TINGKAT KECUKUPAN ENERGI DAN PROTEIN SERTA STATUS GIZI ANAK BALITA RUMAH TANGGA MISKIN DI KECAMATAN BLAMBANGAN UMPU KABUPATEN WAY KANAN ADEQUACY LEVELS OF ENERGY AND PROTEIN, AND NUTRITIONAL STATUS IN UNDER FIVE YEARS CHILDREN OF POOR HOUSEHOLD AT BLAMBAN

(1)

TINGKAT KECUKUPAN ENERGI DAN PROTEIN SERTA STATUS GIZI ANAK BALITA RUMAH TANGGA MISKIN DI KECAMATAN

BLAMBANGAN UMPU KABUPATEN WAY KANAN

Oleh

PHARTOZY SILAEN

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEDOKTERAN

Pada

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG 2013


(2)

ABSTRACT

ADEQUACY LEVELS OF ENERGY AND PROTEIN, AND NUTRITIONAL STATUS IN UNDER FIVE YEARS CHILDREN OF

POOR HOUSEHOLD AT BLAMBANGAN UMPU SUBDISTRICT WAYKANAN DISTRICT

By

PHARTOZY SILAEN

Health and nutritional problem of mothers and under five years children is still concerning. Individual nutritional status was influenced by nutritional intake and infection. The under five years children of poor household are sensitive to have malnutrition. Aim of this study was to investigated adequacy levels of energy and protein on nutritional status in under five years children of poor housholed at Blambangan umpu Subdistrict, Waykanan District. Method of this study was survey-quantitative by cross-sectional approach. The population was all under five years children of age 24-60 months with 60 samples from two villages which was decided by participatoris. Nutritional status assessment by anthropometry. Data was analyzed by distribution-frequency table (univariat) and by chi-square test (bivariat). The result showed most children had normal weight and height, good adequacy levels of energy and protein, and the nutritional status due to BB/U,


(3)

TB/U and BMI/U were normal. The results showed significant correlation between adequacy levels of energy on under five years child nutritional status due to BB/U (p-value=0,02) and BMI/U (p-value = 0,008). There wasn’t significant correlation between adequacy level of protein on five years child nutritional status due to BB/U (p-value=0,08), TB/U (p-value=0,33) and BMI/U (p-value=0,2).

Key words : Adequacy levels of energy and protein, nutritional status, under five years children


(4)

ABSTRAK

TINGKAT KECUKUPAN ENERGI DAN PROTEIN SERTA STATUS GIZI ANAK BALITA RUMAH TANGGA MISKIN DI KECAMATAN

BLAMBANGAN UMPU KABUPATEN WAY KANAN

Oleh

PHARTOZY SILAEN

Masalah kesehatan dan gizi pada ibu dan balita masih memprihatinkan. Pada tingkat individu, keadaan gizi dipengaruhi oleh asupan gizi dan penyakit infeksi yang saling terkait. Anak balita di keluarga miskin rawan mengalami masalah gizi kurang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kecukupan energi dan protein serta status gizi anak balita pada rumah tangga miskin di Kecamatan Blambangan umpu, Kabupaten Way Kanan. Metode penelitian yang digunakan metode survei kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional. Populasi adalah seluruh anak balita usia 24-60 bulan dengan jumlah sampel sebanyak 60 anak balita yang diambil dari 2 Desa, sampel ini ditentukan secara partisipatoris. Tingkat kecukupan energi dan protein di teliti menggunakan food recall 24 jam. Penilaian status gizi dilakukan menggunakan antropometri. Data dianalisis secara univariat dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi dan bivariat dengan uji


(5)

chi square. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar anak memiliki berat badan dan tinggi badan normal, tingkat kecukupan energi baik, tingkat kecukupan protein baik, dan status gizi berdasarkan BB/U, TB/U, dan IMT/U termasuk pada kategori normal. Hasil uji chi square menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara tingkat kecukupan energi dengan status gizi balita berdasarkan indikator BB/U dan IMT/U ( p=0,02 dan p=0,008). Tidak terdapat hubungan bermakna antara tingkat kecukupan energi dengan status gizi balita berdasarkan indikator TB/U (p=0,19). Tidak terdapat hubungan bermakna antara tingkat kecukupan protein dengan status gizi balita berdasarkan BB/U, TB/U, dan IMT/U (p=0,08, p=0,33 dan p=0,2).


(6)

(7)

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... i

DAFTAR GAMBAR ... iii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Kerangka Penelitan ... 8

1. Kerangka Teori ... 8

2. Kerangka Konsep ... 9

F. Hipotesis ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kebutuhan Gizi Pada Balita ... 10

a. Energi ... 12

b. Protein ... 13

c. Lemak ... 14

d. Vitamin dan Mineral ... 15

B. Statuts Gizi ... 16

a. Definisi Status Gizi ... 16

b. Faktor – faktor yang mempengaruhi status gizi balita ... 18

c. Penilaian status gizi ... 20


(9)

2. Penilaian status gizi secara tidak langsung ... 22

d. Status gizi berdasarkan antropometri ... 23

III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 30

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 30

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 31

1. Populasi Penelitian ... 31

2. Sampel Penelitian ... 31

D. Kriteria Inklusi dan Eksklusi ... 32

1. Kriteria Inklusi ... 32

2. Kriteria Eksklusi ... 32

E. Variabel Penelitian ... 32

1. Variabel Bebas ... 32

2. Variabel Terikat ... 32

F. Definisi Operasional ... 33

G. Pengumpulan Data ... 34

1. Alat dan Instrumen Penelitian ... 34

2. Cara Pengambilan Data ... 35

H. Pengelolahan dan Analisis ... 36

1. Pengelolahan Data ... 36

2. Analisis Data ... 37

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden ... 38

B. Analisis Univariat ... 41

C. Analisis Bivariat ... 51

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 58

B. Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... iv


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka teori ... 8

2. Kerangka konsep ... 9

3. Metode Penelitian Status Gizi ... 23


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kecukupan Energi Untuk Anak Balita ... 13

2. Kecukupan Protein Anak Balita ... 14

3. Kecukupan Lemak Anak Balita ... 14

4. Kecukupan Vitamin dan Mineral Anak Balita ... 16

5. Kategori dan ambang batas status gizi anak berdasarkan indeks... 29

6. Definisi Operasional ... 33

7. Karakteristik balita berdasarkan umur ... 39

8. Karakteristik balita berdasarkan jenis kelamin ... 39

9. Karakteristik berdasarkan umur ibu balita ... 40

10. Karakteristik berdasarkan sosial ekonomi keluarga ... 40

11. Rataan Konsumsi, Angka Kecukupan Gizi dan Tingkat Kecukupan Gizi 46

12. Tingkat Kecukupan Gizi Makro ... 46

13. Tingkat Kecukupan Gizi Mikro ... 46

14. Distribusi Frekuensi Status Gizi ... 47

15. Tabulasi Silang Tingkat Kecukupan Energi dengan Status Gizi BB/U 51


(12)

17. Tabulasi Silang Tingkat Kecukupan Energi dengan Status Gizi IMT/U 53 18. Tabulasi Silang Tingkat Kecukupan Protein dengan Status Gizi BB/U 54 19. Tabulasi Silang Tingkat Kecukupan Protein dengan Status Gizi TB/U 55 20. Tabulasi Silang Tingkat Kecukupan Protein dengan Status Gizi IMT/U 56 21. Hasil Tabulasi Silang ... 57


(13)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi di Indonesia meningkat dengan pesat dalam 4 dekade terakhir ditandai dengan perbaikan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Pada tahun 2010, pendapatan nasional kotor per kapita adalah USD 3.004,9 meningkat menjadi USD 3.823 pada tahun 2013. Angka usia harapan hidup meningkat 70,1 tahun pada tahun 2010 menjadi 71,8 tahun pada tahun 2013. Walaupun demikian, beberapa indikator keberhasilan pembangunan masih memprihatinkan. Salah satu indikator yang diupayakan percepatan pencapaiannya adalah penurunan jumlah penduduk miskin. Tingkat kemiskinan telah menurun dari 14,1 persen pada tahun 2009 menjadi 13,3 persen pada tahun 2010 (BPS), namun masih diperlukan kerja keras untuk mengakselerasi pencapaian Millenium Development Goals (MDGs). Kesepakatan MDGs tersebut adalah penurunan 50 persen dari kondisi tahun 1990, menjadi 7,5 persen pada tahun 2015 (UNDP, 2010).

Demikian pula kondisi kelompok rentan ibu dan anak masih mengalami berbagai masalah kesehatan dan gizi. Hal ini ditandai dengan masih tingginya


(14)

angka kematian ibu dan angka kematian neonatal, prevalensi gizi kurang (BB/U) dan pendek (TB/U) pada anak balita, prevalensi anemia gizi kurang zat besi pada ibu hamil, gangguan akibat kurang yodium pada ibu hamil dan bayi serta kurang vitamin A pada anak balita. Pada tahun 2007 prevalensi anak balita yang mengalami gizi kurang dan pendek masing-masing 18,4 persen dan 36,8 persen. Pada tahun 2010 prevalensi gizi kurang dan pendek menurun menjadi masing-masing 17,9 persen dan 35,6 persen, tetapi masih terjadi perbedaan antarprovinsi yang perlu mendapat penanganan masalah yang sifatnya spesifik di wilayah rawan (Depkes RI, 2010).

Kondisi kesehatan anak Indonesia tergolong rendah dibanding negara-negara ASEAN (Malaysia, Filipina, Thailand, Singapura, Brunei Darussalam, dan Vietnam). Indeks Pembangunan Indonesia (IPM) saat ini ranking 121 dari 187 negara,naik 3 peringkat dari urutan 124 pada tahun lalu menurut Human Development Index (HDI). Salah satu faktor penentu HDI adalah tingkat kesehatan yang terkait erat dengan perbaikan gizi, selain pendidikan dan ekonomi (UNDP, 2012).

Masalah gizi terjadi di setiap siklus kehidupan, dimulai sejak dalam kandungan (janin), bayi, anak, dewasa dan usia lanjut. Periode dua tahun pertama kehidupan merupakan masa kritis, karena pada masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Gangguan gizi yang terjadi pada periode ini bersifat permanen tidak dapat dipulihkan walaupun kebutuhan gizi pada masa selanjutnya terpenuhi. Pada tingkat individu, keadaan gizi dipengaruhi oleh asupan gizi dan penyakit infeksi yang saling


(15)

3 terkait. Apabila seseorang tidak mendapat asupan gizi yang cukup akan mengalami kekurangan gizi dan mudah sakit. Demikian juga bila seseorang sering sakit akan menyebabkan gangguan nafsu makan dan selanjutnya akan mengakibatkan gizi kurang (Depkes RI, 2007).

Berdasarkan jumlah yang dibutuhkan oleh tubuh, zat gizi terbagi menjadi dua, yaitu zat gizi makro dan zat gizi mikro. Zat gizi makro adalah zat gizi yang dibutuhkan dalam jumlah besar dengan satuan gram. Zat gizi yang termasuk kelompok zat gizi makro adalah karbohidrat, lemak dan protein. Zat gizi mikro adalah zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah kecil atau sedikit tetapi ada dalam makanan. Zat gizi yang termasuk kelompok zat gizi mikro adalah mineral dan vitamin. Pemenuhan akan kedua zat gizi tersebut harus seimbang untuk mencegah terjadinya masalah kekurangan gizi. Asupan energi dan protein anak balita sangat penting. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan dan menurunkan daya tahan tubuh yang berakibat meningkatnya angka kesakitan dan kematian (Supariasa, 2002).

Anak balita di keluarga miskin rawan mengalami masalah gizi kurang karena pola makan dalam jumlah dan kualitas yang tidak memenuhi kebutuhan gizinya. Banyak faktor yang mempengaruhi jumlah asupan tersebut, misalnya rendahnya penghasilan serta kurangnya pengetahuan ibu tentang gizi anak balita. Masalah gizi lebih pada anak balita lebih sering terjadi di keluarga yang tidak miskin. Hal ini dapat dipengaruhi dengan kurangnya pengetahuan


(16)

dalam memenuhi kebutuhan gizi, misalnya mengkonsumsi makanan dengan kadar gula yang tinggi serta makanan instant yang siap saji.

Provinsi Lampung memiliki potensi sumber daya alam yang sangat beranekaragam, prospektif, dan dapat diandalkan, mulai dari pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan, pertambangan, pariwisata, sampai kehutanan. Hasil sumber daya alam di provinsi Lampung terus meningkat tiap tahunnya. Penduduk provinsi Lampung sebagian besar berprofesi sebagai bercocok tanam dan sebagian besar dari mereka menggunakan hasil pertanian tersebut untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari.

Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS), Provinsi Lampung menjadi salah satu provinsi di pulau Sumatera yang jumlah penduduk miskinnya terbanyak ke tiga setelah provinsi Bengkulu dan provinsi Nangroe Aceh Darusalam. Pada tahun 2011 jumlah penduduk miskin di provinsi Lampung masih sebesar 1,3 juta jiwa (16,93%), dengan jumlah terbesarnya berasal dari perdesaan yakni 1,06 juta jiwa (18,54%). Berdasarkan Riskedas 2010, prevalensi status gizi balita di Provinsi Lampung yang mengalami gizi kurang dan buruk mencapai 13,4%, berbadan pendek dan sangat pendek 36,3% serta yang kurus dan sangat kurus 13,9% (Balitbang Depkes, 2010).

Kabupaten Way kanan merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Lampung yang jumlah penduduk miskinnya masih banyak yaitu >30% serta merupakan salah satu kabupaten tertinggal di Indonesia dengan jumlah penduduk miskinnya 47 ribu KK (+168.000) dari 102 KK (Dinkes Way Kanan, 2012).


(17)

5 Kecamatan Blambangan umpu merupakan kecamatan yang dipilih secara sengaja untuk menjadi lokasi Hibah Penelitian PHK PKPD Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2013.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti tingkat kecukupan gizi energi dan protein serta status gizi balita pada rumah tangga miskin di Kecamatan Blambangan umpu, Kabupaten Way kanan.

B. Rumusan Masalah

Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di pulau Sumatera yang jumlah penduduk miskinnya terbanyak ke tiga setelah Bengkulu dan Nangroe Aceh Darusalam. Pada tahun 2011 jumlah penduduk miskin di Lampung masih sebesar 1,3 juta jiwa (16,93%), dengan jumlah terbesarnya berasal dari perdesaan yakni 1,06 juta jiwa (18,54%). Berdasarkan Riskedas 2010, prevalensi status gizi balita di Lampung yang mengalami gizi kurang dan buruk mencapai 13,4%, berbadan pendek dan sangat pendek 36,3% serta yang kurus dan sangat kurus 13,9%.

Anak balita di keluarga miskin umumnya mengalami masalah gizi kurang karena pola makan dalam jumlah dan kualitas yang tidak memenuhi kebutuhan gizinya. Banyak faktor yang mempengaruhi jumlah asupan tersebut, misalnya konsumsi pangan dan infeksi yang merupakan faktor secara langsung, serta rendahnya penghasilan dan kurangnya pengetahuan ibu


(18)

tentang gizi anak balita, misalnya mengkonsumsi makanan dengan kadar gula yang tinggi serta makanan instant yang siap saji.

Sesuai dengan penjelasan di atas maka rumusan masalah ini adalah adakah hubungan jumlah asupan energi dan protein serta status gizi balita pada rumah tangga miskin di Kec. Blambangan umpu, Kab. Way Kanan?

C. Tujuan Penelitian

- Tujuan Umum

Mengetahui tingkat kecukupan energi dan protein serta status gizi balita pada rumah tangga miskin di Kec. Blambangan umpu, Kab. Way Kanan.

- Tujuan Khusus

(1) Mengetahui tingkat kecukupan energi anak balita pada rumah tangga miskin di Kecamatan Blambangan umpu, Kabupaten Way Kanan. (2) Mengetahui tingkat kecukupan protein anak balita pada pada rumah

tangga miskin di Kecamatan Blambangan umpu, Kabupaten Way Kanan.

(3) Mengetahui status gizi anak balita pada rumah tangga miskin di Kecamatan Blambangan umpu, Kabupaten Way Kanan.

(4) Mengetahui hubungan antara tingkat kecukupan energi dengan status gizi anak balita pada rumah tangga miskin di Kecamatan Blambangan umpu, Kabupaten Way Kanan.


(19)

7 (5) Mengetahui hubungan antara tingkat kecukupan protein dengan status gizi anak balita pada pada rumah tangga miskin di Kecamatan Blambangan umpu, Kabupaten Way Kanan.

D. Manfaat Penelitian

(1) Manfaat bagi penulis

Mendapatkan pengalaman langsung dalam merencanakan penelitian, melaksanakan penelitian dan menyusun hasil penelitian mengenai hubungan tingkat kecukupan energi dan protein dengan status gizi balita pada rumah tangga miskin di Kabupaten Way kanan.

(2) Manfaat bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dan tambahan informasi penelitian yang berkaitan dengan hubungan tingkat kecukupan energi dan protein dengan status gizi balita.

(3) Manfaat bagi dinas kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi institusi dinas kesehatan setempat untuk lebih lagi memperhatikan keadaan status gizi anak balita di daerahnya.


(20)

E. Kerangka Penelitian

1. Kerangka teori

Penyebab langsung

Penyebab tidak

langsung

Akar masalah

Gambar 1. UNICEF, 1990 disesuaikan dengan kondisi Indonesia

= yang akan diteliti Pola Asuh Pemberian ASI/MP-ASI, pola asuh

psikososial, penyediaan MP-ASI, kebersihan dan sanitasi.

Pelayanan Kesehatan

dan Kesehatan Lingkungan

Daya Beli, Akses Pangan, Akses Informasi, Akses Pelayanan

Kemiskinan, Ketahanan Pangan & Gizi, Pendidikan, Kesehatan, Kependudukan

Pembangunan Ekonomi, Politik, Sosial Ketersediaan

dan Pola Konsumsi

Rumah Tangga

Status Gizi balita


(21)

9 2. Kerangka konsep

Variabel Perantara

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 2. Kerangka Konsep

F. Hipotesis

Hipotesis penelitian ini :

(1) Terdapat hubungan antara tingkat kecukupan energi dengan status gizi balita pada rumah tangga miskin di Kec. Blambangan umpu, Kab. Way Kanan.

(2) Terdapat hubungan antara tingkat kecukupan protein dengan status gizi balita pada rumah tangga miskin di Kec. Blambangan umpu, Kab. Way Kanan.

Jumlah Asupan Makan Balita

- Kalori - Lemak - Protein - Vitamin - Mineral

Pola makan balita (jenis dan ragam

makanan)

Tingkat Kecukupan Gizi Energi dan Protein

dan Zat Gizi

Status Gizi Balita


(22)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kebutuhan Gizi pada Balita

Gizi (nutrients) merupakan ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan. Disamping untuk kesehatan, gizi dikaitkan dengan potensi ekonomi seseorang, karena gizi berkaitan dengan perkembangan otak, kemampuan belajar, dan produktivitas kerja (Almatsier, 2002).

Berdasarkan jumlah yang dibutuhkan oleh tubuh, zat gizi terbagi menjadi dua, yaitu zat gizi makro dan zat gizi mikro. Zat gizi makro adalah zat gizi yang dibutuhkan dalam jumlah besar. Zat gizi yang termasuk kelompok zat gizi makro adalah karbohidrat, lemak, dan protein. Zat gizi mikro adalah zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah kecil atau sedikit tetapi ada dalam makanan. Zat gizi yang termasuk kelompok zat gizi mikro adalah mineral dan vitamin.

Energi dalam makanan terutama diperoleh dari karbohidrat, protein, dan lemak. Energi diperlukan untuk kelangsungan proses-proses di dalam


(23)

11 tubuh seperti proses peredaran dan sirkulasi darah, denyut jantung, pernafasan, pencernaan, proses fisiologi lainnya, untuk bergerak atau melakukan pekerjaan fisik. Energi dalam tubuh dapat timbul karena adanya pembakaran karbohidrat, protein dan lemak, karena itu agar energi tercukupi perlu pemasukan makanan yang cukup dengan mengkonsumsi makanan yang cukup dan seimbang. Protein diperlukan oleh tubuh untuk membangun sel-sel yang telah rusak, membentuk zat-zat pengatur seperti enzim dan hormon, membentuk zat anti energi dimana tiap gram protein menghasilkan sekitar 4,1 kalori (Almatsier, 2002).

Protein sebagai pembentuk energi tergantung macam dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi. Untuk menentukan nilai energi dan protein dalam tubuh dapat memperhatikan angka-angka protein tiap bahan makanan. Konsumsi makanan seseorang dapat dipengaruhi oleh kebiasaan makan yaitu tingkah laku manusia dalam memenuhi kebutuhannya akan makan yang meliputi sikap, kepercayaan dan pemilihan makanan (Supariasa, 2002).

Konsumsi makanan merupakan faktor utama yang berperan terhadap status gizi seseorang. Metode pengukuran konsumsi pangan untuk individu, antara lain metode recall 24 jam, metode estimated food recall, metode penimbangan makanan (food weighing), metode dietary history, dan metode frekuensi makanan (food frequency).

Angka Kecukupan Gizi (AKG) adalah banyaknya zat-zat minimal yang dibutuhkan seseorang untuk mempertahankan status gizi yang adekuat. AKG yang dianjurkan didasarkan pada patokan berat badan untuk


(24)

masing-masing kelompok umur, jenis kelamin, tinggi badan, berat badan, kondisi khusus (hamil dan menyusui) dan aktivitas fisik (Almatsier, 2002).

Angka kecukupan zat gizi individu dapat diperoleh dari perbandingan antara asupan zat gizi dengan standar angka kecukupan gizi seseorang.

BB Individu

AKG Individu = X AKG Energi/Protein BB Standar AKG

Selanjutnya pencapaian AKG (Tingkat Konsumsi Energi/Protein) untuk individu :

Tingkat Konsumsi Asupan Energi/Protein berdasarkan food recall

Energi/Protein = X 100% AKG Individu

Klasifikasi tingkat konsumsi dibagi menjadi empat dengan cut of points masing-masing sebagai berikut :

a. Baik : ≥ 100% AKG b. Sedang : 80-90% AKG c. Kurang : 70-80% AKG d. Defisit : < 70% AKG

a. Energi

Energi dalam makanan berasal dari nutrisi karbohidrat, protein, dan lemak. Setiap gram protein menghasilkan 4 kalori, lemak 9 kalori dan


(25)

13 karbohidrat 4 kalori. Distribusi kalori dalam makanan anak yang dalam keseimbangan diet (balanced diet) ialah 15% berasal dari protein, 35% dari lemak dan 50% dari karbohidrat. Kelebihan energi yang tetap setiap hari sebanyak 500 kalori, dapat menyebabkan kenaikan berat badan 500 gram dalam seminggu (Soediaoetama, 2004)

Tabel 1. Angka Kecukupan Energi Untuk Anak Balita Golongan umur Kecukupan Energi Kal/kg BB/hari

1 1-3 4-5

990 1200 1620

110 100 90 Sumber : Soediaoetama, 2004

b. Protein

Nilai gizi protein ditentukan oleh kadar asam amino esensial. Akan tetapi dalam praktek sehari-hari umumnya dapat ditentukan dari asalnya. Protein hewani biasanya mempunyai nilai yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan protein nabati. Protein telur dan protein susu biasanya dipakai sebagai standar untuk nilai gizi protein.

Nilai gizi protein nabati ditentukan oleh asam amino yang kurang (asam amino pembatas), misalnya protein kacang-kacangan. Nilai protein dalam makanan orang Indonesia sehari-hari umumnya diperkirakan 60% dari pada nilai gizi protein telur (Soediaoetama, 2004).


(26)

Tabel 2. Angka Kecukupan Protein Anak Balita (gr/kgBB sehari )

Sumber : Soediaoetama, 2004

c. Lemak

Lemak merupakan komponen struktural dari semua sel-sel tubuh, yang dibutuhkan oleh ratusan bahkan ribuan fungsi fisiologis tubuh (McGuire & Beerman, 2011). Lemak terdiri dari trigliserida, fosfolipid dan sterol yang masing-masing mempunyai fungsi khusus bagi kesehatan manusia. Sebagian besar (99%) lemak tubuh adalah trigliserida. Trigliserida terdiri dari gliserol dan asam-asam lemak. Disamping mensuplai energi, lemak terutama trigliserida, berfungsi menyediakan cadangan energi tubuh, isolator, pelindung organ dan menyediakan asam-asam lemak esensial (Mahan & Escott-Stump, 2008).

Tabel 3. Tingkat Kecukupan Lemak Anak Balita

Umur Gram

0-5 bulan 6-11 bulan 1-3 tahun 4-6 tahun 31 36 44 62 Sumber : Hardinsyah, 2012

Umur (tahun) gram / hari

1 2 3 4 5 1,27 1,19 1,12 1,06 1,01


(27)

15 d. Vitamin dan Mineral

Pada dasarnya dalam ilmu gizi, nutrisi atau yang lebih dikenal dengan zat gizi dibagi menjadi 2 macam, yaitu makronutrisi dan mikronutrisi. Makronutrisi terdiri dari protein, lemak, karbohidrat dan beberapa mineral yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah yang besar. Sedangkan mikronutrisi (mikronutrient) adalah nutrisi yang diperlukan tubuh dalam jumlah sangat sedikit (dalam ukuran miligram sampai mikrogram), seperti vitamin dan mineral (Sandjaja, 2009).

Menurut Almatsier (2001), vitamin adalah zat-zat organik kompleks yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah sangat kecil. Vitamin dibagi menjadi 2 kelompok yaitu vitamin yang larut dalam air (vitamin B dan C) dan vitamin yang tidak larut dalam air (vitamin A, D, E dan K). Menurut Soerdarmo dan Sediaoetama (1977), satuan untuk vitamin yang larut dalam lemak dikenal dengan Satuan Internasional (S.I) atau I.U (International Unit). Sedangkan yang larut dalam air maka berbagai vitamin dapat diukur dengan satuan milligram atau mikrogram.

Mineral merupakan bagian dari tubuh dan memegang peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ maupun fungsi tubuh secara keseluruhan, berperan dalam berbagai tahap metabolisme, terutama sebagai kofaktor dalam aktivitas enzim-enzim (Almatsier, 2001).


(28)

Tabel 4. Tingkat Kecukupan Vitamin dan Mineral Anak Balita Umur Kalsium

(mg) Fosfor (mg) Zat besi (mg) Vitamin A (RE) Vitamin C (mg) 0-5 bulan 6-11 bulan 1-3 tahun 4-6 tahun 200 400 500 500 100 225 400 400 0,5 7 8 9 375 400 400 450 40 40 40 45 Sumber : Angka Kecukupan Gizi, 2004

B. Status Gizi

a. Definisi Status Gizi

Status gizi adalah interpretasi dari data yang didapatkan dengan menggunakan berbagai metode untuk mengindentifikasi populasi atau individu yang beresiko atau dengan status gizi buruk ( Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Universitas Indonesia, 2007 ).

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi adalah konsumsi makanan dan pengguanan zat-zat gizi dalam tubuh. Tubuh yang memperoleh cukup zat-zat gizi dan digunakan secara efisien akan mencapai status gizi yang optimal. Defisiensi zat mikro seperti vitamin dan mineral memberi dampak pada penurunan status gizi dalam waktu yang lama (Almatsier, 2002).

Status gizi merupakan keadaan keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat gizi yang diperlukan tubuh untuk tumbuh kembang terutama untuk anak balita, aktivitas, pemeliharan kesehatan, penyembuhan bagi


(29)

17 mereka yang menderita sakit dan proses biologis lainnya di dalam tubuh (Depkes RI, 2008).

Kebutuhan bahan makanan pada setiap individu berbeda karena adanya variasi genetik yang akan mengakibatkan perbedaan dalam proses metabolisme. Sasaran yang dituju yaitu pertumbuhan yang optimal tanpa disertai oleh keadaan defisiensi gizi. Status gizi yang baik akan turut berperan dalam pencegahan terjadinya berbagai penyakit, khususnya penyakit infeksi dan dalam tercapainya tumbuh kembang anak yang optimal.

Kelompok umur yang rentan terhadap penyakit-penyakit kekurangan gizi adalah kelompok bayi dan anak balita. Oleh sebab itu, indikator yang paling baik untuk mengukur status gizi masyarakat adalah melalui status gizi balita.

Menurut WHO, pemeliharan status gizi anak sebaiknya :

a. Dimulai sejak dalam kandungan. Ibu hamil dengan gizi yang baik, diharapkan akan melahirkan bayi dengan status gizi yang baik pula.

b. Setelah lahir segera beri ASI eksklusif sampai usia 4 atau 6 bulan.

c. Pemberian makanan pendampingan ASI (weaning food ) bergizi, mulai usia 4 atau 6 bulan secara bertahap sampai anak dapat menerima menu lengkap keluarga.

d. Memperpanjang masa menyususi (prolog lactation) selama ibu dan bayi menghendaki.


(30)

b. Faktor - faktor yang mempengaruhi status gizi balita

Faktor yang secara langsung mempengaruhi status gizi adalah asupan makanan dan penyakit infeksi. Berbagai faktor yang melatarbelakangi kedua faktor tersebut misalnya faktor ekonomi dan keluarga (Suhardjo, 2000).

a. Faktor Langsung

1) Konsumsi Pangan

Penilaian konsumsi pangan rumah tangga atau secara perorangan merupakan cara pengamatan langsung yang dapat menggambarkan pola konsumsi penduduk menurut daerah, golongan sosial ekonomi dan sosial budaya. Konsumsi pangan lebih sering digunakan sebagai salah satu teknik untuk memajukan tingkat keadaan gizi (Moehji, 2003).

2) Infeksi

Penyakit infeksi dan keadaan gizi anak merupakan 2 hal yang saling mempengaruhi. Dengan infeksi, nafsu makan anak mulai menurun dan mengurangi konsumsi makanannya, sehingga berakibat berkurangnya zat gizi ke dalam tubuh anak. Dampak infeksi yang lain adalah muntah dan mengakibatkan kehilangan zat gizi. Infeksi yang menyebabkan diare pada anak mengakibatkan cairan dan zat gizi di dalam tubuh berkurang. Kadang–kadang orang tua juga melakukan pembatasan makan akibat infeksi yang diderita dan menyebabkan asupan zat gizi sangat kurang


(31)

19 sekali bahkan bila berlanjut lama mengakibatkan terjadinya gizi buruk (Moehji, 2003).

b. Faktor Tidak Langsung

1) Pengetahuan Gizi

Pengetahuan tentang gizi adalah kepandaian memilih makanan yang merupakan sumber zat-zat gizi dan kepandaian dalam mengolah bahan makanan. Status gizi yang baik penting bagi kesehatan setiap orang, termasuk ibu hamil, ibu menyusui dan anaknya. Pengetahuan gizi memegang peranan yang sangat penting dalam penggunaan dan pemilihan bahan makanan dengan baik sehingga dapat mencapai keadaan gizi yang seimbang (Suhardjo, 2005).

2) Tingkat Pendapatan

Tingkat pendapatan sangat menentukan bahan makanan yang akan dibeli. Pendapatan merupakan faktor yang penting untuk menetukan kualitas dan kuantitas makanan, maka erat gubungannya dengan gizi (Suhardjo, 2005).


(32)

3) Besar Keluarga

Besar keluarga atau banyaknya anggota keluarga berhubungan erat dengan distribusi dalam jumlah ragam pangan yang dikonsumsi anggota keluarga (Suhardjo, 2005).

Keberhasilan penyelenggaraan pangan dalam satu keluarga akan mempengaruhi status gizi keluarga tersebut. Besarnya keluarga akan menentukan besar jumlah makanan yang di konsumsi untuk tiap anggota keluarga. Semakin besar umlah anggota keluarga maka semakin sedikit jumlah konsumsi gizi atau makanan yang didapatkan oleh masing-masing anggota keluarga dalam jumlah penyediaa makanan yang sama (Supariasa, 2002).

c. Penilaian Status Gizi

Menurut (Supariasa, 2002), pada dasarnya penilaian status gizi dapat dibagi dua yaitu secara langsung dan tidak langsung.

1. Penilaian status gizi secara langsung

Penilaian status gizi secara lansung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu : antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi.


(33)

21 Ketidakseimbanagan ini terlihat pada pola pertumbuhna fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh (Supariasa, 2002).

Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk melihat status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (sipervicial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid (Supariasa, 2002).

Metode klinis umumnya untuk survey klinis secara cepat (rapid clinical suveys). Survey ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) atau riwayat penyakit (Supariasa, 2002).

Pemeriksaan secara biokimia merupakan pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratorium yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain : darah, urine, tinja, dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot. Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi (Supariasa, 2002).


(34)

Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dan jaringan. Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemik, cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap (Supariasa, 2002).

2. Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung

Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga yaitu: survei konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi.

1. Survei konsumsi makanan merupakan metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.

2. Statistik vital merupakan pengukuran dengan menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian bedasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu. 3. Faktor ekologi digunakan untuk mengungkapkan bahwa

malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interkasi beberapa faktor fisik, biologis, dan lingkungan budaya.


(35)

23

Gambar 3. Metode Penelitian Status Gizi (Supariasa, 2002)

d. Status Gizi Bedasarkan Antropometri

Di masyarakat, cara pengukuran status gizi yang paling sering digunakan adalah antropometri gizi. Dewasa ini dalam program gizi masyarakat, pemantauan status gizi anak balita menggunakan metode antropometri, sebagai cara untuk menilai status gizi. Antropometri berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Berbagai jenis ukuran tubuh antara lain : berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas dan tebal lemak di bawah kulit. Keunggulan antropometri antara lain alat yang digunakan mudah didapatkan dan digunakan, pengukuran dapat dilakukan berulang-ulang dengan mudah dan objektif, biaya relatif murah, hasilnya mudah disimpulkan, dan secara ilmiah diakui keberadaannya (Supariasa, 2002).

Penilaian Status Gizi

Pengukuran Langsung Pengukuran Tidak Langsung

1. Antropometri 2. Biokimia 3. Klinis 4. Biofisik

1. Survei Konsumsi 2. Statistik Vital 3. Faktor Ekologi


(36)

a. Parameter Antropometri

Supariasa (2002) menyatakan bahwa antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain:

1. Umur

Faktor umur sangat penting dalam penetuan status gizi. Kesalahan penentuan umur akan menyebabkan interpretasi status gizi menjadi salah. Hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat.

2. Berat Badan

Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling sering digunakan pada bayi baru lahir (neonates). Pada masa bayi-balita, berat badan dapat digunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizi. Berat badan merupakan pilihan utama karena parameter yang paling baik, mudah dipakai, mudah dimengerti, memberikan gambaran konsumsi energi terutama dari karbohidrat dan lemak. Alat yang dapat memenuhi persyaratan dan kemudian dipilih dan dianjurkan untuk digunakan dalam penimbangan anak balita adalah dacin (Supariasa, 2002).


(37)

25 3. Tinggi badan

Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang telah lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat. Disamping itu tinggi badan merupakan ukuran kedua terpenting, karena dengan menghubungkan berat badan terhadap tinggi badan, faktor umur dapat dikesampingkan. Pengukuran tinggi badan untuk anak balita yang sudah dapat berdiri dilakukan dengan alat pengukuran tinggi mikrotoa (microtoise) yang mempunyai ketelitian 0,1 (Supariasa, 2002).

b. Indeks Antropometri

Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi. Kombinasi antara beberapa parameter disebut Indeks Antropometri. Beberapa indeks antropometri yang sering digunakan yaitu Berat Badan menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U), dan Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) (Supariasa, 2002).

1. Berat Badan menurut Umur (BB/U)

Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau


(38)

menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi. Berat badan merupakan parameter antopometri yang sangat labil.

Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya dalam keadaan abnormal, terdapat 2 kemungkinan perkembanagan berat badan, yaitu dapat berkembang cepat atau lebih lambat dari keadaan normal. Berdasarkan karakteristik berat badan ini, maka indeks berat badan menurut umur digunakan sebagai salah satu cara pengukuran status gizi. Mengingat karakteristik berat badan yang labil, maka indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini (current nutrional status) (Supariasa,2002).

Kelebihan Indeks BB/U antara lain lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum, baik untuk mengukur status gizi akut atau kronis, sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan kecil, dan dapat mendeteksi kegemukan. Kelemahan Indeks BB/U adalah dapat mengakibatkan interpretasi status gizi yang keliru bila terdapat edema maupun acites, memerlukan data umur yang akurat, terutama untuk anak dibawah usia 5 tahun, sering terjadi kesalahan pengukuran, seperti pengaruh pakaian atau gerakan anak pada saat penimbangan (Supariasa,2002).


(39)

27 2. Tinggi Badan menurut Umur (TB/U)

Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang relatif lama. Bedasarkan karakteristik tersebut di atas, maka indeks ini menggambarkan konsumsi protein masa lalu (Supariasa, 2002).

Kelebihan indeks TB/U:

a) Baik untuk menilai status gizi masa lampau

b) Ukuran panjang dapat dibuat sendiri, murah, dan mudah dibawa.

Kekurangan indeks TB/U:

a) Tinggi badan tidak cepat naik, bahkan tidak mungkin turun. b) Pengukuran relatif lebih sulit dilakukan karena anak harus

berdiri tegak, sehingga diperlukan dua orang untuk melakukannya (Supariasa, 2002).

3. Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB)

Berat badan memiliki hubungan yang linier dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dan kecepatan


(40)

tertentu. Indeks BB/TB adalah merupakan indeks yang independent terhadap umur. Keuntungan Indeks BB/TB adalah tidak memerlukan data umur, dapat membedakan proporsi badan (gemuk, normal, dan kurus). Kelemahan Indeks BB/TB adalah tidak dapat memberikan gambaran, apakah anak tersebut pendek, cukup tinggi badan, atau kelebihan tinggi badan menurut umurnya.

Dalam praktek sering mengalami kesulitan dalam melakukan pengukuran panjang/tinggi badan pada kelompok balita. Dengan metode ini membutuhkan dua macam alat ukur, pengukuran relatif lebih lama. Membutuhkan dua orang untuk melakukannya.

4. Indeks Massa Tubuh Menurut Umur (IMT/U)

Faktor umur sangat penting dalam menentukan status gizi. Hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat (Supariasa, 2002).

Pengukuran status gizi balita dapat dilakukan dengan indeks antropometri dan menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT). Rumus IMT:

IMT = BB (kg) x TB2 (m)

Keterangan : IMT : Indeks Massa Tubuh BB : Berat Badan (kg) TB : Tinggi Badan (m)


(41)

29 Tabel 5. Kategori dan ambang batas status gizi anak

berdasarkan indeks

Sumber : Kemenkes 2011

Indeks Kategori Status

Gizi

Ambang Batas (z-Score) Berat badan

menurut Umur (BB/U) Anak Umur 0-60 bulan

Tinggi badan menurut umur (TB/U) Anak Umur 0-60 bulan

Berat badan menurut Tinggi badan (BB/TB) Anak Umur 0-60 bulan

Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U) Anak Umur 0-60 bulan

Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U) Anak Umur 5-18 tahun Gizi buruk Gizi kurang Gizi baik Gizi lebih Sangat pendek Pendek Normal Tinggi Sangat kurus Kurus Normal Gemuk Sangat kurus Kurus Normal Gemuk Sangat kurus Kurus Normal Gemuk Obesitas

< -3 SD

-3 SD sampai dengan < -2 SD -2 SD sampai dengan 2 SD

>2 SD < -3 SD

-3 SD sampai dengan < -2 SD -2 SD sampai dengan 2 SD

>2 SD < -3 SD

-3 SD sampai dengan < -2 SD -2 SD sampai dengan 2 SD

>2 SD < -3 SD

-3 SD sampai dengan < -2 SD -2 SD sampai dengan 2 SD

>2 SD < -3 SD

-3 SD sampai dengan < -2 SD -2 SD sampai dengan 1 SD >1 SD sampai dengan 2 SD


(42)

III. METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung yang berjudul

Penyusunan Model Perbaikan Status Gizi Dan Kesehatan Anak Balita Pada Rumah Tangga Miskin Di Kabupaten Way Kanan”. Desain penelitian ini menggunakan jenis penelitian survei kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional, yaitu peneliti mempelajari hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat yang diobservasi hanya sekali pada saat yang sama. Penelitian ini bersifat partisipatoris yaitu responden yang diteliti ikut berperan aktif dalam mencapai tujuan penelitian (Notoatmodjo, 2012).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Pengambilan data ini dilakukan pada bulan Agustus 2013. Lokasi penelitian ditetapkan secara sengaja (purposive) di 2 Desa yaitu yang merupakan ibukota Kecamatan dan Desa yang berada jauh dari ibukota Kecamatan Blambangan Umpu.


(43)

31 C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah semua balita yang berumur 24-60 bulan yang terdapat di Desa Lembasung dan Desa Umpu Bakti pada Kecamatan Blambangan Umpu Kabupaten Way kanan.

2. Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah anak balita yang berasal dari rumah tangga miskin yang kedua orang tuanya yang masih hidup. Sampel penelitian ini masing-masing adalah 30 balita dari setiap desa yang sudah ditentukan dari Kecamatan Blambangan Umpu. Sampel 60 balita sudah mencukupi untuk melakukan penelitian. Sampel penelitian ini ditentukan secara partisipatoris dan responden didasarkan pada kriteria inklusi dan eksklusi.

Prosedur pengambilan sampel sebagai berikut :

Gambar 4. Prosedur Pengambilan Sampel Desa Umpu Bakti Desa Lembasung

30 Balita 30 Balita

Kab. Way Kanan


(44)

D. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

1. Kriteria Inklusi

(1) Balita yang berumur 24-60 bulan.

(2) Balita berasal dari rumah tangga miskin yang datanya akan diambil dari data desa terpilih.

(3) Balita yang bersedia ditimbang berat badannya. (4) Balita yang bersedia diukur tinggi badannya.

2. Kriteria Eksklusi

Balita yang mengalami cacat fisik yang tidak bisa diukur tinggi badan dan berat badannya.

E. Variabel Penelitian

Variabel Penelitian meliputi :

1. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu : a. Tingkat kecukupan energi

b. Tingkat kecukupan protein.

2. Variabel Terikat


(45)

33 F. Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Skala

Status Gizi Status gizi merupakan suatu

ukuran keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrisi yang diindikasikan oleh variabel tertentu yang diukur melalui indikator BB/U,TB/U, IMT/U berdasarkan standar baku WHO - Antropometri 2005.

Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan

Alat pengukur berat badan dan tinggi badan

0=buruk-kurang 1=baik-lebih Keterangan: 1=< -3 SD

2= -3 SD - < -2 SD 3= -2 SD - 2 SD 4= >2 SD

Sumber: Kemenkes 2011

Ordinal

Tingkat Kecukupan Energi Rata-rata tingkat konsumsi energi dengan pangan yang seimbang yang disesuaikan dengan pengeluaran energi pada kelompok umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, dan aktivitas fisik (Hardisyah dan Tambunan, 2004)

Wawancara Kuisioner dengan metode

food recall 24 jam

0=defisit-kurang 1=sedang-baik Keterangan:

Baik : ≥100% AKG

Sedang : 80-90% AKG Kurang :70-80% AKG Defisit : < 70% AKG

Nominal

Tingkat Kecukupan Protein

Rata-rata konsumsi protein dengan pangan yang seimbang disesuaikan dengan kelompok umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, dan aktivitas fisik

(Hardisyah dan Tambunan, 2004).

Wawancara Kuisioner dengan metode

food recall 24 jam

0=defisit-kurang 1=sedang-baik

Keterangan:

Baik : ≥100% AKG

Sedang :80-90% AKG Kurang :70-80% AKG Defisit : < 70% AKG


(46)

G. Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Pengambilan data primer yaitu pengukuran langsung dan observasi pada anak balita. Pengukuran data sekunder dikumpulkan dari bahan-bahan yang relevan, terutama dengan menelaah data laporan posyandu yang ada di kader gizi.

Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi : perizinan tempat penelitian di mulai dari Pemerintah Kabupaten Way kanan kemudian ke Kecamatan Blambangan umpu kemudian dilanjutkan ke desa yang sudah ditentukan, melakukan survei/peninjauan tempat penelitian, melakukan uji coba kuisioner dan uji coba pengukuran BB, TB, pelatihan pengambiln sampel, turun lapang untuk pengambilan sampel, entry dan editing data, dan pengolahan data

1. Alat dan Instrumen Penelitian

(a) Timbangan injak yang digital dengan tingkat ketelitian 0,5 cm. (b) Meteran dengan ketelitian 0,1 cm.

(c) Kuisioner food recall 24 jam yang dilengkapi dengan identitas balita.


(47)

35 2. Cara Pengambilan Data

Cara mengukur :

a) Berat badan

(1) Meletakkan timbangan injak di lantai yang rata.

(2) Posisi jarum harus berada pada angka 0 sebelum digunakan. (3) Balita ditimbang dengan tanpa menggunakan alas kaki dan

benda-benda yang menambah berat badan balita.

(4) Balita dalam posisi tegak lurus, pandangan lurus kedepan, kedua kaki diatas timbagan.

(5) Peneliti membaca angka pada jarum timbangan dengan posisi di depan timbangan.

b) Tinggi badan

(1) Balita diminta untuk berdiri menempel dinding atau kayu yang rata.

(2) Beri tanda menggunakan pensil pada ujung kepala balita.

(3) Peneliti mengukur dari lantai sampai batas yang sudah diberi tanda.

(4) Balita berdiri tegak, kaki lurus, tumit, pantat, punggung dan kepala harus menempel pada diding dan pandangan lurus ke depan.


(48)

c) Umur balita

Umur balita diukur dengan mengurangi tanggal pada saat pengambilan data dengan tanggal lahir balita. Bila jumlah hari kurang dari 15 dibulatkan ke bawah dan bila lebih dari 15 dibulatkan ke atas.

d) Asupan Energi dan Protein

Data asupan energi dan protein didapatkan berdasarkan hasil wawancara kepada ibu dari balita dengan menggunakan instrumen penelitian berupa kuisioner food recall 24 jam.

H. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Data dari hasil pengumpulan data di ubah dalam bentuk tabel-tabel yang diolah menggunakan perangkat lunak. Proses pengolahan data menggunakan komputer ini terdiri dari beberapa langkah :

a. Koding

Data yang terkumpul selama penelitian diterjemahkan ke dalam simbol untuk keperluan analisa.

b. Data Entry

Data yang terkumpul dimasukkan ke dalam komputer c. Verifikasi

Pemeriksaan secara visual terhadap data yang sudah dimasukkan ke dalam komputer.

d. Output Computer


(49)

37 2. Analisa Data

a. Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan untuk mendeskripsikan variabel bebas yaitu tingkat kecukupan energi dan tingkat kecukupan protein serta zat gizi lain dan variabel terikat yaitu status gizi balita di desa terpilih.

b. Analisa Bivariat

Analisa ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Dikarenakan variabel-variabel dalam penelitian ini berskala ordinal dan nominal maka analisa ini dilakukan dengan menggunakan uji Chi-square.

Bila nilai probabilitas ≤ 0,05 maka signifikan, dengan kata lain

variabel jumlah tingkat kecukupan energi dan tingkat kecukupan protein dapat dihubungkan dengan status gizi balita di desa terpilih

tersebut. Bila nilai probabilitas ≥ 0,05 maka tidak signifikan dengan

kata lain variabel tersebut tidak layak digunakan untuk memprediksi status gizi balita di desa terpilih.


(50)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis tingkat kecukupan energi dan protein dengan status gizi balita maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Balita yang dikategorikan memiliki tingkat kecukupan energi yang baik sebanyak 30 anak balita (50%) sedangkan balita yang dikategorikan memiliki tingkat kecukupan energi defisit sebanyak 20 anak balita (33,3%).

2. Balita yang dikategorikan memiliki tingkat kecukupan protein yang baik sebanyak 46 anak balita (76,7%) sedangkan balita yang dikategorikan memiliki tingkat kecukupan protein defisit sebanyak 6 anak balita (10%). 3. Balita yang dikategorikan memiliki status gizi baik dan normal

berdasarkan indikator BB/U, TB/U dan IMT/U secara beturut-turut adalah 43 anak balita (73,35%), 46 anak balita (76,7%) dan 45 anak balita (75%) sedangkan balita yang dikategorikan memiliki status gizi buruk berdasarkan indikator BB/U, TB/U dan IMT/U secara beturut-turut adalah 1 anak balita (1,6%), 3 anak balita (5%), 1 anak balita (1,6%).

4. Tingkat kecukupan energi dengan status gizi berdasarkan indikator BB/U dan IMT/U memiliki hubungan bermakna (p=0,02 dan p=0,008)


(51)

59 sedangkan tingkat kecukupan energi dengan status gizi berdasarkan indikator TB/U tidak memiliki hubungan bermakna (p=0,19).

5. Tingkat kecukupan protein dengan status gizi berdasarkan indikator BB/U, TB/U dan IMT/U tidak memiliki hubungan bermakna (p =0,08, p=0,33, p=0,2).

B. Saran

Pada penelitian ini ditemukan terdapat beberapa anak balita yang berada di desa jauh dari kota yang mengalami gizi buruk, hal ini perlu diperhatikan oleh dinas yang terkait untuk memberi bantuan berupa bahan makanan untuk memenuhi konsumsi makanan anak balita. Pada konsumsi zat gizi mikro juga masih ditemukan anak balita yang belum tercukupi seperti : kalsium, vitamin A dan vitamin C dengan demikian disarankan kepada ibu-ibu balita untuk lebih lagi untuk memenuhi tingkat kecukupan gizi tersebut karena zat gizi yang kurang tercukupi dapat mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan anak balita. Pada penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara tingkat kecukupan energi terhadap status gizi pada rumah tangga miskin, oleh sebab itu disarankan kepada pemerintah untuk memberi bantuan kepada warga rumah tangga miskin seperti beras, minyak goreng, dan sumber-sumber energi lainnya.


(52)

DAFTAR PUSTAKA

Agustien., AC. 2008. Hubungan Antara Kondisi Psikologis, Tingkat Kecukupan Energi, Protein dan Tingkat Aktivitas Fisik Dengan Status Gizi Lansia Di Panti Wreda Harapan Ibu Gondoriyo Semarang. Artikel Penelitian. Semarang : Universitas Diponegoro

Almatsier, S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. Almatsier, S. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.

[BAPPENAS]-Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2007. Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi (RAN-PG) 2006-2010. Bappenas, Jakarta.

[Balitbang Depkes RI]-Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan RI. 2010. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar (Riskedas) Tahun 2010. Depkes RI, Jakarta

Baliwati, YF. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi, Cetakan I. Jakarta: Penerbit Swadaya. Hal. 89

Bredbenner, CB., Beshgetoor, D., Moe, G., Berning, J., editor. 2007. Wardlaw’s Perspective in Nutrition. Edisi 8. New York: McGraw & Hill.

_________________________________________________. 2011. Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi (RAN-PG) 2011-2015. Bappenas, Jakarta.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Data Statistik Indonesia: Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin, Garis Kemiskinan, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1), dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Menurut Provinsi, 2011. http://www.bps.go.id

Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: P.T. RajaGrafindo Persada.


(53)

v Departemen Kesehatan RI. 2006. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA). Direktorat Bina Kesehatan Anak, Direktorat Bina Kesehatan Masyarakat. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 2010. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta.

Dewi, LM. 2012. Kontribusi Kondisi Ekonomi Keluarga Terhadap Status Gizi (BB/TB skor Z) Pada Anak Usia 3 – 5 Tahun. Skripsi. Tasikmalaya : Universitas Siliwangi

Fatimah, S. 2008. Faktor-Faktor Yang Berkontribusi Terhadap Status Gizi Pada Balita Di Kecamatan Ciawi Kabupaten Tasikmalaya. Jurnal Vol 10 No. XVIII Maret 2008 Semarang : Universitas Dipenegoro.

Gropper, SS., Smith, JL., Groof, JL. 2005. Advanced Nutrition and Human Metabolism. Edisi 4. Belmont, USA : Thompson Wadsworth, pp : 84-6, 96, 98 Hardinsyah, Riyadi, H., Napitipulu, V. 2012. Kecukupan Energi, Protein, Lemak dan

Karbohidrat. Jurnal. Jakarta : Universitas Indonesia. Hartono, A. 2000. Asuhan Nutrisi Rumah Sakit. Jakarta : EGC

Kementerian Kesehatan RI, 2011. Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Jakarta: Direktorat Jendral Bina Gizi Dan Kesehatan Ibu Dan Anak, Direktorat Bina Gizi.

Khomsan, A. 2003. Pangan Dan Gizi Untuk Kesehatan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Lasmanawati. 2008. Program Healthy & Safety Food Sebagai Model Pendidikan Gizi Dalam Upaya Meningkatkan Ketahanan Pangan Rumah Tangga.

http://lasmanwati.multiply.com/journal/item/5

Mahan LK., Escott-Stump. (2008). Food, Nutrition, and Diet Therapy. USA: W.B Saunders Company.

McGuire, M., Beerman, KA. 2011. Nutritional Sciences: From Fundamentals to Food, Second Edition. Wadsworth Cengage Learning, Belmont.

Mubarok, W.I., Chayatin, N., Rozikin, K., Supradi. 2007. Promosi Kesehatan.. Yogyakarta:Graha Ilmu

Moehji, S. 2003. Ilmu Gizi Penanggulangan Gizi Buruk. Papas Sinar Sinanti. Jakarta. Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. PT Rineka Cipta : Jakarta.


(54)

_____________ 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.

_____________ 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta. Jakarta.

Priyadi. 2002. Pengaruh Beberapa Keadaan Sosial, Ekonomi ( Pendapatan, Pendidikan, Jumlah Anggota Keluarga, PSP Tentang Gizi Dan Kesehatan) Terhadap Tingkat Kecukupan Zat Gizi Dan Status Gizi Anak Sd ( Anak Baru Masuk Sekolah)Di Kabupaten Kendal, Propinsi Jawa Tengah. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Semarang : Universitas Dipenegoro.

Poedjiadi, A. 2006. Dasar–Dasar Biokimia. Edisi Revisi. Jakarta: UI - Press.

Sandjaja. (2009). Kamus Gizi. Kompas : Jakarta.

Soekirman. 2000. Ilmu gizi dan Aplikasinya untuk keluarga dan masyarakat. Direktor Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta Sediaoetama. 2000. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi di Indonesia. Dian

Rakyat. Jakarta. Cet. Kedua, 2000.

Soerdarmo, P., Sediaoetama, A.D. (1977). Ilmu Gizi. Dian Rakyat : Jakarta.

Soediaoetama,. Achmad D. 2004. Ilmu Gizi Untuk Profesi Dan Mahasiswa Jilid III. Dian Rakyat. Jakarta.

Suhardjo. 2000. Perencanaan Pangan dan Gizi. Jakarta: Bumi Aksara.

Suhardjo. 2005. Perencanaan pangan dan gizi ; Bekerjasama Dengan Pusat Antar Universitas- Pangan Dan Gizi Institut Pertanian Bogor. Penerbit Bumi Aksara.Bogor.

Suharyanto. 2001. Kaitan Sosial Ekonomi Keluarga dan Konsumsi Energi Protein Dengan Status Gizi Anak Sekolah di Desa Sumber Agung, Kecamatan Banjarejo, Kabupaten Blora. Skripsi. Semarang : Universitas Dipenegoro Sulistyoningsih, H. 2011. Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta : Graha

Ilmu.

________ 2006. Pangan, gizi dan pertanian. Ui press. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.


(55)

vii [UNDP] United Nations Development Programme. 2010. Human Development

Report. http://hdr.undp.org/statistics/understanding/resources.ctm.

[30 September 2010].

Waryana. 2010. Gizi Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Rihama.

Whitney, Rofles. 2008. Understanding nutrition. 11th edition. Belmont: Thomson

Learning, Inc.

(WHO)-World Health Organization. 2006. WHO Child Growth Standards. WHO, Geneva- Switzerland.


(1)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis tingkat kecukupan energi dan protein dengan status gizi balita maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Balita yang dikategorikan memiliki tingkat kecukupan energi yang baik sebanyak 30 anak balita (50%) sedangkan balita yang dikategorikan memiliki tingkat kecukupan energi defisit sebanyak 20 anak balita (33,3%).

2. Balita yang dikategorikan memiliki tingkat kecukupan protein yang baik sebanyak 46 anak balita (76,7%) sedangkan balita yang dikategorikan memiliki tingkat kecukupan protein defisit sebanyak 6 anak balita (10%). 3. Balita yang dikategorikan memiliki status gizi baik dan normal

berdasarkan indikator BB/U, TB/U dan IMT/U secara beturut-turut adalah 43 anak balita (73,35%), 46 anak balita (76,7%) dan 45 anak balita (75%) sedangkan balita yang dikategorikan memiliki status gizi buruk berdasarkan indikator BB/U, TB/U dan IMT/U secara beturut-turut adalah 1 anak balita (1,6%), 3 anak balita (5%), 1 anak balita (1,6%).

4. Tingkat kecukupan energi dengan status gizi berdasarkan indikator BB/U dan IMT/U memiliki hubungan bermakna (p=0,02 dan p=0,008)


(2)

59 sedangkan tingkat kecukupan energi dengan status gizi berdasarkan indikator TB/U tidak memiliki hubungan bermakna (p=0,19).

5. Tingkat kecukupan protein dengan status gizi berdasarkan indikator BB/U, TB/U dan IMT/U tidak memiliki hubungan bermakna (p =0,08, p=0,33, p=0,2).

B. Saran

Pada penelitian ini ditemukan terdapat beberapa anak balita yang berada di desa jauh dari kota yang mengalami gizi buruk, hal ini perlu diperhatikan oleh dinas yang terkait untuk memberi bantuan berupa bahan makanan untuk memenuhi konsumsi makanan anak balita. Pada konsumsi zat gizi mikro juga masih ditemukan anak balita yang belum tercukupi seperti : kalsium, vitamin A dan vitamin C dengan demikian disarankan kepada ibu-ibu balita untuk lebih lagi untuk memenuhi tingkat kecukupan gizi tersebut karena zat gizi yang kurang tercukupi dapat mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan anak balita. Pada penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara tingkat kecukupan energi terhadap status gizi pada rumah tangga miskin, oleh sebab itu disarankan kepada pemerintah untuk memberi bantuan kepada warga rumah tangga miskin seperti beras, minyak goreng, dan sumber-sumber energi lainnya.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Agustien., AC. 2008. Hubungan Antara Kondisi Psikologis, Tingkat Kecukupan Energi, Protein dan Tingkat Aktivitas Fisik Dengan Status Gizi Lansia Di Panti Wreda Harapan Ibu Gondoriyo Semarang. Artikel Penelitian. Semarang : Universitas Diponegoro

Almatsier, S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. Almatsier, S. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta. [BAPPENAS]-Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2007. Rencana Aksi

Nasional Pangan dan Gizi (RAN-PG) 2006-2010. Bappenas, Jakarta.

[Balitbang Depkes RI]-Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan RI. 2010. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar (Riskedas) Tahun 2010. Depkes RI, Jakarta

Baliwati, YF. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi, Cetakan I. Jakarta: Penerbit Swadaya. Hal. 89

Bredbenner, CB., Beshgetoor, D., Moe, G., Berning, J., editor. 2007. Wardlaw’s Perspective in Nutrition. Edisi 8. New York: McGraw & Hill.

_________________________________________________. 2011. Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi (RAN-PG) 2011-2015. Bappenas, Jakarta.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Data Statistik Indonesia: Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin, Garis Kemiskinan, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1), dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Menurut Provinsi, 2011. http://www.bps.go.id

Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: P.T. RajaGrafindo Persada.


(4)

v Departemen Kesehatan RI. 2006. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA). Direktorat Bina Kesehatan Anak, Direktorat Bina Kesehatan Masyarakat. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 2010. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta.

Dewi, LM. 2012. Kontribusi Kondisi Ekonomi Keluarga Terhadap Status Gizi (BB/TB skor Z) Pada Anak Usia 3 – 5 Tahun. Skripsi. Tasikmalaya : Universitas Siliwangi

Fatimah, S. 2008. Faktor-Faktor Yang Berkontribusi Terhadap Status Gizi Pada Balita Di Kecamatan Ciawi Kabupaten Tasikmalaya. Jurnal Vol 10 No. XVIII Maret 2008 Semarang : Universitas Dipenegoro.

Gropper, SS., Smith, JL., Groof, JL. 2005. Advanced Nutrition and Human Metabolism. Edisi 4. Belmont, USA : Thompson Wadsworth, pp : 84-6, 96, 98 Hardinsyah, Riyadi, H., Napitipulu, V. 2012. Kecukupan Energi, Protein, Lemak dan

Karbohidrat. Jurnal. Jakarta : Universitas Indonesia. Hartono, A. 2000. Asuhan Nutrisi Rumah Sakit. Jakarta : EGC

Kementerian Kesehatan RI, 2011. Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Jakarta: Direktorat Jendral Bina Gizi Dan Kesehatan Ibu Dan Anak, Direktorat Bina Gizi.

Khomsan, A. 2003. Pangan Dan Gizi Untuk Kesehatan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Lasmanawati. 2008. Program Healthy & Safety Food Sebagai Model Pendidikan Gizi Dalam Upaya Meningkatkan Ketahanan Pangan Rumah Tangga.

http://lasmanwati.multiply.com/journal/item/5

Mahan LK., Escott-Stump. (2008). Food, Nutrition, and Diet Therapy. USA: W.B Saunders Company.

McGuire, M., Beerman, KA. 2011. Nutritional Sciences: From Fundamentals to Food, Second Edition. Wadsworth Cengage Learning, Belmont.

Mubarok, W.I., Chayatin, N., Rozikin, K., Supradi. 2007. Promosi Kesehatan.. Yogyakarta:Graha Ilmu

Moehji, S. 2003. Ilmu Gizi Penanggulangan Gizi Buruk. Papas Sinar Sinanti. Jakarta. Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. PT Rineka Cipta : Jakarta.


(5)

_____________ 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.

_____________ 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta. Jakarta.

Priyadi. 2002. Pengaruh Beberapa Keadaan Sosial, Ekonomi ( Pendapatan, Pendidikan, Jumlah Anggota Keluarga, PSP Tentang Gizi Dan Kesehatan) Terhadap Tingkat Kecukupan Zat Gizi Dan Status Gizi Anak Sd ( Anak Baru Masuk Sekolah)Di Kabupaten Kendal, Propinsi Jawa Tengah. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Semarang : Universitas Dipenegoro.

Poedjiadi, A. 2006. Dasar–Dasar Biokimia. Edisi Revisi. Jakarta: UI - Press.

Sandjaja. (2009). Kamus Gizi. Kompas : Jakarta.

Soekirman. 2000. Ilmu gizi dan Aplikasinya untuk keluarga dan masyarakat. Direktor Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta Sediaoetama. 2000. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi di Indonesia. Dian

Rakyat. Jakarta. Cet. Kedua, 2000.

Soerdarmo, P., Sediaoetama, A.D. (1977). Ilmu Gizi. Dian Rakyat : Jakarta.

Soediaoetama,. Achmad D. 2004. Ilmu Gizi Untuk Profesi Dan Mahasiswa Jilid III. Dian Rakyat. Jakarta.

Suhardjo. 2000. Perencanaan Pangan dan Gizi. Jakarta: Bumi Aksara.

Suhardjo. 2005. Perencanaan pangan dan gizi ; Bekerjasama Dengan Pusat Antar Universitas- Pangan Dan Gizi Institut Pertanian Bogor. Penerbit Bumi Aksara.Bogor.

Suharyanto. 2001. Kaitan Sosial Ekonomi Keluarga dan Konsumsi Energi Protein Dengan Status Gizi Anak Sekolah di Desa Sumber Agung, Kecamatan Banjarejo, Kabupaten Blora. Skripsi. Semarang : Universitas Dipenegoro Sulistyoningsih, H. 2011. Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta : Graha

Ilmu.

________ 2006. Pangan, gizi dan pertanian. Ui press. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.


(6)

vii [UNDP] United Nations Development Programme. 2010. Human Development

Report. http://hdr.undp.org/statistics/understanding/resources.ctm. [30 September 2010].

Waryana. 2010. Gizi Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Rihama.

Whitney, Rofles. 2008. Understanding nutrition. 11th edition. Belmont: Thomson

Learning, Inc.

(WHO)-World Health Organization. 2006. WHO Child Growth Standards. WHO, Geneva- Switzerland.


Dokumen yang terkait

Gambaran Status Gizi Dan Tingkat Konsumsi Energi Protein Pada Penderita Tuberkulosis Paru Di Puskesmas Medan Johor

11 124 97

Obesity Among Children aged 10-13 Years in Public and Private Elementary Schools

0 42 4

Kecukupan Energi Dan Protein Serta Status Gizi Siswa Smp Yang Mendapat Makan Siang Dan Tidak Mendapat Makan Siang Dari Sekolah Dengan Sisitem Fullday School

4 79 130

The Food Consumpsion, Infectious Diseases, and Nutritional Status of Children Under Five Years Old Post-Treatment of Malnutrition.

0 2 88

171 HEALTH AND NUTRITIONAL STATUS OF CHILDREN UNDER FIVE YEARS IN POSYANDU NUTRITION PROGRAM

0 0 7

104 HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN, MORBIDITAS DAN STATUS GIZI BALITA DI INDONESIA (RELATIONSHIP BETWEEN ENVIRONMENTAL SANITATION, MORBIDITY AND NUTRITIONAL STATUS OF UNDER-FIVE CHILDREN IN INDONESIA)

0 0 10

Effect of Biopsychosocial Factors and Environmental Sanitation on Nutritional Status of Children Under Five Years Old in Nganjuk District

0 0 13

ANALISIS SPASIAL TERHADAP PERUBAHAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI INDONESIA (RISKESDAS 2007 2010) Analysis Spatial for Changes in Nutritional Status of Children Under-Five in Indonesia (RISKESDAS 2007 and 2010)

0 0 12

HUBUNGAN STATUS GIZI ANAK BALITA DENGAN ORANG TUA BEKERJA (Relationship Between Nutritional Status of Children Under Five with Parents Who Work)

0 2 11

GAMBARAN KONSUMSI PROTEIN NABATI DAN HEWANI PADA ANAK BALITA STUNTING DAN GIZI KURANG DI INDONESIA (THE PROFILE OF VEGETABLE - ANIMAL PROTEIN CONSUMPTION OF STUNTING AND UNDERWEIGHT CHILDREN UNDER FIVE YEARS OLD IN INDONESIA)

0 2 8