digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
1. Eksternalisasi, yaitu usaha pencurahan atau ekspresi diri
manusia ke dalam dunia, baik dalam kegiatan mental maupun fisik
2. Objektivasi, yaitu hasil yang telah dicapai , baik mental
maupun fisik dari kegiatan luar eksternalisasi manusia 3.
Internalisasi, yaitu penyerapan kembali dunia objektif nyata ke dalam kesadaran dan menghasilkan pengaruh individu oleh
struktur dunia sosial Kesimpulannya adalah realitas tidak dibentuk secara
sengaja, maupun sesuatu yang datangnya dari Tuhan. Tetapi realitas itu dibentuk dan dikonstruksi, bergantung pada bagaimana
pengalaman, pendidikan dan lingkungan sosial seseorang.
a. Media adalah agen konstruksi.
Media berasal dari kata medius yang secara harfiah berarti perantara, tengah atau pengantar. Dalam bahasa Inggris, media
merupakan bentuk jamak dari medium yang berarti tengah, antara, rata-rata. Dari pengertian ini ahli komunikasi mengartikan media
sebagai alat yang menghubungkan pesan komunikasi yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan penerima
pesan
.
6
6
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, Jakarta: Kencana, 2009 hal. 403
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Pandangan konstruksionis memiliki penilaian yang berbeda dalam menilai sebuah media. Dalam pandangan positivis, media
hanya dipandang sebagai saluran. Media adalah sarana bagaimana pesan disebarkan dari komunikator ke penerima khalayak.
7
Paradigma positivis tentu saja menilai media hanya sebuah saluran komunikasi saja. Sedangkan paradigma konstruksionis menyatakan
media bukanlah sekadar saluran yang bebas, ia juga subjek yang mengkonstruksi realitas, lengkap dengan pandangan, bias dan
pemihakannya. Ritzer menjelaskan bahwa ide dasar semua teori dalam
paradigma definisi sosial sebenarnya berpandangan bahwa manusia adalah aktor yang kreatif dari realitas sosialnya. Artinya, tindakan
manusia tidak sepenuhnya ditentukan norma-norma, kebiasaan- kebiasaan, nilai-nilai dan sebagainya, yang kesemua itu tercakup
dalam fakta sosial yaitu tindakan yang tergambarkan struktur dan pranata sosial.
Manusia dalam banyak hal memiliki kebebasan untuk bertindak di luar batas kontrol struktur dan pranata sosialnya
dimana individu berasal. Manusia secara aktif dan kreatif mengembangkan dirinya melalui respons-respons terhadap
stimulus dalam dunia kognitifnya. Karena itu, paradigma definisi
7
Eriyanto, Analisis Framing Konstruksi, Ideologi dan Politik Media Yogyakarta: Lkis, 2002 h.22