Analisis Relasi Gender Dalam Keberhasilan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Kerajinan Tas (Studi Kasus Kampoeng Wisata Bisnis Tegalwaru (KWBT) Kampung Pulekan Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

i

ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN
USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) KERAJINAN TAS

RETNO TRI WAHYUNINGSIH

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN
MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013

ii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis Relasi
Gender dan Keberhasilan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Kerajinan Tas
(Studi Kasus Kampoeng Wisata Bisnis Tegalwaru (KWBT) Kampung Pulekan

Kecamatan Ciampea-Kabupaten Bogor Jawa Barat) benar-benar hasil karya saya
sendiri yang belum pernah diajukan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi
atau lembaga manapun dan tidak mengandung bahan-bahan yang pernah ditulis
atau diterbitkan oleh pihak lain kecuali sebagai bahan rujukan yang dinyatakan
dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2013

Retno Tri Wahyuningsih
NIM I34080096

iii

ABSTRAK

RETNO TRI WAHYUNINGSIH. Analisis Relasi Gender dalam Keberhasilan
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Kerajinan Tas (Studi Kasus Kampoeng
Wisata Bisnis Tegalwaru (KWBT) Kampung Pulekan Kecamatan Ciampea,

Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat). Dibimbing oleh PUDJI MULJONO.
Kesetaraan dan Keadilan Gender merupakan isu yang sangat penting dan
menjadi komitmen bangsa-bangsa di dunia untuk mewujudkan relasi yang
harmonis dan berkeadilan antara laki-laki dan perempuan. Tujuan penelitian ini
adalah menganalisis relasi gender dalam UKM yang dilihat dari akses, kontrol dan
penempatan posisi antara perempuan dan laki-laki dalam pengelolaan UKM
Kampoeng Wisata Bisnis Tegalwaru; mengidentifikasi karakteristik anggota
UKM (umur, tingkat pendidikan, lama mengikuti UKM serta jenis kelamin) dan
hubungannya dengan relasi gender; serta keberhasilan UKM dan hubungannya
dengan relasi gender dalam UKM. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif yang didukung dengan pendekatan kualitatif. Individu responden
anggota UKM menyatakan tidak adanya pembedaan antara laki-laki dan
perempuan dalam pembagian kerja, namun secara sosial pembagian kerja dan bias
gender masih besar terlihat. Keberhasilan UKM sejalan dengan relasi gender.
Semakin setara relasi gendernya, maka UKM pun semakin berhasil. Keberhasilan
UKM juga dikarenakan adanya kesadaran dari anggota UKM (laki-laki dan
perempuan) dalam pengelolaan UKM terhadap tugas dan tanggung jawab masingmasing.
Kata kunci: kesetaraan, keberhasilan, relasi gender

iv


ABSTRACT

RETNO TRI WAHYUNINGSIH. Gender Analysis Of A Mutual Relation and
The Success Of Small and Medium Enterprises Craft Bag (The Case Study
Kampoeng Wisata Bisnis Tegalwaru, Pulekan Village, District Ciampea, Bogor
Regency, West Java Province. Supervised by PUDJI MULJONO.

Gender equality and justice is a very important issue and a commitment to the
nations of the world to achieve a harmonious and equitable relations between men
and women. The purpose of this study was to analyze gender relations in Usaha
Kecil dan Menengah is seen from the access, control and positioning between
women and men in the management of UKM (Small and Medium Enterprises)
Kampoeng Tegalwaru; identify characteristics of UKM members (age, education
level, length of follow UKM and gender) and relation to gender relations, as well
as the success of UKM and their relation to gender relations in UKM. This study
used a quantitative approach with a qualitative approach supported. The individual
members of UKM respondents expressed no distinction between men and women
in the division of labor, but social division of labor and gender bias still looks
great. The success of UKM in line with gender relations. The more equal gender

relations, the UKM are increasingly successful. The success of UKM is also due
to the awareness of UKM members (male and female) in the management of
UKM to the duties and responsibilities of each..
Key word: equality, achievment, gender relations

v

ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN
USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) KERAJINAN TAS
(Studi Kasus Kampoeng Wisata Bisnis Tegalwaru (KWBT)
Kampung Pulekan Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor,
Provinsi Jawa Barat)

RETNO TRI WAHYUNINGSIH

Skripsi
Sebagai Syarat Untuk Mendapatkan Gelar
Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Fakultas Ekologi Manusia
Institut Pertanian Bogor


DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN
PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013

vi

Judul Skripsi :

Nama
NIM

:
:

Analisis Relasi Gender Dalam Keberhasilan Usaha Kecil dan
Menengah (UKM) Kerajinan Tas (Studi Kasus Kampoeng
Wisata Bisnis Tegalwaru (KWBT) Kampung Pulekan

Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)
Retno Tri Wahyuningsih
I34080096

Disetujui oleh

Dr Ir Pudji Muljono, MSi
NIP. 19621010 198903 1 005

Diketahui oleh

Dr Ir Soeryo Adiwibowo, MS
Ketua Departemen

Tanggal lulus:

vii

PRAKATA
Segala puji bagi Allah SWT atas rahmat dan karunia yang telah

diberikannya-Nya kepada penulis sehingga skripsi berjudul “Analisis Relasi
Gender dan Keberhasilan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Kerajinan Tas
(Studi Kasus Kampoeng Wisata Bisnis Tegalwaru (KWBT) Kampung Pulekan,
Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) ini dapat
diselesaikan. Tanpa pertolongan-Nya skripsi ini tidak dapat terselesaikan dengan
baik.
Penelitian yang ditulis dalam skripsi ini disusun untuk mengkaji
sejauhmana kaitan antara relasi gender dengan keberhasilan Usaha Kecil dan
Menengah (UKM) yang dijadikan lokasi penelitian. Akhir kata semoga skripsi ini
dapat menghasilkan laporan yang bermanfaat bagi banyak pihak.

Bogor, Maret 2013

Retno Tri Wahyuningsih

viii

UCAPAN TERIMAKASIH

Penelitian skripsi ini dapat selesai tentunya tidak terlepas dari bantuan

berbagai pihak. Pihak-pihak tersebut sangat membantu penulis dalam
menyumbangkan pikiran, masukan, dan dukungan baik secara moril maupun
material. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Seluruh masyarakat, Ibu Tatiek dan perangkat Desa Tegalwaru yang telah
banyak membantu memberikan informasi terkait penelitian ini.
2. Almh. Ibunda tercinta Suwatni, sosok ibu, guru yang luar biasa hebat dan
Ayahanda Pujiyono serta Ibu Yenida, Orang tua tercinta, serta Dewi Latif
Kesuma Wardhani, Kohar Adhi Kesuma, Yulis Fajar Zulfikar, Asri Fajar
Purnama, serta Dimas Fajar Shodiqin, Kakak dan Adikku tersayang yang
senantiasa berdoa, memberikan semangat, dukungan, serta melimpahkan kasih
sayangnya kepada penulis. Semoga Alloh tetap mempersatukan kita hingga di
Surga-Nya.
3. Bapak Dr. Ir. Pudji Muljono, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, masukan, informasi, curahan waktu dan pikiran
dalam pembuatan skripsi ini dan sabar menghadapi permasalahan yang
dialami penulis. Maaf sudah menjadi bimbingan bapak yang suka
“menghilang”. Semoga Alloh senantiasa memberikan kesehatan dan kebaikan
kepada beliau.
4. Ibu Dra. Winanti Wigna, MS selaku dosen penguji utama dan Ibu Heru

Purwandari, SP, MSi selaku dosen penguji akademik atas segala kritik dan
saran yang membangun guna penyempurnaan skripsi ini.
5. Bapak Martua Sihaloho, MSi selaku dosen uji petik atas segala kritikan dan
masukannya guna memperbaiki penulisan skripsi ini.
6. Bapak Fakhrurrozi, Ibu Tengku Fitriwati, Bapak Endi Mirzal dan semua Guru
SMA N 1 Dayun yang tidak pernah lelah mendoakan penulis.
7. Pemerintah Kabupaten Siak-Provinsi Riau yang telah memberikan beasiswa
kepada penulis selama penulis menempuh pendidikan di Institut Pertanian
Bogor.
8. Keluarga besar penulis Yuyun, Diah, Bayu, yang tak pernah berhenti
mendoakan dan memberikan semangat agar cepat menyelesaikan pendidikan
ini.
9. Putri Asih Sulistiyo, Alfi Rahmawati selaku sahabat dekat penulis yang juga
teman satu perjuangan selama menempuh pendidikan di Departemen SKPM
yang telah rela berbagi kebersamaan, memberikan waktu, air mata, kasih
sayang serta perhatiannya kepada penulis dan ada di saat-saat senang maupun
sulit.
10. Mas Enduuuuut atas semua doa, semangat dan harapannya. Semoga Alloh
selalu paring semuanya lancar dan barokah. Amiiiiiin.
11. Adinda Ade Mustami selaku teman sebimbingan penulis yang tidak hentihenti “mengajak” penulis agar menyelesaikan skripsi ini tepat waktu, dan

semua teman-teman SKPM 45, Mas Tri Budiarto terima kasih atas

ix
koreksiannya mas, Yulan, Ori, Tina, Lina, Nisa, Niken, Tika, Galih, Tri Irwan,
Jabbar, Risna, Yusuf, Ayu, Viga, Mas Siwi yang sudah bersedia meluangkan
waktunya untuk membantu penulis atas jawaban-jawaban pertanyaan yang
kurang dimengerti penulis dan lainnya yang telah memberikan semangat, doa,
dukungan serta kebahagiaan selama menempuh pendidikan di SKPM.
12. Tutuk dan semua teman-teman penerima Beasiswa Kab. Siak 2008: Diah,
Santi, Titi, Rika, Rio, Roma, Astria, Mahyuni, Taufik, Novita dan Febbi yang
saling memberikan semangat dan kebersamaan selama ini.
13. Sahabat tercinta terutama keluarga besar PONDOK ASAD: yang telah
mengajarkan kebersamaan, saling tolong menolong, tanggung jawab,
tenggang rasa dan cinta untuk menjadi pribadi dan kehidupan yang lebih baik.
14. Teman-teman di Asrama Putri Indramayu, yang sudah bersedia menerima
penulis selama masa “pengungsian”.
15. Semua pihak yang telah memberikan dorongan, doa, semangat, bantuan dan
kerjasama selama pengerjaan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan
satu per satu. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang
membutuhkan.


Bogor, Maret 2013

Penulis

x

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Masalah Penelitian
Tujuan Penelitian
Kegunaan Penelitian
PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka
Konsep Gender
Ideologi Gender
Analisis Gender
Konsep UKM
Konsep dan Definisi UKM
Peran UKM
Karakteristik UKM
Peran Perempuan dalam UKM
Hasil Penelitian Relasi Gender dalam Bidang UKM
Kerangka Pemikiran
Hipotesis
Definisi Operasional
METODE PENELITIAN
Pendekatan Lapang
Lokasi dan Waktu Penelitian
Data dan Metode Pengumpulan Data
Teknik Pengambilan Sampel
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
Kondisi Geografis dan Kondisi Fisik
Kependudukan
Kondisi Ekonomi dan Pendidikan Masyarakat
Sumber Nafkah Masyarakat Desa Tegalwaru
Kehidupan Sosial Kemasyarakatan
Sarana dan Prasarana
Profil Industri Kerajinan Tas Desa Tegalwaru
Proses Pembuatan Tas
KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN PEMBAGIAN KERJA PENGRAJIN
TAS
Karakteristik Individu Pengrajin Tas
Umur
Pendidikan Formal
Pendidikan Nonformal
Pengalaman Bekerja (Lama mengikuti UKM)
Karakteristik Rumahtangga
Jumlah Anggota Rumahtangga

xii
xiii
xiii
1
1
3
3
3
4
5
5
6
6
10
10
12
13
14
15
16
18
18
20
20
20
20
23
24
25
25
26
27
28
29
30
30
32
33
33
33
34
35
36
37
37

xi
ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RELASI
GENDER PENGRAJIN TAS
Karakteristik Individu dan Hubungannya dengan Akses, Kontrol dan
Penempatan Posisi dalam UKM KWBT
Hubungan Umur dengan Akses, Kontrol dan Penempatan
Posisi dalam UKM KWBT terhadap Sumberdaya
Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Akses, Kontrol dan
Penempatan Posisi dalam UKM KWBT terhadap Sumberdaya
Hubungan Pengalaman Bekerja (Lama Bekerja) dengan Akses
dan Kontrol terhadap Sumberdaya
Hubungan Jenis Kelamin dengan Akses Kontrol dan
Penempatan Posisi dalam UKM KWBT
IDEOLOGI DAN RELASI GENDER PENGRAJIN TAS
Ideologi Gender dan Akses, Kontrol Terhadap Struktur Kelembagaan
UKM
Ideologi Gender dan Akses terhadap struktur kelembagaan
UKM
Ideologi Gender dan Kontrol Terhadap Struktur Kelembagaan
UKM
Hubungan antara Ideologi Gender dengan Penempatan Posisi dalam
Struktur Kelembagaan UKM
Pembagian Kerja
Analisis Keberhasilan Kerajinan Tas UKM KWBT
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

39
39
40
43
47
50
53
54
54
55
56
58
60
62
62
62
64
66
70

xii

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27

Definisi UMKM di Indonesia dan beberapa negara sedang
berkembang di Asia
Jumlah UMKM Menurut Subsektor Usaha dan Status badan
Hukum Tahun 2006
Jumlah UMKM Menurut Subsektor Usaha dan Kelompok Umur
Pengusaha Tahun 2006
Rincian Metode Pengumpulan Data
Jumlah pengrajin Desa Tegalwaru
Pemanfaatan lahan/penggunaan tanah di Desa Tegalwaru Tahun
2011
Jumlah Penduduk Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin di
Desa Tegalwaru Tahun 2000
Jumlah Penduduk Desa Tegalwaru Tahun 2001
Struktur Mata Pencaharian Penduduk Desa Tegalwaru Tahun 2011
Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan umur di Desa
Tegalwaru tahun 2012
Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan tingkat pendidikan
di Desa Tegalwaru tahun 2012
Sebaran Responden dalam keikutsertaannya mengikuti pelatihan
dan musyawarah anggota
Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan lama mengikuti
UKM di Desa Tegalwaru tahun 2012
Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan lama mengikuti
UKM di Desa Tegalwaru tahun 2012
Hasil analisis Uji Statistik Chi Square dan Rank Spearman antara
Karakteristik Responden terhadap Tingkat Kesetaraan Gender
dalam UKM KWBT tahun 2012
Hubungan Umur dengan Akses terhadap Sumberdaya dalam UKM
KWBT
Hubungan Umur dengan Kontrol terhadap Sumberdaya dalam
UKM KWBT
Hubungan Umur dan Penempatan Posisi dalam UKM KWBT
Hubungan antara akses terhadap sumberdaya dengan tingkat
pendidikan
Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Kontrol terhadap
Sumberdaya
Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Penempatan Posisi dalam
UKM KWBT
Penempatan Posisi Perempuan dan Laki-laki dalam Struktur
Kepengurusan UKM KWBT
Hubungan Lama Bekerja dengan Akses terhadap UKM KWBT
Hubungan Lama Bekerja dengan Kontrol terhadap Sumberdaya
Hubungan Lama Mengikuti UKM dengan penempatan Posisi
Hubungan Jenis Kelamin dengan Akses terhadap Sumberdaya
dalam UKM KWBT
Hubungan Jenis Kelamin dengan Kontrol terhadap Sumberdaya

11
13
13
21
22
25
26
26
29
33
34
35
37
37
39

41
41
42
44
45
45
46
48
48
49
50
50

xiii

28
29
30
31
32
33
34

dalam UKM KWBT
Hubungan Jenis Kelamin dengan Penempatan Posisi terhadap
Sumberdaya dalam UKM KWBT
Ideologi Gender dan Akses Terhadap Struktur Kelembagaan UKM
Hubungan antara ideologi dan kontrol dalam struktur kelembagaan
UKM
Hubungan antara ideologi gender dengan penempatan posisi dalam
struktur kelembagaan UKM
Pembagian Kerja pada 40 Rumahtangga Pengrajin Tas di Desa
Tegalwaru 2012
Faktor-faktor yang Memengaruhi Keberhasilan Usaha Kecil dan
Menengah
Hubungan antara Relasi Gender dan Keberhasilan UKM KWBT

51
54
55
56
58
60
61

DAFTAR GAMBAR
1
2
3

Kerangka Pemikiran Analisis Relasi Gender dalam UKM
Bagan Alur Proses Pembuatan Tas
Diagram ideologi gender kuat dan lemah anggota UKM KWBT

17
32
49

DAFTAR LAMPIRAN
1
2

Dokumentasi Kegiatan
Kerangka Sampling

65
66

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pancasila sebagai pendangan hidup dan budaya bangsa, serta UndangUndang Dasar 1945 sebagai landasan konstitusional, menempatkan wanita pada
keluhuran harkat dan martabatnya baik sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa,
maupun sebagai warga negara dan sumber daya insani pembangunan. Wacana
pemberdayaan perempuan merupakan salah satu pusat perhatian dalam
pembangunan sumber daya manusia di Indonesia. Ini disebabkan karena masih
banyak ditemukannya bias gender dalam pembangunan dan masyarakat.
Perempuan secara kualitas masih tertinggal dibanding dengan laki-laki.
Peningkatan kemampuan dan akses perempuan dalam peran dan pengambilan
keputusan sangat berkaitan dengan upaya yang akan dilakukan oleh pemerintah
dan masyarakat sekitar lingkungan tempat tinggal mereka.
Laki-laki dan perempuan dalam hubungan rumahtangga memegang
peranan penting dalam pembinaan kesejahteraan bersama, secara fisik, materi
maupun spiritual serta dalam meningkatkan kedudukan rumahtangga di dalam
masyarakat. Umumnya pada bidang ekonomi, laki-laki memegang kendali penting
dalam usaha untuk meningkatkan pendapatan ekonomi rumahtangga (pencari
nafkah utama), sedangkan perempuan dianggap hanya sebagai penambah
penghasilan rumahtangga. Hal tersebut tidak selalu terjadi pada masyarakat
dengan penghasilan ekonomi rendah, pada golongan ini peran perempuan sangat
berpengaruh terhadap perolehan penghasilan keluarga.
Keterlibatan perempuan dalam mancari nafkah keluarga dipahami
sebagai upaya untuk membantu dan meningkatkan kemampuan finansial sehingga
diharapkan mampu memenuhi kebutuhan ekonomi rumahtangga. Seiring
meningkatnya kemampuan dan peran perempuan yang ditunjukkan dalam angka
gender-related development index (GDI) dan gender empowerment measurment
(GEM) menunjukkan angka partisipasi dan akses perempuan dalam
pembangunan. Berdasarkan tinjauan Bappenas yang menjelaskan mengenai
human development report (HDR) 2007-2008, angka GDI Indonesia adalah
sebesar 0,721 dibandingkan dengan angka GDI dalam HDR 2006 sebesar 0,704.
Pengarusutamaan gender (PUG) merupakan suatu pendekatan untuk
mengembangkan kebijakan yang mengintegrasikan pengalaman, aspirasi,
kebutuhan dan permasalahan perempuan dan laki-laki ke dalam perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi dari seluruh kebijakan dan program
pembangunan di berbagai bidang pembangunan. Tujuan dari pengarusutamaan
gender ini adalah terselenggaranya kebijakan dan program pembangunan yang
berprespektif gender dalam rangka mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender
dalam kehidupan. Namun, di beberapa tempat masih banyak ditemukan bias
gender dalam program pembangunan dan sering kali yang menjadi korban adalah
perempuan.
Laporan Kementrian Pemberdayaan Perempuan tentang kebijakan
pemberdayaan perempuan dalam pembangunan nasional menyebutkan bahwa
pemberdayaan perempuan (GEM) pada tahun 2002 menunjukkan kondisi
perempuan yang masih memprihatinkan. Hal ini terbukti antara lain dari

2
keterwakilan perempuan dalam lembaga-lembaga negara dan dalam jabatan
publik, yang mencerminkan peran perempuan yang belum memadai dalam
lembaga kegiatan yang terkait dengan pengambilan keputusan.1 Pada bidang
pendidikan pada tahun 2007, kesenjangan gender terlihat dari angka buta huruf
bagi perempuan mencapai 9,4% jauh di atas laki-laki yang mencapai 5,2%.2
Kegiatan perekonomian Indonesia di pedesaan masih didominasi oleh
usaha-usaha skala mikro dan kecil dengan pelaku utama para petani, buruh tani,
pedagang sarana produksi dan hasil pertanian, pengolah hasil pertanian serta
industri rumah tangga. Namun demikian, para pelaku usaha ini pada umumnya
masih dihadapkan pada permasalahan klasik yaitu terbatasnya ketersediaan modal.
Sebagai unsur esensial dalam mendukung peningkatan produksi dan taraf hidup
masyarakat pedesaan, keterbatasan modal dapat membatasi ruang gerak aktivitas
sektor industri dan pedesaan. Dalam jangka panjang, kelangkaan modal bisa
menjadi entry point yang merupakan penyebab terjadinya siklus rantai kemiskinan
pada masyarakat petani/pedesaan yang sulit untuk diputus (Hamid 1986 dalam
Ashari 2008).
Piper dalam Tambunan (2009) menyebutkan di Amerika Serikat (AS)
sebanyak 12 juta orang atau sekitar 63,2% dari jumlah tenaga kerja di AS bekerja
di sekitar 350.000 perusahaan yang memperkerjakan kurang dari 500 orang, yang
di negara tersebut masuk dalam kategori Usaha Mikro Kecil Menengah (UKM).
Negara adidaya tersebut memiliki jumlah UKM mencapai sedikit di atas 99% dari
jumlah UKM dari jumlah unit usaha dari semua kategori. Perusahaan-perusahaan
tersebut merupakan inti dari basis insutri di AS.
Selama ini perkembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM)3 di
Indonesia mendapat perhatian serius baik dari pemerintah maupun kalangan
masyarakat luas, terutama karena kelompok unit usaha tersebut menyumbang
sangat banyak kesempatan kerja dan oleh karena itu menjadi salah satu sumber
penting bagi penciptaan pendapatan. Berkaitan dengan gender, UKM menurut
Tambunan (2002) di negara-negara berkembang/miskin, termasuk Indonesia
banyak perempuan melakukan kegiatan ekonomi di luar rumah seperti menjadi
pedagang kecil, pemilik warung dan membantu laki-laki mengelola usaha rumah
tangga semata-mata untuk menambah pendapatan keluarga.
Perempuan pengusaha mempunyai peranan yang sangat penting dalam
pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Berdasarkan data Kementrian Koperasi dan
Usaha Kecil Menengah (KUKM) seperti dikutip Hubeis (2010) menerangkan di
Indonesia usaha yang dikelola perempuan mewakili 60% dari sekitar 30 juta
UKM di Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS 2009)
menjelaskan terdapat 3,9 juta perempuan angkatan kerja yang termasuk
pengangguran dan tidak mandiri secara ekonomi. Perempuan pekerja dalam sektor
ekonomi sebesar 72%, 28% bekerja pada sektor non-pertanian dan 19,63%
bekerja di sektor informal. Data IWAPI (Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia)
dalam Hubeis (2010) menunjukkan sebanyak 86% dari 16.000 anggotanya adalah
pemilik usaha mikro dan kecil, usaha menengah (2%), dan usaha besar (13%).
Kampoeng Wisata Bisnis Tegalwaru (KWBT) terletak di Kampung
Pulekan Desa Tegalwaru Kabupaten Bogor. Kampoeng Wisata Bisnis Tegalwaru
1

Harsono, dkk. 2007
Http:www.republika.co.id
3
Selanjutnya penulis menyebut sebagai UKM
2

3
(KWBT) merupakan UKM yang dikelola berbasis rumahtangga. Tas merupakan
komoditas utama UKM ini. Laki-laki dan isteri dalam praktek produksinya
memiliki perannya masing-masing. Analisis terhadap relasi gender antara laki-laki
perempuan dalam produksi UKM penting untuk dikaji keterkaitannya dengan
keberhasilan UKM Desa Tegalwaru.

Masalah Penelitian
Peran serta perempuan di bidang ekonomi memiliki kontribusi yang
positif terhadap penghasilan rumahtangga. Stereotipe dan bias gender yang masih
kuat di masyarakat menjadi salah satu faktor penting rendahnya tingkat partisipasi
perempuan dalam kontribusi ekonomi. Masalah penelitian pertama adalah,
apakah ideologi gender mempengaruhi relasi gender di Usaha Kecil dan
Menengah Desa Tegalwaru dan apakah karakteristik individu memiliki
pengaruh terhadap relasi gender di Usaha Kecil dan Menengah Desa
Tegalwaru?.
Untuk mengetahui sejauh mana ketercapaian tujuan dari UKM tersebut
dalam mensejahterakan anggotanya maka akan dilihat apakah relasi gender
mempengaruhi keberhasilan UKM Desa Tegalwaru?.

Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah:
1. Menganalisis karakteristik individu anggota UKM Tegalwaru sebagai faktor
yang berpengaruh terhadap relasi gender.
2. Menganalisis ideologi gender sebagai faktor yang berpengaruh terhadap relasi
gender.
3. Menganalisis relasi gender dalam UKM Tegalwaru sebagai faktor yang
mempengaruhi keberhasilan UKM dalam mensejahterakan anggotanya.

Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pembuat
kebijakan yaitu pemerintah ataupun masyarakat dalam melakukan rancangan
pemberdayaan perempuan dan laki-laki dalam Usaha Kecil dan Menengah yang
sadar gender baik masyarakat umum maupun pelaku usaha ini. Bagi kalangan
akademis, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian lebih lanjut
mengenai studi gender dalam industri kecil di pedesaan pada kasus industri
kerajinan tas. Sedangkan bagi peneliti merupakan sarana untuk menerapkan
beragam konsep, teori dan pendekatan mengenai studi gender.

3

4

PENDEKATAN TEORITIS

Tinjauan Pustaka
Konsep Gender
Gender adalah suatu konsep yang merujuk pada suatu sistem peranan dan
hubungan antara laki-laki dan perempuan yang tidak ditentukan oleh perbedaan
biologis, akan tetapi oleh lingkungan sosial budaya, politik dan ekonomi. Gender
mengacu pada perbedaan peran sosial serta tanggungjawab perempuan dan lakilaki pada perilaku dan karakteristik yang dipandang tepat untuk perempuan dan
laki-laki dan pada pandangan tentang bagaimana beragam kegiatan yang mereka
lakukan seharusnya dinilai dan dihargai. Gender juga mengacu pada hubungan
antara perempuan dan laki-laki pada sanksi sosial peranan yang berlaku untuk tiap
seks/jenis kelamin (Hubeis 2010).
Pendapat Wood (2001) sebagaimana di kutip oleh Mugniesyah (2006)
gender merupakan suatu bentukan atau suatu konstruksi sosial mengenai
perbedaan peran, fungsi, serta tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan
serta bagaimana laki-laki berperilaku maskulin dan perempuan berperilaku
feminin menurut budaya yang berbeda-beda. Secara lebih luas analisis yang
mempengaruhi diantaranya: akses dan kontrol, partisipasi, dan pembagian kerja
antara laki-laki dan perempuan. Gender mengacu pada perbedaan peran sosial
serta tanggungjawab perempuan dan laki-laki pada perilaku dan karakteristik yang
dipandang tepat untuk perempuan dan laki-laki dan pandangan tentang bagaimana
beragam kegiatan yang mereka lakukan seharusnya dinilai dan dihargai.
Hubeis (2010), menjelaskan lebih dalam mengenai gender differences
yaitu himpunan perbedaan dari atribut-atribut sosial, karekteristik, perilaku,
penampilan, cara berpakaian, harapan, peranan dan lain-lain yang dirumuskan
untuk perseorangan menurut ketentuan kelahiran (jenis kelamin). Kekeliruan
penafsiran yang acapkali terjadi terutama dalam lingkup kajian ilmu pengetahuan,
atribut perbedaan gender lebih banyak dilihat sebagai kategori yang alami dan
karenanya penjelasan yang bersifat biologis lebih cocok dan perlu untuk
dilakukan. Analisis peran gender adalah pengkajian sistematik tentang peran,
relasi sosial dan prosesnya yang difokus pada ketidaksetaraan dalam kekuasaan,
kekayaan dan beban kerja antara perempuan dan laki-laki dalam keseluruhan
masyarakat.
Istilah gender merupakan penafsiran tentang perbedaan fungsi, peranan,
tanggungjawab antara laki-laki dan perempuan yang terbentuk sejak lama di
masyarakat mengikuti perkembangan zaman dan juga lingkungan sehingga
menjadi suatu kebudayaan yang seringkali mempengaruhi manusia di dalamnya
(laki-laki dan perempuan). Gender merupakan hasil konstruksi sosial suatu
masyarakat, tercipta dalam jangka waktu yang panjang dan dalam lingkup
masyarakat tertentu sehingga akan berbeda hasilnya antara satu masyarakat
dengan lainnya dan berbeda antara satu generasi dengan generasi yang lainnya.
Sebagai contoh, perempuan pada zaman dulu dianggap tidak pantas jika
mengenakan atribut laki-laki (celana panjang) dan melakukan pekerjaan yang

5
umumnya dilakukan laki-laki, namun saat ini menggunakan celana panjang
menjadi suatu ciri dari perempuan modern sebagai perempuan yang aktif. Peran
gender dapat berubah sesuai dengan ubahan tatanan sosial, ekonomi di tingkat
lingkungan masyarakat dan kesepakatan bersama untuk perseorangan atau
keluarga (Hubeis 2010).
Sajogyo (1983) menjabarkan pembagian pekerjaan antara suamiperempuan, laki-laki dan perempuan merupakan pola hubungan dimana
kekuasaan menyertai hubungan antara laki-laki dan perempuan. Pada pola
hubungan ini, perempuan diketahui dan diakui memiliki peranan dalam pekerjaan
rumah tangga (domestik). Pekerjaan domestik diserahkan kepada wanita karena
golongan ini dianggap cocok dan dapat diandalkan demi kepentingan seluruh
anggota rumahtangganya. Laki-laki lebih dititikberatkan pada pekerjaan di sektor
publik yaitu di bidang produksi. Perempuan dalam hal ini memiliki peran sebagai
“manajer” dan bukan sebagai kepala dalam organisasi perekonomian
rumahtangga. Secara sederhana kegiatan domestik, pekerjaan kerumahtanggaan,
seperti: merawat dan mendidik anak, menyiapkan makan untuk keluarga,
memberikan cinta kasih pada keluarga, sedangkan kegiatan publik pekerjaan di
luar kerumahtanggaan seperti: mencari nafkah.
Kemajuan dan keberhasilan peningkatan kedudukan dan peranan wanita
di berbagai bidang kehidupan dan dalam segenap kegiatan pembangunan,
mencerminkan persamaan kedudukan, hak, kewajiban, peranan dan kesempatan
antara perempuan dan laki-laki. Hal ini sesuai dengan falsafah dan budaya bangsa
yang senantiasa mengarah pada terwujudnya kesetaraan/kesejajaran yang selaras,
serasi dan seimbang antara laki-laki dan perempuan. Kemitrasejajaran yang
harmonis antara laki-laki dan perempuan merupakan kondisi dinamis, dimana
kesamaan hak, kewajiban, kedudukan, peranan, dan kesempatan yang dilandasi
sikap saling menghormati, saling menghargai, saling membantu dan saling
mengisi dalam pembangunan di segala bidang (KMNUPW 1995).
Keadilan gender (gender equity) merupakan proses untuk berlaku adil
pada perempuan. Untuk memastikannya adanya keadilan, penilaian harus selalu
tersedia untuk mengkompensasi kultur dan sejarah yang tidak menguntungkan
dan menghambat laki-laki dan perempuan untuk berperan selain dari peran yang
menghasilkan suatu keadilan gender. Pada proses selanjutnya, proses keadilan
melalui keadilan diharapkan dapat menuntun kearah kondisi kesetaraan antara
laki-laki dan perempuan. Kesetaraan gender (gender equality) mengarah pada
perempuan dan laki-laki menikmati status yang sama, dan memiliki kondisi dan
potensi yang sama untuk merealisasikan hak-haknya sebagai manusia dan
berkontribusi pada pembangunan nasional (Hubeis 2010).
International Labour Organization (2001) dalam Mugniesyah (2007)
seperti dikutip Efriani (2009) mendefinisikan mengenai keadilan dan kesetaraan
gender. Keadilan gender (gender equity) diartikan sebagai keadilan perlakuan bagi
laki-laki dan perempuan berdasar pada kebutuhan-kebutuhan mereka, mencakup
perlakuan setara atau perlakuan yang berbeda tetapi dalam koridor pertimbangan
kesamaan dalam hak-hak, kewajiban, kesempatan-kesempatan dan manfaat.
Sedangkan kesetaraan gender (gender equality) adalah suatu konsep yang
menyatakan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki kebebasan untuk
mengembangkan kemampuan personal mereka dan membuat pilihan-pilihan tanpa

6
pembatasan oleh seperangkat stereotipe, prasangka, dan peranan gender yang
kaku.
Ideologi Gender
Ideologi dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) diartikan sebagai
kumpulan konsep bersistem yang dijadikan dasar pendapat (kejadian) yang
memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup. Ideologi dalam KBBI
juga diartikan sebagai cara berpikir seseorang atau suatu golongan. Soekanto
(1990) menyatakan bahwa secara umum ideologi sebagai kumpulan gagasan, ide,
keyakinan, kepercayaan yang menyeluruh dan sistematis, yang menyangkut
bidang politik, sosial, kebudayaan, dan agama.
Menurut Kroska dan Elman (2008) dalam Siwi (2004) ideologi gender
merupakan sikap mengenai peran, hak, dan tanggung jawab yang tepat antara
wanita dan pria dalam masyarakat. Gender sendiri pertama kali dirumuskan oleh
Rubin (1975) yang dikutip Kementrian Negara Urusan Peranan Wanita (1995),
didefinisikan sebagai rekayasa sosial, tidak bersifat universal dan memiliki
identitas yang berbeda-beda yang dipengaruhi baik oleh faktor ideologi, politik,
ekonomi, sosial, budaya, adat istiadat, agama, etnik, golongan, maupun faktor
sejarah, waktu dan tempat serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknlogi. Gender
adalah suatu konsep yang merujuk pada suatu sistem peranan hubungan antara
laki-laki dan perempuan yang ditentukan oleh pembedaan biologis, akan tetapi
oleh lingkungan sosial-budaya, politik dan ekonomis (Hubeis 2010).

Analisis Gender
Strategi pembangunan yang lebih berkeadilan gender menjelma dalam
berbagai model usaha peningkatan peran perempuan. Terdapat tiga model
pendekatan utama sebagai penjabaran strategi peningkatan peran perempuan
dalam pembangunan; pertama pengentasan kemiskinan; kedua pendekatan
efisiensi dan ketiga sebagai pendekatan pemberdayaan. Gender seperti
dikemukakan oleh Gayle Rubin (1975) dalam Kementrian Negara Urusan Peranan
Wanita (1995) adalah “Social construction and codification of differences between
the sexes and refers to social relationships between women and men”. Gender
yang merupakan rekayasa sosial, tidak bersifat universal, dan memiliki identitas
yang berbeda-beda yang dipengaruhi oleh faktor-faktor ideologi, politik, ekonomi,
sosial, budayam adat istiadat, agama, etnik, golongan, maupun faktor sejarah,
waktu, tempat serta kemajuan ilmu pengetahuandan teknologi. Upaya peningkatan
peranan wanita dalam pembangunan akan sangat terbatas hasilnya, apabila
perhatian hanya ditujukan kepada wanita saja tanpa adanya perhatian kepada
hubungan antara laki-laki dan perempuan.
Guna mencegah terjadinya kesenjangan dan ketimpangan akibat adanya
perbedaan peran antara laki-laki dan perempuan maka sesuai dengan falsafah
Pancasila dan nilai lihur budaya bangsa Indonesia, perlu adanya perwujudan dan
kepemilikan identitas gender yang mencerminkan wawasan kemitraan yang
sejajar, serasi dan seimbang antara laki-laki dan perempuan. Untuk itu, dalam
upaya mengetahui latar belakang kondisi dan masalah yang menjadi penyebabnya

7
maka digunakan teknik analisis gender. Di Indonesia, teknik analisis gender
digunakan untuk mengetahui kesenjangan serta ketimpangan kedudukan dan
peranan antara laki-laki dan perempuan dalam proses pembangunan (KMNUPW
1995).
Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah-Lembaga Ilmu dan
Pengetahuan Indonesia (1999) dalam Efriani (2009) menjelaskan mengenai
analisis gender sebagai suatu teknik analisis yang memiliki peran penting dalam
upaya penyusunan kebijakan dan strategi sektoral yang mengintegrasikan aspirasi,
kepentingan dan peranan wanita di sektor yang bersangkutan. Beberapa unsur
yang menjadi dasar analisis gender adalah pembagian kerja (alokasi waktu) lakilaki dan perempuan, akses (peluang) dan kontrol (penguasaan) terhadap
sumberdaya, pastisipasi dalam kegiatan sosial budaya. Analisis gender dalam
pembangunan secara nyata turut berfungsi untuk mengurangi terjadinya
pemborosan pembangunan.
Analisis gender merupakan rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk
menetapkan atau merumuskan persoalan gender yang terjadi di setiap wilayah
(Supiandi 2008). Oleh karena itu diperlukan pengidentifikasian secara rinci dari
masing-masing wiayah agar setiap progam dapat berjalan dengan baik. Puspitawai
(2010) mengemukakan beberapa teknik analisis gender seperti dikutip dari Kantor
Pemberdayaan Perempuan (2004) sebagai berikut.
1.

Teknik Analisis Harvard
Teknik ini sering disebut sebagai gender framework analysis (GFA),
yaitu suatu analisis yang digunakan untuk melihat suatu profil gender dari suatu
kelompok sosial dan peran gender dalam proyek pembangunan. Teknik analisis
ini dirancang sebagai landasan untuk melihat suatu profil gender dari suatu
kelompok sosial. Kerangka ini tersusun dari tiga elemen pokok, yaitu:
a) Profil aktivitas (kegiatan) berdasarkan pada pembagian kerja gender (siapa
mengerjakan apa, di- dalam rumahtangga dan masyarakat), yang memuat
daftar tugas perempuan dan laki-laki sehingga memungkinkan untuk dilakukan
pengelompokan menurut umur, etnis, kelas sosial tertentu, dimana dan kapan
tugas-tugas tersebut dilakukan.
Moser (1993) sebagaimana dikutip oleh Mugniesyah (2006)
mengemukakan adanya tiga kategori peranan gender yaitu: (1) Peranan
produktif, yakni peranan yang dikerjakan perempuan dan laki-laki untuk
memperoleh bayaran atau upah secara tunai atau sejenisnya. Termasuk
produksi pasar dengan suatu nilai tukar, dan produksi rumahtangga/ subsisten
dengan nilai guna, tetapi juga suatu nilai tukar potensial. Contohnya: kegiatan
bekerja baik di sektor formal maupun informal. (2) Peranan reproduktif, yakni
peranan yang berhubungan dengan tanggung jawab pengasuhan anak dan
tugas-tugas domestik yang dibutuhkan untuk menjamin pemeliharaan dan
reproduksi tenaga kerja yang menyangkut kelangsungan tenaga. Contoh:
melahirkan, memelihara dan mengasuh anak, mengambil air, memasak,
mencuci, membersihkan rumah, memperbaiki baju dan lain sebagainya. (3)
Peranan pengelolaan masyarakat dan politik. Peranan ini dibedakan ke dalam
dua kategori berikut: (a) Peranan pengelolaan masyarakat (kegiatan sosial),
yang mencakup semua aktivitas yang dilakukan dalam tingkat komunitas
sebagai kepanjangan peran reproduktif, bersifat sukarela (volunteer) dan tanpa

8
upah. (b) Pengelolaan masyarakat politik, yakni peranan yang dilakukan pada
tingkat pengorganisasian komunitas pada tingkat formal secara politik,
biasanya dibayar (langsung ataupun tidak langsung) dan meningkatkan
kekuasaan atau status.
Selanjutnya Moser (1993) dalam Mugniesyah (2006) menjelaskan
Pembagian kerja dalam Rumahtangga maupun komunitas (masyarakat) pada
umumnya dapat dilihat dari profil kegiatannya. Profil kegiatan ini mencakup
informasi: siapa (laki-laki, perempuan atau bersama) yang melakukan kegiatan
(produktif, reproduktif, sosial), kapan dan dimana kegiatan dilaksanakan serta
berapa frekuensi dan waktu dibutuhkan untuk melakukan kegiatan tersebut,
berapa pendapatan yang dihasilkan melalui kegiatan tersebut.
b) Profil akses dan kontrol, merinci sumber-sumber apa yang sikuasai oleh lakilaki dan perempuan untuk melaksanakan kegiatannya dan manfaat apa yang
diperoleh oleh setiap orang dari hasil kegiatan tersebut. Profil ini
memperlihatkan siapa yang memiliki akses terhadap sumberdaya dan kontrol
atas penggunaannya, selanjutnya diidentifikasi, disusun dalam daftar apakah
perempuan dan laki-laki mempunyai akses atau tidak kepada sumberdaya dan
kontrol atas penggunaannya.
c) Analisis siklus proyek; terdiri dari penelaahan proyek berdasarkan data yang
diperoleh dari analisis terdahulu, dengan menanyangkan kegiatan-kegiatan
yang akan dipengaruhi oleh proyek dan bagaimana permasalahan akses,
kontrol terkait dengan kegiatan-kegiatan tersebut.
d) Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan, akses dan kontrol;
berpusat pada faktor-faktor dasar, yang menentukan pembagian kerja
berdasarkan gender. Pengertian tentang kecenderungan-kecenderungan
pertumbuhan ekonomi dan perkembangan sosial budaya turut diperhitungkan
dalam analisis ini.
2.

Teknik Analisis Moser
Teknik Analisis Moser disebut juga sebagai Kerangka Moser didasarkan
pada pendapat bahwa perencanaan gender bersifat teknis dan politis. Kerangka ini
mengasumsikan adanya konflik dalam proses perencanaan dan proses
transformasi serta mencirikan perencanaan sebagai suatu “debat”. Tujuan dari
kerangka pemikiran Moser ini adalah:
1. Mengarahkan perhatian ke cara dimana pembagian pekerjaan berdasarkan
gender mempengaruhi kemampuan perempuan untuk berpartisipasi dalam
intervensi-intervensi yang telah direncanakan.
2. Membantu perencanaan untuk memahami bahwa kebutuhan-kebutuhan
perempuan adalah seringkali berbeda dengan kebutuhan laki-laki.
3. Mencapai kesetaraan gender dan pemberdayaan melalui pemberian
perhatian kepada kebutuhan-kebutuhan gender strategis.
4. Memeriksa dinamika akses kepada kontrol dan kontrol pada penggunaan
sumberdaya antara perempuan dan laki-laki dalam berbagai konteks
ekonomi dan budaya yang berbeda-beda.
5. Memadukan gender kepada semua kegiatan perencanaan dan prosedur.
Alat-alat analisis gender dari Moser antara lain identifikasi peranan
gender bertujuan untuk memastikan nilai yang sama untuk kerja perempuan dan
laki-laki dalam pembagian kerja gender pada saat sekarang; penilaian kebutuhan

9
gender bertujuan untuk menilai kebutuhan-kebutuhan itu yang berhubungan
dengan ketidaksetaraan antara laki-laki dan perempuan; serta data bukan
keseluruhan pada tingkat rumahtangga digunakan untuk memastikan identifikasi
kontrol pada sumberdaya dan wewenang untuk membuat keputusan dalam
rumahtangga. Alat implementasi perencanaan gender dari Moser yaitu
perencanaan yang berhubungan secara intersektoral, matrik kebijakan WID/GAD,
serta perencanaan partisipasi gender.
3.

Teknik Analisis Longwe
Pemberdayaan yang mensyaratkan suatu transformasi struktur-struktur
yang mensubordinasi dan telah menindas wanita. Perubahan hukum/aturan,
institusi sosial dan legal yang melindungi kontrol dan previlege laki-laki
merupakan hal yang sangat penting jika wanita ingin memperoleh keadilan dalam
masyarakat. Selain itu pemberdayaan diberi batasan luar sebagai penguasaan atas
aset material, sumber-sumber intelekual dan ideologi. Pendekatan pemberdayaan
mengandung makna bahwa model perubahan harus dihasilkan oleh wanita sendiri,
ketidakberhasilan mempertimbangkan penemuan sebagai individu dengan
kebutuhan, hak dan kemampuan khusus hanya akan mengakibatkan peningkatan
beban kerja dan tingkat ketegangan wanita dan bukannya perbaikan status dan
pilihan mereka (Handayani dan Sugiarti 2002).
Teknik analisis Pemberdayaan Longwe seperti dikutip oleh Handayani
dan Sugiarti (2002) merupakan teknik yang digunakan dalam setiap siklus proyek
untuk memahami isu wanita dalam implementasi program, mulai kebutuhan
sampai dengan evaluasi program. Dalam teknik Analisis Pemberdayaan Longwe
terdapat lima dimensi analisis, yaitu ”kesejahteraan, akses, kesadaran kritis,
partisipasi dan kontrol”. Kelima dimensi tersebut saling berkaitan dan melengkapi
di dalam pelaksanaan setiap kegiatan. Adapun lima dimensi teknik analisis
pemberdayaan Longwe adalah sebagai berikut :

1. Dimensi Kesejahteraan
Dimensi ini merupakan tingkat kesejahteraan material yang diukur dari
tercukupinya kebutuhan dasar, seperti makanan, penghasilan, perumahan
dankesehatan. Dalam menganalisis suatu kegiatan pembangunan, dimensi
kesejahteraan diukur dengan cara melihat tingkat kesejahteraan antara wanita dan
laki-laki, artinya apakah program pembangunan telah memberikan kesejahteraan
baik wanita maupun laki-laki.
2. Dimensi Akses
Kesenjangan gender terlihat dari adanya perbedaaan akses antara wanita
dan laki-laki terhadap sumberdaya dan rendahnya akses terhadap sumber daya.
Hal ini menyebabkan produktivitas wanita cenderung lebih rendah daripada lakilaki. Selain itu wanita lebih banyak diberi tanggungjawab untuk melaksanakan
semua pekerjaan domestik, sehingga tidak mempunyai cukup waktu untuk
meningkatkan kemampuan dirinya. Dimensi ini untuk menganalisis bagaimana
wanita dan laki-laki dapat mengakses suatu program pembangunan, sehingga
tidak menyebabkan terjadinya diskriminasi dalam pelaksanaan suatu program
pembangunan.

10
3. Dimensi Kesadaran Kritis
Kesenjangan terjadi karena adanya anggapan bahwa posisi sosial
ekonomi wanita lebih rendah daripada laki-laki dan pembagian kerja gender
adalah bagian tatanan abadi. Dimensi ini untuk melihat sejauh mana peran-peran
wanita yang terlibat dalam kegiatan pembangunan, sehingga terjadi kesetaraan
antara wanita dan laki-laki dalam mengikuti kegiatan pembangunan.
4. Dimensi Partisipasi
Aspek partisipasi adalah keterlibatan atau keikutsertaan aktif wanita
mulai dari penetapan kebutuhan, formulasi proyek, implementasi, monitoring dan
evaluasi. Dimensi ini untuk melihat bagaimana keterlibatan wanita dalam suatu
kegiatan pembangunan karena di dalam suatu proyek pembangunan, wanita hanya
dilibatkan dalam keanggotaan atau pemanfaat/objek pembangunan, sedangkan
dalam penentuan kebutuhan sampai dengan evaluasi kurang dilibatkan.
5. Dimensi Kontrol
Kesenjangan gender terjadi dari adanya hubungan kuasa yang timpang
antara wanita dan laki-laki baik di tingkat rumah tangga maupun komunitas.
Dimensi ini untuk melihat sejauh mana wanita mempunyai kekuasaan dalam
pengambilan keputusan, artinya wanita mempunyai kekuasaan yang sama dengan
laki-laki dalam pengambilan keputusan.
Setiap dimensi bergerak meningkat dari setiap tahap ke tahap berikutnya.
Hal tersebut menunjukkan pencapaian aspek pemberdayaan wanita dalam
mengikuti suatu program pembangunan. Analisis pemberdayaan Longwe
digunakan pula pada setiap siklus proyek dan evaluasi program pembangunan
serta melihat derajat sensitivitas terhadap isu-isu wanita, yaitu dengan menilai
negatif, netral atau positif (Handayani & Sugiarti 2002).

Konsep Usaha Kecil dan Menengah
Konsep dan Definisi UKM
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan bagian terbesar dari
pelaku bisnis di Indonesia yang mempunyai peranan penting dan strategis dalam
pembangunan struktur perekomian nasional. Usaha Mikro Kecil dan Menengah
tergolong dalam usaha yang marginal, yang antara lain diindikasi dengan
penggunaan teknologi yang relatif sederhana, keterbatasan modal dan terkadang
akses terhadap kredit yang rendah serta cenderung berorientasi dengan pasar lokal
(Hubeis 2010).
Definisi dan konsep UKM berbeda setiap negara. Oleh karena itu, sulit
membandingkan pentingnya atau peran UKM antar negara. Sebuah Usaha mikro
lebih kurang memperkerjakan lima orang atau kurang sebagai tenaga kerja
tetapnya, meskipun dalam kategori ini banyak pekerja yang tidak di gaji dan
dalam literatur sering disebut sebagai self-employment. Usaha Kecil dan
Menengah seperti di Indonesia dapat berkisar antara 100 pekerja. Selain
menggunakan jumlah pekerja, banyak negara yang juga menggunakan aset nilai
tetap (tidak termasuk gedung dan tanah) dan keuntungan.

11

Tabel 1 Definisi UKM di Indonesia dan beberapa negara sedang berkembang di
Asia
Tenaga
Hasil Penjualan Nilai Kekayaan
Negara
Kerja
Tahunan
bersih/aset
Indonesia
a)
UMI
≤4
UK
5-19
UM
20-99
b)
UMI
≤ Rp 300 jt
≤ Rp 50 jt
SE
> Rp 300 jt- ≤
> Rp 50 jt-≤ Rp
ME
2500 jt
500jt
>Rp2500 jt-≤Rp
> Rp 500jt-≤ Rp
50m
10m
Filipina
≤9
≤ P3jt
UMI – manufaktur
10-99
>P3jt- P 15 jt
UK manufaktur
100-199
> P15 jt-P 100 Jt
UM manufaktur
China
UMI
0-5
UK – manufaktur
< 300
< 30 jt RMB
< 40 jt RMB
Konstruksi
< 600
_,,_
_,,_
Grosir
< 100
_,,_
Eceran
_,,_
< 10 jt RMB
Transportasi
< 500
< 30 jt RMB
Pos
< 400
_,,_
Hotel dan restauran
_,,_
_,,_
UM – manufaktur
300-3000 30 jt- 300 jt RMB 40 jt-400 jt RMB
Konstruksi
600-3000
_,,_
_,,_
Grosir
100-200
_,,_
Eceran
100-500 10 jt- 150 jt RMB
Transportasi
500-3000 30 jt- 300 jt RMB
Pos
400-1000
_,,_
Hotel dan restauran
400-800 30 jt-150 jt RMB
India
≤ 2,5 jt, INR
UMI – Manufaktur
2,5 jt- < 50 jt INR
UK _,,_
50 jt – 100 jt INR
UM _,,_
≤ 1 jt INR
UMI - Jasa
1 jt - < 20jt INR
UK - _,,_
20 jt – 50 jt INR
UM - _,,_
Catatan : a) tidak termasuk aset-aset tetap; b) tidak terbatas pada kerajinan
Sumber : Tambunan 2009
Ket: UMI= Usaha Mikro; UK
= Usaha Kecil; UM= Usaha Menengah

12
Peran UKM

Dari perspektif dunia diakui bahwa usaha kecil dan menengah (UKM)
memainkan suatu peran yang sangat vital di dalam pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi, tidak hanya di negara-negara sedang berkembang (NSB),
tetapi juga di negara-negara maju (NM). Di negera berkembang, UKM sangat
penting tidak hanya karena kelompok usaha tersebut mampu menyerap tenaga
kerja lebih banyak dibandingkan dengan usaha besar (UB) seperti halnya di
negara sedang berkembang, tetapi di beberapa negara memiliki kontribusi yang
besar terhadap pembentukan atau pertumbuhan produk domestik bruto (PDB)
paling besar dibandingkan dengan usaha besar (Tambunan 2009).
Di negara sedang berkembang seperti Asia, Afrika dan Amerika Latin,
UKM juga berperan sangat penting, khususnya dari perspektif kesempatan kerja
dan sumber pendapatan bagi kelompok miskin, distribusi pendapatan dan
pengurangan kemiskinan, dan pembangunan ekonomi pedesaan. Namun, jika
dilihat dari sumbangannya terhadap pembentukan PDB dan ekspor nonmigas,
khususnya produk-produk manufaktur dan inovasi serta pengembangan teknologi,
peran UKM masih tergolong sangat rendah (Tambunan 2009).
Perkembangan UKM diakui secara luas di negera-negara sedang
berkembang, memiliki peran-peran penting karena karakteristiknya yang berbeda
dengan usaha besar. Peluang UKM dapat dilihat dari adanya kuantitas perusahaan
yang lebih banyak jika dibandingkan dengan usaha besar. Usaha kecil menyebar
di seluruh wilayah Indonesia termasuk wilayah yang terisolasi. Oleh karena itu,
kelompok ini memiliki signifikansi “lokal” yang khusus untuk ekonomi pedesaan.
Dalam kata lain, kemajuan pembangunan ekonomi pedesaan sangat ditentukan
oleh kemajuan pembangunan UKM-nya.
Tambunan (2009) menjabarkan UKM memiliki karakteristik sebagai
usaha yang padat karya. Hal ini dapat diartikan UKM memiliki suatu potensi
pertumbuhan kesempatan kerja yang besar, pertumbuhan UKM dapat dimasukkan
sebagai suatu elemen penting dari kebijakan-kebijakan nasional untuk
meningkatkan kesempatan kerja dan menciptakan pendapatan khususnya bagi
masyarakat miskin. Hal ini juga dapat menjelaskan pertumbuhan UKM menjadi
sektor yang semakin penting di perdesaan terutama negara-negara sedang
berkembang seperti Indonesia. Wilayah pedesaan yang mengalami stagnasi di
sektor pertanian atau sudah tidak mampu lagi menyerap pertumbuhan tahunan
dari penawaran tenaga kerja di pedesaan. Peran lain dari UKM selain memiliki
kelebihan sebagai usaha yang padat karya, juga merupakan usaha yang memiliki
“teknologi tepat guna” atau memiliki teknologi-teknologi yang lebih “cocok” jika
dibandingkan dengan teknologi modern yang umumnya dipakai oleh perusahaanperusahaan atau usaha besar lainnya. Proporsi-proporsi dari faktor-faktor produksi
dan kondisi lokal yang ada di negara sedang berkembang, juga sangat mendukung
antara lain ketersediaan sumberdaya alam dan tenaga kerja berpendidikan rendah
yang masih sangat melimpah.
Tambunan (2009) menjelaskan lebih lanjut mengenai peran UKM yang
mampu dijadikan sebagai suatu titik permulaan bagi mobilisasi tabungan/investasi
di pedesaan dan mampu dijadikan sebagai tempat untuk pengujian dan
peningkatan kemampuan berwirausaha dari orang-orang desa. Pada umumnya,

13
pengusaha-pengusaha UKM membiayai sebagian dari operasi-operasi bisnis
mereka dengan tabungan pribadi, ditambah dengan bantuan dari kerabat atau dari
pemberi kredit-kredit informal. Barang-barang konsumsi yang menjadi pasar bagi
utama UKM adalah barang-barang konsumsi sederhana dengan harga relatif
murah. Berry (2001) dalam Tambunan (2009) menyebutkan kelompok usaha
UKM ini sangat penting dalam industri-industri yang tidak stabil atau ekonomiekonomi yang menghadapi perubahan-perubahan kondisi pasar yang cepat seperti
krisis moneter di Indonesia dan Asia Tenggara.

Karakteristik UKM
Aspek-aspek pembeda antara UKM dan UB antara lain orientasi pasar,
profil dari pemilik usaha, sifat dari kesempatan kerja di dalam perusahaan, sistem
organisasi dan manajemen yang diterapkan di dalam usaha, derajat mekanisme di
dalam proses produksi, sumber-sumber bahan bakudan modal serta lokasi tempat
usaha, hubungan dan derajat keterlibatan wanita sebagai pengusaha (Tambunan
2009).
Motivasi menjadi suatu faktor penting dalam menjalankan usaha UKM.
Laporan BPS (2006) menyebutkan ada perbedaan antara UMI, UK, dan UM
dalam latar belakang atau motivasi pengusaha melakukan usaha. Pengusaha mikro
di Indonesia mempunyai latar belakang ekonomi yakni untuk mendapatkan
penghasilan. Selain itu, faktor keturunan menjadi salah satu faktor yang menjadi
alasan utama pengusaha melakukan usaha.

Tabel 2 Jumlah UKM menurut