Konstruksi pandangan Islam dalam media tentang fenomena LGBT Indonesia: analisis framing acara debat Kompas TV dan TV One.

(1)

KONSTRUKSI PANDANGAN ISLAM DALAM MEDIA TENTANG FENOMENA LGBT INDONESIA

(Analisis Framing Acara Debat Kompas TV dan TV One)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Guna Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan

Program Sarjana Sosial ( S.Sos )

Oleh : Rohmawati NIM. B01212028

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM 2017


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Rohmawati, NIM.B01212028, 2016. Konstruksi Pandangan Islam dalam Media

tentang Fenomena LGBT Indonesia (Analisis Framing Acara Debat Kompas TV dan TV One)”. Skripsi Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci : Konstruksi Media, Pandangan Islam, Fenomena LGBT, Analisis Framing Skripsi ini bertujuan untuk meneliti tentang konstruksi media mengenai pandangan Islam terhadap fenomena LGBT pada acara debat Kompas TV dan TV One. Dalam penelitian ini untuk mengetahui konstruksi media mengenai pandangan Islam terhadap LGBT, peneliti menggunakan analisis framing.

Adapun peneliti menggunakan penelitian bersifat non kancah dan pendekatan penelitian analisis framing model Robert N. Entman (seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas itu). Dengan empat komponen penting dalam pembingkaian media: definition problem, causal interpretation, moral evaluation, treatment recommendation. Definition problem merupakan cara pandang suatu peristiwa atau isu dilihat, sebagai isu atau masalah apa. Diagnose causes membahas memperkiran masalah atau sumber masalah. Moral evaluation mencakup keputusan moral. Treatment recommendation menekankan pada penyelesaian mengatasi masalah.

Hasil penelitian ini ditemukan bahwa bingkai Kompas TV dalam tayangan acara debat LGBT menonjolkan aspek hukum konstitusional. Sedangkan TV One menonjolkan aspek moral berkenaan dengan pandangan Islam mengenai LGBT oleh para tokoh agama Islam.

Berkaitan dengan kesimpulan tersebut, saran untuk khalayak dapat lebih teliti terhadap tayangan yang ditampilkan. peneliti selanjutnya agar dapat lebih memperdalam judul skripsi dan rumusan masalah yang berbeda.


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

PERNYATAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

1. Manfaat Teoritis ... 7

2. Manfaat Praktis ... 7

E. Definisi Konseptual ... 7

1. Konstruksi ... 8

2. Pandangan Islam ... 8

3. Fenomena LGBT ... 8

4. Media Kompas TV dan TV One ... 9

5. Analisis Framing ... 10

F. Sistematika Pembahasan ... 10

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Kajian Pustaka ... 12

1. Media Massa dan Konstruksi ... 12

a. Media Televisi ... 12

b. Perkembangan Stasiun Televisi di Indonesia ... 13

c. Kekuatan dan Kelemahan ... 14

2. Konstruksi ... 16

a. Media adalah Agen Konstruksi ... 17

b. Efek Hasil Konstruksi Teks Media ... 19


(8)

a. Ideologi ... 20

b. Pemikiran Islam ... 22

4. Fenomena LGBT dan Realitas Sosial ... 23

5. Analisis Framing ... 29

B. Kajian Teoritik ... 30

1. Teori Konstruksi Sosial ... 30

C. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 32

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 35

B. Unit Analisis ... 38

C. Jenis dan Sumber Data ... 39

D. Tahapan Penelitian ... 40

E. Teknik Pengumpulan Data ... 41

F. Teknik Analisis Data ... 42

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Objek Penelitian ... 44

1. Profil Lembaga Penyiaran ... 44

a. Kompas TV ... 44

b. TV One ... 48

2. Profil Acara ... 51

a. Dialog Khusus LGBT Haruskah Dicemaskan? (Kompas TV). ... 51

b. ILC (TV One) ... 52

3. Profil Narasumber ... 52

B. Penyajian Data ... 58

C. Analisis Data ... 67

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 78

B. Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di awal pergantian tahun 2016, tepatnya di pertengahan bulan Februari silam warga Indonesia dikejutkan dengan merebaknya Lesbian,Gay,Biseksual dan Transgender (LGBT). Pada mulanya kabar tersebut menjadi semakin booming setelah dunia hiburan diwarnai kabar kasus artis dangdut Saipul Jamil (SJ). Dimana-mana hampir seluruh layar kaca, baik acara infotainment yang biasanya memberitakan kehidupan artis, kini kasus artis SJ tersebut termasuk dalam acara pemberitaan nasional.1

Kasus pencabulan yang dilakukan oleh artis ini dilaporkan oleh

“DS” selaku korban ke Polsek Kelapa Gading. Lelaki berusia belia ini mengaku telah mengalami pelecehan seksual oleh SJ. Pada saat itu artis SJ digiring ke Polsek Kelapa Gading untuk diminta sejumlah keterangan. Hingga pada 18 Februari, SJ belum ditetapkan sebagai tersangka. Polisi masih membutuhkan data-data dan bukti yang lengkap sebelum menetapkan SJ sebagai tersangka kasus pelecehan seksual sesama jenis tersebut.

1


(10)

2

Dengan merebaknya isu LGBT di Indonesia, hampir dalam kurun satu bulan penuh pada bulan Februari berbagai media berupaya memberikan informasi mengenai hal itu. Mainstream media di Indonesia pun tak mau ketinggalan dengan menyebarnya isu LGBT menjadi sebuah topik perbincangan khusus. Banyak yang memberikan anggapan bahwa LGBT adalah sebuah isu, adapula yang menyebutnya sebagai penyakit menular. LGBT adalah sebuah akronim dari Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender.

LGBT menjadi topik permasalahan yang sedang marak diperbincangkan di media massa, khususnya televisi. Sebenarnya banyak istilah atau akronim yang lain untuk menyebutkannya, diantaranya GLBT, Gangguan Identitas Gender (GIG).

Dalam fakta sosial masyarakat Indonesia, menganggap LGBT merupakan tindak penyimpangan seksual yang dilakukan seseorang. Perbedaan gender sebenarnya sudah menjadi fitrah kehidupan dan sesuatu hal yang wajar, selama tidak melahirkan ketidakadilan gender.2 Hal tersebut menjadi tidak wajar apabila terjadi suatu penyimpangan sifat yang dimiliki tidak sesuai dengan kodratnya.

Bias gender belakangan sudah tumbuh perlahan di Indonesia. Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT) menjadi akronim yang familiar di Indonesia pasca tersiar kabar komunitas LGBT di

2

Ahmad Mansoer Fakih, Analisis Gender dan Tranformasi Sosial (Bandung: Pustaka Pelajar, 1996), h. 12


(11)

3

Amerika mendapat persetujuan untuk menikah sesama jenis. Lambda Indonesia adalah sebuah nama organisasi pertama perjuangan hak-hak kaum gay tahun 1982.3 Para aktivis dan ulama Islam Indonesia bahkan dunia juga mengecam aksi tersebut. Berbalik dengan pernyataan Menteri Komunikasi Politik Hukum dan HAM, Luhut Binsar Panjaitan mengatakan hal tersebut masalah pribadi dan hak hidup sebagai warga negara yang harus dilindungi.4

Sebagian pihak menilai LGBT juga bersifat menular dilihat dari sisi dominasi propaganda LGBT yang sudah menyentuh ranah kehidupan anak-anak dan remaja. Dan hal propaganda tersebut pihak Komunikasi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) adalah hal yang paling mengancam kepada masa depan generasi anak Indonesia. Serta tindakan propaganda tersebut menurutnya adalah memiliki wilayah hukum pidana yang mengatur tindak tersebut.

Media televisi secara masif, silih berganti memberitakan LGBT ini pasca kabar negara adidaya melegalkan pernikahan sesama jenis. Ditambah lagi tersiar kabar pasca konferensi oleh pakar hukum internasional yang memperjuangkan hak kesetaraan kaum LGBT di Yogyakarta dan menghasilkan Yogyakarta Principles5. Para pelaku LGBT di Indonesia semakin keras menyuarakan haknya untuk mendapat perlindungan atau payung hukum dari pemerintah. Akibatnya sebagian

3Hendriy Yulius,” Banci!”

Majalah Tempo, 21 Februari 2016 h.99

4

Cuplikan Kabar petang TV One 16 Februari 2016 5


(12)

4

besar para akademisi, cendekiawan dan pemerhati generasi anak Indonesia serta pemerintah mengkhawatirkan hal ini menjadi sebuah propaganda.6

Beberapa media televisi berupaya tidak sekedar memberitakan, bahkan ada yang mengulas permasalahan LGBT secara khusus. Dalam praktiknya, setiap media menyajikan kasus seputar LGBT dengan konsep yang berbeda-beda.

Berkaitan dengan jurnalistik, peran media massa atau publisistik tidak akan pernah terpisah. Media massa atau pers baik cetak maupun elektronik merupakan alat untuk menyampaikan informasi. Sedangkan jurnalistik sendiri merupakan kata sifat dari jurnalisme yang artinya pekerjaan yang berkaitan dengan media berita, termasuk menerbitkan, mengedit, menulis atau menyiarkan.7

Dari media dapat diperoleh informasi mengenai realitas yang tengah berlangsung di suatu tempat yang dinamakan berita. Sementara, realitas yang ditampilkan media ke hadapan publik merupakan realitas yang sudah dibentuk dan dibingkai sedemikian rupa.Peranan media massa dalam proses mengkonstruksi suatu peristiwa menjadi signifikan dalam pembentukkan realitas sosial. Untuk mengetahui bagaimana media mengkonstruksi berita biasanya digunakan analisis framing.

6

Cuplikan Kabar Petang TV One 16 Februari 2016 7


(13)

5

Untuk itu dalam hal ini peneliti menjadi tertarik mengetahui secara mendalam pada konsep bingkai media dalam menayangkan suatu peristiwa. Utamanya penelitian akan berfokus pada bingkai pandangan Islam mengenai LGBT dalam kedua media tersebut. Peneliti merasa tertarik pada dua stasiun televisi swasta nasional yaitu Kompas TV dan TV One. Adapun program khusus yang ditayangkan media Kompas TV bertajuk "LGBT Haruskah Dicemaskan?" sedangkan TV One dikemas dalam program acara Indonesia Lawyers Club (ILC) yang berjudul "LGBT Marak, Apa Sikap Kita?".

Secara garis besar, TV One menyoroti LGBT di Indonesia dalam acara debatnya, dengan diawali pemaparan narasumber Hartoyo sebagai aktivis LGBT. Dalam pembukaan acara tersebut, aktivis LGBT diberi kuasa untuk menjelaskan maksud tujuan dan pendapat yang mewakili pembelaan terhadap kaum LGBT. Disusul dengan hadirnya narasumber yang lain dari aparatur pemerintahan, psikiater dan tiga pemuka agama Islam seperti Aan Anshori, Ali Mustafa Ya’qub dan Marsudi Shuhud.

Pendapat para narasumber dalam hal ini tiga pemuka agama Islam, memiliki kecenderungan kesamaan sudut pandang mengenai nilai-nilai kemanusiaan. Dalam hal ini agar para pelaku LGBT tidak mendapatkan perilaku dzalim sebab mereka bagian dari warga negara Indonesia.

Dalam acara debat Kompas TV, menyoroti LGBT di Indonesia dengan mengedepankan aspek hukum. Di sisi lain pernyataan narasumber Kompas TV dalam penelitian ini, mengemukakan bahwa


(14)

6

aspirasi mayoritas mencemaskan LGBT sebagai gerakan yang meresahkan masyarakat.

TV One sebagai mainstream media di Indonesia yang memberikan konten 70 persen berita.8 Sedangkan Kompas TV sebagai media arus utama pertelevisian pendatang baru. Walaupun demikian Kompas TV memiliki potensi besar dilihat dari kualitas tampilan yang sudah High Definition dan sudah berjaringan nasional. Bahkan Kompas TV memiliki media partner KTV yang siap berkompetisi dengan stasiun televisi lain.9

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dibahas sebelumnya, dengan ini peneliti hendak mengemukakan perumusan masalah sebagai berikut:

Bagaimana konstruksi Kompas TV dan TV One mengenai pandangan Islam tentang fenomena LGBT di Indonesia?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui konstruksi media mengenai pandangan Islam terkait fenomena LGBT di Indonesia.

8

Sejarah TV One, ( http://ditpolkom.bappenas.go.id/ diakses pada 19 April 2016)

9


(15)

7

D. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini, maka diharapkan dapat peneliti dapat memberikan manfaat berupa:

1. Manfaat Teoritis

Melalui penelitian ini peneliti dapat memberikan wawasan kepada pembaca dan menambah rujukan kepustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, khususnya untuk mahasiswa program studi Komunikasi Penyiaran Islam

2. Manfaat Praktis

Melalui penelitian ini peneliti pula ingin memberikan sumbangsih positif bagi seluruh pihak, baik untuk media massa dan masyarakat umum yang sesuai dengan khasanah Islam.

E. Definisi Konseptual

Adapun judul skripsi ini adalah: “Konstruksi Pandangan Islam dalam Media tentang Fenomena LGBT Indonesia (Analisis

Framing Acara Debat Kompas TV dan TV One)”

Maka peneliti ingin memberikan definisi khusus berupa batasan-batasan dan kata kunci agar tidak menimbulkan salah penafsiran dan terarah.


(16)

8

1. Konstruksi

Konstruksi merupakan suatu perbuatan merancang bangunan-bangunan menyusun bangunan-bangunan, penbangunan-bangunan (bangunan-bangunan)sususan bangunan 10.

Dengan demikian konstruksi dalam hal ini berkaitan dengan rancangan dalam penyajian suatu tayangan yang diolah sedemikian rupa oleh Kompas TV dan TV One sebelum ditampilkan ke khalayak.

2. Pandangan Islam

Pandangan Islam yang dimaksud dalam konsep ini adalah sebuah argumentasi yang dilandasi ideologi Islam. Dan maksud dari pandangan Islam itu sendiri adalah teks yang dikemukakan oleh narasumber yang berkaitan, di dalam program acara media televisi tersebut (Kompas TV dan TV One).

3. Fenomena LGBT

Fenomena adalah hal-hal yang dapat disaksikan dengan panca indera dan dapat diterangkan serta dinilai secara ilmiah; sesuatu yang luar bisa atau keajaiban; fakta atau kenyataan Fenomena adalah gejala dalam situasi alami yang kompleks, yang hanya mungkin menjadi bagian dari alam kesadaran manusia , ketika

10

Pius A. Partanto dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Arkola,1994) h.365


(17)

9

sudah direduksi ke dalam suatu ukuran yang terdefinisikan sebagai fakta dan yang demikian terwujud sebagai suatu realitas.11

LGBT merupakan sebuah akronim Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender.12 Istilah tersebut muncul pertama kali Amerika pada tahun 1988. Sebenarnya terdapat beberapa istilah atau akronim yang lain untuk menyebutkannya, diantaranya GLBT, Gangguan Identitas Gender (GIG). Dalam fakta sosial masyarakat Indonesia, mayoritas menganggap LGBT merupakan tindak penyimpangan seksual yang dilakukan seseorang.

4. Media Kompas TV dan TV One

Media atau medium berasal dari bahasa latin yang berarti saluran atau alat untuk menyalurkan. Dalam pengertian jamak dipakai istilah media, sedangkan bentuk tunggalnya adalah

medium.13. Menurut Skomis, televisi merupakan gabungan dari media dengar dan gambar. Sifat politisnya sangat besar karena bisa menampilkan informasi, hiburan dan pendidikan atau gabungan dari ketiga unsur tersebut secara kasat mata.

Dalam hal ini peneliti memfokuskan subjek penelitian pada media televisi Kompas TV dan TV One. Kompas TV sebagai media yang berfokus pada tayangan yang memiliki misi informatif,

11

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif,(Jakarta:Raja Grafindo Persada,2006), h.20 12

Sinyo, Anakku Bertanya LGBT (Jakarta: Quanta,2014) h.11

13


(18)

10

edukatif dan menghibur. Selain itu Kompas TV juga melibatkan pemirsa dengan program-program independen, khas melalui layanan multiplatform. Sedangkan media TV One sebagai pendatang baru dunia pemberitaan pasca transisi dari Lativi. Sebelumnya Lativi dikenal sebagai televisi yang menonjolkan masalah yang berbau klenik, berita kriminalitas dan beberapa hiburan ringan lainnya.

5. Analisis Framing

Analisis framing atau analisis bingkai adalah bagaimana seorang wartawan memandang realita secara subjektif dari kacamata wartawan tanpa mengesampingkan sisi objektifitas dan bagaimana media mengkonstruksikan pesan.14 Dalam hal ini wartawan atau media merupakan pihak yang memiliki peran besar dalam proses bingkai suatu tayangan.

F. Sistematika Pembahasan

Hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk laporan yang bersifat deskriptif yang terdiri dari beberapa bab, dengan sistematika pembahasan sebagai berikut:

BAB I: PENDAHULUAN

Pada bab ini menguraikan gambaran umum pada skripsi ini yang berisikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

14


(19)

11

penelitian, manfaat penelitian, definisi konseptual dan sistematika pembahasan.

BAB II: KERANGKA TEORITIK

Pada bab ini menguraikan kajian pustaka di dalamnya terdapat definisi media massa, konstruksi, fenomena LGBT dan analisis framing, kerangka teori menggunakan teori konstruksi sosial dan penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini. Sebagai bukti bahwa penelitian ini belum diteliti oleh pihak manapun. BAB III: METODE PENELITIAN

Pada bab ini berisikan tentang pendekatan dan jenis penelitian, objek penelitian, jenis dan sumber data, tahapan penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

BAB IV: ANALISIS DATA

Pada bab ini menguraikan analisis data yang akan dilakukan oleh peneliti terhadap objek penelitian yakni bagaimana konstruksi Kompas TV dan TV One mengenai pandangan Islam terkait fenomena LGBT Indonesia, kemudian penyajian data dan analisis data

BAB V: PENUTUP

Pada bab ini merupakan bagian akhir dari kerangka skripsi yang berisikan tentang kesimpulan dan saran


(20)

12

BAB II

KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Kajian Pustaka

1. Media Massa dan Konstruksi a. Media Televisi

Televisi merupakan media massa yang memiliki karakteristik audio dan visual. Televisi muncul karena perkembangan teknologi pasca ditemukannya alat komunikasi telepon, telegraf, fotografi dan alat perekam suara. Media televisi muncul setelah penemuan radio dan media cetak.

Televisi juga dapat dikatakan sebuah produk inovasi dari tahun ke tahun, karena banyaknya pihak penemu dan inovator yang terlibat baik perorangan maupun perusahaan.

Menurut Skomis:1965 dalam bukunya “Television and Society.

An Incuest and Agenda”. Televisi mempunyai sifat istimewa

dibandingkan media massa lainnya. Televisi merupakan gabungan dari media dengar dan gambar. Sifat politisnya sangat besar karena bisa menampilkan informasi, hiburan dan pendidikan atau gabungan dari ketiga unsur tersebut secara kasat mata.1

Dengan demikian televisi adalah alat komunikasi dengar pandang satu arah yang sangat digemari banyak kalangan, karena

1


(21)

13

selain mendapat informasi gambar juga mendapat informasi berupa suara.

b. Perkembangan Stasiun Televisi di Indonesia

Tonggak awal munculnya stasiun televisi Indonesia adalah rencana perhelatan besar Asian Games IV. Pemerintah Indonesia memasukkan proyek media massa televisi ke dalam proyek pembangunan Asian Games IV. Tanggal 25 Juli 1961, Menteri

Penerangan mengeluarkan Surat Keterangan Menpen

No.20/SK/M/1961 tentang pembentukan Panitia Persiapan Televisi (P2T).2

Pada 23 Oktober 1961, Presiden Soekarno dari Wina mengirim pesan kepada Menteri Penerangan Maladi untuk menyiapkan proyek televisi diantaranya: (1)membangun studio di eks AKPEN, (2)membangun dua pemancar 100 watt dan 10 Kw, (3)mempersiapkan software (program dan tenaga)

Hari Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1962, TVRI menjadi stasiun televisi pertama milik negara mengadakan siaran percobaan dengan acara HUT Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia XVII dari halaman Istana Merdeka, Jakarta. Dengan pemancar cadangan 100 watt.

Tanggal 24 Agustus 1962, TVRI mengudara pertama kalinya dengan siaran langsung upacara pembukaan Asian Games IV dari

2


(22)

14

stadion Gelora Bung Karno dan menjadi negara yang memiliki siaran televisi keempat di Asia setelah Jepang, Filipina dan Thailand.

Pada November 1988 RCTI, menjadi televisi swasta pertama di Indonesia. Mulai dengan siaran percobaan TV bayar ( pay-television).di Jakarta. RCTI melakukan siaran setelah mengantongi izin prinsip dari Departemen Penyiaran c.q Direktur Televisi/Direktur Yayasan TVRI pada 28 Oktober 1987 berpartisipasi dalam penyelenggaraan Siaran Saluran Terbatas (SST) dalam wilayah Jakarta dan sekitarnya.3

Perkembangan RCTI dan semakin besarnya peluang bisnis di televisi mendorong pendirian stasiun televisi swasta lain. Pada 1989, Surya Citra Televisi (SCTV) menjadi stasiun televisi swasta kedua, yang mendapat izin dari Departemen Penerangan untuk mengudara. Semakin bertambahnya tahun, bertambah pula stasiun televisi swasta yang lain.

c. Kekuatan dan Kelemahan

Sebagai media massa yang tumbuh belakangan dan merupakan konvergensi dari media radio dan surat kabar, televisi memiliki kekuatan sendiri yang berbeda dengan media massa yang lain. Dimana-mana pengguna media massa televisi masih menjadi mayoritas. Berikut adalah keunggulannya:

3


(23)

15

- Bersifat dengar pandang

- Mampu menghadirkan realitas sosial yang seolah-olah seperti aslinya

- Mampu menyebarkan informasi secara serempak

- Memberi rasa kedekatan

- Menghibur, walaupun media kelebihan ini juga dimiliki media massa lain pada umumnya4

Walaupun demikian media televisi juga memiliki kekurangan, diantaranya sebagai berikut:

- Biaya tinggi untuk penyelenggaraan program-program acara, sebab dibutuhkan dukungan fasilitas yang beragam - Persaingan antar televisi

- Bersifat impersonal, karena komunikasi yang berlangsung antara komunikator dan khalayak tidak berlangsung secara alami

- Kurang berkesinambungan antara program satu dengan yang lainnya sehingga dapat terjadi pembauran informasi

4


(24)

16

2. Konstruksi

Paradigma konstruksionis memiliki pandangan tersendiri terhadap kebenaran media dan teks berita yang dihasilkannya. Konsep mengenai konstruksionisme diperkenalkan oleh sosiolog Peter L. Berger. Dalam pandangan sosiolog tersebut, dalam karyanya bersama Thomas Luckman mengenai posisi konstruksi sosial yang berada diantara fakta sosial dan definisi sosial.5

Pemikiran Berger melihat realitas kehidupan sehari-hari memiliki dimensi-dimensi subjektif dan objektif. Manusia dianggap sebagai instrumen dalam menciptakan suatu realitas sosial yang

objektif melalui proses eksternalisasi, sebagaimana ia

mempengaruhinya dengan proses internalisasi (dalam hal ini mencerminkan realitas subjektif). Berger memaparkan masyarakat adalah produk manusia yang terjadi secara dialektis, dinamis dan plural secara terus menerus. Selain itu Berger juga beranggapan sebaliknya, bahwa manusia sebagai produk masyarakat. Singkatnya, kedua anggapan Berger mengenai dialektis realitas terdapat kedua unsur yang kuat dan saling mempengaruhi.

Berger menyebutkan ada tiga proses penting dalam peristiwa yang berkaitan dengan pembentukan manusia dengan masyarakat:

5


(25)

17

1. Eksternalisasi, yaitu usaha pencurahan atau ekspresi diri manusia ke dalam dunia, baik dalam kegiatan mental maupun fisik

2. Objektivasi, yaitu hasil yang telah dicapai , baik mental maupun fisik dari kegiatan luar (eksternalisasi) manusia

3. Internalisasi, yaitu penyerapan kembali dunia objektif (nyata) ke dalam kesadaran dan menghasilkan pengaruh individu oleh struktur dunia sosial

Kesimpulannya adalah realitas tidak dibentuk secara sengaja, maupun sesuatu yang datangnya dari Tuhan. Tetapi realitas itu dibentuk dan dikonstruksi, bergantung pada bagaimana pengalaman, pendidikan dan lingkungan sosial seseorang.

a. Media adalah agen konstruksi.

Media berasal dari kata medius yang secara harfiah berarti perantara, tengah atau pengantar. Dalam bahasa Inggris, media merupakan bentuk jamak dari medium yang berarti tengah, antara, rata-rata. Dari pengertian ini ahli komunikasi mengartikan media sebagai alat yang menghubungkan pesan komunikasi yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan (penerima pesan).6

6


(26)

18

Pandangan konstruksionis memiliki penilaian yang berbeda dalam menilai sebuah media. Dalam pandangan positivis, media hanya dipandang sebagai saluran. Media adalah sarana bagaimana pesan disebarkan dari komunikator ke penerima (khalayak). 7 Paradigma positivis tentu saja menilai media hanya sebuah saluran komunikasi saja. Sedangkan paradigma konstruksionis menyatakan media bukanlah sekadar saluran yang bebas, ia juga subjek yang mengkonstruksi realitas, lengkap dengan pandangan, bias dan pemihakannya.

Ritzer menjelaskan bahwa ide dasar semua teori dalam paradigma definisi sosial sebenarnya berpandangan bahwa manusia adalah aktor yang kreatif dari realitas sosialnya. Artinya, tindakan manusia tidak sepenuhnya ditentukan norma-norma, kebiasaan-kebiasaan, nilai-nilai dan sebagainya, yang kesemua itu tercakup dalam fakta sosial yaitu tindakan yang tergambarkan struktur dan pranata sosial.

Manusia dalam banyak hal memiliki kebebasan untuk bertindak di luar batas kontrol struktur dan pranata sosialnya dimana individu berasal. Manusia secara aktif dan kreatif mengembangkan dirinya melalui respons-respons terhadap stimulus dalam dunia kognitifnya. Karena itu, paradigma definisi

7

Eriyanto, Analisis Framing Konstruksi, Ideologi dan Politik Media (Yogyakarta: Lkis, 2002) h.22


(27)

19

sosial lebih tertarik terhadap apa yang ada dalam pikiran manusia tentang proses sosial, terutama para pengikut interaksi simbolis. Dalam proses sosial, individu manusia dipandang sebagai pencipta realitas sosial yang relatif bebas di dalam dunia sosialnya.

Melalui konstruksi, media secara aktif mendefinisikan peristiwa dan realitas sehingga membentuk kenyataan apa yang dianggap baik dan layak untuk ditayangkan kepada khalayak.8

b. Efek Hasil Konstruksi Teks Media

Ditinjau dari segi ilmu komunikasi maka hasil atau efek dari proses penyampaian pesan dapat ditinjau dalam tiga bagian, yaitu:

1. Personal opinion, merupakan pendapat pribadi. Maksudnya adalah sikap seseorang dalam memberikan pendapat terhadap suatu permasalahan tertentu.

2. Public opinion, merupakan pendapat umum. Ini adalah penilaian sosial mengenai suatu hal yang dianggap penting melalui proses berpikir rasional antar individu

3. Majority opinion, merupakan pendapat sebagian besar khalayak.

8


(28)

20

3. Pandangan Islam a. Ideologi

Secara bahasa ideologi berasal dari bahasa Perancis dari du kata yakni, ideo yang mengacu pada gagasan dan logie yang berarti

logos atau dalam bahasa Yunani bermakna logika.9

Ideologi merupakan bagian dari pikiran yang tersistem, yakni nilai, orientasi dan kecenderungan untuk saling melengkapi sehingga membentuk perspektif gagasan atau ide yang diungkapkan melalui komunikasi dengan media teknologi dan komunikasi antar pribadi.

Menurut Karl Marx ideologi merupakan sarana untuk mencapai kesetaraan dan kesejahteraan bersama dalam masyarakat. Secara sederhana, Ideologi (mabda’) adalah pemikiran yang mencakup konsepsi mendasar tentang kehidupan dan memiliki metode untuk merasionalkan pemikiran tersebut berupa fakta, menjaga pemikiran dari hal yang tidak masuk akal dan metode untuk menyebarkannya.

Munculnya ideologi berasal dari akidah rasional dalam benak manusia yang memancarkan aturan untuk segala aspek kehidupan. Lahirnya ideologi dari dua cara, pertama dari wahyu Allah SWT yang diberikan kepada manusia untuk disampaikan, kedua dari pemikiran jenius manusia. Jika ideologi berasal dari

9


(29)

21

wahyu Allah untuk disampaikan kepada seluruh manusia, maka ideologi ini benar adanya. Karena Allah adalah pencipta mutlak segala aturan melalui Al Quran dan As Sunnah melalui wahyu Nya. Jika ideologi berasal dari kejeniusan manusia maka hal tersebut lemah adanya, karena hasil akal manusia sebatas kekuatan makhluk ciptaan Nya. Di samping itu aturan yang dibuat manusia dapat berpotensi menimbulkan pertentangan serta mudah terpengaruh lingkungan. Hal ini akan mengantarkan pada kesengsaraan manusia. Dan ideologi yang berasal dari Allah benar dalam idenya dan aturannya, sedangkan buatan manusia itu batil dalam ide dan aturannya.10

Islam merupakan ideologi, dalam arti sebuah akidah aqliyah yang memberikan jawaban kepada manusia mengenai

seluruh pertanyaan dan persoalannya. Akidah tersebut

diungkapkan pada kalimat “La ilaha illa Allah, Muhammad Al

Rasulullah” atau “Tiada Tuhan selain Allah, dan Muhammad

adalah utusan Allah”. Dari akidah tersebut lahir sebuah aturan

untuk memecahkan segala persoalan manusia. Aturan tersebut adalah sebuah uraian petunjuk yang terdapat dalam Al Qur’an dan As Sunnah.

Adapun cara penerapan ideologi ini ke dalam kehidupan adalah dengan meyakini kebenarannya melalui keberadaan Negara.

10


(30)

22

Dalam melaksanakan ideologi tersebut Negara berpegang pada dua perkara , ketaqwaan dan keimanan seorang muslim atas kebenaran dan pentingnya sistem di satu sisi, serta tajamnya undang-undang dan seluruh sanksinya di sisi lain.11

Dengan kata lain Islam merupakan ideologi yang memang dari pemaparan tentang ideologi merupakan akidah aqliyah yang mewujudkan aturan dan Islam adalah agama yang diwahyukan Allah melalui malaikat Jibril kepada Rasul untuk disebarkan ajarannya kepada seluruh manusia agar meyakininya. Islam merupakan aturan-aturan petunjuk yang mutlak diturunkan oleh Allah SWT.

b. Pemikiran Islam

Dalam hal ini pemikiran adalah berkenaan dengan cara

pandang seseorang mengenai sesuatu. Pemikiran adalah

merupakan proses daya pikir yang bisa menghukumi realita apa saja dengan cara mengkaitkan realita dengan informasi awal mengenai sesuatu. Proses pemikiran didasari oleh empat pilar diantaranya: realita, informasi awal mengenai realita, penginderaan terhadap realita dan otak yang mampu untuk mengaitkan informasi dengan realita.

Dengan demikian maka definisi berpikir adalah sebuah metode tertentu dalam penelitian, yang terjadi dalam rangka

11Ahmad ‘Athiyat,


(31)

23

mengetahui hakikat sesuatu yang diteliti melalui informasi dan penginderaan yang dimasukkan ke dalam otak. Hasil dari otak tersebut mengeluarkan status hukum atas realita tersebut sehingga proses inilah yang disebut pemikiran12

Jadi pemikiran Islam merupakan proses berfikir yang didalamnya terdapat serangkaian pemahaman tentang kehidupan yang membentuk pandangan hidup tertentu yang dipikirkan secra jernih. Islam merupakan agama yang memiliki pola hidup yang khas dan tidak berubah mengikuti zaman.

4. Fenomena LGBT

Fenomena berasal dari bahasa Yunani dari kata phainoma,

berakar dari kata phanein dan memiliki arti ‘menampak’. Sering digunakan untuk merujuk ke semua objek yang masih dianggap eksternal dan secara paradigmatik harus disebut objektif.13

Jadi maksud dari fenomena merupakan sebuah kenyataan yang nampak dan menjadi sesuatu yang dapat memiliki nilai dan dibenarkan secara umum.

Fenomena adalah gejala dalam situasi alami yang kompleks, yang hanya mungkin menjadi bagian dari alam kesadaran manusia , ketika sudah direduksi ke dalam suatu ukuran

12

Ibid hh.53-55

13


(32)

24

yang terdefinisikan sebagai fakta dan yang demikian terwujud sebagai suatu realitas.

Relevansi fenomena dengan realitas adalah konsep wujud atau membenda, yang dengan kata lain merupakan hasil akhir pemahaman yang mempunyai wujud.

LGBT merupakan sebuah akronim Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender.14 Istilah tersebut muncul pertama kali Amerika pada tahun 1988. Akronim yang lain dari LGBT, diantaranya GLBT, Gangguan Identitas Gender (GIG). Dalam fakta sosial masyarakat Indonesia, menganggap LGBT merupakan tindak penyimpangan seksual yang dilakukan seseorang.

Pada mulanya, kata gay digunakan untuk menunjukkan arti bahagia atau senang.15 Namun di Inggris kata ini memunyai makna

“homoseksual” pada tahun 1800. Kata gay sebenarnya berlaku

untuk semua jenis kelamin, laki-laki dan wanita. Akan tetapi seiring berjalannya waktu, wanita lebih senang mengidentifikasi dirinya sebagai lesbian.

Dengan kata lain, lesbian adalah seorang gay yang berjenis kelamin perempuan. Sedangkan gay lebih sering dikenal sebagai pelaku gay yang memiliki jenis kelamin laki-laki.

14

Sinyo, Anakku Bertanya LGBT (Jakarta: Quanta,2014) h.11

15


(33)

25

Biseksual digunakan kepada orang yang mempunyai

bisexual orientation, yaitu ketertaikan seks pada sesama jenis dan lain jenis secara bersamaan. Biseksual juga mewakili identitas seksual dalam kehidupan masyarakat selain heteroseksual dan gay.

Transgender adalah istilah untuk menunjukkan keinginan tampil berlawanan dengan jenis kelamin yang dimilki. Seorang transgender bisa saja mempunyai identitas heteroseksual, gay, biseksual atau bahkan aseksual.

Kaum transgender tidak mempersalahkan jenis kelamin yang dimiliki dan tidak mau mengubah alat kelamin lewat operasi. Jadi, seseorang yang berjenis kelamin laki-laki yang mempunyai orientasi heteroseksual tetapi selalu ingin tampil sebagai wanita, maka dia dapat disebut sebagai transgender.16

Sebenarnya komunitas LGBT ini lahir bermula dari komunitas gay atau homoseksual. Kemudian seiring dengan berjalannya waktu kaum perempuan pun memiliki kesamaan pandangan penyuka sesama jenis dengan kata lain lesbian. Kedua komunitas ini akhirnya saling bekerjasama membentuk satu wadah untuk memperjuangkan keberadaan mereka.

Setelah itu kehadiran kelompok biseksual dan transgender pun berusaha melakukan upaya penyatuan pandangan dalam satu

16


(34)

26

wadah yang bernama LGBT. Pada mulanya LGBT hanya ada dua komunitas saja, yakni gay dan lesbian dan mereka tidak setuju dengan biseksual dan transgender. Seiring berjalannya waktu istilah itu menjadi wakil dari eksistensi mereka.

Di Indonesia sebenarnya sudah ada komunitas kecil LGBT yang bercorak kebudayaan yang belum muncul sebagai pergerakan sosial. Salah satu contohnya adalah gemblak di Ponorogo.17

Gemblak adalah lelaki muda yang dijadikan semacam “istri” oleh

para warok di Ponorogo. Para warok tersebut mempunyai ilmu kesaktian dengan syarat tidak boleh berhibungan badan dengan lawah jenis. Jika syarat ini dilanggar kesaktian mereka akan hilang.

Tonggak awal kemunculan organisasi LGBT Indonesia sedikit banyak dipengaruhi oleh komunitas kaum homoseksual di kota-kota besar pada zaman Hindia Belanda.18 Pada waktu itu Eropa sedang meluas pergerakan komunitas LGBT. Tanggal 1 Maret 1982 merupakan salah satu hari bersejarah oleh kaum LGBT Indonesia. Sebab pada tanggal itu, organisasi yang menaungi kaum gay berdiri untuk pertama kalinya di Indonesia.

Organisasi dengan nama Lambda Indonesia itu memiliki sekretariat di Solo. Kemudian Lambda mendirikan cabang di sejumlah kota besar lainnya seperti Yogyakarta, Surabaya dan

17

Ibid h.39

18


(35)

27

Jakarta. Mereka menerbitkan buletin yang bernama G: Gaya Hidup Ceria (tahun 1982 hingga 1984).19

Permasalahan kaum LGBT Indonesia berdasarkan dialog Komunitas LGBT Nasional Indonesia dan laporan nasional mendapatkan dukungan dari UNDP dan USAID melalui prakarsa regional 'Being LGBT in Asia' (Hidup Sebagai LGBT di Asia). Laporan ini merupakan hasil dokumentasi berbagai presentasi dan diskusi dalam Dialog Komunitas LGBT Nasional Indonesia yang diselenggarakan pada 13-14 Juni 2013 di Bali.

Prakarsa pembelajaran bersama ini, yang mencakup delapan negara yaitu Cina, Filipina, Indonesia, Kamboja, Mongolia, Nepal, Thailand dan Vietnam, bertujuan untuk mendapatkan pemahaman tentang berbagai tantangan baik hukum, politik maupun sosial yang dihadapi kelompok LGBT, aspek hukum dan kebijakan yang terkait, serta peluang akses mereka akan layanan peradilan dan kesehatan.

Prakarsa ini membahas kebutuhan berbagai organisasi LGBT, ruang gerak mereka, kapasitas organisasi-organisasi ini untuk melibatkan diri pada dialog kebijakan dan hak asasi manusia, serta peran teknologi baru dalam mendukung advokasi LGBT.

19


(36)

28

Para kaum LGBT di Indonesia pun menuntut kepada pemerintah Republik Indonesia diantaranya:20

1. Mengakui secara resmi keberadaan kelompok LGBT yang memiliki beragam orientasi seksual dan identitas gender sebagai bagian integral dalam masyarakat Indonesia, di samping juga menghargai dan melindungi hak asasi manusia kelompok LGBT yang setara dengan warga Indonesia lainnya, baik di tingkat nasional maupun internasional melalui mekanisme HAM yang sudah ada.

2. Hentikan segala bentuk diskriminasi dan kekerasan yang didasarkan pada orientasi seksual dan identitas gender, baik yang dilakukan oleh pejabat negara (termasuk petugas kepolisian dan pamong praja) maupun oleh masyarakat umum (termasuk organisasi berbasis agama) dengan mengusulkan undang-undang atau kebijakan anti diskriminasi.

Kaum LGBT merasa kekerasan terhadap kaum LGBT berbeda, karena seringkali aparat negara melakukan tindak kekerasan justru karena perbedaan orientasi seksual kaum ini. Proses identifikasi diri dari kaum LGBT bukanlah hal yang mudah dilakukan, umumnya proses identifikasi diri dan pilihan orientasi seksual merupakan proses seumur hidup dengan berbagai penolakan keluarga hingga lingkungan, bahkan penolakan diri

20


(37)

29

sendiri. Penolakan lingkungan terhadap kaum LGBT

dijewantahkan melalui berbagai justifikasi moral dan agama. Mulai

dari kata “menyimpang” hingga “sesat” muncul menghakimi kaum

ini.21

Berbagai kasus yang dialami kaum lesbian, gay, biseksual, transeksual/transgender di Indonesia adalah sebagai indikator bahwa diskriminasi terhadap kelompok minoritas di Indonesia masih sangat marak22

5. Analisis Framing

Analisis Framing merupakan salah satu model analisis yang dapat mengungkap rahasia perbedaan media dalam menyampaikan fakta. Analisis framing adalah cara untuk mengetahui suatu realitas dibingkai oleh media.23 Dengan demikian realitas sosial dapat dipahami, dimaknai dan dikonstruksi dengan bentukan dan makna tertentu.

Dalam analisis framing seseorang akan diarahkan bagaimana suatu realitas ditampilkan dan di sisi lain dari realitas tidak ditampilkan. Sebab media dalam analisis framing telah mengkonstruksi sedemikian rupa sebuah realita sebelum

21

Ariyanto dan Rido Triawan, Jadi, Kau tak Merasa Bersalah!? (Jakarta:Citra Grafika,2008),h.5

22

Ibid h.71

23


(38)

30

ditampilkan kepada khalayak. Jadi media bukanlah saluran yang bebas memberitakan apa adanya. Dengan melalui pembingkaian atau framing, media dapat menekankan suatu realita yang dapat membuat kita melupakan aspek penting yang lain.

Paradigma Konstruksionis menyikapi suatu peristiwa adalah sesuatu yang telah melalui proses konstruksi. Objektivitas yang ditampilkan menjadi tidak sepenuhnya suatu kebenaran karena diolah terlebih dahulu sebelum ditampilkan. Suatu informasi yang ditampilkan lewat siaran berita bukanlah menggambarkan realitas melainkan potret yang berkaitan dengan peritiwa.24 Posisi media sangat besar pengaruhnya sebagai agen konstruksi sosial yang mendefinisikan realitas kepada khalayak umum.

B. Kajian Teoritik

1. Teori Konstruksi Sosial

Paradigma konstruksionis memiliki pandangan tersendiri terhadap kebenaran media dan teks berita yang dihasilkannya. Konsep mengenai konstruksionisme diperkenalkan oleh sosiolog Peter L. Berger. Dalam pandangan sosiolog tersebut, dalam karyanya bersama Thomas Luckman mengenai posisi konstruksi sosial yang berada diantara fakta sosial dan definisi sosial.

24


(39)

31

Pemikiran Berger melihat realitas kehidupan sehari-hari memiliki dimensi-dimensi subjektif dan objektif. Manusia dianggap sebagai instrumen dalam menciptakan suatu realitas sosial yang objektif melalui proses eksternalisasi, sebagaimana ia mempengaruhinya dengan proses internalisasi (dalam hal ini mencerminkan realitas subjektif). Berger memaparkan masyarakat adalah produk manusia yang terjadi secara dialektis, dinamis dan plural secara terus menerus. Selain itu Berger juga beranggapan

sebaliknya, bahwa manusia sebagai produk masyarakat.

Singkatnya, kedua anggapan Berger mengenai dialektis realitas terdapat kedua unsur yang kuat dan saling mempengaruhi.

Berger menyebutkan ada tiga proses penting dalam peristiwa yang berkaitan dengan pembentukan manusia dengan masyarakat:25

1. Eksternalisasi, yaitu usaha pencurahan atau ekspresi diri manusia ke dalam dunia, baik dalam kegiatan mental maupun fisik

2. Objektivasi, yaitu hasil yang telah dicapai , baik mental maupun fisik dari kegiatan luar (eksternalisasi) manusia

3. Internalisasi, yaitu penyerapan kembali dunia objektif (nyata) ke dalam kesadaran dan menghasilkan pengaruh individu oleh struktur dunia sosial

25

Eriyanto, Analisis Framing Konstruksi, Ideologi dan Politik Media (Yogyakarta:Lkis, 2002) h.17


(40)

32

Kesimpulannya adalah realitas tidak dibentuk secara sengaja, maupun sesuatu yang datangnya dari Tuhan. Tetapi realitas itu dibentuk dan dikonstruksi, bergantung pada bagaimana pengalaman, pendidikan dan lingkungan sosial seseorang.

C. Penelitian Terdahulu yang Relevan

1. Siti Farihatin, tahun 2010, Mahasiswi Ilmu Komunikasi IAIN Sunan Ampel Surabaya, KONSTRUKSI IDEOLOGI MAJALAH AL-WA’IE (Analisis Framing Pemikiran Islam dalam Rubrik Afkar). Perbedaan dari penelitian ini terletak pada objek penelitian yang berfokus pada rubrik media cetak. Adapun kesamaannya adalah mengenai konstruksi media dan analisis framing. Namun peneliti dalam hal ini menggunakan analisis framing model Zhongdang Pan dan Kosicki. Penelitian ini memaparkan hasil berupa pesan-pesan yang

disampaikan oleh majalah Al Wa’ie selalu dikaitkan dengan ideologi Islam. Berkaitan dengan ideologi majalah Al Wa’ie adalah Islam,

dibuktikan dengan sumber-sumber catatan kaki dari tulisan yang dituliskan majalah ini adalah selalu dilampirkan sumber-sumber yang

jelas seperti Al Qur’an dan Hadits.

2. Agung Deftiawan, tahun 2009, Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, KONSTRUKSI PEMBERITAAN HARIAN KOMPAS KASUS-KASUS KORUPSI


(41)

33

EDISI APRIL 2008. Perbedaan dari penelitian ini terletak pada objek penelitian yakni pada media cetak. Sedangkan penelitian ini menggunakan media televisi sebagai objek penelitian. Adapun analisis yang dipakai oleh karya milik Agung Deftiawan menggunakan analisis wacana Teun Van Dijk. Sedangkan yang hendak peneliti pakai adalah analisis Robert Entman. Penelitian ini menghasilkan temuan berupa

ketidaksetujuan media Kompas tentang korupsi. Kompas

mengonstruksikan korupsi sebagai musuh bersama bangsa, yang harus mendapatkan perhatian lebih seksama dari pemerintah. Walaupun media ini dikenal sebagai label media non-muslim, sisi keberimbangan dalam menyampaikan juga sangat diperhatikan.

3. Zubaidah, tahun 2010, Mahasiswi Komunikasi Penyiaran Islam IAIN Sunan Ampel Surabaya, ANALISIS FRAMING SEPUTAR PEMBERITAAN PLURALISME PASCA WAFATNYA

GUS DUR DI HARIAN KOMPAS DAN JAWAPOS DALAM PERSPEKTIF DAKWAH. Perbedaan dari penelitian ini terletak pada objek penelitian media cetak dan fokusnya pada perspektif dakwah. Sedangkan objek penelitian yang hendak dilakukan adalah bingkai media mengenai pandangan Islam oleh narasumber yang ada di subjek penelitian. Adapun analisis yang dipakai oleh mahasiswi ini adalah analisis framing Zhongdang Pan dan Kosicki. Hasil temuan dari penelitian ini adalah menjelaskan pokok inti yang dituliskan oleh


(42)

34

masing-masing media mengenai tentang penekanan fakta pluralisme dalam hal ini Kompas dan Jawa Pos.

NO. NAMA & JUDUL SKRIPSI PERSAMAAN PERBEDAAN

1 KONSTRUKSI IDEOLOGI

MAJALAH AL-WA’IE oleh Siti

Farihatin

Fokus penelitian konstruksi media

Objek penelitian media cetak

2 KONSTRUKSI

PEMBERITAAN HARIAN KOMPAS KASUS-KASUS KORUPSI EDISI APRIL 2008 oleh Agung Deftiawan

Fokus penelitian konstruksi media

Objek penelitian media cetak

3 ANALISIS FRAMING

SEPUTAR PEMBERITAAN PLURALISME PASCA WAFATNYA

GUS DUR DI HARIAN KOMPAS DAN JAWAPOS DALAM PERSPEKTIF DAKWAH oleh Zubaidah

Fokus penelitian konstruksi media

Objek penelitian media cetak


(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah analisis teks media bersifat non kancah. Analisis teks media bersifat non kancah yaitu memaparkan pesan yang disampaikan atas suatu peristiwa atau situasi, dengan diperlukan deskripsi subjek penelitian secara mendalam.1 Penelitian non kancah ini menggunakan pendekatan analisis framing atau bingkai.

Analisis Framing merupakan salah satu model analisis yang dapat mengungkap rahasia perbedaan media dalam menyampaikan fakta. Analisis framing adalah cara untuk mengetahui suatu realitas dibingkai oleh media.2 Dengan demikian realitas sosial dapat dipahami, dimaknai dan dikonstruksi dengan bentukan dan makna tertentu.

Dalam analisis framing seseorang akan diarahkan bagaimana suatu realitas ditampilkan dan di sisi lain dari realitas tidak ditampilkan. Sebab media dalam analisis framing telah mengkonstruksi sedemikian rupa sebuah realita sebelum ditampilkan kepada khalayak. Jadi media bukanlah saluran yang bebas memberitakan apa adanya. Dengan melalui pembingkaian atau framing, media dapat menekankan suatu realita yang dapat membuat kita melupakan aspek penting yang lain.

1

Jalaluddin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi ( Bandung: Remaja Rosdakarya, 1989) h.24

2


(44)

36

Paradigma Konstruksionis menyikapi suatu peristiwa adalah sesuatu yang telah melalui proses konstruksi. Objektivitas yang ditampilkan menjadi tidak sepenuhnya suatu kebenaran karena diolah terlebih dahulu sebelum ditampilkan. Suatu informasi yang ditampilkan lewat siaran berita bukanlah menggambarkan realitas melainkan potret yang berkaitan dengan peritiwa.3 Posisi media sangat besar pengaruhnya sebagai agen konstruksi sosial yang mendefinisikan realitas kepada khalayak umum.

Peneliti menggali fenomena dengan menggunakan analisis framing Robert N.Entman. Pendekatan analisis framing Robert N.Entman dipakai untuk melihat teks komunikasi yang disajikan dan representasi yang ditampilkan secara menonjol pada khalayak. Menurut Entman dalam framing terdapat dua dimensi besar: seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas / isu. Penonjolan adalah proses membuat informasi menjadi lebih menarik, bermakna atau lebih diingat oleh khalayak.4

Dalam praktiknya, framing dijalankan oleh media dengan menseleksi isu yang lain dan cara menonjolkan aspek dari suatu isu melalui strategi wacana misalnya ; penempatan yang mencolok (headline depan atau belakang), pengulangan, pemakaian grafis untuk mendukung

3

Eriyanto, Analisis Framing Konstruksi, Ideologi dan Politik Media (Yogyakarta: Lkis, 2002) h.25

4


(45)

37

dan memperkuat penonjolan, asosiasi terhadap simbol budaya dan lain sebagainya. Semua aspek tersebut dipakai untuk membuat konstruksi pesan menjadi bermakna dan diingat oleh khalayak.

Framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menseleksi isu dan menulis berita. Cara pandang itu menentukan fakta yang diambil , bagian yang ditonjolkan dan yang dihilangkan dan hendak dibawa ke mana berita tersebut.5

Seleksi isu Berhubungan dengan pemilihan fakta. Dari beragam

realita kemudian diseleksi aspek mana yang akan ditampilkan. Bagaimana fakta dipahami oleh media. Dari proses ini terdapat dua aspek penting yaitu : Included

adalah aspek realita yang dimasukkan dan Excluded

adalah aspek realita/isu yang dikeluarkan atau tidak ditampilkan.

Penonjolan aspek

tertentu dari isu

Berhubungan dengan penulisan fakta. Ketika realita/isu tersebut telah dipilih, bagaimana aspek ditulis atau ditampilkan? Hal ini berkaitan dengan pemakaian bahasa yang bukan sekedar teknis jurnalistik, tetapi dapat sebagai politik bahasa. Bagaimana bahasa dapat menciptakan realitas tertentu pada khalayak

5


(46)

38

Dalam konsepsi Entman framing merujuk pada 4 komponen penting :

B. Unit Analisis

Sesuai dengan judul penelitian ini “Konstruksi Pandangan Islam dalam Media tentang Fenomena LGBT Indonesia (Analisis

Framing Acara Debat Kompas TV dan TV One)” , maka unit

analisisnya adalah acara debat dua media televisi, yaitu : “LGBT

Haruskah Dicemaskan?” oleh Kompas TV dengan “LGBT Marak,

Apa Sikap Kita?” oleh TV One.

Problem Identification

(Definisi masalah)

Bagaimana suatu peristiwa/isu dilihat? Sebagai apa? Atau sebagai masalah apa?

Causal Interpretation

(Memperkirakan masalah

atau sumber masalah)

Peristiwa itu dilihat disebabkan oleh apa? Apa yang dianggap sebagai penyebab suatu masalah? Siapa yang dianggap sebagai penyebab masalah?

Moral Evaluation

(Membuat keputusan moral)

Nilai moral apa yang disajikan untuk menjelaskan masalah? Nilai moral apa yang dipakai untuk melegitimasi suatu tindakan?

Treatment Recommendation

(Menekankan penyelesaian)

Penyelesaian apa yang ditawarkan untuk mengatasi masalah/isu? Jalan apa yang ditawarkan dan harus ditempuh untuk mengatasi masalah?


(47)

39

Sedangkan obyek penelitian adalah pandangan Islam yang ditampilkan oleh kedua media tersebut. Bahwa penelitian ini akan berupaya untuk melihat bagaimana konstruksi Kompas TV dan TV One mengenai pandangan Islam oleh beberapa narasumber tentang fenomena LGBT di Indonesia melalui teks rekaman visual dan audio yang ditampilkan pada khalayak.

C. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis data dibedakan menjadi dua yaitu: a. Data primer

Data pokok dari penelitian ini adalah berupa teks audio visual dari tayangan debat LGBT Haruskah Dicemaskan? program acara Kompas TV dan LGBT Marak, Apa Sikap kita? program acara TV One . Dalam hal ini peneliti akan menganalisa pesan komunikasi dan dialog pandangan Islam oleh beberapa narasumber terkait dalam kedua acara debat tersebut.

b. Data sekunder

Data pendukung sebagai pelengkap dari data-data yang sudah ada sebelumnya. Adapun data pendukung dari penelitian ini adalah berupa referensi buku-buku, internet dan lain-lain yang terdapat relevansi dengan bahasan penelitian.


(48)

40

2. Sumber data

Sumber data merupakan aspek penting yang dibutuhkan untuk melakukan penelitian. Komponen dari sumber data tersebut dapat berupa data primer (utama) dan sekunder (pendukung). Sumber data dibutuhkan untuk mendapatkan suatu informasi kemudian melakukan analisis.

Sumber data diperoleh dari dari dokumentasi berupa

rekaman audio visual tayangan debat LGBT Haruskah

Dicemaskan? program acara Kompas TV dan LGBT Marak, Apa Sikap kita? program acara TV One melalui situs unduhan youtube.com dengan saluran resmi masing-masing lembaga penyiaran.

D. Tahapan Penelitian

Tahapan penelitian yang akan digunakan peneliti ada tiga, yaitu: tahapan pra lapangan,tahapan analisis data dan tahapan penulisan skripsi6.Semua akan dilakukan dengan detail dan sungguh, sehingga dapat menghasilkan keabsahan dan akurasi teks setelah dilakukan penelitian.

a. Tahapan pra lapangan

Dalam tahap ini peneliti mencari dan menentukan tema penelitian serta fokus penelitian. Adapun fokus penelitian yang

6


(49)

41

dirasa menarik adalah pandangan Islam oleh beberapa narasumber dari kedua media.

Kemudian dari proses itu ingin diketahui media mana yang mengkonstruksi tayangan dengan pandangan Islam yang dikemukakan oleh beberapa tokoh yang terlibat. Setelah ada rasa ketertarikan peneliti mulai mencari dan mengunduh dokumen yang hendak diteliti.

b. Tahapan analisis

Dalam tahap ini peneliti sudah menentukan fokus penelitian dan mulai untuk melakukan analisis data yang sudah diperoleh. c. Tahapan penulisan skripsi

Tahap ini dilakukan setelah melalui proses-proses yang sudah dikemukakan sebelumnya diatas. Penulisan disusun secara sistematis dari hasil penggalian data, triangulasi dan analisis.

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan mencari data mengenai hal-hal yang berkaitan dengan masalah-masalah yang akan diteliti. Setelah melalui proses pengumpulan data, dilakukan pengamatan ulang untuk diperoleh kebenarannya.


(50)

42

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Pengamatan (observasi)

Teknik pengumpulan data melalui pengamatan adalah proses peneliti mengamati situasi penelitian. Dalam hal ini peneliti melakukan pengamatan pada tayangan acara debat LGBT Haruskah Dicemaskan? program acara Kompas TV dan LGBT Marak, Apa Sikap kita? program acara TV One

2. Dokumentasi

Teknik dokumentasi didapat melalui dokumen-dokumen yang diolah oleh orang lain baik itu yang sudah dipublikasikan maupun yang belum dipublikasikan.7 Dalam hal ini peneliti megumpulkan data-data yang berhubungan dengan penelitian ini. Dokumen tersebut berupa rekaman audio visual tayangan

LGBT Haruskah Dicemaskan? program acara Kompas TV dan

LGBT Marak, Apa Sikap kita? program acara TV One. Selain itu referensi literatur yang mendukung penelitian ini.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah usaha yang dilakukan peneliti untuk memproses pengolahan suatu data. Tujuan dari analisis data untuk menyederhanakan agar suatu fenomena memiliki nilai sosial, akademis

7


(51)

43

dan ilmiah mudah dipahami.8 Langkah-langkah teknik analisis data sebagai berikut:

1. Menelaah data

2. Mengelola dan mengelompokkan data

3. Menyusun secara sistematis

4. Melakukan pemilahan atau penyederhanaan agar suatu fenomena dapat dipahami oleh diri sendiri khususnya khalayak

Peneliti memilih tayangan program televisi yang memiliki keunggulan dari segi audio dan visual dibanding media yang lain. Hal tersebut dinilai tepat untuk lebih mudah memahami realitas.

8

Hermawan Wasito, Pengantar Metodologi Penelitian (Jakarta:Gramedia Pustaka Utama, 1995) h.88


(52)

BAB IV

PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Obyek Penelitian

1. Profil lembaga media penyiaran a. KOMPAS TV

Kompas TV adalah sebuah perusahaan media yang menyajikan konten tayangan inspiratif dan menghibur untuk keluarga Indonesia. Kompas Gramedia TV (KGTV) didirikan oleh PT Gramedia Media Nusantara pada tahun 2008 dengan brand nama Kompas TV. Sesuai dengan visi misi yang diusung, acara yang dikemas oleh Kompas TV diantaranya berita (news), petualangan dan pengetahuan (adventure & knowledge) dan hiburan (entertainment) yang mengedepankan kualitas.1 Konten program news Kompas TV adalah berita yang tegas, terarah dan memberi harapan.

Selain itu, untuk program lainnya Kompas TV menekankan pada eksplorasi Indonesia, baik dari kekayaan alam, khasanah kebudayaan, Indonesia kini hingga talenta berprestasi. Tidak hanya

1


(53)

45

berhenti pada program tayangan televisi tersedia pula produksi film layar lebar dengan jalan cerita menarik dan didukung oleh talenta seni berbakat Indonesia. Beberapa film layar lebar yang diproduksi adalah Lima Elang dan Garuda Di Dadaku (karya Rudi Soedjarwo), Sang Penari, Cinta dalam Kardus, dan Kompas TV tengah menjalin kerjasama dengan MILES Production dalam penggarapan Pendekar Tongkat Emas. Pada 28 Juni 2011, Kompas TV mulai menayangkan program-programnya di salah satu stasiun televisi lokal.

Peluncuran perdana, Kompas TV sebagai content provider

pada tanggal 9 September 2011 sejumlah kota besa di Indonesia diantaranya: Jakarta, Bandung, Surabaya, Yogyakarta, Semarang, Denpasar, Banjarmasin, Palembang dan Makassar. Kompas TV terus berkembang dengan bertambahnya akses di lebih dari 100 kota di Indonesia. Selain itu tayangan Kompas TV juga dapat dinikmati oleh 200 juta penduduk Indonesia melalui streaming www.kompas.tv/live serta dapat diakses lewat televisi berbayar K-Vision yang merupakan bagian dari Kompas grup.

Dengan kerjasama operasi dan manajema, Kompas TV memasok program tayangan hiburan dan berita pada stasiun televisi lokal di berbagai kota di Indonesia, bahkan di beberapa negara tetangga yang telah terlibat kerjasama. Sejak 9 September 2011, Kompas TV bekerjasama dengan provider televisi berbayar


(54)

46

yang menyediakan kanal bagi Kompas TV untuk dapat menayangkan kepada pemirsa dengan kualitas High Definition (HD). Kualitas High Definition (HD) menyajikan gambar dengan resolusi tinggi sehingga pemirsa dapat menikmati gambar dengan kontur jelas dan warna yang lebih tajam.

Kompas TV juga mengarah pada sistem televisi digital yang lazim digunakan secara internasional. Kompas TV tentu memperhatikan kualitas program tayangan yang ditampilkan. Kompas TV berusaha untuk tetap berada dalam koridor visi misi sehingga dapat selalu menyajikan program tayangan inspiratif dan informatif dengan kemasan menarik bagi keluarga Indonesia. Bagi sebuah stasiun televisi adalah bertanggung jawab besar untuk turut membentuk moral bangsa.

Menjawab tantangan dunia media di Indonesia sebagai bagian dari Kompas Gramedia Group yang memiliki motto

Enlightening People, KompasTV didukung dengan komposisi karyawan berkualitas dan berdedikasi tinggi dan berusaha untuk komitmen menyalurkan informasi yang akan menjadi Inspirasi Indonesia

Peluncuran : 9 September 2011


(55)

47

Tokoh penting : Jakob Oetama, Agung Adiprasetyo dan Lilik Oetama

Slogan : - Inspirasi Indonesia (2011-2016)

- Berita dan Informasi (2015-2016)

-Berita dan Inspirasi Indonesia (2016-sekarang)

Kantor pusat : JL. Palmerah Selatan No.1 Jakarta Barat 10270

Saluran saudara : KTV (2011-sekarang)

Situs web : www.kompas.tv

- VISI:

Menjadi organisasi yang paling kreatif di Asia Tenggara yang mencerahkan kehidupan masyarakat

- MISI :

Menayangkan program-program dan jasa yang informatif, edukatif dan menghibur. Melibatkan pemirsa dengan program-program yang independen, khas, serta memikat yang disajikan melalui layanan multiplatform.


(56)

48

JARINGAN Kompas TV :

- Jabodetabek - Jambi

- Bandung - Bengkulu

- Sukabumi - Pontianak

- Semarang - Banjarmasin

- Yogyakarta - Manado

- Purworejo - Makassar

- Surabaya - Gorontalo

- Jember - Kendari

- Aceh - Kupang

- Palembang - Belu Atambua

- Bangka - Bali

- Sidikalang - Pelaihari

b. TV ONE

TV One adalah media penyiaran televisi swasta di Indonesia yang konten acaranya 70 persen berita dan sisanya acara hiburan dan olahraga.2 tvOne (sebelumnya bernama Lativi) adalah sebuah stasiun televisi swasta Indonesia.

2


(57)

49

Stasiun televisi ini didirikan pada tanggal 9 Agustus 2002 oleh pengusaha Abdul Latief.

Pada saat itu, konsep penyusunan acaranya adalah banyak menonjolkan masalah yang berbau klenik, erotisme, berita kriminalitas dan beberapa hiburan ringan lainnya. Sejak tahun 2006, sebagian sahamnya juga dimiliki oleh Grup Bakrie yang juga memiliki antv. Pada 14 Februari 2008, Lativi secara resmi berganti nama menjadi tvOne, dengan komposisi 70 persen berita, sisanya gabungan program olahraga dan hiburan. Abdul Latief tidak lagi berada dalam kepemilikan saham tvOne. Komposisi kepemilikan saham tvOne terdiri dari PT Visi Media Asia sebesar 49%, PT Redal Semesta 31%, Good Response Ltd 10%, dan Promise Result Ltd 10%. Direktur Utama tvOne saat ini adalah Erick Thohir yang juga merupakan Direktur Utama Harian Republika.

Pada 14 Februari 2008, pukul 19.00 WIB Malam, merupakan saat bersejarah karena untuk pertama kalinya tvOne mengudara. Peresmian dilakukan oleh Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, tvOne menjadi stasiun tv pertama di Indonesia yang mendapatkan kesempatan untuk diresmikan dari Istana Presiden Republik Indonesia.

TvOne secara progresif menginspirasi masyarakat Indonesia yang berusia 15 tahun ke atas, agar berpikiran maju dan melakukan perbaikan bagi diri sendiri serta masyarakat sekitar melalui program News and Sports yang dimilikinya.

Mengklasifikasikan program-programnya dalam kategori News One, Sport One, InfoOne, dan Reality One, tvOne membuktikan keseriusannya dalam


(58)

50

menerapkan strategi tersebut dengan menampilkan format-format yang inovatif dalam hal pemberitaan dan penyajian program.

Sebagai pendatang baru dalam dunia News, tvOne telah mempersiapkan bentuk berita baru yang belum pernah ada sebelumnya. Seperti Apa Kabar Indonesia, yang merupakan program informasi dalam bentuk diskusi ringan dengan topik-topik terhangat bersama para narasumber dan masyarakat, disiarkan secara langsung pada pagi hari dari studio luar tvOne.

Program berita hardnews tvOne dikemas dengan judul : Kabar Terkini, Kabar Pagi, Kabar Pasar, Kabar Siang, Kabar Petang dan Kabar Malam. Kemasan yang berbeda juga disuguhkan oleh Kabar Petang, menampilkan bentuk pemberitaan yang menghadirkan secara langsung berita-berita dari Biro Pusat Jakarta dan beberapa Biro Daerah ( Medan, Surabaya, Makassar ) dengan bobot pemberitaan yang berimbang antar semua Biro. Program ini meraih penghargaan MURI (Museum Rekor Indonesia) sebagai “Tayangan Berita yang Dibacakan Langsung Oleh 5 Presenter dari 4 Kota Yang Berbeda Dalam Satu Layar”.

Sedangkan Kabar Malam bekerjasama dengan seluruh media nusantara untuk menghasilkan editorial yang lengkap, kredibel dan dinamis. Tayangan Sport tvOne akan meliputi pertandingan-pertandingan unggulan yang disiarkan langsung, mulai dari Kompetisi Sepakbola Nasional (Copa Indonesia), Sepak Bola Eropa (Liga Inggris dan Liga Belanda), Kompetisi Bola Basket Nasional (IBL) dan Bola Voli Nasional (Pro Liga).


(59)

51

Tv One juga menayangkan program-program Selected Entertainment yang mampu memberikan inspirasi bagi para pemirsa untuk maju dan selalu berpikiran positif, tanpa unsur membodohi.

Pada awal tahun ini, Tv One memiliki 26 stasiun pemancar dan pada akhir tahun akan menjadi 37 stasiun pemancar di berbagai daerah dengan jumlah potensi pemirsa 162 juta pemirsa. Melalui perkembangan tersebut, diharapkan penyebaran semangat tvOne untuk mendorong kemajuan bangsa dapat terealisasi dengan baik.

2. Profil acara

a. Dialog khusus LGBT Haruskah Dicemaskan? (KOMPAS TV)

Program khusus Kompas TV, dipandu oleh Rosiana Silalahi. Dalam acara ini aktivis LGBT mengatakan bahwa media televisi melecehkan kaum LGBT.3 Kelompok Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT) ramai dibicarakan masyarakat Indonesia. Banyak yang takut nahwa kelompok ini akan merusak moral generasi muda Indonesia. Mengapa LGBT dianggap sebagai perusak moral bangsa.Apa yang harus dicemaskan, dan bagaimana mencegah mereka? Inilah program khusus Kompas TV. “LGBT:

Haruskah dicemaskan?” dengan menghadirkan beberapa

narasumber.

Acara program khusus ini berlangsung selama kurang lebih 2 jam.

3


(60)

52

b. Indonesia Lawyers Club (ILC) TV ONE

Disingkat ILC sebelumnya acara ini bernama Jakarta Lawyers Club. Adalah acara talkshow yang disiarkan di TV One. Acara ini menampilkan dialog mengenai masalah hukum dan kriminalitas selama 210 menit. Dipandu oleh Karni Ilyas, hari Selasa jam 19.30 dan hari Sabtu pukul 19.00 wib.

Tahun Award Kategori Hasil

2010 Panasonic Gobel Awards Talkshow berita Nominasi

2011 Panasonic Gobel Awards Talkshow berita Nominasi

2012 Panasonic Gobel Awards Talkshow berita Nominasi

2013 Panasonic Gobel Awards Talkshow berita Nominasi

2014 Panasonic Gobel Awards Talkshow berita Menang

2015 Panasonic Gobel

Awards, Anugrah Komisi Penyiaran Indonesia

Talkshow berita dan informasi, program talkshow terbaik

Menang, nominasi

3. Profil Narasumber

Dalam hal ini peneliti akan memaparkan sekilas umum profil narasumber terkait yang telah memaparkan pandangan Islam:

Kompas TV :

- Sodik Mudjahid (Politisi Partai Gerindra/Anggota DPR Komisi VIII)


(61)

53

Gambar 4.1

Dr. Ir. H. Sodik Mudjahid,MSc. atau sering dipanggil Kang Sodik adalah seorang aktifis. Ia lahir dari keluarga

“pergerakan”. Ayahnya, (alm) KHE. Hasbullah Hafidzi,adalah

seorang ulama, guru dan tokoh Syarikat Islam (SI) yang

mengajarkannya semangat keislaman dan kebangsaan.

Demikian juga ibunya, H Dedeh Ruyati,adalah seorang guru dan aktifis pergerakan wanita di syarikat islam dan di Aisiyah.

Menurut Kang Sodik, dari ayahnyalah ia mendapat pendidikan Islam yang dalam dan luas, khususnya tentang al

Qur’an dan tentang semangat perjuangan bagi islam,bangsa dan

negara.

Sejak SD dia sudah terpilih menjadi KM (ketua murid) dan aktif berorganisasi di Pelajar Islam Indonesia (PII) sampai menjadi Sekretaris PII Jawa Barat. Untuk latihan disiplin dan kemandirian, Kang Sodik Mudjahid, seperti juga semua kakak


(62)

54

dan adiknya, sejak SD menjadi anggota pramuka di ITB dan dan kelak ia menjadi Pembina pramuka Gudep STKS dan Gudep Darul Hikam.

Dalam organisasi extra kurikuler kemahasiswaan, ia pernah menjabat Sekretaris Lembaga Dakwah HMI Cabang Bandung. Dalam kegiatan kemahasiswaan didalam kampus zaman orde baru, ia menjabat sebagai Wakii Ketua Umum

Senat Mahasiswa Faperta Unpad. Karir aktifitas

kemahasiswaaanya berakhir pada tugas dan posisi tersbut, karena ia termasuk 10 lulusan tercepat menyelesaikan studi diantara rekan seangkatannya. Ia harus segera meninggalkan kampus setelah mengikuti wisuda tahun 1980.4

TV One :

- Aan Anshori (Tokoh Jaringan Islam Anti Diskriminasi)

Gambar 4.2

4


(63)

55

Aan Anshori, pria kelahiran Jombang , alumni UNDAR Jombang dan SMA Islam Walisongo Mojokerto. 5Kini ia menjadi koordinator Jaringan Islam Anti Diskriminasi. Berbagai tulisannya di media online mengenai pemikiran Islamnya salah satunya di situs

islambergerak.com.

- Ali Mustafa Ya’qub ( Ketua Ikatan Persaudaraan Imam Masjid)

Gambar 4.3

Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA (lahir di Batang, Jawa Tengah, 2 Maret 1952 – meninggal di Jakarta, 28 April 2016 pada umur 64 tahun)adalah seorang Imam Besar Masjid Istiqlal. Cita-citanya untuk belajar di sekolah umum tidak terlaksana, karena setelah tamat SMP ia harus mengikuti arahan orangtuanya, belajar di Pesantren. Maka dengan diantar ayahnya, pada tahun 1966 ia mulai nyantri di Pondok Seblak Jombang sampai tingkat Tsanawiyah 1969. Kemudian ia nyantri lagi di Pesantren

5


(64)

56

Tebuireng Jombang yang lokasinya hanya beberapa ratus meter saja dari Pondok Seblak.

Di samping belajar formal sampai Fakultas Syariah

Universitas Hasyim Asy’ari, di Pesantren ini ia menekuni kitab

-kitab kuning di bawah asuhan para kiai sepuh, antara lain al-Marhum KH. Idris Kamali, al-al-Marhum KH. Adlan Ali, al-al-Marhum KH. Shobari dan al-Musnid KH. Syansuri Badawi. Di Pesantren ini ia mengajar Bahasa Arab, sampai awal 1976.

Tahun 1976 ia menuntut ilmu lagi di Fakultas Syariah Universitas Islam Imam Muhammad bin Saud, Riyadh, Saudi Arabia, sampai tamat dengan mendapatkan ijazah license, 1980. Kemudian masih di kota yang sama ia melanjutkan lagi di Universitas King Saud, Jurusan Tafsir dan Hadis, sampai tamat dengan memperoleh ijazah Master, 1985.

Tahun itu juga ia pulang ke tanah air dan kini mengajar di Institut Ilmu al-Quran (IIQ), Institut Studi Ilmu al-Quran (ISIQ/PTIQ), Pengajian Tinggi Islam Masjid Istiqlal, Pendidikan Kader Ulama (PKU) MUI, Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STIDA) al-Hamidiyah, dan IAIN Syarif Hidayatullah. Tahun 1989, bersama


(65)

57

keluarganya ia mendirikan Pesantren “Darus-Salam” di desa

kelahirannya.6

Mantan Ketua Umum Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Riyadh yang aktif menulis ini, kini juga menjadi Sekjen Pimpinan Pusat Ittihadul Muaballighin, Anggota Komisi Fatwa MUI Pusat, Ketua STIDA al-Hamidiyah Jakarta, dan sejak Ramadhan 1415 H/Februari 1995 ia diamanati untuk menjadi Pengasuh/Pelaksana Harian Pesantren al-Hamidiyah Depok, setelah pendirinya KH. Achmad Sjaichu wafat 4 Januari 1995. Terakhir ia didaulat oleh kawan-kawannya untuk menjadi Ketua Lembaga Pengkajian Hadis Indonesia (LepHi).

- Marsudi Shuhud (Ketua PBNU)

Gambar 4.4

Sekjen PBNU periode 2010-2015 ini merupakan anak tunggal pasangan H. Suhadi dan Hj. Sairah. Sosok sederhana yang berasal dari kampung itu memulai pendidikannya dari

6


(66)

58

Pesantren Raudlatul Mubtadi’in di daerah Jati Sari, Jember, Jawa Timur. Selama kurang lebih empat tahun beliau menimba ilmu di pesantren tersebut. Di tahun 1982, beliau memutuskan pindah ke Pondok pesantren al-Ihya’ Ulumaddin Kasugihan di bawah asuhan KH. Musthoih Badawi untuk melanjutkan jenjang pendidikan tsanawiyah hingga aliyah-nya.

Pada tahun 1986 KH. Mustholih Badawi mengajaknya ke Jakarta. Di sana, beliau dititipkan oleh sang guru kepada Gus Dur. Di saat yang sama, beliau memperoleh beasiswa dari

LPBA (Lembaga Pendidikan Bahasa Arab). Alhasil,

bermukimlah beliau di komplek Pondok Pesantren Ash-Shiddiqiyah asuhan KH. Nur Muhammad Iskandar tersebut, hingga menjadi asisten pengasuh.

Kedekatan beliau dengan Gus Dur menjadikan cara berpikirnya banyak terpengaruh sang guru bangsa itu. 7

B. Penyajian Data

Setelah tahap proses pengumpulan data dari subyek penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini melalui analisis teks non kancah, seperti yang telah terurai pada serangkaian metodologi yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka pada bab ini peneliti akan menganalisis wacana dengan menggunakan analisis Robert N. Entman.

7

http://www.numesir.net/index.php/tokoh/122-mengenal-dr-k-h-marsudi-syuhud-orang-kampung-yang-mendunia, diakses pada 30 Juli 2016


(67)

59

Peneliti akan menyajikan data yang dimaksudkan dan mengambil kutipan dialog dari program acara “LGBT Marak Apa Sikap Kita?” oleh TV One

dan “LGBT Haruskah Dicemaskan?” Oleh Kompas TV.

- KOMPAS TV

Sodik Mudjahid (Politisi Partai Gerindra/Anggota DPR Komisi VIII)

Gambar 4.5 Durasi 04:40

“Di Indonesia kita tahu orang-orang yang dianggap punya faham agama yang kuat, mereka mengatakan dan ekstrim kan, bagian dari umat Nabi Luth yang dalam kitab suci mereka disebutkan itu adalah di azab. Terlepas dari pemahaman yang sempurna atau tidak, tapi itukan masuk dalam pikiran mereka. Dan ketika ada gerakan-gerakan ini tentunya mereka resah, takut bahwa azab akan sampai di Indonesia. Itu adalah bagian dari kelompok yang faktanya ada dan banyak di Indonesia.”


(68)

60

“Bahwa aspirasi mayoritas yang masuk itu sama mencemaskan LGBT sebagai sebuah gerakan sebagai sebuah manuver.”

“Hak-hak warga Indonesia itu dilindungi hukum, selama tidak bertentangan dengan konsekuensi hukum dan selama tidak bertentangan dengan falsafah bangsa.”

- TV ONE

1. Aan Anshori (Jaringan Islam Anti Diskriminasi)

Gambar 4.6

Durasi 02:13:14

Pertama, “Saya kira memang kalau tadi mas Adi Armando mengatakan bahwa agama punya cukup peran penting untuk membentuk bagaimana seseorang mempersepsi, yang saya kira justru tantangan terbesarnya adalah apakah memang kita secara serius telah mengajarkan cara beragama kita kepada anak didik itu,


(69)

61

Gambar 4.7

Bagaimana agama itu diletakkan dalam kerangka untuk bisa memberikan pengetahuan kepada semu orang. Melihat orang yang berbeda itu adalah bagian dari cara kita untuk melihat dan menghormati perbedaan itu, bukan dengan cara etik of fear, dengan semangat permusuhan dsb.

Misalnya, eksistensi orang yang 100 persen itu seperti yang tadi dikatakan dokter, itu dikatakan di Al Quran itu ada, ada term ghairu lil irbah. Jadi orang laki-laki yang tidak punya hasrat pada perempuan. Artinya apa, saya melihat apakah Tuhan ini mampu menciptakan apa yang Dia kehendaki? Iya mampu...Kalau mampu berarti Dia mampu mencptakan apa yang Dia kehendaki. Nah kalau kemudian kita mengamini bahwa laki2 dan perempuan harus seperti ini, laki-laki harus suka perempuan, perempuan harus suka dengan laki-laki. Maka kemudian teks yang mengatakan bahwa di Quran ada yang mengatakan ada laki2 yang tidak mempunyai hasrat pada perempuan.


(70)

62

Kedua, Maka sesungguhnya ini menjadi pelajaran penting bagi kita untuk mengajari anak-anak bahwa ada yang berbeda diantara kita. Dan kita harus menghormati soal itu.

Ketiga, Bagaimana tokoh agama itu dicitrakan dalam konteks, Saya mohon koreksi kalau mengambil contoh Gus Dur. Gus Dur menganggap kalau saya tidak salah, LGBT itu adalah penyakit. Tetapi pada tahun 2006 dia menerima sebagai penasihat Ikatan Waria Indonesia. Saya jadi mikir, bagaimana orang menganggap penyakit, tapi dia menjadi penasihat ikatan waria?.

Akhirnya saya mengamini begini, bahwa persoalan hak orang lain harus dibela meskipun tidak sepakat dengan pendapat itu. Saya akan bela hakmu untuk berbicara, meskipun saya tidak sependapat denga kamu. Artinya apa? Bahwa ketidak sukaan kita pada satu kelompok, harusnya tidak membuat kita berlaku tidak adil kepada mereka.

2. Ali Mustafa Ya’qub ( Ketua Ikatan Persaudaraan Imam Masjid)

Gambar 4.8


(1)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT) di Indonesia menjadi wacana yang mengkhawatirkan mayoritas warga Indonesia. Indikasi penyebaran gerakan atau manuver LGBT di Indonesia menjadi alasan utama wacana tersebut diangkat dalam media.

Pandangan para pakar khususnya pemuka agama Islam menjadi sorotan utama dalam penelitian ini. Dalam sudut pandang agama Islam, LGBT merupakan perbuatan yang terlarang. Sebagaimana tertulis dalam Al Quran, bahwa konsekuensi untuk pelakunya akan mendapat laknat dari Allah SWT.

Frame Kompas TV dalam tayangan “LGBT Marak, Apa Sikap

kita?” dan TV One bertajuk “LGBT Haruskah Dicemaskan?” mengenai

pandangan Islam tentang fenomena LGBT di Indonesia. Kedua media nasional ini tampak sekali perbedaan dalam mengkonstruksi pandangan Islam.

Dari penelitian disimpulkan bahwa:

1. Frame Kompas TV

Kompas TV dalam menayangkan acara debat mengenai fenomena LGBT ini menonjolkan aspek hukum. Sesuai dengan nilai Pancasila yang mengharuskan suatu hukum tidak bertentangan dengan aturan


(2)

78

konstitusi. Dalam hal ini sebagaimana yang dinyatakan oleh Shodiq Mujahid adalah sila pertama Pancasila yaitu asas Ketuhanan Yang Maha Esa. Selain itu, aspirasi mayoritas juga menjadi pertimbangan dikarenakan sikap cemas terhadap wacana LGBT sebagai sebuah gerakan.

Sebagai tokoh yang diusung Kompas TV, Shodiq Mujahid lebih mengarah terhadap mewujudkan nilai-nilai hukum konstitusi. Pendapat mengenai LGBT dalam pandangan Islam tidak dijumpai secara jelas dalam acara debat Kompas TV. Hanya saja Kompas TV memperkuat gagasannya dengan merangkai aspek hukum secara konstitusional. Berkenaan dengan pandangan Islam tidak nampak, hanya dicakup pernyataan secara universal dari sudut pandang sila pertama pancasila yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa.

2. Frame TV One

Berbeda dengan Kompas TV, media TV One menyoroti munculnya LGBT dianggap menjadi sebuah kekhawatiran akan ancaman propaganda. TV One memperkuat sisi moralitas yakni melalui pandangan Islam yang nampak sekali. Dengan mengusung tiga tokoh agama Islam yaitu: Aan Anshori, Ali Mustafa Yaqub dan Marsudi Shuhud.

Secara keseluruhan LGBT dalam pandangan Islam memang haram hukumnya. Pernyataan LGBT menurut Aan Anshori, menekankan pada sikap pengajaran keberagamaan yang perlu dikoreksi. Sebab


(3)

79

agama diletakkan sebagai kerangka melihat dan menghormati orang yang berbeda. Senada dengan Ali Mustafa Ya’qub dan Marsudi Shuhud, bahwa orang-orang yang terkena LGBT tidak boleh didzolimi dan didiskriminasi sebagai warga negara.

B. Saran

Menganalisis bingkai pandangan Islam dalam media menjadi suatu hal yang menarik. Apalagi dalam media televisi nasional dan bukan stasiun televisi agama. Secara umum, stasiun televisi berjaringan nasional lebih luas dan jernih tayangannya, sehingga dapat dinikmati khalayak hampir di seluruh pelosok nusamtara, khususnya umat muslim.

Mengenai pandangan Islam terkait fenomena LGBT di Indonesia sangat beragam seperti yang dikemukakan pada masing-masing media. Ada yang secara tegas mengatakan hal itu adalah dosa besar, dan adapula yang menyatakan tidak perlu disikapi secara keras.

Sebagai manusia yang berpendidikan dan bermoral seyogyanya tidaklah pantas menyikapi hal tersebut secara keras dengan cara mendiskriminasi. Dalam Islam pula tidak dianjurkan untuk mengolok-olok suatu kaum yang bisa jadi kaum itu lebih baik dari kita. Namun untuk

“mendukung” gerakan tersebut berkembang luas sebaiknya tidak setuju,

karena homoseksual dan lesbian tidak dapat meneruskan generasi selanjutnya sebab mereka orientasi seksualnya sesama jenis. Tentu tidak mungkin manusia dapat berkembang biak mencetak generasi yang baik di masa depan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Amy G.Miron dan Charles D.Miron. 2006. Terjemah “How to Talk with

Teens About Love, Relationship and Sex, Erlangga: Jakarta

Arifin, Anwar. 1982. Strategi Komunikasi. Bandung: Armico

Ariyanto dan Triawan, Rido. 2008. Jadi, Kau tak Merasa Bersalah!?. Jakarta: Citra Grafika

‘Athiyat, Ahmad. Jalan Baru Islam. 2004. Bogor: Pustaka Thariqul Izzah

Aziz, Moh. Ali. 2009. Ilmu Dakwah. Jakarta: Kencana

Badjuri, Adi. 2010. Jurnalistik Televisi.Yogyakata: Graha Ilmu

Bungin, Burhan. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Dede Oetomo dkk., Hidup Sebagai LGBT di Asia: Laporan Nasional Indonesia

Eduard D Pari dan Colin Mac Andrews. 1995. Peranan Komunikasi Massa

dalam Pembangunan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press


(5)

Fakih, A. Mansoer. 1996. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Hawari, Muhammad. 2007. Re Ideologi Islam. Bogor: Al Azhar Press

Mufid, Muhamad. 2005. Komunikasi dan Regulasi Penyiaran. Jakarta: Kencana

Nurudin. 2009. Jurnalisme Masa Kini. Jakarta:Rajawali Press

Pius A. Partanto dan M. Dahlan Al Barry. 1994. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya: Arkola

Sinyo. 2014. Anakku Bertanya LGBT. Quanta:Jakarta

Sobur, Alex. 2001. Analisis Teks Media. Bandung: Remaja Rosdakarya

VIDEO

Tayangan Rekaman Debat Program Khusus Kompas TV via situs Youtube 16 Februari 2016

Tayangan Rekaman debat Indonesia Lawyers Club (ILC) TV One via situs Youtube 16 Februari 2016

Cuplikan Kabar petang TV One 16 Februari 2016

INTERNET

Sejarah TV One, ( http://ditpolkom.bappenas.go.id/ diakses pada 19 April 2016)


(6)

Company Profile Kompas TV, (www.kompas.tv) diakses pada 19 April 2016

http://sodikmudjahid.com/profil/ diakses pada 30 Juli 2016

https://id-id.facebook.com/aan.anshori dan islambergerak.com.diakses pada 30 Juli 2016