Analisis Likuiditas Dan Efesiensi Operasional Dampaknya Terhadap Profitabilitas Pada PT. Bank Negara Indonesia Tbk

(1)

The Analysis Of Liquidity And Operational Efficiency

Of Their Impact On Profitability

At PT Bank Negara Indonesia Tbk.

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menempuh Jenjang S1

Program Studi Manajemen

oleh :

NAMA : MERLINDA NUR ISLAMI NIM : 21207856

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(2)

Bank harus memiliki manajemen dana yang baik yang akan mempengaruhi kemampuasn bank dalam menghasilkan laba bersih. Factor internal adalah factor yang cenderung dominan dalam mempengaruhi kemampuan bank menciptakan laba bersih dari asset yang dimilikinya, seperti tingkat likuiditas dan efisiensi operasional dari bank yang bersangkutan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan Likuiditas (LDR) dan Efisiensi Operasional (BOPO) pada PT. Bank Negara Indonesia Tbk. Periode tahun 2002-2009, untuk mengetahui perkembangan Profitabilitas (ROA) pada PT. Bank Negara Indonesia Tbk. Periode tahun 2002-2009 dan untuk mengetahui pengaruh Likuiditas (LDR) dan Efisiensi Operasional (BOPO) Terhadap Profitabilitas (ROA) pada PT. Bank Negara Indonesia Tbk.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan metode verifikatif. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang didapat dari laporan neraca dan laporan rugi laba dari laporan keuangan PT. Bank Negara Indonesia Tbk. Metode Statisyik yang digunakan adalah regresi linier berganda, analisis korelasi parsial, koefisien determinasi dan pengujian hipotesis.

Hasil analisis menunjukan bahwa tingkat likuiditas PT. Bank Negara Indonesia Tbk. Masih berada dibawah ketentuan Bank Indonesia sebesar 80%-110%, begitu halnya dengan perkembangan rasio BOPO yang masih kurang efisien, karena nilai BOPO nya diatas 80%. Sedangkan kemampuannya dalam menghasilkan laba bersih dari asset masih cukup tinggi yaitu berkisar antara 0,75%-2,54%. Secara parsial tingkat likuiditas (LDR) dan efisiensi Operasional (BOPO) berpengaruh signifikan dan negatif terhadap Profitabilitas (ROA) pada PT. Bank Negara Indonesia Tbk. Begitu pula secara simultan kedua variabel tersebet signifikan pengaruhnya terhadap rofitabilitas, secara simultan pengaruh kedua variabel tersebut adalah sebesar 98,0% dan hanya 2% dipengaruhi factor lainnya.


(3)

v

Banks should have a good fund management that will affect the ability of banks to generate net income. Internal factors are factors that tend to be dominant in influencing the ability of banks to create the net income from assets owned, such as the level of liquidity and operational efficiency of the bank concerned.

The purpose of this study was to determine the development of Liquidity (LDR) and Operational Efficiency (BOPO) at PT Bank Negara Indonesia Tbk period year 2002-2009, to determine the development Profitability (ROA) at PT Bank Negara Indonesia Tbk period year 2002-2009 and to determine the effect of liquidity (LDR) and Operational Efficiency (BOPO) to profitability (ROA) at PT Bank Negara Indonesia Tbk.

The method used in this research is descriptive method and the method verifikatif. This study uses secondary data obtained from the balance sheet and income statement of the financial statements. Bank Negara Indonesia Tbk. Statistical method used is multiple linear regression, analysis of partial correlates, the coefficient of determination and hypothesis testing.

The analysis showed that the level of liquidity PT. Bank Negara Indonesia Tbk still be under the provisions of Bank Indonesia by 80% -110%, as well as the development of BOPO ratio is still less efficient, because its value BOPO above 80%. While the ability to generate net income from the assets is still quite high and it ranged between 0.75% - 2.54%. Partial liquidity level (LDR) and Operational Efficiency (BOPO) have a significant and negative effect on profitability (ROA) at PT. Bank Negara Indonesia Tbk. Similarly, two variables are simultaneously significant effect on profitability, the simultaneous effect of both variables amounted to 98.0% and only 2% influenced by other factors.


(4)

vi

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala Rahmat dan Hidayah-Nya, dan berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, sehingga penulis dapat menempuh dan menyelesaikan skripsi ini sebagaimana mestinya.

Adapun judul yang penulis ambil untuk penulisan Skripsi ini adalah “Analisis Likuiditas Dan Efisiensi Operasional Dampaknya Terhadap Profitabilitas pada PT. Bank Negara Indonesia Tbk.”

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, disebabkan keterbatasan dalam memperoleh bahan-bahan maupun kemampuan dan pengetahuan penulis sendiri, oleh karena itu penulis dengan rendah hati mengharapkan kritik dari para pembaca yang bersifat membangun. Walaupun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis sendiri dan bagi para pembaca pada umumnya.

Dengan segala kerendahan hati, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, M.Sc. selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.


(5)

vii

dan sekaligus sebagai Dosen Penguji I Fakultas Ekonomi Unversitas Komputer Indonesia.

4. Bapak Rizki Zulfikar, SE., M.Si. yang telah berkenan meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta ilmu dalam membimbing, memberikan arahan serta saran kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.

5. Ibu Lita Wulantika, S.E., M.Si. selaku Dosen Penguji II Fakultas Ekonomi Unversitas Komputer Indonesia.

6. Ibu Raeny Dwisanti, S.E., M.Si. selaku Dosen Wali MN-3.

7. Ibu Windy Novianti, S.E., M.M. selaku kordinator sidang terimakasih atas bantuan dan infonya.

8. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh staf Universitas Komputer Indonesia yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya dalam kegiatan belajar mengajar.

9. Mama, Papaku tercinta yang selama ini telah memberikan do’a serta mencurahkan kasih sayang, semangat, pengertian, materi dan dukungan yang tak ternilai selama penyelesaian Skripsi ini.

10. Adikku Annisa dan Adik bayi yg sebentar lagi lahir welcome in the world! you’re my inspiration.


(6)

viii

12. Seluruh keluarga besar (Alm) Wira dan keluarga besar Suhama terima kasih atas do’anya.

13. Teh Fitrin S.E. & Aa Indra S.Kom, terima kasih atas perhatian, masukan dan dukungannya.

14. Keluarga besar Ayah Deden Saefulrohman,S.E. dan Ibu Lina Marlina, S.Pd. terima kasih atas do’a dan dukungannya.

15. Ibu Maya & Ibu Hana di Sekretariat Jurusan, terima kasih atas bantuannya.

16. Sahabatku Evi, Nikita dan Mba Putri Thanks for being my friend and thank’s for spend time with me.

17. Nisa, Gina & Galuh terima kasih selalu menjadi sahabat yang selalu memberikan do’a dan supportnya.

18. Kakakku Teh Nita, A Ega, Teh Tia, dan A ndut, terima kasih atas perhatian, saran, dan pengertiannya.

19. A Nirman Anggana Si.Kom & Reni M.Pd, langgeng terus dan terima kasih atas supportnya.

20. The Genx Warteg gurlz ,Ola, Ipi, Nci, Risma, Mel, Hily, Qnoy dan Maria

thanks for support.

21. Uci, Winda & keluarga besar Akuntansi 2 yang selalu memberikan semangat.


(7)

ix

24. Kang Aseng, atas bantuan dan tambahan ilmu statistik kepada penulis.

25. Keluarga Besar Mamah Enin terimakasih atas bantuan serta Doanya.

26. Keluarga Besar Amazing Group.

27. Orang-orang yang telah memberi perhatian & mendoakan penulis dengan tulus.

28. Dan kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.

Akhir kata penulis berharap semoga segala kebaikan, bantuan dan partisipasi yang diberikan kepada penulis mendapat imbalan dan balasan yang berlimpah dari Allah SWT. Amin.

Wassalammu’alaikum Wr.Wb.

Bandung, Agustus 2011

Penulis

Merlinda Nur Islami 21207856


(8)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Pembangunan nasional bertujuan membangun manusia Indonesia seutuhnya. Hal ini dimaksudkan untuk mencapai masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Guna mencapai tujuan tersebut, pelaksanaan pembangunan harus senantiasa memperhatikan keserasian, keselarasan dan keseimbangan. Berbagai unsur pembangunan, termasuk di bidang ekonomi dan keuangan. Secara tidak langsung kita harus memperhatikan seluruh faktor ekonomi yang berperan sangat dominan dan penting untuk dipacu secara optimal agar memberikan maniprestasi sebenarnya bagi kehidupan masyarakat. Dalam hal ini, salah satunya adalah dalam sektor perbankan.

Industri Perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi sebagai Financial Intermediary atau perantara pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana. Bank merupakan lembaga keuangan yang memiliki izin usaha untuk beroperasi sebagai bank, yaitu menerima penempatan dana-dana yang dipercayakan masyarakat kepada bank tersebut, memberikan pinjaman kepada masyarakat dan dunia usaha pada umumnya, memberi akseptasi atas berbagai bentuk surat utang yang disampaikan pada bank tersebut serta menerbitkan cek. Usaha perbankan sendiri lahir karena pada kenyataannya tidak semua orang yang menabung menggunakan tabungannya


(9)

untuk keperluannya sehari-hari, sedangkan banyak kegiatan usaha lain yang membutuhkan modal lebih banyak dari kemampuan para pemilik usaha tersebut.

Bank sebagai mitra usaha bagi masyarakat karena peranannya yang dapat membantu memenuhi kebutuhan keuangan masyarakat. Bank juga merupakan tempat yang dapat digunakan untuk melakukan berbagai transaksi yang berhubungan dengan keuangan seperti, tempat menyimpan uang,melakukan pengiriman uang, melakukan pembayaran, melakukan investasi. Sektor perbankan memiliki peran yang besar dalam penyelenggaraan sistem perekonomian suatu Negara karena menjalankan fungsi yang strategis. Sektor perbankan memiliki pengaruh sangat penting dalam mobilitas dana sebagai salah satu unsur modal bagi kegiatan usaha atau unit ekonomi.

Dalam pelaksanaannya bank harus memiliki manajemen dana yang baik yang akan mempengaruhi usaha bank. Faktor yang akan mempengaruhi usaha bank antara lain adalah faktor eksternal. Faktor eksternal antara lain adalah kondisi perekonomian, kondisi pemerintah, perkembangan pasar uang dan pasar modal, kebijakan pemerintah dan Peraturan Bank Indonesia Sedangkan faktor internal antara lain produk bank, kebijakan suku bunga, kualitas layanan, sarana kantor bank, lokasi kantor dan reputasi bank.

Khususnya untuk Faktor internal berupa dana, ini perlu diperhatikan secara cermat, kegiatan yang paling penting sebagai lembaga keuangan, bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan selanjutnya disalurkan kembali pada masyarakat. Dengan demikian, keberhasilan bank dalam mengelola sumber dan penggunaan dana sangat menentukan keberhasilan bisnis bank, mengingat


(10)

sebagian bisnis bank sangat ditentukan keberhasilannya dalam menghimpun dana dengan komposisi biaya termurah dan menyalurkan dana ke sektor yang produktif dengan resiko terendah dan menghasilkan pendapatan dan tentunya laba yang diharapkan.

Bank Indonesia sebagai bank sentral Indonesia dan pengawasan perbankan nasional menentukan ketentuan modal minimum yang harus tersedia pada bank umum. Selain itu Bank Indonesia menetapkan juga ukuran kesehatan bank, yang dikenal dengan konteks CAMEL (Capital, Asset, Management, Earning, dan

Liquidity). Dalam permasalahannya, yang ada pada perbankan adalah pengelolaan aset yang kurang tepat sehingga berpengaruh terhadap likuiditas. Likuiditas yang baik yang dimiliki oleh bank akan menambah kepercayaan masyarakat karena bank tersebut mampu memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya tepat waktu. Untuk menjaga kepercayaan masyarakat terhadap bank tersebut, maka bank harus mempertahankan tingkat likuiditas yang aman sesuai dengan kebijakan manajemen bank. Bank juga dituntut untuk dapat menghasilkan laba (profitabilitas) yang terus meningkat melalui penjualan jasanya. Penjualan kredit akan menyebabkan aliran kas keluar yang dapat mengurangi cadangan kas yang ada. Semakin besar kemampuan bank untuk menciptakan kredit, semakin besar kesempatan bank untuk memperoleh laba tetapi perluasan kredit dapat mengurangi tingkat likuiditas bank. Hal inilah yang sulit dilakukan oleh para bankir untuk mengelola liquidity dan profitability yang sejak dahulu menjadi dilema dunia perbankan karena sifatnya yang selalu bertentangan kepentingan.


(11)

Rasio BOPO menunjukkan efisiensi bank dalam menjalankan usaha pokoknya, terutama kredit, dimana sampai saat ini pendapatan bank-bank di Indonesia masih didominasi oleh pendapatan bunga kredit. Semakin kecil BOPO menunjukkan semakin efisien bank dalam menjalankan aktivitas usahanya. Semakin tinggi biaya pendapatan maka bank menjadi tidak efisien sehingga ROA makin kecil Dengan kata lain BOPO berhubungan negatif dengan kinerja bank sehingga diprediksikan juga berpengaruh negatif terhadap ROA.

Return on Asset (ROA) memfokuskan kemampuan perusahaan untuk

memperoleh earning dalam operasi perusahaan. Sehingga dalam penelitian ini ROA digunakan sebagai ukuran kinerja perbankan. Alasan dipilihnya Return On

Asset (ROA) sebagai ukuran kinerja adalah karena ROA digunakan untuk

mengukur efektifitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Apabila ROA meningkat, berarti profitabilitas perusahaan meningkat.

Tabel 1.1

Nilai LDR, BOPO dan ROA PT. Bank Negara Indonesia Tbk. Periode 2002-2009

Sumber : Ikhtisar Keuangan PT. Bank Negara Indonesia Tbk. tahun 2002-2009

Tahun LDR

(%)

BOPO (%)

ROA (%) 2002 39,03 84,78 2,02 2003 44,09 95,16 0,75 2004 55,11 78,39 2,54 2005 54,24 84,44 1,53 2006 49,67 84,53 1,68 2007 60,64 93,12 0,81 2008 68,64 90,42 1,11 2009 64,03 84,69 1,53


(12)

Pada tahun 2003 dan 2007 tingkat Likuiditas dan Efisiensi Operasional mengalami peningkatan dibanding dengan tahun sebelumnya, tetapi dilain pihak terjadi penurunan tingkat keuntungan atau profitabilitas, hal ini disebabkan karena tingginya biaya yang dikeluarkan perusahaan karena adanya pembentukan cadangan employee benefit dengan berkembangnya bisnis anak perusahaan dan adanya penurunan laba bersih dikarenakan oleh kebijakan perusahaan meningkatkan rasio percadangan dalam rangka memperkuat fundamental perusahaan.

Berdasarkan fenomena diatas, maka mendorong penulis untuk melakukan analisis lebih lanjut maka penulis mencoba mengadakan penelitian yang akan dituangkan kedalam bentuk laporan yang berjudul : “Analisis Likuiditas Dan Efisiensi Operasional Dampaknya Terhadap Profitabilitas Pada PT. Bank Negara Indonesia Tbk”.

1.2 Identifikasi Dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas terjadi peningkatan LDR pada tahun 2003 dan tahun 2007 secara signifikan, Peningkatan LDR ini tidak diimbangi dengan kenaikan ROA yang malah terlihat cenderung menurun dari tahun sebelumnya, hal itu disebabkan karena pada tahun 2003 dan tahun 2007 mengalami penurunan laba bersih dan dikarenakan oleh kebijakan perusahaan meningkatkan coverage ratio dalam rangka memperkuat fundamental Perusahaan,


(13)

Sedangkan yang terjadi pada BOPO meningkat dari tahun 2003 dan tahun 2007 diakibatkan karena adanya kenaikan di seluruh komponen, seperti meningkatnya biaya SDM karena adanya pembentukan cadangan employee benefit dengan berkembangnya bisnis salah satu anak perusahaan. Hal tersebut berpengaruh terhadap ROA yang juga mengalami penurunan.

1.2.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana analisis perkembangan Likuiditas (LDR) pada PT. Bank Negara Indonesia Tbk.

2. Bagaimana analisis perkembangan Efisiensi Operasional (BOPO) pada PT. Bank Negara Indonesia Tbk.

3. Bagaimana analisis perkembangan Profitabilitas (ROA) pada PT. Bank Negara Indonesia Tbk.

4. Seberapa besar pengaruh Likuiditas (LDR) dan Efisiensi Operasional (BOPO) secara parsial dan simultan terhadap Profitabilitas (ROA) pada PT. Bank Negara Indonesia Tbk.

1.3Maksud Dan Tujuan Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data, menganalisis, dan menyimpulkan mengenai pengaruh LDR dan BOPO terhadap ROA pada PT. Bank Negara Indonesia Tbk.


(14)

Adapun Tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk menganalisis perkembangan Likuiditas (LDR) pada PT. Bank Negara Indonesia Tbk.

2. Untuk menganalisis perkembangan Efisiensi Operasional (BOPO) pada PT. Bank Negara Indonesia Tbk.

3. Untuk menganalisis perkembangan Profitabilitas (ROA) pada PT. Bank Negara Indonesia Tbk..

4. Untuk mengetahui besarnya pengaruh Likuiditas (LDR) dan Efisiensi Operasional (BOPO) secara parsial dan simultan terhadap Profitabilitas (ROA) pada PT. Bank Negara Indonesia Tbk.

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Praktis

a. Bagi Perusahaan

Dapat menambah wawasan dan pengetahuan yang lebih mendalam mengenai analisis pengaruh Likuiditas dan Efisiensi Operasional terhadap Profitabilitas dalam upaya meningkatkan nilai perusahaan.

b. Bagi Pihak-Pihak Lain

Diharapkan dapat bermanfaat juga bagi pihak–pihak lain atau masyarakat umumnya, sehingga masyarakat lebih banyak mengetahui pengaruh Likuiditas dan Efisiensi Operasional terhadap Profitabilitas.


(15)

1.4.2 Kegunaan Akademis

a. Bagi Penulis

Menambah wawasan dan pengetahuan penulis mengenai pengaruh Likuiditas dan Efisiensi Operasional terhadap Profitabilitas melalui penerapan ilmu dan teori yang diperoleh selama masa perkuliahan dan melakukan perbandingan dengan kenyataan yang terjadi di dunia usaha serta melatih kemampuan berfikir secara sistematik.

b. Bagi Peneliti Lain

Bagi pihak lain yang membutuhkan berbagai informasi dari hasil penelitian ini sebagai bahan perbandingan dan bahan acuan dalam pembuatan karya tulis maupun sebagai data ilmiah bagi perusahaan-perusahaan yang mempunyai permasalahan yang sama.

c. Bagi Pengembangan Ilmu Manajemen

Dalam hubungannya dengan pengembangan ilmu manajemen diharapkan dapat lebih bermanfaat dan bernilai guna mendukung pengembangan ilmu manajemen sendiri, sehingga ilmu manajemen dapat berkembang sesuai dengan tuntutan jaman, teknologi dan ilmu itu sendiri.


(16)

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini diakukan pada PT. Bank Negara Indonesia Tbk. Sedangkan waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2011.

Tabel 1.2

Jadwal Kegiatan Penelitian

Keterangan

April Mei Juni Juli Agustus

Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Persiapan

Pengumpulan Data Pengolahan Data Penyusunan Skripsi


(17)

10 BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Likuiditas

2.1.1.1 Pengertian Likuiditas

Kemampuan bank memperoleh sumber dana yang diinginkan sangat mempengaruhi kelanjutan usaha bank. Dalam mencari sumber dana bank harus mempertimbangkan beberapa faktor seperti kemudahan untuk memperoleh dana tersebut. Pengukuran likuiditas adalah pengukuran yang sifatnya dilematis, karena di satu sisi usaha bank yang utama adalah memasarkan dan atau memutar uang para nasabahnya untuk mendapatkan keuntungan. Artinya bisnis perbankan harus memaksimalkan pemasaran uangnya dan sekecil mungkin mencegah uang ”nganggur” (idle money). Di sisi lain, untuk dapat memenuhi kewajibannnya terhadap para deposan dan debitur yang sewaktu-waktu menarik dananya dari bank, bank dituntut selalu dalam posisi siap membayar, yang artinya bank harus mempunyai cadangan uang ”nganggur” yang cukup.

Menurut Hasibuan (2001:92), bahwa : Likuiditas adalah kemampuan bank untuk membayar semua utang jangka pendeknya dengan alat-alat likuid yang dikuasainya.

Menurut Dendawijaya (2005:114), bahwa: Likuiditas adalah kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya atau kewajiban yang sudah jatuh tempo.


(18)

Bagi perusahaan bank, likuiditas merupakan jantung utama karena menyangkut kepercayaan. Sekali pemilik uang tidak dapat mengambil uang yang disimpan di bank yang bersangkutan, masyarakat akan tidak percaya pada bank tersebut. Apabila ini terdengar penitip dana lainnya, maka penitip dana ini mungkin sekali menarik dananya dari bank. Jika hal ini terjadi, bank tersebut dapat mengalami kebangkrutan karena terjadinya rush (penarikan uang dari bank secara besar-besaran).

Menurut Kasmir (2004:130) Rasio Likuiditas atau sering juga disebut dengan nama rasio modal kerja merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya suatu perusahaan. Caranya adalah dengan membandingkan komponen yang ada di neraca, yaitu total aktiva lancar dengan total pasiva lancar (utang jangka pendek). Penilaian dapat dilakukan untuk beberapa periode sehingga terlihat perkembangan likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu.

Dari pengertian–pengertian likuiditas diatas, penulis dapat menyimpulkan, bahwa Likuiditas merupakan hal yang paling penting bagi perusahaan karena berhubungan dengan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Dalam rasio likuiditas ini Terdapat dua hasil penilaian terhadap pengukuran rasio likuiditas, yaitu apabila perusahaan mampu memenuhi kewajibannya, dikatakan perusahaan tersebut dalam keadaan likuid.

Sebaliknya, apabila perusahaan tidak mampu memenuhi kewajiban tersebut, dikatakan perusahaan dalam keadaan illikuid.


(19)

2.1.1.2 Tujuan dan Manfaat Rasio Likuiditas

1. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih. Artinya, kemampuan untuk membayar kewajiban yang sudah waktunya dibayar sesuai jadwal batas waktu yang telah ditetapkan (tanggal dan bulan tertentu).

2. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar secara keseluruhan. Artinya jumlah kewajiban yang berumur dibawah 1 tahun atau =1tahun, dibandingkan dengan total aktiva lancar.

3. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan sediaan atau piutang. Dalam hal ini aktiva lancar dikurangi sediaan dan utang yang dianggap likuiditasnya lebih rendah.

4. Untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah sediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan.

5. Untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang.

6. Sebagai alat perencanaan kedepan, terutama yang berkaitan dengan perencanaan kas dan utang.

7. Untuk melihat kondisi dan posisi likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu dengan membandingkan untuk berapa periode.

8. Untuk melihat kelemahan yang dimiliki perusahaan dari masing-masing komponen yang ada di aktiva lancar dan utang lancar.


(20)

9. Menjadi alat pemicu bagi pihak manajemen untuk memperbaiki kinerjanya, dengan melihat rasio likuiditas yang ada pada saat ini.

Likuiditas bank umum adalah mutu suatu aset yang dengan mudah diuangkan dengan sedikit atau tanpa risiko kerugian. Bank dianggap likuid kalau bank tersebut cukup uang tunai atau aset likuid lainnya, disertai dengan kemampuan untuk meningkatkan dana dengan cepat dari sumber lain, untuk memungkinkannya memenuhi kewajiban pembayaran dan komitmen keuangan pada saatnya. Selain itu, harus ada likuiditas penyangga yang memadai untuk memenuhi hampir setiap kebutuhan uang tunai secara mendadak.

Semakin besar jumlah dana yang dapat diperoleh suatu bank dalam waktu tertentu untuk memenuhi likuiditasnya dan dengan biaya yang telah ditetapkan, maka semakin likuid bank tersebut. Semakin cepat suatu bank memperoleh sejumlah dana dengan biaya tertentu, semakin tinggi pula likuiditas bank yang bersangkutan. Selanjutnya, semakin rendah biaya dana yang diperolehnya tersebut dalam suatu periode tertentu, semakin likuid pula bank yang bersangkutan. Dari berbagai pendapat tersebut di atas maka pengertian likuiditas adalah kemampuan suatu bank untuk memenuhi aliran dana keluar dalam waktu yang tepat. Aliran dana keluar dapat berupa penarikan oleh para penabung, penarikan dana oleh para penerima kredit, terutama kredit yang disetujui dan dana keluar karena adanya kewajiban bank untuk membayar utang-utangnya yang telah jatuh tempo. Penarikan dana oleh ketiga unsur di atas bila tidak dapat dipenuhi oleh bank dapat berpengaruh terhadap runtuhnya kepercayaan masyarakat.


(21)

2.1.1.3 Rasio Likuiditas

Rasio Likuiditas yang sering digunakan untuk menilai kinerja suatu bank antara lain :

a. Cash Ratio (CR)

Untuk mengukur kemampuan bank dalam membayar kembali simpanan nasabah pada saat ditarik dengan menggunakan alat-alat likuid yang dimilikinya.

RUMUS

CR = Alat likuid x 100% Pinjaman yang harus segera dibayar Alat Likuid :

Uang Kas di Bank dan Rekening giro yang disimpan di Bank Indonesia. b. Reserve requirement (RR)

Merupakan ketentuan bagi setiap bank umum untuk menyisihkan sebagian dari dana pihak ketiga yang berhasil dihimpunnya dalam bentuk giro wajib minimum yang berupa rekening giro bank yang bersangkutan pada Bank Indonesia.

Besarnya RR telah mengalami perubahan dari 2%, 3% dan terakhir sejak tahun 1997 sebesar 5%.

Komponen dana pihak ketiga terdiri dari :  Giro,

 Deposito berjangka  Sertifikat deposito


(22)

 Tabungan

 Kewajiban Jangka Pendek Lainnya

c. Loan to Deposit Ratio (LDR)

Menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan nasabah dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Rasio antara seluruh jml. Kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Semakin tinggi rasio tsb, maka makin rendah likuiditas bank tersebut.

RUMUS

LDR = Juml. Kredit yang diberikan x 100% Total dana Pihak Ketiga + KLBI + Modal Inti

d. Loan to total asset ratio (LAR)

Merupakan kemampuan bank untuk memenuhi permintaan kredit dengan menggunakan total asset yang dimiliki bank.

RUMUS

LAR = Jumlah Kredit yang diberikan x 100% Jumlah Assets

Semakin tinggi rasio ini maka tingkat likuiditasnya rendah karena jumlah asset yang diperlukan untuk membiayai kreditnya makin besar.

e. Ratio Net call money (NCM)

Persentase dari rasio ini menunjukkan besarnya kewajiban bersih call money terhadap aktiva lancar atau aktiva yang paling likuid dari bank.


(23)

RUMUS

NCM = NET Call Money x 100% Aktiva Lancar

Aktiva Lancar : Uang kas, Giro di BI, Sertifikat BI, SBPU

Semakin kecil rasio ini, maka likuiditas bank ini semakin baik karena bank dapat menutup kewajiban antar bank dengan alat likuid yang dimilikinya.

2.1.1.4 Loan to Deposit Ratio (LDR)

LDR disebut juga rasio kredit terhadap total dana pihak ketiga yang digunakan untuk mengukur dana pihak ketiga yang disalurkan dalam bentuk kredit. Penyaluran kredit merupakan kegiatan utama bank, oleh karena itu sumber pendapatan utama bank berasal dari kegiatan ini. Semakin besarnya penyaluran dana dalam bentuk kredit relatif bila dibandingkan dengan deposit atau simpanan masyarakat pada suatu bank membawa konsekuensi semakin besarnya risiko yang ditanggung oleh bank yang bersangkutan.

Menurut Dendawijaya (2005 : 116) Loan To Deposit Ratio (LDR) adalah: Rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank, rasio ini menunjukan salah satu penilaian likuiditas bank.

LDR adalah perbandingan jumlah kredit yang diberikan terhadap dana yang diterima bank. (Eddie Rinaldy,2008:69), Komponen dana yang diterima oleh bank terdiri dari, kredit likuiditas bank Indonesia, dana pihak ketiga, pinjaman yang diterima bukan dari bank (lebih dari 3 bulan dan tidak termasuk pinjaman subordinasi), deposito dan pinjaman antar bank (jangka waktunya tidak lebih dari


(24)

3 bulan), surat berharga yang diterbitkan, modal inti dan modal pinjaman. Namun bila dilihat dari pandangan konservatif, pengertian deposit sama dengan penjumlahan dana pihak ketiga, dan loan adalah kredit yang diberikan setelah dikurangi dengan kredit-kredit yang bdrsifat kelolaan.

Berdasarkan LDR ini, dapat diketahui sejauh mana pihak manajemen melakukan perpencaran dalam penempatan dananya, yaitu besaran yang disalurkan dalam bentuk penanaman dana lainnya. Perpencaran ini sangat penting, karena hasil dan bobot resikonya berbeda. Kredit yang diberikan biasanya memberikan hasil bunga yang relatif besar tetapi resikonya cenderung lebih tinggi baik dilihat dari jangka waktu maupun tingkat pengembaliannya. Para pakar seperti telah sepakat bahwa, bila bank menerima dana dari tabungan masyarakat sebesar 10, maka penanaman kembali dalam bentuk kredit yang diberikan idealnya 7 dan 8. Sedangkan sisanya ditanamkan kedalam bentuk aktiva produktif lainnya yang mudah dicairkan setelah kewajiban likuiditas minimum atau cash ratio dijaga. Sesuai ketentuan yang berlaku, bila LDR suatu bank sebesar 110%, bank dimaksud dapat digolongkan sehat (Eddie Rinaldy,2008:69).

LDR menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditas. Dengan kata lain, seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah, kredit dapat mengimbangi kewajiban untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit (Dendawijaya,2005:116). Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin rendah kemampuan


(25)

likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit semakin besar.

Almilia dan Herdiningtyas (2005) Loan to Deposit Ratio (LDR) digunakan untuk menilai likuiditas suatu bank dengan cara membagi jumlah kredit dengan jumlah dana. Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan suatu bank dalam menyediakan dana kepada debiturnya dengan modal yang dimiliki oleh bank maupun dana yang dapat dikumpulkan dari masyarakat.

Menurut Dendawijaya (2005) Loan to Deposit Ratio (LDR) menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Jika bank dapat menyalurkan seluruh dana yang dihimpun memang akan menguntungkan, namun hal ini terkait resiko apabila sewaktu-waktu pemilik dana menarik dananya atau pemakai dana tidak dapat mengembalikan dana yang dipinjamnya. Sebaliknya, apabila bank tidak menyalurkan dananya maka bank juga akan terkena resiko karena hilangnya kesempatan untuk memperoleh keuntungan, Sesuai dengan ketentuan yang telah di tetapkan Bank Indonesia batas minimum pinjaman yang diberikan bank adalah 80% dan maksimum 110%.

Rumus Loan to Deposit Ratio sebagai berikut :

LDR = Kredit x100%

Dana Pihak Ketiga Sumber : Dendawijaya ( 2005)


(26)

Dari penjelasan diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa Loan to Deposit Ratio merupakan perbandingan total kredit yang diberikan kepada kreditur terhadap sumber dana yang diterima bank yang berasal dari masyarakat itu sendiri, atau sering disebut dengan dana pihak ketiga, mencakup giro, tabungan, dan deposito (tidak termasuk antar bank). biasanya bank yang mempunyai LDR yang tinggi sangatlah baik karena bank ini mampu menanggung risiko yang mungkin timbul. Adanya sumber dana yang berasal dari masyarakat yaitu deposito berjangka, giro, tabungan, dan lain-lain yang cukup yang disediakan oleh pemilik sehingga dapat memenuhi permohonan pinjaman (loan requests) nasabahnya kredit menjadi lebih luas dan adanya risiko yang kecil sehingga semua itu akan berpengaruh positif terhadap profitabilitas LDR yang tinggi menunjukkan semakin stabil usaha bank karena adanya kepercayaan masyarakat yang stabil.

2.1.2 Efisiensi Operasional

Masalah efisiensi berkaitan dengan masalah pengendalian biaya. Efisiensi operasional berarti biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan keuntungan lebih kecil daripada keuntungan yang diperoleh dari penggunaan aktiva tersebut. Sebuah bank dituntut untuk memperhatikan masalah efisiensi karena meningkatnya persaingan bisnis dan standar hidup konsumen. Bank yang tidak mampu memperbaiki tingkat efisiensi usahanya maka akan kehilangan daya saing baik dalam hal mengerahkan dana masyarakat maupun dalam hal penyaluran dana tersebut dalam bentuk modal usaha.


(27)

Masalah efisiensi dirasakan semakin penting pada saat ini dan masa mendatang karena adanya permasalahan yang mungkin timbul sebagai akibat kompetisi usaha yang bertambah ketat, dan meningkatnya mutu kehidupan yang berakibat pada meningkatnya standar kepuasan konsumen. Bank yang dalam kegiatan usahanya tidak efisien akan mengakibatkan ketidakmampuan bersaing dalam mengerahkan dana masyarakat maupun dalam menyalurkan dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkan sebagai modal usaha. Dengan adanya efisiensi pada lembaga perbankan terutama efisiensi biaya maka akan diperoleh tingkat keuntungan yang optimal, peningkatan pelayanan kepada nasabah, keamanan dan kesehatan perbankan yang meningkat (Kuncoro,2002:569).

Efisiensi operasional merupakan masalah yang kompleks dimana setiap perusahan perbankan selalu berusaha untuk memberikan layanan yang terbaik kepada nasabah, namun pada saat yang sama bank harus berupaya untuk beroperasi dengan efisien. apabila tingkat profitabilitas rendah maka akan dapat mengakibatkan bank akan mengalami kerugian yang cukup berarti dan ini tentunya dapat mengancam kelangsungan hidup usaha perbankan. Indikator efisiensi operasional yang lazim digunakan adalah BOPO (rasio biaya operasional dengan pendapatan operasional).

Meskipun pendapatan bunga bersih atau Net Interest Income cenderung menurun namun masih diimbangi dengan kenaikan pendapatan non operasional. Menurunnya biaya operasional perbankan mendorong membaiknya tingkat efesiensi yang tercermin oleh BOPO Permodalan perbankan nasional masih memiliki daya tahan yang tinggi.


(28)

Dapat disimpulkan bahwa efisiensi operasional adalah bagaimana suatu perusahaan melakukan kegiatan usaha dengan berbagai biaya yang dikeluarkan tetapi keuntungan perusahaan tetap meningkat. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengefisiensikan biaya-biaya yang digunakan perusahaan agar mampu bersaing dengan perusahaan lain, mengefisiensi penambahan jumlah dana yang disalurkan kepada masyarakat agar biaya lebih kompetitif dan memberikan yang terbaik kepada pelayanan nasabah. Dengan menjalankan hal tersebut, perusahaan akan memiliki tingkat efisiensi yang baik dan akan memperoleh keuntungan yang optimal.

2.1.2.1 Rasio Efisiensi Operasional a. Biaya operasional

Yang dimasukkan ke pos biaya operasional adalah semua biaya yang berhubungan langsung dengan kegiatan usaha bank yang diperinci sebagai berikut:

1. Biaya Bunga

Yang dimasukkan ke pos ini adalah atas dana-dana yang berasal dari Bank Indonesia, bank-bank lain, dan pihak ketiga bukan bank.

2. Biaya valuta asing lainnya

Yang dimasukkan ke pos ini adalah semua biaya yang dikeluarkan bank untuk berbagai transaksi devisa.


(29)

3. Biaya tenaga kerja

Yang dimasukkan ke pos ini adalah seluruh biaya yang dikeluarkan bank untuk membiayai pegawainya, seperti gaji dan upah, uang lembur, perawatan kesehatan, honorarium komisaris, bantuan untuk pegawai dalam bentuk natura, dan pengeluaran lainnya untuk pegawai.

4. Penyusutan

Yang dimasukkan kedalam pos ini adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk penyusutan benda-benda tetap dan inventaris.

5. Biaya lainnya

Yang dimasukkan ke pos ini adalah biaya lainnya yang merupakan biaya langsung dari kegiatan usaha bank yang belum termasuk ke pos biaya pada di atas.

b. Pendapatan operasional

Pendapatan operasional terdiri atas semua pendapatan yang merupakan hasil langsung dari kegiatan usaha bank yang benar-benar telah diterima. Pendapatan bank secara terperinci adalah sebagai berikut :

1. Hasil bunga

Yang dimasukkan ke pos ini adalah pendapatan bunga, baik dari pinjaman yang diberikan maupun dari penanaman-penanaman yang dilakukan oleh bank.

2. Provisi dan komisi

Yang dimasukan ke pos ini adalah provisi dan komisi yang dipungut atau diterima oleh bank dari berbagai kegiatan yan dilakukan.


(30)

3. Pendapatan valuta asing lainnya

Yang dimasukan ke pos ini adalah keuntungan yang diperoleh bank dari berbagai transaksi devisa.

4. Pendapatan lainnya

Yang dimasukkan ke pos ini adalah pendapatan lain yang merupakan hasil langsung dari kegiatan lainnya yang merupakan kegiatan operasional bank yang tidak termasuk kedalam rekening pendapatan diatas.

Indikator untuk menentukan tingkat efisiensi operasional suatu bank menurut InfoBank (2005:22) meliputi:

a) Net Interest Margin (NIM), adalah perbandingan antara pendapatan bunga bersih dengan rata-rata aktiva produktif.

b) Rasio biaya operasional dengan pendapatan operasional, yaitu membandingkan antara biaya operasional yang digunakan untuk kegiatan usaha bank dengan pendapatan operasional yang diperoleh dari kegiatan usaha bank.

Risiko yang dapat dihadapi bank antara lain sebagai berikut (Siamat,1993): (1) Risiko Kredit, yaitu risiko akibat kegagalan atau ketidakmampuan nasabah

mengembalikan jumlah pinjaman yang telah diterima dari bank beserta bunganya sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan;

(2) Risiko Investasi, berkaitan dengan kemungkinan terjadinya kerugian akibat penurunan nilai pokok dari portfolio surat-surat berharga. Penurunan


(31)

surat-surat berharga tersebut bergerak berlawanan arah dengan tingkat bunga umum. Oleh karena itu, dalam situasi tingkat suku bunga yang berfluktuasi investasinya;

(3) Risiko Operasional, merupakan ketidakpastian mengenaikegiatan usaha bank. Risiko operasional kemungkinan berasal dari kerugian operasional bila terjadi penurunan keuntungan yang dipengaruhi oleh strukturbiaya operasional bank, dan kemungkinan terjadinya kegagalan atas jasa-jasadan produk-produk yang ditawarkan;

(4) Risiko Penyelewengan, berkaitan dengan kerugian yang dapat terjadi akibat hal-hal seperti ketidakjujuran,penipuan atau moral hazard dari pelaku bisnis perbankan baik pejabat,karyawan dan nasabah.

2.1.2.2 Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

Rasio biaya operasional dan pendapatan operasional (BOPO) adalah perbandingan antara biaya operasi dengan pendapatan operasi. Rasio biaya operasional digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Mengingat kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah bertindak sebagai perantara, yaitu menghimpun dan menyalurkan dana (misal dana masyarakat), maka biaya dan pendapatan operasional bank didasari oleh biaya bunga dan hasil bunga. Secara teoritis, biaya bunga ditentukan berdasarkan perhitungan cost of loanable funds (COLF) secara

weighted average cost, sedangkan penghasilan bunga sebagian terbesar diperoleh dari interest income (pendapatan bunga) dari jasa pemberian kredit kepada


(32)

masyarakat, seperti bunga pinjaman, provisi kredit, appraisal fee, supervision fee,

commitment fee, syndication fee, dan lain-lain (Dendawijaya,2005:120).

Menurut Veithzal Rivai (2007:722) bahwa : BOPO adalah perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional dalam mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya.

Menurut Dendawijaya (2005) Rasio biaya operasional digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya”.

Menurut Almilia dan Herdiningtyas ( 2005)

“Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) sering disebut rasio efisiensi digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutansehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil” . Biaya operasional dihitung berdasarkan penjumlahan dari total beban bunga dan total beban operasional lainnya. Pendapatan operasional adalah penjumlahan dari total pendapatan bunga dan total pendapatan operasional lainnya.

BOPO dinyatakan dalam rumus berikut :

Biaya Operasional

BOPO = x100% Pendapatan Operasional


(33)

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan, bahwa BOPO merupakan rasio antara biaya operasional yaitu merupakan biaya yang dikeluarkan oleh bank dalam rangka menjalankan aktivitas usaha utamanya seperti biaya bunga, biaya pemasaran, biaya tenaga kerja dan biaya operasi lainnya terhadap pendapatan operasional, yaitu merupakan pendapatan utama bank yaitu pendapatan yang diperoleh dari penempatan dana dalam bentuk kredit dan pendapatan operasi lainnya. BOPO tidak boleh melebihi batas wajar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu tidak melebihi 95%. Karena akan mempengaruhi kondisi kesehatan bank itu sendiri, jadi apabila BOPO melebihi batas yang ditentukan, maka tingkat profitabilitas akan semakin rendah.

2.1.3 Profitabilitas

Profitabilitas atau disebut dengan rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Atau Hasil perolehan dari investasi (penanaman modal) yang dikatakan dari persentase dari besarnya investasi (Veithzal Rivai,2007:720).

Menurut Kasmir (2004:196) : Rasio Profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan.

Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Intinya adalah penggunaan rasio ini menunjukan efisiensi perusahaan.


(34)

Dapat disimpulkan bahwa profitabilitas adalah kemampuan bank untuk memperoleh keuntungan dari berbagai kegiatan usaha yang dilakukan perusahaan. 2.1.3.1 Rasio Profitabilitas

Menurut Veithzal Rivai, (2007:720) Pendekatan penilaian kuantitatif dan kualitatif faktor rentabilitas antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen berikut :

a. Return On Total Asset ( ROA )

Rasio Laba sebelum pajak dalam 12 bulan terakhir terhadap rata-rata volume usaha (ROA) dalam periode yang sama. ROA menggambarkan perputaran aktiva yang diukur dari volume penjualan.

Rasio perbandingan antara rasio sebelum pajak dengan total asset.

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Rasio ini dirumuskan dengan:

Return On Asset = Laba Sebelum Pajak x 100% Total Aktiva

Kesimpulan :

Semakin besar ROA maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai dari semakin baiknya posisi bank dari segi penggunaan asset. b. Return On Equity (ROE)

Merupakan indicator yang sangat penting bagi para pemegang saham dan calon investor untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh laba bersih yang dikaitkan dengan pembayaran deviden. Kenaikan rasio ini


(35)

berarti kenaikan laba bersih dari laba yang bersangkutan yang selanjutnya dikaitkan dengan peluang kemungkinan pembayaran deviden (terutama bagi bank yang telah go public).

Rasio ini sebagai perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan modal sendiri (equity). Rasio ini dirumuskan sebagai berikut :

Return On Equity = Laba setelah Pajak x 100% Modal Sendiri

Kesimpulan :

Apabila terjadi kenaikan dalam rasio ini, berarti terjadi kenaikan laba bersih dari bank yang bersangkutan. Kenaikan ini akan mengakibatkan naiknya harga saham bank, yang akan membuat para pemegang saham bank dan para investor di pasar modal ingin member saham bank tersebut. c. Net Interest Margin (NIM)

Rasio ini menunjukan kemampuan earning assets dalam menghasilkan pendapatan bunga bersih

NIM = Pendapatan bersih (pendapatan Bunga-Beban Bunga) x100% Aktiva Produktif

Kesimpulan :

Angka Rasio NIM bank adalah sebesar 3,24%. NIM harus cukup besar meng-cover kerugian-kerugian pinjaman, kerugian-kerugian sekuritas dan pajak untuk dijadikan profit dan meningkatkan pendapatan.


(36)

d. Rasio Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

Yaitu perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan Operasional dalam mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. dalam hal ini perlu diketahui bahwa usaha utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan selanjutnya menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit, sehingga beban bunga dan hasil bunga merupakan porsi terbesar bagi bank. Rasio ini dirumuskan dengan :

BOPO = Biaya Operasional x 100% Pendapatan Operasional

Kesimpulan :

Semakin kecil rasio biaya (beban) operasionalnya akan lebih baik, karena bank yang bersangkutan dapat menutup biaya (beban) Operasional dengan Pendapatan operasionalnya.

e. Fee Base Income Ratio

Pendapatan Operasional diluar bunga.

Fee Base Income Ratio = Pendapatan Operasional lagi x 100% Pendapatan Operasional

2.1.3.2 Return On Asset (ROA)

Return On Asset merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan


(37)

diukur dengan Return On Asset, selanjutnya disingkat ROA adalah rasio untuk mengetahui kemampuan bank menghasilkan keuntungan secara relatif dibandingkan dengan nilai total asetnya.

Laba yang diraih dari kegiatan yang dilakukan merupaan cerminan kinerja sebuah perusahaan dalam menjalankan usahanya profitabilitas. Sebagai salah satu acuan dalam mengukur besarnya laba menjadi begitu penting untuk mengetahui apakah perusahaan telah menjalankan usahanya secara efisien, karena efisiensi baru dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut dengan kata lain adalah menghitung profitabilitas. Menjaga tingkat profitabilitas merupakan hal yang penting bagi bank karena rentabilitas (profitabilitas) yang tinggi merupakan tujuan setiap bank. Analisis rentabilitas dimaksudkan untuk mengukur produktivitas asset yaitu kemampuan bank dalam menghasilkan laba dengan menggunakan aktiva yang dimilikinyadan juga mengukur efisiensi penggunaan modal (Ni ketut,2007).

Rumus yang digunakan menurut Veithzal Rivai,(2007:720) adalah sebagai berikut :

ROA = Laba Sebelum Pajak x 100% Total Aktiva

Perhitungan ROA terdiri dari : 1. EBT (laba sebelum Pajak)

EBT adalah laba perusahaan (bank) sebelum dikurangi pajak 2. Total aktiva


(38)

a. Aktiva lancar b. Aktiva tetap

Berdasarkan ketentuan bank indonsia, maka standar ROA yang baik adalah sekitar 1,5 %.

Dari penjelasan diatas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa rasio ini digunakan untuk mengukur kinerja manajemen bank dalam mengelola asset yang tersedia untuk menghasilkan laba sebelum pajak. Semakin besar ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. pemilik bank lebih tertarik pada seberapa besar kemampuan bank memperoleh keuntungan terhadap asset yang ia tanamkan. Return on Asset (ROA) yang memfokuskan kemampuan perusahaan untuk memperoleh earning dalam operasi perusahaan digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Apabila ROA meningkat, berarti profitabilitas perusahaan meningkat.

2.1.4 Keterkaitan antar Variabel Penelitian

2.1.4.1 Hubungan Likuiditas (LDR) dengan Profitabilitas (ROA)

Likuiditas adalah besarnya dana yang likuid yang disediakan oleh manajemen untuk memenuhi penarikan dana para nasabahnya. Dana yang disediakan ini meliputi penarikan dana tabungan maupun penarikan dana untuk pencairan kredit yang telah disetujui. Semakin besar dana yang disediakan (aktiva likuid) membuat bank semakin baik karena mampu memenuhi permintaan


(39)

nasabahnya. Selain itu likuiditas yang tinggi akan memaksa manajemen untuk menanamkan dananya dalam bentuk aktiva likuid, sehingga bank kesulitan untuk menciptakan kredit baru. Hal ini sangatlah berbahaya karena akan mengurangi kemampuan bank untuk memperoleh profit.

Pengukuran likuiditas adalah pengukuran yang sifatnya dilematis, karena di satu sisi usaha bank yang utama adalah memasarkan dan/ atau memutar uang para nasabahnya untuk mendapatkan keuntungan. Artinya bisnis perbankan harus memaksimalkan pemasaran uangnya dan sekecil mungkin mencegah uang ”nganggur” (idle money). Di sisi lain, untuk dapat memenuhi kewajibannnya terhadap para deposan dan debitur yang sewaktu-waktu menarik dananya dari bank, bank dituntut selalu dalam posisi siap membayar, yang artinya bank harus mempunyai cadangan uang ”nganggur” yang cukup.

Di kalangan perbankan sejak dahulu timbul pertentangan kepentingan

(conflict of interest) antara liquidity dan profitability. Artinya, bila ingin mempertahankan posisi likuiditas dengan memperbesar cadangan kas, maka bank tidak akan memakai seluruh lonable funds yang ada karena sebagian dikembalikan.

Perlu disadari bahwa untuk mempertahankan tingkat likuiditas yang seimbang diperlukan perhatian terutama pada waktu tingkat bunga rendah dan permintaan nasabah akan kredit menurun. Sedapat mungkin biaya dana yang tinggi yang dibutukan untuk mempertahankan tingkat likuiditas yang seibng dan harus dibuat seminimal mungkin dengan pengelolaan spread yang baik.


(40)

Profitabilitas juga tergantung pada bagaimana pengelolaan spread. Jadi intinya, adalah pengawasan dan selalu memperhatikan tingkat likuiditas yang seimbang. Apabila kedua hal ini diperhatikan bank akan mendapatkan profit yang sesuai.

LDR merupakan salah satu ukuran untuk menghitung likuiditas bank. Jika LDR tidak melebihi batas yang ditentukan maka bank tersebut dalam keadaan likuid, sehingga akan menimbulkan kepercayaan masyarakat dan dengan kepercayaan masyarakat tersebut akan dapat meningkatkan profitabilitas.

Menurut Veithzal Rivai (2007:389)

“Pada waktu tingkat bunga cenderung naik dan permintaan kredit bertambah, posisi likuiditas yang seimbang akan membuat bank mendapatkan keuntungan yang maksimal. Apabila bank siap menghadapi permintaan kredit, berarti bank akan mempunyai kemampuan untuk menghasilkan profit yang lebih tinggi”.

2.1.4.2 Hubungan Efisiensi Operasional (BOPO) dengan Profitabilitas (ROA) Profitabilitas juga berhubungan dengan efisiensi operasional. Hasil akhir dari aktivitas bank akan menghasilkan biaya dan juga keuntungan operasional. Kedua hal ini mempengaruhi tingkat efisiensi operasional bank yaitu kemampuan bank untuk menghasilkan keuntungan dari penggunaan aktivanya. Dengan tingginya biaya yang dikeluarkan dalam mencapai keuntungan maka akan menyebabkan rendahnya efisiensi operasional bank dan berdampak pada menurunnya tingkat profitabilitas.

Faktor efisiensi operasional diukur dengan menggunakan rasio BOPO, yaitu kemampuan bank dalam mempertahankan tingkat keuntungannya agar dapat menutupi biaya-biaya operasionalnya. Semakin efisien operasional, maka semakin


(41)

efisien pula dalam penggunaan aktiva untuk menghasilkan keuntungan. Permasalahan efisiensi adalah seberapa efektif perbankan menggunakan sumber daya seperti yang telah dianggarkan dan tidak boros dalam melakukan kegiatan operasinya. Salah satu indikator yang digunakan untuk menentukan tingkat efisiensi operasional suatu bank adalah biaya operasional dan pendapatan operasional.

Menurut Eddie Rinaldy (2008:67)

“Antara BOPO dan ROA mempunyai hubungan yang sangat erat dan timbal balik yaitu pengukuran efisiensi di satu sisi, dan produktivitas di lain pihak”.

Menurut Siamat (1999), tingkat BOPO yang menurun menunjukkan semakin tinggi efisiensi operasional yang dicapai perusahaan, hal ini berarti semakin efisien aktiva bank dalam menghasilkan keuntungan.

2.1.4.3 Hubungan Likuiditas (LDR) dan Efisiensi Operasional (BOPO) dengan Profitabilitas (ROA).

Penilaian terhadap faktor profitabilitas atau rentabilitas (Peraturan Bank Indonesia No.6/10/PBI/2004) meliputi penilaian terhadap komponen komponen pencapaian Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM) dan tingkat efisiensi bank. Kemudian penilaian dilakukan atas perkembangan laba operasional, diversifikasi pendapatan, penerapan prinsip akuntansi dalam pengakuan pendapatan dan biaya dan prospek laba operasional.


(42)

Menurut Mudrajad Kuncoro (2002:572) bahwa :

Langkah srategi peningkatan kinerja bank melalui peningkatan kesehatan bank memiliki pengaruh terhadap meningkatnya laba perusahaan. Dengan meningkatnya kesehatan bank maka perolehan atas laba akan meningkat, ini dikarenakan masyarakat khususnya investor dan kreditur mempercayakan dananya untuk di investasikan pada bank yang “sehat”.

Semakin efisien kinerja operasional suatu bank maka keuntungan yang diperoleh akan semakin besar. Bagi manajemen bank, hal ini menunjukkan pentingnya memperhatikan pengendalian biaya sehingga dapat menghasilkan rasio BOPO yang sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh otoritas moneter. Untuk meminimalkan risiko diatas maka perbankan perlu bertindak rasional dalam arti lebih memperhatikan efisiensi.

2.1.5 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang mengangkat tentang Likuiditas (LDR),Efisiensi Operasional (BOPO) dan Profitabilitas (ROA) :

1. Penelitian Yuliani (2007)

Hasil Penelitian Yuliani (2007) mengenai hubungan efisiensi operasional dengan kinerja profitabilitas pada sektor perbankan yang go public di bursa efek Jakarta secara parsial hipotesis H2 diterima, artinya memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja profitabilitas dengan arah negatif. Sedangkan secara simultan dapat diambil kesimpulan bahwa H4 ditolak, artinya dalam penelitian ini semakin tinggi LDR suatu bank tidak menjadi tolok ukur keberhasilan manajemen bank untuk memperoleh keuntungan tinggi. Secara simultan diterima sehingga dapat dikatakan


(43)

bahwa model persamaan ini dapat digunakan untuk memprediksi Return on Asset. Berdasarkan hasil perhitungan besarnya koefisien determinasi R2 adalah 0,792 yang berarti bahwa variabel-variabel bebas dalam penelitian ini secara bersama-sama/simultas mampu memberikan kontribusi terhadap variabel terikatnya (ROA).

2. Penelitian Ni ketut (2007)

Hasil Penelitian Penelitian Ni ketut (2007) Mengenai Evaluasi Pengaruh Camel Terhadap Kinerja Perusahaan, Dari hasil penelitian diperoleh bahwa Capital, Asset Quality, Management,Earning, dan Liquidity

(CAMEL) pada tahun 2000 tidak berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset (ROA) tahun 2001.

3. Penelitian Luciana Spica Almilia Dan Winny Herdinigtyas (2005) Hasil Penelitian Penelitian Luciana Spica Almilia Dan Winny Herdinigtyas (2005) Mengenai Analisis Rasio Camel terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah Pada Lembaga Perbankan Periode 2000 – 2002. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa Hasil pengujian hipotesis adalah Rasio keuangan CAMEL (CAR, BOPO) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prediksi kondisi bermasalah bank-bank umum swasta nasional di Indonesia periode 2000-2002.


(44)

Tabel 2.1

Hasil Peneliti Terdahulu Terkait dengan Variabel Peneliti

No Peneliti

Terdahulu Judul Kesimpulan Perbedaan Persamaan 1 Yuliani

(2007) Hubungan Efisiensi Operasional Dengan Kinerja Profitabilitas Pada Sektor Perbankan Yang Go Public Di Bursa Efek Jakarta. secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja profitabilitas dengan arah negatif. dalam penelitian ini secara bersama-sama/simultas mampu memberikan kontribusi terhadap variabel terikatnya (ROA). Pada penelitian Yuliani variabel (X) yang diteliti adalah Efisiensi operasional MSDN, BOPO, CAR dan LDR Sedangkan penulis hanya mengambil mengenai LDR dan BOPO. Sama-sama meneliti mengenai LDR dan BOPO terhadap ROA

2 Ni ketut (2007) Evaluasi Pengaruh Camel Terhadap Kinerja Perusahaan, Dari hasil penelitian diperoleh bahwa Capital, Asset Quality, Management,Ear ning, dan Liquidity (CAMEL) pada tahun 2000 tidak berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset (ROA) tahun 2001.

Pada penelitian Ni Ketut variabel (X) yang diteliti adalah Capital, Asset Quality, Management,E arning, dan Liquidity (CAMEL) Sedangkan variabel (X) penulis hanya mengambil mengenai LDR dan BOPO. Sama-sama meneliti tentang Likuiditas (LDR) dan Earning (BOPO) terhadap ROA.


(45)

3 Luciana Spica Almilia Dan Winny Herdinigtyas (2005) Analisis Rasio Camel terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah Pada Lembaga Perbankan Periode 2000 – 2002

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa Hasil pengujian hipotesis adalah Rasio keuangan CAMEL (CAR, BOPO) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prediksi kondisi bermasalah bank-bank umum swasta nasional di Indonesia perioda 2000-2002. Pada penelitian Luciana Spica Almilia Dan Winny Herdinigtyas variabel (X) yang diteliti Rasio Keuangan CAMEL Sedangkan variabel (X) penulis hanya mengambil mengenai LDR dan BOPO Sama-sama meneliti tentang LDR dan BOPO

2.2 Kerangka Pemikiran

Suatu bank dalam menjalankan kegiatan usahanya harus didukung dana dalam jumlah yang memadai. Ini disebabkan bank sebagai lembaga intermediasi, dalam operasionalnya sangat tergantung pada jumlah dana yang sumbernya berasal dari berbagai pihak, kemudian menyalurkan kembali dalam bentuk penciptaan kredit.

Jika bank dapat menyalurkan seluruh dana yang dihimpun memang akan menguntungkan, namun hal ini terkait resiko apabila sewaktu-waktu pemilik dana menarik dananya atau pemakai dana tidak dapat mengembalikan dana yang dipinjamnya. Sebaliknya, apabila bank tidak menyalurkan dananya maka bank juga akan terkena resiko karena hilangnya kesempatan untuk memperoleh keuntungan.


(46)

Menurut Dendawijaya (2005:116), Loan To Deposit Ratio (LDR) adalah: “Rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank, rasio ini menunjukan salah satu penilaian likuiditas bank”.

Menurut Veithzal Rivai (2007:722), bahwa :”BOPO adalah perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional dalam mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya”.

Veithzal Rivai,2007:720 bahwa : ”Rasio Laba sebelum pajak dalam 12 bulan terakhir terhadap rata-rata volume usaha (ROA) dalam periode yang sama. ROA menggambarkan perputaran aktiva yang diukur dari volume penjualan”.

Menurut Veithzal Rivai (2007:389) :

Pada waktu tingkat bunga cenderung naik dan permintaan kredit bertambah, posisi likuiditas yang seimbang akan membuat bank mendapatkan keuntungan yang maksimal. Apabila bank siap menghadapi permintaan kredit, berarti bank akan mempunyai kemampuan untuk menghasilkan profit yang lebih tinggi.

Dalam kerangka pemikiran tersebut yang penulis ambil sebagai teori penghubung dilihat dari tingkat likuiditasnya, dalam hal ini LDR merupakan bagian dari rasio likuiditas yang juga dapat mempengaruhi tingkat keuntungan.

Menurut Eddie Rinaldy (2008:67) bahwa : “Antara BOPO dan ROA mempunyai hubungan yang sangat erat dan timbal balik yaitu pengukuran efisiensi di satu sisi, dan produktivitas di lain pihak”.

Menurut Mudrajad Kuncoro (2002:572)

Langkah srategi peningkatan kinerja bank melalui peningkatan kesehatan bank memiliki pengaruh terhadap meningkatnya laba perusahaan. Dengan meningkatnya kesehatan bank maka perolehan atas laba akan meningkat, ini dikarenakan masyarakat khususnya investor dan kreditur mempercayakan dananya untuk di investasikan pada bank yang “sehat”.


(47)

Tingkat bunga simpanan merupakan ukuran kinerja yang lemah dan menimbulkan masalah, sehingga dalam penelitiannya disimpulkan bahwa profitabilitas merupakan indikator yang paling tepat untuk mengukur kinerja suatu bank. Untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja suatu perusahaan, analisa keuangan membutuhkan suatu ukuran.

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka dapat dibuat skema kerangka pemikiran sebagai berikut.

Veithzal Rivai (2007:389)

Teori Penghubung

Mudrajad Kuncoro (2002:572)

Eddie Rinaldy (2008:67)

Gambar 2.2

Skema Kerangka Pemikiran Analisis Likuiditas dan Efisiensi Operasional Terhadap Profitabilitas

Variabel X1 Likuiditas Loan to DepositRatio

(LDR) Dendawijaya (2005:116)

Variabel Y Profitabilitas

Return On Asset (ROA)

Veithzal Rivai (2007:720) Variabel X2

Efisiensi Operasional B O P O


(48)

2.3. Hipotesis

Pengertian hipotesis menurutMoh. Nazir (2003 : 151)adalah :

Hipotesis adalah pernyataan yang diterima secara sementara sebagai suatu kebenaran sebagaimana adanya, pada saat fenomena dikenal dan merupakan dasar kerja serta panduan dalam verifikasi. Hipotesis adalah keterangan sementara dari hubungan fenomena-fenomena yang kompleks. Dalam penelitian ini hipotesis yang akan diuji yaitu hipotesis penelitian yang berkaitan dengan berpengaruh atau tidaknya tingkat Likuiditas dan Efisiensi Operasional Terhadap Profitabilitas.

Berdasarkan kajian teori yang telah dikemukakan sebelumnya, maka hipotesa penelitian adalah : “Terdapat pengaruh antara tingkat Likuiditas dan Efisiensi Operasional secara parsial maupun secara simultan Terhadap Profitabilitas”.


(49)

42 BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Sebelum penulis melakukan penelitian, maka harus ditentukan terlebih dahulu objek penelitiannya. Dengan demikian maka pembahasannya nanti dapat difokuskan pada apa yang menjadi objek penelitiannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Sugiyono (2010:41) menyatakan bahwa:

“Sebelum peneliti memilih variabel apa yang akan diteliti perlu melakukan studi pendahuluan terlebih dahulu pada objek yang akan yang diteliti. Jangan sampai terjadi membuat rancangan penelitian dilakukan di belakang meja, dan tanpa mengetahui terlebih dahulu permasalahan yang ada di objek penelitian.”

Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa objek penelitian adalah suatu hal yang menjadi pokok sasaran atau tujuan, yang akan diteliti oleh peneliti. Dalam penulisan usulan penelitian ini, objek penelitian yang menjadi fokus penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Likuiditas (LDR)

2. Efisiensi Operasional (BOPO) 3. Profitabilitas (ROA)

Bank yang dianalisis adalah PT. Bank Negara Indonesia Tbk. yang telah

go public. Untuk variabel independen digunakan Loan to Deposit Ratio dan BOPO, Sedangkan untuk variabel dependen digunakan Return On Asset

perusahaan. Kedua Variabel tersebut dilihat pada Rasio Keuangan perusahaan yang sudah dipublikasikan. Penelitian ini dilakukan untuk 8 periode.


(50)

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu cara penulis dalam menganalisis data. Pengertian dari Metode Penelitian adalah sebagai berikut:

Menurut Sugiyono (2010:2) menjelaskan bahwa:

“Metode Penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”.

Dari pengertian diatas disimpulkan bahwa merupakan cara pemecahan masalah penelitian yang dilaksanakan secara terencana dan cermat dengan maksud mendapatkan fakta dan kesimpulan agar dapat memahami, menjelaskan, meramalkan, dan mengendalikan keadaan. Metode penelitian juga merupakan cara kerja untuk memahami dan mendalami objek yang menjadi sasaran.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis dengan pendekatan kuantitatif, yaitu hasil penelitian yang kemudian diolah dan dianalisis untuk diambil kesimpulannya, artinya penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numeric

(angka), dengan menggunakan metode penelitian ini akan diketahui hubungan yang signifikan antara variabel yang diteliti, sehingga menghasilkan kesimpulan yang akan memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti.

Menurut Sugiyono (2008:147) menyatakan bahwa:

“Metode Analisis Deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi”.


(51)

Menurut Sugiyono (2010:8) metode penelitian kuantitatif adalah sebagai berikut :

“Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada sample filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sample tertentu, pengumpulan data menggunkan istrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/ statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.”

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode deskriptif analisis dengan pendekatan kuantitatif merupakan metode yang bertujuan menggambarkan secara sistematis dan faktual tentang fakta-fakta serta hubungan antar variabel yang diselidiki dengan cara mengumpulkan data, mengolah, menganalisis, dan menginterpretasi data dalam pengujian hipotesis statistik.

Penulis menggunakan metode tersebut, karena penelitian ini ditujukan untuk menggambarkan dengan jelas bagaimana pengaruh Likuiditas (LDR) dan Efisiensi Operasional (BOPO) terhadap Profitabilitas (ROA) pada PT. Bank Negara Indonesia Tbk. Sedangkan, pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kuantitatif, karena data Likuiditas (LDR), Efisiensi Operasional (BOPO) dan Profitabilitas (ROA) yang diperoleh dari penelitian ini berupa data kuantitatif.

Data yang dibutuhkan adalah data yang sesuai dengan masalah-masalah yang ada dan sesuai dengan tujuan penelitian, sehingga data tersebut akan di kumpulkan, diolah, dianalisis dan diproses lebih lanjut sesuai dengan teori-teori yang telah dipelajari, jadi dari data tersebut dapat ditarik kesimpulan.


(52)

3.2.1 Desain Penelitian

Dalam melakukan suatu penelitian diperlukan perencanaan penelitian, agar penelitian yang dilakukan dapat berjalan dengan baik, sistematis serta efektif. Desain penelitian menurut Umi Narimawati (2010:30) mengatakan bahwa: “Desain penelitian merupakan semua proses penelitian yang dilakukan oleh seorang peneliti, dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan penelitian yang dilakukan pada waktu tertentu.”

Tahapan atau langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

1. Menetapkan permasalahan sebagai indikasi dari fenomena penelitian, selanjutnya dapat ditetapkan judul yang akan diteliti. Dalam penelitian ini permasalahan yang terjadi difokuskan pada faktor penentu Profitabilitas (ROA). Dengan demikian dapat ditetapkan judul penelitian : Analisis Likuiditas dan Efisiensi Operasional dampaknya terhadap Profitabilitas Pada PT. Bank Negara Indonesia Tbk.

2. Mengidentifikasi masalah yang terjadi. Dalam penelitian ini permasalahan yang berhasil diidentifikasi antara lain adalah Adanya perkembangan Likuiditas (LDR) dan Efisiensi Operasional (BOPO) berfluktuatif .

3. Menetapkan rumusan masalah. Rumusan masalah merupakan suatu pertanyaan yang akan dicari jawabannya melalui pengumpulan data. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Seberapa besar Analisis pengaruh Likuiditas dan Efisiensi Operasional dampaknya terhadap Profitabilitas Pada PT. Bank Negara Indonesia Tbk.


(53)

4. Menetapkan tujuan penelitian. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Likuiditas (LDR) dan Efisiensi Operasional (BOPO), secara simultan dan parsial terhadap terhadap Profitabilitas (ROA) Pada PT. Bank Negara Indonesia Tbk.

5. Menetapkan hipotesis penelitian, berdasarkan fenomena dan dukungan teori. Penulis menetapkan hipotesis dalam penelitian ini: perkembangan Likuiditas (LDR) dan Efisiensi Operasional (BOPO) secara simultan dan parsial berpengaruh signifikan terhadap Profitabilitas (ROA) Pada PT. Bank Negara Indonesia Tbk.

6. Menetapkan konsep variable sekaligus pengukuran variable penelitian yang digunakan. Dalam penelitian ini konsep Likuiditas (LDR) mengacu kepada Dendawijaya (2005) , Efisiensi Operasional (BOPO) mengacu kepada Veithzal Rivai (2007), dan Profitabilitas (ROA) mengacu pada Veithzal Rivai (2007).

7. Menetapkan sumber data, teknik penentuan sampel dan teknik pengumpulan data. Sumber data dalam penelitian ini meliputi data primer dan sekunder. Teknik nonprobability sampling yang digunakan penulis dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan teknik sampling purposive. Sehingga diperoleh sampel dari laporan keuangan Tahunan PT. Bank Negara Indonesia Tbk. selama 8 periode, dari tahun 2002-2009. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi dan dokumentasi.


(54)

8. Melakukan analisis data. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis statistik inferensial. Metode deskriptif dan Verifikatif, dan analisis regresi berganda.

9. Melaporkan hasil penelitian.

Desain penelitian ini menggunakan pendekatan paradigma hubungan dua variable bebas secara bersamaan dengan satu variable tergantung.

Desain penelitian tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 3.1 Paradigma Penelitian

3.2.2 Operasionalisasi Variabel

Pengertian variabel menurut Sugiyono (2010: 31) adalah : “Sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan.”

Sedangkan definisi operasionalisasi variabel menurut Nur Indriantoro (2002:69) sebagai berikut:

Likuiditas

(LDR) (X1)

Profitabilitas

(ROA) (Y)

Efisiensi Operasional


(55)

“Definisi operasional adalah penentuan construct sehingga menjadi variabel yang dapat diukur. Definisi operasional menjelaskan cara tertentu dapat digunakan oleh peneliti dalam mengoperasionalisasikan construct, sehingga memungkinkan bagi peneliti yang lain untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau mengembangkan cara pengukuran constructyang lebih baik.”

Operasionalisasi variabel diperlukan dalam menentukan jenis, indikator, serta skala dari variabel-variabel yang terkait dalam suatu penelitian, sehingga pengujian hipotesis dengan alat bantu statistik dapat dilakukan secara benar.

Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa operasionalisasi variabel diperlukan untuk menentukan jenis, indikator, serta skala dari variabel-variabel yang terkait dalam penelitian, sehingga pengujian hipotesis dengan alat bantu statistik dapat dilakukan secara benar, maka dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang digunakan yaitu:

1. Variabel Bebas / Independent (variabel X1)

Sugiyono (2010:33) mengemukakan bahwa : “Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (dependen)”.

Variabel bebas merupakan variabel stimulus atau variabel yang dapat mempengaruhi variabel lain. Variabel bebas merupakan variabel yang diukur, dimanipulasi, atau dipilih oleh peneliti untuk menentukan hubungannya dengan suatu gejala yang diobservasi.

Variabel bebas yang diteliti dalam penelitian ini ada dua, pertama (X1)


(56)

a. Likuiditas (LDR)

LDR disebut juga rasio kredit terhadap total dana pihak ketiga yang digunakan untuk mengukur dana pihak ketiga yang disalurkan dalam bentuk kredit. Penyaluran kredit merupakan kegiatan utama bank, oleh karena itu sumber pendapatan utama bank berasal dari kegiatan ini. Semakin besarnya penyaluran dana dalam bentuk kredit relatif bila dibandingkan dengan deposit atau simpanan masyarakat pada suatu bank membawa konsekuensi semakin besarnya risiko yang ditanggung oleh bank yang bersangkutan

Menurut Lukman Dendawijaya (2005 : 116) Loan To Deposit Ratio (LDR) adalah :

Loan To Deposit Ratio (LDR) adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank, rasio ini menunjukan salah satu penilaian likuiditas bank.”

Rasio ini juga merupakan indikator kerawanan dan kemampuan dari suatu bank. Sebagian praktisi perbankan menyepakati bahwa batas aman dari loan to deposit ratio suatu bank adalah sekitar 80% hingga 110%.

Rumus Likuiditas (X1)

LDR = jumlah kredit yang diberikan x 100% Total Dana Pihak Ketiga+KLBI+Modal inti


(57)

b. Efisiensi Operasional (BOPO)

Masalah efisiensi berkaitan dengan masalah pengendalian biaya. Efisiensi operasional berarti biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan keuntungan lebih kecil daripada keuntungan yang diperoleh dari penggunaan aktiva tersebut. Sebuah bank dituntut untuk memperhatikan masalah efisiensi karena meningkatnya persaingan bisnis dan standar hidup konsumen. Bank yang tidak mampu memperbaiki tingkat efisiensi usahanya maka akan kehilangan daya saing baik dalam hal mengerahkan dana masyarakat maupun dalam hal penyaluran dana tersebut dalam bentuk modal usaha.

Pengertian BOPO Menurut Veithzal Rivai (2007:722) menyatakan bahwa: “BOPO adalah perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional dalam mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya.”

Rumus Efisiensi Operasional (X2)

2. Variabel tergantung / Dependent (Variabel Y)

Variabel tergantung adalah variabel yang memberikan reaksi atau respon jika dihubungkan dengan variabel bebas.

Menurut Sugiyono (2010:39), “Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas”.

BOPO = Biaya Operasional x 100% Pendapatan Operasional


(58)

Dalam hal ini variabel terikatnya adalah Profitabilitas(ROA) menurut Veithzal Rivai (2007) ROA merupakan “Rasio Laba sebelum pajak dalam 12 bulan terakhir terhadap rata-rata volume usaha (ROA) dalam periode yang sama.”

Karena itu yang menjadi variable dependent atau variabel terikat (Y) pada penelitian ini adalah Profitabilitas (ROA). dengan rumus sebagai berikut :

Rumus ROA (Y)

Adapun tabel operasionalisasi sesuai dengan kedua variabel tersebut adalah sebagai berikut:

ROA = Laba sebelum pajak x 100 % Total Aktiva


(1)

94 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh Likuiditas (LDR) dan Efisiensi Operasional (BOPO) secara parsial dan simultan terhadap Profitabilitas (ROA) pada PT. Bank Negara Indonesia Tbk yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Perkembangan likuiditas PT. Bank Negara Indonesia Tbk masih berada di bawah ketentuan Bank Indonesia. Hal ini mengindikasikan bahwa fungsi PT. Bank Negara Indonesia Tbk sebagai penghimpun dana dengan berbiaya murah dan menyalurkannya kembali kepada sektor yang produktif belum berjalan dengan optimal walaupun dari tahun ke tahun PT. Bank Negara Indonesia Tbk selalu berupaya untuk menyalurkan kreditnya secara lebih baik serta dalam segi likuiditasnya.

2. Perkembangan rasio BOPO PT. Bank Negara Indonesia Tbk cenderung fluktuatif dan secara rata-rata rasio BOPO bank ini masih lebih rendah dari rasio ideal yang ditetapkan Bank Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa selama periode penelitian tingkat efisiensi operasi PT. Bank Negara Indonesia Tbk masih kurang efisien.

3. Return on Assets (ROA) yang diperoleh PT. Bank Negara Indonesia Tbk selama periode mengalami perkembangan yang fluktuatif, namun secara rata-rata ROA PT. Bank Negara Indonesia Tbk adalah positif dan dapat memenuhi standar yang ditetapkan Bank Indonesia.


(2)

95

4. Secara parsial tingkat Likuiditas (LDR) dan Efisiensi Operasional (BOPO) berpengaruh signifikan dan negatif terhadap Profitabilitas (ROA) pada PT. Bank Negara Indonesia Tbk, secara parsial BOPO lebih besar pengaruhnya terhadap return on asset (ROA) dibandingkan dengan pengaruh loan to deposit ratio (LDR). Secara simultan tingkat Likuiditas (LDR) dan Efisiensi Operasional (BOPO) berpengaruh signifikan dan negatif terhadap Profitabilitas (ROA) pada PT. Bank Negara Indonesia Tbk dan besarnya pengaruh kedua variabel tersebut adalah sebesar 98,0% dan hanya 2% dipengaruhi oleh faktor lainnya yaitu merupakan pengaruh faktor lain diluar kedua variabel bebas yang diteliti, seperti non performing loan (NPL), CAR, ukuran perusahaan dan lain-lain. Selanjutnya untuk mengetahui variabel bebas mana saja yang mempunyai pengaruh paling tinggi terhadap return on asset (ROA) PT. BNI (Persero). Secara parsial BOPO lebih besar pengaruhnya terhadap return on asset (ROA) dibandingkan dengan pengaruh loan to deposit ratio (LDR).

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka penulis mencoba memberikan saran yang dapat bermanfaat bagi perusahaan maupun bagi penelitian selanjutnya.

1. Bagi bank yang diteliti

a. Untuk meningkatkan ROA atau tingkat profitabilitas sebaiknya bank mengurangi berbagai biaya operasionalnya agar dapat disalurkan untuk


(3)

kegiatan lain yang lebih memberikan manfaat misalnya melalui ekspansi kredit dengan manajemen resiko yang cermat agar pengelolaannya dapat lebih optimal.

b. Dengan melihat variabel Loan to Deposit Ratio (LDR), maka pihak manajemen dalam usahanya untuk meningkatkan Return On Asset (ROA) diharapkan mampu meningkatkan Loan to Deposit Ratio (LDR), dan dapat menjaga besarnya Loan to Deposit Ratio (LDR) sesuai dengan standar yang digunakan oleh Bank Indonesia.

c. Dengan melihat variabel BOPO (Biaya Operasional/Pendapatan Operasional), maka pihak manajemen dalam usahanya untuk meningkatkan Return On Asset (ROA) diharapkan mampu menekan menekan besarnya BOPO, sehingga biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan akan semakin efisien. Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, besarnya rasio BOPO yang normal berkisar antara 94%-96%, jika bank berada pada kisaran nilai tersebut dapat diartikan bahwa bank tersebut dikategorikan efisien dalam menjalankan operasinya. Pergerakan rasio BOPO haruslah menjadi perhatian khusus agar perusahaannya selalu berada pada tingkat efisiensi yang bisa menghasilkan laba yang maksimal, sehingga kinerja yang dicapai akan selalu meningkat.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Penulis menyarankan kepada peneliti selanjutnya untuk dapat memperluas lingkup penelitiannya yaitu :


(4)

97

a. Sebagaimana diuraikan dimuka bahwa hasil penelitian ini terbatas pada periode pengamatan yang relatif pendek (8 tahun). Oleh karena itu, bagi peneliti selanjutynya perlu menambah rentang waktu yang lebih panjang sehingga nantinya diharapkan hasil yang diperoleh akan lebih dapat digeneralisasikan

b. Dengan pemilihan variabel independen lainnya (selain LDR dan BOPO), dan juga dengan periode yang berbeda karena ROA banyak dipengaruhi oleh faktor lainnya, serta menggunakan metode statistika yang berbeda.


(5)

98

Terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah Pada Lembaga Perbankan Periode 2000-2002” . Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol.7 No.2Nopember 2005. ISSN 1411-0288.Hal.131-147.

Berger Allen N,Humphrey,David B. 1997. The Efficiency of Financial Institution:International survey and direction for fuure research. European Journal Of Operational Research 98(1997)175-212.

Dahlan Siamat, 1993. Manajemen Bank Umum. Jakarta : Intermedia.

Eddie Rinaldy,2008,Membaca Neraca Bank, Jakarta : Indonesia Legal Center Publishing.

ICMD. 2003. Indonesian Capital Market Directory. Jakarta: Institute for Economic and Financial Research

Jonathan Sarwono, 2006, Panduan Cepat dan Mudah SPSS 14. Yogyakarta : CV Andi offset.

Kasmir, 2004. Manajemen Perbankan, cetakan kedua. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Lukman Dendawijaya, 2005, Manajemen Perbankan, Bogor : Ghalia Indonesia.

Malayu SP Hasibuan,.2005. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta : PT. Bumi Aksara. Moh Nazir, 2003, Metode Penelitian, Cetakan Keempat, Jakarta : Ghalia

Indonesia.

Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono. 2002. Manajemen Perbankan Teori dan Aplikasi. Yoyakarta : BPFE.

Ni Ketut,2007. Evaluasi Pengaruh CAMEL terhadap Kinerja Perusahaan. Buletin Studi Ekonomi Volume 12 nomor 1 tahun 2007.ISSN1410-4628.hal.100-108.

Nur Indrianto dan Bambang Supomo, 2002, Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen, Edisi Pertama, Yogyakarta : BPFE.


(6)

99

Rudy Tri Santoso,2000. Prinsip Dasar Akuntansi Perbankan. Yogyakarta: Andi Offset.

Suad Husnan, 1998, Manajemen Keuangan – Teori dan Penerapan, Buku 2, Yogyakarta : BPFE .

Sofyan Syafri,2004, Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Ed.1 cet 4, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Sugiyono, 2004. Metode Penelitian Bisnis, cetakan ketujuh. Bandung : CV. Alfabeta.

Umi Narimawati. 2008. Teknik-Teknik Analisis Multivariate Untuk Riset Ekonomi. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Undang-Undang RI no. 10 Tahun 1998, 1998, “Tentang Perubahan UU No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan”, Jakarta : CV. Eko jaya.

Veithzal Rivai, 2007, Bank and Financial Institution Manajement, Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada.

Webisita: www.bi.go.id. Peraturan Bank Indonesi Nomor:6/10/PBI/2004 Tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. Diakses tanggal 16 April 2007.

Yuliani,2007. Hubungan Efisiensi Operasional Dengan Kinerja Profitabilitas Pada Sektor Perbankan Yang Go Publik Di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol.5 No 10 Desember 2007. Hal 15-43. ____ Annual Report PT. Bank Negara Indonesia Tbk 2005.

____ Annual Report PT. Bank Negara Indonesia Tbk 2008. ____ Annual Report PT. Bank Negara Indonesia Tbk 2009. ____ www.bni.co.id