Pengaruh Ratio Keuangan Badan Usaha Milik Negara terhadap Harga Saham di bursa Efek Indonesia

(1)

PENGARUH RATIO KEUANGAN BADAN USAHA MILIK

NEGARA (BUMN) TERHADAP HARGA SAHAM

DI BURSA EFEK INDONESIA

TESIS

Oleh

MARZUKI

077017079/AKT

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

PENGARUH RATIO KEUANGAN BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN) TERHADAP HARGA SAHAM

DI BURSA EFEK INDONESIA

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Master Sains Dalam Program Studi Ilmu Akuntansi

Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

MARZUKI 077017079/AKT

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(3)

Judul Penelitian : PENGARUH RATIO KEUANGAN BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN) TERHADAP HARGA SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA

Nama Mahasiswa : Marzuki Nomor Pokok : 077017079 Program Studi : Akuntansi

Menyetujui Komisi Pembimbing,

( Prof Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS,MBA,Ak) (Drs. M. Lian Dalimunte, M.Ec.Ac

Ketua Anggota

)

Ketua Program Studi, Direktur,

( Prof Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS,MBA,Ak) ( Prof. Dr. Ir. T.Chairun Nisa B, MSc)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 25 Maret 2010

PANITIA PENGUJI TESIS :

Ketua : Prof, Dr.Ade Fatma Lubis. MAFIS,MBA.Ak Anggota : 1. Drs. M. Lian Dalimunte M.Ec. Ac

2. Drs. Zainul Bahri Torong M.Si. Ak 3. Dra. Tapi Anda Sari Lubis M.Si. Ak 4. Dra. Sri Mulyani MBA, Ak


(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan tesis yang berjudul :

“ PENGARUH RATIO KEUANGAN BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN) TERHADAP HARGA SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA”

Adalah benar hasil kerja saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, 25 Maret 2010 Yang membuat pernyataan


(6)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini yang ingin dicapai berdasarkan rumusan masalah yang diajukan adalah untuk menganalisis pengaruh raio keuangan badan usaha milik Negara terhadap harga saham di bursa efek Indonesia. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ratio keuangan badan usaha milik Negara secara simultan maupun parsial berpengaruh signifikan terhadap harga saham di bursa efek Indonesia.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh saham badan usaha milik Negara yang tercatat di bursa efek Indonesia dan sahamnya diperdagangkan di bursa efek Indonesia dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2007 yang berjumlah 30 perusahaan. Analisis data yang digunakan adalah analisis regresi berganda yang diolah dengan SPSS ver 14 dengan persamaan kuadrat terkecil untuk mengetahui ada tidaknya pengruh rasio keuangan terhadap harga saham. Hasil penelitian adalah membuktikan secara simultan variable earning per share (EPS), Price Earning Ratio (PER), Price to Book Value (PBV), dan Debt to Total Asset (DTA) berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham dan secara parsial juga menunjukkan variable Earning Per Share (EPS), Price

Earning Ratio (PER), Price to Book Value (PBV), dan Debt to Total Asset (DTA) berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham.

Kata kunci: Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), Price to Book Value (PBV),


(7)

ABSTRACT

The purpose of this study is to analyze the influence of financial ratio State-owned enterprises to the stock price on the stock exchanges of Indonesia. The hypothesis proposed in this research is the financial ratio of State-owned

enterprises simultaneously and partially significant effect on stock prices at stock exchanges of Indonesian.

The population in this study are all State owned enterprise shares listed on stock exchanges of Indonesia and its shares are traded on stock exchanges Indonesia from 2003 to 2007, amounting to 30 companies. Analysis of the data used is multiple regression analysis processed with SPSS version 14 with the least square equation to determine whether there is the financial ratios influence to the stock price.

The results are shown simultaneously variable of Earnings Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), Price to Book Value (PBV), and Debt to Total Asset (DTA) significantly influence stock prices and partially also showed variable of Earning Per Share (EPS), Price Earnings Ratio (PER), Price to Book Value (PBV), and Debt to Total Asset (DTA) has positive and significant impact on stock prices.

Keywords: Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), Price to Book Value (PBV), and Debt to Total Asset (DTA) Stock Price


(8)

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, selawat serta salam kepada Rasulullah Muhammad SAW yang telah membawa ilmu pengetahuan dan peradaban kepada umat manusia. Atas rahmat dan hidayah Allah SWT penulis telah merampungkan penelitian tesis dengan judul “Pengaruh Ratio Keuangan Badan Usaha Milik Negara terhadap Harga Saham di bursa Efek Indonesia” Tesis ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains (M.Si) pada Program Studi Ilmu Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan tesis ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, karenanya dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Chairudin P. Lubis, DTM&H, SP.A (K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. DR. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. DR. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak selaku pembimbing utama yang telah banyak memberikan masukan serta motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian tesis ini dan juga sebagai ketua Prodi Ilmu Akuntansi SPs-USU sekaligus sebagai dosen penguji tesis ini

4. Drs. M. Lian Dalimunthe M.Ec Ac selaku pembimbing kedua yang selalu memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis sampai penelitian ini dirampungkan.


(9)

5. Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak dan Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak dan Dra. Sri Mulyani. MBA. Ak masing-masing sebagai anggota tim penguji tesis ini.

6. Prof. A. Hadi Arifin, M.Si selaku Rektor Universitas Malikussaleh dan Faisal Matriadi, SE, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan.

7. Para dosen dan staf administrasi pada Program Studi Ilmu Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

8. Istri tercinta dan anakku tersayang yang telah setia mendampingi dan memberi motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan pendidikan.

Terakhir, penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak terdapat kekurangan baik dari ini maupun teknis penulisan, hal ini terjadi karena keterbatasan kemampuan penulis. Karenanya penulis mengarapkan kritik dan saran dari semua pihak yang membacanya, demi kesempurnaan dimasa yang akan datang. Semoga penelitian ini memberi manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan wawasan bagi pembaca.

Medan, Maret 2010 Penulis,

MARZUKI


(10)

RIWAYAT HIDUP

1. Nama : Marzuki

2. Tempat, Tanggal Lahir : Panggoi, 29 Juli 1964

3. Pekerjaan : PNS Universitas Malikussaleh

4. Agama : Islam

5. Orang tua

a. Ayah : H. Abdullah

b. Ibu : Hj. Ansiah

6. Isteri : Sri Mulyani

7. Anak : 1. Henny Putri Wahyuni

2. Reza Aulianda Putra

8. Alamat : Komplek ASRI No. 5 D Panggoi Lhokseumawe

Aceh 9. Pendidikan

a. SD Negeri panggoi Lhokseumawe, 1979 b. SMP Negeri 2 Lhokseumawe, 1982 c. SMEA Negeri I Lhokseumawe, 1985 d. STIEI Banda Aceh , 1990


(11)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Rumusan Penelitian ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

1.5 Originalitas Penelitian ... 8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Landasan Teori ... 9

2.1.1 Pengertian Pasar Modal... 9

2.1.2 Peranan, Fungsi dan Manfaat pasar Modal ... 11

2.1.3 Prinsip Dasar investasi ... 12

2.1.4 Keputusan Investasi ... 13

2.1.5 Laporan Keuangan ... 14

2.1.6 Analisis Kinerja Keuangan ... 16

2.1.6.1 Pendekatan Laba Bersih terhadap Jumlah Saham (Earning Per Share) ... 16

2.1.6.2 Pendekatan Harga Per Lembar Saham Terhadap Laba Per Lembar Saham (Price Earning Ratio) ... 17

2.1.6.3 Pendekatan Harga Saham Terhadap Nilai Buku Saham (Price to Book Value)... 19

2.1.6.4 Pendekatan Kewajiban Terhadap Total Aktiva ( Debt to Total Assets) ... 21

2.2 Review Penelitian Terdahulu ... 23

BAB III. KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ... 26

3.1 Kerangka Konseptual ... 26

3.2 Hipotesis ... 29

BAB IV. METODE PENELITIAN ... 30


(12)

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 30

4.4 Metode Pengumpulan Data dan Sumber Data ... 31

4.5 Definisi Operasional Variable ... 32

4.6 Model Analisis Data ... 33

4.7 Teknik Pengujian Data ... 34

4.7. 1 Pengujian Asumsi Klasik ... 35

4.7.1.1 Uji Normalitas ... 35

4.7.1.2 Uji Multikolinearitas ... 36

4.7.1.3 Uji. Autokorelasi... 36

4.7.1.4 Uji Heteroskedastitas... 37

4.7.2 Uji Hipotesis ... 37

4.7.2.1 Uji Simultan ( Uji F statistik ) ... 38

4.7.2.2 Uji Parsial ( Uji t Statistik) ... 39

BAB V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 40

5.1 Hasil Penelitian ... 40

5.1.1 Data Deskreptif Variable Penelitian ... 40

5.1.2 Analisis Pengujian data ... 50

5.1.2.1 Analisis Regresi ... 50

5.1.2.2 Koefisien Determinasi ... 53

5.1.3 Uji Asumsi Klasik ... 53

5.1 3.1 Uji Normalitas ... 53

5.1.3.2 Uji Multikolineritas ... 57

5.1.3.3 Uji Heteroskedastisitas ... 57

5.1.3.4. Uji Autokorelasi ... 58

5.1.4 . Uji Hipotesis ... 59

5.1.4.1 Uji Simultan ( Uji F ) ... 59

5.1.4.2 Uji Parsial (Uji t ) ... 60

5.2 Pembahasan ... 61

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 64

6.1 Kesimpulan ... 64

6.2 Keterbatasan ... 65

6.2 Saran ... 65 DAFTAR PUSTAKA


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 24

Tabel 4.1 Definisi Operasioanal Variable ... 33

Tabel 5.1 Earning Per share ... 41

Tabel 5.2 Price Earning Ratio ... 43

Tabel 5.3 Price to Book Value ... 45

Tabel 5.4 Debt to Total Asset ... 47

Tabel 5.5 Harga Saham BUMN ... 49

Tabel 5.6 Hasil Perhitungan Regresi... 51

Tabel 5.7 Hasil Perhitungan ANOVA ... 51

Tabel 5.8 Kolmogrov-Smirnov ... 56

Table 5.9 Hasil perhitungan VIF ... 57


(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Kerangka Konseptual Penelitian ... 28

Gambar 5.1 Histogram ... 54

Gambar 5.2. Grafik normal P-P plot ... 55


(15)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini yang ingin dicapai berdasarkan rumusan masalah yang diajukan adalah untuk menganalisis pengaruh raio keuangan badan usaha milik Negara terhadap harga saham di bursa efek Indonesia. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ratio keuangan badan usaha milik Negara secara simultan maupun parsial berpengaruh signifikan terhadap harga saham di bursa efek Indonesia.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh saham badan usaha milik Negara yang tercatat di bursa efek Indonesia dan sahamnya diperdagangkan di bursa efek Indonesia dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2007 yang berjumlah 30 perusahaan. Analisis data yang digunakan adalah analisis regresi berganda yang diolah dengan SPSS ver 14 dengan persamaan kuadrat terkecil untuk mengetahui ada tidaknya pengruh rasio keuangan terhadap harga saham. Hasil penelitian adalah membuktikan secara simultan variable earning per share (EPS), Price Earning Ratio (PER), Price to Book Value (PBV), dan Debt to Total Asset (DTA) berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham dan secara parsial juga menunjukkan variable Earning Per Share (EPS), Price

Earning Ratio (PER), Price to Book Value (PBV), dan Debt to Total Asset (DTA) berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham.

Kata kunci: Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), Price to Book Value (PBV),


(16)

ABSTRACT

The purpose of this study is to analyze the influence of financial ratio State-owned enterprises to the stock price on the stock exchanges of Indonesia. The hypothesis proposed in this research is the financial ratio of State-owned

enterprises simultaneously and partially significant effect on stock prices at stock exchanges of Indonesian.

The population in this study are all State owned enterprise shares listed on stock exchanges of Indonesia and its shares are traded on stock exchanges Indonesia from 2003 to 2007, amounting to 30 companies. Analysis of the data used is multiple regression analysis processed with SPSS version 14 with the least square equation to determine whether there is the financial ratios influence to the stock price.

The results are shown simultaneously variable of Earnings Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), Price to Book Value (PBV), and Debt to Total Asset (DTA) significantly influence stock prices and partially also showed variable of Earning Per Share (EPS), Price Earnings Ratio (PER), Price to Book Value (PBV), and Debt to Total Asset (DTA) has positive and significant impact on stock prices.

Keywords: Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), Price to Book Value (PBV), and Debt to Total Asset (DTA) Stock Price


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pemerintah dalam membangkitkan ekonomi suatu negara menempuh berbagai macam cara salah satunya adalah dengan melakukan investasi melalui Badan Usaha Milik Negara yang disebut sebagai investor. Investor sebagai pihak yang kelebihan dana mempunyai banyak pilihan investasi, diantaranya investasi di pasar uang, pasar modal dan pasar komoditi. Investor dalam menginvestasikan dananya tentu mengharapkan keuntungan (return) dari investasinya tersebut dengan resiko yang relatif rendah. Salah satu alternatif pilihan investasi yang dapat memberikan hal tersebut di atas adalah investasi di pasar modal.

Investor sebagai pihak yang menanamkan dana pada suatu perusahaan tentunya menginginkan agar nilai saham yang tercermin dalam harga saham yang dimilikinya tersebut semakin meningkat, yang secara otomatis akan meningkatkan nilai kekayaan para investor. Oleh karena itu investor akan lebih memilih emiten dengan kinerja yang baik. Semakin baik tingkat kinerja keuangan suatu perusahaan maka diharapkan harga saham meningkat dan akan memberikan keuntungan (return) saham bagi investor. Return saham yang tinggi merupakan salah satu daya tarik bagi investor untuk menanamkan dananya di pasar modal.

Tujuan seorang investor menginvestasikan dananya dalam bentuk saham di pasar modal adalah untuk memperoleh hasil yang besar, namun tidak tertutup


(18)

kemungkinan risiko akan gagal selalu ada dalam investasi tersebut atau dengan kata lain investor menderita kerugian. Oleh karena itu keberhasilan suatu investasi dalam saham tidak terlepas dari pengetahuan dan kemampuan investor dalam mengolah informasi yang tersedia di pasar modal. Investor pada umumnya membeli saham dengan harapan akan menerima keuntungan (return) dalam bentuk dividen dan capital gain. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi harga saham dan return saham di lantai bursa. Faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut tidak hanya berasal dari faktor internal perusahaan tetapi juga faktor eksternal perusahaan. Berbagai informasi di luar perusahaan seperti informasi ekonomi makro, gejolak politik dalam negeri, keamanan, nilai tukar rupiah terhadap dollar, sektor industri dan kondisi pasar seringkali mempengaruhi harga saham dan return saham, namun demikian seringkali pula faktor internal masih berpengaruh dominan terhadap harga saham dan return saham. Faktor internal yang dimaksud adalah faktor yang berasal dari dalam perusahaan, misalnya Ratio keuangan perusahaan yang terangkum dalam laporan keuangan perusahaan.

Tugas dan fungsi penatausahaan Penyertaan Modal Negara (PMN) merupakan konsekuensi kepemilikan modal pemerintah pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Dalam perkembangan pelaksanaannya mengalami beberapa perubahan atau pergantian instansi/unit yang menanganinya. Hal ini akibat adanya perubahan/pergantian instansi/unit yang melakukan pembinaan BUMN. Namun, sejak tahun 2001 yaitu dengan terbentuknya Kabinet Gotong Royong, tugas dan fungsi penatausahaan Penyertaan Modal Negara terpisah dengan tugas dan fungsi


(19)

pembinaan Badan Usaha Milik Negara. Tugas dan fungsi Pembinaan Badan Usaha Milik Negara ada pada Kementerian Badan Usaha Milik Negara, sedangkan tugas dan fungsi penatausahaan Penyertaan Modal Negara ada pada Departemen Keuangan (Direktorat Jenderal Anggaran c.q. Direktorat PKN)

Dalam perkembangan ekonomi sekarang ini banyak perusahan milik pemerintah yang mengalami gangguan dalam pembiayaannya, mungkin hal tersebut terjadi dikarenakan manajemen dalam pengelolaan yang tidak sesuai khususnya dibidang keuangan sebagai tolak ukur kinerja atas keberhasilan memperoleh keuntungan, untuk mengetahui atas kinerja keuangan tersebut dapat

. Hal ini ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 64 tahun 2001 tentang Pengalihan Kedudukan, Tugas, dan Kewenangan Menteri Keuangan pada Perusahaan Perseroan (PERSERO), Perusahaan Umum (PERUM), dan Perusahaan Jawatan (PERJAN) kepada Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara. Dalam tahun 2003 dengan diundangkannya Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2003 tentang BUMN, maka Peraturan Pemerintah Nomor 64 tahun 2001 tersebut dengan materi sama diganti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 2003 tentang Pelimpahan Kedudukan, Tugas, dan Kewenangan Menteri Keuangan pada Perusahaan Perseroan (PERSERO), Perusahaan Umum (PERUM), dan Perusahaan Jawatan (PERJAN) kepada Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara.


(20)

diukur melalui Earning Per Share , Price Earning Ratio, Price to book value, debt to total asset.

Setiap investor yang memiliki pengetahuan tentang analisis rasio bersedia membeli atau menjual sejumlah sekuritas pada harga tertentu membutuhkan pentingnya informasi, Perubahan kinerja keuangan dengan adanya investasi pemerintah dalam Badan Usaha Milik Negara tersebut, akan mempengaruhi perilaku investor dalam hal membeli, menjual atau menahan saham. Apabila rasio keuangan perusahaan baik, berarti investor cenderung membeli saham, dan sebaliknya apabila rasio kinerja keuangan perusahaan tidak baik berarti investor cenderung menjual saham yang dimilikinya. Menurut Sharpe (1997:420) “Jika analis memutuskan bahwa saham under price dan klien kemudian membelinya, harga saham akan naik. Sebaliknya jika analis memutuskan bahwa saham over priced dan klien kemudian menjualnya maka harga saham akan turun. Faridharianto, Sudomo (1998:451) menyatakan bahwa: “Analisis saham bertujuan untuk menaksirkan nilai intrinsit (intrinsit value) saham dan kemudian membandingkannya dengan harga pasar saham tersebut (current market price)”. Apabila nilai intrinsit lebih besar dari harga pasar saat ini maka saham tersebut dinilai Undervalued dan karenanya layak dibeli atau ditahan dan apabila nilai intrinsit lebih kecil dari pada harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai over valued dan karenanya layak dijual dan apabila nilai intrinsit sama dengan harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai wajar harganya dan berada dalam kondisi keseimbangan”.


(21)

Kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pemerintah dalam rangka mencapai tujuan penyelenggaraan pemerintahan didasarkan pada informasi dan data yang tersedia. Informasi dan data tersebut harus benar-benar dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini dimaksudkan dalam rangka menjamin agar kebijakan yang diambil benar-benar dapat menjadi alternatif pemecahan masalah yang dihadapi. Dalam rangka menjamin ketersediaan informasi dan data yang diperlukan tersebut, maka perlu dirumuskan suatu sistem penatausahaan dan dokumen data yang baik.

Kondisi pelaksanaan tugas dan fungsi penatausahaan penyertaan modal negara (PMN) pada Direktorat Pembinaan Kekayaan Negara (PKN) hingga saat ini belum seperti yang diharapkan. Hal ini tampak dari aktivitas pemerintah dalam rangka pembinaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) masih belum optimal.

Laba merupakan variabel yang menentukan return saham sebuah perusahaan. Pengujian hubungan laba dengan return saham yang dilakukan oleh Ball dan Brown (1968), Beaver (1968), dan Beaver et. al. (1979) menunjukkan adanya hubungan antara laba dengan return saham. Dilanjutkan dengan temuan dalam penelitian Lev (1989) menemukan adanya hubungan yang lemah antara laba dengan return saham. Hubungan yang lemah ini diduga disebabkan oleh kelemahan metodologi dalam spesifikasi dan estimasi hubungan antara laba dengan return saham.

Dalam perkembangan perekonomian di Indonesia pemerintah sudah saatnya berperan penuh untuk membantu dunia usaha khususnya dalam


(22)

memberdayakan mengembangkan kesejahteraan masyarakat melalui perusahaan yang ikut serta pemerintah didalamnya yaitu melalui perusahaan Badan Usaha Milik Negara dengan tujuan pemerintah dapat mengendalikan perekonomian melalui BUMN dan untuk mengukur apakah dana yang diinvestasikan dalam perusahaan badan usaha tersebut maka pemerintah melakukan pembelian saham di bursa Efek indonesia sebagai keikut sertaannya dalam badan usaha tersebut. Sebelum pemerintah menginvestasikan dana akan terlebih dahulu mempelajari apakah perusahaan-perusahaan yang bersifat BUMN mempunyai rasio keuangan yang baik terhadap harga saham yang akan diperjual belikan.

Dalam penelitian ini untuk mengukur rasio keuangan perusahaan Badan Usaha Milik Negara terhadap harga saham membatasi penelitiannya kepada 4 variable atau rasio saja yaitu Earning Per Share, Price Earning Ratio, Price to Book Value, dan Debt to total Asset dengan variabel terikat adalah harga saham data yang akan digunakan mulai tahun 2003 sampai dengan 2007 mengingat pada saat tersebut Indonesia baru beranjak dari krisis moneter setelah reformasi.

Penelitian empiris yang telah menemukan bahwa laba memiliki kandungan informasi yang sangat penting bagi pihak intern maupun ekstern telah lakukan oleh Lipe (1986) dan Wardiningsih (2001) yang menguji hubungan antara komponen–komponen laba akuntansi dengan return saham. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah adanya hubungan positif antara return pasar dengan komponen laba.

Dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) bahwa investor lebih sering menggunakan analisis laporan keuangan yang terdiri dari : Neraca dan laporan


(23)

rugi laba dibandingkan analisis terhadap laporan arus kas, Manurung (1998:17-18). Khotari dan Zimmerman (1995) mengemukakan bahwa informasi yang relatif sangat baru dan yang telah usang kurang relevan dalam menjelaskan variabel dependen. Alasan-alasan di atas memberi inspirasi untuk melakukan penelitian tentang “ Pengaruh Ratio Keuangan Badan Usaha Milik Negara terhadap Harga Saham di Bursa Efek Indonesia”.

1.2. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah : “Apakah Ratio Keuangan Badan Usaha Milik Negara secara simultan dan parsial dapat mempengaruhi terhadap harga saham di Bursa Efek Indonesia.”

1.3. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya , maka penelitian ini bertujuan Untuk menganalisis Pengaruh Ratio Keuangan Badan Usaha Milik Negara terhadap Harga Saham di Bursa Efek Indonesia”.

1.4. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu :

1. Bagi peneliti, dapat mengembangkan dan memperluas ilmu pengetahuan mengenai Ratio keuangan pada Badan Usaha Milik Negara khususnya yang berkaitan dengan pengaruh ratio keuangan terhadap harga saham.


(24)

2. Bagi para peneliti Akademisi, Pemerintah, Lembaga Sosial Masyarakat, Investor dan pihak lain agar dapat dijadikan sebagai bahan referensi atau masukan untuk bagi investor menyempurnakan pengembangan ilmu pengetahuan dibidang ratio keuangan pada Badan Usaha Milik Negara

3. Bagi Direktur Badan Usaha Milik Negara dan Pemerintah dalam hal ini Menteri Badan Usaha Milik Negara untuk dapat menjadikan sebagai informasi atau masukan dalam usaha memperbaiki kinerja Badan Usaha Milik Negara dimasa yang akan datang.

.

1.5 ORIGINALITAS

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Sannang (2003). Variabel yang digunakan meliputi. Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), Price to Book Value ( PBV), Cleasing Factor dan Debt to Total Asset (DTA) pada Jakarta Islamic Index,

Sedangkan penelitian yang peneliti lakukan berjudul Pengaruh Ratio Keuangan Badan Usaha Milik Negara terhadap Harga saham di Bursa Efek Indonesia dengan variable independen meliputi Earning Per Share, Price Earning Ratio, Price to Book Value dan Debt to Total Asset. Sedangkan variable Cleasing Faktor tidak peneliti melakukan pengujian, sedangkan variable dependen adalah sama yaitu Harga saham, hanya yang membedakan tempatnya saja, maka jelaslah perbedaan antara penelitian Sannang dengan penelitian yang peneliti lakukan dan penelitian Sannang objek penelitian adalah perusahaan Manufaktur yang telah Go Publik dan tercatat di Jakarta Islamic Index, sedangkan penelitian yang peneliti lakukan pada perusahaan Badan Usaha Milik Negara yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 LANDASAN TEORI

2.1.1 Pengertian Pasar Modal.

Undang-undang No. 8 tahun 1995 memberikan pengertian pasar modal yang lebih spesifik yaitu: “Kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.”

Secara formal Pasar Modal dapat didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrument keuangan (sekuritas) jangka panjang yang dapat diperjual belikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang di terbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta. Dengan demikian pasar modal merupakan konsep yang lebih sempit dari pasar keuangan (financial market). Dalam financial market, diperdagangkan semua bentuk hutang dan modal sendiri, baik dana jangka pendek maupun jangka panjang, baik negotiable ataupun tidak.

Selanjutnya pasar modal (capital market) menurut Darmadji,dan Fakhruddin (2001:1) adalah “Merupakan pasar untuk berbagai instrument keuangan jangka panjang yang bias diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang ataupun modal sendiri”.

Pada prinsipnya dari beberapa pengertian yang dikemukakan di atas, mempunyai pandangan yang sama bahwa pasar modal merupakan pasar untuk


(26)

berbagai instrument keuangan (sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjual belikan, baik dalam bentuk surat utang ( obligasi), ekuiti (saham), reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. baik yang diterbitkan oleh pemerintah (public authorities) maupun perusahaan swasta (private sektor).

Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun

institusi lain (misalnya pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi.

Dengan demikian, pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana

kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya. Instrumen keuangan yang

diperdagangkan di pasar modal merupakan instrumen jangka panjang (jangka

waktu lebih dari 1 tahun) seperti saham, obligasi, waran, right, reksa dana, dan

berbagai instrumen derivatif seperti option, futures, dan lain-lain.

Pasar Modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara

karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu: Pertama sebagai sarana bagi

pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana

dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang diperoleh dari pasar modal dapat

digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja dan

lain-lain, Kedua pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi

pada instrument keuangan seperti saham, obligasi, reksa dana, dan lain-lain.

Dengan demikian, masyarakat dapat menempatkan dana yang dimilikinya sesuai


(27)

2.1.2 Peranan, Fungsi, dan Manfaat Pasar Modal.

Pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu negara, karena pasar modal memiliki dua fungsi sekaligus yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Menurut Darmadji, dan Fakhruddin (2001:2)

“Pasar modal dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena pasar menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana (issuer). Sedangkan pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan, karena pasar modal memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbalan (return) bagi pemilik dana sesuai karakteristik investasi yang dipilih”.

Dengan adanya pasar modal diharapakan aktifitas perekonomian menjadi meningkat karena pasar modal merupakan alternative pendanaan bagi perusahaan, sehingga perusahaan bisa beroperasi dengan skala lebih besar dan pada gilirannya meningkatkan pendapatan perusahaan dan kemakmuran masyarakat luas.

Dari sisi perusahaan yang memerlukan dana, sering pasar modal merupakan alternative pendanaan ekstrim dengan biaya yang lebih rendah dengan system perbankan. Marilah kita bandingkan dengan penghimpunan dana di pasar modal dengan di perbankan. Bank-bank umum di Indonesia pada pertengahan tahun 1994 menawarkan deposito dengan bunga berkisar 11-13% per tahun. Dengan kata lain biaya penghimpunan bagi bank-bank adalah sekitar 11-13%. Sewaktu bank–bank tersebut menjual dana dalam bentuk kredit, tingkat bunga yang diminta masih berkisar 18-19% per tahun. Dipandang dari kepemilikannya, maka kredit yang diperoleh dari bank ataupun obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan keduanya merupakan utang. Kalau perusahaan menerbitkan obligasi, tergantung dari resiko perusahaan di mata para pemodal, maka perusahaan dapat menawarkan


(28)

obligasi dengan tingkat bunga hanya 15% per tahun. Para pemodal yang membeli obligasi tersebut menerima tingkat keuntungan 15% (lebih besar deposito yang hanya berkisar 11-13%), dan perusahaan hanya menanggung biaya hutang (cost of debt) sebesar 15% (dan bukan 18-19% , Yaitu kalau memperoleh kredit dari bank). Dengan demikian maka kedua belah pihak (yaitu pemodal dan perusahaan penerbit obligasi) akan diuntungkan.

Meskipun perusahaan menerbitkan obligasi berbagai biaya (disebut sebagai biaya emisi yang harus ditanggung, sebagian besar biaya emisi yang ditanggung (biaya konsultan keuangan ,under writer, wali amanat kalau sekuritas diterbitkan adalah obligasi, BAPEPAM, notaries, konsultan hukum dan penilai) berkisar 4-5%. Biaya ini di tanggung untuk waktu selama sekuritas, bukan per tahun.

2.1.3 Prinsip Dasar Investasi

Prinsip dasar transaksi dalam investasi oleh Iwan P Pontjowinoto : (2001) dijelaskan berikut :

1. Transaksi dilakukan atas harta yang memberikan nilai manfaat.

2. Uang sebagai alat pertukaran bukan komoditas perdagangan dimana fungsinya sebagai alat pertukaran nilai yang mengambarkan daya beli suatu barang atau harta.

3. Setiap transaksi harus transparan, tidak menimbulkan kerugian atau unsur penipuan di salah satu pihak baik di sengaja maupun tidak di sengaja. 4. Resiko yang mungkin timbul harus dikelola sehingga tidak menimbulkan

resiko yang besar.

5. Manajemen yang diterapkan adalah manajemen yang tidak mengandung unsur spekulatif.


(29)

2.1.4 Keputusan Investasi

Saham merupakan salah satu alternative pilihan investasi yang cukup likuid, karena sudah diperjualbelikan serta relative aman. Disamping itu saham dapat menghasilkan keuntungan ganda yaitu dividend dan capital gain. Sebelum membahas lebih lanjut mengenai keputusan investasi haruslah memahami pengertian investasi, Adapun Tandelilin (2001:1) mendifinisikan berikut ini : “Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainya yang dilakukan pada saat ini dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa yang akan datang, Seorang investor pembeli sejumlah saham saat ini dengan harap memperoleh keuntungan dari kenaikan harga saham atau pun sejumlah dividen di masa yang akan datang sebagai imbalan atas waktu dan resiko yang terkait dengan investasi tersebut.”

Sejalan dengan Sofyan S. Harahap (2001:284) mengatakan bahwa: “Dalam prinsip investasi, motivasi masyarakat berinvestasi adalah mengharapkan tingkat keuntungan (expected return) yang tinggi, investasi dengan return yang tinggi biasanya memiliki tingkat resiko yang tinggi pula. Berkaitan dengan hal tersebut investasi syariah yang lebih banyak dikembangkan adalah investasi dengan kosep mudharbah dimana memiliki ketidakpastian return (bagi hasil) yang tinggi, artinya investasi ini memungkinkan besar berisiko tinggi. Expected return dari investasi syariah ini tentunya harus bebas dari unsur riba, gharar (penipuan) dan maysir (spekulasi).”

Dasar keputusan investasi terdiri dari tingkat return yang diharapakan tingkat resiko serta hubungan antara return dan resiko, sebagaimana diungkapkan Tandelilin (2001:7) bahwa: “Hubungan antara resiko dan return yang diharapkn merupakan hubungan yang bersifat searah dan linier. Artinya semakin besar suatu asset, semakin besar pula return yang diharapkan atas asset tersebut.”

Keputusan investasi yang dikemukan di atas pada prinsipnya mengandung makna yang sama, yaitu dalam berinvestasi investor harus mempertimbangkan


(30)

return yang diharapkan dan tingkat risiko yang akan timbul, dan paling utama adalah pertimbangan untuk tujuan investasi.

2.1.5 Laporan Keuangan

Pada bagian ini akan dibahas mengenai tujuan laporan keuangan dan manfaat bagi pihak yang berkepentingan khususnya pihak investor. Tujuan laporan keuangan menurut statement of Financial Accounting Concept (SFAC) nomor 1 (FASB,1983) dinyatakan bahwa laporan keuangan harus menyajikan; a) Informasi yang memadai, b) Informasi yang dapat digunakan untuk menaksir (prediksi) kegiatan perusahan di masa datang, c) Menunjukan sumber-sumber ekonomi dari suatu perusahaan. Adapun IAI,SAK (1999) mengungkapkan tujuan laporan keuangan sebagai berikut :

“Tujuan umum laporan keuangan adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka dalam rangka mencapai tujuan tersebut”

Investor merupakan pemilik perusahaan, sehingga sangat berkepentingan terhadap jalannya perusahaan, kinerja perusahaan dan pengembangan usaha perusahaan. Oleh karena investor tidak dapat secara langsung terlibat dalam pengelolaan perusahaan, maka memonitor jalanya perusahaan investor membutuhkan informamsi melalui laporan keuangan, Munawir (1994:4) mengemukakan bahwa: “Para investor berkepentingan pada laporan keuangan suatu perusahaan dalam rangka penentuan kebijakan penanaman modalnya apakah perusahaan mempunyai prospek yang cukup baik dan akan diperoleh keuntungan atau rate return yang cukup baik.”


(31)

Laporan keuangan juga melaporkan prestasi dari historis suatu perusahaan dan memberi dasar bersama dengan analisis bisnis dan ekonomi untuk membuat proyeksi dan pengamatan dimasa yang akan datang. Menurut Weston et.all (1994 : 4) mengatakan bahwa Laporan keuangan merupakan laporan yang memuat hasil-hasil perhitungan dari proses akuntansi yang menunjukkan kinerja keuangan suatu perusahaan pada masa tertentu.

Informasi tentang laporan keuangan sangat berguna bagi investor dan pemakai lainnya sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan untuk menghasilkan arus kas tersebut. Berdasarkan Financial Accounting Standard Board (FASB, 1978) dalam Statement of Financial Accounting Consepts (SFAC) No.1 mengidentifikasi beberapa tujuan laporan keuangan. Tujuan yang paling utama adalah untuk menyediakan informasi yang berguna bagi investor, kreditor dan pemakai eksternal lainnya, untuk pengambilan keputusan investasi, kredit dan lainnya. Tujuan kedua berkenaan dengan keharusan pelaporan keuangan, yaitu menyediakan informasi mengenai prospek arus kas untuk membantu investor dan kreditur dalam mengukur prospek arus kas perusahaan yang bersangkutan. Selanjutnya tujuan ketiga dari Objective of Financial Reporting mengharuskan pelaporan keuangan menyediakan informasi spesifik dari suatu perusahaan, seperti: informasi mengenai aktiva, utang, ekuitas pemilik, earning dan arus kas. Berdasarkan pernyataan SFAC No.1 mengenai tujuan pelaporan keuangan, pada tujuan keduanya terlihat betapa pentingnya laporan arus kas suatu perusahaan. Laporan arus kas merupakan bagian dari pelaporan keuangan yang ditujukan


(32)

untuk melaporkan penerimaan dan pengeluaran kas selama satu periode yang berasal dari aktivitas operasi, aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan.

2.1,6 Analisis Kinerja Keuangan.

Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan yang telah dipublikasikan untuk umum merupakan sumber yang fundamental untuk melakukan analisis kinerja keuangan. Rasio keuangan sangat penting untuk dianalisis karena mempunyai berbagai macam kegunaan dalam rangka pengambilan keputusan untuk tujuan investasi

Untuk menganalisis rasio keuangan perusahaan ada beberapa pendekatan yang sering digunakan yaitu :

2.1.6.1 Pendekatan Laba Bersih terhadapJumlah Saham (Earning Per share) Earning Per Share (EPS) merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih untuk setiap lembar sahamnya. Rasio ini menunjukan laba bersih terhadap jumlah saham dapat ditunjukan dengan rumus Darmadji dan Fachruddin (2001:139) sebagai Berikut :

EPS =

saham jumlah

bersih laba

Untuk lebih memahami variable ini ada beberapa teori yang menjelaskan tentang rasio earning per share antara lain; Fraser (1995:63) mendifinisikan bahwa: “laba per saham adalah laba bersih untuk suatu priode dari jumlah saham


(33)

saham jumlah

saham perlembar

a h arg

yang beredar “ Adapun Gibson(1998:155) bahwa: “Earning per share adalah jumlah laba dari masing-masing saham selama priode akuntansi tersebut”

Lebih lanjut beberapa pandangan tentang rasio earning per share antara lain; Darmadji, dan Fakhudddin, (2001:139) mengatakan bahwa: “ Semakin tinggi nilai Earning Price Share tentu saja menggembirakan pemegang saham karena semakin besar laba yang disediakan untuk pemegang saham,” Adapun Watts dan Zimmerman (1986) menyatakan bahwa: “Accounting earnings memperlihatkan sebagai faktor yang dapat mempengaruhi harga saham. Harga saham berubah pada saat pengumuman earning oleh perusahaan.”

2.1.6.2 Pendekatan Harga Per Lembar Saham Terhadap Laba Per Lembar Saham (Price Earning Ratio)

Price Earning ratio (PER), menggambarkan apresiasi pasar terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Price Earning Ratio dihitung dalam suatu kali, PER merupakan perbandingan antara harga per lembar saham dengan laba per lembar saham. Price Earning Ratio dapat digunakan untuk memprediksi dan menilai apakah harga suatu saham Overvalued atau undervalued. Untuk mengetahui besarnya price earning ratio dengan rumus (Dalam Darmadji dan. Fachruddin) (2001:139) sebagai berikut ;

PER =

PER menunjukan hubungan antara harga pasar saham dan Earning Per Share. Rasio ini digunakan untuk memprediksi kemampuan perusahaan dalam


(34)

menghasilkan laba di masa mendatang. Pendekatan PER dalam penentuan suatu saham dilakukan dengan menghitung berapa rupiah uang yang diinvestasi ke dalam suatu saham untuk memperoleh satu rupiah pendapatan (earning) dari saham tersebut. Adapun Gibson (1998) menyatakan bahwa : “Perusahaan dengan peluang pertumbuhan yang tinggi biasanya mempunyai PER yang tinggi”.

Menurut Sri Handaru dkk (1996:136) bahwa: “saham dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi umumnya memiliki Price Earning Ratio yang tinggi. Hal ini dikarenakan dividen payout ratio dari saham emiten cenderung lebih kecil, yang mendorong perusahaan lebih banyak menahan laba setelah pajak untuk diinvestasi kembali.” Fabozzi (1999:863) “menjelaskan bahwa semakin tinggi tingkat pertumbuhan yang diharapkan semakin rendah tingkat perubahan laba, maka akan semakin tinggi rasio harga yang dimiliki perusahaan.”

Hal ini akan mempengaruhi performance perusahaan tersebut di masyarakat sehingga akan mempengaruhi harga sahamnya di bursa.” Sementara Tandelilin (2000:10) menyatakan bahwa Price Earning Ratio mengidikasikan besarnya rupiah yang harus dibayarkan investor untuk memperoleh satu rupiah earning perusahaan, dengan kata lain Price Earning Ratio menunjukan besarnya harga setiap satu rupiah earning perusahaan. Lebih lanjut Bowlin (1990) mengemukakan bahwa:

“PER merupakan suatu alternatif dalam menganalisis pasar modal. Dalam analisis, pasar modal menganggap bahwa rata-rata PER untuk semua saham di pasar modal pada suatu waktu tertentu dapat menunjukan tingkat harga semua saham, jika pasar dalam keadaan bullish maka seluruh saham mempunyai Price Earning Rati yang relative tinggi dan jika pasar dalam kondisi bearish secara umum tingkat harga pasar saham rendah.”


(35)

2.1.6.3 Pendekatan Harga Saham Terhadap Nilai Buku Saham (Price to Book Value).

Price to Book Value (PBV) menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan. Dapat ditunjukan dalam Rumus Darmadji dan Fachruddin (2001:193) ;

PBV=

Saham Buku

Nilai

Saham a

h arg

Sementara Brigham, et.all (1999:84) mengemukakan bahwa: “Ratio pasar adalah ratio dari harga pasar saham terhadap harga buku yang memberikan indikasi lain dan bagaimana investor dalam memandang sebuah perusahaan. ” Adapun rumus adalah sebagai berikut :

Market/Book Ratio = M/B =

Share Per Value Book

Share Per ice Market Pr

Hasil penelitian Rusdianto (Prasetya : 2000) menyebutkan dalam penelitian bahwa Price to Book Value berpengaruh secara signifikan dari tahun ke tahun terhadap harga saham untuk periode penelitian dari tahun 1994 sampai dengan 1997. Berbeda dengan penelitian Prasetya (2000) yang meneliti kaitan antara rasio keuangan dan nilai keuangan dan nilai kapitalisasi pasar terhadap return saham pada periode bullish dan bearish hasil penelitiannya menemukan bahwa variable book value per price berpengaruh positif secara signifikan terhadp return saham.


(36)

Adapun penelitian yang dilakukan oleh Siddharta, Santoso B, (1998) menemukan terdapatnya hubungan yang negatif antara rasio Price BookValue dengan hasil saham dan hasil penelitiannya menunjukkan bahwa rasio Price Book Value dapat digunakan untuk menentukan strategi investasi, karena dengan menggunakan rasio ini investor dapat memperkirakan saham-saham yang mengalami Undervalued dan overvalued serta memperoleh pendapatan hasil saham yang signifikan. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Utama dan Fitriani (1999) yang dikutif Prasetya (2000) menyebutkan bahwa portofolio yang dibentuk oleh saham-saham yang memiliki price to book value yang rendah mempunyai performance yang lebih baik dibandingkan dengan saham yang dimiliki Price Book Value yang tinggi. Ada berbagai strategi yang digunakan rasio harga saham terhadap nilai buku saham (rasio Price Book Value) untuk mengidentifikasi saham mana yang berharga rendah (undervalued), dan terlalu tinggi (overvalued). Strategi ini pada umumnya mengaitkan rasio PBV dengan nilai intrinsit saham yang diperkirakan berdasarkan model konsisten dengan model penilaian saham, maka hal tersebut menunjukan kemungkinan terdapatnya ketidakwajaran harga saham dan membuka peluang bagi investor untuk menentukan strategi investasinya sehingga menghasilkan capital gain dan atau dividen yang relative tinggi.


(37)

2.1.6.4 Pendekatan Kewajiban Terhadap Total Aktiva ( Debt to Total Assets) Debt to Total Asset (DTA). Rasio ini merupakan rasio yang menunjukan besarnya kewajiban terhadap aktiva perusahaan. Untuk mengetahui berapa besarnya peranan kewajiban dalam membiayai aktiva.

DTA =

Aktiva Total

Kewajiban

Sebagaimana yang digambarkan oleh Brigham, et.all (1999:79) bahwa : Ratio dari total hutang terhadap total asset secara umum disebut hutang yang memastikan persentase dari dana yang disediakan kreditor”.

Debt to total asset yaitu ratio yang menghitung seberapa besar keuntungan dapat berkurang (turun) tanpa mengakibatkan adanya kesulitan keuangan karena perusahaan tidak mampu membayar bunga.

Adapun Rumus sebagai berikut :

Debt Ratio =

Asset Total

Debt Total

Debt to total asset rasio ini mengukur jumlah aktiva perusahaan yang dibiayai dari utang atau modal yang berasal dari kreditur. Rasio ini adalah bagian dari rasio financial leverage yang menunjukan bahwa leverage keuangan adalah penggunaan dana pinjaman yang bertujuan untuk meningkatkan keuntungan perusahaan. Menurut Van Horne (1997:24) menjelaskan bahwa harga saham mengalami peningkatan akibat meningkatkan leverage.

Berbagai penelitian yang berkaitan dengan variable ini antara lain Prasetya (2000) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa variable DTA yang secara


(38)

konsisten signifikan terhadap return saham dari tahun ke tahun selam periode pengamatan dari tahun 1995 – 1998. Dengan demikian return yang tinggi kemungkinannya disebabkan oleh harga saham yang tinggi. Untuk menguji apakah pasar efisien dimana harga-harga saham mencerminkan semua informasi yang tersedia, salah satu sumber fundamental penting yang perlu diamati adalah laporan keuangan yang disajikan tepat waktu. Ketetapan waktu pelaporan, biasanya suatu penelitian melihat keterlambatan waktu pelaporan (lag) Menurut Dyer McHugh (1997) dalam Bandi (2000) membagi tiga kriteria keterlambatan pelaporan yaitu;

1. Preliminary lag, interval jangka waktu antara tanggal laporan keuangan sampai penerimaan internal jangka waktu antara tanggal laporan keuangan oleh bursa,

2. Auditor report lag, interval waktu antara tanggal laporan keuangan sampai tanggal laporan audit ditanda tangani,

3. Total lag, interval waktu antara tanggal laporan keuangan sampai tanggal laporan keuangan dipublikasikan oleh bursa.

Menurut Jigiyanto (2000 : 285) menyatakan: “Informasi yang dipublikasi kan dapat mempengaruhi harga saham dan volume perdagangan saham semua emiten, dan semua emiten diwajibkan menyertakan laporan keuangan.” Dalam penelitiaan ini harga saham yang digunakan adalah harga yang benar-benar terjadi dipasar sekunder yang disepakati dan merupakan harga saham yang ditentukan oleh kekuatan pasar dalam arti tergantung pada saham yang ditentukan oleh permintaan dan penawaran, sebagaimana Fabozzi (1999) mengatakan bahwa: “harga pasar saham dapat di pandang sebagai kesepakatan/consensus pasar mengenai nilai saham perusahaan”.


(39)

2.2 REVIEW PENELITIAN TERDAHULU

Beberapa penelitian terdahulu telah dilakukan dengan berbagai hasil temuan. Adapun penelitian-penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini dapat dilihat pada tabel 2.1. di bawah ini.


(40)

Table 2.1 Penelitian Sebelumnya

Tahun Nama Peneliti

Judul Variable Yang Digunakan

Hasil Yang Diperoleh 2003 Sannang Pengaruh ratio

arus kas dan posisi Keuangan Terhadap Harga Saham Emiten Yang tercatat di Jakarta Islamic Indek

1. Earning Per Share (EPS), 2. Price Earning

Ratio, 3. Price to book

value,

4. Cleasing Factor dan

5. Debt to total asset

1. Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio, Price to book value, Cleasing Factor dan debt to total asset secara bersama-sama

berpengaruh

terhadap harga saham emiten dengan uji F pada tingkat signifikan 95% atau α 5 % 2. Uji t pada tingkat sig

nifikan 95 % atau α 5 % berhubungan po sitif terhadap harga saham

1983 Basu The Relation ship Between Earning Market Value and Re turn for NYSE Comment stock

1. Earning 2. Market Value 3. Return

Saham Perusahaan dengan earning, yang tinggi akan mempu nyai Return yang tinggi

2000 Teguh Prasetya

Analisis Ratio Keuangaan dan Nilai Kapitali sasi Pasar seba gai prediksi Har ga Saham di BEI Priode Bul lish dan Bearish

Price to Book Value

Book Value per Price berpengaruh positif se cara signifikan terhadap return saham

2004 Ristatik Pengaruh Peris tiwa Politik Ter hadap peruba han Indek Harga Saham Gabu ngan (IHSG) BEI Event study Pemilu 5 April 2004

Indek Harga Sa ham gabungan antara :

1. Sebelum pemilu 2. Sesudah Pemilu

IHSG Sangat berpe ngaruh kuat terhadap peristiwa politik dan berhubungan secara nyata sesudah pemilu

2006 Muammar Khaddafi

Teknik Penga ruh Arus Kas Dan Laba Terha

Arus kas operasi, arus kas investasi, arus kas penda naan

secara parsial variabel arus kas operasi, arus kas investasi, arus kas


(41)

dap Return sa ham Perusahaan Manufaktur di Bursa efek Indonesia

dan laba pendanaan dan laba menunjukkan tingkat signifikan dari keempat variabel yang

di uji lebih besar dari derajat α 5 % tidak berpengaruh signifikan terhadap re turn saham.


(42)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1 KERANGKA KONSEPTUAL

Berdasarkan rumusan masalah dan didukung dengan landasan teori, maka penulis akan mengembangkan deterministik Pengaruh ratio keuangan Badan Usaha Milik Negara yang dinyatakan dalam variabel Earning Per Share (EPS), Price earning Ratio (PER), Price to Book Value (PBV), Debt to Total Asset (DTA) terhadap harga saham di Bursa Efek Indonesia.

1. Earning per share (EPS) merupakan variable yang berpengaruh terhadap harga saham, dengan meningkatnya EPS akan cenderung membuat transaksi saham meningkat, dengan kata lain peningkatan earning per share akan cenderung membuat harga saham meningkat. Menurut Fabozzi (1999:861) mengemukakan bahwa: “Earning per share merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan (return) yang diperoleh investor atau pemegang saham per saham.” EPS dihitung dengan membagi laba tersedia bagi pemegang saham (laba setelah pajak) dengan jumlah lembar saham yang beredar.

2. Price Earning Ratio (PER) merupakan salah satu variable yang dipertimbangkan dalam menentukan saham mana yang akan dibeli, karena PER merupakan ukuran kepercayan pasar terhadap nilia pasar saham. Menurut Darmadji, dan Sudomo (2001:140) “Price Earning Ratio menggambarkan apresiasi pasar terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba,


(43)

yamg menunjukan perbandingan antara harga per lembar saham dengan laba per lembar saham.”.

3. Price to Book Value merupakan perbandingan antara harga saham dengan nilai buku persaham yang menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku sahamsuatu perusahaan. Menurut Darmadji. Fahruddin. (2001:141) “makin tinggi rasio ini berarti pasar percaya akan propek perusahaan tersebut.” Adapun Husnan (2001:287) “Untuk perusahaan yang berjalan dengan baik rasio ini mencapai diatas satu, menunjukkan bahwa nilai pasar saham lebih besar dari nilai bukunya semakin besar rasio PBV semakin tinggi perusahaan dinilai oleh para pemodal relative disbanding dengan dana yang telah ditanamkan di perusahaan.”

Hasil penelitian Rusdianto ( Prasetya : 2000) menyebutkan dalam penelitian bahwa Price to Book Value berpengaruh secara signifikan dari tahun ke tahun terhadap harga saham untuk periode penelitian dari tahun 1994 sampai dengan 1997.

4. Debt to total assets rasio ini mengukur jumlah aktiva perusahaan yang dibiayai dari utang atau modal yang berasal dari kreditur. Rasio ini adalah bagin dari rasio financial leverage yang menunjukan bahwa leverage keuagan adalah penggunaan dana pinjaman yang bertujuan untuk meningkatkan keuntungan perusahaan. Menurut Van Horne (1997:24) menjelaskan bahwa harga saham mengalami peningkatanakibat meningkatkan leverage.


(44)

Berbagai penelitian yang berkaitan dengan variable ini antara lain sannang (2003) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa variable DTA yang secara konsisten signifikan terhadap return saham dari tahun ke tahun selama periode pengamatan Dengan demikian return yang tinggi kemungkinannya disebabkan oleh harga saham yang tinggi.

Variable-variabel Ratio keuangan yang dinilai dalam penelitian ini dibatasi pada earning per share , Price earning Ratio, Price to book value, debt to total asset.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan kerangka pemikiran penelitian tentang Pengaruh Ratio Keuangan Badan Usaha Milik Negara Terhadap Harga saham di Bursa Efek Indonesia, Pada gambar 3.1 dibawah ini :

Independen Variabel Dependen Variabel Faktor faktor

Ratio Keuangan

Earning per Share (X1)

Price Earning Harga Saham Ratio (X2) (Y)

Price to Book Value (X3) Debt to Total

Asset (X4)


(45)

3.2 HIPOTESIS

Berdasarkan teori dan kerangka konseptual yang telah dikemukakan menunjukkan masing-masing variabel memberi arah hubungan deterministik dalam meningkatkan kinerja ratio keuangan, maka hipotesis dari penelitian ini adalah : “Ratio Keuangan Badan Usaha Milik Negara secara simultan maupun parsial berpengaruh signifikan terhadat harga saham di Bursa Efek Indonesia”.


(46)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan penelitian kausal untuk memperoleh informasi tentang masalah yang terkait dengan pengaruh ratio keuangan Badan Usaha Milik Negara terhadap harga saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dimana dalam pelaksanaannya dilakukan dalam bentuk penelitian deskriptif-verifikatif dengan pendekatan kuantitatif yang menggunakan data historis.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian adalah pada Bursa Efek Indonesia (BEI) di jakarta melalui download di: http/www.idx.com. priode pengambilan data selama 5 tahun yaitu sejak tahun 2003, 2004, 2005 2006 dan 2007, waktu penelitan dilaksanakan mulai Oktober 2009 sampai Februari 2010.

4.3 Populasi dan Sample

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Badan Usaha Milik Negara yang tercatan di Bursa Efek Indonesia dan sahamnya diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2007, yang berjumlah 90 perusahaan Badan Usaha Milik Negara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia


(47)

Sedangkan teknik penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive random sampling, yang artinya perusahaan Badan Usaha Milik Negara yang akan diambil menjadi sampel harus memenuhi kriteria sebagai berikut : 1. Perusahaan Badan Usaha Milik Negara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

yang telah menyampaikan laporan keuangan per 31 Desember secara rutin selama 5 tahun berturut-turut sesuai dengan yang diperlukan yaitu tahun 2003,2004,2005,2006,dan 2007.

2. Perusahaan Badan usaha Milik Negara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang menyampaikan datanya secara lengkap dan sesuai dengan informasi yang diperlukan yaitu Earning Per share, Price Earning Ratio, Price to Book Value dan Debt to Total Asset dan harga saham tahunan dari tahun 2003,2004,2005,2006 dan 2007.

Sesuai dengan kedua kriteria diatas, maka jumlah sampel yang digunakan dalam kriteria ini adalah sebanyak 30 perusahaan Badan Usaha Milik Negara yang terdaftar di BEI tahun 2003 sampai dengan tahun 2007. Adapun angka tahun amatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 5 tahun berturut-turut dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2007, sehingga lama sampel observasi dalam penelitian ini sebanyak 5 tahun observasi.

4.4 Metode Pengumpulan Data dan Sumber Data

Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang telah diolah oleh pihak perusahaan Badan Usaha Milik Negara dan telah diterbitkan dalam bentuk Laporan keuangan.


(48)

Adapun jenis data yang digunakan adalah polling ( pooled time series) yaitu kombinasi antara data runtut waktu ( time series data) dan data silang tempat ( cross selection data) pada suatu titik waktu tertentu ( gujarat 1995).

Sumber data diperoleh dari hasil download di: http/www.idx.com. priode pengambilan data selama 5 tahun yaitu sejak tahun 2003, 2004,2005 2006 dan 2007.

4.5 Definisi Operasional Variable

Variable dalam penelitian ini terdiri dari 4 variable bebas ( Independen) yaitu Earning Per Share ( sebagai X1), Price Earning Ratin ( sebagai X2) , Price to Book Value (sebagai X3) , dan Debt to Total Asset ( sebagai X 4) dan 1 variable terikat( dependen) yaitu Harga Saham ( sebagai Y) pada Badan Usaha Milik Negara.

Dalam penelitian ini data diambil dari laporan keuangan Badan Usaha Milik Negara yang telah diterbitkan per 31 Desember 2003 sampai dengan 31 Desember 2007.

Adapun definisi operasional variable dapat digambarkan secara materik sebagai berikut :


(49)

Table 4.1 Definisi Operasional Variable

Variabel

Definisi Variable Indikator

Skala Penguku ran Independen : Earning Per Share (EPS)= X1

Earning Per Share (EPS),

merupakan rasio yang menunjukkan seberapa be sar kemampuan perusa haan dalam menghasilkan laba bersih untuk setiap lembar saham Saham Jumlah Bersih Laba Ratio Rupiah (Rp) Price Earning Rasio (PER) = X2

Price Earning Ratio (PER)adalah Menggambar

kan apresiasi pasar terhadap kemam puan perusahaan dalam menghasilkan laba.

Jumlah Saham Harga per lembar saham

Ratio Kali

(X)

Price to Book Value (PBV) = X3

Price to Book Value (PBV), menggambarkan

seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan.

Nilai Buku Saham

Harga Saham

Ratio Kali

(X)

Debt to Total Assets (DTA) = X4

Debt to Total Asset (DTA).

Rasio ini merupakan rasio

yang menunjukkan besarnya kewajiban terhadap aktiva perusahaan,

yang dimaksudkan untuk membandingkan total pinjaman untuk seberapa

besarnya peranan kewajiban dalam membiayai aktiva. a TotalAktiv Kewajiban Ratio Persen (%) Dependen : Harga Saham (Y)

Harga Saham adalah

merupakan cerminan dari ekpektasi investor terhadap earning, tingkat return yang disyaratkan oleh investor

Selisih antara harga saham priode sekarang dengan harga saham sebelumnya

Atau

P5 - P P

1

Ratio Persen

(RP)

4.6. Model Analisis Data

Dalam penelitian ini digunakan uji statistik untuk menguji apakah Ratio keuangan perusahaan yang dinyatakan dalam earning per share , Price earning


(50)

Ratio, Price to book value, debt to total asset secara simultan dan parsial berpengaruh terhadap harga saham di Bursa Efek Indonesia.

Adapun model yang digunakan dalam analisis data adalah model regresi linier berganda sebagai berikut :

Y = a + β1X1+ β2X2+ β3X3+ β4X4

Dimana:

+ ε

Y = harga saham X1

X

= earning per share

2

X

= Price earning Ratio

3

X

= Price to book value

4 β

= debt to total asset

0 β

= Parameter konstants

i = Koefisien regresi masing-masing Xi ε = Kesalahan random (galad)

, i = 1, 2, 3, 4

Untuk menjawab permasalahan dalam penelitian sebagaimana telah diidentifikasi di atas dan sehubungan dengan operasional variabel yang dipergunakan jenis dan data kuantitatif, maka digunakan analisa linier regresi berganda (multiple regresion) sebagaimana formula diatas, maka dengan metode pangkat dua terkecil biasa/Ordinary Least Squares (OLS). Metode ini dipakai untuk mengetahui hubungan dan pengaruh variabel-variabel bebas ratio keuangan terhadap variabel terikat yaitu harga saham.


(51)

4.7 Teknik Pengujian Data

Analisis data dengan menggunakan model regresi linear berganda mensyaratkan beberapa asumsi yang harus dipenuhi agar penaksiran parameter dan koefisien regresi tidak mengalami bias. Sehubungan dengan hal ini, maka sebelum dilakukan analisis data dan pengujian hipotesis pengaruh Ratio keuangan terhadap harga saham, baik secara simultan maupun parsial, maka terlebih dahulu dilakukan pengujian terhadap asumsi-asumsi dalam model analisis regresi klasik yang meliputi asumsi normalitas, heteroskedastitas, multikolinearitas, autokorelasi.

4.7.1 Uji Asumsi Klasik 4.7.1.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variable pengganggu atau residual distribusi normal seperti diketahui bahwa uji t dan uji f yang mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi, Menurut ghazali (2002 : 53) mengatakan bahwa untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau mendekati normal dapat dilakukan uji statistik .untuk menentukan data dengan kolmogorov-Smirnov, nilai signifikan harus diatas 0,050% atau 5 %.

Menurut Ghozali (2007) Uji Normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal yaitu distribusi data dengan bentuk lonceng (bell Shaped). Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi normal.


(52)

Pedoman pengambilan keputusan dengan uji Kolmogorov-Smirnov tentang data tersebut mendekati atau merupakan distribusi nomal dapat dilihat dari

i. Nilai Sig. Atau signifikan atau probabilitas < 0,05, maka distribusi data adalah tidak normal.

ii. Nilai Sig. Atau signifikan atau probabilitas > 0,05, maka ditribusi data adalah normal.

4.7.1.2. Uji Multikolinearitas

Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan linear yang sempurna diantara variabel-variabel independen.. konsekuensi dari adanya asumsi ini adalah koefisien regresinya tidak menentu atau kesalahan standar yang tidak terhingga.

Ada atau tidaknya terjadi multikolinearitas dapat dilihat dari nilai VIF atau nilai Tolerance. Batasan nilai untuk dua variabel dikatakan berkolinieritas tinggi bila Variance Inflation Tolerance (VIF) lebih besar dari 10% atau dengan nilai toleransi kurang dari 0.10, maka terjadi multikolinearitas. Batas dari tolerance value adalah 0,10 dan batas VIF adalah 10. Apabila tolerance value dibawah 0,10 atau nilai VIF diatas 10, maka akan terjadi problem multikolinearitas, (Hair.et.al, 1998).

4.7.1.3. Uji Autokorelasi

Autokorelasi dapat diartikan sebagai korelasi yang terjadi diantara anggota dari serangkaian observasi yang berderetan waktu atau korelasi antara tempat yang berdekatan (Gujarati, 1995:201).


(53)

Pendeteksian autokorelasi pada kasus ini digunakan uji Dublin Watson Bila nilai DW terletak antara batas atas atau upper bound (du) dan (4-du), maka koefisien autokorelasi sama dengan nol, berarti tidak terjadi gejala autokorelasi. Bila nilai DW lebih rendah dari pada batas bawah atau lower bound (dl), maka koefisien autokorelasi lebih besar dari pada nol, berarti terjadi autokorelasi positif. Bila nilai DW lebih besar dari pada (4-dl), maka koefisien autokorelasi lebih kecil dari pada nol, berarti terjadi autokorelasi negatif. Bilai nilai DW terletak diantara batas atas (du) dan batas bawah (dl) atau DW terletak antara (4-du) dan (4-dl), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.

4.7.1.4 Uji Heteroskedastitas

Suatu asumsi yang sangat penting dalam model regresi linear klasik adalah bahwa gangguan yang muncul dalam fungsi regresi populasi adalah homoskedastik yaitu semua gangguan memiliki varians yang sama (Gujarati, 1995:201).

Uji heteroskedastitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan kepengamatan lain. Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastitas dilakukan dengan cara scatterplot.

4.7.2 Pengujian Hipotesis

Penelitian ini menguji hipotesis dengan menggunakan metode analisis regresi berganda, metode regresi berganda menghubungkan antara variable dependen dengan variable independen dalam satu model.


(54)

Adapun untuk menguji signifikan tidaknya hipotesis tersebut diatas digunakan uji F dan Uji t. sebagai berikut :

4.7.2.1 Uji Simultan ( Uji F statistik)

Uji F dengan maksud menguji apakah secara simultan variable independen secara bersama-sama (simultan) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variable dependen. Melalui uji statistik dengan langkah-langkah sebagai berikut:

Ho : b1 : b2 : b3: b4 = 0

Artinya secara bersama-sama (simultan) Variable independen tidak terpengaruh terhadap variable dependen.

Ha : b1 : b2: b3 : b4 ≠ 0

Artinya secara bersama-sama (simultan) variable independen terdapat pengaruh terhadap variable dependen, Dengan kriteria :

Ho diterima, apabila F-hitung < dari F tabel pada α = 5 % Ha diterima, apabila F-hitung > dari F tabel pada α = 5 %

Hipotesis penelitian diuji dengan menggunakan regresi berganda. Pengujian hipotesis ditujukan untuk menguji ada tidaknya pengaruh dari variable bebas secara keseluruhan terhadap variabel dependen. Pengujian hipotesis dengan menggunakan uji F atau sering disebut dengan Analisys of Varian ( ANOVA). Pengujian ANOVA atau uji F dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan melihat tingkat signifikan atau dengan membandingkan F hitung dengan F tabel. Pengujian dengan tingkat signifikan dilakukan dengan ketentuan yaitu apabila


(55)

sementara sebaliknya apabila tingkat signifikan pada tabel ANOVA > α 0,05,

maka Ho diterima ( tidak berpengaruh).

Pengujian dengan membandingkan F hitung dengan F tabel dilakukan dengan ketentuan yaitu apabila F hitung > F tabel (α 0,05), maka Ho ditolak

(berpengaruh), sementara sebaliknya apabila F hitung < F tabel (α 0,05), maka

Ho diterima (tidak berpengaruh). Adapun F tabel dicari dengan memperhatikan tingkat kepercayaan (α) dan derajat bebas ( degree of freedom)

4.7.2.2 Uji Parsial ( Uji t statistik)

Uji t statistik bermaksud untuk menguji pengaruh secara parsial antara variable bebas terhadap variable terikat ( tidak bebas) pengujian dilakukan dengan membandingkan t hitung dengan t tabel pada degree of freedom (df) = n –k pada level signikikan α =0,05

Bentuk pengujiannya adalah :

Ho : b1 = 0, Artinya suatu variable independen secara parsial tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

Ha : b1 ≠ 0, Artinya varia bel independen secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen. Dengan kriteria :

Ho diterima, apabila t-hitung < t-tabel pada α = 5% Ha diterima, apabila t-hitung > t-tabel pada α = 5%


(56)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Data Deskriptif Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi variable independen dan variabel dependen. Variabel independen terdiri atas EPS, PER, PBV, DTA, Sedangkan variabel dependennya adalah harga saham.

1. Earning Per Share (EPS)

EPS merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih untuk setiap lembar saham. Perhitungan mengenai EPS menggunakan rumus pada bab III dan ringkasan hasilnya dapat dilihat pada Tabel 5.1


(57)

Tabel 5.1 Earning Per Share (EPS) Perusahaan BUMN tahun 2003-2007 (Rupiah)

NO PERUSAHAAN EPS RATA RATA

2003 2004 2005 2006 2007

1. PT. BNI.Tbk 4805 6962 4889 4569 4860 5217

2. PT. BRI. Tbk 2352 2417 3522 860 560 1942,2

3. PT. Bank Mandiri Tbk 81 80 93 76 90 84

4. PT. Bank Tabungan Negara 64 40 15 10 54 36,6

5. PT. Asuransi Jiwasraya 4282 4096 4130 4310 4328 4229,2

6. PT. Jamsostek 956 930 982 970 980 963,6

7. PT. Taspen 313 454 544 456 546 462,6

8. PT. Asabri 10 67 67 80 69 58,6

9. PT. Asuransi Jasa Raharja 97 20 2139 110 280 529,2

10. PT. Danareksa 47 65 64 122 126 84,8

11. PT. Pelabuhan Indonesia 376 476 490 560 543 489

12. PT. PELNI 168 573 482 480 480 436,6

13. PT. Angkasa Pura I 236 453 366 540 356 390,2

14. PT. Angkasa Pura II 23 28 39 54 40 36,8

15. PT. Kereta Api Indonesia 640 522 1269 1120 1354 981

16. PT. PANN Multi Finance 16 28 27 38 30 27,8

17. PT. Adhi Karya. Tbk 17 25 20 25 15 20,4

18. PT. Waskita Karya 273 291 391 329 270 310,8

19. PT. Hutama Karya 401 610 177 285 156 325,8

20. PT. Sucofindo 58 109 102 280 245 158,8

21. PT. Djakarta Lioyd 8 14 10 14 15 12,2

22. PT. Kimia Farma. Tbk 2258 2555 2567 2238 2343 2392,2

23. Perum Bulog 396 259 595 459 450 431,8

24. PT. Garuda Indonesia 170 192 189 176 186 182,6

25. PT. Sriwidjaja 110 111 60 49 45 75

26. PT. Pertani 16 10 9 20 10 13

27. PTPN I 259 122 191 347 121 208

28. PTPN II 61 10 6 15 8 20

29. PT. Pertamina 184 195 198 376 342 259

30 PT. PLN 1096 1335 1348 1254 1320 1270,6

Jumlah 19773 23049 24981 20222 2022 21649

Rata-rata 659,1 768,3 832,7 674,1 647,1 721,647

Sumber: Laporan Kinerja BUMN 2007

Dari pengamatan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa perusahaan yang menghasilkan EPS tertinggi pada tahun 2003, 2004, 2005, 2006 dan 2007 adalah PT. Bank Negara Indonesia yaitu sebesar 4.805, 6.962, 4.889, 4.569, dan 4.860.


(58)

Sedangkan perusahaan yang menghasilkan EPS terendah pada tahun 2003 adalah PT. Djakarta Lioyd sebesar 8, pada tahun 2004 adalah PT. Pertani yaitu sebesar 10, pada tahun 2005 adalah PT. PTPN II yaitu sebesar 6, pada tahun 2006 adalah Bank Tabungan Negara yaitu sebesar 10, dan pada tahun 2007 PT. PTPN II yaitu sebesar 8. Dari Tabel 4.1 juga dapat diketahui nilai rata-rata EPS tertinggi adalah pada tahun 2005 sebesar 832,7 dan nilai rata-rata terendah EPS adalah tahun 2003 yaitu sebesar 659,1.

2. Price Earning Rasio (PER)

Price Eraning Ratio adalah mengembangkan apresiasi pasar terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. PER dihitung dalam satuan kali.


(59)

Tabel 5.2 Price Earning Ratio (PER) Perusahaan BUMN tahun 2003-2007 (Kali)

NO PERUSAHAAN PER RATA

RATA 2003 2004 2005 2006 2007

1. PT. BNI.Tbk 0,06 0,07 0,04 0,03 0,07 0,05

2. PT. BRI. Tbk 0,12 0,11 0,13 0,03 0,12 0,10

3. PT. Bank Mandiri Tbk 0,05 0,04 0,04 0,17 0,04 0,07

4. PT. Bank Tabungan Negara 0,03 0,02 0,01 0,10 0,15 0,06

5. PT. Asuransi Jiwasraya 0,16 0,12 0,10 0,16 0,11 0,13

6. PT. Jamsostek 0,08 0,07 0,08 0,08 0,09 0,08

7. PT. Taspen 0,10 0,11 0,10 0,04 0,07 0,08

8. PT. Asabri 0,01 0,03 0,02 0,03 0,07 0,03

9. PT. Asuransi Jasa Raharja 0,05 0,06 0,05 0,21 0,07 0,09

10. PT. Danareksa 0,05 0,07 0,07 0,07 0,01 0,05

11. PT. Pelabuhan Indonesia 0,12 0,14 0,12 0,14 0,03 0,11

12. PT. PELNI 0,02 0,06 0,04 0,07 0,08 0,05

13. PT. Angkasa Pura I 0,14 0,21 0,15 0,14 0,03 0,13

14. PT. Angkasa Pura II 0,11 0,12 0,11 0,07 0,05 0,09

15. PT. Kereta Api Indonesia 0,07 0,05 0,09 0,21 0,06 0,10

16. PT. PANN Multi Finance 0,05 0,08 0,07 0,12 0,12 0,09

17. PT. Adhi Karya. Tbk 0,10 0,11 0,07 0,05 0,05 0,08

18. PT. Waskita Karya 0,10 0,08 0,07 0,08 0,03 0,07

19. PT. Hutama Karya 0,03 0,03 0,01 0,12 0,16 0,07

20. PT. Sucofindo 0,03 0,05 0,03 0,08 0,08 0,05

21. PT. Djakarta Lioyd 0,03 0,04 0,03 0,01 0,10 0,05

22. PT. Kimia Farma. Tbk 0,17 0,15 0,02 0,05 0,04 0,09

23. Perum Bulog 0,10 0,10 0,10 0,06 0,09 0,09

24. PT. Garuda Indonesia 0,16 0,16 0,14 0,12 0,07 0,13

25. PT. Sriwidjaja 0,08 0,06 0,03 0,05 0,07 0,06

26. PT. Pertani 0,04 0,01 0,01 0,03 0,07 0,03

27. PTPN I 0,03 0,03 0,04 0,16 0,01 0,05

28. PTPN II 0,21 0,03 0,02 0,08 0,03 0,07

29. PT. Pertamina 0,07 0,06 0,05 0,10 0,03 0,06

30 PT. PLN 0,14 0,12 0,09 0,04 0,02 0,08

Jumlah 2,51 2,39 1,93 2,70 2,02 2,31

Rata-rata 0,084 0,080 0,064 0,090 0,067 0,077

Sumber: Laporan Kinerja BUMN tahun 2007

Dari pengamatan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa perusahaan yang menghasilkan PER tertinggi pada tahun 2003 adalah PT. PTPN II yaitu 0,21 kali, pada tahun 2004 dan 2005 adalah PT. Angkasa Pura I yaitu 0,21 kali dan 0,15 kali, pada tahun 2006 adalah PT. Asuransi Jasa Raharja yaitu 0,21 kali dan pada tahun 2007 adalah PT. Hutama Karya yaitu 0,16 kali. Sedangkan perusahaan yang


(60)

menghasilkan PER terendah pada tahun 2003 adalah PT. Asabri, pada tahun 2004 dan 2005 adalah PT. Pertani, pada tahun 2006 adalah Djakarta Lioyd dan pada tahun 2007 adalah PT. Danareksa yaitu semuanya sebesar 0,01 kali. Dari Tabel 4.2 juga dapat diketahui nilai rata-rata PER tertinggi adalah pada tahun 2006 sebesar 0,090 kali dan nilai rata-rata terendah PER adalah pada tahun 2005 yaitu sebesar 0,064 kali.

3. Price to book value (PBV)

Price to book value (PBV) merupakan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan. Data PBV yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari laporan keuangan perusahaan yang terdapat pada Laporan Kinerja BUMN tahun 2007. Perhitungan mengenai PBV menggunakan rumus pada bab III dan ringkasan hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.3


(61)

Tabel 5.3 Price to Book Value (PBV) Perusahaan BUMN tahun 2003-2007 (Kali)

NO PERUSAHAAN PBV RATA

RATA 2003 2004 2005 2006 2007

1. PT. BNI.Tbk 0,12 0,14 0,09 0,12 0,11 0,12

2. PT. BRI. Tbk 0,09 0,06 0,07 0,05 0,14 0,08

3. PT. Bank Mandiri Tbk 0,13 0,21 0,07 0,08 0,01 0,10

4. PT. Bank Tabungan Negara 0,04 0,12 0,07 0,11 0,07 0,08

5. PT. Asuransi Jiwasraya 0,19 0,05 0,01 0,08 0,05 0,08

6. PT. Jamsostek 0,11 0,08 0,03 0,01 0,11 0,07

7. PT. Taspen 0,14 0,11 0,08 0,05 0,05 0,09

8. PT. Asabri 0,01 0,08 0,03 0,06 0,10 0,06

9. PT. Asuransi Jasa Raharja 0,07 0,03 0,05 0,12 0,08 0,07

10. PT. Danareksa 0,05 0,05 0,06 0,05 0,06 0,05

11. PT. Pelabuhan Indonesia 0,11 0,06 0,12 0,03 0,03 0,07

12. PT. PELNI 0,05 0,12 0,05 0,16 0,09 0,09

13. PT. Angkasa Pura I 0,10 0,21 0,03 0,14 0,11 0,12

14. PT. Angkasa Pura II 0,08 0,12 0,16 0,08 0,04 0,09

15. PT. Kereta Api Indonesia 0,06 0,05 0,09 0,21 0,05 0,08

16. PT. PANN Multi Finance 0,03 0,08 0,07 0,12 0,12 0,07

17. PT. Adhi Karya. Tbk 0,09 0,11 0,07 0,05 0,05 0,07

18. PT. Waskita Karya 0,11 0,08 0,07 0,08 0,03 0,07

19. PT. Hutama Karya 0,04 0,03 0,01 0,11 0,16 0,06

20. PT. Sucofindo 0,05 0,05 0,03 0,08 0,08 0,05

21. PT. Djakarta Lioyd 0,03 0,04 0,03 0,03 0,10 0,10

22. PT. Kimia Farma. Tbk 0,25 0,15 0,02 0,05 0,04 0,10

23. Perum Bulog 0,16 0,10 0,10 0,06 0,09 0,17

24. PT. Garuda Indonesia 0,38 0,16 0,14 0,12 0,07 0,06

25. PT. Sriwidjaja 0,07 0,06 0,03 0,05 0,07 0,06

26. PT. Pertani 0,02 0,01 0,01 0,03 0,07 0,03

27. PTPN I 0,03 0,03 0,04 0,16 0,01 0,05

28. PTPN II 0,10 0,03 0,02 0,08 0,03 0,05

29. PT. Pertamina 0,06 0,06 0,05 0,10 0,03 0,06

30 PT. PLN 0,16 0,12 0,09 0,04 0,02 0,09

Jumlah 2,93 2,60 1,79 2,51 2,07 2,38

Rata-rata 0,098 0,087 0,060 0,084 0,069 0,0793

Sumber: Laporan Kinerja BUMN tahun 2007

Dari pengamatan Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa perusahaan yang menghasilkan PBV tertinggi pada tahun 2003 adalah PT. Kimia Farma yaitu 0,25 kali, pada tahun 2004 adalah PT. Angkasa Pura I dan PT. Bank Mandiri. Tbk, yaitu masing – masing 21 kali pada tahun 2005 adalah PT. Angkasa Pura II yaitu 0,16 kali, pada tahun 2006 adalah PT. Kereta Api Indonesia yaitu 0,21 kali dan pada tahun 2007 adalah PT. Hutama Karya yaitu 0,16 kali. Sedangkan perusahaan


(62)

yang menghasilkan PBV terendah pada tahun 2003 adalah PT. Asabri, pada tahun 2004 adalah PT. Pertani, pada tahun 2005 adalah PT. Jiwasraya, PT. Hutama Karya dan PT. Pertani, pada tahun 2006 adalah PT. Jamsostek dan pada tahun 2007 adalah PT. Bank Mandiri, Tbk dan PT. PTPN T yaitu semuanya sebesar 0,01 kali. Dari Tabel 4.2 juga dapat diketahui nilai rata-rata PBV tertinggi adalah pada tahun 2003 sebesar 0,098 kali dan nilai rata-rata terendah PBV adalah pada tahun 2005 yaitu sebesar 0,060 kali.

4. Debt to Total Asset (DTA).

Debt to Total Asset atau lazim disebut sebagai leverage ratio digunakan untuk mengukur total hutang terhadap total assets yang dimiliki perusahaan. Rasio ini diukur dengan cara membandingkan antara total debts terhadap total assets. Total debts merupakan total liabilities (baik hutang jangka pendek maupun jangka panjang), sedangkan total assets merupakan total aktiva (aktiva lancar dan aktiva tetap) yang digunakan untuk operasional perusahaan. Tingkat Debt to Total Asset yang kecil menunjukkan kinerja yang semakin baik, karena menyebabkan tingkat kembalian yang semakin tinggi. Data DTA yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari laporan keuangan perusahaan yang terdapat pada Laporan Kinerja BUMN tahun 2007. Perhitungan mengenai DTA menggunakan rumus pada bab III dan ringkasan hasilnya dapat dilihat pada Tabel 5.4


(63)

Tabel 5.4 Debt to Total Asset (DTA) Perusahaan BUMN tahun 2003-2007 (Persentase)

NO PERUSAHAAN DTA RATA RATA

2003 2004 2005 2006 2007

1. PT. BNI.Tbk 0,47 0,46 0,43 0,42 0,45 0,45

2. PT. BRI. Tbk 0,20 0,22 0,24 0,20 0,20 0,21

3. PT. Bank Mandiri Tbk 0,41 0,40 0,39 0,36 0,38 0,39

4. PT. Bank Tabungan Negara 0,69 0,68 0,68 0,35 0,40 0,56

5. PT. Asuransi Jiwasraya 0,44 0,53 0,60 0,73 0,75 0,61

6. PT. Jamsostek 0,37 0,41 0,41 0,31 0,28 0,36

7. PT. Taspen 0,41 0,55 0,60 0,23 0,17 0,39

8. PT. Asabri 0,63 0,63 0,65 0,16 0,16 0,45

9. PT. Asuransi Jasa Raharja 0,18 0,15 0,27 0,37 0,43 0,28

10. PT. Danareksa 0,14 0,15 0,10 0,31 0,38 0,22

11. PT. Pelabuhan Indonesia 0,42 0,34 0,23 0,62 0,65 0,45

12. PT. PELNI 0,64 0,59 0,50 0,40 0,42 0,51

13. PT. Angkasa Pura I 0,16 0,18 0,19 0,50 0,38 0,28

14. PT. Angkasa Pura II 0,48 0,50 0,52 0,36 0,54 0,48

15. PT. Kereta Api Indonesia 0,77 0,80 0,75 0,50 0,48 0,66

16. PT. PANN Multi Finance 0,53 0,42 0,45 0,53 0,42 0,47

17. PT. Adhi Karya. Tbk 0,17 0,20 0,20 0,17 0,20 0,19

18. PT. Waskita Karya 0,32 0,36 0,38 0,32 0,36 0,35

19. PT. Hutama Karya 0,32 0,35 0,40 0,32 0,35 0,35

20. PT. Sucofindo 0,68 0,73 0,75 0,68 0,73 0,71

21. PT. Djakarta Lioyd 0,45 0,31 0,28 0,45 0,31 0,36

22. PT. Kimia Farma. Tbk 0,20 0,23 0,17 0,20 0,23 0,21

23. Perum Bulog 0,12 0,16 0,16 0,12 0,16 0,14

24. PT. Garuda Indonesia 0,38 0,37 0,43 0,38 0,37 0,39

25. PT. Sriwidjaja 0,37 0,31 0,38 0,37 0,31 0,35

26. PT. Pertani 0,56 0,62 0,65 0,56 0,62 0,60

27. PTPN I 0,41 0,40 0,42 0,41 0,40 0,41

28. PTPN II 0,44 0,50 0,38 0,44 0,50 0,45

29. PT. Pertamina 0,38 0,36 0,54 0,38 0,36 0,40

30 PT. PLN 0,51 0,50 0,48 0,51 0,43 0,49

Jumlah 12,25 12,41 12,63 11,66 11,82 12,15

Rata-rata 0,408 0,414 0,421 0,389 0,394 0,4051

Sumber : Laporan Kinerja BUMN tahun 2007

Dari pengamatan Tabel 5.4 dapat diketahui bahwa perusahaan yang menghasilkan DTA tertinggi pada tahun 2003, 2004 dan 2005 adalah PT.Kereta


(1)

Gujarati, Damodar, 1995, Ekonomitrika Dasar, Terjemahan Sumarno Zain, Jakarta: Penerbit Erlangga.

Ikatan Akuntan Indonesia, 1994. Standar Akutansi Keuangan, Jakarta, Penerbit Salemba Empat.

Ikatan Akuntan Indonesia, 1999. Standar Akuntansi Keuangan, Jakarta, Penerbit Salemba Empat.

Imam Ghazali, 2001, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, Penerbit Universitas Diponegoro,Semarang.

Iwan P. Pontjowinoto, 2001, Investasi Keuangan Secara Syariah, Makalah

Investasi psar Modal Menurut Syariah, Jakarta 9 Agustus.

Jakarta Stock Exchange, 2003,2004,2005,2006,2007, Indonesian Capital Market

Directory, Jakarta: PT. Bursa Efek Indonesia.

Jogiyanto, 2000, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi kedua, Yogyakarta: Penerbit BPFE UGM.

Khotari S.P and J.L Zimmerman. 1995. Price and Return Models, Journal of Accounting and Economics 20, pp. 155-192

M. Fachruddin, M. Sopian Hardianto, 2001 Perangkat dan Model analisis

Investasi di Pasar Modal , Buku Satu, Jakarta Elex Media Komputindo.

Manurung, Adler, 1998, Analisis Arus Kas Terhadap Tingkat Pengembangan

Saham di Bursa efek indonesia, Majalah Usahawan No. 5 tahun XXVII

Mei 1998. Hal 11-18

Munawwir, 1995, Analisa Laporan Keuangan, Edisi keempat, jogjakarta, Liberty. Peraturan Pemerintah RI, Nomor: 64 tahun 2001, diganti Peraturan Pemerintah

nomor 41 Tahun 2003 tentang Pelimpahan Kedudukan, Tugas dan

Kewenangan Menteri Keuangan pada PERSERO, PERUM, PERJAN kepada Menteri Badan Usaha Milik Negara, Jakarta

Sharpe William D et.all, 1997, Investasi, Edisi Indonesia Alih Bahasa Henry Njooliantik, jilid 1 dan 2 Jakarta, prenhalindo.

Siddharta utama dan anto budiyanto Busisantoso, 1998, Kaitan Antar ratio

price/Book dan Imbal Hasil Saham pada Bursa Efek Jakarta, jurnal Riset


(2)

Sri Handuru, et.all, 1996, Manajemen portofolio dan Analisis Investasi, jogjakarta Andi Ofset.

Sofyan S harahap, 2001, Menuju Perumusan Tiori Akuntansi Islam, Jakarta Pustaka Quantum.

Suad Husnan, 1998, Dasar-Dasar tiori Portofolio dan Analisis Sekuritas, Edisi Ketiga, Jogjakarta, UPP AMP YKPN.

Sunariyah, 2000, Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, Penerbit UPP AMP YKPN, Yogyakarta.

Teguh Prasetya, 2000, Analisis Ratio Keuangan dan nilai Kapitalisasi Pasar

Sebagai Prediksi Harga Saham Di BEJ Priode Bullish dan Bearish,

Simposium nasional akuntansi – III Ikatan Akuntansi Indonesia, Jakarta Tjiptono Darmadji, Hendy M. Fachruddin, 2001, Pasar Modal Indonesia

Pendekatan Tanya Jawab, Jakarta, Selemba Empat.

Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995, tanggal 10 November 1995 tentang Pasar Modal, Penerbit BP. Cipta Jaya Jakarta.

--- Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Jakarta

---Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, Jakarta Utama S dan Fitriani, R, 1999, The Performance Evalution of Stock Portofolio

Formed Based on Accuonting and Market Date, Indonesian Evidence,

Artikel Universitas Indonesia Jakarta.

Watts, R.J. Zimmerman. 1986, Positive Accounting theory, Englewood Cliff,NJ, Prentice- Hall.

Wenston, et all. 1995, Manajemen Keuangan, Terjemahan : A Jaka Wasana dan kibrandoko, Edisi revisi Jilid 1 Jakarta, Bina Aksara.

Van Horne, James, C, and john M. Wachowiez, Jr 1997, Prinsip-Prinsip

Manajeemen Keuangan, Buku satu, Edisi Kesembilan, Terjemahan oleh


(3)

Lampiran 1.

UJI NORMALITAS DATA

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

EPS PER PBV DTA

HARGA SAHAM

N 30 30 30 30 30

Normal Parameters(a,b) Mean 721.647 .077 .0793 .4051 .2505

Std.

Deviation 1332.07680 .04712

.07646

.17534 .6207731 Most Extreme

Differences

Absolute

.312 .115 .148 .078 .100

Positive .312 .115 .148 .078 .97

Negative -.275 -.078 -.101 -.056 -.100

Kolmogorov-Smirnov Z 1.461 1.095 1.323 .741 .945

Asymp. Sig. (2-tailed) .061 .182 .069 .642 .334

a Test distribution is Normal. b Calculated from data.


(4)

Lampiran 2.

REGRESI MODEL PENELITIAN

Variables Entered/Removedb

Model Variables Entered

Variables

Removed Method

1 Earning Per Share,

Price Eraning Ratio, Price to Book Value, Debt to Total Asset ª

. Enter

a. All requested variable enterd. b. Dependent Variable: Harga Saham

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 ,562(a) ,315 ,266 ,02258870

a Predictors: (Constant), EPS, PER, PBV, DTA b. Dependent Variabel : Harga Saham

Coefficients(a)

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

ANOVA b

1.995 4 .665 6.376 .000a

5.085 25 .081

7.080 29 Regression Residual Total Model 1 Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), EPS, PER, PBV, DTA a.


(5)

DTA -.124 .042 -.719 -2.984 ,004 a Dependent Variable: Harga Saham

l

Coefficients(a)

Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)

EPS .850 1.177

PER

PBV

.141 .873

7.103 1.146

DTA .142 7.021

a Dependent Variable: Harga saham l

Charts

Histogram

Dependent Variable : Harga Saham


(6)

Sc a t t e rplot De pe nde nt

Observed Cum Prob

1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0

Expected Cum Prob 1.0

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Dependent Variable: Harga saham