Penerapan metode pembelajaran PQ4R (Preview, question, Read, Reflect, Review) dalam meningkatkan hasil belajar siswa :penelitian tindkan kelas di SMPN 3 Tangerang Selatan

(1)

SELATAN)

Oleh : DINA MAYASARI NIM: 107015001969

JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2011


(2)

(3)

(4)

(5)

i

Hasil Belajar Siswa pada Materi Permintaan dan Penawaran. Program Studi Sosiologi Antropologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII. 1 SMPN 3 Tangerang Selatan tahun pelajaran 2010/2011. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dan mengetahui respon siswa terhadap penerapan metode pembelajaran PQ4R. Instrumen yang digunakan berupa tes dan nontes. Indikator keberhasilan pada penelitian ini adalah: ketuntasan belajar kelas dan peningkatan persentase siswa yang mendapat nilai minimal 65 mencapai 100% melalui penerapan metode pembelajaran PQ4R. Dari hasil penelitian dari siklus pertama ketuntasan belajar yang dicapai yaitu sebanyak 86, 8% dan siklus kedua sebanyak 100%. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada materi permintaan dan penawaran dapat meningkat melalui penerapan metode pembelajaran PQ4R. Siswa berharap agar metode PQ4R dapat digunakan pada materi IPS berikutnya.

Kata Kunci:


(6)

ii

Students’ Achievement in Understanding the Concept “Asking and Offering”. Strata I (S1) Departement of Education and Social Science, Faculty of Tarbiyah and Teachers Training Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, 2011.

The research is a classroom action research. The research has two cycles. Every cycle consists of planning, applying, observing and reflecting. The subjects of the research are students of the class 8.1 at SMPN 3 Tangerang Selatan of the year of 2010/2011. The aims of this research are in order to know the improvement of students’ learning results and to know the students’ response to the application of PQ4R learning method. In this research, researcher had use two instruments: the test and non test instruments. The success of the research was indicated by the success of the class completed the learning process and the increase numbers of students reaching minimum score of 65 up to 100%. In the first cycle that learning completeness of learning is 86, 8% and in the second cycle is 100% based on the result of the research, it can be concluded that social science bond PQ4R learning method. The students expect that the PQ4R method can be used for the next IPS concept.

Key word:


(7)

iii

rahmat dan hidayahNyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Penerapan Metode Pembelajaran PQ4R (Preview, Question, Read, Reflect, Recite, Review) dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa (Penelitian Tindakan

Kelas di SMPN 3 Tangerang Selatan)”. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada baginda Nabi besar Muhammad SAW, yang telah mendidik umatnya dengan tarbiyah keimanan, ilmu pengetahuan serta akhlakul karimah.

Skripsi ini tidak lepas dari banyak kekurangan dan kekeliruan. Untuk itu dibutuhkan masuka-masukan dari berbagai pihak khususnya dosen pembimbing untuk dapat membantu memperbaiki dan merevisi kesalahan dalam skripsi ini agar dapat diselesaikan dengan baik dan benar.

Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari beberapa pihak yang telah membantu sehingga dalam kesempatan ini, izinkanlah penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

2. Bapak Drs. H. Nurochim, M.M Ketua Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

3. Bapak Drs. H. Syaripulloh, M.Si dan Ibu Maila Dinia Husni Rahim, MA, S.Pd dosen pembimbing Skripsi yang telah berkenan meluangkan waktu dan memberikan ilmu untuk memberikan pengarahan.

4. Ibu Nita Marginingsih, S. Pd dan Bapak Drs. Muhammad Sholeh guru pamong mata pelajaran IPS di SMPN 3 Tangerang Selatan.

5. Bapak Ujang Basarudin dan Ibu Mimi Mardiyah orang tua tercinta yang

selalu mencurahkan do’a dan dukungannya baik secara moril maupun materil.


(8)

iv

7. Keluarga besarku yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terima kasih

atas dukungan dan do’anya.

8. Teman-teman Pendidikan IPS khususnya Prodi Sosiologi Antropologi Angkatan 2007.

9. Kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat untuk semua pihak yang dan dapat memberikan kontribusi dalam pendidikan.

Jakarta, September 2011

Penulis Dina Mayasari


(9)

v

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR BAGAN ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 9

C. Pembatasan Masalah ... 13

D. Perumusan Masalah... 13

E. Tujuan Penelitian ... 13

F. Manfaat Penelitian ... 14

BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti ... 15

1. Hakikat Pembelajaran IPS... 15

a. Pengertian ... 15

b. Karakteristik Pembelajaran ... 16

c. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran ... 17

2. Hakikat Metode PQ4R ... 18

a. Pengertian ... 18

b. Langkah-langkah ... 20

3. Hakikat Hasil Belajar ... 23


(10)

vi

4. Hakikat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ... 30

a. Pengertian ... 30

b. Langkah-langkah ... 31

c. Tujuan dan Manfaat... 32

B. Acuan Teori Rancangan-rancangan Alternatif atau Disain-disain Alternatif Intervensi Tindakan yang Dipilih... 33

1. Desain Alternatif Pertama ... 33

2. Desain Alternatif Kedua ... 34

C. Bahasan Hasil-hasil Penelitian yang Relevan ... 34

D. Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan ... 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 38

B. Metode dan Disain Intervensi Tindakan/Rancangan Siklus Penelitian ... 39

C. Subjek/Partisipan yang Terlibat dalam Penelitian ... 42

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ... 43

E. Tahapan Intervensi Tindakan ... 43

1. Pra Penelitian ... 43

2. Siklus I ... 44

3. Siklus II………46

4. Penulisan Laporan Penelitian ... 46

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan... 47

G. Data dan Sumber Data... 47

H. Teknik Pengumpulan Data ... 47

I. Instrumen Penelitian ... 47


(11)

vii

5. N-Gain ... 54

J. Analisis Data dan InterpretasiHasil Analisis ... 54

K. Tindak Lanjut/ Pengembangan Perencanaan Tindakan ... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Temuan Hasil Penelitian ... 58

1. Kegiatan Pendahuluan ... 58

2. Tindakan yang Dilakukan ... 60

B. Pembahasan ... 77

C. Keterbatasan Penelitian ... 74

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 75

B. Saran ... 76


(12)

viii

Tabel 2. 2 Desain Alternatif Pertama ... 33

Tabel 2. 3 Desain Alternatif Kedua... 34

Tabel 3. 1 Langkah-langkah Metode PQ4R ... 44

Tabel 3. 2 Hasil Uji Validitas Soal ... 51

Tabel 3. 3 Kriteria Reliabelitas Instrumen ... 52

Tabel 3. 4 Hasil Uji Reliabelitas Soal ... 52

Tabel 3. 5 Hasil Uji Tingkat Kesukaran... 53

Tabel 4. 1 Tindakan Siklus I ... 61

Tabel 4. 2 Perolehan Nilai Pretes Siklus I... 63

Tabel 4. 3 Perolehan Nilai Postes Siklus I ... 63

Tabel 4. 4 Tindakan Perbaikan Siklus I ... 65

Tabel 4. 5 Tindakan Siklus II ... 66

Tabel 4. 6 Perolehan Nilai Pretes Siklus II ... 68

Tabel 4. 7 Perolehan Nilai Postes Siklus II ... 69


(13)

ix

Bagan 3. 1 Model Penelitian Tindakan Kelas Menurut Kemmis dan Tenggart ... 40 Bagan 3. 2 Prosedur Singkat Penelitian ... 41


(14)

x

Lampiran 2 Lembar Kerja Siswa Menggunakan Metode PQ4R ... 107

Lampiran 3 Kartu Pertanyaan ... 124

Lampiran 4 Kisi-kisi Instrumen ... 125

Lampiran 5 Lemabar Observasi Aktivitas Siswa ... 142

Lampiran 6 Catatan Lapangan ... 150

Lampiran 7 Hasil Wawancara ... 158

Lampiran 8 Tes Hasil Belajar SiklusI ... 163

Lampiran 9 Tes Hasil Belajar SiklusII ... 167

Lampiran 10 Hasil Belajar Siklus I ... 172

Lampiran 11 Hasil Belajar SiklusII... 176

Lampiran 12 Tabel Distribusi Frekuensi Siklus I ... 180

Lampiran 13 Tabel Distribusi Frekuensi Siklus II ... 183

Lampiran 14 Data N-Gain Hasil Belajar ... 186

Lampiran 15 Profil Sekolah ... 189

Lampiran 16 Data Anates ... 190


(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia dilahirkan sebagai makhluk yang paling sempurna dibandingkan makhluk ciptaan Tuhan lainnya. Manusia memiliki akal pikiran dan kemampuan berinteraksi dengan manusia lain secara personal maupun sosial, manusia juga dilengkapi keadaan fisik yang menunjang untuk menjalankan aktivitas kehidupan dan untuk memenuhi kebutuhan oleh sebab itu manusia disebut sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.

Sebagai makhluk individu manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan sendiri yang harus dipenuhi agar bisa bertahan hidup. Sebagaimana teori yang telah disebutkan oleh Abraham Maslow tentang hirarki kebutuhan manusia bahwa manusia mempunyai hirarki kebutuhan yang harus dipenuhi yang pertama adalah kebutuhan fisiologis (kebutuhan makan, minum, pakaian, tempat tinggal), kebutuhan ini adalah kebutuhan yang paling mendasar yang harus dipenuhi oleh manusia agar dapat bertahan hidup. Setelah kebutuhan fisik terpenuhi meningkat kepada kebutuhan yang kedua yaitu kebutuhan rasa aman dan kepastian. Kebutuhan rasa aman menunjukkan bahwa manusia membutuhkan perlindungan diri dari keadaan yang dapat mengancam dirinya dan mampu membuat manusia merasa nyaman sehingga manusia membutuhkan rasa kepastian, dengan kepastian manusia akan merasa nyaman dan aman. Kebutuhan yang ketiga adalah


(16)

kebutuhan akan cinta dan hubungan antar manusia. Kebutuhan rasa cinta dan hubungan antar manusia menjadi kebutuhan pokok manusia setelah kebutuhan fisik dan rasa aman terpenuhi, karena sejatinya manusia adalah makhluk yang tidak dapat hidup sendiri, manusia membutuhkan orang lain dan membutuhkan teman. Manusia membutuhkan kasih sayang dari orang lain, mulai kasih sayang dari keluarga, lawan jenis dan masyarakat. Kebutuhan yang keempat adalah kebutuhan akan penghargaan dan pengakuan. Penghargaan dan pengakuan menjadi kebutuhan pokok manusia setelah tiga kebutuhan sebelumnya terpenuhi. Manusia butuh dihargai dan butuh diakui oleh orang lain. Keberadaan dirinya sebagai manusia dalam lingkungan keluarga, sekolah, tempat bekerja maupun di dalam masyarakat butuh diakui oleh orang lain, sebab manusia memiliki harkat dan martabat yang harus dihormati dan diakui oleh orang lain. Dan tingkat kelima

dan yang paling tinggi dalam teori Maslow adalah kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri. Aktualisasi diri maksudnya manusia membutuhkan penghargaan dari orang lain berdasarkan atas karya yang telah dihasilkan sehingga keberadaan manusia dalam masyarakat tetap dihargai dan diakui oleh orang lain Dari pendapat Maslow menunjukkan bahwa “manusia membutuhkan orang lain dalam menjalankan kehidupan. Khususnya pada tingkat kebutuhan yang ketiga yaitu kebutuhan akan cinta dan hubungan antar manusia”1.

Sebagai makhluk sosial manusia senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lain dan alam semesta. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya dan keadaan alam semesta, bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya. Rasa ingin tahu ini memaksa manusia untuk berhubungan (berkomunikasi) dengan manusia lainnya. Sehingga terbentuklah suatu interaksi sosial. Interaksi sosial adalah hubungan-hubungan sosial dinamis yang menyangkut hubungan antar perorangan, individu dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok2. Dengan melakukan interaksi sosial manusia akan mampu membuat kelompok sosial mulai dari keluarga, masyarakat dan organisasi dalam masyarakat.

1

Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, (Jakarta: Kizi

Brother’s, 2006), Cet. I, hlm. 112.

2

Yusron Razak, Sosiologi Sebuah Pengantar, (Tangerang: Laboratorium Sosiologi Agama UIN Jakarta, 2008), hlm. 57.


(17)

Masyarakat menurut Koentjaraningrat adalah ”(kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama)”3. Dengan adanya masyarakat maka terbentuklah suatu negara.

Dalam masyarakat ataupun negara memiliki suatu peraturan yang mengikat dan harus dipatuhi oleh anggotanya untuk terciptanya suatu keteraturan sosial. Peraturan tersebut ada yang tertulis seperti dalam undang-undang dan ada juga yang tidak tertulis seperti dalam nilai dan norma. Semua itu adalah peraturan yang harus dipatuhi oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Selain memiliki peraturan, dalam masyarakat juga memiliki sebuah kebudayaan. Kebudayaan

menurut Parsudi Suparlan adalah ”(keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk menginterpretasi dan memahami lingkungan yang dihadapi dan untuk menciptakan serta mendorong terwujudnya kelakuan)”4. Kebudayaan inilah yang akan menjadi ciri khas dalam suatu masyarakat. Terdapat tujuh unsur dalam suatu kebudayaan yaitu religi, sistem pengetahuan, organisaasi sosial, teknologi, mata pencaharian, bahasa dan kesenian. Tujuh unsur kebudayaan ini akan menghasilkan materi sosial berupa aktivitas-aktivitas interaksi manusia dalam berhubungan dan bergaul satu sama lain.

Ilmu yang membahas hubungan manusia dengan manusia lain dan hubungan manusia dengan alam semesta merupakan bahasan dari Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Kurikulum 1975 mendefinisikan bahwa “(IPS adalah bidang studi yang merupakan paduan dari sejumlah mata pelajaran ilmu sosial)”5. Paduan dari sejumlah pelajaran ilmu sosial seperti sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi dan antropologi. IPS menjadi mata pelajaran wajib yang selalu ada dari berbagai jenjang sekolah mulai dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) sampai keperguruan tinggi. Tentunya dengan bobot materi yang berbeda-beda sesuai dengan jenjangnya masing-masing. A.

3

Yusron Razak, Sosiologi Sebuah…, hlm. 128. 4

Yusron Razak, Sosiologi Sebuah…, hlm. 137. 5

Sapriya, dkk., Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS., (Bandung: UPI Press, 2006) Cet. I, hlm. 3


(18)

Kosasih Djahiri merumuskan IPS sebagai pengetahuan yang memadukan sejumlah konsep pilihan dari cabang-cabang ilmu sosial dan ilmu lainnya, kemudian di olah berdasarkan prinsip pendidikan dan didaktik untuk dijadikan program pengajaran pada tingkat persekolahan6. Dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah ilmu yang membahas tentang kehidupan sosial manusia yang erat kaitannya dengan hubungan manusia dengan manusia beserta dinamikanya maupun hubungan manusia dengan alam, baik pada masa sekarang maupun masa masa yang lampau.

Dengan diterapkannya pembelajaran IPS di setiap jenjang sekolah, membuktikan bahwa IPS merupakan pelajaran yang penting untuk dipelajari oleh peserta didik. Ruang lingkup pembelajaran IPS sendiri meliputi keadaan bumi, manusia, kehidupan sosial budaya, kehidupan ekonomi dan perubahan sosial. Pembelajaran IPS mempunyai tujuan yang sangat penting yang harus dipahami oleh pendidik dan peserta didik. Tujuan pembelajaran IPS tercantum dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2006 yaitu agar peserta didik memiliki kemampauan sebagai berikut:

1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.

2. Memiliki kemampuan dasar berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

3. Memiliki komitmen dan kesadara terhadap nilai-nilai sosial dan kemanuasiaan.

4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk ditingkat lokal, nasional dan global7.

Dari tujuan pembelajarn IPS diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPS memiliki tujuan untuk memupuk kesadaran hidup bermasyarakat dalam diri peserta didik yang akan bermanfaat bagi kehidupan peserta didik dimasa yang akan datang.

Keberhasilan pembelajaran dapat dilihat dari kualitas peserta didik. Jika peserta didik mampu menguasai apa yang mereka pelajari sesuai dengan tujuan

6

Sapriya, dkk., Pembelajaran dan Evaluasi..., hlm.7.


(19)

pembelajaran yang diharapkan maka dapat dipastikan keberhasilan pembelajaran telah tercapai. Untuk mencapai hal tersebut tidak terlepas dari peran serta guru dalam menerapkan strategi pembelajaran yang tepat. Guru harus mampu menggunakan metode dan media yang sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Jika guru tidak mampu menciptakan suasana belajar yang efektif maka akan mengakibatkan suasana belajar menjadi sangat pasif, sehingga motivasi belajar siswa pun akan lemah dan berakibat pada hasil belajar siswa yang rendah.

Beberapa penelitian seperti pada Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan oleh Soegiono, Pamuji dan Wiwik Widayati di SLTP 32 Surabaya dengan judul “Peningkatan Kualitas Sajian Pembelajaran Konsep IPA di SLTP Melalui Component Display Theory (CDT) dan Kooperatif menyebutkan bahwa kendala proses belajar mengajar maupun rendahnya daya serap yang dihadapi siswa SLTP disebabkan oleh faktor internal dan ekternal. Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor lingkungan kelas dan metode mengajar yang dilakukan oleh guru”8. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Retno Yuningsih yang berjudul

“Pengaruh Pendekatan Metode Belajar Problem Solving dan Minat Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas VIII SMPN 2 Kartasura Tahun Ajaran 2007/2008 menyebutkan bahwa untuk meraih hasil belajar yang baik dibutuhkan metode belajar yang menunjang siswa dalam kegiatan belajar-mengajar. Apabila suatu lembaga pendidikan mempunyai metode belajar yang baik dan siswa mempunyai minat belajar yang baik tentulah akan menghasilkan hasil belajar yang memuaskan”9. Dari beberapa penelitian di atas menunjukkan bahwa prestasi siswa dipengaruhi oleh kemampuan guru memotivasi dan menerapkan metode dan model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

8“Jurnal Pendidikan Dasar”, Soegino, Pamuji dan Wiwik Widayati, Vol.5, No.1, Tahun 2004, hlm.35. Dalam http:jurnal.pdii.go.id/index.php/search.html?act:tampil&id=53678idc-32. Akses tanggal 12 Oktober 2010. Vol.1 No.3, hlm. 35.

9

RetnoYuningsih, “Pengaruh Pendekatana Metode Belajar Ploblem Solving dan Minat

Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas VIIISMPN 2 Kartasura Tahun Ajaran 2007/2008”, Skripsi Sarjana S1 Universitas Muhammadiyah Surakarta, dalam http://etd.eprints.ums.ac.id/651/1/A210010002.pdf, Akses Kamis, 12 Mei 2011, hlm. 2.


(20)

Dalam proses pembelajaran, membaca menjadi kegiatan yang paling mendasar yang dilakukan oleh siswa untuk mengetahui informasi yang belum mereka ketahui sebelumnya, dengan membaca siswa akan mampu mendapatkan wawasan yang sangat luas. “Membaca dan menulis adalah aktivitas yang paling banyak dilakukan selama belajar disekolah”10. Dengan membaca siswa akan mampu berkomunikasi dengan orang lain melalui tulisan. Dengan menulis siswa akan dapat menampung sejumlah informasi, yang tidak hanya bersifat fakta-fakta, melainkan juga hasil analisis dan bahan bacaan. Perlu diketahui tidak semua mencatat adalah belajar. Mencatat termasuk aktivitas belajar apabila dalam mencatat itu orang menyadari kebutuhan dan tujuannya11.

“Salah satu strategi yang paling banyak dikenal untuk membantu siswa memahami dan mengingatkan materi yang mereka baca adalah dengan strategi PQ4R (Preview, Question, Read, Reflect, Recite, Review) yang dipelopori oleh Thomas dan Robinson pada tahun 1972. PQ4R ini meliputi Preview yaitu membaca (judul, sub judul topik, kalimat pertama) selintas dengan cepat sebelum memulai membaca. Question yaitu mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada diri sendiri mengenai bahan bacaan yang akan dibaca. Read yaitu mulai untuk membaca sambil mengingat pertanyaan yang sudah dibuat. Reflect yaitu selama membaca siswa mencari jawaban atas pertanyaan yang sudah dibuat dan memahami informasi yang ada pada bacaan tersebut. Recite yaitu merenungkan informasi yang telah dipelajari dari hasil bacaan dengan cara membuat intisari dari bacaan dengan cara mencatat informasi-informasi penting. Review yaitu membaca catatan singkat (intisari) yang telah dibuat”12. Metode PQ4R digunakan untuk membantu siswa mengingat apa yang mereka baca dan membantu proses belajar mengajar di kelas dengan kegiatan membaca buku. Metode PQ4R merupakan bagian dari strategi elaborasi. Strategi elaborasi adalah proses penambahan perincian sehingga informasi baru akan menjadi lebih bermakna, oleh karena itu

10

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), Cet. 2, hlm. 40-41.

11

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar…., hlm. 40. 12

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana, 2009), Cet. 3, hlm. 151-153.


(21)

membuat pengkodean lebih mudah dan lebih memberikan kepastian. Strategi PQ4R merupakan strategi yang paling banyak dikenal untuk membantu siswa memahami materi yang mereka baca.

Berdasarkan hasil observasi pra penelitian dapat ditemukan beberapa permasalahan yang dihadapi oleh kelas 8. 1 SMPN 3 Tangerang Selatan dalam belajar dikelas yaitu:

Pada saat kegiatan belajar mengajar pada mata pelajaran IPS dikelas 8.1 masih menemukan banyak kendala terutama masalah penggunaan metode membaca dan mencatat yang diberikan oleh guru yang belum menunjang motivasi siswa untuk belajar. Menurut teori belajar kognitif yang dikemukakan oleh Jean Piaget dan Jerome Bruner menyebutkan bahwa belajar adalah proses mental yang aktif untuk mencapai, mengingat dan menggunakan pengetahuan, sehingga aktivitas membaca dan mencatat menjadi aktivitas yang sangat penting dalam belajar.

“Perkembangan kognitif ditandai dengan kecakapan mengemukakan beberapa alternatif secara simultan, memilih tindakan yang tepat dan memberikan prioritas yang berurutan dalam bebagai situasi”13. Untuk menumbuhkan minat membaca dan menulis dalam diri siswa diperlukan suatu strategi belajar yang tepat agar siswa terbiasa untuk membaca suatu tulisan (wacana) dan terbiasa untuk menulis dan menjadikannya sebuah bacaan. Strategi belajar yang tepat dalam kegiatan membaca dan menulis diperlukan suatu pengurutan cara membaca yang sistematis dan terarah, agar para siswa paham apa yang mereka baca dan mengerti apa yang mereka tulis.

Selain itu ditemukan juga permasalahan berupa siswa nampak malas dan kurang bersemangat untuk membaca dan merangkum hasil bacaan. Padahal materi pembelajaran IPS banyak memberikan teori-teori yang menuntut pemahaman siswa dengan banyak memaparkan wacana wacana sosial. Menurut

teori koneksionisme yang dikemukakan oleh Edward Lee Thorndike “diperlukan suatu latihan yang cukup intens dan terus menerus agar siswa terbiasa untuk membaca dan menulis karena seringnya dilatih, sebab menurut teori ini, belajar

13

Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Puataka Pelajar, 2009), Cet. II, hlm. 24.


(22)

adalah pembentukkan hubungan antara stimulus dan respon, aksi dan reaksi sehingga akan terjadi hubungan yang erat jika sering dilatih”14. Begitu juga dengan hal membaca dan menulis perlu banyak dilatih agar siswa terbiasa dengan kegiatan belajat tersebut. Ciri-ciri belajar menurut teori koneksionisme adalah

Trial dan Error yaitu adanya aktivitas, ada berbagai respons terhadap berbagai situasi, ada eliminasi terhadap respons yang salah dan ada kemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan. Menurut Thondike mengenai perubahan perilaku sebagai hasil belajar adalah hukum-hukum sebagai berikut:

1. Hukum kesiapan yaitu jika suatu organisme didukung oleh kesiapan yang kuat untuk memperoleh stimulus, maka pelaksanaan tingkah laku akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosiasi cenderung diperkuat.

2. Hukum latihan yaitu semakin sering suatu tingkah laku dilatih atau dipergunakan, maka asosiasi tersebut semakin kuat.

3. Hukum hasil yaitu hubungan antara rangsangan dan perilaku akan makin kukuh apabila terdapat kepuasan dan akan makin melemah apabila tidak terdapat kepuasan15.

Jika siswa tidak terbiasa dan tidak dibiasakan untuk membaca dan menulis maka pemahaman siswa terhadap hasil bacaan akan kurang sehingga mempengaruhi hasil belajar siswa yang masih kurang memuaskan. Untuk mendapatkan hasil yang belajar yang baik maka diperlukan lingkungan belajar yang baik pula dengan situasi belajar yang mendukung yaitu bersih, tenang aman dan nyaman. Teori yang membahas tentang hasil belajar dikemukakan dalam teori perilaku oleh Ivan Petrovich Pavlov, JB. Watson dan Edwin Guthrie. Teori ini berpendapat bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward

dan penguatan atau reinforment dari lingkungan. Guru yang menganut pandangan ini berpendapat bahwa tingkah laku peserta didik merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkah laku adalah hasil belajar. Perilaku dalam pandangan behaviorisme dijelaskan melalui pengalaman yang dapat diamati, bukan melalui proses mental. Menurut terori behaviorisme, “perilaku adalah segala sesuatu yang dilakukan dan dapat dilihat secara langsung. Behaviorisme menekankan arti penting bagaimana peserta didik membuat hubungan antara pengalaman dan

14

Agus Suprijono, Cooperative Learning…, hlm. 20. 15


(23)

perilaku”16. Maka menurut teori ini hasil belajar dapat dicerminkan dari perubahan perilaku yang terjadi berdasarkan pengalaman yang telah dilakukan sedangkan tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran dan penguatan dari lingkungan.

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul “Penerapan Metode Pembelajaran PQ4R (Preview, Read, Reflect, Recite, Review) dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa” (Penelitian Tindakan Kelas di SMPN 3 Tangerang Selatan).

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan observasi awal yang telah dilakukan pada Rabu, 4 Mei 2011 diperoleh data bahwa SMPN 3 Tangerang Selatan yang terletak di jalan Ir. H. Juanda (samping UIN Jakarta) Ciputat, merupakan salah satu SMPN unggulan di Tangerang Selatan. SMP ini sebelumnya bernama SMPN 1 Ciputat. SMPN 3 Tangerang Selatan memiliki tiga pembagian kelas. Pertama, kelas akselerasi yaitu kelas yang hanya terdiri oleh siswa-siswa yang memiliki kemampuan akademis yang tinggi. Kedua, kelas bilingual yaitu kelas yang menggunakan dua bahasa yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris selama proses belajar mengajar. Ketiga,

yaitu kelas standar yaitu kelas yang terdiri dari siswa yang memiliki kemampuan akademis yang biasa-biasa saja.

Observasi awal ini dilakukan di kelas 8.1 yang merupakan kelas standar. Alasan pemilihan kelas ini adalah agar mengetahui pengaruh penerapan metode PQ4R terhadap hasil belajar siswa di kelas yang kemampuan akademisnya biasa-biasa saja. Observasi awal ini dilakukan pada saat siswa kelas 8.1 tengah melakukan kegiatan pembelajaran IPS.

Observasi awal ini penting untuk dilakukan untuk mendapatkan gambaran permasalahan apa saja yang ditemukan pada saat proses belajar mengajar pada mata pelajaran IPS di kelas 8.1. Dengan mengetahui permasalahan yang ada diharapkan dapat merumuskan solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut.

16


(24)

Observasi awal ini tidak hanya dilakukan dengan mengamati secara langsung keadaan kelas tetapi juga dengan melakukan wawancara kepada beberapa siswa 8.1 dan guru mata pelajaran IPS kelas 8.1. Proses wawancara kepada guru dan observasi langsung dilakukan pada tanggal 14 Mei 2011 sedangkan wawancara kepada siswa 8.1 dilakukan pada tanggal 15 Mei 2011.

Dari hasil observasi awal ini dapat diidentifikasi beberapa masalah, diantaranya sebagai berikut:

1. Minat belajar IPS siswa rendah.

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan minat belajar IPS siswa masih rendah, hal ini dapat terlihat ketika kegiatan belajar banyak siswa yang kurang memperhatikan penjelasan guru, siswa banyak yang mengobrol dan becanda, ada beberapa siswa yang berjalan-jalan kesana kemari, siswa sulit untuk diatur dan diarahkan, hanya beberapa siswa yang memperhatikan penjelasan. Serta ada juga beberapa siswa yang tidak membawa buku pelajaran IPS. Selain itu juga jika diberi tugas banyak siswa yang tidak mengerjakan, agar siswa berminat mengerjakan tugas, guru seringkali harus memberikan peringatan atau reward terlebih dahulu untuk menstimulus siswa.

2. Daya serap pemahaman siswa terhadap konsep kegiatan perekonomian masih rendah.

Berdasarkan hasil observasi awal dan wawancara terhadap guru mata pelajaran IPS kelas 8. 1 bahwa daya serap pemahaman siswa terhadap mata pelajaran IPS masih rendah khususnya pada materi perekonomian. Pada saat observasi guru tengah membahas tentang konsep pajak. Dari beberapa hasil latihan uji kompetensi terlihat siswa masih kurang memahami cara penghitungan pajak dan hasil uji kompetensinya pun masih banyak siswa yang mendapat nilai di bawah KKM. Lebih parah lagi banyak siswa yang tidak mengerjakan tugas dengan alasan tidak bisa mengerjakan dan masih bingung. 3. Guru kesulitan untuk menguasai kelas.

Berdasarkan hasil obeservasi awal guru nampak kesulitan menguasai kelas, hal ini dapat terlihat dari apa yang dijelaskan oleh guru tentang pembelajaran IPS kurang didengar oleh siswa. Hanya beberapa siswa yang mendengarkan.


(25)

Guru sering memberikan peringatan dan teguran pada anak yang tidak memperhatikan penjelasan guru tetapi hal tersebut tidak bertahan lama karena beberapa menit kemudian keadaan kembali seperti semula. Sehingga guru nampak fokus pada siswa yang mendengarkan saja. Dan siswa pun nampak biasa saja dengan keadaan tersebut.

4. Guru kesulitan menggunakan metode pembelajaran yang tepat.

Karena kesulitan menguasai kelas seperti yang telah disebutkan pada identifikasi yang kedua mengakibatkan guru kesulitan menggunakan metode pembelajaran yang tepat. Hal ini dapat dilihat dari beberapa pertemuan pada saat observasi awal pembelajaran IPS, pada pertemuan pertama, guru menggunakan metode ceramah hasilnya banyak siswa yang tidak memperhatikan dan fokus guru hanya pada siswa yang memperhatikan saja. Sedangkan pada pertemuan kedua, guru menggunakan metode diskusi kelompok hasilnya tidak jauh dengan pertemuan pertama. Walaupun siswa nampak antusias untuk melakukan diskusi kelompok tetapi hasilnya tetap saja kurang memuaskan karena siswa sibuk dengan kegiatan masing-masing yaitu mengobrol dan bercanda sehingga diskusi yang diharapkan hanya membuang-buang waktu dan siswapun tidak mengerti dengan tugas yang diberikan. 5. Sekolah tidak menyediakan fasilitas yang menunjang untuk pembelajaran IPS.

Kegiatan pembelajaran IPS di kelas sepenuhnya menjadi tanggung jawab guru, karena pihak sekolah tidak memfasilitasi media atau alat pembelajaran yang dapat menunjang pembelajaran IPS seperti LCD atau peralatan lainnya. Hal ini berdasarkan hasil wawancara langsung dengan guru mata pelajaran IPS pada saat observasi awal. Beliau mengatakan bahwa ”Untuk tahun depan saya sudah meminta kepada pihak sekolah untuk menyediakan fasilitas berupa LCD agar anak-anak antusias untuk belajar IPS, karena saya merasa kesulitan

sekali jika tetap menggunakan metode seperti biasa”17 .

6. Keadaan kelas yang kurang kondusif untuk menunjang pembelajaran IPS.

17

Hasil wawancara dengan Ibu Nita Marginingsih, S. Pd (Guru Mata Pelajaran IPS Kelas 8.1 SMPN 3 Tangerang Selatan), pada Rabu 11 Mei 2011.


(26)

Selain dari faktor siswa dan guru ternyata kondisi kelas juga berpengaruh terhadap proses belajar mengajar dikelas. Khususnya pada kelas 8.1 sebagai kelas yang akan dijadikan tempat penelitian kondisi kelasnya kurang menunjang untuk pembelajaran IPS. Deskripsi kelas 8. 1 adalah ruang kelasnya yang lebih besar dibandingkan kelas yang lain dan bangunannya masih bangunan lama dengan sedikit renofasi, letak kelas 8.1 berada disisi pojok kanan sekolah dan didepan kelas ditutupi oleh pohon-pohon besar sehingga kelas nampak gelap dan kurang terkena cahaya sinar matahari. Terlebih lagi tata ruang hiasan dinding yang nampak kurang terawat. Keadaan tersebut harus ditambah lagi dengan jam belajar IPS kelas 8.1 yang pada hari Rabu berada pada jam terakhir (12. 20 WIB) sehingga anak nampak kelihatan lelah. Sedangkan pada hari Kamis berada pada jam pertama yaitu pukul 07. 00 WIB. Hal ini juga berpengaruh terhadap minat belajar IPS.

7. Hasil belajar IPS siswa relatif rendah untuk mencapai Kriteria Ketuntasan Minimun (KKM) yaitu 65.

Dari data yang diperoleh dari guru IPS kelas 8. 1 menunjukkan bahwa hasil belajar IPS siwa masih relatif rendah. Hal ini terbukti dari dua kali ulangan harian yang dilakukan bahwa pada ulangan harian I dari 38 siswa terdapat 17 siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM dan 21 siswa memperoleh nilai di atas KKM dengan nilai terendah yaitu 36 dan nilai tertinggi yaitu 93. Sedangkan pada ulangan harian II dari 38 siswa terdapat 12 siswa memperoleh nilai di bawah KKM dan 24 siswa memperoleh nilai di atas KKM dengan nilai terendah 40 dan nilai tertinggi 83. Hal ini menunjukka bahwa hasil belajar siswa masih relatif rendah dan kurang memuaskan.

Meskipun metode serupa dengan PQ4R pernah digunakan sebelumnya oleh guru mata pelajaran IPS dan hasilnya ternyata kurang maksimal. Tetapi penelitian ini tetap menggunakan metode PQ4R dengan alasan bahwa metode PQ4R berbeda dengan metode merangkum biasa karena metode PQ4R merupakan metode membaca dan merangkum yang dapat dimodifikasi dengan strategi pembelajaran lain seperi tanya jawab, kuis interaktif maupun game. Selain itu metode PQ4R menggunakan wacana yang telah disusun sesuai


(27)

dengan kebutuhan pembelajaran serta dilengkapi dengan gambar-gambar yang dapat menunjang pemahaman siswa.

Metode PQ4R dianggap tepat dengan karakter siswa kelas 8. 1 yang masih sangat tergantung pada pengarahan guru dan tidak suka dengan metode belajar yang monoton. Dengan alasan tersebut maka penerapan metode PQ4R diharapkan efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini menjadi fokus, maka penelitian dibatasi pada point 4 dan 7 dalam identifikasi masalah, yaitu:

1. Guru kesulitan menggunakan metode pembelajaran yang tepat.

2. Hasil belajar IPS siswa relatif rendah untuk mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yaitu sebesar 65.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah maka perumusan

masalah penelitian adalah “Bagaimana penerapan metode pembelajaran PQ4R (Preview, Question, Read, Reflect, Recite, Review) dalam meningkatkan hasil belajar IPS (Ekonomi) dalam konsep Permintaan dan Penawaran pada siswa kelas 8.1 SMPN 3 Tangerang Selatan”.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Untuk memperoleh gambaran penerapan metode pembelajaran PQ4R

(Preview, Question, Read, Reflect, Recite, Review) dalam upaya meningkatkan hasil belajar IPS siswa yang masih relatif rendah.

2. Untuk memberikan masukan kepada guru tentang metode pembelajaran yang tepat untuk mata pelajaran IPS.


(28)

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis yaitu:

1. Manfaat atau kegunaan teoritis

a. Sebagai suatu karya ilmiah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan mengenai penerapan metode pembelajaran PQ4R (Preview, Question, Read, Reflect, Recite, Review) terhadap peningkatan hasil belajar IPS.

b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman untuk kegiatan penelitian berikutnya yang sejenis.

2. Manfaat atau kegunaan praktis

a. Menyebarluaskan informasi mengenai pentingnya penerapan metode belajar PQ4R (Preview, Question, Read, Reflect, Recite, Review) sebagai salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam usaha meningkatkan hasil belajar siswa khususnya mata pelajaran IPS.

b. Pengetahuan dan pengalaman selama mengadakan penelitian dapat ditranformasikan kepada masyarakat luas terutama kepada pendidik (guru).

c. Memberikan sumbangan pikiran dalam upaya memperbaiki proses pembelajaran agar lebih baik dan berkualitas.


(29)

BAB II

KAJIAN TEORITIK DAN

PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN

A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti

1. Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) a. Pengertian IPS

IPS sebagai ilmu pengetahuan yang membahas tentang kehidupan sosial manusia mempunyai berbagai definisi yang dirumuskan oleh para ahli. Beberapa ahli mendefinisikan IPS sebagai berikut:

1. A. Kosasih Djahiri merumuskan IPS sebagai berikut:

IPS merupakan ilmu pengetahuan yang memadukan sejumlah konsep pilihan dari cabang-cabang ilmu sosial dan ilmu lainnya kemudian di olah berdasarkan prinsip pendidikan dan didaktik untuk dijadikan program pengajaran pada tingkat persekolahan. 2. Muhammad Nu’man Somantri mengemukakan:

Pendidikan IPS adalah penyederhanaan disiplin ilmu-ilmu sosial, ideologi negara dan disiplin ilmu lainnya serta masalah-masalah sosial terkait yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan pada tingkat pendidikan dasar dan menengah.

3. Dalam kurikulum 2006 dikemukakan bahwa:

IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi geografi, sejarah, sosiologi dan ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi


(30)

warga negara Indonesia yang demokratis dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai1.

Dari definisi-definisi yang telah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah ilmu pengetahuan yang memadukan konsep ilmu-ilmu sosial seperti sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi dan antropologi sebagai pembelajaran pada tingkat persekolahan yang bertujuan agar peserta didik memahami kehidupan sosial manusia baik sebagai makhluk individu maupun sebagai makhluk sosial.

b. KarakteristikPembelajaran IPS

Ciri-ciri utama pembelajaran IPS menurut A. Kosasih Djahiri adalah sebagai berikut:

1. IPS berusaha mempertautkan teori ilmu dengan fakta dan sebaliknya (menelaah fakta dari segi ilmu).

2. Penelaahan dan pembahasan IPS tidak hanya dari satu bidang disiplin ilmu saja, melainkan bersifat komprehensif (meluas dari berbagai ilmu sosial lainnya.

3. Mengutamakan peran aktif siswa melalui proses belajar inquiri agar siswa mampu berpikir kritis, rasional dan analisis.

4. Program pembelajaran disusun dengan meningkatkan/menghubungkan bahan-bahan dari berbagai disiplin ilmu sosial dan lainnya dengan kehidupan nyata di masyarakat.

5. IPS dihadapkan secara konsep dan kehidupan sosial yang sangat labil (mudah berubah), sehingga titik berat pembelajaran adalah terjadinya proses internalisasi secara mantap dan aktif pada diri siswa.

6. IPS mengutamakan hal-hal, arti dan penghayatan hubungan antar manusia yang bersifat manusiawi.

7. Pembelajaran tidak hanya mengutamakan pengetahuan semata, juga nilai dan keterampilannya.

8. Memperhatikan minat siswa dan masalah-masalah kemasyarakatan yang dekat dengan kehidupannya.

9. Dalam pengembangan program pembelajaran senantiasa melaksanakan prinsip-prinsip karakteristik (sifat dasar) dan pendekatan-pendekatan yang menjadi ciri IPS itu sendiri2.

1

Sapriya, dkk., Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS. (Bandung: UPI Press, 2006), Cet. 1, hlm. 7.

2


(31)

Adapun pendekatan-pendekatan yang dipergunakan dalam pembelajaran IPS baik dalam mengembangkan program maupun metode pembelajarannya adalah sebagai berikut:

1. Siswa sentris, dimana faktor siswa yang diutamakan.

2. Kemasyarakatan sentris, masalah kehidupan nyata dan kemasyarakatan menjadi sumber, bahan dan tempat pembelajaran.

3. Ekosistem, dimana faktor lingkungan baik fisik maupun budaya menjadi pertimbangan dalam pembelajaran IPS.

4. Bersifat meluas dengan pengorganisasian bahan yang terpadu

(integrated) dan bersifat bertautan (korelated).

5. Menggunakan teknik inkuiri dan menunjukkan student active learning (siswa belajar dengan aktif).

6. Tujuan, maksudnya program dan pelaksanaan pembelajarannya berfokus pada Tujuan Instruksional Khusus (TIK) yang telah ditentukan sebagai pengarah program dan sasaran.

7. Integrated (terpadu) menelaah suatu permasalahan sosial dari berbagai konsep dan sudut pandang ilmu-ilmu sosial lainnya. 8. Efisiensi dan efektif. Efisiensi dari segi tenaga/biaya dan

efektif dari segi waktu dan hasil yang maksimal3.

Dari ciri-ciri dan pendekatan pembelajaran IPS yang telah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa kunci utama dalam pembelajaran IPS adalah bagaimana membina kecerdasan sosial siswa yang mampu berpikir kritis, analitis, kreatif, inovatif, berwatak dan berkepribadian luhur, bersikap ilmiah dalam cara memandang, menganalisa serta menelaah kehidupan nyata yang dihadapinya4.

c. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran IPS

Menurut Nu’man Somantri mengemukakan bahwa terdapat 4 tujuan pembelajaran IPS di tingkat persekolahan yaitu sebagai berikut:

1. Untuk mendidik para siswa menjadi ahli ekonomi, politik, hukum, sosiologi dan pengetahuan sosial lainnya.

2. Untuk menumbuhkan warga negara yang baik.

3. Bahan pembelajaran IPS harus dapat menampung para siswa untuk studi lanjutan ke universitas maupun yang akan terjun langsung pada kehidupan masyarakat.

3

Sapriya, dkk., Pembelajaran dan Evaluasi…, hlm. 9.

4


(32)

4. Pembelajaran IPS di sekolah dimaksudkan untuk

mempelajari bahan pelajaran yang bersifat “tertutup” (tanpa

dibicarakan). Maksudnya ialah bahwa dengan mempelajari bahan pelajaran yang pantang (tabu) untuk dibicarakan, para siswa akan dapat memperoleh kesempatan untuk memecahkan konflik intrapersonal maupun antar-personal5.

Kosasih Djahiri mengutip buku “The Social Science Education Frame

Work For California School” mengemukakan 5 tujuan pokok pembelajaran IPS yaitu:

1. Membina siswa agar mampu mengembangkan pengertian/pengetahuan berdasarkan data, generalisasi serta konsep ilmu tertentu maupun yang bersifat interdisipliner /komprehensif dari berbagai cabang ilmu sosial.

2. Membina siswa agar mampu mengembangkan dan mempraktekkan keanekaragaman keterampilan studi, kerja dan intelektualnya secara pantas dan tepat sebagaimanan diharapkan ilmu-ilmu sosial.

3. Membina dan mendorong siswa untuk memahami, menghargai dan menghayati adanya keanekaragaman dan kesamaan kultural maupun individual.

4. Membina siswa kearah turut mempengaruhi nilai-nilai kemasyarakatan serta juga dapat mengembangkan, menyempurnakan nilai-nilai yang ada pada dirinya.

5. Membina siswa untuk berpartisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan baik sebagai individu maupun sebagai warga negara6.

Dari fungsi dan tujuan pembelajaran IPS yang telah dikemukan dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan ilmu pengetahuan yang sangat penting untuk dipelajari oleh peserta didik sebagai bekal untuk menghadapi kehidupan sosial masyarakat di masa yang akan datang.

2. Hakikat Metode Pembelajaran PQ4R (Preview, Question, Read, Reflect, Recite, Review)

a. Pengertian PQ4R

PQ4R (Preview, Question, Read, Reflect, Recite and Review) adalah suatu metode pembelajaran yang merupakan bagian dari metode kooperatif learning

5

Sapriya, dkk., Pembelajaran dan Evaluasi…, hlm. 12.

6


(33)

yang bertujuan untuk meningkatkan daya paham dan daya ingat siswa tentang materi yang mereka baca dengan cara membaca dan menulis.

Pembelajaran kooperatif didefinisikan sebagai falsafah mengenai tanggung jawab peserta didik atas belajar mereka sendiri dan berusaha menemukan informasi untuk menjawab pertanyaan kepada mereka. Sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator, memberikan dukungan tetapi tidak mengarahkan kelompok ke arah hasil yang sudah disiapkan sebelumnya7.

Strategi membaca yang digunakan untuk membaca buku pelajaran dan bahan bacaan lainnya dalam suatu bidang pengetahuan telah banyak dicetuskan oleh para ahli dengan berbagai strategi pembelajaran. Salah satunya adalah:

1. Strategi PQ4R (Survey, Question, Read, Recite and Review) yang dicetuskan oleh Francis Robinson pada tahun 1941. Strategi ini membuat perubahan besar dalam perkembangan metodologi belajar. Pola ini kemudian ditiru oleh ahli-ahli lain dengan penyempurnaan uraian, penambahan langkah-langkah atau perubahan sebutan saja. Sampai sekarang telah berkembang begitu banyak sistem belajar yang serupa.

2. PQRST (Preview, Question, Read, State an Test) dari Thomas F. Staton.

3. OK5R (Overview, Key Ideas, Read, Record, Recite, Review adn Reflect) oleh Walter Pauk.

4. STUDY (Survey, Think, Understand, Demonstrate and You Review) dari William Resnick dan David Heller8.

Metode PQ4R digunakan untuk membantu siswa mengingat apa yang mereka baca dan membantu proses belajar mengajar di kelas dengan kegiatan membaca buku. Metode ini dicetuskan oleh Thomas dan Robinson pada tahun 1972. Metode PQ4R merupakan bagian dari strategi elaborasi. Strategi elaborasi adalah proses penambahan perincian sehingga informasi baru akan menjadi lebih bermakna, oleh karena itu membuat pengkodean lebih mudah dan lebih memberikan kepastian. Strategi PQ4R merupakan strategi yang

7

Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Puataka Pelajar, 2009), Cet. II, hlm. 54.

8

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep Landasan dan Implementasi pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). (Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2009), Cet III, hlm. 150.


(34)

paling banyak dikenal untuk membantu siswa memahami materi yang mereka baca.

b. Langkah-langkah PQ4R

Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam stategi membaca PQ4R adalah sebagai berikut:

1. Preview

Langkah pertama, siswa membaca selintas dengan cepat bahan bacaan. Fokus preview adalah menemukan ide-ide pokok yang dikembangkan dalam bahan bacaan. Bagian-bagian yang bisa dibaca misalkan bab pengantar, daftar isi, topik, sub topik, judul, sub judul atau ringkasan akhirpada suatu bab. Melalui preview peserta didik telah mempunyai gambaran mengenai hal yang dipelajarinya.

2. Question

Langkah kedua, mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada diri sendiri dengan menggunakan kata 5W + H (what, where, who, when, why and how). Pengalaman telah menunjukkan bahwa apabila seseorang membaca untuk menjawab sejumlah pertanyaan maka akan membuat dia membaca lebih hati-hati serta seksama agar dapat mengingat apa yang dibaca dengan baik.

3. Read

Langkah ketiga, siswa membaca secara detail bahan bacaan yang dipelajari. Pada tahap ini siswa diharapkan mencari jawaban terhadap semua pertanyaan yang telah dirumuskan.

4. Reflect

Langkah keempat, bukanlah suatu langkah terpisah dari langkah ketiga, tetapi merupakan suatu komponen esensial dari langkah ketiga. Selama membaca siswa tidak hanya cukup mengingat atau menghafal tetapi cobalah memahami informasi yang dipresentasikan dengan cara:


(35)

b. mengaitkan sub topik didalam teks dengan konsep-konsep/prinsp-prinsip utama

c. cobalah untuk memecahkan kontradiksi didalam informasi yang disajikan

d. cobalah untuk menggunakan materi itu untuk memecahkan masalah. 5. Recite

Langkah kelima, pada tahap ini peserta didik diminta untuk merenungkan kembali informasi yang telah dipelajari. Siswa dapat melihat kembali catatan yang telah mereka buat. Siswa diminta untuk membuat inti sari dari materi bacaan dengan redaksinya sendiri. Akan lebih baik jika peserta didik tidak hanya menyampaikannya secara lisan, namun juga dalam bentuk tulisan.

6. Review

Langkah terakhir, siswa diminta membuat rangkuman atau merumuskan inti sari dari bahan yang telah dibacanya. Siswa mampu merumuskan kesimpulan dari pertanyaan-pertanyaan yang telah diajukannya.9

Tabel 2. 1

Langkah-langkah Pemodelan Pembelajaran dengan Penerapan Strategi Belajar PQ4R

Langkah-langkah Tingkah Laku Guru Aktivitas Siswa

Langkah 1

Preview

a. Memberikan bahan bacaan kepada siswa untuk dibaca.

b. Menginformasikan kepada siswa bagaimana menemukan ide pokok atau tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.

Membaca selintas dengan cepat untuk menemukan ide pokok/tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.

9


(36)

Langkah 2

Question

a. Menginformasikan kepada siswa agar memperhatikan makna dari bacaan. b. Memberikan tugas kepada siswa untuk

membuat pertanyaan dari ide pokok yang ditemukan dengan menggunakan kata-kata apa, mengapa, siapa, kapan, dimana dan bagaimana.

Memperhatikan penjelasan guru dan membuat pertanyaan yang berkaitan dengan materi.

Langkah 3

Read

a. Memberikan tugas kepada siswa untuk membaca.

b. Menanggapi/menjawab pertanyaan yang telah disusun sebelumnya.

Membaca secara aktif sambil memberikan tanggapan terhadap apa yang telah dibaca dan menjawab pertanyaan yang dibuatnya. Langkah 4

Reflect

Mensimulasi/menginformasikan materi yang ada pada bahan bacaan.

Bukan hanya sekedar menghafal dan mengingat materi pelajaran tetapi

mencoba memecahkan masalah dari informasi yang diberikan oleh guru dengan

pengetahuan yang telah diketahui melalui bahan bacaan.

Langkah 5

Recite

Meminta siswa untuk membuat inti sari dari seluruh pembahasan pelajaran yang dipelajari hari ini.

a. Menanyakan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan. b.Melihat


(37)

telah dibuat sebelumnya.

c. Membuat inti sari dari seluruh pembahasan. Langkah 6

Review

a. Menugaskan siswa membaca inti sari yang dibuatnya dari rincian ide pokok yang ada dalam benaknya.

b. Meminta siswa membaca kembali bahan bacaan, jika masih belum yakin dengan jawabanya.

a. Membaca inti sari yang telah dibuatnya. b.Membaca kembali

bahan bacaan siswa jika masih belum yakin akan jawaban yang telah dibuatnya.

3. Hakikat Hasil Belajar a. Pengertian Belajar

Belajar merupakan satu kata yang sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat. Terutama dalam bidang pendidikan, belajar menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan menuntut ilmu baik di lembaga pendidikan formal maupun informal. Kegiatan belajar dapat dilakukan kapan saja, di mana saja dan siapa saja (tidak mengenal usia) selama manusia masih mempunyai keinginan untuk belajar. Lalu apakah yang disebut dengan belajar. Berikut adalah definisi belajar menurut para ahli:

1. Cronbach menyatakan bahwa “belajar itu merupakan perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman. Menurutnya belajar yang sebaik-baiknya

adalah dengan mengalami sesuatu yaitu menggunakan panca indra”10 . 2. Drs. Slameto juga merumuskan tentang belajar. Menurutnya belajar adalah

“suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”11.

10

Yatim Riyanto. Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi Bagi Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2009), Cet . I, hlm. 5.

11


(38)

3. Skinner, dalam bukunya Educational Psychology: The Teaching-Learning Process, berpendapat bahwa “belajar adalah suatu proses adaptasi

(penyesuaian tingkah laku) yang berlangsung secara progresif”12 .

4. Wittig dalam bukunya Psychology of Learning mendefinisikan “belajar

adalah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam/keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil

pengalaman”.13

Dari definisi belajar yang telah dikemukakan tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk menghasilkan suatu perubahan tingkah laku yang berlangsung secara progresif sebagai hasil dari sebuah pengalaman.

b. Jenis-jenis Belajar

Bila belajar dikatakan untuk mendapatkan perubahan, maka diperlukan cara untuk mencapai perubahan tersebut. Para ahli membagi jenis-jenis belajar berdasarkan perbuatan belajar itu sendiri menjadi beberapa jenis yaitu:

1. Belajar arti kata-kata

Belajar arti kata-kata maksudnya adalah orang mulai menangkap arti yang terkandung dalam kata-kata yang digunakan. Pada mulanya suatu kata sudah dikenal, tetapi belum tahu artinya.

2. Belajar kognitif

Dalam belajar kognitif, objek-objek yang ditanggapi tidak hanya bersifat materil, tetapi juga bersifat tidak materil. Objek-objek yang bersifat materil misalnya antara lain, orang, binatang, bangunan, kendaraan, perabotan rumah tangga dan tumbuh-tumbuhan. Objek-objek yang bersifat tidak materil misalnya ide kemajuan, keadilan, perbaikan, pembangunan dan sebagainya.

3. Belajar menghafal

Menghafal adalah suatu aktifitas yang menanamkan suatu materi verbal di dalam ingatan, sehingga nantinya dapat diproduksikan (diingat) kembali secara harfiah, sesuai dengan materi yang asli.

4. Belajar teoritis

12

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu. 2001), Cet. III, hlm. 60. 13


(39)

Bentuk belajar ini bertujuan untuk menempatkan semua data dan fakta (pengetahuan) dalam suatu kerangka organisasi mental, sehingga dapat dipahami dan digunakan untuk memecahkan problem, seperti terjadi dalam bidang-bidang studi ilmiah.

5. Belajar konsep

Konsep atau pengertian adalah suatu arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri-ciri yang sama. Dalam bentuk belajar ini, orang mengadakan abstraksi yaitu dalam objek-objek yang meliputi benda, kejadian dan orang hanya ditinjau pada aspek-aspek tertentu saja.

6. Belajar kaidah

Belajar kaidah adalah bila dua konsep atau lebih dihubungkan satu keteraturan. Kaidah adalah suatu pegangan yang tidak dapat diubah-ubah.

7. Belajar berpikir

Dalam belajar ini, orang dihadapkan pada suatu masalah yang harus dipecahkan, tetapi tanpa melalui pengamatan dan reorganisasi dalam pengamatan.

8. Belajar keterampilan motorik

Dalam belajar ini, orang melakukan rangkaian gerak gerik jasmani dalam urutan tertentu, dengan mengadakan koordanisasi antara gerak gerik berbagai anggota badan secara terpadu.

9. Belajar estetis

Bentuk belajar ini bertujuan membentuk kemampuan menciptakan dan menghayati keindahan dalam berbagai bidang kesenian14.

Dari berbagai jenis-jenis belajar yang telah dipaparkan, dapat diketahui bahwa ada berbagai jenis belajar dalam suatu pembelajaran dan dengan diketahuinya jenis-jenis belajar, dapat membantu para guru (pengajar) untuk dapat memformulasikan metode dan media apa yang cocok dan tepat digunakan berdasarkan jenis belajar yang akan disampaikan.

c. Aktivitas-aktivitas Belajar

Belajar bukanlah berproses dalam suatu kehampaan. Dalam belajar, tidak akan terlepas dari suatu situasi. Situasi akan menetukan aktivitas apa yang dilakukan dalam rangka belajar. Beberapa aktivitas belajar adalah sebagai brikut:

14


(40)

1. Mendengarkan

Mendengarkan adalah suatu aktivitas belajar yang menggunakan fungsi telinga untuk mendengarkan penjelasan guru ataupun oleh media dalam suatu pembelajaran.

2. Memandang

Memandang adalah mengarahkan penglihatan ke suatu objek. Aktivitas memandang berhubungan erat dengan mata. Dalam pendidikan aktivitas memandang termasuk dalam kategori belajar.

3. Meraba, membau dan mencium

Aktivitas meraba, membau ataupun mengecap dapat dikatakan belajar, apabila semua aktivitas itu didorong oleh kebutuhan, motivasi untuk mencapai tujuan dengan menggunakan situasi tertentu untuk memperoleh perubahan tingkah laku.

4. Menulis atau mencatat

Menulis atau mencatat merupakan aktivitas yang sering dilakukan dalam belajar. Tidak semua mencatat adalah belajar. Mencatat yang termasuk aktivitas belajar yaitu apabila dalam mencatat itu orang menyadari kebutuhan dan tujuannya sehingga berguna bagi tujuan belajar.

5. Membaca

Membaca adalah aktivitas yang paling banyak dilakukan dalam kegiatan belajar. Jika belajar adalah untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, maka membaca adalah jalan menuju ke pintu ilmu pengetahuan.

6. Membuat rangkuman

Ikhtisar atau rangkuman adalah kegiatan belajar yang sangat membantu dalam mengingat atau mencari kembali materi yang penting. Ikhtisar dilakukan dengan cara membaca dan menggaris bawahi materi-materi yang dianggap penting.

7. Mengamati tabel, diagram dan bagan

Tabel, diagram dan bagan merupakan materi non verbal yang dapat membantu dalam aktivitas belajar. Dengan tabel, diagram dan bagan dapat menjadi bahan ilustratif yang membantu pemahaman seseorang tentang sesuatu hal.

8. Menyusun paper

Menyusun paper merupakan aktivitas belajar yang berkaitan erat dengan tulis menulis. Penulisan yang dilakukan sesuai dengan prosedur ilmiah dan menggunakan bahasa yang baik dan benar. 9. Mengingat

Mengingat adalah salah satu aktivitas belajar. Ingatan adalah kemampuan jiwa untuk memasukkan, menyimpan dan menimbulkan kembali hal-hal yang telah lampau. Dalam belajar, mengingat jelas sekali terlihat ketika seseorang sedang melakukan hafalan.


(41)

10.Berpikir

Berpikir adalah aktivitas belajar yang sangat menggunakan kemampuan kognitif sesorang untuk dapat memperoleh penemuan baru, setidaknya menjadi tahu tentang sesuatu.

11.Latihan dan Praktik

Latihan atau praktik adalah konsep belajar yang menghendaki adanya suatu usaha dengan cara berbuat. Belajar sambil berbuat dalam hal ini termasuk belajar15.

d. Pengertian Hasil Belajar

Setelah melakukan aktivitas belajar, seseorang berhasil atau tidaknya mengalami suatu proses belajar, dapat diukur oleh hasil belajar. Hasil belajar sangat penting untuk diidentifikasi agar kita dapat mengetahui seberapa besar perubahan yang dialami oleh seseorang setelah melakukan aktivitas belajar. Apa yang dimaksud hasil belajar, berikut adalah pengertian hasil belajar:

Hasil belajar adalah kemampuan siswa dalam memenuhi suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar dalam satu kompetensi dasar. Hasil belajar dalam silabus berfungsi sebagai petunjuk tentang perubahan perilaku yang akan dicapai oleh siswa sehubungan dengan kegiatan belajar yang dilakukan, sesuai dengan kompetensi dasar dan materi standar yang dikaji. Hasil belajar bisa berbentuk pengetahuan, keterampilan maupun sikap16.

Ada juga yang mengartikan hasil belajar sebagai pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran Gagne, hasil belajar berupa informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, keterampilan motorik dan sikap. Menurut Bloom,

“hasil belajar mencakup kemampuan kognitif (pengetahuan, ingatan), afektif (sikap) dan psikomotorik (keterampilan)”.17

Dari dua definisi hasil belajar yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu alat ukur untuk mengetahui perubahan kemampuan seseorang (siswa) setelah melakukan aktivitas belajar dengan standar kemampuan tertentu yang telah ditetapkan.

15

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi…, hlm. 45.

16Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), Cet. I, hlm. 229.

17


(42)

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar yaitu faktor internal dan faktor eksternal. “Faktor internal meliputi faktor dari keadaan fisiologi (fisik) dan panca indra peserta didik. Serta dari faktor psikologi atau minat dan bakat peserta didik. Sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan dan instrument pendidikan meliputi kurikulum, sarana dan menejemen sekolah”18. Sealin itu ada juga yang mengatakan bahwa

“faktor yang mempengaruhi proses belajar adalah faktor waktu, pengetahuan tentang materi yang dipelajaripengetahuan akan prestasi sendiri dan faktor transfer (pengetahuan yang pernah dipelajari sebelumnya)”19.

e. Teori-teori Belajar

Setiap tindakan akademik atau tindakan ilmiah tidak telepas dari suatu teori. “Teori merupakan seperangkat prinsip-prinsip dan hubungan kausalitas dari proposisi-proposisi yang terorganisasi mengenai peristiwa-peristiwa tertentu dalam lingkungan”20. Teori harus dipaparkan oleh akademisi sebagai dasar atas apa yang telah dilakukan dan sebagai penguat argument atas apa yang telah dilakukan dalam menyusun sebuah karya ilmiah. Hal ini disebabkan karena teori mempunyai fungsi sebagai pisau analisis dari berbagai fakta dan fenomena.

Begitu juga dalam dunia pendidikan, seorang guru harus mengatahui landasan rasional dalam setiap tindak ajarnya. Teori sangat penting untuk dipahami seorang guru, fungsi teori dalam konteks belajar adalah memberikan kerangka kerja konseptual untuk suatu informasi belajar, memberikan rujukan untuk menyusun rancangan pelaksanaan pengajaran, mendiagnosa masalah-masalah dalam kegiatan belajar, mengkaji kejadian belajar dalam diri seseorang, mengkaji faktor eksternal yang memfasilitasi proses belajar.

18

Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, ( Jakarta: Kizi Brother’s, 2006), Cet. I, hlm.85.

19

Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: Bulan Bintang, 2000), Cet VIII, hlm. 45.

20


(43)

Berikut akan dipaparkan beberapa teori belajar yang telah dirumuskan oleh para ahli pendidikan dan psikologi:

1. Teori Koneksionisme

Teori ini dikemukakan oleh Edward Lee Thorndike, menurutnya “belajar adalah pembentukan hubungan antara stimulus dan respon antara aksi dan reaksi, sehingga akan terjadi hubungan yang erat jika sering dilatih. Berkat latihan yang terus menerus, hubungan antara stimulus dan respon akan menjadi terbiasa dan otomatis”21.

2. Teori Belajar Kognitif

Teori ini dikemukakan oleh Jean Piaget dan Jerome Bruner, dalam perspektif teori kognitif, “belajar adalah proses mental yang aktif untuk mencapai, mengingat dan menggunakan pengetahuan. Belajar adalah aktivitas yang melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks”22.

3. Teori Perilaku

Teori ini dikemukakan oleh Ivan Petrovich Pavlov, JB. Watson dan Edwin Guthrie. Teori ini berpendapat bahwa “tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau reinforment dari lingkungan. Guru yang menganut pandangan ini berpendapat bahwa tingkah laku peserta didik merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkah laku adalah hasil belajar23.

4. Teori Tanggapan

Teori tanggapan adalah teori belajar yang berpendapat bahwa dengan memasukkan tanggapan sebanyak-banyaknya, berulang-ulang dan sejelas-jelasnya akan menjadikan orang pintar, sebab tanggapan diartikan sebagai sebuah kesan yang tersimpan dalam otak. Teori ini dikemukan leh Herbert”24.

21

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi…, hlm. 24. 22

Agus Suprijono, Cooperative Learning…, hlm.22.

23

Agus Suprijono, Cooperative Learning…, hlm.16.

24


(44)

5. Teori Belajar R. Gagne

R. Gagne mengemukakan bahwa “belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan dan tingkah laku. Belajar juga diartikan sebagai pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi”25.

Dengan mengetahui beberapa teori dalam belajar seorang guru dapat menggunakan teor-teori tersebut sebagai pijakan atau landasan dalam menentukan tindak ajar agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

4. Hakikat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) a. Pengertian PTK

Penelitian dikalangan pendidikan bukan suatu hal yang baru lagi, penelitian tidak hanya dilakukan oleh para ilmuwan atau para akademis sosial saja, seorang guru juga merupakan seorang peneliti, karena seorang guru secara langsunga atau tidak bergelut dengan suatu proses penelitian di kelas atau di luar kelas. Jenis penilitian yang dilakukan oleh seorang guru dikenal dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau dalam istilah bahasa Inggris disebut Classroom Action Research (CAR). Penelitian jenis ini muncul pada tahun 1940-an yang merupakan salah satu model yang muncul di tempat kerja untuk memperbaiki atau meningkatkan kinerja kerja26. Berikut merupakan beberapa pengertian dari Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menurut para ahli: 1. Kemmis menyatakan bahwa “penelitian tindakan merupakan upaya

mengujicobakan ide-ide ke dalam praktik untuk memperbaiki atau

mengubah sesuatu agar memperoleh dampak nyata dari situasi”27 .

2. Ebbut mengemukakan bahwa “penelitian tindakan adalah kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran,

25

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi…, hlm. 22. 26

Isjoni, Pendidikan Sebagai Investasi Masa Depan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2006), Cet. I, hlm. 105.

27

Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. (JakartaBumi Aksara, 2007), Cet. II, hlm. 70


(45)

berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan

tersebut”28 .

3. David Hopkins menyatakan bahwa “penelitian tindakan kelas adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh guru atau kelompok guru untuk menguji anggapan-anggapan dari suatu teori pendidikan dalam praktik atau sebagai arti dari evaluasi dan melaksanakan seluruh prioritas program sekolah”29. 4. Russeffendi menyatakan bahwa “penelitian tindakan kelas merupakan

suatu tindakan terarah, terencana, cermat dan penuh perhatian yang dilakukan oleh pendidikan (guru) terhadap permasalahan yang ada dalam kelas yang bertujuan untuk perbaikan seperti mengajar, kurikulum dan

sebagainya”30 .

Dari beberapa pengertian penlitian tindakan kelas yang telah dikemukan tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu penelitian yang dilakukan oleh sorang guru (pendidik) yang dilakukan di kelas untuk memecahkan masalah dalam kegiatan belajar mengajar atau untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerja guru dalam mengajar dengan cara melakukan suatu tindakan yang diharapkan dapat memberikan hasil berdasarkan atas tindakan yang telah dilakukan.

b. Langkah-langkah PTK

Pada dasarnya PTK terdiri dari 4 (empat) tahapan dasar yang saling terkait dan berkesinambungan yaitu tahapan perencanaan (planning), tahapan pelaksanaan (acting), tahapan pengamatan (observing) dan tahapan refleksi

(reflecting). Namun sebelumnya tahapan ini diawali oleh suatu tahapan pra-PTK yang meliputi: identifikasi masalah, analisis masalah, rumusan masalah dan rumusan hipotesis. “Pada tahap pelaksanaan (tindakan) merupakan realisasi teori dan teknik mengajar yang telah dipersiapkan dalam tahap

28

Rochiati Rochiati, Metode Penelitian Tindakan Kelas. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), Cet. VIII, hlm. 12.

29

Margaretha Mega Natalia Kania Islami Dewi, Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: Tinta Emas Publishing, 2008), Cet. 1, hlm. 4.

30


(46)

perencanaan. Tahap observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Pada tahap ini berisi tentang pelaksanaan tindakan dan rencana yang sudah dibuat serta dampaknya terhadap proses dan hasil tindakan. Tahap refleksi merupakan tahapan untuk memproses data yang didapat pada saat melakukan pengamatan”31. Tahapan-tahapan tersebut membentuk sebuh siklus, siklus-siklus ini kemudian akan diikuti oleh siklus-siklus lain jika indikator keberhasilan belum tercapai.

c. Tujuan dan Manfaat PTK

Secara umum tujuan dari penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut: 1. Memperbaiki dan meningkatkan kondisi serta kualitas

pembelajaran di kelas.

2. Meningkatkan layanan profesional dalam konteks pembelajaran di kelas, khususnya layanan peserta didik. 3. Memberikan kesempatan kepada guru untuk melakukan

tindakan dalam pembelajaran yang di rencanakan di kelas. 4. Memberikan kesempatan kepada guru untuk melakukan

pengkajian terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukannya.

Adapun manfaat dari penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengembangkan dan melakukan inovasi pembelajaran.

2. Merupakan upaya pengembangan kurikulum di tingkat kelas. 3. Untuk meningkatkan profesional guru, melalui upaya

penelitian yang dilakukannya32.

Dari tujuan dan manfaat tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dalam kegiatan belajar mengajar dan meningkatkan profesionalitas pendidikan khususnya yang diemba oleh guru.

31

Margaretha Mega Natalia Kania Islami Dewi, Penelitian Tindakan…, hlm. 19. 32

Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. (Bandung: Remaja Rosdakarya. 2006), hlm. 155.


(47)

B. Acuan Teori Rancangan-rancangan Alternatif atau Disain-disain Alternatif Intervensi Tindakan yang Dipilih

Desain-desain alternatif intervensi tindakan pada penelitian dengan judul Penerapan Metode Pembelajaran PQ4R dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa menggunakan desain tindakan dengan menerapkan langkah-langkah PQ4R yaitu: 1. Disain Alternatif Pertama

Tabel 2.2 Disain Alternatif Pertama

No. Tahapan Tindakan

1. Preview

Meminta siswa untuk memperhatikan judul-judul dan topik utama, membaca tujuan umum rangkuman dan bacaan tersebut akan membahas tentang apa, setelah itu penjelasan secara singkat gambaran secara jelas tentang konsep permintaan dan penawaran, pengertian permintaan dan penawaran, bunyi hukum permintaan dan penawaran, faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran dan bentuk kurva permintaan dan penawaran, tujuannya untuk memotivasi siswa untuk bertanya.

2. Question Membagikan kartu pertanyaan kepada siswa dan

memintanya untuk mengisinya.

3. Read Guru meminta siswa untuk membaca wacana yang

berisikan materi pembelajaran.

4. Reflect

Guru meminta siswa untuk merefleksikan wacana yang sudah mereka baca dengan mengerjakan pertanyaan yang sudah tersediapada lembar kegiatan pembelajaran.

5. Recite Guru melakukan tanya jawab secara acak keseluruh

siswa.

6. Review Bersama-sama dengan siswa menyimpulkan materi yang


(48)

2. Disain Alternatif Kedua

Tabel 2.3 Disain Alternatif Kedua

No. Tahapan Tindakan

1. Preview

Meminta siswa untuk memperhatikan judul-judul dan topik utama, membaca tujuan umum rangkuman dan bacaan tersebut akan membahas tentang apa, setelah itu penjelasan secara singkat gambaran secara jelas tentang konsep harga, harga pasar dan harga kesimbangan serta hubungan antara permintaan dan penawaran dengan harga, harga pasar dan harga kesimbangnan tujuannya untuk memotivasi siswa untuk bertanya.

2. Question Membagikan kartu pertanyaan kepada siswa dan

memintanya untuk mengisinya.

3. Read Guru meminta siswa untuk membaca wacana yang

berisikan materi pembelajaran.

4. Reflect

Guru meminta siswa untuk merefleksikan wacana yang sudah mereka baca dengan mengerjakan pertanyaan yang sudah tersediapada lembar kegiatan pembelajaran.

5. Recite Guru melakukan tanya jawab secara acak keseluruh

siswa.

6. Review Bersama-sama dengan siswa menyimpulkan materi yang

sudah diberikan dengan tanya jawab interaktif.

C. Bahasan Hasil-hasil Penelitian yang Relevan

Telah banyak dilakukan penelitian tentang strategi-strategi belajar PQ4R. Metode ini telah terbukti efektif membantu siswa dan guru mengatasi permasalahan dalam kegiatan belajar mengajar. Diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Afrinawati (Sarjana S1 Pendidikan Biologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh Strategi PQ4R terhadap Hasil Belajar Siswa (Kuasi Eksperimen di SMA Darul Maarif). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pengaruh hasil belajar siswa dengan strategi


(49)

PQ4R dalam rata-rata posttest sebesar 61, 88 lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata postest kelas kontrol yang hanya sebesar 46”33.

Penelitian serupa juga telah dilakukan oleh Latifah Aryeni Shoffa (Sarjana S1 Pendidikan Fisika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) dalam skripsinya yang

berjudul “Pengaruh Metode Pembelajaran PQ4R terhadap Hasil Belajar Fisika (Kuasi Eksperimen di SMP Bakti Idatha Jakarta Selatan). Hasil penelitian ini menunjukkan perbedaan hasil posttest antara kelompok eksperimen yang diajarkan dengan metode PQ4R dengan kelompok kontrol yang diajarkan dengan metode tanya jawab. Pada kelompok eksperimen mengalami peningkatan sebesar 39, 35 angka, dimana nilai rata-rata hasil pretest 35, 8 menjadi 75, 15 pada pottest. Hasil belajar kelompok kontrol mengalami peningkatan sebesar 32 angka, dimana nilai rata-rata hasil pretest 35, 2 menjadi 67, 2 pada hasil postest. Ini menunjukkan bahwa kelompok eksperimen yang diajarkan dengan metode PQ4R memiliki kenaikkan nilai rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol yang diajarkan dengan metode tanya jawab”34.

Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh Mahmudah (Sarjana S1 Pendidikan Kimia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) dalam skripsinya yang

berjudul “Penerapan Metode Pembelajaran PQ4R dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa (Penelitian Tindakan Kelas di MA Darul Maarif Cilandak Jakarta Selatan). Hasil penelitian ini adalah hasil dari siklus I menunjukkan jumlah siswa yang mencapai nilai SKBM 65 belum mencapai 100% yaitu hanya 68, 9% dengan nilai tertinggi 75 dan terendah 60, siswa yang mendapatkan nilai diatas 65 sebesar 19 orang atau sekitar 82, 6 %, siswa yang mendapatkan nilai dibawah 65 sebanyak 4 orang atau 17, 4 %, sehingga penelitian dilanjutkan ke siklus II. Pada siklus II rata-rata untuk tes kemampuan kognitif adalah 71% dengan nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 65, seluruh siswa mendapatkan nilai 65 atau sudah tidak ada lagi siswa yang mendapatkan nilai dibawah 65, hal tersebut menunjukkan bahwa hasil

33

Afrinawati, “Pengaruh Strategi PQ4R terhadap Hasil Belajar Siswa (Kuasi

Eksperimen di SMA Darul Maarif)”, Skripsi S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Jakarta, 2010), hlm. 61, t.d.

34

Latifah Aryeni Shoffa, “Pengaruh Metode Pembelajaran PQ4R terhadap Hasil Belajar

Fisika (Kuasi Eksperimen di SMP Bakti Idatha Jakarta Selatan)”, Skripsi S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Jakarta, 2010), hlm. 48.


(50)

belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I dengan presentase rata-rata 68, 9% menjadi 71%”35.

D. Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan

Salah satu masalah dalam pembelajaran IPS di sekolah adalah rendahnya hasil belajar IPS siswa. Banyak faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa, salah satunya adalah minat belajar IPS siswa rendah karena anggapan bahwa IPS adalah pelajaran yang membosankan. Anggapan tersebut terjadi karena kurangnya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran.

Hasil belajar adalah suatu alat ukur untuk mengetahui perubahan kemampuan seseorang (siswa) setelah melakukan aktivitas belajar dengan standar kemampuan tertentu yang telah ditetapkan. Hasil belajar merupakan suatu indikator yang menentukan tercapai tidaknya tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

“Faktor internal meliputi faktor dari keadaan fisiologi (fisik) dan panca indra peserta didik. Serta dari faktor psikologi atau minat dan bakat peserta didik. Sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan dan instrument pendidikan meliputi kurikulum, sarana dan menejemen sekolah”36. Oleh karena itu diperlukan strategi pembelajaran yang dapat mengaktifkan peran siswa dalam proses pembelajaran. Salah satu metode pembelajaran yang dapat mengaktifkan peran siswa yaitu metode PQ4R. Metode PQ4R adalah metode pembelajaran yang digunakan untuk membantu siswa mengingat apa yang mereka baca. P (Preview), Q (Question), R (Read), R (Reflect), R (Recite), R (Review).

Metode PQ4R diharapkan dapat menumbuhkan dan mengembangkan pemahaman dan keaktifan siswa pada materi permintaan dan penawaran. Dengan diterapkannya metode ini siswa dapat menyiapkan materi tersebut dari memori

35

Mahmudah, “Penerapan Metode Pembelajaran PQ4R dalam Meningkatkan Hasil

Belajar Siswa (Penelitian Tindakan Kelas di MA Darul Maarif Cilandak Jakarta Selatan)”, Skripsi S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Jakarta, 2010), hlm. 71-72.

36


(1)

9.

RetnoYuningsih, “Pengaruh Pendekatana Metode Belajar Ploblem Solving dan Minat Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas VIIISMPN 2 Kartasura Tahun Ajaran 2007/2008”, Skripsi Sarjana S1 Universitas Muhammadiyah Surakarta, dalam http://etd.eprints.ums.ac.id/651/1/A210010002.pdf, Akses Kamis, 12 Mei 2011, hlm. 2

10. Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), Cet. 2, hlm. 40-41.

11. Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar….,hlm. 40.

12. Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana, 2009), Cet. 3, hlm. 151-153.

. 13. Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Puataka Pelajar, 2009), Cet. II, hlm. 24.

14. Agus Suprijono, Cooperative Learning…, hlm. 20. 15. Agus Suprijono, Cooperative Learning…, hlm. 17.

16.

Hasil wawancara dengan Ibu Nita Marginingsih, S. Pd (Guru Mata Pelajaran IPS Kelas 8.1 SMPN 3 Tangerang Selatan), pada Rabu 11 Mei 2011.

II 17. Sapriya, dkk., Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS. (Bandung: UPI Press, 2006), Cet. 1, hlm. 7.

18. Sapriya, dkk., Pembelajaran dan Evaluasi…, hlm. 8. 19. Sapriya, dkk., Pembelajaran dan Evaluasi…, hlm. 9. 20. Sapriya, dkk., Pembelajaran dan Evaluasi…, hlm. 12. 21. Sapriya, dkk., Pembelajaran dan Evaluasi…, hlm. 13.


(2)

22. Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Puataka Pelajar, 2009), Cet. II, hlm. 54.

23.

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep Landasan dan Implementasi pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). (Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2009), Cet III, hlm. 150.

24. Agus Suprijono, Cooperative Learning…, hlm. 103-104.

25.

Yatim Riyanto. Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi Bagi Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2009), Cet . I, hlm. 5.

26. Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar. (Jakarta: Rineka Cipta. 2008), Cet. II. hlm. 13.

27. Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu. 2001), Cet. III, hlm. 60.

28. Muhibbin Syah, Psikologi…, hlm. 61.

29. Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi…, hlm. 37. 30. Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi…, hlm. 45.

31.

Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), Cet. I, hlm. 229.

32. Agus Suprijono, Cooperative Learning…, hlm. 5-6.

33. Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, ( Jakarta: Kizi Brother’s, 2006), Cet. I, hlm.85.

34. Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: Bulan Bintang, 2000), Cet VIII, hlm. 45.


(3)

35. Agus Suprijono, Cooperative Learning…, hlm.15. 36. Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi…, hlm. 24. 37. Agus Suprijono, Cooperative Learning…, hlm.22. 38. Agus Suprijono, Cooperative Learning…, hlm.16. 39. Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi…, hlm. 18. 40. Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi…, hlm. 22.

41. Isjoni, Pendidikan Sebagai Investasi Masa Depan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2006), Cet. I, hlm. 105.

42. Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. (JakartaBumi Aksara, 2007), Cet. II, hlm. 70

43. Rochiati Rochiati, Metode Penelitian Tindakan Kelas. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), Cet. VIII, hlm. 12.

44. Margaretha Mega Natalia Kania Islami Dewi, Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: Tinta Emas Publishing, 2008), Cet. 1, hlm. 4. 45. Margaretha Mega Natalia Kania Islami Dewi, Penelitian Tindakan…,

hlm. 4.

46. Margaretha Mega Natalia Kania Islami Dewi, Penelitian Tindakan…, hlm. 19.

47. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. (Bandung: Remaja Rosdakarya. 2006), hlm. 155.

48. Afrinawati, “Pengaruh Strategi PQ4R terhadap Hasil Belajar Siswa (Kuasi Eksperimen di SMA Darul Maarif)”, Skripsi S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Jakarta, 2010), hlm. 61.


(4)

49. Latifah Aryeni Shoffa, “Pengaruh Metode Pembelajaran PQ4R terhadap Hasil Belajar Fisika (Kuasi Eksperimen di SMP Bakti Idatha Jakarta Selatan)”, Skripsi S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Jakarta, 2010), hlm. 48 50. Mahmudah, “Penerapan Metode Pembelajaran PQ4R dalam

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa (Penelitian Tindakan Kelas di MA Darul Maarif Cilandak Jakarta Selatan)”, Skripsi S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Jakarta, 2010), hlm. 71-72.

51. Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar…, hlm. 85.

III 52. Margaretha Mega Natalia Kania Islami Dewi, Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: Tinta Emas Publishing, 2008), Cet. 1, hlm. 5. 53. Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan ,

(Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007), Cet. 2, hlm. 77

54. Margaretha Mega Natalia Kania Islami Dewi, Penelitian Tindakan Kelas…,hlm. 19-21.

55. Anas Sudjono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 69-70.

56. Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, ( Jakarta : Bumi Aksara, 1999 ), hlm. 65.

Jakarta, 20 Agustus 2011

Mengetahui

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Drs. H. Syaripulloh, M. Si Maila Dinia Husni Rahim, MA, S.Pd NIP: 19670909 200701 1 033 NIP:19780314 200604 2 002


(5)

(6)

Dokumen yang terkait

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PREVIEW, QUESTION, READ, REFLECT, RECITE, REVIEW UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV DAUD SD MUHAMMADIYAH METRO PUSAT

1 17 89

PENINGKATAN KEMANDIRIAN BELAJAR MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PREVIEW, QUESTION, READ, REFLECT, RECITE, REVIEW Peningkatan Kemandirian Belajar Matematika Melalui Strategi Preview, Question, Read, Reflect, Recite, Review (PQ4R) (PTK Pada Siswa Kelas VIII A

0 0 16

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN PQ4R ( Preview, Penerapan Strategi Pembelajaran PQ4R ( Preview, Question, Read, Reflect, Recite, Review) Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran Ipa Siswa Kelas V SD Negeri Karangdawa Kecamatan Warungpring

0 2 18

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN PQ4R ( Preview, Question, Penerapan Strategi Pembelajaran PQ4R ( Preview, Question, Read, Reflect, Recite, Review) Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran Ipa Siswa Kelas V SD Negeri Karangdawa Kecamatan Wa

0 5 14

PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM MELALUI PENERAPAN MODEL PQ4R (PREVIEW, QUESTION, READ, Peningkatan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Melalui Penerapan Model Pq4r (Preview, Question, Read, Reflect, Recite, Review) Pada Siswa Kelas Iv Sdn

0 1 15

EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN PREVIEW, QUESTION, READ, REFLECT, RECITE, REVIEW (PQ4R) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP TENTANG UANG DAN PERBANKAN.

0 0 39

PENERAPAN METODE PQ4R (PREVIEW, QUESTION, READ, REFLECT, RECITE, REVIEW) BERBASIS MEDIA KOMIK PADA PEMBELAJARAN SISTEM HORMON TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA - repository UPI S BIO 1202476 Title

1 1 4

BAB II LANDASAN TEORI A. Hakikat Metode Pembelajaran PQ4R (Preview, Question, Read, Reflect, - PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PQ4R (PREVIEW, QUESTION, READ, REFLECT, RECITE, REVIEW ) TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII

0 3 30

PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PQ4R (PREVIEW, QUESTION, READ, REFLECT, RECITE, REVIEW ) TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 1 REJOTANGAN TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 29

BAB V PEMBAHASAN A. Pengaruh Metode Pembelajaran PQ4R (Preview, Question, Read, Reflect, - PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PQ4R (PREVIEW, QUESTION, READ, REFLECT, RECITE, REVIEW ) TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII DI S

0 0 11