Kecukupan Energi Dan Protein Serta Status Gizi Siswa Smp Yang Mendapat Makan Siang Dan Tidak Mendapat Makan Siang Dari Sekolah Dengan Sisitem Fullday School
KECUKUPAN ENERGI DAN PROTEIN SERTA STATUS GIZI SISWA SMP YANG MENDAPAT MAKAN SIANG DAN TIDAK MENDAPAT MAKAN SIANG DARI
SEKOLAH DENGAN SISTEM F ULLDAY SCHOOL
SKRIPSI
OLEH :
SITI NURAINI DONGORAN NIM : 111000022
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015
(2)
KECUKUPAN ENERGI DAN PROTEIN SERTA STATUS GIZI SISWA SMP YANG MENDAPAT MAKAN SIANG DAN TIDAK MENDAPAT MAKAN SIANG DARI
SEKOLAH DENGAN SISTEM F ULLDAY SCHOOL
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat
OLEH :
SITI NURAINI DONGORAN NIM : 111000022
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015
(3)
(4)
ABSTRAK
Sekolah yang menggunakan sistem fullday school kegiatan belajar mengajar dilakukan sehari penuh (kurang lebih 9 jam). Siswa yang belajar pada sekolah ini tentu memiliki aktivitas yang lebih padat dari pada siswa sekolah pada umumnya. Karenannya beberapa sekolah fullday school menyediakan makan siang bagi para siswanya namun ada juga yang tidak.
Penelitiaan ini bertujuan untuk membandingkan kecukupan energi dan protein serta status gizi siswa SMP fullday school yang mendapat makan siang dari sekolah dan yang tidak. Sehingga dapat diketahui apakah makan siang yang diberikan sekolah
fullday school yang menyediakan makan siang dapat memenuhi kebutuhan gizi para
siswanya.
Penelitian ini dilakukan di dua sekolah fullday school di Kota Medan. Dari setiap sekolah diambil sampel sebanyak 58 siswa. Data antropologi diperoleh dengan melakukan pengukuran berat dan tinggi badan sedangkan data asupan makanan diperoleh dengan melakukan wawancara menggunakan formulir recall 24 jam yang dilakukan sebanyak 2 kali.
Hasil dari penelitian ini, kecukupan energi dan status gizi siswa fullday school
yang mendapat makan siang dari sekolah lebih baik dari pada siswa yang tidak mendapat makan siang dari sekolah. Sedangkan untuk kecukupan protein sebaliknya. Namun makan siang yang diberikan sekolah fulldayschool yang menyediakan makan siang bagi para siswanya belum sesuai dengan kebutuhan gizi para siswanya.
Maka dari itu fullday school yang menyediakan makan siang dan yang tidak menyediakan makan siang bagi para siswanya perlu memperhatiakan asupan gizi para siswanya terutama ketika para siswa berada di lingkungan sekolah. Asupan gizi yang baik akan meningkatkan daya tahan tubuh siswa sehingga penyakit tidak mudah menyerang dan para siswa dapat menerima pelajaran dengan baik dan selanjutnya prestasi belajar dapat meningkat.
Kata kunci : kecukupan energi, kecukupan protein, status gizi, makan siang, siswa SMP fullday school
(5)
ABSTRACT
The teaching learning process activity of the school applied the fullday school system is conducted in full day (less than 9 hours). The student who study in this school has the higher learning activity than student in the public school. Therefore, the fullday school provide the student with or without lunch.
This research aims to compare the energy and protein sufficiency and nutrition status of students of fullday junior high school. So it review whether the lunch provided by full day school satisfy the nutrition requirement of the students.
This research was conducted at two fullday schools in Medan. Of each school the sample is 58 students. The anthropology data was collected by do the measurement of weight and height while the food intake data was collected by interview using recall form 24 hours for twice.
The result of this research indicates the sufficiency of energy and nutrition status of the student in fullday school who get the lunch from school is better than student who did not obtain the lunch from school. While for protein sufficiency is contrary. But the lunch supplied by fullday school that provide the students with lunch did not fulfill the nutrition requirement of students.
Therefore, the fullday school that provide the student with lunch and without lunch must consider the nutrition status of the student specially when student in the school. A good nutrition status will increase the body immune of student in order to preven any diseases for student and can learn effectively with the higher learning achievement.
Keywords : energy sufficiency, protein sufficiency, nutritional status, lunch, junior high school student.
(6)
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt, Raja manusia, sembahan manusia yang memiliki kuasa atas segala yang ada di langit dan di bumi, yang senantiasa mencurahkan kasih sayang-Nya, dan dengan izin-Nya penulis bisa menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “KECUKUPAN ENERGI DAN PROTEIN SERTA STATUS GIZI SISWA SMP YANG MENDAPAT MAKAN SIANG DAN TIDAK MENDAPAT MAKAN SIANG DARI SEKOLAH DENGAN SISITEM FULLDAY SCHOOL”. Shalawat beriring salam dihanturkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, teladan manusia, panutan manusia, rasul yang begitu mencintai ummatnya, Allahumma shalli ala Muhammad
wa a’la ali Muhammad.
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat. Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari dan mengetahui bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini tidak terlepas dari kekurangan dan keterbatasan pengetahuan penulis sebagai manusia.
Selama penulisan skripsi ini penulis sangat banyak mendapat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
(7)
2. Prof. Sori Muda Sarumpaet, MPH selaku Dosen Pembimbing Akademik. 3. Prof. Dr. Albiner Siagian, M.Si, selaku Kepala Bagian Departemen Gizi
Kesehatan Masyarakat di FKM USU dan Dosen Pembimbing I 4. Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes selaku Dosen Pembimbing II.
5. Dr. Ir. Evawany Y Aritonang, Msi dan Ernawati Nasution, SKM, MKes, selaku Dosen Penguji I dan Penguji II
6. Bang Marihot Samosir, ST selaku staf Gizi Kesehatan Masyarakat FKM USU yang senantiasa memberikan bantuan dan pertanyaan khas.
7. Seluruh dosen dan staf/pegawai yang banyak membantu penulis dalam proses perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 8. Ibu Alfira Rosma, SH., SPd selaku Kepala Sekolah SMP Siti Hajar Fullday
School dan Ibu Leni Wahyuni Siregar, S.Pd, selaku Kepala Sekolah SMP
Islam Al-ulum Terpadu, semoga Allah membalas dengan limpahan pahala segala kemudahan yang Ibu berikan kepada penulis.
9. Para guru di SMP Siti Hajar Fullday School dan SMP Islam Al-ulum Terpadu yang menyambut penulis dengan baik telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.
10.Siswa SMP Siti Hajar Fullday School dan SMP Islam Al-ulum Terpadu khusunya siswa kelas VIII yang telah bersedia menjadi responden dan membantu penulis dalam penelitian ini.
Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih yang begitu besar dan tidak terhingga kepada :
(8)
1. Ayahanda tercinta, Alm. Chaliluddin sosok Ayah yang tak akan pernah terlupakan, doa ananda akan senantiasa menemanimu wahai ayahanda serta Mamak tersayang Ibunda Sri Malinni, sosok Ibu idaman yang selalu kuat dan memberi semangat kepada penulis agar segera menyelesaikan studi di FKM USU, maaf karna sering meninggalkan mamak.
2. Kepada Kakanda Siti Auditia, Spd yang selalu mengerti, kepada Adinda Siti Muthmainnah, Siti balqis, yang selalu memberikan pertanyaan yang menusuk, lihat saja berapa lama kalian akan menyelesaikan skripsi nanti dan kesayangan kakak, Ahmad Basyir, terima kasih doanya dan semangat terus menghafal qurannya ya sayang. Semoga Allah merahmati kita.
3. Tante Anni Kholilah, terima kasih atas segala bantuan dan pengertiannya tante. Kak siah yang selalu mendengarkan curahan hati penulis, kak, fitri, bu as yang membantu memberi semangat.
4. Keluarga besar H. Noekman dan keluarga besar H. Maragading Tanjung, terima kasih telah menjadi penopang kami disaat cobaan hidup yang tak mudah ini melanda.
5. Saudari-saudari yang saya cintai karna Allah, teman seperjuangan dalam jalan dakwah yang tak mudah ini, yang tak mungkin disebut namanya satu persatu. Semoga Allah menetapkan hati dan kaki kita untuk tetap istiqomah.
6. Kak dewi waty dan kak rina, terima kasih doa dan motivasinya. Asna, Zahra, Irsa, kak elsa terima kasih pengertiannya. Terima kasih juga pada Rifa, Nurma, Sabrina yang membantu memberi semangat.
(9)
7. Yang terspesial dan sangat banyak membantu penulis, adinda Intan sholiha, Asih monica, Athira demitri, Jenny feby andriani, Anestia Rovitri, kak Faradilla semoga Allah membalas dengan limpahan pahala. Juga Rodhia ramadhani, sejak PBL banyak kisah yang kita ukir, terima kasih selalu membantu.
8. Teman-teman mahasiswa angkatan 2011 peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat FKM USU, khususnya Ratna, Halis, Cyntia, Citra, Nia, Fitratur, Fira, Fani yang telah membagi ilmu dan semangat. Juga kakak-kakak peminatan gizi, kak entiwe dan kak alvira.
9. Teman-teman PBL kelompok 8 yang baik hatinya, kak era, Jean, kak friska, rahma, kak opa, dan pak boss, terima kasih atas semangat dan kebersamaan yang tak terlupakam.
10.Teman-teman Mahasiswa Angkatan 2011, khususnya Irma damayanti, Atika rahma, Henti fitriani dan Chairunnisa.
Akhir kata semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat untuk semua kalangan.
Assalaamu’alaikum Wr.Wb.
Medan, Oktober 2015
Siti Nuraini Dongoran vii
(10)
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERNYATAAN SKRIPSI ASLI ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
ABSTRAK ... iii
ABSTRACT ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 5
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.3.1 Tujuan Umum ... 5
1.3.2 Tujuan Khusus ... 6
1.4 Hipotesis ... 6
1.5 Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7
2.1 Gizi Remaja ... 7
2.1.1 Kebutuhan Gizi remaja ... 8
2.2 Kecukupan Energi dan Protein remaja ... 11
2.2.1 Asupan Energi ... 11
2.2.2 Kecukupan Asupan Energi ... 12
2.2.3 Asupan Protein ... 13
2.2.4 Kecukupan Asupan Protein... 15
2.3 Status Gizi ... 16
2.3.1 Penilaian Status Gizi ... 17
(11)
2.5 Fullday School ... 20
2.6 Penyelenggaraan Makan di Sekolah ... 24
2.7 Kerangka Konsep ... 25
BAB III METODE PENELITIAN ... 26
3.1 Jenis Penelitian... 26
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26
3.2.1 Lokasi Penelitian ... 26
3.2.2 Waktu Penelitian ... 26
3.3 Populasi dan Sampel ... 27
3.3.1 Popolasi ... 27
3.3.2 Sampel... 27
3.4 Metode Pengumpulan Data ... 29
3.4.1 Data Primer ... 29
3.4.2 Data Sekunder ... 30
3.5 Variabel dan Definisi Operasional ... 30
3.5.1 Variabel ... 30
3.5.2 Defenisi Operasional ... 30
3.6 Metode Pengukuran ... 31
3.7 Pengolahan dan Analisis Data ... 32
3.7.1 Pengolahan Data ... 32
3.7.2 Analisis Data ... 33
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 34
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 34
4.2 Gambaran Umum Karakteristik Sampel ... 36
4.2.1 Jenis Kelamin dan umur... 37
4.2.2 Riwayat Penyakit ... 37
4.2.3 Pekerjaan Orang Tua... 38
4.2.4 Penghasilan Orang Tua ... 39
4.2.5 Pendidikan Orang Tua ... 41
4.3 Tingkat Kecukupan Energi Siswa Sekolah PM dan TPM ... 42
4.4 Tingkat Kecukupan Protein Siswa Sekolah PM dan TPM ... 45
4.5 Status Gizi Siswa Sekolah PM dan TPM ... 49
4.6 Asupan Energi dan Protein dari Makan Siang Siswa Sekolah PM dan TPM ... 51
(12)
BAB V PEMBAHASAN ... 57
5.1 Kecukupan Energi dan Protein Siswa Sekolah PM dan TPM ... 57
5.2 Kecukupan Protein Siswa Sekolah PM dan TPM... 59
5.3 Status Gizi Siswa Sekolah PM dan TPM ... 60
5.4 Asupan Energi dan Protein dari Makan Siang Siswa PM dan TPM... 61
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 65
6.1 Kesimpulan ... 65
6.2 Saran ... 65
DAFTAR PUSTAKA ... 66 DAFTAR LAMPIRAN
(13)
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Angka Kecukupan Energi Remaja ... 13
Tabel 2.2 Angka Kecukupan Protein Remaja ... 16
Tabel 2.3 Standart Penilaian Status Gizi Berdasarkan IMT Menurut Umur ... 18
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Menurut Jenis Kelamin dan Umur ... 36
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Menurut Riwayat Penyakit ... 38
Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua ... 39
Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan Orang Tua ... 40
Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Orang Tua ... 41
Tabel 4.6 Distribusi Tingkat Kecukupan Energi Siswa Sekolah PM danTPM ... 42
Tabel 4.7 Distribusi Tingkat Kecukupan Energi Siswa Laki-laki Berdasarkan Umur ... 43
Tabel 4.8 Distribusi Tingkat Kecukupan Energi Siswa Perempuan Berdasarkan Umur ... 44
Tabel 4.9 Distribusi Tingkat Kecukupan Protein Siswa Sekolah PM danTPM ... 46
Tabel 4.10 Distribusi Tingkat Kecukupan Protein Siswa Laki-laki Berdasarkan Umur ... 47
Tabel 4.11 Distribusi Tingkat Kecukupan Protein Siswa Perempuan Berdasarkan Umur ... 48
Tabel 4.12 Distribusi Status Gizi Siswa Sekolah PM danTPM... 49
Tabel 4.13 Distribusi Status Gizi Siswa PM dan TPM Berdasarkan Jenis Kelamin ... 50
Tabel 4.14 Jumlah Energi dan Protein yang Harus Dikonsumsi Siswa pada Siang Hari ... 51
(14)
Tabel 4.15 Distribusi Asupan Energi pada Makan Siang Siswa PM dan TPM ... 52 Tabel 4.16 Distribusi Asupan Energi Siswa Laki-laki Sekolah
PM dan TPM pada Makan Siang ... 52 Tabel 4.17 Distribusi Asupan Energi Siswa Perempuan Sekolah
PM dan TPM pada Makan Siang ... 53 Tabel 4.18 Distribusi Asupan Protein Siswa Sekolah
PM dan TPM pada Makan Siang ... 53 Tabel 4.19 Distribusi Asupan Protein Siswa Laki-laki Sekolah
PM dan TPM pada Makan Siang ... 54 Tabel 4.20 Distribusi Asupan Protein Siswa Perempuan Sekolah PM dan TPM
padaMakan Siang ... 54 Tabel 4.21 Jenis dan Jumlah Energi dan Protein yang Terdapat Dalam Makan
(15)
DAFTAR GAMBAR
(16)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian ... 68
Lampiran 2. Formulir Recall ... 69
Lampiran 3. Surat Izin Penelitian... 70
Lampiran 4. Surat Selesai Penelitian ... 71
Lampiran 5. Tabel Angka Kecukupan Gizi ... 73
Lampiran 6. Output Tabel Frekuensi ... 74
Lampiran 7. Output Uji Chi-Squere ... 98
(17)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Siti Nuraini Dongoran Tempat Lahir : Padang Sidempuan Tanggal Lahir : 22 Juli 1993 Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam
Anak ke : 2 dari 5 bersaudara
Alamat : Jl. Tuasan Perumahan Tuasan Indah no. C8, Medan
Suku Bangsa : Mandailing Agama : Islam
Nama Ayah : Alm. Chaliluddin Dongoran Nama Ibu : Sri Malinni Tanjung
Pendidikan Formal
1. SD Negeri 11122224 Kota Pinang : 1999-2005 2. Mts Swasta Islamiyah Kota Pinang : 2005-2008
3. MAN 1 Medan : 2008-2011
(18)
ABSTRAK
Sekolah yang menggunakan sistem fullday school kegiatan belajar mengajar dilakukan sehari penuh (kurang lebih 9 jam). Siswa yang belajar pada sekolah ini tentu memiliki aktivitas yang lebih padat dari pada siswa sekolah pada umumnya. Karenannya beberapa sekolah fullday school menyediakan makan siang bagi para siswanya namun ada juga yang tidak.
Penelitiaan ini bertujuan untuk membandingkan kecukupan energi dan protein serta status gizi siswa SMP fullday school yang mendapat makan siang dari sekolah dan yang tidak. Sehingga dapat diketahui apakah makan siang yang diberikan sekolah
fullday school yang menyediakan makan siang dapat memenuhi kebutuhan gizi para
siswanya.
Penelitian ini dilakukan di dua sekolah fullday school di Kota Medan. Dari setiap sekolah diambil sampel sebanyak 58 siswa. Data antropologi diperoleh dengan melakukan pengukuran berat dan tinggi badan sedangkan data asupan makanan diperoleh dengan melakukan wawancara menggunakan formulir recall 24 jam yang dilakukan sebanyak 2 kali.
Hasil dari penelitian ini, kecukupan energi dan status gizi siswa fullday school
yang mendapat makan siang dari sekolah lebih baik dari pada siswa yang tidak mendapat makan siang dari sekolah. Sedangkan untuk kecukupan protein sebaliknya. Namun makan siang yang diberikan sekolah fulldayschool yang menyediakan makan siang bagi para siswanya belum sesuai dengan kebutuhan gizi para siswanya.
Maka dari itu fullday school yang menyediakan makan siang dan yang tidak menyediakan makan siang bagi para siswanya perlu memperhatiakan asupan gizi para siswanya terutama ketika para siswa berada di lingkungan sekolah. Asupan gizi yang baik akan meningkatkan daya tahan tubuh siswa sehingga penyakit tidak mudah menyerang dan para siswa dapat menerima pelajaran dengan baik dan selanjutnya prestasi belajar dapat meningkat.
Kata kunci : kecukupan energi, kecukupan protein, status gizi, makan siang, siswa SMP fullday school
(19)
ABSTRACT
The teaching learning process activity of the school applied the fullday school system is conducted in full day (less than 9 hours). The student who study in this school has the higher learning activity than student in the public school. Therefore, the fullday school provide the student with or without lunch.
This research aims to compare the energy and protein sufficiency and nutrition status of students of fullday junior high school. So it review whether the lunch provided by full day school satisfy the nutrition requirement of the students.
This research was conducted at two fullday schools in Medan. Of each school the sample is 58 students. The anthropology data was collected by do the measurement of weight and height while the food intake data was collected by interview using recall form 24 hours for twice.
The result of this research indicates the sufficiency of energy and nutrition status of the student in fullday school who get the lunch from school is better than student who did not obtain the lunch from school. While for protein sufficiency is contrary. But the lunch supplied by fullday school that provide the students with lunch did not fulfill the nutrition requirement of students.
Therefore, the fullday school that provide the student with lunch and without lunch must consider the nutrition status of the student specially when student in the school. A good nutrition status will increase the body immune of student in order to preven any diseases for student and can learn effectively with the higher learning achievement.
Keywords : energy sufficiency, protein sufficiency, nutritional status, lunch, junior high school student.
(20)
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anak Indonesia merupakan generasi penerus untuk melanjutkan kegiatan pembangunan bangsa. Sudah seharusnya generasi penerus bangsa mendapatkan pembinaan dan peningkatan taraf kesehatan, agar kelangsungan hidup dan tumbuh kembangnya dapat berlangsung secara optimal. Generasi penerus yang sehat menunjukkan gejala dan tanda pertumbuhan dan perkembangan yang memuaskan, yaitu dapat mencapai potensi akademik secara optimal. Hal ini akan dapat dicapai jika diberikan lingkungan psikososial yang adekuat. Salah satu faktor lingkungan fisik yang amat penting agar tumbuh kembang anak berlangsung optimal adalah zat gizi yang harus dicukupi oleh makanan anak sehari-hari.
Generasi penerus tersebut termasuklah para remaja. Berdasarkan perkembangan psikologis, remaja dibagi menjadi dua. Remaja awal dan remaja akhir. Remaja awal memiliki rentang usia 12-16. Sedangkan remaja akhir 17-21 tahun (Adriani dan Wirjatmadi, 2013). Remaja awal umumnya duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). Kebutuhan gizi remaja relative besar, kerena pada usia tersebut terjadi pertumbuhan yang pesat. Selain itu remaja umumnya melakukan aktifitas fisik lebih tinggi dibanding dengan usia lainnya, sehingga
(21)
diperlukan zat gizi yang lebih banyak. Remaja membutuhkan lebih banyak protein, vitamin, dan mineral per unit dari setiap energi yang mereka konsumsi dibanding dengan anak yang belum mengalami pubertas. Ketidakseimbangan antara makanan yang dikonsumsi dengan kebutuhan pada remaja akan menimbulkan gizi kurang maupun masalah gizi lebih, sedangkan kekurangan gizi pada remaja akan mengakibatkan penurunan daya tahan tubuh terhadap penyakit, meningkatkan angka penyakit (morbiditas), mengalami pertumbuhan tidak normal (pendek), tingkat kecerdasan rendah, produktivitas rendah dan terhambatnya organ reproduksi (Safitri, 2011).
Hasil Riskesdas 2013 menunjukkan prevalensi pendek pada remaja umur 13-15 tahun secara nasional adalah 35,1%, terdiri dari 13,8% sangat pendek dan 21,3% pendek. Prevalensi kurus pada remaja umur 13-15 tahun adalah 11,1%, terdiri dari 3,3% sangat kurus dan 7,8% kurus. Prevalensi gemuk pada remaja umur 13-15 tahun di Indonesia sebesar 10.8 %, terdiri dari 8,3 % gemuk dan 2,5 % sangat gemuk. Provinsi Sumatera Utara sendiri remaja umur 13-15 tahun yang tergolong sangat pendek sebanyak 18,2 %, pendek 22,2% dan normal 59,6%. Yang tergolong sangat kurus 2,6%, kurus 6,4 %, normal 77,3 %, BB lebih 10,9%, dan obesitas 2,7% (Riskesdas, 2013). Hal ini menunjukkan masih ada remaja yang mengalami masalah gizi dan tentu ini akan berefek pada masa depannya kelak.
Saat ini banyak remaja di kota Medan yang mengenyam pendidikannya di sekolah dengan sistem Fullday School. Fullday School merupakan program pendidikan yang seluruh aktivitas berada di sekolah (sekolah sepanjang hari) dengan
(22)
ciri integrated activity dan integrated curriculum. Dengan pendekatan ini maka seluruh program dan aktivitas anak di sekolah mulai dari belajar, bermain, makan dan ibadah dikemas dalam suatu sistem pendidikan (Zuliana, 2014).
Waktu yang banyak di sekolah pastilah diisi dengan aktivitas yang padat. Agar aktivitas yang padat tersebut bisa terlaksana dengan baik tentunya butuh asupan gizi yang baik. Untuk itu sekolah dengan sistem fullday pada umumnya menyediakan makan siang bagi para siswanya. Tujuannya adalah agar siswa dapat terkontrol makan siangnya sehingga memiliki tenaga untuk melanjutkan pelajaran hingga sore hari.
Makan siang berfungsi meningkatkan produktivitas belajar dan konsentrasi setelah lelah beberapa jam menerima pelajaran. Saat makan siang, otak dibiarkan berhenti sejenak dari aktivitas belajar. Hasil survei pendahuluan yang dilakukan pada 8 murid SMP yang mendapat makan siang dari sekolah dan 8 murid SMP yang tidak mendapat makan siang dari sekolah, menunjukkan bahwa murid SMP yang mendapat makan siang dari sekolah memiliki tingkat konsentrasi yang lebih tinggi dari pada murid SMP yang tidak mendapat makan siang dari sekolah. Hal ini bisa terjadi karena perbedaan asupan makan siang dikonsumsi para murid.
Selain itu, pemberian makanan di sekolah ini juga bisa menjadi salah satu upaya kesehatan di sekolah yaitu perbaikan gizi di sekolah yang merupakan amanat dari UU No. 23 tahun 1992, Pasal 11 : upaya kesehatan dilaksanakan melalui berbagai kegiatan, salah satunya adalah perbaikan gizi di sekolah.
(23)
Salah satu sekolah fullday di kota Medan yang menyediakan makan siang bagi para siswanya adalah Siti Hajar Fullday School. Sekolah ini terletak di Jalan Jamin Ginting Km 11 gang Paya Bundung Simpang Selayang, Medan Tuntungan. Selain menyediakan makan siang, sekolah Siti Hajar juga memberikan snack bagi para siswanya. Snack diberikan pukul 10.00 dan makan siang diberikan pukul 13.00. Sekolah Siti Hajar memiliki dapur sendiri, sehingga makan siang yang disediakan berasal dari sekolah tersebut.Siti Hajar tidak memiliki siklus menu yang tetap. Menu ditentukan oleh para guru dan di ganti setiap hari jumatnya dan variasi menunya sangat beragam sehingga murid tidak bosan dengan menu yang disediakan.
Namun ada juga sekolah fullday yang tidak menyediakan makan siang bagi siswanya. Salah satu sekolah fullday di kota Medan yang tidak menyediakan makan siang bagi siswanya adalah Al-Ulum Terpadu Islamic School yang terletak di Jalan Tuasan no. 35 Medan.Siswa disekolah ini biasanya memperoleh makan siang dari bekal yang dibawa dari rumah atau membeli makan siang di kantin sekolah. Makan siang yang di jual di kantin diantaranya nasi goreng, mie goreng, nasi sayur dll. Tidak ada waktu dan tempat khusus untuk makan siang di sekolah ini. Sekolah hanya memberi waktu istirahat pada pukul 10.30 dan 12.00. Sekolah juga tidak melakukan pengontrolan terhadap makan siang para siswanya sehingga berpotensi siswa tidak makan siang atau hanya makan cemilan saja.
Kedua sekolah tersebut memiliki alasan yang kuat untuk menyediakan atau tidak menyediakan makan siang bagi siswanya. Sekolah Siti Hajar menyediakan makan siang dengan alasan agar makan siang para siswanya terkontrol sehingga tidak
(24)
ada yang tidak makan siang dan agar bisa tetap fokus belajar sampai sore hari. Sekolah Al-ulum tidak menyediakan makan siang bagi para siswanya karena sekolah berasumsi bahwa para siswa memiliki selera yang berbeda-beda sehingga dikhawatirkan para siswa mudah bosan terhadap menu yang diberikan sehingga lebih senang jajan dari pada harus mengkonsumsi makan siang yang diberikan sekolah. Kedua alasan tersebut adalah alasan yang bisa diterima. Namun bagi siswa yang tidak disediakan makan siang dari sekolah dikhawatirkan tidak terpenuhi zat gizinya. Sehingga berpotensi terhadap tumbuh kembangnya kelak.
Atas dasar ini penulis berasumsi bahwa anak sekolah dengan sistem Fullday
School yang mendapat makan siang dari sekolah, kecukupan energi dan kecukupan
protein serta status gizinya lebih baik dari pada siswa yang tidak mendapat makan siang dari sekolah. Membuktikan hal tersebut, penulis akan melakukan penelitian dengan melihat perbedaan kecukupan energi dan protein serta status gizi siswa yang sekolah di Fullday School yang mendapat makan siang dengan yang tidak mendapat makan siang dari sekolah.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : Apakah kecukupan energi, kecukupan protein serta status gizi siswa yang sekolah di Fullday School yang mendapat makan siang dari sekolah lebih baik dari pada yang tidak mendapat makan siang dari sekolah.
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
(25)
Membandingkan kecukupan energi, kecukupan protein serta status gizi siswa yang sekolah di Fullday School yang mendapat makan siang dan yang tidak mendapat makan siang dari sekolah.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui jumlah energi dan protein yang terdapat dalam makan siang yang disediakan sekolah Fullday School yang menyediakan makan siang.
2. Mengetahui sumbangan makan siang yang disediakan sekolah fullday terhadap pemenuhan kecukupan energi dan protein anak SMP.
1.4 Hipotesis
1. Kecukupan energi siswa SMP Fullday School yang mendapat makan siang dari sekolah lebih baik dari pada siswa SMP Fullday School yang tidak mendapat makan siang dari sekolah.
2. Kecukupan protein siswa SMP Fullday School yang mendapat makan siang dari sekolah lebih baik dari pada siswa SMP Fullday School yang tidak mendapat makan siang dari sekolah.
3. Status gizi siswa SMP Fullday School yang mendapat makan siang dari sekolah lebih baik dari pada siswa SMP Fullday School yang tidak mendapat makan siang. 1.5 Manfaat Penelitian
1. Dapat memberikan informasi kepada sekolah fullday yang memberi makan siang tentang tingkat kecukupan energi, protein serta status gizi siswa-siswinya. Sehingga dapat menyesuaikan hidangan sesuai dengan kebutuhan siswa dan siswi.
(26)
2. Dapat menjadi masukan bagi sekolah fullday yang tidak menyediakan makan siang pada siswanya, agar menyediakan makan siang yang berkualitas pada siswanya. 3. Dapat menjadi masukan bagi Dinas Kesehatan tentang permasalahan gizi anak
(27)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gizi Remaja
Remaja merupakan aset bangsa untuk terciptanya generasi yang baikdi masa mendatang. Masa remaja atau adolescent adalah waktu terjadinya perubahan-perubahan yang berlangsungnya cepat dalam hal pertumbuhan fisik, kognitif, dan psikososial atau tingkah laku (Adriani dan Wirjatmadi,2013).
Menurut Prastiwi yang dikutip oleh Safitri (2011), masa remaja merupakan masa terjadinya perubahan-perubahan untuk pertumbuhan. Periode Adolesensia atau masa remaja ditandai dengan pertumbuhan yang cepat (Growth Spurt) baik tinggi badannya maupun berat badannya. Pada periode growth spurt, kebutuhan zat gizi tinggi karena berhubungan dengan besarnya tubuh. Permulaan growth spurt pada anak tidak selalu pada umur yang sama melainkan tergantung individualnya. Pertumbuhan yang cepat biasanya diiringi oleh pertumbuhan aktivitas fisik sehingga kebutuhan zat gizi akan naik pula.
Pola hidup dan pola makan yang benar sangat mempengaruhi pertumbuhan remaja. Budaya hidup sehat dengan rajin berolahraga dan menjaga keseimbangan makanan sangat penting untuk dilakukan. Namun kenyataannya banyak remaja yang tidak memenuhi gizinya karena takut gemuk dan ada juga yang malas atau tidak berselera dengan makanan-makanan yang bergizi. Hal ini menyebabkan masa remaja juga dikatakan masa yang rawan akan gizi. Padahal dengan terjadinya perubahan
(28)
yang sangat menakjubkan, baik secara fisik, mental maupun social pada diri remaja menyebabkan mereka memerlukan makanan (zat-zat gizi) yang tepat dan memadai. 2.1.1 Kebutuhan Gizi Remaja
Kebutuhan gizi pada masa remaja sangat erat kaitannya dengan besarnya tubuh hingga kebutuhan yang tinggi terdapat pada periode pertumbuhan yang cepat (grow
spurt). Pada remaja putri grow spurt dimulai pada umur 10-12 tahun. Pada remaja
putra grow spurt terjadi pada usia 12-14 tahun. Kebutuhan gizi remaja relatif besar, karena mereka masih mengalami pertumbuhan. Selain itu, remaja umumnya melakukan aktivitas fisik lebih tinggi dibanding usia lainnya, sehingga diperlukan zat gizi yang lebih banyak (Adriani dan Wirjatmadi, 2014). Zat-zat gizi yang dibutuhkan remaja diantaranya adalah :
a. Energi
Energi merupakan satu hasil metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Faktor yang perlu diperhatikan untuk menentukan kebutuhan energi remaja adalah aktivitas fisik, seperti olahraga yang diikuti, baik dalam kegiatan di sekolah maupun di luar sekolah. Remaja dan eksekutif muda yang aktif dan banyak melakukan olahraga memerlukan asupan energi yang lebih besar dibandingkan yang kurang aktif. Sejak lahir hingga usia 10 tahun, energi yang dibutuhkan relatif sama dan tidak dibedakan antara laki-laki dan perempuan. Pada masa remaja terdapat perbedaan kebutuhan energi untuk laki-laki dan perempuan karena perbedaan komposisi tubuh dan kecepatan pertumbuhan.
(29)
Permenkes RI nomor 75 tahun 2013 tentang AKG menyebutkan angka kecukupan gizi (AKG) energi untuk remaja 13-15 tahun adalah2125 kkal untuk perempuan, dan 2475 kkal untuk laki-laki setiap hari. AKG energi ini dianjurkan sekitar 60% berasal dari sumber karbohidrat. Makanan sumber karbohidrat adalah beras, terigu dan hasil olahannya (mie, spaghetti, makaroni), umbi-umbian (ubi jalar, singkong), jagung, gula, dan lain-lain.
b. Protein
Protein terdiri dari asam-asam amino. Selain menyediakan asam amino esensial, protein juga menyuplai energi jika energi yang dihasilkan karbohidrat dan lemak terbatas. Kebutuhan protein meningkat pada masa remaja, karena proses pertumbuhan yang sedang terjadi dengan cepat. Pada awal masa remaja, kebutuhan protein remaja perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki karena memasuki masa pertumbuhan cepat lebih dulu. Pada akhir masa remaja, kebutuhan protein laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan karena perbedaan komposisi tubuh. Kecukupan protein bagi remaja 13-15 tahun adalah 72 gram untuk laki-laki dan 69 gram untuk perempuan setiap hari. Makanan sumber protein hewani bernilai biologis lebih tinggi dibandingkan sumber protein nabati karena komposisi asam amino esensial yang lebih baik, dari segi kualitas maupun kuantitas. Berbagai sumber protein adalah daging merah (sapi, kerbau, kambing), daging putih (ayam, ikan, kelinci), susu dan hasil olahannya (keju, mentega, yakult), kedele dan hasil olahannya (tempe, tahu), kacang-kacangan dan lain-lain.
(30)
c. Kalsium
Kebutuhan kalsium pada masa remaja relatif tinggi karena akselerasi muskular skeletal (kerangka) dan perkembangan endokrin lebih besar dibandingkan masa anak dan dewasa. Lebih dari 20 persen pertumbuhan tinggi badan dan sekitar 50 persen massa tulang dewasa dicapai pada masa remaja. AKG kalsium untuk remaja 13-15 tahun adalah 1000 mg baik untuk laki-laki maupun perempuan. Sumber kalsium diantaranya adalah ikan, kacang-kacangan, sayuran hijau, dan lain-lain.
d. Besi
Kebutuhan zat besi pada remaja juga meningkat karena terjadinya pertumbuhan cepat. Kebutuhan besi pada remaja laki-laki meningkat karena ekspansi volume darah dan peningkatan konsentrasi haemoglobin (Hb). Setelah dewasa, kebutuhan besi menurun. Pada perempuan, kebutuhan yang tinggi akan besi terutama disebabkan kehilangan zat besi selama menstruasi. Hal ini mengakibatkan perempuan lebih rawan terhadap anemia besi dibandingkan laki-laki. Perempuan dengan konsumsi besi yang kurang atau mereka dengan kehilangan besi yang meningkat, akan mengalami anemia gizi besi. Sebaliknya defisiensi besi mungkin merupakan faktor pembatas untuk pertumbuhan pada masa remaja, mengakibatkan tingginya kebutuhan mereka akan zat besi. Kebutukan besi bagi remaja usia 13-15 tahun adalah 19 mg untuk laki-laki dan 26 mg untuk perempuan.
(31)
e. Seng (Zinc)
Seng diperlukan untuk pertumbuhan serta kematangan seksual remaja, terutama untuk remaja laki-laki. AKG seng remaja 13-15 tahun adalah 17,4 mg per hari untuk laki-laki dan 15,4 untuk perempuan.
f. Vitamin
Kebutuhan vitamin juga meningkat selama masa remaja karena pertumbuhan dan perkembangan cepat terjadi. Karena kebutuhan energi meningkat, maka kebutuhan beberapa vitamin pun meningkat, antara lain yang berperan dalam metabolisme karbohidrat menjadi energi seperti vitamin B1, B2 dan Niacin. Untuk sintesa DNA dan RNA diperlukan vitamin B6, asam folat dan vitamin B12, sedangkan untuk pertumbuhan tulang diperlukan vitamin D yang cukup. Vitamin A, C dan E diperlukan untuk pertumbuhan dan penggantian sel.
2.2 Kecukupan Energi dan Protein Remaja 2.2.1 Asupan Energi
Makanan yang bergizi dapat memberikan energi untuk melakukan kegiatan atau aktivitas, makanan bergizi juga berfungsi untuk pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh serta mengatur proses tubuh (Almatsier, 2004).
Energi didapatkan dari berbagai makanan sumber energi seperti karbohidrat, lemak dan protein. Satuan energi adalah kkal (kilo kalori). Satu gram karbohidrat dan protein dapat menghasilkan 4 kkal sedangkan dalam satu gram lemak dapat menghasilkan 9 kkal. Energi berfungsi untuk metabolisme basal, untuk melakukan
(32)
aktifitas fisik dan pertumbuhan, serta untuk termogenesis atau untuk memberikan respon terhadap makanan yang dikonsumsi (Murdiati dan amaliah, 2013)
Kebutuhan energi setiap orang berbeda-beda tergantung dari metabolisme basal, efek termogenik dan aktifitas fisik (Supariasa, 2008). Komponen terbesar dari keluaran energi harian adalah BMR atau AMB atau BMK. Metabolisme basal diartikan sebagai sejumlah energi yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai proses vital ketika tubuh tengah beristirahat. Dengan kata lain, metabolisme basal merupakan jumlah minimal energi yang dikeluarkan untuk mempertahankan fungsi alat pernapasan, sirkulasi darah, peristalyik usus, tonus otot, temperatur suhu tubuh, kegiatan kelenjar, serta fungsi vegetatif lain. Angka Metabolisme Basal umumnya dinyatakan dalam satuan kilokalori untuk setiap kilogram berat badan per jam. (Arisman, 2004)
Menurut Sudiarti yang dikutip oleh Dwi (2011) Pengaruh usia terhadap BMR berkaitan dengan kegiatan metabolisme sel-sel tubuh. Nilai BMR semasa pertumbuhan sangat tinggi, karena keaktifan pembelahan sel begitu tinggi (Arisman, 2004). Keseimbangan energi seseorang dapat dicapai bila energi yang dikonsumsi melalui makanan sama jumlahnya dengan energi dapat ditentukan oleh berat badan ideal dan (IMT) Indeks Massa Tubuh.
2.2.2 Kecukupan Asupan Energi
Kekurangan energi terjadi akibat dari asupan energi yang tidak cukup memenuhi kebutuhan yang dibutuhkan oleh tubuh, maka tubuh akan mengambil simpanan glikogen dalam tubuh dan diubah menjadi energi. Jika hal itu terus terjadi
(33)
maka tubuh akan menjadi kurus, status gizi pun akan menjadi kurang, bahkan daya tahan tubuh menjadi lemah. Sedangkan kelebihan energi akan diubah menjadi lemak tubuh sehingga berat badan berlebih atau kegemukan (Almatsier, 2005).
Pada usia anak dan remaja asupan energi harus terpenuhi karena pada usia anak dan remaja terjadi proses pertumbuhan jasmani yang pesat serta perubahan bentuk dan susunan jaringan tubuh. Untuk mengetahui angka kecukupan energi anak dan remaja laki-laki dan perempuan berdasarkan AKG 2005 dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 2.1 Angka Kecukupan Energi Remaja
Umur (tahun) Kecukupan Energi (kalori) Laki-laki Perempuan 10-12
13-15
2100 2475
2000 2125 Sumber : Depkes RI 2013
Menurut Walker (2009) yang dikutip oleh Rachmawati (2009) asupan energi pada makan siang setidaknya harus memenuhi 30% dari kebutuhan sehari atau harus memberikan sepertiga kecukupan harian yang dianjurkan (AKG).
2.2.3 Asupan Protein
Protein tersusun dari serangkaian asam amino, protein yang tersusun dari hanya asam amino disebut protein sederhana. Sedangkan yang mengandung bahan selain asam amino seperti turunan vitamin, lemak, dan karbohidrat disebut protein kompleks. Sumber protein berasal dari dua sumber, yaitu protein hewani seperti telur,
(34)
ikan, daging sapi, daging ayam, susu, keju, dll. Protein nabati seperti tempe, tahu, oncom, kacang-kacangan dan serealia (Devi, 2012).
Asupan makan pada anak perempuan lebih sedikit dari pada anak laki-laki, termasuk asupan protein, padahal bagi remaja perempuan membutuhkan asupan protein lebih banyak karena lebih membutuhkan asupan zat besi yang berada di pada protein, karena pada remaja perempuan mengalami menstruasi (Arisman, 2004).
Protein dalam tubuh harus tercukupi, karena protein memiliki peran dalam tubuh manusia. Fungsi dari protein yaitu :
a. Pertumbuhan dan pemeliharaan
Sebelum sel-sel dapat mensintesis protein baru, harus tersedia semua asam amino esensial yang diperlukan dan cukup nitrogen guna pembantukan asam-asam amino esensial yang diperlukan. Pertumbuhan atau penambahan otot hanyan mungkin bila tersedia cukup campuran asam amino yang sesuai termasuk untuk pemeliharaan dan perbaikan.
b. Pembentukan ikatan-ikatan esensial tubuh
Hormon-hormon seperti tiroid, insulin dan epinefrin adalah protein, demikian pula berbagai enzim. Ikatan-ikatan kimia ini bertindak sebagai katalisator atau membantu perubahan-perubahan biokimia yang terjadi di dalam tubuh.
c. Mengatur keseimbangan air
Cairan tubuh terdapat di dalam tiga komponen yaitu intraseluler (di dalam sel), ekstraseluler/interseluler (di antara sel) dan intravaskular (di dalam pembuluh darah). Distribusi cairan di dalam kompartemen-kompartemen ini harus dijaga dalam
(35)
keadaan seimbang atau homeostatis. Keseimbangan ini diperoleh melalui sistem kompleks yang melibatkan elektrolit dan protein.
d. Memelihara netralitas tubuh
Protein tubuh bertindak sebagai buffer, yaitu bereaksi dengan asam dan basa untuk menjaga pH pada taraf konstan.
e. Pembentukan antibodi
Kemampuan tubuh untuk melakukan detoksifikasi terhadap bahan-bahan racun dikontrol oleh enzim-enzim yang terutama terdapat dalam hati. Dalam keadaan kekurangan protein kemampuan tubuh untuk menghalangi pengaruh toksik bahan-bahan racun ini berkurang.
f. Mengangkut zat-zat gizi
Protein memegang peranan esensial dalam mengangkut zat-zat gizi dari saluran cerna melalui dinding saluran cerna ke dalam darah, dari darah ke jaringan-jaringan, dan melalui membran sel ke dalam sel-sel. Sebagian besar yang mengangkut zat-zat gizi ini adalah protein (Almatsier, 2005).
2.2.4 Kecukupan Asupan Protein
Jika protein dalam tubuh mengalami kekurangan maka pertumbuhan akan terhambat. Pada masa anak-anak protein sangat diperlukan karena untuk mencapai pertumbuhan yang optimal, sedangkan jika kelebihan protein dapat menyebabkan obesitas, asidosis, kenaikan amoniak darah, kenaikan ureum darah dan demam pada bayi (Almatsier, 2004). Angka kecukupan protein dapat dilihat dalam table berikut :
(36)
Tabel 2.2 Angka Kecukupan Protein Remaja
Umur Kecukupan Protein
Laki-laki Perempuan 10-12
13-15
56 72
60 69 Sumber :Depkes RI 2013
Adapun kalori dari makan siang sedikitnya harus memberikan sumbangan atau kontribusi energi dan zat gizi sebanyak 30% dari kebutuhan sehari. Menurut Walker (2005) yang dikutip oleh Rachmawati (2009) makan siang di sekolah harus memberikan sepertiga kecukupan harian yang dianjurkan (AKG) baik untuk energi maupun protein dan zat gizi lainnya seperti vitamin A, vitamin C, zat besi dan kalsium.
2.3 Status Gizi
Status gizi adalah keadaan keseimbangan antara asupan (intake) dan kebutuhan
(requirement) zat gizi. Untuk menilai status gizi seseorang atau masyarakat dapat
dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Penilaian secara langsung yaitu dengan cara pemeriksaan fisik, klinis, antropometri dan biokimia. Adapun penilaian secara tidak langsung bisa dilakukan dengan cara melihat angka kematian, angka kelahiran dan data statistik vital lainnya (Safitri, 2011).
Status gizi kurang atau yang lebih sering disebut undernutrition merupakan keadaan gizi seseorang dimana jumlah energi yang masuk lebih sedikit dari energi yang dikeluarkan. Hal ini dapat terjadi karena jumlah energi yang masuk lebih sedikit dari anjuran kebutuhan individu. Status gizi lebih (overnutrition) merupakan keadaan
(37)
gizi seseorang dimana jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh lebih besar dari jumlah energi yang dikeluarkan. Hal ini terjadi karena jumlah energi yang masuk melebihi kecukupan energi yang dianjurkan untuk seseorang, sehingga kelebihan zat gizi tersebut disimpan dalam bentuk lemak yang dapat mengakibatkan seseorang menjadi gemuk (Almatsier, 2005).
Hasil penelitian Dwi (2011) tentang status gizi siswa yang sekolah di salah satu sekolah fullday di Bandung menunjukkan 83,9% siswa memiliki status gizi normal. 2.3.1 Penilaian Status Gizi
Penilaian status gizi adalah cara yang dilakukan untuk melihat status gizi suatu populasi atau individu sehingga dapat diketahui yang memiliki risiko status gizi kurang maupun gizi lebih. Salah satu cara penilaian status gizi adalah antropometri. Antropometri merupakan salah satu cara penilaian status gizi yang berhubungan dengan ukuran tubuh yang disesuaikan dengan umur dan tingkat gizi seseorang. Pada umumnya antropometri mengukur dimensi tubuh dan komposisi tubuh seseorang. Metode antropometri sangat berguna untuk melihat ketidak seimbangan energi dan protein. Akan tetapi, antropometri tidak dapat digunakan untuk mengidentifikasi zat-zat gizi yang spesifik (Supariasa, 2002).
Indeks antropometri adalah pengukuran dari beberapa parameter. Indeks antropometri bisa merupakan rasio dari satu pengukuran terhadap satu atau lebih pengukuran atau yang dihubungkan dengan umur dan tingkat gizi. Salah satu contoh dari indeks antropometri adalah Indeks Massa Tubuh (IMT) atau yang disebut dengan
(38)
Indeks Massa Tubuh diukur dengan cara membagi berat badan dalam satuan kilogram dengan tinggi badan satuan meter kuadrat (Supariasa, 2002).
Berat badan (kg) IMT =
Tinggi badan (m) x tinggi badan (m)
Saat ini untuk mengetahui status gizi remaja dalam dalam masa pertumbuhan dapat menggunakan IMT untuk anak, atau IMT berdasarkan umur. IMT/U merupakan cara atau alat untuk memantau status gizi anak yang berusia 5 hingga 19 tahun. Nilai IMT normal untuk kelompok umur yang berbeda tergantung nilai dari Z-score IMT nya. Untuk mengetahui nilai IMT/U langkah pertama hitung terlebih dahulu IMT nya kemudian hasil perhitungannya diklasifikasikan menurut tabel IMT/U menurut Z-score (Dwi, 2011). Menurut WHO (2007), klasifikasi IMT anak dan remaja dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 2.3 Standart Penilaian Status Gizi Berdasarkan IMT Menurut Umur
Kategori Z-scor
Sangat Kurus < -3 SD
Kurus ≥ -3 SD sampai ≤ -2 SD
Normal -2 SD sampai +2 SD
Overweight ≥ +2 SD sampai ≤ +3 SD
Obesitas >+3 SD
Sumber : WHO 2007
2.4 Hubungan Asupan Energi, Asupan Protein dan Status Gizi Siswa
Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan
(39)
otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum. Status gizi gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi esensial. Status gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah berlebihan. Baik status gizi kurang atau pun status gizi lebih terjadi gangguan gizi, gangguan gizi disebabkan oleh faktor primer atau sekunder, faktor primer adalah bila asupan makanan seseorang salah dalam kuantitas dan atau kualitasnya (Almatsier, 2004).
Asupan energi pada seseorang dapat menentukan tercapainya tingkat kesehatan, apabila tubuh berada dalam tingkat kesehatan yang optimum dimana jaringan penuh oleh semua zat gizi, maka tubuh akan mempunyai daya tahan tubuh yang tinggi terhadap serangan penyakit. Apabila asupan energi pada seseorang tidak seimbang dengan kecukupan gizi tubuh maka akan terjadi gizi kurang atau bahkan gizi buruk (Notoatmodjo, 2005).
Asupan yang berlebihan yang berlebihan dapat berdampak tidak baik, salah satu contohnya obesitas. Obesitas pada remaja putri lebih umum dijumpai daripada remaja putra. Obesitas ini dapat berdampak kurang baik terhadap perkembangan sosial dan psikososial. Remaja yang obesitas lebih banyak menyendiri, depresi dan rendah gairah hidup. Keadaan yang lebih parah dapat terjadi pada obesitas yaitu berisiko tinggi terhadap penyakit degeneratif seperti diabetes mellitus, hipertensi, penyakit jantung koroner, kanker, dan bahkan kematian (Safitri, 2011).
Pada remaja banyak juga dijumpai KEP yaitu kurang energi protein, penyebabnya yaitu asupan energi dan protein lebih rendah dibanding kebutuhannya atau dapat juga terjadi karena diet yang tidak terkontrol. KEP tidak selalu ditimbulkan
(40)
oleh karena banyaknya berolahraga atau beraktifitas fisik. Namun pada umumnya disebabkan oleh porsi makanannya yang terlalu sedikit. Turunnya berat badan pada remaja putri secara drastis erat hubungannya dengan faktor emosional, misalnya takut gemuk atau dipandang kurang seksi oleh lawan jenis. Itu semua karena keinginan remaja putri untuk mendapatkan body image yang ideal di depan umum (Safitri, 2011).
Asupan protein pun harus terpenuhi karena protein memiliki peranan yang penting dalam menjalankan fungsi-fungsi tubuh. Kebutuhan protein akan meningkat pada usia remaja, karena proses pertumbuhan yang sedang terjadi dengan cepat. Pada awal masa remaja, kebutuhan protein remaja perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki, karena memasuki masa pertumbuhan cepat lebih dahulu. Sehingga jika asupan protein kurang maka akan menghambat pembentukan sel-sel tubuh, dan menghambat pertumbuhan. Hal ini akan menyebabkan status gizi menjadi menurun (Almatsier, 2004).
2.5 Fullday School
Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan peserta didik. Karena dengan melaksanakan pendidikan maka seseorang akan mendapatkan tambahan ilmu pengetahuan yang akan berguna baginya dimasa yang akan datang. Upaya meningkatkan kualitas pendidikan pada hakekatnya tidak sekedar mengarah pada hasil pendidikan akan tetapi juga pada proses pelaksanaan pendidikan, proses disini termasuk model kurikulum yang diterapkan. Berkenaan dengan penerapan
(41)
kurikulum, sistem Fullday School merupakan salah satu bentuk model pendidikan yang sangat mendukung untuk meningkatkan kualitas pendidikan (Zuliana, 2014).
Menurut etimologi kata Fullday School berasal dari bahasa inggris. Full
mengandung arti penuh, dan day artinya hari. Jika digabung, akan mengandung arti sehari penuh. Sedangkan school mempunyai arti sekolah. Fullday School adalah sebuah sistem pembelajaran yang dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar yang dilakukan sehari penuh dengan memadukan sistem pembelajaran secara intensif yaitu dengan memberikan tambahan waktu khusus untuk pendalaman selama lima hari dan sabtu di isi dengan relaksasi atau kreativitas (Zuliana, 2014).
Dimulainya sekolah sejak pagi hari sampai sore hari, sekolah lebih leluasa mengatur jam pelajaran yang mana disesuaikan dengan bobot pembelajaran dan ditambah dengan model-model pendalamannya. Sedangkan waktunya digunakan untuk program-program pembelajaran yang bernuansa informal, tidak kaku, menyenangkan bagi siswa dan membutuhkan kreatifitas dan inovasi seorang guru. Dalam hal ini, syukur yang berpatokan dalam hal penelitian mengatakan bahwa
“waktu belajar yang efektif pada anak itu hanya tiga sampai empat jam sehari (dalam suasana formal) dan tujuh sampai delapan jam sehari (dalam suasana informal) (Zuliana, 2014).
Pelajaran yang dianggap sulit dalam sistem fullday school diletakkan pada awal masuk sekolah dan pelajaran yang lebih mudah diletakkan pada sore hari, karena pada pagi hari siswa masih segar dan bersemangat, dengan demikian pelajaran yang dianggap sulit oleh siswa akan tetap mudah di cerna karena otak masih dalam
(42)
keadaan segar, namun jika mata pelajaran yang sulit tersebut diletakkan pada sore hari siswa akan menjadi beban dan tidak bersemangat lagi karena sudah beraktifitas seharian, hal tersebut akan berpengaruh pada kondisi fisik dan psikism siswa, karena itulah dalam sekolah yang menggunakan sistem fullday school menerapkan jam istirahat dua kali dalam sehari (Zuliana, 2014).
Adanya penerapan sistem fullday school ini lamanya waktu pembelajaran tersebut tidak akan menjadi beban, karena sebagian waktunya digunakan untuk waktu-waktu informal. Dan pada sistem ini banyak pola dan metode dalam proses belajar dan mengajarnya, sistem pembelajarannya tidak top down atau monologis karena dengan metode seperti ini, maka yang terjadi guru mengajar dan murid diajar, guru mengetahui segalanya dan murid tidak mengetahui apa-apa, guru membacakan dan murid mendengarkan, atau konsep seperti itu menurut Paulo Freire adalah
banking concept education, guru sebagai subyek dan murid sebagai obyek belaka
(Zuliana, 2014)
Lebih banyaknya waktu yang tersedia di sekolah fullday school memungkinkan para staf guru untuk merancang kurikulum yang dikembangkan. Dengan demikian selain materi yang wajib diajarkan sesuai peraturan dari pemerintah, terbuka kesempatan untuk menambahkan materi lain yang dipandang sesuai dengan tujuan pendidikan di lembaga tersebut. Kurikulum yang dipergunakan di sekolah Fullday
School dirancang berdasarkan pengalaman dan masukan dari beberapa lembaga lain
(43)
dikembangkan dengan tetap mengacu pada kurikulum yang telah ditetapkan oleh Diknas (Sulistyaningsih, 2008).
Fullday school merupakan program pendidikan yang seluruh aktivitas berada di
sekolah (sekolah sepanjang hari) dengan ciri integrated activity dan integrated
curriculum. Dengan pendekatan ini maka seluruh program dan aktivitas anak di
sekolah mulai dari belajar, bermain, makan dan ibadah dikemas dalam suatu sistem pendidikan. Dengan sistem ini pula diharapkan mampu memberikan nilai-nilai kehidupan yang islami pada anak didik secara utuh dan terintegrasi dalam tujuan pendidikan. Konsep pendidikan yang dijalankan sebenarnya adalah konsep effective
school, yakni bagaimana menciptakan lingkungan yang efektif bagi anak didik.
Sebagai konsekuensinya, anak–anak didik diberi waktu lebih banyak di lingkungan sekolah (Zuliana, 2014).
Fenomena masyarakat terhadap lembaga pendidikan dipandang sebagai industri yang dapat mencetak jasa, yang dimaksud jasa disini adalah jasa pendidikan, yaitu suatu proses pelayanan untuk merubah pengetahuan, sikap dan tindakan keterampilan manusia dari keadaan sebelumnya (belum berpendidikan) menjadi semakin baik (berpendidikan) sebagai manusia seutuhnya. Oleh sebab itu pembangunan dimasa sekarang dan masa mendatang sangat dipengaruhi oleh sektor pendidikan, sebab dengan bantuan pendidikan setiap individu berharap bisa maju berkembang dan dikemudian hari bisa mendapatkan pekerjaan yang pantas (Zuliana, 2014).
(44)
2.6 Penyelenggaraan Makan di Sekolah
Menurut Mukrie yang dikutip oleh Dwi (2011), di luar negeri penyelenggaraan makan di sekolah telah berkembang sejak lama. Semua program makanan sekolah pada awalnya bertujuan untuk membantu meningkatkan status gizi anak-anak yang kurang mampu, namun lambat laun kebutuhan makanan di sekolah menjadi kebutuhan semua golongan masyarakat. Hal itu dikarenakan banyak sekolah yang penuh dengan berbagai macam kegiatan, hingga waktu anak-anak disekolah menjadi lebih panjang, ataupun anak tidak sempat sarapan terlebih dahulu di rumahnya.
Menurut Khan yang dikutip oleh Dwi (2011) makan siang dalam suatu sekolah sangat penting untuk kesehatan bagi para siswa yang sedang dalam masa pertumbuhan. Tetapi kesesuaian selera konsumen menjadi suatu masalah dalam penyelenggaraan makanan dalam suatu institusi seperti sekolah. Suatu variasi di dalam menu institusi sekolah adalah suatu hal penting dalam jenis institusi sekolah. Konsumen mempunyai pilihan makanan yang sangat banyak dan berbeda dari tiap kelompok umur. Oleh karena itu institusi penyelenggaraan sekolah harus mengerti cara-cara merencanakan menu.
Menurut Mukrie yang dikutip oleh Dwi (2011), fungsi yang dijalankan bagi kantin di sekolah yaitu kantin harus dapat memberikan pelayanan untuk makan pagi, siang maupun sore baik makanan kecil ataupun makanan lengkap. Makanan yang disediakan di kantin harus merupakan makanan yang bergizi, dan sebagai bahan pendidikan bagi anak untuk mendorong atau membiasakan anak dalam memilih makanan yang bergizi bagi dirinya sendiri. Lokasi atau tempat ruang kantin atau
(45)
tempat penyelenggaraan makan disediakan sedemikian rupa dan makanan dipersiapkan dalam keadaan yang bersih serta higienis. Penyelenggaraan makanan di sekolah pun harus di menejemen dengan baik agar penyelenggaraan makanan di sekolah dapat berjalan dengan lancar.
2.7 Kerangka Konsep
Penelitian ini ingin membuktikan bahwa siswa SMP dengan sistem fullday
school yang mendapat makan siang dari sekolah lebih baik kecukupan energi,
kecukupan protein serta status gizinya. Membuktikan hal tersebut dilakukan penelitian dengan melihat perbedaan kecukupan energi dan protein serta status gizi siswa SMP fullday school yang dapat makan siang dari sekolah dengan yang tidak mendapat makan siang dari sekolah. Keterangan lebih jelas dapat dilihat dari bagan berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Dapat Makan
Siang
Tidak Dapat Makan Siang
Status Gizi -Kecukupan
Energi -Kecukupan Protein Asupan
Gizi Makan
(46)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan desain penelitian cross sectional, yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan kecukupan energi dan protein serta status gizi siswa SMP yang mendapat makan siang dan tidak mendapat makan siang dari sekolah dengan sistem fullday school.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di dua sekolah di kota Medan. Sekolah pertama adalah sekolah Siti Hajar Fullday School yang terletak di jalan Letjen Jamin Ginting kilometer 11 gang Paya Bundung Simpang Selayang, Medan Tuntungan. Alasannya, sekolah Siti Hajar Fullday School adalah sekolah yang mengolah sendiri makan siang yang disediakan dan juga menyediakan snack bagi para siswanya. Sekolah yang kedua adalah Al-Ulum Islamic School yang terletak di Jalan Tuasan no. 35 Medan. Alasannya sekolah Al-ulum Islamic School adalah sekolah fullday yang tidak menyediakan makan siang bagi para siswanya dan kantin sekolahnya belum menyediakan makanan lengkap dan seimbang.
3.2.2. Waktu Penelitian
(47)
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah siswa/i SMP kelas VIII sekolah Siti Hajar
Fullday School yang berjumlah 128 siswa dan SMP Al-ulum Islamic School yang
berjumlah 144 siswa. Alasannya, penelitian ini dilakukan pada tahun ajaran baru. Jika dilakukan juga pada siswa kelas VII, mereka baru saja sekolah di fullday school
sehingga pengaruh makan siangnya belum terlihat, sedangkan siswa kelas IX tidak mendapat izin dari sekolah karena harus fokus pada persiapan ujian nasional.
3.3.2. Sampel
Sampel adalah sebagian populasi yang ingin diteliti, yang ciri-ciri dan keberadaannya diharapkan mampu mewakili atau menggambarkan ciri-ciri dan keberadaan populasi yang sebenarnya (Sugiarto, 2001). Besar sampel dihitung dengan rumus perhitungan estimasi proporsi dengan presisi mutlak di bawah ini yaitu (Kasjono, 2009) :
N
d² (N 1) + Z² 1 α/2 P (1 P) Keterangan :
n : Besar sampel d : Presisi mutlak 0,1
Z: Z score ditentukan berdasarkan derajat kepercayaan (95%=1.96)
P : Proporsi untuk sifat tertentu yang diperkirakan terjadi pada populasi (0,5) n =
(48)
Maka, besar sampel Sekolah Siti Hajar adalah :
(1,96)² . 0,5 (1-0,5) 116
(0,1)² .(1161) + (1,96)² . 0,5 (1-0,5)
3,8416 . 0,25 . 116
0,01 . 115 + 3,8416 (0,25) 111,406
1,15 + 0,96
111,406
2,23
n = 49,95 dibulatkan menjadi 58 besar sampel SMP Al-ulum adalah :
(1,96)² . 0,5 (1-0,5) 144
(0,1)² . (144 1) + (1,96)² . 0,5 (1-0,5)
3,8416 . 0,25 . 144
0,01 . 143 + 3,8416 (0,25)
138,297
1,43 + 0,96
138,297
2,39
n = 57,86 dibulatkan menjadi 58 n =
n =
n = n =
n =
n = n =
(49)
Jadi besar sampel untuk penelitian ini adalah 58 siswa SMP dari sekolah Siti Hajar dan 58 siswa SMP dari sekolah Al-ulum. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan simple random sampling menggunakan table bilangan random. 3.4 Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini, meliputi data primer dan data sekunder.
3.4.1 Data Primer
a. Data identitas sampel yang meliputi data pribadi dan data orang tua didapat dari kuisioner yang diisi oleh siswa SMP Siti Hajar dan Al-ulum yang menjadi sampel. b. Data asupan energi dan protein diperoleh dari hasil wawancara dengan responden
menggunakan formulir recall 24 jamyang dilakukan sebanyak dua kali.
c. Data status gizi responden meliputi berat badan dan tinggi badan responden, penimbangan menggunakan timbangan digital dengan ketelitian 0,1 kg dan pengukuran tinggi badan menggunakan microtoice dengan ketelitian 1cm.
d. Data gambaran umum makan siang yang diberikan SMP Siti Hajar diperoleh melalui metode penimbangan makanan dengan cara menimbang dan mencatat makan siang yang disediakan sekolah Siti Hajar selama dua hari. Adapun langkah-langkah pelaksanaan penimbangan makanan :
1. Menimbang dan mencatat makan siang yang disediakan dalam gram.
2. Menganalisis hasil penimbangan dengan menggunakan software Nutrisurvey
Indonesia.
(50)
3.4.2 Data sekunder
Data sekunder berupa data gambaran umum SMP Siti hajar dan SMP Al-Ulum diperoleh dari bagian arsip sekolah tersebut.
3.5 Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1 Variabel
1. Variabel Independen : dapat makan siang, tidak dapat makan siang. 2. Variabel Dependen : kecukupan energi, kecukupan protein, status gizi. 3.5.2 Defenisi Operasional
1. Tingkat kecukupan energi adalah perbandingan antara jumlah energi yang dikonsumsi oleh siswa SMP dengan angka kecukupan energi anak usia 10-12 tahun dan 13-15 tahun.
2. Tingkat kecukupan protein adalah perbandingan jumlah protein yang dikonsumsi oleh siswa SMP dengan angka kecukupan protein anak usia10-12 tahun dan 13-15 tahun.
3. Status gizi adalah keadaan gizi siswa SMP yang ditentukan dengan indikator IMT menurut umur.
4. Fullday School adalah sebuah sistem pembelajaran yang dilakukan dalam kegiatan
belajar mengajar yang dilakukan sehari penuh dengan memadukan sistem pembelajaran secara intensif.
5. Sekolah PM adalah sekolah fullday yang menyelenggarakan makan siang bagi para siswanya.
(51)
6. Sekolah Tanpa PM adalah sekolah fullday yang tidak menyelenggarakan makan siang bagi para siswanya.
3.6 Metode Pengukuran a. Tingkat Kecukupan Energi
Alat Ukur : Formulir recall 24 jam Cara Ukur : Wawancara sebanyak 2 kali
AKG Energi : 2475 kkal untuk laki-laki, 2125 kkal untuk perempuan Hasil Ukur :a. Defisit tingkat berat (<70% angka kebutuhan)
b. Defisit tingkat sedang (70-79% angka kebutuhan) c. Defisit tingkat ringan (80-89% angka kebutuhan) d. Normal (90-119% angka kebutuhan)
e. Di atas angka kebutuhan (120% angka kebutuhan) (Depkes RI, 2013)
b. Tingkat Kecukupan Protein
Alat Ukur : Formulir recall 24 jam Cara ukur : Wawancara sebanyak 2 kali
AKG Protein : 72 g untuk laki-laki, 69 g untuk perempuan Hasil Ukur : a. Defisit tingkat berat (<70% angka kebutuhan)
b. Defisit tingkat sedang (70-79% angkakebutuhan) c. Defisit tingkat ringan (80-89% angkakebutuhan) d. Normal (90-119% angka kebutuhan)
(52)
c. Status Gizi
Alat Ukur : Timbangan digital bathroom scale untuk mengukur berat badan dan microtoice untuk mengukur tinggi badan
Cara Ukur : Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan kemudian dianalisis menggunakan WHO Antro Plus.
Hasil Ukur : Sangat kurus, < -3 SD
Kurus, jika z-score ≥ -3 sampai ≤ -2,0 SD Normal, jika z-score -2 SD hingga +2 SD Gemuk, jika z-score >+2 SD sampai ≤+3 SD Obesitas, >+3SD (WHO, 2007)
d. Jumlah Energi dan Protein yang Dianjurkan Dalam Makan Siang Alat Ukur : Formulir Recall 24 Jam
Cara Ukur : Wawancara sebanyak 2 kali
Jumlah yang Dianjurkan : Minimal 30% dari kebutuhan sehari
Hasil Ukur : a. ≤ 30% dari kebutuhan sehari : Tidak Memenuhi
b. ≥ 30% dari kebutuhan sehari : Memenuhi
(Walker, 2005) dikutip oleh Rachmawati (2009) 3.7 Pengolahan dan Analisis Data
3.7.1 Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : a. Editing
(53)
Untuk melakukan pengecekan isi kuesioner apakah kuesioner sudah diisi dengan lengkap dan jelas.
b. Coding
Merupakan kegiatan merubah data berbentuk hurufmenjadi data berbentuk bilangan, agar memudahkan menganalisis data dalam bentuk kuantitatif.
c. Processing
Setelah data dikoding maka selanjutnya melakukan entri data dari kuesioner ke dalam program komputer.
d. Cleaning
Cleaning merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dientri apakah ada kesalahan atau tidak.
e. Tabulating
Tabulating adalah penyusunan data dalam bentuk table distribusi frekuensi dan presentase.
3.7.2 Analisis Data
Data yang dikumpulkan diolah dan dianalisis menggunakan program komputer yaitu SPSS melalui editing, coding, entry, cleaning, kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan dianalisis secara deskriptif. Untuk melihat perbedaan kecukupan energi, kecukupan protein serta status gizi siswa yang sekolah di Fullday
School yang mendapat makan siang dan tidak mendapat makan siang di sekolah
(54)
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan pada dua sekolah fullday di Kota Medan yaitu Siti Hajar
Fullday School dan Al-Ulum Terpadu Islamic School. Siti Hajar Fullday School
adalah salah satu sekolah fullday di Kota Medan yang melakukan penyelenggaraan makan siang bagi para siswanya yang penulis sebut nantinya dengan sekolah fullday
dengan Penyelenggaraan Makan (PM). Al-ulum Terpadu Islamic School adalah salah satu sekolah fullday di kota Medan yang tidak menyelenggarakan makan siang bagi siswanya yang nantinya penulis sebut dengan sekolah fullday Tanpa Penyelenggaraan Makan (TPM).
SMP Siti Hajar Islamic Fullday School terletak di Jalan Jamin Ginting Km.11 Paya Bundung Kel. Simpang Selayang Kec. Medan Tuntungan Medan Sumatera Utara. SMP Siti Hajar Fullday School merupakan bagian dari Yayasan Siti Hajar
Fullday School dan berdiri pada bulan Juli tahun 2004. SMP ini dipimpin oleh kepala
sekolah yang merupakan lulusan sarjana pendidikan. Kurikulum yang diterapkan pada sekolah ini adalah Kurikilum DIKNAS dan Kurikulum Lokal Siti Hajar. Jumlah seluruh murid SMP sebanyak 378 siswa dan jumlah guru 28 orang. Kegiatan belajar mengajar di sekolah ini senin sampai jumat dimulai pukul 07.25 s/d 16.30 wib.
SMP Siti Hajar Islamic Fullday School sejak berdiri telah menyediakan makan siang bagi para siswanya yang diberikan sekitar pukul 13.00 wib. Tidak hanya makan siang, sekolah juga menyediakan snack yang diberikan pukul 10.00 wib dan juice
(55)
yang diberikan pukul 15.30 wib. Mayoritas anak hanya mencukupkan memakan makanan yang disediakan dari sekolah saja. Sangat jarang anak yang jajan pada jam makan siang. SMP Siti Hajar memiliki dapur sendiri. Sehingga makanan yang diberikan adalah makanan yang dimasak sendiri oleh pihak sekolah. Pemilihan menu dilakukan oleh para guru dan dilakukan pergantian menu setiap hari Jumat. Dalam pergantian menu sekolah tidak memiliki siklus menu. Menu dipilih oleh para guru. Namun menu-menu yang diberikan sangat variatif sehingga para murid tidak bosan dengan menu yang disediakan.
SMP Al-Ulum Terpadu Islamic School terletak di Jalan Tuasan no 35 kel. Sidorejo Hilir kec. Medan Tembung, Medan Sumatera Utara. SMP Al-Ulum Terpadu
Islamic School yang merupakan bagian dari Yayasan Amanah Karamah berdiri pada
bulan Mei tahun 2004. Sekolah ini dikepalai oleh Kepala Sekolah yang merupakan lulusan sarjana pendidikan. Kurikulum yang diterapkan pada sekolah ini adalah Kurikilum Nasional (KTSP) dan Kurikulum Lokal Berbasis Keislaman. Jumlah seluruh murid SMP sebanyak 432 siswa dan jumlah guru 33 orang. Kegiatan belajar mengajar di sekolah ini dilakukan senin sampai jumat mulai pukul 07.30 s/d 16.30 wib.
SMP Al-Ulum Terpadu adalah sekolah fullday yang tidak menyediakan makan siang bagi para siswanya. Para siswa mendapat makan siang dari bekal yang dibawa dari rumah atau membeli di kantin sekolah yang terletak di lantai 1. Kantin sekolah menyediakan berbagai macam makanan seperti mie goreng, nasi goreng, empek-empek dll. Anak yang membeli makan siang di kantin sekolah kebanyakan memilih
(56)
nasi goreng sebagai menu makan siangnya. Kegiatan belajar mengajar dimulai pukul 07.25 s/d 16.30 wib dengan waktu istirahat pukul 09.30 wib dan pukul 12.00 wib. 4.2 Gambaran Umum Karakteristik Sampel
Gambaran umum karakteristik sampel adalah karakteristik dari murid di sekolah fullday dengan Penyelenggaraan Makan (PM) dan Tanpa Penyelenggaraan Makan (TPM) yang terdiri dari jenis kelamin, umur, pekerjaan orang tua, penghasilan orang tua dan pendidikan orang tua .
4.2.1 Jenis Kelamin dan Umur
Berdasarkan hasil pengumpulan data menggunakan kuesioner, gambaran umum murid di sekolah fullday dengan Penyelenggaraan Makan (PM) dan Tanpa Penyelenggaraan Makan (TPM) menurut karakteristik jenis kelamin dan umur ditampilkan pada tabel 4.1 sebagai berikut:
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Menurut Jenis Kelamin dan Umur
Karakteristik
PM TPM
Jumlah (n) Presentase (%) Jumlah (n) Presentase (%) Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 24 34 41,4 58,6 35 23 60,3 39,7 Total 58 100,0 58 100,0 Umur 10-12 13-15 30 28 51,7 48,3 28 30 48,3 51,7 Total 58 100,0 58 100,0
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa jumlah murid laki-laki di sekolah
(57)
dari pada di sekolah dengan Penyelenggaraan Makan (PM) yaitu 24 orang (41,4%). Sedangkan untuk murid perempuan lebih banyak di sekolah fullday dengan Penyelenggaraan Makan (TPM) yaitu 34 orang (58,6%) dari pada di sekolah fullday
Tanpa Penyelenggaraan Makan (TPM) yaitu 23 orang (39,7%).
Jumlah murid yang berumur 10-12 tahun di sekolah fullday dengan Penyelenggaraan Makan (PM) lebih banyak yaitu 30 orang (51,7%) dari pada di sekolah fullday Tanpa Penyelenggaraan Makan (TPM) yaitu 28 orang (48,3%) sedangkan jumlah murid yang berumur 13-15 tahun lebih banyak di sekolah fullday
Tanpa Penyelenggaraan Makan (TPM) yaitu 30 orang (51,7%) dari pada di sekolah
fullday dengan Penyelenggaraan Makan (PM0 yaitu 28 orang (48,3%).
Pada usia remaja kebutuhan gizi untuk laki-laki dan perempuan dibedakan karena terdapat perbedaan komposisi tubuh dan kecepatan pertumbuhan.
4.2.2 Riwayat Penyakit
Status gizi siswa dapat dipengaruhi oleh penyakit infeksi yang pernah di deritanya. Penyakit infeksi dapat mempengaruhi status gizi seseorang karena ada hubungan yang sinergis antara infeksi (bakteri, virus, dan parasit) dengan malnutrisi (Supariasa, 2002).
Berdasarkan hasil pengumpulan data menggunakan kuesioner, gambaran umum murid di sekolah fullday dengan Penyelenggaraan Makan dan Tanpa Penyelenggaraan Makan menurut karakteristik riwayat penyakit ditampilkan pada tabel 4.2 sebagai berikut:
(58)
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Menurut Riwayat Penyakit
Riwayat Penyakit
PM TPM
Jumlah (n)
Presentase (%)
Jumlah (n)
Presentase (%) Ada
Tidak Ada
8 50
13,8 86,2
13 45
22,4 77,6 Total 58 100,0 58 100,0
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa jumlah murid yang memiliki riwayat penyakit di sekolah fullday Tanpa Penyelenggaraan Makan (TPM) lebih banyak yaitu 13 orang (22,4%) dari pada di sekolah fullday dengan Penyelenggaraan Makan (PM) yaitu 8 orang (13,8%) sedangkan jumlah murid yang tidak memiliki riwayat penyakit lebih banyak di sekolah fullday dengan Penyelenggaraan Makan (PM) yaitu 50 orang (86,2%) dari pada di sekolah fullday Tanpa Penyelenggaraan Makan (TPM) yaitu 45 orang (77,6%).
Penyakit yang diderita pada siswa sekolah fullday dengan penyelenggaraan makan dan tanpa penyelenggaraan makan pada umumnya adalah DBD dan Typus. 4.2.3 Pekerjaan Orang Tua
Pekerjaan orang tua adalah jenis pekerjaan orang tua (ayah) yang dibedakan menjadi wiraswasta, PNS, karyawan swasta, dosen/guru. Pengklasifikasian pekerjaan orang tua dilakukan berdasarkan pekerjaan orang tua sampel.
Tingkat pendidikan akan berhubungan dengan jenis pekerjaan. Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang layak semakin besar. Selain itu,jenis pekerjaan akan mempengaruhi pendapatan seseorang.
(59)
Tingkat pendapatan keluarga sangat berpengaruh terhadap konsumsi energi keluarganya (Rachmawati, 2009).
Berdasarkan hasil pengumpulan data menggunakan kuesioner, gambaran umum murid di sekolah fullday dengan Penyelenggaraan Makan (PM) dan Tanpa Penyelenggaran Makan (TPM) menurut karakteristik pekerjaan orang tua ditampilkan pada tabel 4.3 sebagai berikut:
Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua
Jenis Pekerjaan
PM TPM
Jumlah (n) Presentase (%) Jumlah (n) Presentase (%) Wiraswasta PNS Karyawanswasta Dosen/guru 23 18 14 3 39,7 31,0 24,1 5,2 32 13 12 1 55,2 22,4 20,7 1,7
Total 58 100,0 58 100,0
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa pekerjaan orang tua terbanyak di sekolah fullday dengan Penyelenggaran Makan (PM) dan Tanpa Penyelenggaran Makan (TPM) adalah wiraswasta yaitu 23 anak (39,7%) di sekolah Penyelenggaran Makan (PM) dan 32 anak (55,2%) di sekolah Tanpa Penyelenggaran Makan (TPM) sedangkan pekerjaan orang tua tersedikit adalah Dosen/Guru yaitu 3 anak (5,2%) di sekolah fullday dengan Penyelenggaran Makan (PM) dan 1 anak (1,7%) di sekolah
fullday Tanpa Penyelenggaran Makan (TPM).
4.2.4 Penghasilan Orang Tua
Penghasilan orang tua adalah penghasilan ayah dalam sebulan yang diklasifikasikan menjadi rendah (< 2.000.000), sedang (2.000.000-5.000.000), tinggi
(60)
(> 5.000.000). Tingkat pendapatan orang tua memiliki pengaruh yang besar terhadap konsumsi energi keluarganya.
Berdasarkan hasil pengumpulan data menggunakan kuesioner, gambaran umum murid di sekolah fullday dengan Penyelenggaran Makan (PM) dan Tanpa Penyelenggaran Makan (TPM) menurut karakteristik penghasilan orang tua ditampilkan pada tabel 4.4 sebagai berikut:
Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan Orang Tua
Penghasilan Orang Tua
PM TPM
Jumlah (n) Presentase (%) Jumlah (n) Presentase (%) Rendah Sedang Tinggi 10 30 18 17,2 51,7 31,1 6 29 23 10,3 50,0 39,7 Total 58 100,0 58 100,0
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa mayoritas penghasilan orang tua siswa sekolah fullday dengan Penyelenggaraan Makan (PM) dan Tanpa Penyelenggaraan (TPM) Makan memiliki penghasilan sedang. Yaitu berkisar 5-10 juta perbulan. Siswa dengan penghasilan orang tua terendah yaitu dibawah 2 juta ada pada sekolah fullday dengan penyelenggaraan makan yaitu sebanyak 10 anak (17,2%) dan penghasilan orang tua tertinggi yaitu diatas 10 juta ada pada sekolah fullday tanpa penyelenggaraan makan sebanyak 23 anak (39,7%).
(61)
4.2.5 Pendidikan Orang Tua
Tingkat pendidikan orang tua sampel diukur berdasarkan tingkat pendidikan formal dari ayah. Tingkat pendidikan orang tua (ayah) sampel dibagi menjadi SMP, SMA, Diploma, S1, S2 dan S3.
Tingkat pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pola asuh anak termasuk pemberian makan, pola konsumsi pangan dan status gizi. Orang yang berpendidikan tinggi cenderung lebih mampu memilih makanan yang tepat sehingga kebutuhan zat gizi dapat terpenuhi dengan baik (Rakhmawati, 2009).
Berdasarkan hasil pengumpulan data menggunakan kuesioner, gambaran umum murid di sekolah fullday dengan Penyelenggaran Makan (PM) dan Tanpa Penyelenggaran Makan (TPM) menurut karakteristik pendidikan orang tua ditampilkan pada tabel 4.5 sebagai berikut:
Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Orang Tua
Tingkat Pendidikan PM TPM
Jumlah (n) Presentase (%) Jumlah (n) Presentase (%) SMP SMA Diploma S1 S2 S3 4 20 5 15 14 0 6,9 34,5 8,6 25,9 24,1 0,0 0 16 5 28 7 2 0,0 27,6 8,6 48,3 12,1 3,4 Total 58 100,0 58 100,0
Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa siswa sekolah fullday dengan Penyelenggaraan Makan (PM) mayoritas memiliki orang tua dengan pendidikan
(62)
terakhir SMA yaitu 20 anak (34,5%). Sedangkan siswa sekolah fullday Tanpa Penyelenggaraan Makan mayoritas memiliki orang tua dengan tingkat pendidikan terakhir S1 yaitu 28 anak (48,3%).
4.3 Tingkat Kecukupan Energi Siswa Sekolah PM dan TPM
Tingkat kecukupan energi adalah perbandingan antara jumlah energi yang dikonsumsi oleh siswa SMP dengan angka kecukupan energi anak usia 10-15 tahun. Tingkat kecukupan energi diklasifikasikan menjadi defisit tingkat berat (<70% AKG), defisit tingkat sedang (70-79% AKG), defisit tingkat ringan (80-89% AKG) normal (90-119% AKG) dan kelebihan (>120% AKG) (Depkes RI 1996).
Tabel 4.6 Distribusi Tingkat Kecukupan Energi Siswa Sekolah PM dan TPM Tingkat
Kecukupan Energi
PM TPM
n % n %
Defisit tingkat berat Defisit tingkat sedang Defisit tingkat ringan Normal
Diatas angka kebutuhan
27 6 8 13 4 46,6 10,3 13,8 22,4 6,9 37 7 8 6 0 63,8 12,1 13,8 10,3 0,0
Total 58 100 58 100
Berdasarkan tabel 4.6 diatas dapat diketahui bahwa anak yang mengalami defisit energi tingkat berat terbanyak ada pada siswa sekolah fullday Tanpa Penyelenggaran Makan (TPM) yaitu 37 anak (63,8%) sedangkan pada siswa sekolah
fullday dengan Penyelenggaran Makan (PM) terdapat 27 anak (46,6%). Adapun
Tingkat kecukupan energi normal terbanyak pada siswa sekolah fullday dengan Penyelenggaran Makan (PM) yaitu 13 anak (22,4%) sedangkan pada siswa sekolah
(63)
Oleh karena p= 0,084 (p>0,05) maka dapat disimpulkan bahwa kecukupan energi siswa SMP fullday school yang mendapat makan siang dari sekolah/ sekolah
fullday dengan Penyelenggaraan Makan (PM) lebih baik dari pada siswa SMP fullday
school yang tidak mendapat makan siang dari sekolah/ sekolah fullday Tanpa
Penyelenggaraan Makan (TPM).
Tingkat kecukupan energi siswa laki-laki berbeda dengan tingkat kecukupan energi siswa perempuan. Tingkat kecukupan energi siwa laki-laki umur 10-12 tahun juga berbeda dengan tingkat kecukupan energi siswa laki-laki umur 13-15 tahun. Siswa laki-laki umur 10-12 tahun membutuhkan energi 2100 kkal perhari sedangkan siswa laki-laki umur 13-15 membutuhkan energi 2475 kkal perhari (Depkes RI, 2013). Berikut disajikan perbandingan kecukupan energi siswa laki-laki sekolah
fullday yang mendapat makan siang dari sekolah dan tidak mendapat makan siang
dari sekolah.
Tabel 4.7 Distribusi Tingkat Kecukupan Energi Siswa Laki-laki Berdasarkan Umur
Tingkat Kecukupan Energi
PM TPM
10-12 13-15 10-12 13-15
n % n % N % n %
Defisit tingkat berat Defisit tingkat sedang Defisit tingkat ringan Normal
Diatas angka kebutuhan 9 0 1 2 3 60,0 0,0 6,7 20,0 13,3 7 2 0 0 0 77,8 22,2 0,0 0,0 0,0 12 0 3 2 0 70,6 0,0 17,6 11,8 0,0 12 1 3 2 0 66,7 5,6 16,7 11,1 0,0 Total 15 100,0 9 100,0 17 100,0 18 100,0
Berdasarkan tabel 4.7 diatas dapat diketahui bahwa anak laki-laki umur 10-12 tahun di sekolah fullday dengan Penyelenggaran Makan (PM) dan Tanpa
(64)
Penyelenggaran Makan (TPM) mayoritas mengalami defisit tingkat berat yaitu 9 anak (60%) di sekolah fullday dengan Penyelenggaran Makan (PM) dan 12 anak (70,6%) di sekolah fullday Tanpa Penyelenggaran Makan (TPM). Begitu juga anak laki-laki umur 13-15 tahun di sekolah fullday dengan Penyelenggaran Makan (PM) dan Tanpa Penyelenggaran Makan (TPM) mayoritas mengalami defisit energi tingkat berat yaitu 7 anak (77,8%) di sekolah fullday dengan Penyelenggaran Makan (PM) dan 12 anak (66,7%) di sekolah fullday Tanpa Penyelenggaran Makan (TPM).
Secara umum anak laki-laki yang mengalami defisit energi tingkat berat terbanyak ada di sekolah fullday Tanpa Penyelenggaran Makan (TPM) yaitu 24 anak begitu pula dengan tingkat kecukupan energi normal terbanyak ada pada sekolah Tanpa Penyelenggaran Makan (TPM) yaitu 4 anak.
Siswa perempuan umur 10-12 tahun juga memiliki kebutuhan energi yang berbeda dengan umur 13-15 tahun. Siswa perempuan umur 10-12 tahun membutuhkan energi 2000 kkal perhari sedangkan umur 13-15 tahun membutuhkan 2125 kkal perhari (Depkes RI, 2013).
Tabel 4.8 Distribusi Tingkat Kecukupan Energi Siswa Perempuan Berdasarkan Umur
Tingkat Kecukupan Energi
PM TPM
10-12 13-15 10-12 13-15
n % n % N % n %
Defisit tingkat berat Defisit tingkat sedang Defisit tingkat ringan Normal
Diatas angka kebutuhan 2 3 4 5 1 13,3 20,0 26,7 33,3 6,7 9 1 3 5 1 47,4 5,3 15,8 26,3 5,3 5 3 2 1 0 45,5 27,3 18,2 9,1 0,0 8 3 0 1 0 66,7 25,0 0,0 8,3 0,0 Total 15 100,0 14 100,0 11 100,0 12 100,0
(1)
dapat makan siang dari sekolah * Kecukupan protein keseluruhan Crosstabulation
Kecukupan protein keseluruhan
Total defisit
berat
defisit
sedang ringan normal
atas angka kebutuhan dapat makan siang
dari sekolah
tidak dapat Count 25 6 9 16 2 58
% within dapat makan siang dari
sekolah
43.1% 10.3% 15.5% 27.6% 3.4% 100.0%
dapat Count 14 10 5 17 12 58
% within dapat makan siang dari
sekolah
24.1% 17.2% 8.6% 29.3% 20.7% 100.0%
Total Count 39 16 14 33 14 116
% within dapat makan siang dari
sekolah
33.6% 13.8% 12.1% 28.4% 12.1% 100.0%
- HASIL UJINYA
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Point Probability
Pearson Chi-Square 12.419a 4 .014 .013
Likelihood Ratio 13.270 4 .010 .012
Fisher's Exact Test 12.506 .013
Linear-by-Linear Association 5.993b 1 .014 .017 .008 .002
N of Valid Cases 116
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,00. b. The standardized statistic is 2,448.
(2)
STATUS GIZI
-
DISTRIBUSINYA
dapat makan siang dari sekolah * Z Score Crosstabulation
Z Score
Total kurus normal overweight obesitas
dapat makan siang dari sekolah
tidak dapat Count 2 49 4 3 58
% within dapat makan
siang dari sekolah 3.4% 84.5% 6.9% 5.2% 100.0%
dapat Count 2 46 10 0 58
% within dapat makan
siang dari sekolah 3.4% 79.3% 17.2% .0% 100.0%
Total Count 4 95 14 3 116
% within dapat makan
siang dari sekolah 3.4% 81.9% 12.1% 2.6% 100.0%
- HASIL UJI
-Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Point Probability
Pearson Chi-Square 5.666a 3 .129 .113
Likelihood Ratio 6.910 3 .075 .114
Fisher's Exact Test 5.327 .119
Linear-by-Linear Association .000b 1 1.000 1.000 .574 .148
N of Valid Cases 116
a. 4 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,50. b. The standardized statistic is ,000.
(3)
Lampiran 8. Dokumentasi Penelitian
Gambar 1. Memberikan pengarahan pada siswa SMP Al-ulum Terpadu
(4)
Gambar 3. Makan siang yang disediakan sekolah Siti Hajar Fullda School
(5)
Gambar 5. Menimbang berat badan siswa Siti hajar Fullday School
(6)