Persepsi anggota terhadap kinerja dan karakteristik anggota dalam memilih koperasi konvensional dan baitul maal wa tamwil

PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP KINERJA DAN
KARAKTERISTIK ANGGOTA DALAM MEMILIH
KOPERASI KONVENSIONAL DAN BAITUL MAAL WA
TAMWIL

FAQIH AULIA AKBAR RASYID

PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI SYARIAH
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Persepsi Anggota
terhadap Kinerja dan Karakteristik Anggota dalam Memilih Koperasi
Konvensional dan Bitul Maal wa Tamwil adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam

teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2014
Faqih Aulia Akbar Rasyid
NIM H54100030

ABTSRAK
FAQIH AULIA AKBAR RASYID. Persepsi Anggota terhadap Kinerja dan
Karakteristik Anggota dalam Memilih Koperasi Konvensional dan BMT. Dibimbing
oleh RINA OKTAVIANI dan SALAHUDDIN EL AYYUBI.
Salah satu lembaga keuangan non bank yang juga ikut tumbuh dan berkembang
seiring dengan perkembangan perbankan adalah lembaga keuangan mikro. Diantaranya
adalah Baitul Maal wa Tamwil Wasilah dan Koperasi Mitra Karsa yang berlokasi di
Kota Bogor, dengan perkembangan dari segi aset dan anggota yang relatif signifikan
dari tahun 2011 hingga 2013. Penelitian ini menganalisis karakteristik
yang
memengaruhi keputusan anggota dalam memilih koperasi konvensional dan BMT
dengan menggunakan metode Regresi Logistik. Persepsi terhadap pelayanan dengan
penilaian kinerja yang diberikan koperasi konvensional dan BMT menggunakan analisis

deskripstif. Hasil analisis menunjukkan karakteristik yang memengaruhi keputusan
anggota memilih BMT adalah jenis kelamin, pekerjaan dan pendapatan perbulan. Ketiga
karakteristik tersebut memiliki pengaruh positif terhadap pengaruh keputusan memilih
BMT. Sedangkan, karakteristik yang memengaruhi keputusan anggota memilih koperasi
konvensional adalah pendidikan. Dari segi persepsi terhadap pelayanan BMT dan
koperasi konvensional dapat disimpulkan sudah cukup baik, khususnya terkait dengan
kehandalan dan jaminan.
Kata kunci : anggota, baitul maal wa tamwil, industri keuangan syariah, karakteristik,
koperasi konvensional, persepsi, regresi logistik

ABSTRACT
FAQIH AULIA AKBAR RASYID. Perceptions of Member on the Performance
and Characteristic of Members in Choosing Conventional Cooperative and BMT.
Supervised by RINA OKTAVIANI and SALAHUDDIN EL AYYUBI.
One of the non-bank financial institutions that is also grown and developed along
with the banking development is a microfinance institution. Among them are Baitul
Maal wa Tamwil and Mitra Karsa Cooperative that located in Bogor, with
developments in terms of assets and members are relatively significant from 2011 to
2013. This study analyze characteristics that influence the decision of members in
choosing BMT and cooperative by using logsitic regression method. Perceptions of the

service with the performance assessment of BMT and cooperative by using descriptive
analysis. Results of analysis showed the characteristics that influence the decisions of
members choose the BMT are gender, job, and monthly income. The third characteristic
has a positive influence on the effect of the decision choosing BMT. Meanwhile, the
characteristic that influence the decisions of members choose conventional cooperative
is education. In terms of perceptions of service for BMT and conventional cooperative
can be concluded as a good enough, particulary related with reliability and assurance.
Keywords: baitul maal wa tamwil, characteristics, conventional cooperative, islamic
finance industry, logistic regression method, members, perception

PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP KINERJA DAN
KARAKTERISTIK ANGGOTA DALAM MEMILIH
KOPERASI KONVENSIONAL DAN BAITUL MAAL WA
TAMWIL

FAQIH AULIA AKBAR RASYID

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi

pada
Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi: Persepsi Anggota terhadap Kinerja dan Karakteristik Anggota dalam
Memilih Koperasi Konvensional dan Baitul Maal wa Tamwil
: Faqih Aulia Akbar Rasyid
Nama
·
NIM
: H54100030

Disetujui oleh

Prof Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS

Pembimbing I

Tanggal Lulus:

0 1 OCT 2014

Salahuddin EI yvubi, Lc, MA
Pembimbing II

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala
karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Persepsi Anggota terhadap Kinerja dan
Karakteristik Anggota dalam Memilih Koperasi Konvensional dan Baitul Maal wa
Tamwil” dengan waktu penelitian yang dimulai sejak bulan Juni 2014.
Pada kesempatan ini, ucapan terimakasih untuk orang-orang yang terkasih kepada
orang tua penulis Dr. Ir. Fuadi Rasjid, M.Sc (Bapak) dan Upik Kartikha Hanif (Ibu),
Annisaa Perica Rasyid, Ikhwan Sulaiman serta keluarga besar Rasyid dan Hanif atas
segala teguran, doa, dukungan serta semangat yang telah diberikan. Selain itu, penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada :
1.

Prof. Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS dan Bapak Salahuddin El Ayyubi, Lc, MA
selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan, bimbingan,
transfer ilmu dan bimbingannya yang sangat berharga untuk membantu penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
2.
Dr. Jaenal Effendi, S.Ag, M.A selaku dosen penguji utama dan Ranti Wiliasih,
S.P, M.Si selaku dosen penguji komisi pendidikan atas bimbingan, saran, dan
kritik dalam penyempurnaan skripsi ini.
3.
Seluruh pihak pengurus BMT Wasilah, terutama Pak Roni, Mas Yunus, dan Mas
Zaini yang telah banyak membantu dan meluangkan waktu dalam proses
penyelesaian skripsi ini.
4.
Seluruh pihak pengurus Koperasi Mitra Karsa, terutama Pak Rachmat, Pak
Wawan, dan Bu Endang yang telah banyak membantu dalam proses
penyelesaian skripsi ini.
5.
Para dosen, staf dan seluruh civitas akademika Departemen Ilmu Ekonomi FEM
IPB yang telah memberikan ilmu dan bantuan untuk penulis.
6.

Teman-teman satu bimbingan yang saling mendukung dan mendoakan, Febrina
Mirazdianti, Dwiki Abimanyu, Jamal Berliansyah, Nicco Andrian, Ramdhani
Budiman, dan Silvia Sari.
7.
Sahabat-sahabat penulis yang saling mendoakan, berbagi keceriaan dan
memberikan semangat Erlangga Ryansha, Mufida Amalia, Ardhi Evan, Ghina
Zahra Afifah, Muhammad Haris, Myrella Velika Amanta, Zeka Linova, Rahmah
Syafira, Putut Adiprestyo, Fithri Tyas Hapsari, Arya Satya Nugraha, Syarifah
Mursalina, Sela Dwiyuni Lestari, Fauziyah Adzimatinur dan Wulandari Sangidi.
8.
Pendiri Klub Filateli Al-Izhar yang telah mendukung, mendoakan dan menjalin
silaturahim hingga saat ini, Ibu Sri Sumardyani dan Ibu Sri Sedarnawati.
9.
Rekan Fasilitator Global Citizen Corps Indonesia yang telah mendoakan dan
mendukung, khususnya Kak Rusli, Kak Julisa, Kak Indri , Luciana, Eva,
Angelini, Angelina, Roosahandita, Ghassani, Edwin, Selphine, Mutiara, Chairul,
Taghsya, Resti, Zulfathia, Julisca, Sihite, Sulistiani, dan rekan GCC lainnya
yang menginspirasi.
10.
Tim kerja Forum for Indonesia yang telah menginspirasi, menjadi sahabat dan

berjuang bersama, khususnya Sari Khairunnisa, Dody Sutrio Darmawan, Zara
Fathia, Caesar Pratama, Dhia Adiati, Adi Kurniawan, Ghufron Mustaqim, Togi
Pangaribuan dan segenap Tim Kerja FFI.
11.
Penasehat Muda United Nation for Population Fund (UNFPA) yang telah
berbagi keceriaan, menginspirasi dan menyatukan seluruh perbedaan; Angga

12.

13.

Dwi Martha, Anindya Nastiti R, Anggraini Sari Astuti, Johan Albert Piter, Rizky
Ashar, Alfrado Raymond S, Muhammad Ami, Faza Fairuza, Diba Safitri, Vania
Santoso, Briliansy Mulyanto, Yosea Kurnianto, Gigay Citta Acikgenc, dan Ogi
Wicaksana.
Seluruh keluarga ilmu ekonomi, terutama Ilmu Ekonomi Syariah angkatan 48 ,
49 dan 50 terimakasih atas doa dan dukungannya. Khususnya keluarga besar
Ilmu Ekonomi Syariah angkatan 47; Galish, Bani, Geri, Prawito, Yekti, Nadilla,
Thony, Ninda, Idhan, Fuad, Lieke, Puspa, Pohan, Riki, Pramono, Putri Eka,
Iman, Zulfi, Fakhri, Sarrah, Azizah, Zikra, Hanif, Nadiah, Lia, Intan, Imam,

Kartika, Irfan, Putri Monicha, Adik, Aldesta, Nana, Faris, Fitriyanti, Fauzi,
Rizqi, Luthfi, Erma dan Cornell.
Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini,
mohon maaf tidak dapat saya sebutkan satu per satu. Namun, yakinilah bahwa
segala bentuk dukungan yang diberikan adalah sangat berarti bagi saya. Semoga
Allah SWT dapat membalas kebaikan-kebaikan kalian.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat
Bogor, September 2014
Faqih Aulia Akbar Rasyid

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR BAGAN
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN

1

Latar Belakang


1

Perumusan Masalah

5

Tujuan Penelitian

7

Manfaat Penelitian

7

Ruang Lingkup Penelitian

8

TINJAUAN PUSTAKA

Baitul Maal wa Tamwil

8
8

Kinerja

11

Koperasi

11

Faktor Kualitas Pelayanan dan Jasa

11

Citra Lembaga

13

Promosi Lembaga

14

Penelitian Terdahulu

14

Kerangka Pikir

17

METODE PENELITIAN

18

Lokasi dan Waktu Penelitian

18

Jenis dan Sumber Data

18

Metode Pengumpulan Data

18

Metode Pengolahan dan Analisis Data

18

Analisis Karakteristik Anggota dalam Memilih Koperasi Konvensional
dan Baitul Maal wa Tamwil

19

Analisis Persepsi Anggota terhadap Kinerja Lembaga Keuangan Mikro
Batasan dan Definisi Operasional

19
20

GAMBARAN UMUM

21

HASIL DAN PEMBAHASAN

22

Karakteristik Responden

23

Laporan Pertanggungjawaban terhadap Anggota

30

Produk Baitul Maal wa Tamwil Wasilah dan Koperasi Mitra Karsa

31

Fasilitas dan Pelayanan Lembaga Keuangan Mikro

33

Pengetahuan Responden terhadap Lembaga Keuangan Mikro

35

Persepsi Responden

36

Hasil Uji Beda

50

Karakteristik yang Memengaruhi Anggota dalam Memilih BMT dan
Koperasi

50

SIMPULAN DAN SARAN

52

Simpulan

52

Saran

53

DAFTAR PUSTAKA

54

LAMPIRAN

58

RIWAYAT HIDUP

83

DAFTAR TABEL
1 Perkembangan perbankan syariah tahun 2011-2013 di Indonesia
2 Industri keuangan non bank syariah tahun 2012 - triwulan I 2014 di
Indonesia
3 Jumlah kantor koperasi di Kota Bogor Tahun 2013
4 Ringkasan keberhasilan BMT di Kota Bogor
5 Perkembangan anggota BMT Wasilah tahun 2009-2012
6 Perkembangan anggota Koperasi Mitra Karsa tahun 2009-2012
7 Perkembangan kinerja BMT Wasilah tahun 2009-2012
8 Perkembangan kinerja Koperasi Mitra Karsa tahun 2009-2012
9 Ringkasan hasil penelitian terdahulu
10 Skala likert
11 Kepuasan anggota terhadap produk
12 Kepuasan anggota terhadap pelayanan dan fasilitas
13 Skor variabel pengetahuan anggota BMT Wasilah
14 Skor variabel pengetahuan anggota Koperasi Mitra Karsa
15 Skor variabel citra lembaga BMT Wasilah dan Koperasi Mitra Karsa
16 Skor variabel reliability kinerja BMT Wasilah dan Koperasi Mitra Karsa
17 Skor variabel responsiveness kinerja BMT Wasilah dan Koperasi Mitra
Karsa
18 Skor variabel assurance terhadap BMT Wasilah dan Koperasi Mitra Karsa
19 Skor variabel emphaty terhadap BMT Wasilah dan Koperasi Mitra Karsa
20 Skor variabel tangible terhadap BMT Wasilah dan Koperasi Mitra Karsa
21 SSkor variabel akses terhadap BMT Wasilah dan Koperasi Mitra Karsa
22 Skor variabel promosi lembaga terhadap BMT Wasilah dan Koperasi
Mitra Karsa
23 Hasil Uji Beda
24 Hasil pendugaan parameter model logit
25 Hasil olahan regresi karakteristik yang memengaruhi anggota dalam
memilih BMT dan Koperasi Konvensional

1
2
3
4
5
5
6
6
15
19
32
33
35
36
37
38
40
42
43
45
47
49
50
51
51

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Gedung Kantor Baitul Maal wa Tamwil Wasilah
Gedung Kantor Koperasi Mitra Karsa
Karakteristik responden berdasarkan pengguna jasa
Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
Karakteristik responden berdasarkan umur
Jenjang pendidikan responden anggota
Jenis pekerjaan responden anggota
Jumlah tanggungan keluarga responden anggota
Status pernikahan responden anggota
Sumber informasi responden anggota
Lama keanggotaan responden
Jarak rumah responden dengan lembaga keuangan
Produk BMT Wasilah
Produk Koperasi Mitra Karsa

21
22
23
23
24
25
25
26
27
27
29
30
31
32

DAFTAR BAGAN
1 Cara Kerja Baitul Maal wa Tamwil
2 Kerangka Penelitian

10
17

DAFTAR LAMPIRAN
1 Kuesioner Penelitian Anggota BMT
2 Kuesioner Penelitian Anggota Koperasi
3 Hasil Olahan Data Regresi Logistik

58
70
82

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan peraturan industri keuangan syariah di Indonesia mengalami
kemajuan cukup pesat. Diawali dengan Undang-Undang No 10 tahun 1998
tentang perubahan atas Undang-Undang No 7 tahun 1992, terkait peraturan yang
mengatur dan memperbolehkan setiap bank konvensional membuka sistem
pelayanan berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran.
Tabel 1 memperlihatkan perkembangan perbankan syariah secara Nasional
dari tahun 2011 hingga 2013:
Tabel 1 Perkembangan perbankan syariah tahun 2011-2013 di Indonesia
Satuan
Tahun
Kelompok bank
unit
2011
2012
2013
Unit
Bank Umum Syariah
11
11
11
Unit
Unit Usaha Syariah
24
24
23
Bank Perkreditan Rakyat
Unit
155
158
160
Syariah
Juta
Jumlah Account BUS & UUS
8.2
10.8
12.3
Unit
Orang
Jumlah Pekerja
27 660
31 578
42 062
Sumber : Bank Indonesia , 2013-2014 (Diolah)

Berdasarkan data Tabel 1 terlihat bahwa perkembangan perbankan syariah
relatif cukup stabil. Tercatat dari tahun 2011 hingga 2013 terdapat stagnansi 11
Bank Umum Syariah (BUS), turun sebesar satu Unit Usaha Syariah (UUS) dari
24 menjadi 23 UUS dan kenaikan yang relatif stabil sebanyak dua sampai dengan
tiga setiap tahunnya Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) yang berjumlah
160 di Indonesia pada tahun 2013.
Kestabilan industri perbankan syariah pada tahun 2011-2013, menurut Biro
Penelitian, Pengembangan, dan Pengaturan Perbankan Syariah Direktorat
Perbankan Syariah BI disebabkan masih minimnya komitmen pemerintah, dimana
industri perbankan syariah belum terbagi secara merata dana minoritas dari
pemerintah seperti dana haji dan BUMN pada rentang tahun 2011-2013. Selain itu,
menurut International Center for Development in Islamic Finance-Lembaga
Pengembangan Perbankan Indonesia (ICDIF-LPPI) kebutuhan akan Sumber Daya
Manusia (SDM) syariah sangat menentukan produktivitas, kinerja, dan kontinuitas
suatu lembaga. Kekurangan SDM syariah selama ini banyak ditutupi oleh SDM
konvensional yang secara keilmuan masih sangat minim terutama dalam bidang
syariah hingga saat ini.
Hal tersebut diikuti oleh perkembangan industri keuangan non bank seperti
perusahaan asuransi syariah, perusahaan pembiayaan syariah, penjaminan syariah
pegadaian syariah serta modal ventura syariah. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2:

2
Tabel 2 Industri keuangan non bank syariah tahun 2012- triwulan I 2014 di
Indonesia
2012
2013
2014
Keterangan

Jumlah
perusahaan

Jumlah aset
(Rp Milyar)

Jumlah
perusahaan

Jumlah aset
(Rp Milyar)

Jumlah
perusah
aan

Jumlah aset
(Rp Milyar)

Perusahaan Asuransi

45

13.239

49

16.661

48

16.639

Perusahaan Pembiayaan

35

26.881

44

24.639

44

23.915

Perusahaan Penjaminan
Perusahaan Modal
Ventura

2

100

2

103

2

106

4

218

4

311

4

319

Pegadaian

1

2.979

1

3.179

1

3.307

Total
87
43.417
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan , 2014 (Diolah)

100

44.893

99

44.286

Salah satu lembaga keuangan non bank yang juga ikut tumbuh dan
berkembang adalah lembaga keuangan mikro syariah yang biasa disebut Baitul
Maal wa Tamwil. Keberadaan BMT antara lain didorong oleh keprihatinan
terhadap masyarakat bawah yang mengalami kesulitan dalam akses permodalan,
sehingga terus berada dalam himpitan kemiskinan bahkan tidak sedikit yang
memilih rentenir sebagai alternatif permodalan. Selain itu, BMT berfungsi sebagai
alternatif pembiayaan bagi mayarakat terpencil yang sulit memperoleh akses ke
lembaga perbankan, baik akses lokasi maupun akses pembiayaan itu sendiri.
Pusat Inkubasi Usaha Kecil (PINBUK) sampai dengan akhir tahun
2010 mencatat ada sekitar 3 900 BMT yang beroperasi di Indonesia. Total aset
yang dikelola mencapai nilai Rp 5 triliun, nasabah yang dilayani sekitar 3.5 juta
orang, dan jumlah pekerja yang mengelola sekitar 20 ribu orang. (PINBUK,
2012). BMT meningkat secara angka berdasarkan data yang dimiliki oleh
Kementerian Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, sampai dengan
akhir tahun 2011, unit koperasi secara umum berjumlah 1 807 598 unit dimana 71
365 unit diantaranya merupakan unit koperasi simpan pinjam, dan kurang lebih 5
500 unit diantaranya adalah BMT. (Sekretariat Kabinet, 2013)
Sejak sepuluh tahun terakhir ini, terdapat lebih dari 54 765 lembaga
keuangan mikro yang fokus dalam pengentasan kemiskinan atau penguatan
ekonomi rakyat dan terdapat lebih dari 3 000 Lembaga Keuangan Mikro (LKM)
yang bekerja berdasarkan prinsip syariah (Tohir, 2004). Simpanan aset di BMT
hingga tahun 2013 sebesar Rp 20.752 miliar (Induk Koperasi Syariah BMT, 2013).
Pertumbuhan kelembagaan dan jumlah nasabah membawa perkembangan
yang pesat pula dalam kinerja keuangannya. Dana yang bisa dihimpun
bertambah banyak, pembiayaan yang bisa dilakukan meningkat, dan pada
akhirnya aset akan meningkat hanya dalam beberapa tahun (PINBUK, 2012)
Terdapat fungsi dan peran keberadaan lembaga keuangan mikro Islam ini
terhadap bidang ekonomi secara Nasional (PINBUK, 2013), yakni pertama,
pembangunan ekonomi secara Nasional dapat dipercepat dengan kedua fungsi
BMT ini; dari segi Baitul Maal, BMT menerima titipan berupa dana zakat, infak
dan shadaqah yang dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat kecil, fakir, dan
miskin, dari segi Baitul Tamwil, BMT mengembangkan usaha-usaha mikro

3
produktif untuk meningkatkan pendapatan pengusaha kecil dan anggota secara
merata, khususnya didaerah. Kedua, usaha mikro memiliki salah satu faktor
kesulitan untuk melakukan aksesibilitas terhadap permodalan, sementara usaha
mikro ini kurang mengenal bank atau lembaga keuangan lainnya dan atau sulit
mengaksesnya. Ketiga, bank segan menyentuh usaha mikro dikarenakan biaya
bank (over head cost) terlalu tinggi untuk pembiayaan usaha mikro dan banyak
jumlahnya secara kuantitas. Keempat, sebagian besar penduduk Indonesia adalah
golongan ekonomi lemah dan tertinggal, seringkali banyak yang berada di wilayah
pedesaan yang menggunakan jasa rentenir dengan prosedur yang mudah dan
sederhana, namun pada akhirnya memberatkan akibat pembebanan bunga
pinjaman yang besar. Maka dari itu fungsi serta peran BMT sebagai tandingan
terhadap praktek rentenir tersebut. Selain itu fungsi dan peran BMT secara
Nasional dapat bersinergi dengan tiga pilar pembangunan lima tahun Indonesia
(2010-2014) terkait dengan kesejahteraan rakyat, pengentasan kemiskinan, dan
pengembangan usaha produktif.
Status hukum BMT adalah koperasi, dalam melakukan kegiatan usahanya
baik berupa menghimpun dana maupun menyalurkannya mengacu pada peraturan
Undang-Undang No 25 Tahun 1992 tentang koperasi dan Peraturan Pemerintah
No 9 Tahun 1995 tentang pelaksanaan kegiatan usaha simpan pinjam oleh
koperasi. Dengan tumbuhnya Koperasi di Kota Bogor pada tahun 2013, lembaga
BMT menjadi lembaga jasa keuangan yang tumbuh di seluruh kecamatan.
Kota Bogor merupakan kota yang dijadikan proyek utama pada tahun 1994
oleh Yayasan Peramu sebagai tempat tumbuhnya BMT. Dikelola oleh anak-anak
muda asuhan Dr. AM Saefuddin dari Universitas Ibn Khaldun, yayasan ini
berusaha menyelamatkan para pedagang di area pasar Merdeka dan sekitarnya
dari rentenir yang beroperasi seiring liberalisasi ekonomi pada tahun 1980an. Dari
kumpulan BMT ini Peramu mampu menggalang dana untuk kemudian
mendirikan sebuah Badan Perkreditan Rakyat Syariah (PERAMU, 2008). Tabel 3
menampilkan data BMT dan Koperasi Konvensional yang dibagi dalam beberapa
wilayah di Kota Bogor, yakni :
Tabel 3 Jumlah kantor koperasi di Kota Bogor Tahun 2013
No

Jenis

Bogor
Selatan

Bogor
Timur

Bogor
Utara

Bogor
Tengah

Koperasi
Jasa
4
1
1
5
Keuangan Syariah
Koperasi
91
72
115
194
Konvensional
2
Sumber : Kantor Koperasi dan UMKM Kota Bogor, 2013 (Diolah)
1

Bogor
Barat

Tanah
Sareal

Kota
Bogor

4

8

23

106

137

715

Suatu BMT dapat dikatakan berhasil mendapatkan penghargaan setiap
tahunnya apabila sebuah BMT melaksanakan Rapat Anggota Tahunan (RAT)
tepat waktu pada rentang waktu antara bulan Januari hingga Maret setiap
tahunnya. Selain itu, apabila pertumbuhan anggota, aset dan sisa hasil usaha
meningkat setiap tahunnya, untuk itu Dinas Koperasi dan UMKM memberikan
penghargaan kepada koperasi yang berprestasi dengan penilaian terhadap institusi
tersebut, penilaian dinilai dari aspek organisasi, manajemen dan aspek keuangan.
Dari 738 total Koperasi, hanya terdapat 301 koperasi aktif yang
melaksanakan Rapat Anggota tahunan (RAT) sampai dengan akhir tahun 2013.

4
Sebanyak 168 koperasi memiliki jumlah anggota sebanyak 54 919 orang. Dari 23
buah BMT, secara keseluruhan merupakan koperasi aktif dan melaksanakan RAT
tiap tahunnya.
Terdapat beberapa keberhasilan BMT di Kota Bogor, hal tersebut dapat
dilihat dari BMT El-Umma, KBMT Amal Atina, BMT Ibadurrahman dan KBMT
Wihdatul Ummah. Ringkasan keberhasilan BMT di Kota Bogor dapat dilihat pada
tabel 4, berikut:
Tabel 4 Ringkasan keberhasilan BMT di Kota Bogor
Baitul Maal wa
Keberhasilan
Tamwil
Program utama yayasan ini adalah menyelenggarakan
pendidikan, kesehatan dan sosial kemasyarakatan. BMT
BMT El-Umma,
yang telah memiliki gedung sendiri, dalam waktu yang
Ciampea, Bogor
relatif singkat BMT bisa mendapatkan pendapatan sebesar
Rp 270.000.000.
KBMT Amal
Atina,
Baranangsiang,
Bogor

Tahun 2013 terpilih sebagai koperasi berprestasi, penilaian
tersebut dari aspek organisasi, manajemen dan aspek
keuangan. BMT Amal Atina menyalurkan Rp 300.000.000
kepada 41 UKM sebagai bentuk pembiayaan.

BMT
Ibadurrahman,
Ciawi, Bogor

Perkembangan BMT ini berdiri pada tahun 1995, dengan
modal dasar sebesar Rp 5.000.000 dan memiliki SDM
sebanyak 20 orang. Pada tahun 2009 memiliki anggota
sebanyak 7.000 orang dan omset mencapai Rp 7 miliar

KBMT Wihdatul
Ummah, Gunung
Batu, Bogor

BMT yang telah memiliki gedung sendiri. Merupakan
koperasi sekaligus lembaga keuangan mikro syariah yang
berprestasi untuk wilayah Kotamadya Bogor. Lima fokus
kegiatan yang ingin diintensifkan, yakni konsolidasi
manajemen dengan penambahan staf, peningkatan kualitas
sumber daya insani (SDI), penambahan tenaga kerja dan
pemetaan pasar.

Sumber : Profil BMT El-Umma, 2011. Profil BMT Al-Hassan, 2011. Lembaga Keuangan Mikro
Syariah, 2009. Hayati, 2006. (Diolah)

Salah satu BMT yang mendapatkan penghargaan dari Walikota Bogor
sebagai Koperasi Berprestasi Tingkat Kota Bogor Tahun 2009 dan juga
terpilihnya menjadi salah satu BMT terbaik tingkat Kota Bogor dari Dinas
Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kota Bogor untuk keberhasilan kinerja
gerakan koperasi pada tahun 2010, yakni BMT Wasilah. Selain itu, seiring
dengan penghargaan yang didapat BMT Wasilah, jumlah anggota juga terus
bertambah dari tahun ke tahun. Tabel 5 memperlihatkan perkembangan anggota
dari tahun 2009 hingga tahun 2012.

5
Tabel 5 Perkembangan anggota BMT Wasilah tahun 2009-2012
No

Tahun

Jumlah Anggota

1

2009

756

2

2010

788

3

2011

817

4

2012

951

Sumber : Profil Usaha Baitul Maal wa Tamwil Wasilah, 2013 (Diolah)

Koperasi yang memiliki kinerja baik yang berada di Kecamatan Bogor Barat
bukan hanya BMT Wasilah, hal tersebut terbukti dengan prestasi yang berhasil
diraih Koperasi Mitra Karsa, salah satunya yaitu menjadi koperasi terbaik
tingkat Kota Bogor dari Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kota
Bogor untuk keberhasilan kinerja gerakan koperasi pada tahun 2010. Selain itu,
seiring dengan penghargaan yang didapat Koperasi Mitra Karsa, jumlah anggota
dari tahun ke tahun cenderung turun. Tabel 6 memperlihatkan perkembangan
anggota dari tahun 2009 hingga tahun 2012.
Tabel 6 Perkembangan anggota Koperasi Mitra Karsa tahun 2009-2012
No
Tahun
Jumlah Anggota
1

2009

522

2

2010

563

3

2011

571

4

2012

538

Sumber : Laporan Pertanggungjawaban Pengurus dan Pengawas, 2010-2013 (Diolah)

Rumusan Masalah
Berdasarkan data, tercatat peningkatan yang signifikan terhadap jumlah
koperasi konvensional dari tahun 2010 ke 2013, sebanyak 31 koperasi telah
berdiri. Jumlah koperasi sebanyak 788 koperasi dan 23 diantaranya adalah BMT.
BMT Wasilah dan Koperasi Mitra Karsa merupakan dua koperasi yang aktif
dalam menjalankan kegiatan perekonomiaannya. Tiap tahun perkembangan
anggota dari BMT Wasilah meningkat dari tahun 2009 ke tahun 2010 sebesar
4.2%, dan naik sebesar 3.6% pada tahun 2011 yang selanjutnya meningkat
signfikan sebesar 16.4% di tahun 2012. Berbeda dengan BMT Wasilah,
perkembangan Koperasi Mitra Karsa cenderung stabil, meningkat dari tahun 2009
ke tahun 2010 sebesar 7.8% dan naik hanya sebesar 1.4% pada tahun 2011 lalu
menurun di tahun 2012 sebesar 5.7%. Selain itu tabel 7, memperlihatkan
perkembangan kinerja BMT Wasilah dari tahun 2009 hingga tahun 2012 :

6
Tabel 7 Perkembangan kinerja BMT Wasilah tahun 2009-2012
Sisa Hasil Usaha Pertumbuhan asset
Penyaluran
(Dalam puluhan
(Dalam miliar
pembiayaan
Tahun
juta rupiah)
rupiah)
(Dalam miliar rupiah)
2009
2010
2011
2012

61.737
17.125
32.520
33.373

3.145
3.510
3.647
4.991

4.597
3.260
4.467
4.007

Sumber : Profil Usaha Baitul Maal wa Tamwil Wasilah, 2013 (Diolah)

Perkembangan kinerja BMT Wasilah dapat dilihat dari jumlah sisa hasil
usaha atau laba rugi, pertumbuhan asset dan penyaluran pembiayaan. Terdapat
peningkatan tiap tahunnya yang bersifat fluktuasi. Sisa hasil usaha turun
signifikan dari tahun 2009 sebesar Rp 61.737 juta menjadi Rp 17.125 juta pada
tahun 2010, kemudian meningkat pada tahun 2010 sebesar 90% menjadi Rp
32.520 juta. Pertumbuhan asset pada tahun 2009 naik sebesar Rp 1.846 miliar
pada tahun 2012, selain itu penyaluran terhadap pembiayaan tertinggi pada tahun
2011 dengan dana yang tersalurkan sebesar Rp 4.467 miliar naik sebesar Rp 1.207
miliar dari tahun sebelumnya, tahun 2010. Tabel 8, memperlihatkan
perkembangan kinerja Koperasi Mitra Karsa dari tahun 2009 hingga tahun 2012 :
Tabel 8 Perkembangan kinerja Koperasi Mitra Karsa tahun 2009-2012
Sisa Hasil Usaha
Pertumbuhan
Penyaluran
Tahun
(Dalam puluhan
asset (Dalam
pembiayaan
juta rupiah)
miliar rupiah)
(Dalam miliar rupiah)
2009
210.784
5.923
4.256
2010
312.783
9.705
6.836
2011
347.103
10.256
6.279
2012
354.796
8.225
5.263
Sumber : Laporan Pertanggungjawaban Pengurus dan Pengawas, 2010-2013 (Diolah)

Perkembangan kinerja Koperasi Mitra Karsa dapat dilihat dari jumlah sisa
hasil usaha atau laba rugi, pertumbuhan asset dan penyaluran pembiayaan.
Terdapat peningkatan tiap tahunnya yang bersifat fluktuasi. Sisa hasil usaha naik
signifikan dari tahun 2009 sebesar Rp 210.784 juta menjadi Rp 312.783 juta pada
tahun 2010, kemudian meningkat pada tahun 2010 sebesar 11.09% menjadi Rp
347.103 juta. Pertumbuhan asset pada tahun 2009 naik sebesar Rp 2.302 miliar
pada tahun 2012, selain itu penyaluran terhadap pembiayaan tertinggi pada tahun
2010 dengan dana yang tersalurkan sebesar Rp 6.836 miliar naik sebesar Rp 4.256
miliar dari tahun sebelumnya, tahun 2009.
BMT dan Koperasi memanfaatkan pangsa pasar yang tidak dijadikan target
pasar oleh bank, namun BMT serta Koperasi adalah lembaga keuangan mikro
yang berbeda. Hal ini dikarenakan BMT dan koperasi berbeda dengan bank atau
lembaga keuangan lain dari segi asas ataupun tujuannya. Segmen yang dikuasai
oleh BMT dan koperasi adalah segmen pasar keuangan untuk lapisan menengah
kebawah yang diisi oleh alternatif lembaga keuangan mikro ini. Selain itu BMT

7
dan koperasi adalah penyedia sumber dana dari lembaga keuangan lain untuk
lembaga non formal, hal ini merupakan keunggulan komparatif sebagai lembaga
intermediasi keuangan.
Kondisi ini memungkinkan BMT dapat mendorong perkembangan usaha
mikro dan kecil, disebabkan karena layanan keuangan syariah BMT yang mudah
diakses berbagai pelaku bisnis usaha mikro dan kecil Oleh karena itu,
sebagian besar LKM beroperasi dalam wilayah yang terbatas, atau pada ceruk
pasar tertentu dimana dimungkinkan untuk mengenal peminjam secara
pribadi (Ghate, 1988 dalam Arsyad, 2008).
Berdasarkan uraian latar belakang terkait dengan perkembangan industri
keuangan syariah, pertumbuhan aset dan anggota BMT serta koperasi yang
meningkat secara signifikan maka rumusan permasalahan yang akan dikaji dalam
penelitian ini, antara lain :
1. Bagaimana persepsi anggota terhadap kinerja Baitul Maal wa Tamwil
Wasilah dan Koperasi Mitra Karsa?
2. Karakteristik apa saja yang memengaruhi anggota dalam pengambilan
keputusan untuk memilih BMT Wasilah dan Koperasi Mitra Karsa?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusahan masalah yang telah disebutkan maka tujuan dari
penelitian ini, antara lain :
1. Menganalisis persepsi anggota terhadap kinerja BMT Wasilah dan Koperasi
Mitra Karsa
2. Menganalisis karakteristik anggota yang memengaruhi pengambilan
keputusan memilih BMT Wasilah dan Koperasi Mitra Karsa
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi beberapa pihak, antara
lain:
1. Bagi penulis, dapat mengaplikasikan dan mengidentifikasi teori-teori yang
telah diperoleh secara langsung ke lapangan.
2. Bagi anggota lembaga keuangan mikro, penelitian ini dapat bermanfaat untuk
menambah khasanah wawasan dan dapat meningkatkan kepercayaan terhadap
lembaga keuangan mikro.
3. Bagi praktisi, penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan masukan yang
konstruktif atas kebijakan-kebijakan yang telah diterapkan baik yang telah
lampau maupun dimasa sekarang, selain itu memberikan gambaran
pertimbangan anggota lembaga keuangan mikro untuk melakukan transaksi.
4. Bagi pemangku kebijakan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan
untuk membuat peraturan dan standarisasi yang dapat diimplementasikan oleh
lembaga keuangan mikro baik syariah maupun konvensional.
5. Bagi akademisi, sebagai bahan pustaka bagi peneliti-penelitian selanjutnya.

8
Ruang Lingkup Penelitian
Untuk memfokuskan hasil penelitian ini, maka penelitian akan dibatasi pada
pengambilan studi kasus pada BMT Wasilah dan Koperasi Mitra Karsa. Persepsi
anggota terhadap kinerja dan karakteristik anggota dalam memilih BMT dan
koperasi, dibatasi di wilayah Kota Bogor. Data yang digunakan adalah data primer
dan data sekunder, data primer terdiri dari data anggota BMT dan koperasi. Data
anggota BMT dan koperasi diperoleh dari survei langsung sebanyak 62 responden.
Lalu data sekunder yang diperoleh dari data BMT dan koperasi, serta literatur dari
Pusat Inkubasi Usaha Kecil, Dinas Koperasi dan UMKM, buku serta internet yang
menambah kelengkapan data dari skripsi ini.

TINJAUAN PUSTAKA
Baitul Maal Wa Tamwil
Pengertian Baitul Maal Wa Tamwil
Baitul Maal wa Tamwil adalah balai usaha mandiri terpadu yang isinya
terbagi atas padanan kata bayt al-maal wa al-tamwil dengan kegiatan
mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan
kualitas ekonomi pengusaha kecil antara lain mendorong kegiatan menabung dan
menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya (Djazuli, 2002).
Pada umumnya masyarakat lebih mengenal BMT dibandingkan Koperasi
Jasa Keuangan Syariah (KJKS). Koperasi Jasa Keuangan Syariah adalah koperasi
yang kegiatan usahanya bergerak di bidang pembiayaan, investasi, dan simpanan
sesuai dengan pola bagi hasil (Undang-Undang, 2007) .
Secara konseptual, BMT sendiri memiliki dua fungsi sekaligus yakni Baitul
Tamwil adalah melakukan kegiatan pengembangan usaha-usaha produktif serta
investasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecil
terutama dengan mendorong kegiatan menabung serta menunjang pembiayaan
kegiatan ekonomi. Baitul Maal adalah menerima titipan dana zakat, infaq dan
shadaqah serta mengoptimalkan distribusinya sesuai dengan peraturan yang
berlaku dan amanah yang dipegangnya (Aziz, 2006).
Dari penalaran yang telah dijabarkan maka dapat ditarik suatu pengertian
yakni Baitul Al-Maal merupakan lembaga pengumpulan dana masyarakat yang
disalurkan tanpa tujuan profit dan Baitul At-Tamwil merupakan lembaga
pengumpulan dana guna disalurkan dengan orientasi profit dan komersial. BMT
merupakan organisasi profit yang turut berperan sebagai lembaga sosial. Dimana
berdasarkan prinsip Al-Maal memiliki kesamaan fungsi dan juga peran terhadap
Lembaga Amil Zakat, Infaq, Shadaqah (LAZIS), dan prinsip At-Tamwil, BMT
fokus kepada kegiatan usaha pada sektor keuangan, yaitu simpan-pinjam dengan
pola syariah.

9
Prinsip Dasar Baitul Maal Wa Tamwil
BMT didirikan dengan berasaskan pada masyarakat yang baik yakni
penuh keselamatan, kedamaian serta kesejahteraan. Prinsip dasar BMT
diantaranya (Heykal dan Huda, 2010):
1) Ahsan (mutu hasil kerja terbaik), thayyiban (terindah), ahsanu ‘amala
(memuaskan semua pihak), dan sesuai dengan nilai-nilai salaam:
keselamatan, kedamaian, dan kesejahteraan.
2) Barokah, artinya berdaya guna, berhasil guna, adanya penguatan
jaringan, transparan (keterbukaan), dan bertanggung jawab sepenuhnya
kepada masyarakat.
3) Spiritual communication (penguatan nilai ruhiyah).
4) Demokratis, partisipatif, dan inklusif.
5) Keadilan sosial dan kesetaraan gender, non-diskriminatif.
6) Ramah lingkungan.
7) Peka dan bijak terhadap pengetahuan dan budaya lokal, serta
keanekaragaman budaya.
8) Keberlanjutan, memberdayakan masyarakat dengan meningkatkan
kemampuan diri dan lembaga masyarakat lokal.
Tujuan Baitul Maal Wa Tamwil
Tujuan dibentuknya BMT pada dasarnya untuk mewujudkan kehidupan
keluarga serta masyarakat di lingkungan sekitar BMT yang selamat, damai dan
sejahtera. Hal-hal yang dilakukan oleh BMT dalam melakukan usaha adalah
dengan mengembangkan kegiatan simpan pinjam dengan prinsip bagi hasil,
mengembangkan lembaga serta bisnis kelompok usaha binaan BMT, serta
mengembangkan jaringan kerja dan jaringan bisnis BMT dan sektor riil mitranya
sehingga menjadi usaha mikro yang tangguh serta mampu mendongkrak kekuatan
perekonomiaan bangsa.
Fungsi Baitul Maal Wa Tamwil
Beberapa fungsi BMT, diantaranya (Heykal dan Huda, 2010) :
1) Sebagai penghimpun dan penyalur dana, dengan menyimpan uang di
BMT, uang tersebut dapat ditingkatkan utilitasnya, sehingga dapat
menimbulkan unit surplus (pihak yang memiliki dana berlebih) dan unit
defisit (pihak yang kekurangan dana), sehingga menjadi jembatan
penghubung.
2) Pencipta dan pemberi likuiditas, dapat menciptakan alat pembayaran yang sah
yang mampu memberikan kemampuan untuk memenuhi kewajiban baik
lembaga maupun perseorangan.
3) Sumber pendapatan, BMT dapat menciptakan lapangan kerja dan
memberi pendapatan kepada para pegawainya.
4) Pemberi informasi, memberikan informasi kepada masyarakat mengenai
risiko keuntungan dan peluang yang ada pada lembaga tersebut.
5) Sebagai satu lembaga keuangan mikro Islam yang dapat memberikan
pembiayaan bagi usaha kecil, mikro, menengah dan juga koperasi
dengan kelebihan tidak meminta jaminan yang memberatkan bagi UMKM
tersebut.

10
Peranan dan Cara Kerja Baitul Maal Wa Tamwil
Peranan BMT yakni menjauhkan masyarakat dari praktik ekonomi yang
bersifat non Islam, dengan aktif melakukan sosialisasi kepada masyarakat
mengenai urgensi sistem ekonomi berbasis Islam. Hal ini dapat dilakukan dengan
melakukan sosialisasi serta pelatihan-pelatihan mengenai cara-cara bertransaksi
yang Islami. Kedua, dengan melakukan pembinaan serta pendanaan terhadap
usaha mikro dan kecil, BMT sudah seharusnya bersikap proaktif dalam
menjalankan fungsinya sebagai lembaga keuangan mikro syariah yang dalam
pelaksanaannya dapat melakukan pendampingan, pembinaan, penyuluhan serta
pengawasan terhadap usaha-usaha nasabah. Ketiga, melepaskan ketergantungan
kepada rentenir, dikarenakan rentenir mampu untuk memenuhi keinginan
masyarakat dalam waktu yang singkat dalam memenuhi dananya; maka dari itu
BMT harus dapat melayani masyarakat lebih baik dengan praktiknya selalu
menyediakan dana setiap saat, birokrasi yang sederhana dan lain sebagainya.
Keempat, menjaga keadilan ekonomi masyarakat dengan distribusi yang merata,
fungsi BMT berhadapan langsung kepada masyarakat (peer to peer) dan dituntut
dapat bersikap bijak dan juga langkah-langkah untuk melakukan evaluasi dalam
rangka pemetaan skala prioritas yang perlu diperhatikan. Dalam praktiknya BMT
perlu memperhatikan kelaikan nasabah dalam hal penggolongan nasabah dan juga
jenis pembiayaan yang dilakukan (Heykal dan Huda, 2010).
Adapun cara kerja BMT berdasarkan Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah (PKES)
pada bagan 1 :
ANGGOTA
PEMRAKARSA
Modal Awal

ANGGOTA
Simpanan

Sisa Hasil
Usaha

BAITUL MAAL
WA TAMWIL

PENYIMPAN

ANGGOTA
PEMINJAM

PENGURUS
PENGELOLA

Bagan 1 Cara Kerja Baitul Maal wa Tamwil
Sumber : Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah (PKES) , 2006

Anggota Baitul Maal Wa Tamwil
Anggota BMT adalah orang-orang yang secara resmi telah mendaftarkan
diri sebagai anggota BMT dan dinyatakan telah diterima oleh badan pengelola
BMT. Selain hal tersebut, hak untuk mendapatkan keuntungan ataupun
menanggung kerugian yang diperoleh oleh BMT, anggota memiliki hak untuk
memilih dan dipilih sebagai anggota badan pengawas. Anggota BMT dapat terdiri
dari para pendiri dan anggota-anggota biasa yang mendaftarkan diri setelah BMT
berdiri dan beroperasi (Soemitro, 2009).

11
Kinerja
Kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seorang secara keseluruhan
selama periode tertentu didalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan
berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria
yang telah disepakati bersama (Rivai, 2005). Apabila hal tersebut dikerjakan
dengan benar maka para karyawan dan perusahaan akan diuntungkan dengan
jaminan bahwa upaya para individu karyawan mampu memberikan kontribusi
pada fokus yang strategis dari perusahaan.
Penilaian kinerja adalah upaya sadar untuk membandingkan hasil yang
seharusnya dicapai dengan hasil yang nyatanya dicapai dalam rangka pencapaian
tujuan suatu organisasi (Siagian, 2008). Pada hakikatnya kinerja merupakan
prestasi yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan
standar kriteria yang ditetapkan untuk pekerjaan tersebut.
Koperasi
Koperasi berasal dari bahasa Latin Coopere, yang dalam bahasa Inggris
disebut cooperation. Co berarti bersama dan operation berarti bekerja, jadi
cooperation adalah bekerja sama. Dalam hal ini, kerja sama tersebut dilakukan
oleh orang-orang yang memiliki kepentingan dan tujuan yang sama (Sitio dan
Tamba, 2001).
Koperasi merupakan badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau
badan hukum koperasi, berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan
ekonomi rakyat, yang berdasarkan atas azas kekeluargaan. (Undang-Undang,
1992).
Prinsip koperasi yang berlaku di Indonesia saat ini adalah yang termuat pada
pasal 5 UU No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian. Adapun prinsip koperasi
sesuai dengan Undang-Undang adalah sebagai berikut :
1. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka
2. Pengelolaan dilakukan secara demokratis
3. Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) dilakukan secara adil sebanding dengan
besarnya jasa usaha masing-masing anggota
4. Pemberian balas jasa yang terbatas pada modal
5. Kemandirian
6. Pendidikan koperasi
7. Kerjasama antar koperasi
Faktor Kualitas Pelayanan Jasa
Menurut (Parasuraman et al., 1994) terdapat lima dimensi yang digunakan
oleh pelanggan dalam mengukur kualitas suatu jasa. Kelima dimensi tersebut
biasa disebut SERVQUAL yang masing-masing dimensi tersebut, yakni:
1. Responsiveness atau ketanggapan
Suatu kebijakan untuk membantu dan memberikan pelayanan yang cepat dan
responsif kepada anggota BMT, kemampuan untuk mengatasi persoalan
secara profesional dan memberikan citra yang positif.

12
Dalam Islam, kepercayaan pelanggan merupakan suatu amanah yang
hendaknya tidak disia-siakan dengan memberikan pelayanan secara
profesional melalui pegawai yang bekerja sesuai dengan bidangnya dan
mengerjakan pekerjaannya secara cepat dan tepat, sebagaimana Rasulullah
SAW bersabda :
“apabila amanat disia-siakan, maka tunggulah kehancurannya, berkata
seseorang: bagaimana caranya menyia-nyiakan amanat ya Rasulullah?
Berkata Nabi: apabila diserahkan sesuatu pekerjaan kepada yang bukan
ahlinya, maka tunggulah kehancurannya”.
2. Reliability atau kehandalan
Suatu kemampuan untuk memberikan jasa yang dijanjikan dengan akurat dan
terpercaya. Kinerja jasa yang dihasilkan harus sesuai dengan harapan anggota
yang artinya dapat berupa ketepatan waktu serta kualitas pelayanan yang
prima. Dalam konteks ini, Allah menghendaki umat-Nya untuk menepati janji
yang telah dibuat sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur’an surat An-Nahl
ayat 91:
“Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan
janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah (mu) itu sesudah
meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu
(terhadap sumpah sumpah itu), sesungguhnya Allah mengetahui apa yang
kamu perbuat”.
3. Emphaty atau empati
Perhatian yang bersifat individual atau pribadi kepada anggota serta berupaya
untuk memahami keinginan anggota.
Kesediaan memberikan perhatian dan membantu akan meningkatkan persepsi
dan sikap positif konsumen terhadap layanan lembaga. Hal ini yang akan
mendatangkan kesukaan, kepuasan dan meningkatkan loyalitas konsumen.
Berkenaan dengan empati, sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur’an surat
An-Nahl ayat 90:
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji,
kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar
kamu dapat mengambil pelajaran.”
4. Tangibles atau terwujud
Penampilan dan kemampuan sarana prasarana fisik harus dapat diandalkan
keadaan lingkungan yang terlihat adalah bukti nyata dari pelayanan yang
diberikan oleh pemberi jasa.

13
Dalam konsep Islam pelayanan yang berkenaan dengan penampilan fisik yang
mencerminkan nilai-nilai Islam, mulai dari kenyamanan, ketersediaan fasilitas,
kebersihan, serta hal-hal lain yang berkaitan dengan penampilan fisik sebuah
organisasi jasa syariah yang dapat membantu setiap muslim untuk meningkatkan
keimanan dan ketaqwaannya. Berkenaan dengan tangible dalam segi pelayanan
sebagaimana Rasulullah SAW bersabda :
“Orang beriman itu bersikap ramah dan tidak ada kebaikan bagi seorang yang
tidak bersikap ramah. Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling
bermanfaat bagi manusia.”
Juga dalam segi fasilitas sebagaimana Rasulullah SAW bersabda :
“Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan."
5. Assurance atau jaminan
Pengetahuan serta keramahan karyawan dan kemampuan melaksanakan tugas
secara spontan dapat menjamin kinerja yang baik sehingga menimbulkan
kepercayaan dan keyakinan oleh anggota. Berkenaan dengan hal ini, Al Qur’an
Surat Ali Imran ayat 159 menyatakan bahwa:
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu, maafkanlah mereka; mohonkanlah
mapun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.
Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada
Allah. Sesuangguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepadaNya”.
Penerapan manajemen profesional pada BMT memberikan layanan yang baik
dari usaha dijalankan untuk menjaga kualitas. Dalam Islam, dimensi kualitas
pelayanan jasa yang dapat diaplikasikan kedalam suatu organisasi telah tertulis
dalam Al-Quran dan Hadis, Rasulullah SAW secara jelas menekankan untuk
berbuat baik kepada sesama manusia, dengan memberikan senyuman sebagai
manifestasi pelayanan kemanusiaan yang paling dasar selain itu pada hakikatnya
kita sebagai khalifah yang tugasnya melayani makhluk allah yang lain
sebagaimana Sabda Rasulullah yang diriwayatkan Sunan Turmudzi:
“Senyum kamu terhadap saudara,mu mempunyai nilai sedekah”
Citra Lembaga
Definisi citra yang diartikan oleh Larence L Steinmetzs adalah sebagai
pancaran atau reproduksi jati diri atau bentuk orang perorangan, benda atau
organisasi. Citra sebuah lembaga merupakan salah satu harta yang bernilai tinggi
bagi suatu lembaga, hal ini dikarenakan citra merupakan cara pandang atau
persepsi masyarakat terhadap lembaga tersebut (Sutojo, 2004).

14

1.

2.
3.
4.
5.

Menurut Sutojo, manfaat citra perusahaan yang baik dan kuat yakni:
Daya saing jangka menengah dan panjang, perusahaan berusaha menjadi
unggul dalam persaingan pasar dengan menyusun strategi pemasaran yang
sistematis.
Menjadi perisai selama krisis, sebagian masyarakat dapat memahami apabila
perusahaan melakukan kesalahan dikarenakan citra baik yang dimiliki.
Menjadi daya tarik eksekutif handal, dimana eksekutif handal adalah aset
perusahaan.
Meningkatkan efektivitas strategi pemasaran.
Menghemat biaya operasional karena citranya yang baik.

Menurut Sutojo, cara yang dapat dilakukan untuk melakukan pencitraan
agar sesuai dengan visi perusahaan, dapat dilakukan dengan beberapa tahapan,
diantaranya:
1. Membentuk persepsi segmen sasaran
Citra yang ingin dibentuk harus mencerminkan jati diri perusahaan yang
sebenarnya.
2. Memelihara persepsi
Upaya untuk mempertahankan citra dengan mempertahankan pelaksanaan
program sosialisasi, iklan dan relasi publik agar tercapai rencana perusahaan.
3. Mengubah persepsi segmen sasaran yang dinggap kurang menguntungkan
Perusahaan yang dikelola secara profesional akan berusaha untuk mengubah
persepsi segmen sasaran yang tidak menguntungkan, dengan melakukan
pembenahan diri dari dalam internal perusahaan.
Promosi Lembaga
Promosi adalah forum pertukaran informasi antara organisasi dengan
konsumen dan memiliki tujuan utama yakni memberikan informasi tentang
produk atau jasa yang disediakan oleh organisasi, sekaligus mempengaruhi
konsumen untuk menggunakan atau memakai terhadap produk atau jasa tersebut.
Dalam dunia perdagangan promosi adalah usaha untuk memajukan dan
meningkatkan popularitas barang atau jasa yang akan dijual (Mustafa, 1996).
Dalam melakukan promosi pihak perusahaan harus mengetahui sasaran
untuk melakukan promosi atau pengguna perusahaan yang akan diperkenalkan
layanan, fasilitas dan jasa yang diberikan perusahaan untuk penggunanya.
Penelitian Terdahulu
Terdapat beberapa penelitian yang menganalisis faktor-faktor
memengaruhi keputusan konsumen dalam memilih baik institusi maupun
produk. Hal tersebut dapat dilihat dari penelitian yang dilakukan
Ambarfauziah (2014), Yuanita (2013), Ihsan (2013), Fadlullah (2013),
Jaelani (2008). Ringkasan hasil penelitian terdahulu dapat dilihat pada
berikut :

yang
suatu
oleh
serta
tabel

15
Tabel 9 Ringkasan hasil penelitian terdahulu
Judul dan Model
Peneliti
Hasil Penelitian
Penelitian
Ambarfauziah
Analisis faktor-faktor
Faktor-faktor yang memengaruhi
N
yang memengaruhi
muzaki dalam memilih Organisasi
(2014)
muzakki dalam
Pengelola Zakat (OPZ) dan
memilih organisasi
menganalisis persepsi muzaki
pelaksana zakat (OPZ) terhadap kinerja OPZ. Metode
: studi kasus di Badan regresi logistik digunakan untuk
Amil Zakat Nasional
menganalisis faktor-faktor yang
Kota Bogor
memengaruhi muzaki dalam
memilih OPZ. Analisis deskriptif
Metode : Regresi
digunakan untuk menganalisis
logistik
persepsi muzaki terhadap OPZ.
Hasil regresi logistik menunjukkan
bahwa faktor-faktor yang
memengaruhi muzaki dalam
memilih OPZ adalah pendapatan,
tingkat realiability, dan citra
lembaga.
Yuanita I
(2013)

Analisis faktor-faktor
yang mempengaruhi
keputusan konsumen
dalam memilih jasa
perbankan syariah di
Kota Padang
Metode : Chi-Square

Empiris hasil menunjukkan perilaku
pelanggan yang mewakili dengan
budaya, sosial, pelanggan
karakteristik atau kepribadian, dan
faktor psikologis yang signifikan
untuk menentukan keputusan beli
dari pelanggan menggunakan jasa di
perbankan syariah di Padang
munipacility dengan tingkat
signifikansi ∝ = 0,05. Faktor budaya
dan sosial memiliki korelasi positif
pembelian keputusan, tapi pelanggan
faktor psikologi kepribadian dan
memiliki korelasi negatif pembelian
keputusan yang tercerminkan oleh
pearson-r. Selain itu faktor budaya
masih lebih faktor penting yang
antara lain yang tercermin oleh
peluang rasio membeli keputusan
untuk menggunakan jasa di
perbankan syariah di Padang.

16
Tabel 9 Ringkasan hasil penelitian terdahulu (lanjutan)
Judul dan Model
Peneliti
Hasil Penelitian
Penelitian
Ihsan A (2013) Analisis faktor- faktor
Pendidikan, jenis usaha (Jasa dan
yang memengaruhi
Industri pengolahan), omset usaha
akses dan pembatasan
dan
kredit pada UMKM di total aset memengaruhi akses
Kabupaten Bogor
responden terhadap lembaga
keuangan mikro
Metode : Regresi
syariah. Lama usaha dan frekuensi
logistik
pinjaman sangat memengaruhi
adanya credit rationing. Frekuensi
pinjaman akan membentuk credit
history yang
memengaruhi keberlangsungan
pinjaman berikutnya.

Fadlullah M
(2013)

Analisis faktor-faktor
yang mempengaruhi
anggota untuk
menggunakan produk
jasa tamara di KJKS
BMT El Amanah
Kendal

Ada beberapa nilai yang ingin
diwujudkan dari pemilihan terhadap
BMT oleh anggota, yakni faktor
ketaatan terhadap perintah Allah
SWT, faktor produk yang syariah,
pelayanan serta faktor promosi untuk
mencapai nilai kepuasan dan
ketenangan dalam melakukan
Metode : Regresi linear kegiatan ekonomi.
berganda

Jaelani A
(2008)

Pengaruh kualitas
pelayanan dan social
marketing lembaga
amil (LAZ) terhadap
keputusan berzakat
muzakki (studi kasus
pada Rumah Zakat
Indonesia)
Metode : Regresi
berganda

Kualitas pelayanan zakat dan social
marketing secara bersama-sama
mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap keputusan
berzakat muzaki. Kualitas
pelayanan dibagi kepada beberapa
indikator, yaitu kemampuan untuk
memberikan jasa yang akurat dan
terpercaya (Reliability), kebijakan
untuk pelayanan yang responsif
(Responsiveness), kepercayaan,
pengetahuan, dan keramahan
karyawan serta kemampuan
melaksanakan tugas secara spontan
(Assurance), memberikan perhatian
yang bersifat individual (Emphaty),
dan penampilan dan kemampuan
sarana dan prasarana fisik
(Tangible).

17
Kerangka Pikir
Keberadaan BMT dan koperasi dapat membantu efisiensi serta efektifitas,
selain dalam program pembiayaan juga untuk melakukan monitor serta evaluasi
terhadap usaha yang dilakukan oleh anggo