ANALISIS STRUKTUR MODAL DAN KEBIJAKAN DIVIDEN SERTA PENGARUHNYA PADA HARGA SAHAM BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN) YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE 2009-2013
Mentari Nia Saputri
ABSTRAK
ANALISIS STRUKTUR MODAL DAN KEBIJAKAN DIVIDEN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP HARGA SAHAM BADAN USAHA MILIK
NEGARA (BUMN) YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE 2009-2013
Oleh
Mentari Nia Saputri
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan salah satu badan usaha penompang perekonomian negara, segala kebijakan terkait keberlangsungan perusahaan menjadi perhatian banyak pihak. Tujuan perusahaan adalah
memaksimumkan nilai perusahaan yang tercermin pada harga saham. Struktur modal dan kebijakan dividen merupakan faktor yang dapat mempengaruhi harga saham.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan struktur modal dan kebijakan dividen, serta pengaruh struktur modal dan kebijakan dividen terhadap harga saham Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2009-2013.
Hipotesis penelitian ini adalah struktur modal dan kebijakan dividen secara bersama-sama berpengaruh terhadap harga saham.Secara parsial struktur modal memiliki pengaruh yang negatif signifikan terhadap harga saham, dan kebijakan dividen berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham.
Pengaruh struktur modal yang negatif signifikan terhadap harga saham disebabakn oleh hutang jangka panjang yang lebih besar dari modal sendiri akan
menyebabakan perusahaan mengandung risiko karena modal sendiri yang tersedia tidak mampu menjamin hutang jangka panjangnya. Kondisi ini menjadi informasi yang buruk bagi investor, sehingga menyebabkan minat investor pada saham turun yang diikiuti turunya harga saham.
Pengaruh kebiajakan dividen yang searah terhadap harga saham disebabkan oleh pembagaian dividen yang meningkat menjadi signal yang positif bagi investor bahwa manajemen perusahaan meramalkan suatu penghasilan yang baik dimasa
(2)
Mentari Nia Saputri
mendatang, sebaliknya pembagian dividen yang rendah menjadi signal bagi investor bahwa perusahaan menghadapi masa sulit diwaktu mendatang.
Hasil perhitungan Koefisien Determinan (R2) menunjukkan bahwa 22,8% perubahan harga saham mampu dijelaskan oleh struktur modal dan kebijakan dividen, sedangkan sisanya sebesar 77,2% dijelasakan variabel lain diluar model penelitian.
Hasil perhitungan uji f menunjukkan bahwa struktur modal dan kebijakan dividen secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Hasil perhitungan uji t menunjukkan struktur modal berpengaruh negatif
signifikan terhadap harga saham, dan kebijakan dividen berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham.
(3)
ANALISIS STRUKTUR MODAL DAN KEBIJAKAN DIVIDEN SERTA PENGARUHNYA PADA HARGA SAHAM BADAN USAHA MILIK
NEGARA (BUMN) YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE 2009-2013
Oleh
MENTARI NIA SAPUTRI
Skripsi
Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2015
(4)
(5)
(6)
(7)
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Mentari Nia Saputri. Lahir di Pringsewu, pada
tanggal 25 Agustus 1993. Anak pertama dari bapak Drs. Hi
Nurudin dan Ibu Hj Sulistyorini, memiliki satu adik perempuan
dan satu adik laki-laki.
Penulis memulai pendidikan di Taman Kanak-kanak (TK) selama dua tahun pada
1997-1999 di TK Aisyah 1 Pringsewu. Pendidikan Sekolah Dasar (SD) Tahun
1999-2005 di SD Muhammadiyah Pringsewu selama 4 tahun dan 2 tahun di SD
Negeri 1 Sidoharjo. Pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Tahun
2005-2008 di SMP Negeri 1 Pringsewu, dilanjutkan pendidikan Sekolah Menengah
Atas (SMA) di SMA Negeri 1 Pringsewu Tahun 2008-2011. Pendidikan
Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dilanjutkan di Universitas Lampung pada Tahun
2011-2015.
Penulis pernah mengikuti organisasi Himpunan Mahasiswa Manajemen (HMJ)
pada Tahun 2011, Tahun 2012-2013 mengikuti organisasi Kelompok Studi Pasar
Modal (KSPM) sebagai anggota aktif. Tahun 2013-2014 diamanahkan sebagai
Kepala Bidang II UKMF KSPM Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
(8)
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap Syukur Alhamdulillah atas Rahmat Allah SWT
Skripsi ini penulis persembahkan kepada :
Kedua Orang Tua Tercinta Ayahanda Drs. Hi. Nurudin dan Ibunda Hj. Sulistyorini
Orang tua yang telah membesarkanku dan merawatku hingga saat ini, telah mendidik, memberikan ilmu agama dan dunia, memberikan dukungan materil maupun moril selama menempuh pendidikan hingga sampai sekarang. Terima kasih atas semua doa dan harapan yang besar padaku, dan terimkasih telah
menjadi pembimbing hidup yang paling setia sampai saat ini.
Saudara Sekandung Intan Arifah dan Muhammad Aunurahman Maulana
Saudara yang selalu jadi teman penghibur saat duka dan duka dengan canda dan tawa kalian, menjadi inspirasi dan memotivasi hari-hari indahku untuk menjadi
lebih baik lagi.
Teman dan Sahabat Tersayang
Teman dan sahabat yang selalu memberikan warna dalam hari-hariku, canda tawa, suka, duka, dan bahagia yang diberikan selama ini. Terima kasih atas dukungan,
saran, bahkan kritikan yang membangun.
UKMF Kelompok Studi Pasar Modal (KSPM)
Organisasi yang memberikan begitu banyak tambahan ilmu yang sangat bermanfaat, serta pengalaman organisasi yang begitu bermanfaaat.
Serta
(9)
MOTO
“Dengan kesederhanaan hidup bukan berati tidak ada kebahagian, kebahagian ada pada seberapa besar keberartian hidup kita untuk hidup orang lain dan sekitar, seberapa besar kita menginspirasi mereka. Kebahagian ada pada hati yang bersih,
lapang dan bersyukur dalam setiap penerimaan.”
(Tere Liye )
“Lakukan apa yang diyakini dalam hati, jangan mudah menyerah hanya karena orang lain lebih dahulu berhasil, tidak ada yang tidak mungkin terwujud selama
kita terus berusaha dan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa”. (Mentari Nia Saputri)
“Lakukan jika ingin kau lakukan. Pertimbangan memang perlu tapi terlalu pertimbangan hanya akan menimbulkan ketakutan yang menghambat
keberhasilan. Just do it!” (Ibrahim Noor Faisal)
(10)
SANWACANA
Assalamualaikum Wr.Wb.
Bismillahirrahanirrahim.
Alhamdulillahirobilalamin, atas berkah rahmat Allah SWT skripsi ini dapat
terselesaikan.
Skripsi dengan judul “ Analisis Stuktur Modal Dan Kebijakan Dividen Serta Pengaruhnya Pada Harga Saham Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2009-2013”, adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Lampung.
Penulis berharap karya yang merupakan wujud kegigihan dan kerja keras penulis,
yang telah disusun dengan rapih atas pemikiran yang matang, dukungan teori dan
hasil penelitian yang akurat, serta dengan berbagai dukungan dan bantuan dari
banyak pihak dapat memberikan manfaat dikemudian hari.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Satria Bangsawan, S.E., M.M. , selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung yang saya hormati dan saya
banggakan.
2. Ibu Aida Sari, S.E., M.Si. , selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas
(11)
3. Ibu Yuningsih, S.E., M.M. , selaku Sekertaris Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung yang saya hormati.
4. Bapak Dr. Irham Lihan, S.E., M.Si. , selaku Dosen Pembimbing Utama, atas
kesabaran dan ketersediaanya dalam membimbing, memberikan pengetahuan,
kritikan, masukan dan solusinya selama proses penyusunan skripsi hingga
selesai.
5. Ibu R.A Fiska Huzaimah, S.E., M.Si. , selaku Dosen Pembimbing
Pendamping, atas ketersediaannya membimbing dan mendampingi dalam
memberikan solusi selama proses penyusuanan skripsi hingga selesai.
6. Bapak Iban Sofyan, S.E., M.M. , selaku Penguji Utama, terima kasih atas
ketersediaanya dalam menguji skripsi saya dan atas saran-saran serta
masukan untuk skripsi saya.
7. Bapak Ibu dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Uiversitas Lampung, atas
pengetahuan yang telah diberikan, pengalaman hidup yang diceritakan,
semoga pengetahuan dan pengalaman ini bermanfaat sepanjang hidup.
8. Seluruh Staf TU, Administrasi, Akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Universitas Lampung, serta pegawai yang turut membantu. Pak Nasir, Mba
Iis, Pak Kasim, Mas Tri, dan Mas Rohman, untuk kesabarannya dalam
membantu mengurus skripsi dan proses birokrasi.
9. Kedua Orang tuaku Drs. Hi. Nurudin dan Hj. Sulistyorini, atas semua doa,
kasih dan sayang, serta dukungan materi dan moral yang menjadi motivasi
(12)
10. Adik-adikku tersayang Intan Arifah dan Muhammad Anurahman Maulana,
atas semangat, dukungan moral, dan canda tawa ceria yang mendorong
terselesainya skripsi saya.
11. Sepupu, Oom, Bulek, Pakdeh, Bukdeh, Uwa, Mbah Kakung, Mbah Putri, dan
semua Keluarga Besar yang telah memberikan dukungan, motivasi, doa, dan
harapan yang besar kepada saya selama proses penyusunan skripsi saya
sehingga skripsi ini terselesaiakan dengan baik.
12. Sahabat dan sekaligus teman satu atap selama empat tahun menempuh
pendidikan di Universitas Lampung. Diah Nuraini, Aulia Riska Safitri, Arum
Pradina Astiningsih, Maulida Etikasari, Nur Hidayah, atas waktu luang kalian
untuk menjadi tempat keluh kesah dan curhatan selama ini, dukungan moral
yang sangat mendorong, perhatian dan kasih sayang, saran dan solusi yang
sangat membantu selama ini, dan canda tawa setiap hari, serta segala bantuan
dalam terselesaikannya skripsi ini. Terkhusus untuk Diah Nuraini , atas
semua kontribusi dan bantuanya, terima kasih.
13. Sahabat seperjuangan yang saling mendukung dan saling membantu bersama
dalam menyelesaikan skripsi. Siti Nurlaila, Aulia Puspita, Novpia Yana
Rusman, Fisca Marvidiantika, Tiara Monica, Sritina Helnita, dan Rizki
Widyastuti, S.E. , atas canda tawa, suka duka, perhatian, kasih sayang,
bantuan moral maupun materil, untuk waktu luang kalian, sekedar
kebersamaan yang tak bernilai harganya, serta pengalaman bersama yang tak
terlupakan.
14. Sahabat sekaligus teman, sekaligus seorang kakak, dan pembimbing dalam
(13)
doa, harapan, bimbingan, waktu yang diluangkan untuk terus mendukung
saya, serta solusi-solusi yang disarankan, sehingga skripsi ini terselesaikan
dengan baik.
15. Teman seperjuangan Gita Lestari, terima kasih atas semua bantuan, perhatian,
dan semangat yang diberikan selama ini, berawal dari KKN Tematik hingga
menjadi teman seperjuangan dalam tolong menolong untuk terselesaikannya
skripsi dari proses awal sampai selesai.
16. UKMF Kelompok Studi Pasar Modal (KSPM), teman seperjuangan Mba
Echa, Mba Ayu, Mba Dianti, Mba Dita, Bang Anas, Cinta Santri Nurhakim,
Pandu Prabowo, Dani Afriyando, Kartono Dermagi, David, Ginan, Argi
Muhammad Seto, Ferli, Danti, Ria, Yusmitasari, Ihsan. Terima kasih atas
pengalaman yang tidak terlupakan selama berada di lingkungan KSPM.
17. Teman seangkatan tahun 2011, Ria Amanda, Mega Nanda Saputra, Rina
Octarina.S , Siti Latifah. D, Anisa, Edo Aditya Rachman, Ujang Setiawan,
Liesien Winda, Wayan Sri Ayu, Ossy Dwi Setya, Sabar, Dimas, Dias, Rio,
Fadel, Artenza, Ainul, Gilas, Bibi, Miranda, Vina, Yufita, Vada, JP, Ester,
Nadia, Neva, Imeh, Ranis, Puji, Nurlina, Irma, dan semua teman satu
angkatan yang tidak bisa disebukan semuanya disini, terima kasih atas semua
doa dan dukungan selama proses perkuliahan hingga skripsi ini selesai.
18. Teman KKN Tematik Desa Bumijaya, Rendri Ardinata, Ibnu, Hardaniyus
Sanjaya, Gita Lestari, Mba Delly, Yudha, Tami, dan semua teman KKN Desa
Bumijaya yang tidak bisa disebutkan, terima kasih atas pengalaman dan
(14)
19. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu, terima kasih
atas bantuan yang telah diberikan.
Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat memberikan
manfaat bagi semua pihak. Amin.
Wassalamualaikum. Wr. Wb.
Bandar Lampung, 26 Maret 2015 Penulis
(15)
vi
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1Latar Belakang ... 1
1.2Rumusan Masalah ... 10
1.3Tujuan Penelitian ... 11
1.4Manfaat Penelitian ... 11
1.5Kerangka Pemikiran ... 12
1.6Hipotesis ... 16
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 17
2.1 Landasan Teori ... 17
2.1.1 Saham Dan Harga Saham ... 17
2.1.1.1 Saham ... 17
2.1.1.2 Harga Saham ... 19
2.1.2 Struktur Modal ... 23
2.1.2.1 Pengertian Struktur Modal ... 23
2.1.2.2 Komponen Struktur Modal ... 25
(16)
vii
2.1.3 Kebijakan Dividen ... 30
2.1.3.1 Pengertian Dividen ... 30
2.1.3.2 Teori Kebijakan Dividen ... 31
2.1.3.3 Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen ... 33
2.1.4 Hubungan Struktur Modal Dengan Harga Saham ... 35
2.1.5 Hubungan Kebijakan Dividen Dengan Harga Saham ... 36
2.2Penelitian Terdahulu ... 38
III. METODE PENELITIAN ... 39
3.1 Objek Penelitian ... 39
3.2 Metode Pengumpulan Data ... 39
3.3 Populasi Dan Sampel ... 40
3.3.1 Populasi ... 40
3.3.2 Sampel ... 41
3.4 Alat Analisis ... 42
3.4.1 Model Regresi Linier Berganda ... 43
3.4.2 Definisi Operasional Variabel ... 43
3.4.3 Uji Asumsi Klasik ... 45
3.4.4 Pengujian Hipotesis ... 55
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 58
4.1 Perkembangan Struktur Modal Emiten BUMN ... 58
4.2 Perkembangan Kebijakan Divden Emiten BUMN ... 73
4.3 Perkembangan Harga Saham Emiten BUMN ... 89
4.4 Analisis Pengaruh ... 95
(17)
viii
4.4.2 Pengaruh Kebijakan Dividen Terhadap Harga Saham...100
V. SIMPULAN DAN SARAN ...105
5.1Simpulan ...106
5.2 Saran ...107
DAFTAR PUSTAKA
(18)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1Daftar Perusahaan BUMN Yang Terdaftar Di BEI ... 2
1.2Hutang Jangka Panjang Emiten BUMN Tahun 2012-2013 ... 5
1.3Modal Sendiri Emiten BUMN Tahun 2012-2013 ... 6
1.4Laba Bersih Emiten BUMN Tahun 2011-2013 ... 7
1.5Laba Per Lembar Saham Emiten BUMN Tahun 2011-2013 ... 8
1.6Harga Saham Emiten BUMN Tahun 2011-2013 ... 9
2.1 Tabulasi Penelitian Terdahulu ... 38
3.1 Daftar Populasi Penelitian Berdasarkan Sub Sektornya ... 41
3.2 Daftar Sampel Penelitian ... 42
3.3 Definisi Operasional Variabel ... 45
3.4 Hasil Uji Normalitas Dengan Analisis Statistik Non Parametrik ... 49
3.5 Hasil Uji Multiolonieritas Dengan Koefisien Korelasi ... 50
3.6 Hasil Uji Multikolonieritas Dengan Koefisien (a) ... 51
3.7 Hasil Uji Autokorelasi ... 53
4.1 Hutang Jangka Panjang Emiten-Emiten BUMN Tahun 2009-2013 (Dalam Ribuan Rupiah) ... 59
4.2 Modal Sendiri Emiten-Emiten BUMN Tahun 2009-2013 (Dalam Ribuan Rupiah) ... 62
(19)
4.3 Long Term Debt To Equity Ratio (LTDER) Emiten-Emiten BUMN Tahun
2009-2013 (Dalam Persen) ... 67
4.4 Dividen Per Lembar Saham Emiten Badan BUMN Tahun 2009-2013 (Dalam Rupiah) ... 73
4.5 Earning Per Share (EPS) Atau Laba Per Lembar Saham Emiten-emiten BUMN Tahun 2009-2013 (Dalam Rupiah) ... 78
4.6 Dividen Payout Ratio (DPR) Emiten-emiten Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Tahun 2009-2013 (Dalam Persen) ... 83
4.7 Harga Saham Emiten-emiten BUMN Berdasarkan Harga Penutupan (Closing Price) Tahun 2009-2013(Dalam Rupiah) ... 89
4.8 Hasil Uji Koefisien Determinan (R2) ... 95
4.9 Hasil Uji F ... 95
4.10 Hasil Uji T LTDER Dan DPR Pada Harga Saham ... 96
(20)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.1Kerangka Pemikiran ... 15
3.1Hasil Uji Normalitas Dengan Analisis Grafik Histogram ... 47
3.2Hasil Uji Normalitas Dengan Analisis Grafik Probability Plot ... 48
(21)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Penentuan Pengambilan Sampel
Lampiran 2 Hasil Perhitungan
(22)
I. PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Badan Usaha Milik Negara yang selanjutnya disebut BUMN adalah Badan Usaha
yang seluruh atau sebagaian besar modalnya dimiliki Negara melalui penyertaan
secara langsung yang berasal dari kekayaan Negara yang dipisahkan. BUMN
merupakan Perseroan Terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh
atau paling sedikit lima puluh satu persen sahamnya dimiliki oleh Negara . Badan
usaha milik Negara didirikan dengan maksud untuk memenuhi jasa pengabdian,
melayani kepentingan umum, memupuk pendapatan sekaligus mejadi sumber
pendaptan Negara. BUMN berperan sebagai agent pembangunan (agent of
development), peran ini terkait dengan tugas untuk memenuhi segala kebutuhan
masyarakat yang tidak disediakan oleh swasta.
Tercatat saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) sampai dengan September 2014
yang telah IPO berjumlah 502 emiten, 20 diantaranya merupakan perusahaan
milik Negara. Tabel 1.1 menunjukkan bahwa 20 emiten BUMN terdaftar di BEI
terdiri dari 9 sub sektor yang meliputi : sektor farmasi, sektor energi, sektor
industri logam, sektor kontruksi, sektor perbankan, sektor pertambangan, sektor
(23)
2
Tabel 1.1 Daftar Perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) : No Kode
Saham
Nama Emiten Tanggal IPO FARMASI
1. INAF PT Indofarma (Persero) Tbk 17 April 2001 2. KAEF PT Kimia Farma (Persero) Tbk 04 Juli 2001 ENERGI
3. PGAS PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk
15 Desember 2003 INDUSTRI LOGAM
4. KRAS PT Krakatau Steel (Persero) Tbk 10 November 2010 KONTRUKSI
5. ADHI PT Adhi Karya (Persero) Tbk 18 Maret 2004 6. PTPP PT Pembangunan Perumahan
(Persero) Tbk
09 Februari 2010 7. WIKA PT Wijaya Karya (Persero) Tbk 29 Oktober 2007 8. WSKT PT Waskita Karya (Persero) Tbk 19 Desember 2012 PERBANKAN
9. BBNI PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk
25 November 1996 10. BBRI PT Bank Rakyat Indonesia
(Persero) Tbk
10 November 2003 11. BBTN PT Bank Tabungan Negara
(Persero) Tbk
17 Desember 2009 12. BMRI PT Bank Mandiri (Persero) Tbk 14 Juli 2003 PERTAMBANGAN
13. ANTM PT Aneka Tambang (Persero) Tbk 27 November 1997 14. PTBA PT Bukit Asam (Persero) Tbk 23 Desember 2002 15. TINS PT Timah (Persero) Tbk 19 Oktober 1995 SEMEN
16. SMBR PT Semen Baturaja (Persero) Tbk 28 Juni 2013 17. SMGR PT Semen Indonesia (Persero) Tbk 08 Juli 1991 SARANA DAN PRASARANA ANGKUTAN
18. JSMR PT Jasa Marga (Persero) Tbk 12 November 2007 19. GIAA PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk 11 Februari 2011 TELEKOMUNIKASI
20. TLKM PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk
14 November 1995 Sumber: www.sahamoke.com dan diolah penulis
BUMN merupakan salah satu badan pendukung pertumbuhan perekonomian,
sehingga segala kebijakan dalam menentukan kelangsungan perusahaan menjadi
fokus yang sangat penting bagi semua pihak, baik bagi shareholder, stakeholder,
(24)
3
Tujuan perusahaan adalah memaksimumkan nilai perusahaan yang tercermin pada
harga saham. Faktor yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan adalah kebijakan
dalam menyusun sumber pendanaan perusahaan yang terlihat dalam struktur
modal perusahaan dan kebijakan dividen.
Sartono (2001) mengemukakan pengertian struktur modal (capital struktur)
adalah perbandingan atau imbangan pendanaan jangka panjang perusahaan yang
ditunjukkan oleh perbandingan hutang jangka panjang terhadap modal sendiri.
Pendapat Sartono (2001) didukung oleh pendapat Riyanto (1997) yang
menyebutkan bahwa struktur modal adalah pembelanjaan permanen dimana
mencerminkan perimbanagan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri.
Kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kebijakan struktur modal
merupakan keputusan dalam menentapkan pembelanjaan jangka panjang
perusahaan untuk keperluan pendaan perusahaan dengan perbandingan hutang
jangka panjang dengan modal sendiri. Dalam penelitian ini struktur modal di ukur
dengan rasio hutang jangka panjang atau Long Term Debt To Equito Ratio (LTDER),
rasio ini mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan
jaminan utang jangka panjang dengan cara membandingkan antara utang jangka
panjang dengan modal sendiri yang disediakan oleh perusahaan.
Dividen menjadi salah satu harapan keuntungan bagi investor. Dividen merupakan
pembagian keuntungan perusahaan kepada pemegang saham secara pro rata dan
dibagikan dalam bentuk uang (dividen cash) atau saham (dividen stock), yang
besarnya akan ditetapkan berdasarkan Rapat Umum Pemgang Saham (RUPS).
(25)
4
dibagikan disebut sebagai kebijakan dividen. Kebijakan dividen merupakan
kebijakan yang menyangkut tentang masalah penggunaan laba yang menjadi hak
para pemegang saham sebagai dividen atau laba yang ditahan untuk kepentingan
investasi kembali, atau keadaan kapan laba akan dibagikan atau laba akan ditahan
menjadi keputusan yang utama sehingga tetap bisa memperhatikan tujuan
perusahaan yaitu meningkatkan nilai perusahaan (Husnan:1996). Kebijakan
dividen dalam penelitian ini diukur dengan Dividen Payout Ratio (DPR), Dividen
Payout Ratio merupakan presetase perbandingan atas dividen per lembar saham
dengan laba per lembar saham. Rasio ini menggambarkan perilaku oportuniti
manajerial, dengan melihat berapa besar keuntungan yang dibagikan kepada
shareholders sebagai dividen dan berapa yang disimpan di perusahaan.
Selembar saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas
tersebut adalah pemiliknya (berapapun jumlahnya) dari suatu perusahaan yang
menerbitkan kertas (saham) tersebut (Husnan dan Enny: 2004).
Saham merupakan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam
suatu perusahaan. Saham (stock) adalah surat berharga jangka panjang yang
diterbitkan perusahaan (emiten) ke publik untuk diperjualbelikan kepada investor
dengan tujuan untuk mendapatkan dana. Saham berdasarkan fungsinya dapat
dinilai dengan tiga cara yaitu dengan nilai nominal, dengan harga dasar, dan harga
pasar. Harga saham menjadi indikator adanya keberhasilan manajemen dalam mengelola
perusahaan. Harga saham adalah harga yang terjadi dipasar bursa pada saat tertentu
oleh pelaku pasar dan ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang
(26)
5
Berikut ini adalah data terkait struktur modal perusahaan, kebijakan dividen, dan
harga saham emiten BUMN selama Tahun 2011-2013.
Tabel 1.1 Hutang Jangka Panjang Emiten BUMN Tahun 2011-2013 (Dalam
Rupiah) :
No Emiten Nama Perusahaan 2011 2012 2013
1. ADHI
PT Adhi Karya
Persero Tbk 247.098.000.816 838.580.545.389 1.630.841.824.515
2. ANTM
PT Aneka Tambang
Persero Tbk 3.582.744.998.000 3.834.818.732.000 5.216.118.226.000
3. JSMR
PT Jasa Marga
Persero Tbk 8.485.879.920.000 8.317.601.479.000 12.579.481.739.000
4. KAEF
PT Kimia Farma
Persero Tbk 82.042.428.342 97.629.655.893 101.461.711.355
5. PGAS
PT Perusahaan Gas
Negara Persero Tbk 11.308.416.836.316 13.152.237.180.807 9.130.070.246.076
6. PTBA
PT Bukit Asam
Persero Tbk 1.429.679.000.000 2.453.148.000.000 1.864.630.000.000
7. SMGR
PT Semen Indonesia
Persero Tbk 2.889.137.195.000 4.825.204.637.000 3.242.382.000.000
8. TLKM
PT Telekomunikasi Indonesia Persero
Tbk 19.884.000.000.000 20.284.000.000.000 22.090.000.000.000
9. WIKA
PT Wijaya Karya
Persero Tbk 976.394.824.000 1.606.141.941.000 2.069.534.364.000
Rata-rata PerTahun 5.431.710.355.830 6.156.595.796.788 6.436.057.790.105
Rata-rata Keseluruhan
6.008.121.314.241
Sumber : Laporan Keuangan dan Diolah Penulis.
Tabel 1.1 memperlihatkan jumlah hutang jangka panjang emiten Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) mengalami kenaikan rata-rata jumlah hutang jangka
panjang, selama Tahun 2011-2013 jumlah hutang jangka panjang yang digunakan
terus meningkat. Emiten yang memiliki jumlah hutang jangka panjang tertinggi
selama Tahun 2011-2013 adalah emiten TLKM, dan yang memiliki jumlah
hutang jangka panjang terendah bersal dari emiten KAEF . Rata-rata jumlah
hutang jangka panjang selama Tahun 2011-2013 yang tinggi menunjukkan bahwa
emiten-emiten BUMN memiliki risiko beban bunga yang tinggi, karena beban
(27)
6
Tabel 1.2 Modal Sendiri Emiten BUMN Tahun 2011-2013 (Dalam Rupiah) :
No Emiten Nama Perusahaan 2011 2012 2013
1. ADHI
PT Adhi Karya Persero
Tbk 247.098.000 838.580.545 1.630.841.824
2. ANTM
PT Aneka Tambang
Persero Tbk 3.582.744.998 3.834.818.732 5.216.118.226
3. JSMR
PT Jasa Marga Persero
Tbk 8.485.879.920 8.317.601.479 12.579.481.739
4. KAEF
PT Kimia Farma
Persero Tbk 82.042.428 97.629.655 101.461.711
5. PGAS
PT Perusahaan Gas
Negara Persero Tbk 11.308.416.836 13.152.237.180 9.130.070.246
6. PTBA
PT Bukit Asam Persero
Tbk 1.429.679.000 2.453.148.000 1.864.630.000
7. SMGR
PT Semen Indonesia
Persero Tbk 2.889.137.195 4.825.204.637 3.242.382.000
8. TLKM
PT Telekomunikasi
Indonesia Persero Tbk 19.884.000.000 20.284.000.000 22.090.000.000
9. WIKA
PT Wijaya Karya
Persero Tbk 976.394.824 1.606.141.941 2.069.534.364
Rata-rata PerTahun 5.431.710.356 6.156.595.797 6.436.057.790
Rata-rata Keseluruhan
6.008.121.314
Sumber : Laporan Keuangan dan Diolah Penulis.
Tabel 1.2 menunjukkan rata-rata per tahun jumlah modal sendiri emiten Badan
Usaha Miliki Negara (BUMN) selama Tahun 2011-2013 terus mengalami
kenaikan. Sama halnya dengan jumlah hutang jangka panjang, kenaikan jumlah
modal sendiri tertinggi selama Tahun 2011-2013 berasal dari emiten TLKM dan
jumlah modal sendiri terendah selama Tahun 2011-2013 juga berasal dari emiten
KAEF. Rata-rata hutang jangka panjang yang melebihi rata-rata modal sendiri
akan mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban, karena
beban yang harus ditanggung perusahaan tidak mampu dipenuhi dengan modal
sendiri yang tersedia, hal ini akan menyebabkan struktur modal perusahaan tidak
optimum. Investor akan melihat hal ini sebagai hal yang buruk untuk nilai
perusahaan dimasa mendatang, sehingga permintaan saham akan turun yang
(28)
7
Tabel 1.3 Laba Bersih Emiten BUMN Tahun 2011-2013 (Dalam Rupiah) :
No Emiten Nama Perusahaan 2011 2012 2013
1. ADHI
PT Adhi Karya Persero Tbk
182.692.722.038 213.317.532.467 408.437.913.454
2. ANTM
PT Aneka Tambang Persero Tbk
1.927.891.998 2.993.115.731 409.947.369
3. JSMR
PT Jasa Marga Persero Tbk
1.180.499.546 1.535.812.200 1.237.820.534
4. KAEF
PT Kimia Farma Persero Tbk
171.763.175.754 205.763.997.378 215.642.329.977
5. PGAS
PT Perusahaan Gas Negara Persero Tbk
6.163.463.025.238 2.469.167.968.536.000 2.587.707.959.724.000
6. PTBA
PT Bukit Asam Persero Tbk
3.088.068.000.000 2.909.421.000.000 1.854.281.000.000
7. SMGR
PT Semen Indonesia Persero Tbk
3.960.604.545 4.924.791.472 5.370.247.000
8. TLKM
PT Telekomunikasi Indonesia Persero Tbk
15.481.000.000.000 18.388.000.000.000 20.402.000.000
9. WIKA
PT Wijaya Karya Persero Tbk
151.946.310 526.907.280 624.371.679
Rata-rata PerTahun
2.788.245.318.381 276.766.050.188.059 287.801.596.150.446
Rata-rata Keseluruh
189.118.630.552.29
Sumber : Laporan Keuangan Tahunan dan Diolah Penulis.
Tabel 1.3 menunjukkan bahwa laba meningkat setiap tahunya. Kenaikan rata-rata
laba pada emiten BUMN didorong oleh naiknya sebagian besar emiten. Emiten
yang mengalami kenaikan laba selama Tahun 2011-2013 adalah emiten KAEF,
PGAS, SMGR, TLKM, dan WIKA. Emiten ANTM dan JSMR mengalami
kenaikan dan penurunan selama Tahun 2011-2013, dan emiten PTBA turun setiap
tahunnya. Kemampuan emiten BUMN dalam menghasilkan laba terus meningkat
selama Tahun 2011-2013, artinya emiten BUMN memiliki kinerja yang baik
dalam menghasilkan laba. Besarnya rata-rata laba yang dihasilkan perusahaan
akan mempengaruhi jumlah laba per lembar saham yang dibagikan. Rata-rata laba
perusahaan BUMN yang terus meningkat akan diikuti oleh meningkatnya laba per
lembar saham, sebaliknya laba per tahun yang menurun akan diikuti dengan
(29)
8
Tabel 1.4 Laba Per Lembar Saham (Earning Per Share) Emiten BUMN Tahun
2011-2013 (Dalam Rupiah) :
No
Emiten
Nama Perusahaan
2011 2012 2013 1. ADHI PT Adhi Karya Persero Tbk 101,1 117,46 225,38 2. ANTM PT Aneka Tambang Persero Tbk 202,12 313,79 42,98 3. JSMR PT Jasa Marga Persero Tbk 196,98 235,6 196,52 4. KAEF PT Kimia Farma Persero Tbk 30,93 36,24 38,63 5. PGAS PT Perusahaan Gas Negara Persero Tbk 244,75 355,38 435,56 6. PTBA PT Bukit Asam Persero Tbk 1.339,26 1.258,66 792,55 7. SMGR PT Semen Indonesia Persero Tbk 661,79 817,2 905,37 8. TLKM PT Telekomunikasi Indonesia Persero Tbk 543,9 637,4 140,92 9. WIKA PT Wijaya Karya Persero Tbk 58,82 74,99 92,82 Rata-rata PerTahun
375,52 427,41 318,97
Rata-rata Keseluruhan 373.97
Sumber : Laporan Keuangan dan Diolah Penulis.
Tabel 1.4 menunjukan rata-rata per tahun laba per lembar saham dari Tahun
2011-2012 bergerak fluktuatif, terjadi kenaikan Tahun 2012 dan penurunan pada
Tahun 2013. Pergerakan yang fluktuatif disebabkan oleh pergerakan setiap emiten
yang berbeda-beda. Laba per lembar saham terbesar selama Tahun 2011-2013
adalah emiten PTBA dan laba per lembar saham terkecil berasal dari emiten
KAEF. Laba bersih yang terus meningkat selama Tahun 2011-2013 tidak sama
dengan laba per lembar saham yang fruktuatif, hal ini bisa disebabkan oleh
berkutang atau bertambahan saham yang beredar di pasar modal.
Laba per lembar saham yang tinggi akan menyebabakan ekspektasi investor
terhadap nilai perusahaan meningkat, sehingga mendorong investor untuk
meningkatkan investasinya dengan meningkatkan permintaan saham, hal ini akan
(30)
9
Tabel 1.5 Harga Saham Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Tahun 2011-2013
(dalam rupiah) :
No
Emiten
Nama Perusahaan 2011 2012 2013
1. ADHI PT Adhi Karya Persero Tbk 580 1.760 1.510 2. ANTM PT Aneka Tambang Persero Tbk 1.620 1.280 1.090 3. JSMR PT Jasa Marga Persero Tbk 4.200 5.450 4.725 4. KAEF PT Kimia Farma Persero Tbk 340 740 590 5. PGAS PT Perusahaan Gas Negara Persero Tbk 3.175 4.600 4.475 6. PTBA PT Bukit Asam Persero Tbk 17.350 15.100 10.200 7. SMGR PT Semen Indonesia Persero Tbk 11.450 15.850 14.150 8. TLKM
PT Telekomunikasi Indonesia Persero
Tbk 1.410 1.810 2.150
9. WIKA PT Wijaya Karya Persero Tbk 610 1.480 1.580
Rata-rata PerTahun 4.526 5.341 4.497
Rata-rata Keseluruhan 4.788
Sumber : Laporan Keuangan Dan Diolah Penulis.
Tabel diatas menunjukkan bahwa rata-rata harga saham selama Tahun 2011-2013
adalah Rp 4.788,- dengan rata-rata harga saham bergerak fruktuatif setiap
tahunnya. Kenaikan harga saham terbesar berasal dari emiten PTBA dan
penurunan harga saham terendah berasal dari emiten KAEF. Saat hutang jangka
panjang bergerak meningkat melebihi jumlah modal sendiri pada Tahun 2013,
harga saham mengalami penurunana. Hutang jangka panjang yang tinggi
menyebabkan minat investor terhadap permintaan saham turun yang
menyebabakan harga saham turun. Berbeda dengan laba per lembar saham yang
mengalami penurunan pada Tahun 2013, saat laba per lembar saham turun harga
saham ikut turun walaupun laba bersihnya meningkat. Hal ini menunjukkan
bahwa minat investor terhadap permintaan saham turun saat laba per lembar
(31)
10
Terdapat hubungan yang tidak searah antara hutang jangka panjang dengan harga
saham, dan hubungan yang searah antara laba per lembar saham dengan harga
saham.
Atas uraian tersebut, penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “
Analisis Struktur Modal dan Kebijakan Dividen Serta Pengaruhnya
Terhadap Harga Saham Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2009-2013”.
1.2Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam peneltian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana perkembangan struktur modal pada emiten Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) yang tercatat di BEI pada periode 2009-2013?
2. Bagaimana perkembangan kebijakan dividen pada emiten Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) yang tercatat di BEI periode 2009-2013?
3. Apakah struktur modal dan kebijakan dividen berpengaruh terhadap harga
saham emiten Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang tercatat di BEI
periode 2009-2013?
1.3Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui perkembangan struktur modal pada emiten Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI ).
2. Untuk mengetahui perkembangan kebijakan dividen pada emiten Badan
(32)
11
3. Untuk mengetahui pengaruh struktur modal dan kebijakan deviden terhadap
hagra saham emiten Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang tercatat di
Bursa Efek Indonesia (BEI ).
1.4Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dimaksudkan dapat bermanfaat kepada :
1. Investor dan calon investor, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
refrensi penilaian kelayakan investasi pada perusahaan-perusahaan Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).
2. Perusahaan, penelitian diharapkan bisa menjadi tambahan bahan
pertimbangan pengambilan keputusan agar dapat mengambil keputusan guna
melakukan persiapan dan perbaikan kinerja melalui perubahan strategi demi
meningkatakan nilai perusahaan di masa yang akan datang.
3. Akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
pengetahuan mengenai bagaiman kinerja perusahaan Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).
4. Penelitian selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan atau
bahan refrensi penelitian selanjutnya.
1.5Kerangka Pemikiran
Riyanto (1997) mendefinisikan struktur modal sebagai pembelanjaan permanen
dimana mencerminkan perimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal
sendiri. Pembelanjaan permanen yang dimaksud adalah pembelanjaan jangka
panjang perusahaan, dan perimbangan yang dijelaskan merupakan perbandingan
(33)
12
menurut Riyanto dapat disimpulkan sebagai perbandingan pembelanjaan jangka
panjang yang bersumber dari pembelanjaan hutang jangka panjang dengan modal
sendiri yang disediakan perusahaan. Hutang jangka panjang merupakan modal
asing yang mengandung beban tetap karena hutang jangka panjang mengandung
biaya bunga yang harus dibayar perusahaan baik dalam kondisi perusahaan
untung atau rugi. Modal sendiri berasal dari laba ditahan yang berasal dari laba
yang dihasilkan perusahaan sebagai modal untuk kepentingan investasi.
Struktur modal tinggi yang disebabkan hutang jangka panjang yang jumlahnya
besar, akan menyebabkan beban hutang perusahaan bertambah tinggi dkarena
harus membayar bunga yang semakin tinggi, sehingga modal sendiri yang tersedia
tidak mampu membiayai hutang jangka panjangnya sehingga struktur modal yang
tinggi akan mengadung risiko yang tinggi. Struktur modal rendah disebabkan
jumlah hutang jangka panjangnya rendah, sehingga beban hutang perusahaan
rendah karena tingkat bunga yang harus dibayarkan untuk membiayai hutang
jangka panjang semakin rendah, sehingga modal sendiri yang tersedia dapat
memenuhi hutang jangka panjangnya. Hal ini membuat perusahaan lebih sedikit
mengandung risiko. Proksi yang digunakan untuk mengukur srtruktur modal
adalah Long Term Debt to Equity Ratio (LTDER). Rasio ini merupakan
perbandingan modal asing atau hutang jangka panjang dengan modal sendiri yang
disediakan perusahaan. Long Term Debt to Equity Ratio (LTDER) digunakan
untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan
jaminan hutang jangka panjangnya. LTDER yang tinggi mengindikasikan bahwa
modal yang berasal dari hutang jangka panjangnya lebih besar dibandingkan
(34)
13
menjamin hutang jangka panjangnya, kemudian LTDER yang rendah
mengindikasikan hutang jangka panjang lebih kecil dibandingkan dengan modal
sendiri sehingga modal yang berasal dari hutang jangka panjang bisa dijamin
dengan modal sendiri yang digunakan.
Dividen merupakan laba perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham.
Kebijakan dividen merupakan keputusan dalam menentukan menahan laba atau
membagikan labanya sebagai dividen. Kebijakan dividen dapat dilihat dari
proporsi pembagian dividen per lembar saham, pendapatan perlembar saham, atau
dengan rasio pembagian dividen . Pembagian dividen menjadi informasi yang
positif oleh investor terhadap prospek perusahaan dimasa mendatang, semakin
tinggi dividen yang dibagiakan investor menilai nilai perusahaan dimasa
mendatang akan semakin baik. Pembagian dividen yang tinggi merupakan sinyal
yang baik bagi pandangan investor terhadap nilai perusahaan dimasa mendatang,
sedangkan pembagian dividen yang menurun dianggap investor sebagai
pandangan yang buruk akan nilai perusahaan dimasa yang akan datang.
Rasio pembagian dividen menggambarkan perilaku oportuniti manajerial antara
laba yang akan dibagikan kepada shareholders sebagai dividen dan laba yang
akan disimpan perusahaan. Kebijakan dividen diukur dengan Deviden Payout
Ratio (DPR), rasio ini merupakan perbandingan antra dividen per lembar saham
yang dibagikan ke pemegang saham dengan laba bersih per lembar saham yang
dihasilkan perusahaan. Dividen payout ratioyang tinggi akan menyebabkan
tingginya minat investor untuk meningkatkan permintaan saham, sebaliknya
semakin rendah dividen payout ratio makan akan semakin rendah minat investor
(35)
14
Harga saham merupakan harga penyertaan sebuah emiten yang menerbitkan
sahamnya di pasar modal. Harga saham terbentuk dari aktifitas para investor di
pasar modal. Harga saham atas fungsinya terdiri dari harga nominal, harga dasar,
dan harga pasar. Harga nominal merupakan harga yang tercantum pada saham,
harga dasar merupakan harga pertama saham saat diumumkan di pasar modal,
sedangkan harga pasar adalah harga yang terbentuk karena aktifitas permintaan
dan penawaran saham yang tercermin dalam harga penutupan (closing price).
Harga saham dalam penelitian ini diukur dengan harga pasar yang tercermin
dalam harga penutupan (closing price).
Hubungan struktur modal dengan harga pasar adalah apabila struktur modal naik
mencirikan beban perusahaan semakin besar karena bunga yang harus dibayarkan
naik sehingga modal sendiri berisiko tidak dapat memenuhi hutang jangka
panjangnya sehingga perusahaan dianggap berisiko tinggi, maka hal ini
menyebabkan minat investor terhadap permintaan saham turun sehigga harga
pasar ikut turun, namun apabila struktur modal rendah akan meningkatkan minat
investor terhadap permintaan saham sehingga diikuti dengan kenaikan harga
pasar. Struktur modal yang semakin tinggi akan menyebabkan harga saham pada
harga pasar turun, tetapi semakin rendah struktur modal maka harga pasar akan
naik. Struktur modal memiliki pengaruh yang negatif atau tidak searah terhadap
harga pasar.
Hubungan kebijakan dividen dengan harga pasar adalah apabila proporsi
pembagian dividen kepada investor tinggi maka investor akan tertarik untuk
(36)
15
pembagian dividen yang rendah akan menyebabkan permintaan saham turun
sehingga harga pasar ikut turun, maka semakin tinggi proporsi pembagian dividen
akan menyebabkan harga saham ikut naik, begitu sebaliknya semakin rendah
proporsi pembagian dividen maka harga saham akan turun. Kebijakan dividen
memiliki pengaruh yang positif atau searah dengan harga saham.
Untuk menjelaskan hubungan tersebut dapat dilihat pada bagan berikut ini :
Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pemikiran penelitian:
(-)
(+)
Struktur modal (X1) berpengaruh negatif atau tidak searah terhadap harga saham
(Y). Struktur modal yang tinggi akan menyebabkan harga saham turun, namun
struktur modal yang rendah akan meningkatkan harga saham.
Kebijakan dividen (X2) berpengaruh positif atau searah terhadap harga saham (Y).
Kebijakan dividen yang tinggi akan menyebabkan harga saham naik, sedangkan
kebijakan dividen yang rendah akan diikuti dengan turunya harga saham. STRUKTUR MODAL
(Variabel Independen X1)
DIVIDEN
(Variabel Independen X2)
HARGA SAHAM (Variabel Dependen Y):
(37)
16
1.6Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:
1. Struktur modal dan kebijakan dividen secara bersama-sama berpengaruh
signifikan terhadap harga saham Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
2. Struktur modal berpengaruh secara negatif signifikan terhadap harga
saham pada perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
3. Kebijakan dividen berpengaruh secara positif signifikan terhadap harga
(38)
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Saham (Stock) Dan Harga Saham (Price Stock) 2.1.1.1 Saham
Saham (stock) merupakan salah satu instrumen pasar modal yang paling popular.
Saham merupakan surat berharga jangka panjang yang diterbitkan perusahaan
(emiten) ke publik untuk diperjualbelikan kepada investor dengan tujuan untuk
mendapatkan dana. Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan
ketika memutuskan untuk pendanaan perusahaan. Saham didefinisikan sebagai
tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu
perusahaan atau perseroan terbatas, dengan menyertakan modal tersebut, maka
pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatan perusahaan, klaim atas asset
perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di
perusahaan tersebut.
Husnan dan Enny (2004) mengumakakan bahwa saham atau sekuritas merupakan
secarik kertas yang menunjukkan hak pemilik kertas tersebut untuk memperoleh
bagian dari prospek atau kekayaan perusahaan yang menerbitkan sekuritas
(39)
18
Saham yang tercatat di Bursa Efek di Indonesia adalah saham atas nama artinya
nama pemilik saham akan tercantum dalam daftar pemegang saham perseroan
bersangkutan. Saham merupakan instrument investasi yang banyak dipilih para
investor karena saham mampu memberikan tingkat keuntungan yang menarik.
Saham diterbitkan dengan cara atas nama atau atas injuk, selanjutnya saham dapat
dibedakan antara saham biasa (common stock) dan saham preferen (preferred
stock).
Saham biasa adalah efek dari pernyertaan pemiliknya dari badan usaha berbentuk
perseroan terbatas. Saham biasa merupakan saham yang menempatkan pemiliknya
paling yunior terhadap pembagian dividen dibandingkan dengan saham preferen,
demikian juga terhadap hak atas harta kekayaan perusahaan setelah dilikuidasi.
Ciri-ciri saham biasa adalah sebagai berikut :
1. Dividen dibayarkan sepanjang perusahaan memperoleh laba.
2. Memiliki hak suara
3. Hak memperoleh pembagian kekayaan perusahaan apabila bangkrut dilakukan
setelah semua kewajiban perusahaan dilunasi.
Saham preferen adalah saham yang memberikan hak lebih di atas saham biasa,
seperti hak prioritas atas pengembalian modal jika perusahaan dilikwidasi, hak
prioritas atas pembagian deviden, serta hak prioritas untuk mengajukan usul
dalam rapat umum pemegang saham untuk pencalonan direksi dan komisaris.
Siamat (1995) mengemukakan bahwa ciri-ciri saham preferen adalah sebagai
berikut :
1. Memiliki hak paling dahulu memperoleh dividen
(40)
19
3. Dapat mempengaruhi manajemen perusahaan terutama dalam pencalonan
pengurus.
4. Memiliki hak pembayaran maksimum sebesar nilai nominal saham lebih
dahulu setelah kreditur apabila perusahaan dilikuidasi.
2.1.1.2 Harga Saham
Harga saham merupakan harga yang terjadi dipasar bursa pada saat tertentu yang
ditentukan oleh pelaku pasar dan ditentukan oleh permintaan dan penawaran
saham yang bersangkutan dipasar modal (Jogiyanto : 2008). Pengertian lain
menurut Sartono (2001), harga saham terbentuk di pasar modal dan ditentukan
oleh bebrapa faktor seperti laba per lembar saham (earning per share), rasio laba
terhadap harga per lembar saham (price earning ratio), tingkat bunga bebas resiko
yang diukur dari tingkat bunga deposito pemerintah dan tingkat kepastian operasi
perusahaan.
Berdasarkan fungsinya, nilai suatu saham dibagi atas tiga jenis, yaitu sebagai
berikut (Pandji dan Piji : 2001) :
1. Par value (Nilai Nominal/Stated Value/Face Value)
Nilai nominal adalah nilai yang tercantum pada saham untuk tujuan akuntasi,
menurut ketentuan UU PT No. 1/1995 sebagai berikut:
1) Nilai nominal dicantumkan dalam mata uang RI.
2) Saham tanpa nilai nominal tidak dapat dikeluarkan.
Nilai nominal ini tidak digunakan untuk mengukur sesuatu. Jumlah saham yang
dikeluarkan perseroan dikali dengan nilai nominalnya merupakan modal disetor
(41)
20
sebagai modal ekuitas perseroan di dalam neraca. Untuk satu jenis saham yang
sama harus mempunyai satu jenis nilai nominal.
2. Base Price (Harga Dasar)
Harga dasar adalah harga perdana, untuk menetapkan nilai dasar yang
dipergunakan dalam perhitungan indeks harga saham. Harga dasar akan berubah
sesuai dengan aksi emiten. Untuk saham baru, harga dasar merupakan harga
perdananya.
3. Market Price (Harga Pasar)
Market price merupakan harga pada pasar riil, dan merupakan harga yang paling
mudah ditentkan karena merupakan harga dari suatu saham pada pasar yang
sedang berlangsung atau jika pasar sudah tutup, maka harga pasar adalah harga
penutupannya (closing price). Harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatatakan
di bursa, baik bursa utama maupun OTC (Over The Counter Market). Transaksi di
sini sudah tidak lagi melibatkan emiten dan pinajamn emisi. Harga pasar
merupakan harga jual dari investor yang satu dengan investor yang lauin, dan
disebut sebagai harga di pasar sekunder. Harga pasar inilah yang menyatakan
naik-turunya suatu saham dan setiap hari dumumkan di surat-surat kabar atau
media-media laiinya.
Ada dua keuntungan yang diperoleh investor dengan membeli atau memiliki
saham, yaitu mendapatkan dividen dan capital gain. Dividen merupakan
pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan dan berasal dari keuntungan
yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari
pemegang saham dalam RUPS, jika seorang pemodal ingin mendapatkan dividen,
(42)
21
relatif lama yaitu hingga kepemilikan saham tersebut berada dalam periode
dimana diakui sebagai pemegang saham yang berhak mendapatkan dividen.
Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai, artinya kepada
setiap pemegang saham diberikan dividen berupa uang tunai dalam jumlah rupiah
tertentu untuk setiap saham, atau dapat pula berupa dividen saham yang berarti
kepada setiap pemegang saham diberikan dividen sejumlah saham sehingga
jumlah saham yang dimiliki seorang pemodal akan bertambah dengan adanya
pembagian dividen saham tersebut.
Capital gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual. Capital gain
terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder .
Saham juga memiliki risiko yaitu risiko tidak mendapat dividen, capital loss,
risiko likuidasi, dan saham disuspend.Capital loss merupakan kebalikan dari
capital gain, yaitu suatu kondisi dimana investor menjual saham lebih rendah dari
harga beli. Risiko Likuidasi yaitu perusahaan yang sahamnya dimiliki, dinyatakan
bangkrut oleh Pengadilan, atau perusahaan tersebut dibubarkan. Hak klaim dari
pemegang saham mendapat prioritas terakhir setelah seluruh kewajiban
perusahaan dapat dilunasi (dari hasil penjualan kekayaan perusahaan), jika masih
terdapat sisa dari hasil penjualan kekayaan perusahaan tersebut, maka sisa tersebut
dibagi secara proporsional kepada seluruh pemegang saham, namun jika tidak
terdapat sisa kekayaan perusahaan, maka pemegang saham tidak akan
memperoleh hasil dari likuidasi tersebut. Saham disuspend yaitu saham yang
terdafar diberhentikan perdagangannya oleh otoritas Bursa Efek Indonesia yang
sekarang diatur oleh Otoritas Jasa Keuangan. Risiko atas saham disuspend
(43)
22
perkembangan perusahaan seperti dengan melihat faktor yang mempengaruhi
harga saham.
Harga saham dapat ditentukan melalui analisis teknikal dan analisis fundamental.
Analisis teknikal harga saham ditentukan berdasarkan catatan harga saham di
waktu yang lalu, sedangkan dalam analisis fundamental harga saham ditentukan
atas dasar faktor-faktor fundamental yang mempengaruhinya seperti laba dan
dividen, hal ini disebabkan karena nilai saham mewakili nilai perusahaan, tidak
hanya nilai intrinsik suatu saat tetapi juga adalah harapan kemampuan perusahaan
dalam meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Analisis fundamental
digunakan memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan:
mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di
masa yang akan datang, dan menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut
sehingga diperoleh taksiran harga saham.
Weston dan Brighman (1990) mengemukakakn bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi harga saham adalah sebagai berikut :
1. Laba per lembar saham (Earning Per Share/ EPS)
Seorang investor akan melakukan investasi pada perusahaan akan menerima laba
atas saham yang dimilikinya. Semakin tinggi laba per lembar saham (EPS) yang
diberikan pengembalian yang cukup baik. Ini akan mendorong investor untuk
melakukan investasi yang lebih besar lagi sehingga harga perusahaan akan
meningkat.
2. Tingkat bunga
(44)
23
a. Mempengaruhi persaingan di pasar modal antara saham dengan obligasi,
apabila suku bunga naik maka investor akan menjual sahamnya untuk
ditukarkan dengan obligasi.
b. Mempengaruhi laba perusahaan, hal ini terjadi karena bunga adalah biaya,
semakin tinggi suku bunga maka semakin rendah laba perusahaan.
3. Jumlah kas dividen yang dibagikan
Kebijakan pembagian dividen dapat menjadi dua, yaitu sebagian dibagikan dalam
bentuk dividend dan sebagian lagi disisihkan sebagai laba ditahan. Peningkatan
dividen merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kepercayaan dari
pemegang saham karena jumlah kas dividen besar adalah yang diinginkan oleh
investor sehingga harga saham naik.
2.1.2 Struktur Modal
2.1.2.1 Pengertian Struktur Modal
Masalah pendanaan dalam perusahaan adalah salah satu masalah penting yang
selalu dihadapi oleh setiap perusahaan, mulai dari penarikan dana sampai pada
pengalokasian dana tersebut secara efektif dan efisien. Struktur modal
menjelaskan apakah ada pengaruh perubahan struktur modal terhadap nilai
perusahaan (Husnan, 1996). Riyanto (1997) mendefinisikan struktur modal
sebagai pembelanjaan permanen dimana mencerminkan perimbangan antara
hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Struktur modal adalah proposi
dalam menentukan pemenuhan kebutuhan belanja perusahaan dengan sumber
pendanaan jangka panjang yang berasal dari dana internal dan dana eksternal,
dengan demikian struktur modal adalah struktur keuangan dikurangi utang jangka
(45)
24
Utang jangka pendek tidak diperhitungkan dalam struktur modal karena utang
jenis ini umumnya bersifat spontan (berubah sesuai dengan perubahan tingkat
penjualan) sementara itu utang jangka panjang bersifat tetap selama jangka waktu
yang relatif panjang (lebih dari satu tahun) sehingga keberadaannya perlu lebih
dipikirkan oleh para manajer keuangan. Itulah alasan utama mengapa struktur
modal hanya terdiri dari utang jangka panjang dan ekuitas. Karena alasan itu
pulalah biaya modal hanya mempertimbangkan sumber dana jangka panjang
(Mardiyanto, 2009).
Kebutuhan dana yang berasal dari dalam atau sering disebut modal sendiri adalah
modal yang berasal dari perusahaan itu sendiri seperti cadangan laba yang berasal
dari pemilik seperti modal saham. Modal inilah yang menjadi tanggungan
terhadap keseluruhan risiko perusahaan dan dijadikan jaminan bagi kreditor.
Sedangkan dana yang berasal dari luar adalah modal yang berasal dari kreditur
(penyandang dana), modal inilah yang merupakan utang bagi perusahaan yang
bersangkutan (Riyanto : 1997). Struktur modal perusahaan merupakan salah satu
keputusan pembelanjaan yang menyangkut tentang kombinasi antara hutang dan
modal yang dibutuhkan untuk membiayai aktivitas operasional dan ekspansi
perusahaan. Apabila struktur finansial tercermin pada keseluruhan pasiva dalam
neraca, maka struktur modal hanya tercermin pada hutang jangka panjang dan
unsur-unsur modal sendiri dimana golongan tersebut merupakan dana permanen
atau dana jangka panjang.
Weston dan Eguene (1990), menyatakan bahwa struktur modal yang optimal
(46)
25
sehingga memaksimumkan harga saham. Selain itu dia juga menyebutkan
kebijakan mengenai struktur modal melibatkan trade-off antara risiko dan tingkat
pengembalian yaitu penambahan hutang memperbesar risiko perusahaan tetapi
juga sekaligus memperbesar tingkat pengembalian yang diharapkan. Risiko yang
semakin tinggi akibat meningkatkan hutang akan cenderung menurunkan harga
saham tetapi meningkatkan tingkat pengembalian yang diharapkan akan
menaikkan harga saham tersebut.
2.1.2.2Komponen Struktur Modal
Riyanto (1997) mengemukakan struktur modal suatu perusahaan secara umum
terdiri atas beberapa komponen , yaitu :
1. Modal Sendiri (Shareholder Equity)
Modal sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan yang
tertanam dalam perusahaan untuk waktu yang tidak tertentu lamanya. Modal
sendiri berasal dari sumber intern maupun sumber ekstern. Sumber intern berasal
dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan, sedangkan sumber ekstern berasal
dari modal yang berasal dari pemilik perusahaan. Modal sendiri di dalam suatu
perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) terdiri dari modal saham dan
laba ditahan.
1) Modal Saham
Saham adalah tanda bukti pengambilan bagian dalam suatu Perseroan Terbatas
(PT), modal saham terdiri dari :
(47)
26
Saham biasa adalah bentuk komponen modal jangka panjang yang ditanamkan
oleh investor. Saham biasa yaitu saham yang setiap pemegang sahamnya
memperoleh tanda kepemilikan pada perusahaan (Sunariyah : 2006)
- Saham Preferen (Preferred Stock)
Saham preferen bentuk komponen modal jangka panjang yang merupakan
kombinasi antara modal sendiri dengan hutang jangka panjang. Menurut
Sunariyah (2006) saham prefren yaitu pemegang saham memiliki hak istimewa
diatas pemegang saham biasa, untuk hal-hal tertentu yang diperjanjikan saat emisi
saham.
2) Laba Ditahan
Laba ditahan adalah sisa laba dari keuntungan yang dibayarkan sebagai deviden.
Komponen modal sendiri ini merupakan modal dalam perusahaan yang
dipertaruhkan untuk segala risiko, baik risiko usaha maupun risiko kerugian– kerugian lainnya. Modal sendiri ini tidak memerlukan adanya jaminan atau
keharusan untuk pembayaran kembali dalam setiap keadaan maupun tidak adanya
kepastian tentang jangka waktu pembayaran kembali modal yang disetor. Oleh
karena itu, tiap–tiap perusahaan harus mempunyai sejumlah minimum modal yang diperlukan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan.
Modal sendiri yang bersifat permanen akan tetap tertanam dalam perusahaan dan
dapat diperhitungkan pada setiap saat untuk memelihara kelangsungan hidup serta
melindungi perusahaan dari resiko kebangkrutan. Modal sendiri merupakan
sumber dana perusahaan yang paling tepat untuk diinvestasikan pada aktiva tetap
yang bersifat permanen dan pada investasi–investasi yang menghadapi resiko kerugian / kegagalan yang relatif besar.
(48)
27
2. Hutang Jangka Panjang Atau Modal Asing (Long Term Debt)
Modal asing / hutang jangka panjang adalah hutang yang jangka waktunya adalah
panjang, umumnya lebih dari sepuluh tahun. Hutang jangka panjang ini pada
umumnya digunakan untuk membelanjakan perluasan perusahaan (ekspansi) atau
modernisasi dari perusahaan, karena kebutuhan modal untuk keperluan tersebut
meliputi jumlah yang besar.
Hutang jangka panjang atau modal asing meliputi :
1. Pinjaman Obligasi
Pinjaman obligasi adalah pinjaman uang untuk jangka waktu yang panjang,
dimana si debitur mengeluarkan surat pengakuan utang yang mempunyai nominal
tertentu. Pelunasan atau pembayaran kembali pinjaman obligasi dapat diambil dari
penyusutan aktiva tetap yang dibelanjakan dengan pinjaman obligasi tersebut dan
dari keuntungan.
2. Pinjaman Hipotik
Pinjaman hipotik adalah pinjaman jangka panjang di mana pemberi uang
(kreditur) diberi hak hipotik terhadap suatu barang tidak bergerak, agar apabila
pihak debitur tidak memenuhi kewajibannya, barang itu dapat dijual dan hasil
penjualan tersebut dapat digunakan untuk menutup tagihannya. Modal asing /
hutang jangka panjang di lain pihak, merupakan sumber dana bagi perusahaan
yang harus dibayar kembali dalam jangka waktu tertentu, semakin lama jangka
waktu dan semakin ringannya syarat–syarat pembayaran kembali hutang tersebut akan mempermudah dan memperluas bagi perusahaan untuk memberdayagunakan
sumber dana yang berasal dari modal asing / hutang jangka panjang tersebut,
(49)
28
ditetapkan tanpa memperhatikan kondisi finansial perusahaan pada saat itu dan
harus sudah disertai dengan bunga yang sudah diperhitungkan sebelumnya.
Seandainya perusahaan tidak mampu membayar kembali hutang dan bunganya,
maka kreditur dapat memaksa perusahaan dengan menjual asset yang dijadikan
jaminannya, oleh karena itu kegagalan untuk membayar kembali hutang atau
bunganya akan mengakibatkan para pemilik perusahaan kehilangan kontrol
terhadap perusahaannya seperti halnya terhadap sebagian atau keseluruhan
modalnya yang ditanamkan dalam perusahaan. Begitu pula sebaliknya, para
krediturpun dapat kehilangan kontrol terhadap sebagian atau seluruhnya
dana/pinjaman dan bunganya, karena segala macam bentuk yang ditanamkan
didalam perusahaan selalu dihadapkan pada risiko kerugian.
Struktur modal pada dasarnya merupakan suatu pembiayaan permanen yang terdiri dari modal sendiri dan modal asing, modal sendiri terdiri dari berbagai jenis saham
dan laba ditahan. Penggunaan modal asing akan menimbulkan beban yang tetap dan
besarnya penggunaan modal asing ini menentukan besarnya leverage keuangan yang digunakan perusahaan. Semakin besar proporsi modal asing / hutang jangka panjang
dalam struktur modal perusahaan, akan semakin besar pula risiko kemungkinan
terjadinya ketidakmampuan untuk membayar kembali hutang jangka panjang beserta bunganya pada tanggal jatuh temponya. Bagi kreditur hal ini berarti bahwa
kemungkinan turut serta dana yang mereka tanamkan di dalam perusahaan untuk
(50)
29
2.1.2.3Teori Struktur Modal
Teori struktur modal terbagi menjadi 2 (dua) kelompok besar yaitu (Sjahriyal:
2009) :
1. Teori Struktur Modal Tradisional
a. Pendekatan Laba Bersih (Net Income Approach)
Mengasumsikan bahwa investor mengkapitalisasi atau menilai laba perusahaan
dengan tingkat kapitalisasi (Ke) yang konstan dan perusahaan dapat meningkatkan
jumlah utangnya dengan tingkat biaya utang (Kd) yang konstan pula.
b. Pendekatan Laba Operasi Bersih (Net Operating Income Approach)
Mengasumsikan bahwa biaya modal rata-rata tertimbang konstan berapapun
tingkat utang yang digunakan oleh perusahaan. Pertama, diasumsikan bahwa
biaya utang konstan seperti halnya dalam pendekatan laba bersih. Kedua,
penggunaan utang yang semakin besar oleh pemilik modal sendiri dilihat sebagai
peningkatan risiko perusahaan.
c. Pendekatan Tradisional (Traditional Approach)
Mengasumsikan bahwa hingga suatu leverage tertentu, risiko perusahaan tidak
mengalami perubahan. Sehingga baik Kd maupun Ke relative konstan. Namun
demikian setelah leverage atau rasio utang tertentu, biaya utang dan biaya modal
sendiri meningkat.
2. Teori Struktur Modal Modern
a. Model Mondigliani-Miller (MM) Tanpa Pajak
Pada tahun 1958 Modigliani dan Merton Miller, mengemukakan beberapa asumsi,
(51)
30
1) Risiko bisnis perusahaan diukur dengan EBIT (Standard Deviation Earning
Before Interest and Taxes = deviasi standar laba sebelum bunga dan pajak),
2) Investor memiliki pengharapan yang sama tentang EBIT perusahaan di masa
mendatang.
3) Saham dan obligasi diperjual belikan di suatu pasar modal yang sempurna.
4) Seluruh aliran kas adalah perpetuitas (sama jumlah setiap periode hingga
waktu tak terhingga). Dengan kata lain, pertumbuhan perusahaan adalah nol
atau EBIT selalu sama.
b. Model Mondigliani-Miller (MM) Dengan Pajak
Tahun 1976, Miller menyajikan suatu teori struktur modal yang juga meliputi
pajak untuk pengasilan pribadi. Pajak pribadi ini adalah:
1) Pajak penghasilan dari saham (Ts), dan
2) Pajak penghasilan dari obligasi (Td)
2.1.3 Kebijakan Dividen 2.1.3.1Pengertian Dividen
Dividen merupakan pembagian keuntungan perusahaan kepada pemegang saham
secara pro-rata dan dibayarkan dalm bentuk uang (dividen cash) dan atau saham
(dividen stock), yang besarnya akan ditetapkan berdasarkan Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS). Apabila dividen yang dibagikan perusahaan berupa
deviden stock, artinya kepada setiap pemegang saham diberikan deviden sejumlah
saham yang dimiliki seorang pemodal akan bertambah dengan adanya pembagian
deviden saham tersebut. Namun apabila yang dibeikan adalah dividen cash nya
maka pemegang saham memperoleh laba yang dibagiakan per lembar saham atas
(52)
31
Kebijakan dividen merupakan kebijakan yang menyangkut tentang masalah
penggunaan laba yang menjadi hak para pemegang saham sebagai dividen atau
laba yang ditahan untuk kepentingan investasi kembali. Atau keadaan kapan laba
akan dibagikan atau laba akan ditahan menjadi keputusan yang utama sehingga
tetap bisa memperhatikan tujuan perusahaan yaitu meningkatkan nilai perusahaan.
(Suad Husnan:1996)
2.1.3.2Teori Kebijakan Dividen
Teori-teori terkait dengan kebijakan dividen (Dermawan Sjahrial: 2009) sebagai
berikut:
1. Teori Dividen Tidak Relevan dari Modigliani dan Miller
Teori yang menyatakan bahwa kebijakan dividen perusahaan tidak mempunyai
pengaruh baik terhadap nilai perusahaan maupun biaya modalnya.
Asumsi-asumsi teori ini sebagai berikut:
a. Pasar modal sempurna dimana semua investor adalah rasional. Prakteknya
sulit ditemui pasar modal yang sempurna.
b. Tidak ada biaya estimasi saham baru, kenyataannya biaya emisi saham baru
(floating cost) itu pasti ada.
c. Tidak ada pajak, kenyataanya pasti ada pajak.
d. Kebijakan investasi perusahaan tidak berubah, prekteknya kebijakan investasi
perusahaan pasti berubah.
e. Bahwa kebijakn dividen tidak mempengaruhi tingkat pengembalian yang
(53)
32
2. Teori The Bird In The Hand
Gordon dan Lintner menyatakan bahwa biaya modal sendiri perusahaan akan naik
jika DPR (Dividen Payout Ratio) rendah karena investor lebih suka menerima
capital gain. Namun menurut Modigliani dan Miller, kebanyakan investor
merencanakan untuk mngestimasikan kembali dividen mereka dalam saham dari
perusahaan bersangkutan atau perusahaan sejenis, dan bagaimnapun juga, risiko
dari arus kas perusahaan bagi investor dalam jangka panjang ditentukan hanya
oleh risiko dari arus kas operasionalnya dan bukan kebijakan pembagian
dividennya.
3. Teori Perbedaan Pajak
Teori ini diajukan oleh Litzeberger dan Ramaswamy, bahwa adanya pajak
terhadap dividend dan kapital gain. Para investor lebih menyukai capital gains
karena dapat menunda pembayaran pajak. Investor mensyaraktan suatu tingkat
keuntungan yang lebih tinggi pada saham yang memberikan dividend yield tinggi,
kapital gain rendah dari pada dividen yield rendah kapital gain.
4. Teori Signaling Hypotesis
Menurut Modigliani dan Miller dividen biasanya merupakan suatu signal (tanda)
kepada para investor bahwa manajemen perusahaan meramalkan suatau
penghasilan yang baik dimasa mendatang. Sebaliknya suatu penurunan dividen
atau kenaikan dividen yang dibawah normal (biasanya) diyakini investor sebagai
(54)
33
5. Teori Clientele Effect
Teori ini menyebutkan adanya kelompok (clientele) pemegang saham yang
berbeda akan memiliki prefrensi yang berbeda terhadap kebijakan dividen
perusahaan. Kelompok pemegang saham yang membutuhkan penghasilan pada
saat ini menyukai suau Dividend Payout Ratio (DPR) yang tinggi. Sebaliknya
kelompok pemegang saham yang tidak begitu membutuhkan uang saat ini lebih
senang jika perusahaan menahan sebagian besar laba bersih perusahaan.
Jika ada perbedaan pajak bagi individu karena dapat menunda pembayaran pajak,
kelompok ini lebih senang jika perusahaan membagi dividen yang kecil, dengan
demikian maka kelompok pemegang saham yang dikenakan pajak lebih menyukai
capital gains pula sebaliknya.
2.1.3.3Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen
Faktor yang menentukan dan mempengaruhi dalam pembuatan kebijakan
dividen menurut Sjahrial (2002) antara lain:
1. Posisi Likuiditas Perusahaan
Makin kuat posisi likuiditas perusahaan makin besar dividen yang dibayarkan.
2. Kebutuhan Dana Untuk Membayar Hutang
Apabila sebagian besar laba digunakan untuk membayar hutang maka sisanya
yang digunakan untuk membayar dividen makin kecil.
3. Rencana Perluasan Usaha
Makin besar perluasan usaha perusahaan, makin berkurang dana yang dapat
dibayarkan untuk dividen.
(55)
34
Kebijakan pembiayaan untuk ekspansi dibiayai dengan dana dari sumber intern
antara lain adalah laba. Dengan pertimbangan, apabila dibiayai dengan penjualan
saham baru ini akan melemahkan kontrol dari kelompok pemegang saham
dominan. Karena suara pemegang saham mayoritas berkurang.
Weston dan Thomas E. Copeland (1998) menyebutkan faktor-faktor yang
mempengaruhi dalam kebijakan dividen adalah:
1. Undang-Undang (UU)
Undang-Undang menentukan bahwa dividen harus dibayar dari laba, baik laba
tahun berjalan maupun laba tahun lalu yang ada dalam pos “laba ditahan” dalam
neraca.
2. Posisi Likuiditas
Laba ditahan biasanya diinvestasikan dalam aktiva yang dibutuhkan untuk
menjalankan usaha. Laba ditahan dari tahun-tahun lalu sudah diinvestasikan pada
pabrik, peralatan, persediaan, dan aktiva lainnya, laba tersebut tidak di simpan
dalam bentuk kas.
3. Kebutuhan Untuk Melunasi Hutang
Apabila perusahaan mengambil hutang untuk membiayai ekspansi atau untuk
mengganti jenis pembiayaan yang lain, perusahaan tersebut menghadapi dua
pilihan. Perusahaan dapat membayar hutang pada jatuh tempo dan
menggantikannya dengan jenis surat berharga yang lain.
4. Tingkat Laba
Tingkat hasil pengembalian atas aktiva yang diharapkan akan menentukan pilihan
relatif untuk membayar laba tersebut dalam bentuk dividen pada pemegang saham
(56)
35
kebijakan dividen adalah apakah memungkinkan untuk mempengaruhi kekayaan
pemegang saham dengan mengubah rasio pembayaran dividen, yaitu kebijakan
dividen (Weston dan Copeland: 1998).
2.1.4 Hubungan Struktur Modal Dengan Harga Saham
Struktur modal yang optimal (ditargetkan) merupakan perpaduan antara utang,
saham prefren dan saham biuasa yang memkasimumkan harga saham perusahaan.
Rasionalnya perusahaan akan berupaya memaksimumkan nilai sahamnya
sehingga menentapkan struktur modal yang optimal. (Weston dan Eugene: 1990)
Penelitian ini menghubungan struktur modal dengan harga saham,struktur modal
dikaitakan dengan rasio hutang, karena rasio hutang secara langsung memilki
pengaruh terhadap keuangan perusahaan. Proksi struktur modal digunakan dengan
mengukur Long Term Debt to Equity Ratio (LTDER), rasio ini digunakan untuk
mengukur besar kecilnya penggunaan hutang jangka panjang dibandingkan
dengan modal sendiri perusahaan. LTDER dalam arti lain adalah rasio yang
mengukur besar modal perusahaan yang dibiayai melalui hutang jangka panjang.,
semakin besar nilai rasio ini mencerminkan risiko keuangan perusahaan yang
sekakin besar, dan bisa juga sebaliknya (Sudana: 2011).
Penelitian Vasta.dkk (2013) menyimpulkan bahwa pengaruh positif dan signifikan
dari LTDER terhadap harga saham yang berarti adanya hubungan satu arah antara
LTDER dengan harga saham perusahaan. LTDER yang semakin meningkat akan
menyebabkan harga saham perusahaan juga mengalami peningkatan, sebaliknya
jika nilai LTDER mengalami penurunan maka harga saham juga akan mengalami
(57)
36
menyebabkan harga saham turun begitu juga sebaliknya LTDER yang rendah
akan menurunkan harga saham.
Struktur modal memilki hubungan dengan harga saham, dengan menggunakan
rasio hutang dapat diukur bagaimana kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajibannya membayar hutang jangka panjang atas modal sendiri yang tersedia.
Perubahan struktur Modal dapat mempengaruhi harga saham perusahaan.
2.1.5 Hubungan Kebijakan Dividen Dengan Harga Saham
Kebijakan dividen bisa dilihat dari rasio pembayaran dividen, yakni presentase
dari setiap rupiah yang dihasilkan dibagikan kepada pemiliki dalam bentuk tunai,
dihitung dengan membagi dividen kas per saham dengan laba per saham (Sudjaja
dan Barlian :2003). Kebijakan dividen yang optimal (optimal dividen policy) ialah
kebijakan dividen yang menciptakan keseimbangan di antara dividen saat ini dan
pertumbuhan di masa mendatang sehingga memaksimumkan harga saham
perusahaan (Weston dan Eugene: 1990).
Peneliti menghubungkan kebijakn dividen dengan harga saham. Kebijakan
dividen diukur dengan menggunakan Dividend Payout Ratio (DPR).
Kebijakan dividen yang menghasilkan tingkat dividen yang semakin bertambah
dari tahun ke tahun akan meningkatkan kepercayaan para investor, dan secara
tidak langsung memberikan informasi kepada para investor bahwa kemampuan
perusahaan perbankkan dalam menciptakan laba perusahaan semakin meningkat.
(58)
37
perusahaan di pasar modal, yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap harga
saham.
Penelitian Deitiana (2011) menjelaskan bahwa Dividend Payout Ratio (DPR)
sebagai ukuran dividen tidak memiliki pengaruh terhadap harga saham, dalam
penelitiannya rasio profitabilitas lebih berpengaruh terhadap harga saham,
profitabilitas berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Dalam
penelitiannya, Deitiana mengemukakan bahwa pembayaran dividen tidak perlu
dilakukan karena tidak akan berpengaruh terhadap kemakmuran para pemegang
saham suatu perusahaan. Berbeda dengan penelitian Istanti (2009) yang
menyebutkan bahwa terdapat hubungan dan pengaruh secara positif secara
signifikan antara kebijakan dividen terhadap harga saham.
Kebijakan dividen memliki hubungan dengan harga saham, hubungan ini terlihat
dalam bagaimana keputusan kebijakan perusahaan menentukan pembagian laba
sebagai dividen untuk pemegang saham. Dividen merupakan harapan penghasilan
yang diharapakan investor dari saham yang dimilikinya, sehingga pembagian
dividen menjadi informasi yang positif oleh investor, semakin tinggi pembagian
dividen maka akan semakin tinggi permintaan saham terhadap emiten tersebut
(59)
38
2.2 Penelitian Terdahulu
Berikut adalah penelitian terdahulu :
Tabel 2.1 Tabulasi Penelitian Terdahulu :
No. Penulis Topik Variabel yang digunakan
Hasil Penelitian 1. Vasta.dkk
(2013)
Pengaruh Earning Per Share, Return On Assets, Net Profit Margin, Debt To Assets Ratio Dan Long Term Debt To Equity Ratio Terhadap Harga Saham. Earning Per Share (EPS), Return On Assets (ROA), Net Profit Margin (NPM), Debt To Assets
Ratio(DER) dan Long Term Debt To Equity Ratio (LTDER)
Earning Per Share dan Long Term Debt to Equity Ratioberpengaruh positif dan
signifikan terhadap harga saham. Sedangkan Return On Assets, Net Profit Margin dan Debt to Assets Ratio memiliki pengaruh yang tidak
signifikan terhadap harga saham. No. Penulis Topik Variabel yang
digunakan
Hasil Penelitian 2. Tita
Deitiana (2011) Pengaruh rasio keuangan, pertumbuhan penjualan dan deviden terhadap harga saham Current rasio (CR), Return On Equity (ROE), Deviden Rayout Rasio (DPR), Harga Saham Profitabilitas berpengaruh terhadap harga saham, likuiditas, deviden dan pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh terhadap harga saham.
3. Istanti (2010)
Pengaruh kebijakan Dividen Terhadap Harga Saham.
Dividen Payout Ratio dan Harga Saham. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan dividen memiliki hubungan dan pengaruuh terhadap harga saham LQ 45 di Bursa Efek Indonesia.
(60)
III. METODE PENELITIAN
3.1Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode penelitian 2009-2013. Jenis
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yakni jenis data
berupa angka dalam arti sebenarnya. Sumber data yang digunakan adalah data
sekunder, yaitu data yang tidak secara langsung diperoleh dari sumber pertama
dan telah disusun dalam bentuk dokumen tertulis (Wiratna dan Poli : 2012).
3.2Metode Pengumpulan Data
Sesuai dengan jenis data yang diperlukan yaitu data sekunder dan sampel yang
akan digunakan adalah data time series. Maka metode pengumpulan data
menggunakan studi dokumentasi, dengan melihat atau menganalisis
dokumen-dokumen yang dibuat sendiri oleh subjek sendiri atau oleh orang lain tentang
subyek (Herdiyansyah : 2010). Data yang dikumpulkan didasarkan pada laporan
keuangan dan laporan kinerja perusahaan yang dipublikasikan pada situs Bursa
(61)
40
3.3Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini berjumlah dua puluh emiten Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode
2009-2013. Dua puluh emiten Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terbagi
menjadi sembilan sub sektor, yakni sektor farmasi, sektor energy, sektor industri
logam, sektor konstruksi, sektor perbankan, sektor pertambangan, sektor semen,
sektor sarana dan prasarana, serta sektor telekomunikasi. Daftar populasi yang
digunakan dalam penelitian ini dapat dijelaskan dalam tabel berikut.
Tabel 3.1 Daftar Populasi Penelitian Berdasarkan Sub Sektornya :
No Kode Saham Nama Emiten FARMASI
1. INAF PT Indofarma (Persero) Tbk 2. KAEF PT Kimia Farma (Persero) Tbk ENERGI
3. PGAS PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk
INDUSTRI LOGAM
4. KRAS PT Krakatau Steel (Persero) Tbk KONTRUKSI
5. ADHI PT Adhi Karya (Persero) Tbk 6. PTPP PT Pembangunan Perumahan
(Persero) Tbk
7. WIKA PT Wijaya Karya (Persero) Tbk 8. WSKT PT Waskita Karya (Persero) Tbk PERBANKAN
9. BBNI PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk
10. BBRI PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
11. BBTN PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk
12. BMRI PT Bank Mandiri (Persero) Tbk PERTAMBANGAN
13. ANTM PT Aneka Tambang (Persero) Tbk 14. PTBA PT Bukit Asam (Persero) Tbk 15. TINS PT Timah (Persero) Tbk
(62)
41
No Kode Saham Nama Emiten SEMEN
16. SMBR PT Semen Baturaja (Persero) Tbk 17. SMGR PT Semen Indonesia (Persero) Tbk SARANA DAN PRASARANA ANGKUTAN
18. JSMR PT Jasa Marga (Persero) Tbk 19. GIAA PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk TELEKOMUNIKASI
20. TLKM PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk
Sumber : www.sahamoke.com Dan Diolah Penulis
3.3.2 Sampel
Penentuan sampel dalam penelitian ini berdasarkan metode purposive sampling
yakni penentuan sampel berdasarkan pertimbangan atau kriteria-kriteria tertentu
(Wiranta dan poly: 2012).Kriteria penelitian untuk memilih sampel adalah
sebagai berikut :
1. Emiten non perbankan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Dari sembilan sub sektor, yang termasuk dalam sektor non perbankan
adalah sektor farmasi, sektor energy, sektor industri logam, sektor konstruksi,
sektor pertambangan, sektor semen, sektor sarana dan prasarana, serta sektor
telekomunikasi.
2. Emiten-emiten Badan Usaha Milik Negra (BUMN) yang konsisten
membagikan dividennya selama periode penelitian.
Emiten-emiten BUMN yang konsisten secara berturut-turut membagikan
dividennya selama periode 2009-2013 dan diinformasikan ke publik.
Teerdapat sembilan sampel emiten yang membagikan dividennya selama
periode penelitian.
3. Emiten yang memiliki kelengkapan laporan keuangan tahunan dan laporan
(1)
57
variabel dependen. Hipotesis nol (Ho) yang hendak diuji adalah apakah suatu parameter (bi) sama dengan nol, atau :
Ho : bi = 0
Artinya apakah suatu variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatifnya (HA) parameter suatu variabel tidak sama dengan nol, atau:
HA : bi ≠ 0
Artinya, variabel tersebut merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Cara melakukan uji t adalah sebagai berikut :
1) Quick look : bila jumlah degree of freedom (df) adalah 20 atau lebih, dan derajat kepercayaan sebesar 5%, maka Ho yang menyatakan bi = 0 dapt ditolak bila nilai t lebih besar dari 2 (dalam nilai absolut). Dengan kata lain kita menerima hipotesisi alternatif, yang menyatakan bahwa suatu variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependen.
2) Membandingkan nilai statistik t dengan titik kritis menurut tabel. Apabila nilai statistik t hasil perhitungan lebih tinggi dibandingkan nilai t tabel, kita menerima hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa suatu variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependen.
(2)
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Simpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Long Tterm Debt to Equity Ratio (LTDER) emiten BUMN fluktuatif, secara
umum rata-rata LTDER tidak lebih dari lima puluh persen, kondisi ini menunjukkan struktur modal cukup baik karea modal sendiri (ekuitas) jumlahnya lebih banyak dari hutang jangka panjangnya, sehingga mampu menjamin hutang jangka panjang yang digunakan perusahaan.
2. Dividen Payout Ratio (DPR) emiten BUMN fluktuatif, namun secara umum
rata-rata DPR jumlahnya dibawah lima puluh persen, artinya hampir setangah dari laba per lembar saham yang dihasilakan perusahaan dibagikan sebagai dividen per lembar saham kepada investor.
3. Harga saham BUMN bergerak fluktuatif selama periode penelitian, dengan rata-rata harga saham yang stabil berkisar antara tiga ribu rupiah per lembar saham sampai dengan lima ribu rupiah per lembar saham.
4. Hasil uji F menunjukkan bahwa secara bersama-sama struktur modal dan kebijakan dividen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham, kemudian hasil perhitungan koefisien determinan (R2) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara struktur modal dan kebijakan dividen terhadap harga
(3)
107
saham sebesar 22,8%, sisanya 77,2% dijelaskan variabel lain diluar model penelitian ini.
5. Hasil uji t menunjukkan secara parsial struktur modal berpengaruh negatif signifikan terhadap harga saham, artinya kondisi struktur modal modal yang tinggi akan berdampak negative pada harga saham, begitu pula sebaliknya. 6. Hasil uji t menunjukkan secara kebijakan dividen berpengaruh positif
terhadap harga saham, artinya porporsi pembagian dividen yang tinggi akan berdampak positif pada harga saham, begitu pula sebaliknya.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut, peneliti memberikan saran sebagai berikut : 1. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya memperbesar cakupan penelitian baik
memperbesar cakupan objek yang akan diteliti maupun menambah variabel yang akan diteliti, sehingga hasil penelitian bisa mewakili penilian harga saham yang lebih akurat.
2. Bagi manajemen perusahaan, perlu mempertimbangkan setiap faktor dalam komposisi struktur modal dan kebijaan dividen. Jumlah hutang jangka
panjang yang sudah terlalu besar disarankan untuk dikurangi atau diturunkan sehingga tidak berdampak negatif terhadap harga saham, dan sebaiknya dividen yang dibagikan jumlahnya stabil agar investor meningkatkan
permintaan saham yang berdampak positif pada meningkatnya harga saham. 3. Untuk investor dan calon investor agar lebih cermat dalam memilih emiten,
perlu mempertimbangkan kondisi struktur modal baik dari kondisi hutang jangka panjangnya maupun modal sendiri yang tersedia, dan sebaiknya juga
(4)
108
melihat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan dividen per lembar saham dan rasio pembagian dividen yang stabil sehingga keuntungan yang didapat sesuai dengan yang diharapkan.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, Dwi. 2004. Manajemen Keuangan Perusahaan Cetakan Ketiga. Jakarta. Ghalia Inodensia.
Dahlan, Siamat. 1995. Manajemen Lembaga Keuangan. Jakarta. CV.Intermedia. Deitiana, Tita. 2011. Pengaruh Rasio Keuangan, Pertumbuhan Penjualan, Dan
Dividen Terhadap Harga Saham. Vol. 13. No. 1. STIE Trisakti. Jakarta. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS Edisi
Kelima. Badan Penerbit Universitas Dipenegoro. Semarang.
Herdiyansyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta. Salemba Humanika
Husnan , Suad. 1996. Manajemen Keuangan : Teori dan Penerepan (Keputusan Jangka Panjang). Yogyakarta. BPFE.
Husnan, Suad dan Enny Pudjiastuti. 2002. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Yogyakarta. UPP AMP YKPM.
Istanti, Sri Layla Wahyu. 2009. Pengaruh Kebijakan Dividen Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan LQ 45. Rembang Jawa Tengah. STIE YPPI. Jogiyanto, H.M. 2008. Analisis dan Desain Sistem Informasi: Pendekatan
Terstruktur dan Praktek Aplikasi Bisnis. Yogyakarta.
Pandji, Anoraga dan Pakarti Piji. 2001. Pengantar Pasar Modal Edisi Revisi. Jakarta. PT Asdi Mahasatya.
Riyanto, Bambang. 1997. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan Edisi Keempat. Yogyakarta. Penerbit BPFE Universitas Gajah Mada. Sartono, Agus. 2001. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta.
(6)
Shajrial, Dermawan. 2009. Manajemen Keuangan Edisi 3. Jakarta. Mitra Wacana Media.
Sudjaja, Ridwan dan Inge Barlian. 2003. Manajemen Keuangan 2 Edisi Keempat. Jakarta. Literata Lintas Media.
Sudana, I Made. 2011. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta. Erlangga. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatift,
Kualitatif, dan R&D. Bandung. CV Alfabeta.
Sujarweni, V.Wiratna dan Poly Endrayanto. 2012. Statistika Untuk Penelitian.Yogyakarta. Graha Ilmu.
Sunariah. 2006. Pengatar Pengetahuan Pasar Modal Edisi 6. UPP STIM YKPN. Yogyakarta.
Vista.dkk. 2013. Pengaruh Earning Per Share, Return On Asset, Net Profit Margin, Debt to Asset Ratio dan Long Term Debt to Equity Ratio Terhadap Harga Saham(Studi Pada Perusahaan Perdagangan yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2012). Fakultas ilmu Administrasi Universitas Brawijaya. Malang.
Weston J. Freed dan Eugene F. Brigham. 1990. Dasar-dasar Manajemen Keuanagan Terjemahan Edisi Sembilan Jilid 2. Jakarta. Erlangga. Weston, J. Fred dan Thomas E. Copeland. 1998. Manajemen Keuangan
Terjemahan Edisi Kedelapan, Jilid 2. Jakarta. Erlangga.
Wiratna dan Poly. 2012. Statistika Untuk Penelitian. Yogyakarta. Graha Ilmu. ---.www.idx.co.id. 2014. Bandar Lampung.
---.www.bumn.go.id. 2014. Bandar Lampung. ---.www.sahamoke.com. 2014. Bandar Lampung.