Jenis Kohesi dan Koherensi dalam Karangan Guru-guru SD

yang ditemukan yaitu kausalitas, pengontrasan, definisi, dan simpulan. Data penelitian Antonius Nesi diperoleh dari wacana dalam surat kabar. Dengan demikian terlihat adanya perbedaan dalam hal hasil temuan dan sumber darimana data diperoleh. Oleh karena itu, perbedaan tersebut dapat dikatakan mengukuhkan dan melengkapi penelitian terdahulu

4.3.2 Pemakaian Kohesi dan Koherensi dalam Karangan Guru-guru SD

Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur Berdasarkan analisis yang telah dilakukan oleh peneliti, ditemukan paragraf yang padu dan paragraf yang tidak padu dalam karangan guru-guru SD Kabupaten Mahakam Ulu. Untuk memberikan kepaduan dalam karangan, para guru cenderung menggunakan jenis kohesi leksikal berupa kohesi repetisi, kohesi gramatikal berupa konjungsi kausal, koherensi berpenanda berupa koherensi kausalitas, dan koherensi tidak berpenanda berupa koherensi perurutan. Selain itu, peneliti juga menemukan jenis kohesi dan koherensi lain yang digunakan oleh para guru untuk menyusun karangan. Jenis kohesi leksikal yang digunakan yaitu kohesi hiponimi, sinonimi, dan ekuivalensi. Jenis kohesi gramatikal yang digunakan yaitu kohesi referensi dan substitusi. Jenis koherensi berpenanda yang digunakan yaitu koherensi kontras, aditif, rincian, temporal, dan kronologis. Jenis koherensi tidak berpenanda yang digunakan hanya koherensi perurutan. Suatu wacana yang baik harus mengandung kohesi dan koherensi yang sesuai. Para guru SD dapat menggunakan jenis-jenis kohesi dan koherensi dengan cukup baik. Akan tetapi, penulis juga menemukan beberapa kekeliruan yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI membuat karangan menjadi tidak kohesif dan tidak koheren. Mereka cenderung melakukan kekeliruan dalam pemakaian kohesi dan koherensi dengan rincian sebagai berikut. Kekeliruan dalam pemakaian kohesi repetisi yaitu sebanyak 6 data, kohesi substitusi 3 data, kohesi konjungsi 14 data, koherensi kausalitas 6 data, dan koherensi kontras 4 data. Hal tersebut menimbulkan paragraf menjadi tidak efektif dan tidak padu. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan oleh penulis, diketahui kecenderungan penggunaan kohesi dan koherensi oleh para guru SD Kabupaten Mahakam Ulu. Para guru SD Kabupaten Mahakam Ulu dapat menerapkan penanda kekohesifan dan kekoherensian dengan cukup baik. Mereka cenderung lebih banyak menggunakan jenis kohesi repetesi untuk memelihara kepaduan kalimat dalam paragraf dan menunjang pentingnya kata kunci melalui pengulangan tersebut. Di samping itu, mereka banyak menggunakan kohesi konjungsi untuk menghubungkan klausakalimat dan memelihara kepaduan kalimat. Konjungsi yang paling banyak digunakan yaitu konjungsi kausal, dimana konjungsi tersebut menghasilkan makna sebab akibat sehingga mampu membuat paragraf menjadi koheren. Pada koherensi tidak berpenanda para guru hanya menggunakan koherensi perurutan yang isinya tentang urutan melakukan suatu hal. Selain itu, mereka pun banyak menggunakan jenis kohesi subtitusi, mereka menggunakan kohesi subtitusi untuk memperoleh unsur pembeda sehingga kalimat tidak monoton. Kecederungan kekeliruan yang dilakukan oleh para guru SD Mahakam Ulu yaitu dalam hal penggunaan repetisi, substitusi, dan konjungsi. Kekeliruan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI yang paling sering dilakukan yaitu dalam hal penggunaan konjungsi. Konjungsi yang mereka gunakan cenderung tidak sesuai dengan makna yang dihasilkan. Hal tersebut menimbulkan paragraf menjadi tidak koheren. Selain itu, ada juga kekeliruan dalam pengulangan kata kunci. Para guru cenderung melakukan kekeliruan dalam pemakaian repetisi karena mereka bermaksud melalui banyak pengulangan kata kunci, pembaca akan lebih mudah dalam menangkap informasi pada paragraf. Namun, terlalu banyak mengulang kata kunci justru menimbulkan pemborosan kata dan kalimat menjadi tidak efektif. Kekeliruan yang paling sedikit dilakukan yaitu dalam penggunaan substitusi. Para guru sedikit kesulitan dalam membedakan unsur kata ganti orang maupun tempat. Secara keseluruhan, kekeliruan yang dilakukan dalam pemakaian kohesi dan koherensi disebabkan karena para guru tidak memperhatikan pemakaian kohesi dan koherensi dengan baik. Di samping itu, pengetahuan mereka mengenai kesatuan dan kepaduan paragraf tidak mendalam, sehingga dalam pemakaiannya cenderung keliru. Pemakaian kohesi dan koherensi berkenaan dengan bagaimana ketepatan penerapan kohesi dan koherensi dalam paragraf pada karangan. Ketepatan pemakaian kohesi dan koherensi dalam paragraf para guru SD Kabupaten Mahakam Ulu dapat dikatakan cukup baik, karena mereka dapat menerapkan jenis-jenis kohesi dan koherensi dalam paragraf pada karangan. Namun peneliti menemukan beberapa kesalahan dalam pemakaian kohesi dan koherensi tersebut, sehingga ditemukan beberapa paragraf yang kurang ideal. Pemakaian kohesi dan koherensi dalam paragraf relevan dengan teori yang dikemukakan oleh Baryadi 2002, bahwa paragraf yang baik mengandung kohesi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dan koherensi dalam paragraf. para guru dapat menggunakan kohesi dan koherensi untuk membangun kepaduan paragraf. Mereka mampu membangun hubungan bentuk dan menghasilkan makna yang sesuai, meskipun peneliti menemukan adanya kekeliruan dalam kekohesifan dan kekoherensian. Peneliti menemukan perbedaan antara penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan penelitian yang dilakukan oleh Agnes Dyah Purnamasari 2009, Yunita Christantri 2011, dan Antonius Nesi 2011. Perbedaan tersebut yaitu bahwa ketiga penelitian terdahulu tidak menyinggung mengenai pemakaian kohesi dan koherensi. Dalam hal ini, peneliti tidak hanya menganalisis jenis-jenis kohesi dan koherensi, tetapi juga menganalisis pemakaian kohesi dan koherensi dalam karangan. Oleh karena itu, penelitian ini dapat dikatakan memperbarui penelitian terdahulu. 136

BAB V PENUTUP

Dalam bab penutup ini, peneliti memaparkan tiga hal yang terdiri atas kesimpulan, implikasi, dan saran. Pada bagian pertama, peneliti menyimpulkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan. Pada bagian kedua, peneliti menjelaskan penerapan hasil penelitian. Pada bagian ketiga, peneliti memberikan saran-saran kepada pembaca maupun pihak yang bersangkutan.

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab IV, peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut. Pertama, kohesi yang ditemukan dalam karangan para guru yaitu kohesi leksikal dan gramatikal. Kohesi leksikal yang ditemukan yaitu repetisi, hiponimi, sinonimi, ekuivalensi. Kohesi gramatikal yang ditemukan yaitu referensi, substitusi, konjungsi. Koherensi yang ditemukan dalam karangan para guru yaitu koherensi berpenanda dan tidak berpenanda. Koherensi berpenanda yang ditemukan yaitu kausalitas, kontras, aditif, rincian, temporal, kronologis. Jenis koherensi tidak berpenanda hanya koherensi perurutan. Kedua, kohesi dan koherensi yang cenderung digunakan dalam karangan para guru yaitu kohesi repetisi, kohesi konjungsi, koherensi kausalitas, dan koherensi perincian. Kekeliruan pemakaian kohesi dan koherensi cenderung dilakukan pada pemakaian kohesi repetisi, kohesi substitusi, kohesi konjungsi, koherensi kausalitas, dan koherensi kontras.

5.2 Implikasi

Berdasarkan kesimpulan di atas, dapat diketahui bahwa karangan yang disusun oleh guru-guru SD Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur telah mengandung penanda kohesi dan koherensi. Namun, peneliti tidak menemukan semua jenis kohesi dan koherensi dalam karangan tersebut. Di samping itu, peneliti juga menemukan beberapa kekeliruan dalam pemakaian kohesi dan koherensi. Hal tersebut menjadi indikator bahwa karangan yang disusun oleh guru-guru SD Kabupaten Mahakam Ulu tidak mencapai titik ideal, tetapi dapat dikatakan cukup baik. Kohesi dan koherensi dalam suatu wacana memang sangatlah penting, karena memberikan kepaduan antara bentuk dan makna dalam suatu wacana. Penerapan kohesi dan koherensi dalam karangan para guru menunjukkan bahwa pengetahuan para guru mengenai cara menyusun karangan yang kohesif dan koheren belum sepenuhnya dikuasai. Meskipun mereka adalah guru sekolah dasar, seharusnya mereka mampu menguasai teknik untuk menyusun karangan yang baik. Oleh karena itu, diklat dan magang guru-guru sekolah dasar sebaiknya terus dilaksanakan untuk menambah pengetahuan dan wawasan para pengajar.

5.3 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti mengajukan saran kepada guru sekolah dasar, pembelajaran menulis dan pengembangan teori wacana, serta kepada peneliti lain. Berikut saran dari peneliti. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI