribusi normal melawan hipotesis tandingan bahwa populasi berdistribusi tidak normal.

Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas merupakan suatu situasi dimana beberapa atau semua variabel bebas berkorelasi kuat. Jika terdapat korelasi yang kuat di antara sesama variabel independen maka konsekuensinya adalah:

1. Koefisien-koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir.


(57)

Dengan demikian berarti semakin besar korelasi diantara sesama variabel independen, maka tingkat kesalahan dari koefisien regresi semakin besar yang mengakibatkan standar errornya semakin besar pula. Cara yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya multikoliniearitas adalah dengan:menggunakan Variance Inflation Factors (VIF),

(Gujarati, 2003: 351).

Dimana Ri2 adalah koefisien determinasi yang diperoleh dengan

meregresikan salah satu variabel bebas X1 terhadap variabel bebas lainnya. Jika

nilai VIF nya kurang dari 10 maka dalam data tidak terdapat Multikolinieritas (Gujarati, 2003: 362).

Uji Heteroskedastisitas

Situasi heteroskedastisitas akan menyebabkan penaksiran koefisien-koefisien regresi menjadi tidak efisien dan hasil taksiran dapat menjadi kurang atau melebihi dari yang semestinya. Dengan demikian, agar koefisien-koefisien regresi tidak menyesatkan, maka situasi heteroskedastisitas tersebut harus dihilangkan dari model regresi.

Untuk menguji ada tidaknya heteroskedastisitas digunakan uji-rank Spearman yaitu dengan mengkorelasikan masing-masing variabel bebas terhadap nilai absolut dari residual. Jika nilai koefisien korelasi dari masing-masing variabel bebas terhadap nilai absolut dari residual (error) ada yang signifikan, maka kesimpulannya terdapat heteroskedastisitas (varian dari residual tidak homogen) (Gujarati, 2003: 406).

2 i

R

1

1

VIF


(58)

Uji Autokorelasi

Autokorelasi didefinisikan sebagai korelasi antar observasi yang diukur berdasarkan deret waktu dalam model regresi atau dengan kata lain error dari observasi yang satu dipengaruhi oleh error dari observasi yang sebelumnya. Akibat dari adanya autokorelasi dalam model regresi, koefisien regresi yang diperoleh menjadi tidak effisien, artinya tingkat kesalahannya menjadi sangat besar dan koefisien regresi menjadi tidak stabil.

Untuk menguji ada tidaknya autokorelasi, dari data residual terlebih dahulu dihitung nilai statistik Durbin-Watson (D-W):

(Gujarati, 2003: 467)

Kriteria uji: Bandingkan nilai D-W dengan nilai d dari tabel Durbin-Watson:

 Jika D-W < dL atau D-W > 4 – dL, kesimpulannya pada data terdapat

autokorelasi

 Jika dU< D-W < 4 – dU, kesimpulannya pada data tidak terdapat

autokorelasi

Tidak ada kesimpulan jika : dL D-W  dU atau 4 – dU D-W 4 – dL

(Gujarati, 2003: 470)

Apabila hasil uji Durbin-Watsontidak dapat disimpulkan apakah terdapat autokorelasi atau tidak maka dilanjutkan dengan runs test.

t t 1

2 t

e e D W

e

  


(59)

b. Analisis Korelasi

Analisis korelasi bertujuan untuk mengukur kekuatan asosiasi (hubungan) linier antara dua variabel. Korelasi juga tidak menunjukkan hubungan fungsional. Dengan kata lain, analisis korelasi tidak membedakan antara variabel dependen dengan variabel independen. Dalam analisis regresi, analisis korelasi yang digunakan juga menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen selain mengukur kekuatan asosiasi (hubungan).

Sedangkan untuk mencari koefisien korelasi antara variabel X1 dan Y,

Variabel X2 dan Y, X1 dan X2 sebagai berikut:

(Sumber: Nazir 2003: 464)

Langkah-langkah perhitungan uji statistik dengan menggunakan analisis korelasi dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Koefisien Korelasi Parsial

Koefisien korelasi parsial antar X1 terhadap Y, bila X2 dianggap

konstan dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

n(∑X1X2 - (∑X1∑X2) rx1x2 =

[n∑X1X2 - (∑X1)

2][n∑X 2

2(∑Y)2


(1)

Bab V Kesimpulan dan Saran |109

2. Modal kerja yang dilakukan secara efisien menandakan perusahaan dapat mengelola modal yang dimiliki secara baik sehingga akan mempengaruhi tingkat profitabilitas perusahaan. Dan faktor lain yang mempengaruhi profitabilitas yaitu dari keuntungan berinvestasi. Namun likuiditas yaitu kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya tidak mempengaruhi profitabilitas pada PT Mayora Indah Tbk karena pada perusahaan PT Mayora Indah Tbk yang bergerak di bidang industry food and beverage masih diminati oleh para stakeholder, dimana penjualan yang besar akan meningkatkan keuntungan perusahaan dan likuiditas tidak berpengaruh besar atas profitabilitas perusahaan. Sehingga dapat dikatakan bahwa faktor lain yang mempengaruhi profitabilitas adalah penjualan produk PT Mayora Indah Tbk.

3. Efisiensi modal kerja dan likuiditias secara simultan berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas pada PT Mayora Indah Tbk. Jika modal kerja dilakukan secara efisien dan tingkat likuiditas digunakan untuk membayar hutang jangka pendeknya maka akan mempengaruhi tingkat profitabilitas. Jika modal kerja dilakukan secara efisien menandakan bahwa perusahaan mampu mengelola kas secara baik sehingga perusahaan tidak mengalami kesulitan keuangan dan sehingga kas yang dimiliki perusahaan mampu untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya, sehingga hal ini akan meningkatkan laba pada perusahaan sehingga profitabilitasnya pun akan meningkat. Dan faktor lain yang mempangruhi profitabilias adalah keuntungan dalam berinvestasi.


(2)

Bab V Kesimpulan dan Saran |110

Keuntungan dalam investasi akan menambah laba perusahaan sehingga mempengaruhi peningkatan profitabilitas.

5.2 Saran

1. Pihak manajemen perusahaan hendaknya lebih meningkatkan modal kerjanya secara efisien dengan cara mengurangi pembelian surat-surat berharga, karena dengan lebih banyak berinvestasi akan mengurangi kas pada perusahaan. Pihak manajemen perusahaan juga diharapkan mampu mengendalikan kas perusahaan karena disaat perusahaan terjadi sesuatu yang tidak terduga seperti pembelian bahan baku dan mesin-mesin pabrik, perusahaan juga mampu untuk memenuhi hutang jangka pendeknya, maka likuiditasnya pun akan terpenuhi.

2. Manajemen perusahaan diharapkan memperhatikan likuiditas pada perusahaan dengan cara mengelola kas lebih baik. Walaupun likuiditas tidak berpengaruh banyak terhadap profitabilitas namun akan berdampak dalan jangka waktu yang lama. Karena jika perusahaan dianggap tidak mampu untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya maka para kreditor tidak akan memberikan pinjaman kepada perusahaan.


(3)

111

DAFTAR PUSTAKA

Agus Indriyo, Gitusudarmo dan Basri.2002.Manajemen Keuangan. Yogyakarta:BPFE

Andi,Supangat. 2007. Statistika dalam Kajian Deskriptif, Inferensi, dan Nonparametrik. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Anang, Supriadi.2008. Analisis efisiensi penggunaan modal kerja dalam perhitungan rasio likuiditas, rentabilitas dan profitabilitas pada perusahaan mebel risky furniture di klate.

Ari, Fatmawati.2010. Pengaruh perubahan modal kerja terhadap perubahan profitabilitas pada perusahaan manufaktur go publik di bej (studi empiris). Abdul, Rahman.2009.Bisnis, Ekonomi, Asuransi Dan Keuangan Syariah.

Jakarta:Grasindo.

Bambang, Riyanto.2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yoyakarta:BPFE.

Emardiani, dan R Widdie Andriyanto.2001.Pengaruh Likuiditas terhadap Profitabilitas pada PT Kereta Api Indonesia (Studi Empiris pada Perusahaan PT Kereta Api Ekspliotasi Sumatera Selatan).

Erich A.,Halfert.1996.Teknin Analisa Keuangan: Petunjuk Praktis untuk Mengelola dan Mengukur Kinerja Perusahaan.Jakarta:Erlangga.

Gujarati, Damodar.2003.Ekonometrika Dasar: Edisi Keenam. Jakarta:Erlangga. G,Sugiyarso dan F Winarni.2006.Manajeman keuangan: pemahaman laporan

keuangan pengelolaan aktiva, kewajiban dan modal serta pengukuran kinerja perusahaan.Tangerang:Agromedia Pustaka.

Hadi, Dharma Endang.2005.Analisis Modal Kerja Studi Kasus PT. Morawa Inawood Industry Medan.

Hanafi, Mahmud M.2005.Analisis Laporan Keuangan.Yogyakarta:Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN.

Hardono,Mardiyanto.2008.Intisari Manajemen Keuangan.Jakarta:Grasindo. Henry,Simamora.2000.Akuntansi:Basis Pengambilan Keputusan Bisnis.


(4)

Daftar Pustaka|112

Husein,Umar.2005.Metodologi Penelitian.Jakarta:Raja Garfindo. Husnan,Suad.2002.Manajemen Keuangan.Yogyakarta:BPFE.

Ima, Hermawati.2007.Analisis Pengaruh Efisiensi Modal Kerja, Likuiditas, dan Solvabilitas Terhadap Profitabilitas.

Ima, Kristiana.2003. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Profitabilitas Perusahaan Food And Beverages Yang Go Public Pada Bursa Efek Surabaya.

Jonathan,Sarwono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Jumingan.2006.Analisisi Laporan Keuangan.Jakarta:PT Bumi Aksara.

Khoirun,Ni’mah.2010.Pengaruh Pengelolaan Modal Kerja dan Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Return On Investment Perusahaan Food and Beverages yang Terdaftar di BEI Periode 2006-2008.

Musdholifah dan Eko Triambodo.2006.Analisis Profitabilitas pada Perusahaan Manufaktur Go Publik yang menerapkan Kebijakan Modal Agresif,Moderat dan Konservatif di Bursa Efek Indonesia.

Munawir.2001.Analisis Laporan Keuangan.Yogyakarta:Liberty.

Moh, Nazir. 1998. Metode Penelitian. Cetakan Ketiga. Jakarta: Ghalia Indonesia. Nyi, Nyoman Menuh.2008.Pengaruh Efektivitas Dan Efisiensi Penggunaan

Modal Kerja Terhadap Rentabilitas Ekonomi Pada Koperasi Pegawai

Negeri ‘Kahadhuk’ RSUP Sanglah Denpasar.

Praseska.2010.Pengaruh Perputaran Modal Kerja Dan Kinerja Keuangan Terhadap Rentabilitas Usaha Pada PT. Hamudha Prima Media Di Ngemplak Kab. Boyolali Tahun 2006-2008.

Ridwan dan Sunarto.2007.Pengantar Statistik untuk Penelitian Sosial Ekonomi, Komunikasi dan Bisnis.Bandung:Alfabeta.

Sofyan, Syahri Harahap.2009.Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta:Rajawali Pers.

Sugiyono.2009.Statistika untuk Penelitian.Bandung:Alfabeta.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.Bandung: Alfabeta.


(5)

Daftar Pustaka|113

Umi,Narimawati,.2008.Analisis Multifariat untuk Penelitian Ekonomi.Yogyakarta:Graha Ilmu

Umi,Narimawati dkk. 2010. Penulisan Karya Ilmiah:Paduan Awal Menyusun Skripsi dan Tugas Akhir. Jakarta: Penerbit Genesis

Van Horne,James, C and John, M, Machowichz,Jr.1998.Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan.

Weston, J, F,. And Copeland, T, E.1997.Manajemen Keuangan. Jakarta:Binarupa Aksara,.


(6)

RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

NAMA : NAJMA MUKTAMAROH RULIANA UTAMI

JENIS KELAMIN : PEREMPUAN

TEMPAT-TGL LAHIR : BATANG-25 NOVEMBER 1989

AGAMA : ISLAM

ALAMAT :JL CIPADUNG PERMAI NO.33 RT.02/08 CIBIRU-BANDUNG

EMAIL : nazma_starjava@yahoo.co.id

najma.nazem@gmail.com

RIWAYAT PENDIDIKAN

TK AL-MISBAH : BANDUNG, 1994-1995

SD NEGERI CIPOREAT III : BANDUNG, 1995-2001

SMP NEGERI 8 BANDUNG : BANDUNG, 2001-2004

SMA NEGERI 26 BANDUNG : BANDUNG, 2004-2007