Analisis Pengaruh Struktur Modal Dan Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan(Studi Pada Saham-Saham Lq 45 Di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2014)

(1)

ANALISIS PENGARUH STRUKTUR MODAL DAN KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN

(Studi Pada Saham-saham LQ 45 di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2014)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Program Studi Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Oleh :

DONITA NABABAN

110907063

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NIAGA/BISNIS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

vi

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH STRUKTUR MODAL DAN KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN

(Studi Pada Saham-saham LQ 45 di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2014)

Nama : Donita Nababan

Nomor Induk Mahasiswa : 110907063

Program studi : Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Pembimbing : Onan Marakali S.Sos, M.Si

Latar belakang dilakukannya penelitian ini, adalah karena kondisi ekonomi yang tidak stabil yang menyebabkan fluktuasi kinerja keuangan beberapa perusahaan dan adanya inkonsistensi beberapa penelitian terdahulu. Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh variabel struktur modal dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan. Diharapkan temuan penelitian dapat memberikan informasi bagi para investor dan kontribusi bagi pengembangan studi mengenai struktur modal, kebijakan dividen dan nilai perusahaan.

Populasi penelitian ini adalah perusahaan yang masuk dalam perhitungan indeks LQ 45 yang tercatat pada Bursa Efek Indonesia pada tahun penelitian 2008 sampai dengan 2014 yaitu sebanyak 97 perusahaan. Dalam penelitian ini diperoleh 11 sampel perusahaan LQ 45 di Bursa Efek Indonesia, dimana metode yang digunakan adalah purposive sampling yaitu penetapan sampel menggunakan kriteria tertentu. Data penelitian yang digunakan adalah data sekunder berupa laporan keuangan yang diperoleh dari Indonesia Stock Exchange dan Indonesia Stock Exchange Statistic dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2014. Analisis data menggunakan analisis regresi berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama periode 2008-2014 secara parsial struktur modal berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan (t hitung= 0,214; sig.= 0,831). Variabel kebijakan dividen berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan ( t hitung= 4,694; sig.= 0,000). Sedangkan secara simultan menunjukkan bahwa besarnya kemampuan prediksi dari kedua variabel independen (struktur modal dan kebijakan dividen) terhadap nilai perusahaan adalah sebesar 25,5 %, sisanya sebesar 74,5 % dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian atau persamaan regresi.

Kata kunci : nilai perusahaan, struktur modal dan kebijakan dividen, saham LQ 45 di Bursa Efek Indonesia.


(3)

vii

ABSTRACT

ANALYSIS OF THE INFLUENCE OF CAPITAL STRUCTURE AND DIVIDEND POLICY TO FIRM VALUE

(Study on The LQ 45 Stocks in Indonesia Stock Exchange Period 2008-2014)

Name : Donita Nababan

Student Identification Number : 110907063

Program of Study : Science of Business Administration

Faculty : Social Science and Political Science

Supervisor : Onan Marakali, S. Sos, M.Si

The background of this research is the instability of economic condition which motivate the fluctuations in the financial performance of some firms and existing research in former have inconsistens. This research aims to examine and analyzinginfluence of capital structureand dividend policy on the firm value. It is expected the results of the research able to give information to investors and contribution for study development about the capital structure, dividend policy and firm value.

Population of this research is listed company on the index LQ 45 at the Indonesia Stock Exchange in the period 2008 to 2014 as many as 97 companies. In this research obtained 11 samples LQ 45 firms in Indonesia Stock Exchange, where the method used was purposive sampling is the determination of the sample using the criteria specific. The types of data used in this research is secondary data in the form of financial statements obtained from the Indonesia Stock Exchange and Indonesia Stock Exchange Statistic from period 2008 to 2014. Exchange Analysis technique used is multiple regression analysis.

The results showed that during the period 2008-2014 is partially capital structure has positive but insignificant affects the firm value (t count = 0,214; sig.= 0,831). The dividend policyinfluence positive and significant affects the firm value (t count =4,694; sig.= 0,000).Result of analisys show that predictive ability of the two independent variables (capital structure and dividend policy) significant effected the firm value simultaneously, with the sum of the effect was 25,5% while the remaining 74,5% are influenced by other factors outside of research or out of the regression equation.

Keywords: firm value, capital structure and dividend policy, the LQ 45 stocks in Indonesia Stock Exchange.


(4)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan kasih karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu (S1) Jurusan Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Selama pelaksanaan dan penyusunan skripsi ini, saya telah banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr.Marlon Sihombing, M.A selaku Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Muhammad Arifin Nasution, S. Sos, M.SP selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Onan Marakali Siregar, S. Sos, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, petunjuk serta saran yang sangat berharga dalam penyusunan skripsi.

5. Seluruh dosen dan staf pengajar yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang berguna, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.


(5)

ix

6. Ibu Siswati Saragih, S. Sos, M.SP dan para staf administrasi dan tata usaha Ilmu adiministrasi Niaga/Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan studi di Program Ilmu Adiministrasi Niaga/Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

7. Ayah dan Ibu (P. Nababan dan D. Sianturi) tercinta, abang (Damser, Dahlan and Darman), kakak (Dewi, Donna, and Dame) serta adik saya Don Gabrielle yang saya kasihi dan seluruh keluarga besar yang salalu memberikan cinta, kasih dan dukungan bagi penulis.

8. Seluruh teman-teman Program Studi Ilmu Adiministrasi Niaga/Bisnis angkatan 2011, khususnya Rani, Lia, Vina, Elta, Rosa, Asih, Uli, Okta dan teman-teman lain yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

9. Semua pihak yang telah membantu saya yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis sadar bahwa dalam skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.

Medan, April 2015


(6)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ...iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ...xiv

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Batasan Masalah ... 7

1.3.Rumusan Masalah ... 8

1.4.Tujuan Penelitian ... 8

1.5.Manfaat Penelitian ... 9

2. BAB II KERANGKA TEORI 2.1.Nilai Perusahaan ... 10

2.2.Struktur Modal ... 12

2.3.Kebijakan Deviden ... 23

2.4.Penelitian Terdahulu ... 30

2.5.Kerangka Pemikiran Teoritis... 35

2.5.1. Pengaruh Struktur Modal (DER) terhadap Nilai Perusahaan ... 36

2.5.2. Pengaruh kebijakan deviden (DPR) terhadap Nilai Perusahaan ... 38

3. BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Bentuk Penelitian ... 40

3.2.Lokasi Penelitian ... 40

3.3.Populasi dan Sampel ... 41

3.3.1. Populasi ... 41

3.3.2. Sampel ... 41

3.4.Hipotesis ... 42


(7)

xi

3.6.Definisi Operasional ... 43

3.7.Jenis Data ... 44

3.8.Teknik Pengumpulan Data ... 45

3.9.Teknik Analisis Data ... 45

3.9.1. Statistik Deskriptif ... 46

3.9.2. Uji Asumsi Klasik Regresi Berganda ... 46

3.9.2.1.Uji Normalitas ... 46

3.9.2.2.Uji Multikolinearitas ... 47

3.9.2.3.Uji Heterokedastisitas ... 47

3.9.2.4.Uji Autokorelasi ... 48

3.9.3. Menganalisis Regresi ... 48

3.9.4. Koefisien Determinasi (R2) ... 49

3.9.5. Uji Hipotesis ... 50

3.9.5.1.Uji Signifikansi/Pengaruh Simultan (Uji Statistik F) ... 50

3.9.5.2.Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik T).... 51

4. BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1.Deskripsi Hasil Penelitian ...52

4.2.Penyajian Data ... 53

4.3.Analisis Data ... 59

4.3.1. Statistik Deskriptif ... 59

4.3.1.1.Price Book Value (PBV) ... 59

4.3.1.2.Debt to Equity Ratio (DER) ... 61

4.3.1.3.Dividend Payout Ratio (DPR) ... 63

4.3.2. Uji Asumsi Klasik ... 64

4.3.2.1.Uji Normalitas ... 64

4.3.2.2.Uji Multikolinearitas ... 67

4.3.2.3.Uji Heterokedastisitas ... 68

4.3.2.4.Uji Autokorelasi ... 69

4.3.3. Hasil Analisis Regresi Berganda ... 70

4.3.4. Analisis Koefisien Determinasi (R2) ... 72

4.3.5. Pengujian Hipotesis ... 73

4.3.5.1.Uji Pengaruh Simultan (Uji Statistik f) ... 73

4.3.5.2.Uji Parameter Individual/Parsial (Uji Statistik t) ...74

4.3.6. Pembahasan Hasil Penelitian ... 75

4.3.6.1.Analisis Hubungan Struktur Modal terhadap Nilai Perusahaan ... 76

4.3.6.2.Analisis Hubungan Keputusan Kebijakan Deviden terhadap Nilai Perusahaan ... 78

4.3.6.3.Analisis Pengaruh Struktur Modal dan Kebijakan Deviden terhadap Nilai Perusahaan ... 79

5. BAB V PENUTUP 5.1.Kesimpulan ... 81

5.2.Saran ... 82

Daftar Pustaka ... 83


(8)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Rata-Rata Nilai Perusahaan Dihitung dengan Tobin’s Q ... 6

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu ... 30

Tabel 3.3. Proses Seleksi Penentuan Sampel ... 42

Tabel 4.1. Daftar Perusahaan yang menjadi Sampel Penelitian ... 53

Tabel 4.2. Price Book Value (PBV) Perusahaan Sampel ... 55

Tabel 4.3. Debt to Equity Ratio (DER) Perusahaan Sampel ... 56

Tabel 4.4. Dividend Payout Ratio (DPR) Perusahaan Sampel ... 58

Tabel 4.5. Descriptive Statistics PBV ... 60

Tabel 4.6. Descriptive Statistics DER ... 62

Tabel 4.7. Descriptive Statistics DPR ... 63

Tabel 4.8. Uji Normalitas Residual ... 65

Tabel 4.9. Uji Multikolinearitas ... 67

Tabel 4.10. Uji Autokorelasi ... 70

Tabel 4.11. Hasil Pengujian Regresi Linear ... 71

Tabel 4.12. Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi (R2) ... 72

Tabel 4.13. Uji Simultan (F test) ... 73


(9)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 39 Gambar 4.1. Uji Normalitas Residual ... 66

Gambar 4.2. Uji Heterokedastisitas ... 69


(10)

vi

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH STRUKTUR MODAL DAN KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN

(Studi Pada Saham-saham LQ 45 di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2014)

Nama : Donita Nababan

Nomor Induk Mahasiswa : 110907063

Program studi : Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Pembimbing : Onan Marakali S.Sos, M.Si

Latar belakang dilakukannya penelitian ini, adalah karena kondisi ekonomi yang tidak stabil yang menyebabkan fluktuasi kinerja keuangan beberapa perusahaan dan adanya inkonsistensi beberapa penelitian terdahulu. Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh variabel struktur modal dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan. Diharapkan temuan penelitian dapat memberikan informasi bagi para investor dan kontribusi bagi pengembangan studi mengenai struktur modal, kebijakan dividen dan nilai perusahaan.

Populasi penelitian ini adalah perusahaan yang masuk dalam perhitungan indeks LQ 45 yang tercatat pada Bursa Efek Indonesia pada tahun penelitian 2008 sampai dengan 2014 yaitu sebanyak 97 perusahaan. Dalam penelitian ini diperoleh 11 sampel perusahaan LQ 45 di Bursa Efek Indonesia, dimana metode yang digunakan adalah purposive sampling yaitu penetapan sampel menggunakan kriteria tertentu. Data penelitian yang digunakan adalah data sekunder berupa laporan keuangan yang diperoleh dari Indonesia Stock Exchange dan Indonesia Stock Exchange Statistic dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2014. Analisis data menggunakan analisis regresi berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama periode 2008-2014 secara parsial struktur modal berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan (t hitung= 0,214; sig.= 0,831). Variabel kebijakan dividen berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan ( t hitung= 4,694; sig.= 0,000). Sedangkan secara simultan menunjukkan bahwa besarnya kemampuan prediksi dari kedua variabel independen (struktur modal dan kebijakan dividen) terhadap nilai perusahaan adalah sebesar 25,5 %, sisanya sebesar 74,5 % dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian atau persamaan regresi.

Kata kunci : nilai perusahaan, struktur modal dan kebijakan dividen, saham LQ 45 di Bursa Efek Indonesia.


(11)

vii

ABSTRACT

ANALYSIS OF THE INFLUENCE OF CAPITAL STRUCTURE AND DIVIDEND POLICY TO FIRM VALUE

(Study on The LQ 45 Stocks in Indonesia Stock Exchange Period 2008-2014)

Name : Donita Nababan

Student Identification Number : 110907063

Program of Study : Science of Business Administration

Faculty : Social Science and Political Science

Supervisor : Onan Marakali, S. Sos, M.Si

The background of this research is the instability of economic condition which motivate the fluctuations in the financial performance of some firms and existing research in former have inconsistens. This research aims to examine and analyzinginfluence of capital structureand dividend policy on the firm value. It is expected the results of the research able to give information to investors and contribution for study development about the capital structure, dividend policy and firm value.

Population of this research is listed company on the index LQ 45 at the Indonesia Stock Exchange in the period 2008 to 2014 as many as 97 companies. In this research obtained 11 samples LQ 45 firms in Indonesia Stock Exchange, where the method used was purposive sampling is the determination of the sample using the criteria specific. The types of data used in this research is secondary data in the form of financial statements obtained from the Indonesia Stock Exchange and Indonesia Stock Exchange Statistic from period 2008 to 2014. Exchange Analysis technique used is multiple regression analysis.

The results showed that during the period 2008-2014 is partially capital structure has positive but insignificant affects the firm value (t count = 0,214; sig.= 0,831). The dividend policyinfluence positive and significant affects the firm value (t count =4,694; sig.= 0,000).Result of analisys show that predictive ability of the two independent variables (capital structure and dividend policy) significant effected the firm value simultaneously, with the sum of the effect was 25,5% while the remaining 74,5% are influenced by other factors outside of research or out of the regression equation.

Keywords: firm value, capital structure and dividend policy, the LQ 45 stocks in Indonesia Stock Exchange.


(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan era teknologi dan informasi yang semakin mutakhir, pasar modal telah menjadi indikator dan memberikan kontribusi terhadap kemajuan perekonomian suatu negara. Pertumbuhan investasi yang berkembang dengan sangat cepat tentu saja akan memberikan dampak secara makro maupun mikro bagi perusahaan. Hal ini disebabkan dengan semakin banyaknya perluasan bisnis yang bisa dimanfaatkan dengan sumber pendanaan yang cukup besar dari pasar modal.

Secara normatif, tujuan perusahaan jangka panjang adalah untuk memaksimalkan nilai perusahaan melalui kemakmuran atau kepuasan pemegang saham yang dapat dicapai dengan menentukan struktur modal dan kebijakan dividen yang tepat. Pada umumnya, untuk meningkatkan nilai perusahaan manajer keuangan akan melakukan berbagai keputusan, diantaranya adalah keputusan pendanaan dan keputusan investasi. Nilai perusahaan yang optimal dapat dicapai melalui pelaksanaan fungsi manajemen keuangan yang baik, dimana satu keputusan keuangan yang diambil akan mempengaruhi keputusan keuangan lainnya dan berdampak pada nilai perusahaan.


(13)

Struktur modal merupakan salah satu topik yang paling kompleks dalam pengambilan keputusan keuangan karena baik buruknya struktur modal akan mempunyai efek langsung terhadap posisi keuangan perusahaan yang pada akhirnya akan mempengaruhi nilai perusahaan. Kesalahan dalam menentukan struktur modal akan mempunyai dampak yang luas terutama dengan besarnya hubungan struktur aktiva, karena beban tetap yang harus ditanggung oleh perusahaan semakin besar yang akan menambah risiko tidak dapat membayar beban bunga atau angsuran perusahaan. Dalam suatu aktivitas bisnis, menentukan struktur modal yang tepat merupakan tantangan bagi para eksekutif perusahaan, karena dengan keputusan tersebut perusahaan akan memperoleh dana dengan biaya modal yang minimal dengan hasil yang maksimal, khususnya dalam menciptakan nilai perusahaan. Nilai perusahaan akan meningkat, jika perusahaan menggunakan utang karena perusahaan memiliki tax deductible atau adanya tax shield (Suteja & Manihuruk, 2009). Nilai perusahaan yang tercermin dari harga sahamnya diindikasikan dengan Price Book Value (PBV), dimana price book value yang tinggi menandakan adanya prospek perusahaan ke depannya sehingga kepercayaan investor meningkat pada perusahaan.

Sedangkan kebijakan dividen adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam keputusan pendanaan perusahaan. Kebijakan dividen sangat penting karena mempengaruhi kesempatan investasi perusahaan, harga saham, struktur finansial, arus pendanaan dan posisi likuiditas. Dengan perkataan lain, kebijakan dividen menyediakan informasi mengenai performa


(14)

perusahaan. Nilai suatu perusahaan dapat dicerminkan dari kemampuan perusahaan dalam membayar dividen, semakin tinggi dividen yang dibayarkan akan berdampak pada harga saham yang tinggi dan pada akhirnya akan meningkatkan nilai perusahaan.

Dalam membayar dividen kepada para pemegang sahamnya, perusahaan mungkin tidak dapat mempertahankan dana yang cukup untuk membiayai pertumbuhannya di masa mendatang. Oleh karena itu, perusahaan harus dapat mempertimbangkan seberapa besar laba yang akan ditahan untuk mengembangkan perusahaan, dan laporan keuangan digunakan sebagai sumber informasi yang dibutuhkan oleh investor sebagai salah satu dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi di pasar modal yang diperdagangkan. Jika nilai suatu perusahaan dapat diproksikan dengan harga saham maka memaksimumkan nilai pasar perusahaan sama dengan memaksimumkan harga pasar saham dan besarnya dividen yang dibayarkan juga dapat mempengaruhi harga saham. Apabila dividen yang dibayar tinggi, maka harga saham cenderung tinggi sehingga nilai perusahaan juga tinggi. Sebaliknya apabila dividen yang dibayarkan kecil maka harga saham perusahaan tersebut juga rendah. Hal inilah yang merupakan inti dari kebijakan dividen, khususnya dalam menentukan dividend payout ratio.

Penelitian akan dilakukan pada perusahaan-perusahaan go public yang terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia dan masuk dalam penghitungan indeks LQ 45, selama periode 2008 sampai dengan 2014. Dipilihnya perusahaan-perusahaan yang masuk dalam perhitungan indeks


(15)

LQ 45 sebagai obyek penelitian dengan pertimbangan bahwa saham-saham perusahaan tersebut umumnya memiliki kepastian akan return dan memiliki kinerja pasar dan fundamental perusahaan yang baik (blue chips stocks). Indeks LQ 45 hanya terdiri dari 45 saham yang telah terpilih melalui berbagai kriteria pemilihan, sehingga akan terdiri dari saham-saham dengan likuiditas dan kapitalisasi pasar yang tinggi. Apabila ada saham yang sudah tidak masuk kriteria maka akan diganti dengan saham yang lain yang memenuhi syarat. Tujuan indeks LQ 45 adalah sebagai pelengkap IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) dan khususnya menyediakan sarana yang objektif dan terpercaya bagi analisis keuangan, manajer investasi, investor dan pemerhati pasar modal lainnya dalam memonitor pergerakan dari saham-saham yang aktif diperdagangkan.

Menurut Jogiyanto (dalam Hernendiastoro, 2005:8) bahwa pasar modal di Indonesia masih tergolong pasar modal yang transaksinya tipis (thin market), yaitu pasar modal yang sebagian besar sekuritasnya kurang aktif diperdagangkan, maka IHSG yang mencakup semua saham yang tercatat (sebagian besar kurang aktif diperdagangkan) dianggap kurang tepat sebagai indikator kegiatan pasar modal selain itu indeks LQ 45 memiliki tingkat kesalahan prediksi yang lebih kecil dibandingkan IHSG. Saham-saham perusahaan yang masuk dalam perhitungan indeks LQ 45 dipandang dapat merefleksikan pergerakkan harga saham yang paling aktif diperdagangkan dan juga mempengaruhi keadaan pasar, terdiri dari saham-saham dengan likuiditas dan kapitalisasi pasar yang tinggi serta memiliki prospek pertumbuhan dan kondisi keuangan yang cukup baik. Disamping


(16)

itu perusahaan yang masuk dalam perhitungan LQ 45 terdiri dari berbagai perusahaan yang bergerak diberbagai sektor, sehingga diharapkan dapat mewakili perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.

Hubungan antara struktur modal dan nilai perusahaan telah menjadi subjek perdebatan yang berpusat pada apakah ada struktur modal yang optimal untuk suatu perusahaan atau apakah proporsi utang yang digunakan tidak relevan untuk menentukan nilai suatu perusahaan. Sedangkan dalam penetapan kebijakan dividen masih banyak terdapat kontradiksi tentang perbedaan yang signifikan antara perusahaan yang tumbuh dan perusahaan yang tidak tumbuh dalam hal pengambilan keputusan kebijakan dividen. Dengan memperhatikan pergerakan harga saham perusahaan-perusahaan yang masuk dalam perhitungan indeks LQ 45 selama periode 2008-2014, peneliti berinisiatif meneliti bagaimana pengaruh pengambilan keputusan struktur modal dan kebijakan deviden terhadap nilai perusahaan yang terefleksi pada harga saham sehingga dapat memberikan gambaran tentang prospek perusahaan yang berpengaruh terhadap pertimbangan investor dalam mengambil keputusan investasi. Karena investor yang rasional, pengambilan keputusan investasinya didasarkan pada penilaian return maupun risiko yang terkandung dalam alternatif investasi.

Fluktuasi harga saham di pasar modal merupakan tanda ataupun cerminan ketidakpastian kondisi pasar, yang nantinya baik secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap pertimbangan investor dalam mengambil keputusan investasi. Naik turunnya harga saham di


(17)

pasar modal menjadi sebuah fenomena yang menarik untuk dibicarakan berkaitan dengan isu naik turunnya nilai perusahaan itu sendiri. Krisis ekonomi global yang terjadi pada tahun 2008 berdampak terhadap pasar modal Indonesia yang tercermin dari terkoreksi turunnya harga saham hingga 40-60 persen dari posisi awal tahun 2008 (Kompas, 25 November 2008), yang disebabkan oleh aksi melepas saham oleh investor asing yang membutuhkan likuiditas dan diperparah dengan diikuti investor domestik yang ramai-ramai menjual sahamnya.

Tabel 1.1

Rata-Rata Nilai Perusahaan Dihitung dengan Tobin’s Q

Code

AALI ANTM ASII INCO INTP KLBF LSIP PTBA SMGR TINS TLKM UNVR Tahun

2007 9.502 4.868 3.409 6.115 4.368 3.740 5.158 8.327 5.166 4.369 3.994 3.324 2008 3.275 2.272 2.168 1.573 2.795 1.977 2.299 3.986 3.612 2.328 3.061 2.374 2009 5.933 3.333 3.079 3.275 5.042 3.232 3.756 6.253 4.679 3.428 3.443 3.470 2010 5.895 3.165 3.487 3.713 5.022 5.568 4.520 7.373 4.869 3.693 3.026 3.711

Sumber : Hasil Penelitian, 2013 (Data Diolah) Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa nilai perusahaan yang dihitung dengan Tobin’s Q dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2010 menunjukkan perubahan setiap tahun yang sangat bervariasi dan menunjukkan fluktuasi naik turun di tiap tahun yang berbeda dan menunjukkan gejala yang sama di semua perusahaan sampel. Dari data yang ditunjukkan terjadi fenomena penurunan nilai perusahaan selama tahun 2008 pada seluruh perusahaan sampel. Oleh karena itu sangat krusial bagi eksekutif perusahaan untuk dapat membuat keputusan


(18)

mengenai struktur modal dan kebijakan dividen secara tepat dengan mempertimbangkan fungsi manajemen keuangan, dimana satu keputusan keuangan yang diambil akan mempengaruhi keputusan keuangan lainnya dan berdampak pada nilai perusahaan.

Berkaitan dengan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh Struktur Modal dan Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan (Studi pada Saham-Saham LQ 45 di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2014)”

1.2

Batasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas yang dapat mengaburkan penelitian maka peneliti memberi batasan masalah. Adapun batasan masalah yang diteliti yaitu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh terkait struktur modal dan kebijakan dividen serta dampaknya terhadap nilai perusahaan pada perusahaaan-perusahaan dengan saham-saham yang termasuk dalam indeks LQ 45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008-2014.


(19)

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut dan batasan masalah yang ditentukan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian yang akan diteliti adalah : 1. Bagaimana struktur modal sebagai faktor fundamental berpengaruh

pada nilai perusahaan ?

2. Bagaimana keputusan kebijakan dividen berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan ?

3. Bagaimana analisis pengaruh struktur modal dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan pada saham-saham LQ 45 di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008-2014 ?

1.4

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, penelitian bertujuan ini untuk :

1. Mengetahui pengaruh struktur modal sebagai faktor fundamental terhadap nilai perusahaan.

2. Mengetahui pengaruh keputusan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan.

3. Mengetahui pengaruh struktur modal dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan pada saham-saham LQ 45 di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008-2014.


(20)

1.5

Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Bagi Peneliti, penelitian ini diharapkan menjadi sarana untuk melatih berpikir secara ilmiah dengan berdasar pada teori-teori dan disiplin ilmu yang diperoleh di bangku kuliah khususnya lingkup administrasi keuangan bisnis.

2. Bagi Program Studi Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis, dapat menjadi referensi dan bahan perbandingan bagi peneliti selanjutnya di masa mendatang yang ingin mengkaji hal yang relevan, dan memberikan kontribusi bagi pengembangan studi tentang administrasi keuangan bisnis, terutama pada struktur modal, kebijakan dividen dan nilai perusahaan.

3. Bagi investor dan masyarakat, dapat memberikan bahan pertimbangan ataupun referensi bagi investor dalam menilai kinerja perusahaan sehingga membantu dalam pengambilan keputusan investasi di pasar modal, serta melihat efektivitas investasi yang dilakukan agar diperoleh pengembalian (return) secara optimal.


(21)

10

BAB II

KERANGKA TEORI

2.1Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan dapat diukur melalui nilai harga saham di pasar, berdasarkan terbentuknya harga saham perusahaan di pasar, yang merupakan refleksi penilaian oleh publik terhadap kinerja perusahaan secara riil. Dikatakan secara riil karena terbentuknya harga di pasar merupakan titik-titik kestabilan kekuatan penawaran harga yang secara riil terjadi transaksi jual beli surat berharga di pasar modal antara para penjual (emiten) dan para investor (Harmono, 2009:50).

Nilai perusahaan sangat penting karena dengan nilai perusahaan yang tinggi akan diikuti oleh tingginya kemakmuran pemegang saham (Weston dan Bringham, 2004:5). Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para pemilik perusahaan, sebab dengan nilai yang tinggi menunjukan kemakmuran pemegang saham juga tinggi. Kekayaan pemegang saham dan perusahaan dipresentasikan oleh harga pasar dari saham yang merupakan cerminan dari keputusan investasi, pendanaan (financing), dan manajemen asset. Investor dalam melakukan keputusan investasi di pasar modal memerlukan informasi tentang penilaian saham. Terdapat tiga jenis penilaian yang berhubungan dengan saham, yaitu nilai buku (book value), nilai pasar (market value), dan nilai intrinsik (intrinsic value). Nilai buku merupakan nilai saham menurut pembukuan emiten.


(22)

Nilai pasar merupakan nilai saham di pasar saham dan nilai intrinsik merupakan nilai sebenarnya dari saham.

Martono dan Harjito (2005:3) mengatakan bahwa nilai perusahaan dapat mencerminkan nilai asset yang dimiliki perusahaan seperti surat-surat berharga. Saham merupakan salah satu surat-surat berharga yang dikeluarkan oleh perusahaan, tinggi rendahnya harga saham banyak dipengaruhi oleh kondisi emiten. Salah satu faktor yang mempengaruhi harga saham adalah kemampuan perusahaan membayar dividen.

Menurut Keown (2010) nilai perusahaan merupakan nilai pasar atas surat berharga hutang dan ekuitas perusahaan yang beredar. Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan yang sering dikaitkan dengan harga saham. Nilai perusahaan yang tinggi akan membuat pasar percaya tidak hanya pada kinerja perusahaan saat ini namun juga pada prospek perusahaan di masa depan. Nilai perusahaan dapat didefinisikan sebagai nilai pasar dimana nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran pemegang saham secara optimalapabila harga saham perusahaan meningkat. Harga pasar berfungsi sebagai barometer kinerja bisnis, harga tersebut menunjukkan seberapa baiknya kinerja manajemen sejauh ini atas nama para pemegang sahamnya.

Dalam menentukan nilai perusahaan digunakan rasio Price Book Value (PBV). Nilai perusahaan dikonfirmasikan melalui price book value merupakan rasio pasar (market ratio) yang digunakan untuk mengukur


(23)

kinerja harga pasar saham terhadap nilai bukunya. PBV mengukur nilai yang diberikan pasar keuangan kepada manajemen dan organisasi perusahaan sebagai sebuah perusahaan yang terus tumbuh (Brigham dan Houston, 2011:430). Rasio PBV merupakan perbandingan antara nilai saham menurut pasar dengan nilai buku ekuitas perusahaan. Rasio PBV menunjukkan tingkat kemampuan perusahaan menciptakan nilai relatif terhadap jumlah modal yang diinvestasikan.Secara sederhana menyatakan bahwa price book value (PBV) merupakan rasio pasar (market ratio) yang digunakan untuk mengukur kinerja harga pasar saham terhadap nilai bukunya. Rasio ini dihitung dengan formula sebagai berikut (Warsono, 2003: 39)

PBV = Ps BVS

Ps (price per share) merupakan harga pasar saham dan BVS (book value per share) merupakan nilai buku per lembar saham. BVS digunakan untuk mengukur nilai ekuitas atas setiap saham, dan besarnya nilai BVS dihitung dengan cara membagi total ekuitas dengan jumlah saham yang beredar.

2.2Struktur Modal

Struktur modal merupakan perimbangan antara penggunaan modal pinjaman yang terdiri dari utang jangka pendek yang bersifat permanen, utang jangka panjang dengan modal sendiri yang terdiri dari saham biasa dan saham preferen. Teori struktur modal berkenaan dengan bagaimana modal dialokasikan dalam aktivitas investasi aktiva riil perusahaan,


(24)

dengan cara menentukan struktur modal antara modal utang dan modal sendiri. Biasanya berkaitan dengan proyek proposal suatu investasi perusahaan dan tugas manajemen keuangan adalah menentukan struktur modal optimal untuk menunjang kegiatan investasi perusahaan. Keputusan pendanaan oleh manajemen akan berpengaruh pada penilaian perusahaan yang terefleksi pada harga saham. Oleh karena itu, salah satu tugas manajer keuangan adalah menentukan kebijakan pendanaan yang dapat memaksimalkan harga saham yang merupakan cerminan dari suatu nilai perusahaan.

Menurut Warsono (2003: 235) struktur modal menjelaskan tentang keputusan pendanaan perusahaan dalam menentukan bauran antara utang dan ekuitas, yang bertujuan untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Setiap keputusan pendanaan mengharuskan manajer keuangan untuk dapat mempertimbangkan manfaat dan biaya dari sumber-sumber dana yang dipilih yaitu bagaimana kombinasi optimal antara pendanaan utang dan modal sendiri (ekuitas). Struktur modal yang optimal yaitu struktur modal yang mengoptimalkan keseimbangan antara risiko dan pengembalian sehingga memaksimalkan harga saham.

Menurut Modigliani dan Miller (dalam Warsono, 2003:249) mengenai teori struktur modal, menjelaskan bahwa perusahaan dengan utang akan memberikan manfaat karena bunga utang dapat mengurangi keuntungan kena pajak, sehingga pajak yang dibayarkan perusahaan menjadi lebih kecil (tax deductible). Sedangkan dalam Brigham dan Houston (2011:33-34) trade off theory menyatakan bahwa proporsi rasio


(25)

struktur modal yang optimal dapat ditemukan dengan menyeimbangkan keuntungan penggunaan utang dengan biaya kebangkrutan dari utang perusahaan. Dalam struktur modal Trade off theory secara teoritis menyeimbangkan keuntungan pajak dari peminjaman untuk menutup biaya-biaya kesulitan keuangan. Penelitian lain yang dilakukan oleh Myers (dalamUtomo dan Djumahir, 2011:375), pecking order theory didasarkan pada masalah-masalah informasi asimetris. Perusahaan-perusahaan akan lebih menyukai pendanaan internal untuk membiayai investasi. Jika akan menggunakan pendanaan eksternal, maka akan dipilih utang terlebih dahulu daripada ekuitas. Model ini menjelaskan bahwa banyak perusahaan memiliki kecenderungan untuk tidak mengeluarkan saham dan cenderung memegang cadangan kas yang besar. Struktur modal merupakan perimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Menurut Martono (2005:35), struktur modal merupakan perbandingan atau imbalan pendanaan jangka panjang perusahaan yang ditunjukkan oleh perbandingan struktur aktiva jangka panjang terhadap modal sendiri. Pendanaan dalam arti luas meliputi semua aktivitas perusahaan yang berkaitan dengan usaha mendapatkan dana yang dibutuhkan oleh perusahaan beserta usaha untuk menggunakan dana tersebut seefisien mungkin. Untuk memperoleh modal tersebut, perusahaan harus membayar biaya. Biaya tersebut bisa bersifat eksplisit maupun implisit. Bagi dana yang berasal dari hubungan struktur aktiva maka biaya modalnya mudah diidentifikasikan, yaitu biaya bunga. Sedangkan bagi dana yang berbentuk modal sendiri, biayanya tidak tampak yang biasanya


(26)

berbentuk keuntungan yang disyaratkan. Salah satu tugas manajer keuangan adalah menentukan struktur modal yang tepat, yaitu biaya modal (cost of capital) minimal yang dapat menghasilkan tingkat return on equity yang tinggi.

Menurut Warsono (2003: 236-237), faktor-faktor penentu struktur modal antara lain : stabilitas penjualan atau ukuran perusahaan, resiko bisnis yang dihadapi perusahaan, tingkat pertumbuhan, struktur aktiva, profitabilitas, pajak, leverage operasi, pengendalian, sikap manajemen, sikap pemberi pinjaman dan lembaga penilai peringkat, keadaan pasar modal, kondisi internal perusahaan, fleksibilitas keuangan dan konservatisme atau agresivisme manajerial yang dapat mempengaruhi manajer dalam menentukan struktur modal sasaran.

Menurut Van Horne (dalam Harmono 2009:137-138), asumsi yang dibutuhkan untuk menganalisis teori struktur modal adalah sebagai berikut:

1. Tidak ada pajak pendapatan, dan asumsi ini pada akhirnya dalam aplikasi yang diabaikan.

2. Perubahan rasio utang terhadap modal disebabkan oleh penerbitan surat utang yang digunakan untuk membeli saham, dan sebaliknya menerbitkan saham untuk membayar utang, dan tidak ada biaya transaksi.

3. Perusahaan menetapkan kebijakan deviden sebesar 100% dari laba dibagikan sebagai deviden.


(27)

4. Tingkat subjektivitas probabilitas prediksi para investor di pasar terhadap tingkat laba operasi perusahaan yang akan datang adalah sama.

5. Tingkat laba operasi perusahaan diprediksi konstan. Nilai distribusi probabilitas laba operasi prediksi selama periode yang akan datang sama dengan nilai laba operasi sekarang.

Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara jumlah hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Oleh karena itu, struktur modal diukur dengan debt to equity ratio (DER). DER merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat leverage (penggunaan hutang) terhadap total shareholder’s equity yang dimiliki perusahaan. Secara matematis DER dapat dirumuskan sebagai berikut (Warsono, 2003: 239) :

DER= Total Hutang Total Ekuitas

Total hutang merupakan total liabilities (baik hutang jangka pendek maupun jangka panjang) sedangkan total ekuitas merupakan total modal sendiri (total modal saham yang disetor dan laba yang ditahan) yang dimiliki perusahaan. Apabila total hutang semakin besar, baik jangka pendek maupun jangka panjang dibandingkan dengan total modal sendiri akan mengakibatkan beban yang ditanggung perusahaan akan semakin besar terhadap kreditur.


(28)

Dalam buku Sjahrial (2009:179-207), teori struktur modal terbagi menjadi 2 (dua ) kelompok besar yaitu :

1. Teori Struktur Modal Tradisional yang dikembangkan oleh David Durand pada tahun 1952 terdiri dari :

a. Pendekatan laba bersih (Net Income Approach)

Pendekatan laba bersih mengasumsikan bahwa investor mengkapitalisasi atau menilai laba perusahaan dengan tingkat kapitalisasi yang konstan dan perusahaan dapat meningkatkan jumlah utangnya dengan tingkat biaya utang yang konstan pula. Karena kapitalisasi dan biaya utang konstan maka semakin besar jumlah utang yang digunakan perusahaan, biaya modal rata-rata tertimbang semakin kecil sebagai akibat penggunaan utang yang semakin besar.

b. Pendekatan laba operasi bersih (Net Operating Income Approach= NOI Approach)

Pendekatan ini melihat bahwa biaya modal rata-rata tertimbang konstan berapapun tingkat utang yang digunakan oleh perusahaan. Pertama, diasumsikan bahwa biaya utang konstan seperti dalam pendekatan laba bersih. Kedua, penggunaan utang yang semakin besar oleh pemilik modal sendiri dilihat sebagai peningkatan resiko perusahaan. Oleh karena itu tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh pemilik modal sendiri akan meningkat sebagai akibat meningkatnya resiko perusahaan. Konsekuensinya biaya modal


(29)

rata-rata tertimbang tidak mengalami perubahan dan keputusan struktur modal menjadi tidak penting.

c. Pendekatan Tradisional (Traditional Approach)

Pendekatan ini paling banyak dianut oleh para praktisi dan para akademisi. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa suatu laverage tertentu, resiko perusahaan tidak mengalami perubahan. Sehingga baik tingkat kapitalisasi dan tingkat biaya utang relatif konstan. Namun demikian setelah leverage atau rasio utang tertentu, biaya utang dan biaya modal sendiri meningkat.

Peningkatan biaya modal sendiri ini akan semakin besar dan bahkan akan lebih besar daripada penurunan biaya karena penggunaan utang yang lebih murah. Akibatnya biaya modal rata-rata tertimbang pada awalnya menurun dan setelah leverage tertentu akan meningkat. Oleh karena itu nilai perusahaan mula-mula meningkat dan akan menurun sebagai akibat penggunaan utang yang semakin besar. Dengan demikian menurut pendekatan tradisional, terdapat struktur modal yang optimal untuk setiap perusahaan. Struktur modal yang optimal tersebut terjadi pada saat nilai perusahaan maksimum atau struktur modal yang mengakibatkan biaya modal rata-rata tertimbang minimum.


(30)

2. Teori Struktur Modal Modern bermula pada tahun 1958 ketika Profesor Franco Modigliani dan Profesor Merton Miller, mempublikasikan apa yang disebut sebagai artikel keuangan yang paling berpengaruh yang pernah ditulis 1

a. Model Modigliani-Miller (MM) tanpa pajak

, yang terdiri dari :

Dengan asumsi yang berlaku pada kondisi tanpa dan dengan pajak, yaitu :

1) Resiko bisnis perusahaan diukur dengan � EBIT (Standard Deviation Earning Before Interst and Taxes = Deviasi Standar Laba Sebelum Bunga dan Pajak)

2) Investor memiliki pengharapan yang sama tentang EBIT perusahaan di masa mendatang.

3) Saham dan obligasi diperjual belikan di suatu pasar modal yang sempurna. Adapun kriteria pasar modal yang efisien adalah : a) Informasi selalu tersedia bagi semua investor (symmetric

information) dan dapat diperoleh tanpa biaya.

b) Tidak ada biaya transaksi dan investor bersikap rasional. c) Investor dapat melakukan diversifikasi investasi secara

sempurna.

d) Tidak ada pajak penghasilan perseorangan maupun pajak penghasilan perusahaan.

e) Investor baik perseorangan maupun perusahaan/institusi dapat meminjam dengan tingkatan bunga yang sama seperti

1

Franco Modigliani dan Merton H. Miller, “The Cost of Capital, Corporation Finance, and the Theory of investment,” American Economic Review, Juni 1958. Modigliani dan Miller keduanya memenangkan Hadiah Nobel untuk hasil kerja mereka.


(31)

halnya perusahaan sebesar tingkat bunga bebas resiko. Utang adalah tanpa resiko sehingga suku bunga utang adalah suku bunga bebas resiko.

4) Seluruh aliran kas adalah perpuitas (sama jumlahnya setiap periode hingga waktu tak terhingga). Dengan kata lain pertumbuhan perusahaan adalah nol atau EBIT selalu sama. Terdapat tiga preposisi yaitu :

Preposisi 1 : Nilai setiap perusahaan tidak lain merupakan kapitalisasi laba operasi bersih yang diharapkan atau expected net operating income (NOI=EBIT) dengan tingkat kapitalisasi konstan yang sesuai dengan tingkat resiko perusahaan.

Preposisi 2 : Biaya modal sendiri perusahaan yang memiliki leverage adalah sama dengan biaya modal sendiri perusahaan yang tidak memiliki leverage ditambah dengan premi resiko.

Preposisi 3 : Perusahaan seharusnya melakukan investasi proyek baru sepanjang nilai perusahaaan meningkat paling tidak sebesar biaya investasi.

b. Model Modigliani-Miller (MM) dengan pajak Terdapat dua preposisi yaitu :

Preposisi 1 : Nilai perusahaan yang sama sekali tidak menggunakan hutang sama dengan nilai modal sendiri perusahaan tersebut.


(32)

Preposisi 2 : Perusahaan seharusnya menggunakan hampir 100% hutang.

c. Model Miller

Teori lain selain MM yang membahas struktur modal adalah teori yang diajukan oleh Miller. Teori Miller menyajikan teori struktur modal yang meliputi pajak untuk penghasilan pribadi. Pajak untuk penghasilan pribadi itu adalah pajak penghasilan saham dan pajak penghasilan dari obligasi.

Kesimpulan dari model Miller adalah :

1) Jika tidak ada pajak menurut Miller nilai perusahaan yang tidak menggunakan hutang sama dengan nilai perusahaan yang menggunakan hutang. (VL = Vu)

2) Jika tidak ada pajak pribadi, maka menurut Miller nilai perusahaan tidak menggunakan hutang sama dengan nilai perusahaan yang tidak menggunakan hutang ditambah dengan besarnya pajak dari hutang perusahaan.

3) Keuntungan dari penggunaan hutang pada model Miller tergantung pada : pajak perusahaan, pajak pribadi pada penghasilan saham dan obligasi serta hutang.

d. Model Financial distress and Agency Costs

Financial distress adalah kondisi dimana perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan terancam bangkrut. Jika perusahaan mengalami kebangkrutan, maka akan timbul biaya kebangkrutan (Bankcruptcy Cost) yang disebabkan oleh keterpaksaan menjual


(33)

aktiva di bawah harga pasar, biaya likuidasi perusahaan, rusaknya aktiva tetap dimakan waktu sebelum terjual dan sebagainya. Agency costs atau biaya keagenan adalah biaya yang timbul karena perusahaan menggunakan hutang dan melibatkan hubungan antara pemilik perusahaan dan kreditor.

e. Model Trade Off (Model gabungan antara Model Modigliani-Miller, Model Modigliani-Miller, dan Financial Distress and Agency Costs) Salah satu kelebihan dari model ini adalah didukung oleh beberapa studi empiris. Sebagai contoh, perusahaan yang memiliki aktiva berwujud cukup besar cenderung untuk menggunakan utang dalam proporsi yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki aktiva tak berwujud dalam jumlah besar meskipun memiliki kesempatan untuk tumbuh lebih baik. Dalam praktiknya, rasio utang dalam struktur modal sangat bervariasi dari satu perusahaan dengan perusahaan lain. Bagi perusahaan lebih baik menggunakan utang secara konsisten, sesuai dengan rata-rata industri yang memiliki tingkat resiko yang setara.

f. Teori Informasi tidak Simetris (Asymmetric Information Theory) Awal dekade 1950-an, Gordon Donaldson dari Harvard University mengajukan teori tentang informasi yang tidak simetris. Asymmetric information adalah kondisi dimana satu pihak memiliki lebih banyak informasi dibandingkan pihak lain. Karena asymmetrict information, manajemen perusahaan ingin memaksimumkan nilai untuk pemegang saham saat ini (current


(34)

stockholder), bukan pemegang saham baru. Karena adanya asymmetric information, Gordon Donaldson menyimpulkan bahwa perusahaan lebih senang menggunakan dana dengan urutan : 1) laba ditahan dan laba depresiasi, 2) utang, 3) penjualan saham baru.

2.3Kebijakan Dividen

Perusahaan akan tumbuh dan berkembang, kemudian pada waktunya akan memperoleh keuntungan atau laba. Laba ini terdiri dari laba yang ditahan dan laba yang akan dibagikan. Pada tahap selanjutnya laba yang ditahan merupakan salah satu sumber dana yang paling penting untuk membiayai pertumbuhan perusahaan. Dari seluruh laba yang diperoleh perusahaan sebagian dibagikan kepada pemegang saham berupa dividen. Hanafi (2004:361) menyatakan pemegang saham menerima kompenisasi berupa dividen, di samping capital gains. Mengenai penentuan besarnya dividen untuk dibagikan kepada para pemegang saham sebagai keuntungan dari laba perusahaan ditentukan dalam rapat umum anggota pemegang saham dan jenis pembayarannya tergantung kepada kebijakan pemimpin.

Van Horne dan Wachowicz (2007:496) menyatakan kebijakan dividen merupakan bagian yang menyatu dengan keputusan pendanaan perusahaan. Kebijakan dividen pada hakekatnya adalah menentukan berapa keuntungan yang akan diperoleh perusahaan yang akan dibagikan dalam bentuk dividen kepada para pemegang saham dan berapa banyak


(35)

laba yang akan ditahan di dalam perusahaan sebagai unsur pembelanjaan internal perusahaan.

Kebijakan dividen mempunyai arti yang penting bagi perusahaan karena : 1. Kebijakan keuangan ini berpengaruh terhadap sikap para investor.

Pemotongan dividen dapat dianggap negatif oleh para investor, karena pemotongan seperti ini sering dikaitkan dengan kesulitan keuangan yang dihadapi perusahaan.

2. Kebijakan keuangan ini berdampak pada program pendanaan dan anggaran modal perusahaan.

3. Kebijakan keuangan ini dapat mempengaruhi arus kas perusahaan. Perusahaan dengan likuiditas buruk dapat dipaksa untuk membatasi pembayaran dividennya.

4. Kebijakan keuangan ini menurunkan nilai ekuitas pemegang saham biasa karena besarnya dividen ditentukan oleh besarnya laba ditahan.

Alokasi penentuan laba sebagai laba ditahan dan pembayaran dividen merupakan aspek utama dalam kebijakan dividen. Rasio pembayaran dividen menentukan jumlah laba yang ditahan sebagai sumber pendanaan. Semakin besar laba ditahan semakin sedikit jumlah laba yang dialokasikan untuk pembayaran dividen. Laba ditahan (retained earning) merupakan salah satu dari sumber dana yang paling penting untuk membiayai pertumbuhan perusahaan. Sedangkan dividen merupakan aliran kas yang dibayarkan kepada para pemegang saham atau “equity investors”. Kebijakan dividen bersangkutan dengan penentuan pembagian pendapatan (earning) antara pengunaan pendapatan untuk dibayarkan


(36)

kepada para pemegang saham sebagai dividen atau untuk digunakan didalam perusahaan, yang berarti laba tersebut harus ditahan didalam perusahaan.

Dalam penentuan kebijakan dividen ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebijakan deviden suatu perusahaan antara lain :

1. Posisi likuiditas perusahaan, dimana semakin kuat posisi likuiditas perusahaan makin besar dividen yang dibayarkan.

2. Kebutuhan dana untuk membayar utang, apabila sebagian besar laba digunakan untuk membayar utang maka sisanya yang digunakan untuk membayar dividen makin kecil.

3. Rencana perluasan usaha, makin besar perluasan usaha perusahaan, makin berkurang dana yang dapat dibayarkan untuk dividen.

4. Pengawasan terhadap perusahaan, kebijakan pembiayaan untuk ekspansi dibiayai dengan dana dari sumber internal antara lain laba. Pertimbangannya apabila dibiayai dengan penjualan saham baru ini akan melemahkan kontrol dari kelompok pemegang saham dominan. Karena suara pemegang saham mayoritas berkurang.

5. Stabilitas keuntungan dan kebangkrutan, semakin stabil keuntungan yang diperoleh perusahaan, semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Apabila keuntungan perusahaan berfluktuasi, maka resiko terjadinya kebangkrutan semakin besar.

6. Biaya transaksi dan kebutuhan pemodal, dalam memenuhi kebutuhan likuiditasnya para investor terkadang mengharapkan dari hasil investasinya pada saham perusahaan yang dimilikinya dengan kondisi


(37)

ini jika perusahaan secara tiba-tiba memperkecil dividennya, para investor dapat mengalami kesulitan pendanaan.

Dalam hal pembagian dividen, dalam Sjahrial (2009:306), ada tiga kelompok pendapat mengenai kebijakan dividen, yaitu :

1. Kelompok satu, yang biasa disebut kelompok kanan yang mengatakan bahwa perusahaan seharusnya membagikan dividen sebesar-besarnya. 2. Kelompok kedua, yang biasa disebut kelompok tengah (middle of

roaders, Brealey and Myers, 1991:376) yang menyatakan bahwa kebijakan dividen adalah tidak relevan. Artinya apakah perusahaan akan membagikan dividen yang besar atau kecil, akibatnya bagi kemakmuran pemegang saham (pemilik perusahaan) sama saja.

3. Kelompok ketiga, yang biasa disebut kelompok kiri yang mengatakan bahwa perusahaan seharusnya membagikan dividen sekecil-kecilnya. Kalau perlu tidak usah membagikan dividen.

Kebijakan terhadap pembayaran dividen merupakan keputusan yang sangat penting dalam suatu perusahaan. Kebijakan ini melibatkan dua pihak yang mempunyai kepentingan yang berbeda, yaitu pihak pertama para pemegang saham dan pihak kedua perusahaan itu sendiri. Kesadaran atas tanggapan pasar terhadap kebijakan tertentu sangat membantu dalam penetapan kebijakan dividen yang sesuai.


(38)

Ada beberapa teori yang berkaitan dengan kebijakan dividen dan asumsi-asumsi yang mendasarinya dalam Sjahrial (2009:311-314) antara lain :

1. Teori “Dividen Tidak Relevan” dari Modigliani dan Miller

Perusahaan lebih suka menggunakan laba yang ditahan daripada menerbitkan saham baru. Ada kemungkinan laba ditahan tidak cukup besar sehingga perusahaan harus menerbitkan saham baru. Semakin besar terget laba ditahan, semakin kecil kemungkinan perusahaan menerbitkan saham baru, karena biaya modal sendiri ditentukan oleh besar-kecilnya laba ditahan. Beberapa ahli menentang pendapat Modigliani dan Miller mengenai dividen tidak relevan dengan menunjukkan bahwa adanya biaya emisi saham baru akan mempengaruhi nilai perusahaan. Untuk membuktikan teorinya, Modigliani dan Miller mengemukakan berbagai asumsi sebagai berikut:

a. Tidak ada pajak perseorangan dan pajak penghasilan perusahaan b. Tidak ada biaya emisi atau flotation cost dan biaya transaksi

c. Kebijakan penganggaran modal perusahaan independen terhadap dividend payout ratio

d. Investor dan manajer mempunyai informasi yang sama tentang kesempatan investasi di masa yang akan datang

e. Distribusi pendapatan di antara dividen dan laba ditahan tidak berpengaruh terhadap tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh investor


(39)

2. Teori “The Bird In The Hand”

Gordon dan Lintner, menyatakan bahwa biaya modal sendiri perusahaan akan naik jika DPR (dividend payout ratio) rendah karena investor lebih suka menerima dividen dibandingkan capital gain sebab dividend yield lebih pasti. Menurut Modigliani dan Miller pendapat Gordon dan Lintner merupakan sebuah kesalahan, karena akhirnya investor akan kembali menginvestasikan dividen yang diterima pada perusahaan yang sama atau perusahaan yang memiliki resiko yang hampir sama.

3. Teori Perbedaan Pajak (Tax preference theory)

Teori ini diajukan oleh Litzenberger dan Ramaswamy, dimana ada kecenderungan para investor lebih menyukai capital gains dibandingkan dividen karena dapat menunda pembayaran pajak. Jika capital gains dikenakan pajak dengan tarif lebih rendah daripada pajak atas dividen, maka saham yang memiliki pertumbuhan tinggi menjadi lebih menarik.Tetapi sebaliknya jika capital gains dikenai pajak yang sama dengan pendapatan atas dividen, maka keuntungan capital gain menjadi berkurang. Namun demikian pajak atas dividen karena pajak atas capital gains baru dibayar setelah saham dijual, sementara pajak atas dividen harus dibayar setiap tahun setelah pembayaran dividen .

4. Teori “Signaling Hypothesis”

Bukti empiris menyebutkan jika ada kenaikan dividen maka sering diikuti dengan kenaikan harga saham, demikian pula sebaliknya. Menurut Modigliani dan Miller kenaikan dividen biasanya merupakan


(40)

suatu “signal (tanda)” kepada para investor bahwa manajemen perusahaan meramalkan suatu penghasilan yang baik di masa mendatang. Sebaliknya penurunan dividen atau kenaikan dividen di bawah normal (biasanya) diyakini investor sebagai pertanda (signal) bahwa perusahaan menghadapi masa sulit diwaktu mendatang. Signalling theory menyatakan bahwa manajer yang memiliki informasi yang lebih baik tentang perusahaan berupaya menyampaikan informasi tersebut kepada calon investor. Adanya masalah asimetri informasi menyebabkan calon investor tidak percaya begitu saja terhadap informasi tersebut. Salah satu cara yang dilakukan oleh manajer untuk meyakinkan calon investor adalah dengan memberikan signal. Signal tersebut menjadi sarana bagi investor untuk membedakan kinerja perusahaan. investor akan memberikan nilai yang lebih tinggi kepada perusahaan yang memiliki utang yang lebih besar.

5. Teori “Clientele Effect”

Kelompok (Clientele) pemegang saham yang berbeda akan memiliki preferensi yang berbeda terhadap kebijakan dividen perusahaan. Kelompok pemegang saham yang membutuhkan penghasilan pada saat ini lebih menyukai suatu dividend payout ratio (DPR) yang tinggi. Sebaliknya kelompok pemegang saham yang tidak begitu membutuhkan uang saat ini lebih senang jika perusahaan menahan sebagian besar laba bersih perusahaan. Jika ada perbedaan pajak bagi individu (misalnya orang lanjut usia dikenakan pajak lebih ringan) karena dapat menunda pembayaran pajak. Kelompok ini lebih senang


(41)

jika perusahaan membagi dividen yang kecil. Akan tetapi kelompok pemegang saham yang dikenakan pajak tinggi lebih menyukai capital gains demikian pula sebaliknya.

2.4Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu digunakan sebagai bahan perbandingan dan referensi dalam penulisan penelitian ini. Berikut beberapa penelitian terdahulu yang relevan antara lain :

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu Peneliti Universitas Judul Metode

Penelitian Hasil Asbi Rachman Faried (2008) Universitas Diponegoro Analisis Pengaruh Faktor Fundamental dan Nilai Kapitalisasi Pasar Terhadap Return Saham Perusahaan Manufaktur di BEI Periode 2002 Sampai Dengan 2006 Teknik Analisis yang digunakan adalah regresi berganda Hasil Penelitian menunjukkan bahwa kinerja faktor fundamental yang diukur dengan Return on Asset (ROA), Price to Book Value (PBV) dan kapitalisasi pasar digunakan oleh investor untuk memprediksi return saham perusahaan Manufaktur di BEI pada periode 2002-2006. Dewa Kadek Oka Kusumaja ya (2011) Universitas Udayana Pengaruh Struktur Modal dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Metode penelitian yang digunakan adalah metode purposive sampling Adanya pengaruh positif antar struktur modal, profitablitas dan pertumbuhan perusahaan


(42)

Profitabilitas dan Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia

dengan teknik analisis path analysis. terhadap nilai perusahaan Rika Susanti (2010) Universitas Diponegoro Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Kasus Pada Perusahaan

yang Go

Public yang Listed Tahun 2005-2008) Metode penelitian yang digunakan merupakan uji Ordinary Least Square (OLS) terhadap Tobins’Q Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antar variabel board size, board intensity (mettings), board independence, profitabilitas dan invesment opportunity terhadap nilai perusahaan. Sri Rahayu (2010) Universitas Diponegoro Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility

dan Good

Corporate Governance Sebagai Variabel Pemoderasi (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta) Analisis data menggunakan analisis regresi linear sederhana untuk hipotesis 1 dan analisis regresi linear berganda dengan uji Moderated Regression Analysis (MRA) untuk hipotesis 2 dan 3 Dari hasil penelitian diketahui bahwa kepemilikan manajerial juga bukan merupakan variabel moderating yang mampu memoderasi hubungan antara ROE dan nilai perusahaan walaupun menunjukkan pengaruh yang signifikan dengan hubungan terbalik (t hitung = -2,433 ; Sig. = 0,017).


(43)

Yuliani, Isnurhadi dan Samadi W. Bakar (2013) Universitas Sriwijaya Keputusan Investasi, Pendanaan dan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan dengan Resiko Bisnis Sebagai Variabel Mediasi Metode penelitian yang digunakan berupa analisis jalur (Path Analysis) berjenis explanatory research. Keputusan investasi memberikan kontribusi terhadap peningkatan terhadap nilai perusahaan . sedangkan keputusan pendanaan dan kebijakan deviden malah sebaliknya. Serta peran resiko bisnis sebagai variabel mediasi memberikan kontribusi terhadap nilai perusahaan. Peran resiko bisnis sebagai mediasi pengaruh keputusan pendanaan terhadap nilai perusahaan

bersifat full mediation.

1. Penelitian tentang faktor-faktor fundamental, nilai kapitalisasi pasar dan return saham pada perusahaan manufaktur di BEI yang dilakukan Asbi Rachman Faried (2008) mulai kurun waktu 2002-2006. Dengan teknik analisis data menggunakan regresi linear berganda dan teknik penetapan sampel dengan purposive sampling dan menetapkan 49 perusahaan sebagai sampel. Berdasarkan hasil penelitian secara simultan variabel bebas berpengaruh terhadap return saham dengan nilai signifikansi F sebesar 0,000%. Secara parsial hanya variabel Return on Asset (ROA),


(44)

Price to Book Value (PBV) dan nilai kapitalisasi pasar yang berpengaruh signifikan terhadap return saham perusahaan manufaktur di BEI tahun 2002-2006 karena signifikansi kurang dari 5 % yaitu berturut-turut sebesar 1,2 % , 2,6 %, 0,8 % .Hasil Penelitian menunjukkan bahwa kinerja faktor fundamental yang diukur dengan Return on Asset (ROA), Price to Book Value (PBV) dan kapitalisasi pasar digunakan oleh investor untuk memprediksi return saham perusahaan Manufaktur di BEI pada periode 2002-2006.

2. Penelitian yang dilakukan Dewa Kadek Oka Kusumajaya pada tahun 2011 menunjukkan hasil penelitian bahwa: struktur modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas, pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas, struktur modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan dan profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Metode penentuan sampel dengan metode purposive sampling, yang menghasilkan 27 perusahaan manufaktur. Data penelitian merupakan data sekunder diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 dengan teknik analisis jalur (path analysis).

3. Penelitian yang dilakukan Rika Susanti (2010) menggunakan uji Ordinary Least Square (OLS) terhadap Tobins’Q dan sampel yang digunakan adalah perusahaan non keuangan di Bursa Efek Indonesia tahun 2005 sampai tahun 2008.Hasil dari penelitian ini menyebutkan bahwa terdapat


(45)

hubungan positif dan signifikan antara variabel board size, board intensity(mettings), board independence, profitabilitas, dan investment opportunity terhadap nilai perusahaan. Selain itu juga ditemukan variabel struktur kepemilikan dan dividen memiliki hubungan positif dan tidak signifikan dengan nilai perusahaan, namun terdapat hubungan negativ antara nilai perusahaan dengan variabel cash dan finance risk, yang berarti bahwa semakin kecil kepemilikan kas dan risiko perusahaan dalam perusahaan yang kecil akan mengakibatkan naiknya profitabilitas dan nilai perusahaan.

4. Penelitian yang dilakukan Sri Rahayu (2010) dengan judul Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Good Corporate Governance Sebagai Variabel Pemoderasi (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta) menunjukkan hasil penelitian dengan analisis regresi linear bahwa ROE tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan (t hitung = 0,1362 ; Sig. = 0,177). Sedangkan analisis variabel moderating dengan metode MRA menunjukkan bahwa pengungkapan CSR tidak mampu memoderasi hubungan antara ROE terhadap nilai perusahaan (t hitung = 0,192 ; Sig. = 0,848). Kepemilikan manajerial juga bukan merupakan variabel moderating yang mampu memoderasi hubungan antara ROE dan nilai perusahaan walaupun menunjukkan pengaruh yang signifikan dengan hubungan terbalik (t hitung = -2,433 ; Sig. = 0,017).


(46)

5. Penelitian yang dilakukan Yuliani, Isnurhadi dan Samadi W. Bakar (2013) melakukan observasi pada tahun 2009-2011 pada 18 perusahaan yang terdaftar di Indonesian Stock Excange (IDX) dengan teknik anlisis data berua analisis jalur (Path Analysis) berjenis explanatory research. Keputusan investasi memberikan kontribusi terhadap peningkatan terhadap nilai perusahaan. sedangkan keputusan pendanaan dan kebijakan deviden malah sebaliknya. Serta peran resiko bisnis sebagai variabel mediasi memberikan kontribusi terhadap nilai perusahaan. Peran resiko bisnis sebagai mediasi pengaruh keputusan pendanaan terhadap niali perusahaan bersifat full mediation.

2.5Kerangka Pemikiran Teoritis

Berdasarkan landasan teori, tujuan penelitian dan hasil penelitian empiris yang telah dilakukan beberapa peneliti sebelumnya serta permasalahan yang telah dikemukakan, maka sebagai dasar untuk merumuskan hipotesis. Berikut disajikan kerangka pemikiran yang dituangkan dalam model penelitian. Kerangka pemikiran tersebut, menunjukkan pengaruh variabel independen yaitu struktur modal dan kebijakan dividen baik secara parsial maupun simultan terhadap variabel dependen yaitu nilai perusahaan LQ 45 di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2008-2014.


(47)

2.5.1 Pengaruh Struktur Modal (DER) terhadap Nilai Perusahaan

Struktur modal merupakan kajian yang penting dalam manajemen keuangan karena akan mempunyai konsekuensi tertentu terhadap pengembalian dan resiko keuangan yang harus ditanggung oleh perusahaan. Dengan memperbesar tingkat leverage berarti bahwa tingkat ketidakpastian dari return yang diperoleh akan semakin tinggi, tetapi pada saat yang sama hal tersebut juga dapat memperbesar return yang diperoleh. Dengan dilema ini maka perlu diusahakan suatu bauran pembelanjaan yang dapat memaksimalkan nilai perusahaan dengan resiko yang dapat diterima.

Ada beberapa teori tentang struktur modal yang dapat dijadikan referensi dalam membantu pengambilan keputusan penelitian, yaitu teori struktur modal tradisional yang dikembangkan oleh David Durand (Sjahrial, 2009: 179-182) yang terdiri dari : Pertama, pendekatan laba bersih (net income) yang menyatakan jika leverage meningkat, maka nilai total perusahaan akan meningkat dan biaya modal keseluruhan menurun. Kedua, pendekatan laba operasi bersih yang menyatakan jika leverage keuangan meningkat maka nilai per lembar saham dan tingkat kapitalisasi ekuitas perusahaan akan meningkat. Dalam pendekatan laba bersih dan laba operasi bersih mempunyai kelemahan yakni tidak memperhatikan resiko dan tidak ada struktur modal yang optimal. Ketiga, pendekatan tradisional menyatakan jika leverage keuangan meningkat, maka nilai perusahan total akan meningkat sampai titik tertentu setelah mencapai titik


(48)

tersebut, dengan meningkatnya leverage, justru akan menurunkan nilai perusahaan total.

Kemudian teori struktur modal modern yang dikembangkan oleh Mogdigliani dan Miller (Sadalia, 2010:132-139), yaitu pertama pendekatan Modigliani-Miller menyatakan bahwa antara perusahaan yang menggunakan leverage dan tidak, pada akhirnya akan mempunyai nilai yang sama karena adanya proses arbitrasi. Arbitrasi adalah proses penjualan aktiva (saham) yang dinilai terlalu tinggi dan pembelian aktiva yang dinilai terlalu rendah agar supaya terjadi keseimbangan dimana semua aktiva dinilai wajar.Teori trade-off adalah teori yang menjelaskan bahwa struktur modal yang optimal ditemukan dengan menyeimbangkan manfaat dari pendanaan dengan hutang dengan suku bunga dan kebangkrutan yang lebih tinggi. Trade-off theory menjelaskan bahwa jika posisi struktur modal berada di bawah titik optimal maka setiap penambahan hutang akan meningkatkan nilai perusahaan. Sebaliknya, setiap jika posisi struktur modal berada di atas titik optimal maka setiap penambahan hutang akan menurunkan nilai perusahaan. Oleh karena itu, dengan asumsi titik target struktur modal optimal belum tercapai, maka berdasarkan trade-off theory yang didukung oleh beberapa studi empiris memprediksi adanya hubungan antara struktur modal yang positif terhadap nilai perusahaan.


(49)

2.5.2 Pengaruh Kebijakan Dividen (DPR) terhadap Nilai Perusahaan

Keputusan dividen dalam perusahaan akan menghasilkan kebijakan dividen yang merupakan salah satu keputusan yang penting karena dapat berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Kebijakan dividen yang tepat dapat berimplikasi terhadap kekayaan para pemegang saham perusahaan. Ada beberapa teori mengenai kebijakan dividen seperti teori dividen tidak relevan dari Modigliani dan Miller (Keown, et al., 2010: 202) yang menyatakan bahwa harga saham tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh kebijakan dividen tetapi lebih pada informasi yang terkandung di dalam perubahan dividen yang berkaitan dengan laba yang akan datang. Kenaikan pembanyaran dividen dilihat sebagai signal bahwa perusahaan memiliki prospek yang baik. Sebaliknya penurunan pembayaran dividen akan dilihat sebagai prospek perusahaan yang baru.

Sedangkan Gordon dan Lintner (Sadalia, 2010:158) menyatakan bahwa biaya modal sendiri perusahaan akan naik jika Dividend Payout Ratio rendah karena investor lebih suka menerima dividen dibandingkan capital gain sebab dividend yield lebih pasti. Kemudian teori yang diajukan oleh Lizenberger menyatakan adanya kecenderungan para investor lebih menyukai capital gains dibandingkan dividen karena dapat menunda pembayaran pajak. Dan teori yang keempat yaitu teori Clientele Effect dimana para pemegang saham yang berbeda memiliki preferensi yang berbeda terhadap kebijakan dividen perusahaan. Walaupun teori-teori tersebut saling bertentangan, akan tetapi pada umumnya bukti empiris menyebutkan jika ada kenaikan dividen sering diikuti dengan kenaikan


(50)

harga saham, demikian pula sebaliknya. Kenaikan pembayaran dividen dianggap sebagai signal bahwa perusahaan memiliki prospek dan kinerja yang baik. Dengan demikian hipotesis yang dapat dibangun adalah :

H2 : Diduga kebijakan dividen berpengaruh positif dengan Nilai

Perusahaan.

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran Teoritis

Sumber : Peneliti, 2015. Struktur Modal

(DER) (X1)

Kebijakan Dividen (DPR) (X2)

Nilai Perusahaan (PBV) (Y)


(51)

40

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Bentuk Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang berjenis eksplanatoris karena menguji hubungan kausalitas antar variabel melalui pengujian hipotesis. Penelitian ini tergolong sebagai penelitian kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik (Sugiyono, 2011).

Tujuan penelitian kuantitatif adalah mengembangkan dan menggunakan model-model matematis, teori-teori dan hipotesis yang dikaitkan dan mempunyai kejelasan unsur. Dengan pendekatan positivis ini diperlukan data numerik yang dianalisis menggunakan statistik untuk menguji sejumlah hipotesis.

3.2.Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan pada perusahaan-perusahaan go public yang terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia dan masuk dalam penghitungan indeks LQ 45, selama periode 2008 sampai dengan 2014.


(52)

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek dan benda-benda alam yang lain. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang masuk dalam indeks LQ 45 di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2008-2014. Dipilihnya perusahaan perusahaan yang masuk dalam perhitungan indeks LQ 45 sebagai obyek penelitian dengan pertimbangan bahwa saham-saham perusahaan tersebut umumnya memiliki kepastian akan return dan memiliki kinerja pasar dan fundamental perusahaan yang baik (blue chips stocks).

3.3.2 Sampel

Bentuk penarikan sampel yang dilakukan peneliti adalah dengan menggunakan pendekatan dengan metode purposive sampling. Menurut Juliandi & Irfan (2013:58) purposive sampling adalah teknik memilih sampel dari suatu populasi berdasarkan pertimbangan (kriteria) tertentu, baik pertimbangan ahli maupun pertimbangan ilmiah. Berikut merupakan pertimbangan (kriteria) sampel perusahaan :

1. Perusahaan yang selalu masuk dalam indeks LQ 45 di Bursa Efek Indonesia secara konsisten selama periode tahun 2008-2014

2. Perusahaan dengan laporan keuangan yang lengkap selama periode pengamatan 2008-2014.


(53)

3. Perusahaan yang memiliki data harga saham yang lengkap selama periode pengamatan 2008-2014.

Tabel 3.3.

Proses Seleksi Penentuan Sampel

Kriteria Jumlah

Perusahaan yang pernah masuk dalam indeks LQ 45 periode 2008-2014 (Jumlah populasi)

97 Dikurangi perusahaan yang masuk dalam indeks LQ 45 akan

tetapi tidak konsisten (tidak berturut-turut) selama periode pengamatan 2008-2014

(85)

Perusahaan yang selalu masuk dalam indeks LQ 45 berturut-turut pada tahun 2008-2014

12 Dikurangi perusahaan dengan data keuangan tidak lengkap

dan tidak melakukan pembayaran dividend payout ratio berturut-turut.

(1)

Jumlah Sampel 11

Sumber : Data yang diolah dari idx, 2015

3.4. Hipotesis

Hipotesis adalah dugaan atau jawaban sementara dari pertanyaan yang ada pada perumusan masalah penelitian. Hipotesis berkaitan erat dengan teori. Dikatakan jawaban sementara karena jawaban yang ada adalah jawaban yang berasal dari teori.

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

H0 : Tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan struktur modal

dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan.

Ha : Terdapat pengaruh positif dan signifikan struktur modal dan


(54)

3.5. Definisi Konsep

Menurut Keown (2010) nilai perusahaan merupakan nilai pasar atas surat berharga hutang dan ekuitas perusahaan yang beredar. Martono (2005), struktur modal merupakan perbandingan atau imbalan pendanaan jangka panjang perusahaan yang ditunjukkan oleh perbandingan struktur aktiva jangka panjang terhadap modal sendiri. Sedangkan Van Horne dan Wachowicz (2007) menyatakan kebijakan dividen pada hakekatnya adalah menentukan berapa keuntungan yang akan diperoleh perusahaan yang akan dibagikan dalam bentuk dividen kepada para pemegang saham dan berapa banyak laba yang akan ditahan di dalam perusahaan sebagai unsur pembelanjaan internal perusahaan.

3.6. Definisi Operasional

Untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya, berikut merupakan variabel operasional yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu :

1. Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan yang sering dikaitkan dengan harga saham. Nilai perusahaan dapat diukur dengan Price Book Value (PBV) yang dapat dirumuskan sebagai berikut :

PBV = ����� ��ℎ�� ��� ������


(55)

2. Struktur Modal

Struktur modal adalah perbandingan total hutang yang dimiliki perusahaan dengan total ekuitas perusahaan dan dapat diukur dengan debt to equity ratio (DER) yang dapat dirumuskan sebagai berikut :

DER = ����� ����

����� �������

3. Kebijakan Dividen

Kebijakan Dividen adalah kebijakan yang dikaitkan dengan penentuan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada para pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan. Kebijakan dividen dapat diukur dengan Dividend Payout Ratio (DPR) yang dapat dirumuskan sebagai berikut :

DPR = ������� ��� ������ ��ℎ��

���� ��� ������ ��ℎ��

3.7. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder berupa laporan keuangan tahunan suatu perusahaan. Sumber data sekunder yang digunakan dari laporan keuangan, laporan publikasi, artikel maupun ikhtisar statistik dari perusahaan-perusahaan LQ 45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia berasal dari Indonesia Stock Exchange Statistics dan website idx.co.id.


(56)

3.8. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data untuk keperluan penelitian ini dilakukan dengan dokumentasi dan studi kepustakaan. Dokumentasi yang dilakukan adalah dengan mengumpulkan semua data sekunder yang dipublikasikan oleh Indonesia Stock Exchange Statistics dan website idx.co.id tentang perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2014. Teknik pengumpulan data menggunakan dokumentasi dengan metode penggabungan atau pooling data. Sedangkan studi kepustakaan yang dilakukan yaitu dengan membaca dan mencari literatur yang relevan dengan penelitian. Dalam hal ini melalui buku-buku, surat kabar, artikel ilmiah, jurnal, majalah dan lain sebagainya.

3.9. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan analisis data kuantitatif karena menganalisis data yang berupa angka-angka/numerik. Umumnya analisis data kuantitatif digunakan pada saat peneliti menggunakan pendekatan survei, penelitian eksperimen, penelitian kuantitatif dan beberapa penelitian lainnya yang mengandung data-data berupa angka-angka. Dalam penelitian ini, analisis data menggunakan metode regresi linier berganda dengan bantuan program analisis statistik komputer untuk menguji struktur modal dan kebijakan dividen sebagai variabel independen terhadap nilai perusahaan sebagai variabel dependen.


(57)

3.9.1.Statistik Deskriptif

Statistik Deskriptif berfungsi mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku umum dari data tersebut. Pengujian ini dilakukan untuk mempermudah memahami variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian. Analisis deskriptif memberikan gambaran (deskripsi) tentang suatu data yang dilihat dari mean, median, standar deviasi, nilai minimum, dan nilai maksimum.

3.9.2.Uji Asumsi Klasik Regresi Berganda

Uji asumsi klasik regresi berganda bertujuan untuk menganalis apakah model regresi yang digunakan dalam penelitian adalah model yang terbaik. Jika model yang digunakan adalah yang terbaik, maka data yang dianalisis layak untuk dijadikan sebagai rekomendasi untuk pengetahuan atau tujuan pemecahan masalah praktis.

3.9.2.1. Uji Normalitas

Pengujian normalitas data dilakukan untuk melihat apakah dalam model regresi, variabel dependen dan independennya memiliki distribusi normal atau tidak. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Cara lain menguji normalitas data adalah dengan menggunakan Kolmogorov Smirnov. Kriteria untuk menentukan normal atau tidaknya data, maka dapat dilihat pada nilai probabilitasnya. Data


(58)

adalah normal, jika nilai Kormogorov Smirnov adalah tidak signifikan (Asymp. Sig (2-tailed)>α0,05).

3.9.2.2. Uji Multikolinearitas

Mulitikolinearitas digunakan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi yang kuat antar variabel independen. Cara yang digunakan untuk menilainya adalah dengan melihat nilai faktor inflasi varian (Variance Inflasi Factor/VIF), yang tidak melebihi 10, jika nilai VIF < 10, maka dapat disimpulkan data bebas dari gejala multikolinearitas. Model yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi yang tinggi diantara variabel bebas. Tolerance mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi nilai tolerance rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF=1/tolerance) dan menunjukkan adanya kolonieritas yang tinggi. Nilai cutt off yang umum dipakai adalah nilai tolerance 0,10 atau nilai VIF 10.

3.9.2.3. Uji Heterokedastisitas

Heterokedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari suatu pengamatan yang lain. Jika variasi residual dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas, dan jika varians berbeda disebut heterokedastisitas. Model yang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas. Uji heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan uji grafik plot dan uji statistik. Dasar pengambilan keputusannya adalah : jika pola tertentu, seperti titik-titik (poin-poin) yang ada membentuk suatu pola tertentu yang


(59)

teratur, maka terjadi heterokedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik (poin-poin) menyebar di bawah dan di atas angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisistas.

Cara lain untuk menguji heterokedastisistas adalah dengan menggunakan uji Glejser, dilakukan dengan meregresikan variabel-variabel bebas terhadap nilai absolut residualnya. Kriteria penarikan kesimpulannya adalah tidak terjadi heterokedastisistas jika nilai t dengan probabilitas sig > 0,05.

3.9.2.4. Uji Autokorelasi

Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode ke t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Model regresi yang baik adalah bebas dari autokorelasi. Salah satu cara mengidentifikasi autokorelasi adalah dengan melihat nilai Durbin Watson (D-W):

1. Jika nilai D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif, 2. Jika nilai D-W diantara -2 dan +2 berarti tidak ada autokorelasi, 3. Jika nilai D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif.

3.9.3.Menganalisis Regresi

Apabila model regresi berganda sudah bebas dari masalah asumsi klasik, maka regresi boleh dilanjutkan untuk dianalisis. Apabila persamaan regresi tidak menggunakan konstanta (constant) maka nilai koefisisen yang digunakan adalah pada kolom Standardized Coefficients. Analisis


(60)

regresi berganda digunakan untuk menguji determinasi antara variabel independen yaitu struktur modal dan kebijakan deviden terhadap nilai perusahaan sebagai variabel dependen.

Y = α + β1X1 + β2X2 + e Keterangan :

Y = Nilai Perusahaan

α = Konstanta

β1 = Koefisien Regresi dari struktur modal β2 = Koefisien regresi dari kebijakan deviden X1 = Struktur Modal

X2 = Kebijakan Deviden e = Variabel Residual (Error)

Setelah persamaan regresi sudah didapatkan maka dapat dilakukan analisis nilai R-Square. Nilai R-Square adalah nilai untuk melihat bagaimana variasi nilai variabel terikat dipengaruhi oleh variasi nilai variabel bebas. Selanjutnya akan dilakukan pengujian hipotesis.

3.9.4.Koefision Determinasi atau Uji R2

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Menurut Ghozali (2007) koefisien determinasi merupakan ikhtisar yang menyatakan seberapa baik garis regresi mencocokkan data. Nilai R² berkisar antara 0-1 (0 < R2 < 1). Nilai yang kecil berarti kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Sebaliknya, nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel


(61)

independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.

Secara umum koefisien determinasi untuk data silang (cross section) relatif rendah karena adanya variasi yang besar antara masing-masing pengamatan, sedangkan untuk data runtut waktu (time series) biasanya mempunyai nilai koefisien determinasi yang tinggi. Adapun kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel dependen yang dimasukkan dalam model.

3.9.5.Uji Hipotesis

3.9.5.1. Uji Pengaruh Simultan (Uji Statistik F)

Untuk menganalisis apakah hipotesis diterima atau ditolak, maka dapat dilihat nilai F yakni pada nilai probabilitasnya. Uji statistik F menunjukkan apakah variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh terhadap variabel dependennya. Kriteria pengambilan keputusannya, yaitu:

a. Bila F hitung > F tabel atau probabilitas < nilai signifikan ( Sig ≤ 0,05), maka hipotesis tidak dapat ditolak, ini berarti bahwa secara simultan variabel independen memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

b. Bila F hitung < F tabel atau probabilitas > nilai signifikan ( Sig ≥ 0,05), maka hipotesis tidak diterima, ini berarti bahwa secara simultan variabel independen tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel dependen.


(62)

3.9.5.2. Uji Parameter Individual/Parsial (Uji Statistik T)

Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh masing-masing variabel independen secara individu dalam menerangkan variasi variabel dependen. Uji statistik nilai t dimaksudkan apabila peneliti bermaksud menganalisis secara parsial. Pada uji statistik t, nilai t hitung akan dibandingkan dengan nilai t tabel, dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Bila t hitung > t tabel atau probabilitas < tingkat signifikansi (Sig < 0,05), maka Ha diterima dan Ho ditolak, variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

b. Bila t hitung < t tabel atau probabilitas > tingkat signifikansi (Sig > 0,05), maka Ha ditolak dan Ho diterima, variabel independen tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.


(1)

Hasil Uji Multikolinearitas-VIF

Hasil Uji Koefisien Determinasi (Goodness Fit of Test)

Hasil Uji Statistik F

Coefficientsa

1,415 ,505 2,805 ,006

,010 ,049 ,024 ,214 ,831 ,751 1,331

,041 ,009 ,536 4,694 ,000 ,751 1,331

(Constant) DER DPR Model 1

B Std. Error Unstandardized

Coeffic ients

Beta Standardiz ed

Coeffic ients

t Sig. Tolerance VIF Collinearity Statistics

Dependent Variable: PBV a.

Model Summar y

,524

a

,275

,255

1,35888

Model

1

R

R Square

Adjusted

R Square

Std. Error of

the Estimate

Predictors: (Constant), DPR, DER

a.

ANOV Ab

51,807 2 25,904 14,028 ,000a

136,646 74 1,847

188,453 76 Regres sion Residual Total Model 1 Sum of

Squares df Mean S quare F Sig.

Predic tors: (Constant), DPR, DE R a.

Dependent Variable: PB V b.


(2)

Hasil Uji Statistik t

Coeffi cientsa

1,415 ,505 2,805 ,006

,010 ,049 ,024 ,214 ,831

,041 ,009 ,536 4,694 ,000

(Const ant) DE R DP R Model

1

B St d. E rror Unstandardized

Coeffic ients

Beta St andardiz ed

Coeffic ients

t Sig.

Dependent Variable: PB V a.

Regression Standardized Residual

4 3 2 1 0 -1 -2 Frequency 20 15 10 5 0 Histogram Dependent Variable: PBV Mean =5.64E-16฀ Std. Dev. =0.987฀N =77


(3)

Observed Cum Prob 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 E xpect ed C um P rob 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Dependent Variable: PBV

Regression Standardized Predicted Value

6 4 2 0 -2 R egressi on S tudent iz ed D el et ed (P ress) R esi dual 4 3 2 1 0 -1 -2 Scatterplot Dependent Variable: PBV


(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Analisis tingkat sertifikat BI, inflasi, dan nilai kurs terhadap return saham LQ 45 dan dampaknya terhadap IHSG

2 35 106

Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Kebijakan Dividen, Cash Holding, Ukuran Perusahaan dan Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Perusahaan LQ – 45 Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009 - 2013

2 11 124

Pengaruh Struktur Modal, Profitabilitas, dan Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Lq 45 yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2015).

0 2 27

Pengaruh Laporan Arus Kas terhadap Harga Saham di Bursa Efek Indonesia (Studi Kasus pada Saham LQ-45 Periode 2012-2014).

0 0 22

Pengaruh Struktur Modal dan Profitabilitas terhadap Return Saham pada Indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2010-2014.

0 0 22

Pengaruh Profitabilitas, Leverage, dan Harga Saham Terhadap Dividen (Study pada perusahaan LQ 45 di Bursa Efek indonesia).

0 0 1

BAB II KERANGKA TEORI - Analisis Pengaruh Struktur Modal Dan Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan(Studi Pada Saham-Saham Lq 45 Di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2014)

0 0 30

BAB I PENDAHULUAN - Analisis Pengaruh Struktur Modal Dan Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan(Studi Pada Saham-Saham Lq 45 Di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2014)

0 0 9

ANALISIS PENGARUH STRUKTUR MODAL DAN KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Pada Saham-saham LQ 45 di Bursa Efek Indonesia Periode 2008- 2014)

0 0 9

PENGARUH LIKUIDITAS, PROFITABILITAS DAN KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN INDEKS LQ-45 DI BURSA EFEK INDONESIA Skripsi

0 0 30