155
Lampiran 2
: Field Notes
A. Informan Kunci
1. Subjek A
a. Tempat : Di Ruang administrasi Gereja Bethany Salatiga
b. Waktu
: Jumat, 29 Agustus 2014. Pukul 10.00-11.10 WIB
c. Pokok- pokok penting wawancara
1. Subjek telah menjadi Gembala jemaat di Gereja Bethany Salatiga selama kurang lebih 16
tahun. Kepemimpinan subjek sebagai Gembala Jemaat terhitung sejak awal bangunan Gereja Bethany Salatiga mulai didirikan dan diresmikan pada tahun 1998. Pada saat itu
Gereja Bethany Salatiga masih bernama Gereja Bethel Indonesia GBI Jemaat Bethany.
2. Berkaitan dengan latar belakang kehidupan dari subjek, beliau mengaku bahwa dahulu
bukan berasal dari gereja aliran Pentakosta maupun Gereja-gereja Protestan arus utama. Subjek dahulu adalah seorang bergama Kristen Katolik. Selain bukan berasal dari gereja-
gereja aliran Pentakosta, subjek juga tidak memiliki latar belakang sebagai seorang lulusan teologi. Subjek dahulunya adalah seorang dosen di Fakultas Pertanian dan juga
seorang pembisnis. Keluarganya pun semuanya adalah pengusaha dan pembisnis yang sudah terbiasa kerja keras. Latar belakang subjek sebagai seorang Katolik, bukan lulusan
teologi serta seorang penguasa membuat subjek tidak mengetahui bagaimana dunia pelayanan di gereja-gereja Protestan bahkan gereja-gereja beraliran Pentakosta pada saat
itu. Sampai dimana subjek yang berasal dari Pekalongan kemudian berpindah saat subjek masih duduk dibangku SMA ke kota Salatiga. Subjek pada saat itu kemudian
melanjutkan studinya di Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga. Dikarenakan subjek yang sejak kecil dididik dalam keluarga yang mengajarkan tentang sikap yang inklusif,
maka dalam perkembangan selanjutnya subjek yang pada saat itu adalah mahasiswa UKSW kemudian berpindah menjadi anggota jemaat di Gereja Kristen Indonesia GKI
Salatiga. Di Gereja Kristen Indonesia GKI Salatiga subjek adalah salah satu aktivis gereja yang aktif dalam komisi kaum muda pada waktu itu. Subjek pun menemukan
pasangan hidupnya, yang saat ini menjadi istrinya di Gereja Kristen Indonesia GKI Salatiga. Sampai saat dimana subjek mengalami pengalaman rohani yang mendorong
subjek untuk membuat pergerakan yang berbeda dan subjek pun memiliki kerinduan untuk dibagikan dengan rekan-rekannya yang lain. Pendeta pada saat itu sudah
mendukung adanya upaya untuk melakukan pergerakan tersebut. Namun yang terjadi majelis jemaat yang memegang kuasa yang lebih pada saat itu kemudian menolak dan
membatalkan semuanya. Akhirnya setelah melalui pergumulan yang panjang, subjek pun berpindah anggota gereja menjadi anggota di Gereja Bethany Salatiga yang pada saat itu
masih bernama Gereja Bethel Indonesia GBI Salatiga. Alasan pindah dikarenakan subjek merasa apa yang dicari tidak ditemukan di GKI Salatiga. Jadi bagi subjek
hubungan interdominasi bukanlah hal yang baru dan sudah terbiasa marasakan dinamika
156 dalam tiga warna atau corak yang berbeda, antara lain: dari gereja Katolik kemudian
berpindah ke gereja Kristen Indonesia dan berakhir di Gereja aliran Pentakosta. 3.
Berkaitan dengan teologi yang seperti apa yang dibangun dalam jemaat, Subjek menjelaskan bahwa Gereja Bethany Indonesia Salatiga yang berada di bawah naungan
Sinode Bethany, mengikuti teologi yang selama ini dibangun oleh pendiri gereja Bethany yaitu Pdt. Alex Abraham Tanuseputra berdasarkan pengalaman pribadinya yang
kemudian disusun menjadi prinsip dasar dalam kehidupan teologi pada gereja-gereja Bethany secara khusus. Teologi yang dimaksudkan adalah gabungan teologi-teologi yang
selama ini telah ada dan dibangun oleh gereja-gereja dalam berbagai aliran. Jadi teologi yang dibangun dalam Gereja Bethany adalah rangkuman dari teologi yang menekankan
doktrin keselamatan, Gereja Pentakosta yang menekankan tentang Roh Kudus, Gereja yang menekankan tentang kesembuhan Ilahi, berkat-berkat Tuhan, kelepasan, serta
gereja-gereja yang menekankan tentang eskatologi, hidup sebagai mempelai Kristus. Rangkuman atas teologi-teologi tersebut, diantaranya: Keselamatan, Roh Kudus, Berkat
dan Eskatologi, kemudian disatukan dan menjadi doktrin yang harus diajarkan sebagai ajaran dasar di gereja Bethany Salatiga.
4. Namun karena gereja lokal juga diberikan otonomi lokal untuk mengembangkan dan
menambahkan teologinya sendiri maka ditambahkan tentang Family Altar. Disamping itu juga gereja Bethany Salatiga juga menghadirkan Sekolah Imamat Rajani SIR yang di
dalamnya terdapat materi-materi tentang
leadership
, misi, doa, pujian dan penyembahan. SIR adalah bagian dari upaya melengkapi jemaat yang ingin melayani. Kemudian
SALT
merupakan bagian untuk mengajarkan tentang kepemimpinan yang melayani, pemimpin yang menghamba. Dan saat ini yang sedang akan dilaksanakan dalam jemaat adalah HLC
Holistic Leadership Center
tentang membangun karakter. Ini dikhususkan untuk para pejabat gereja, antara lain bagi Pendeta Penuh, Pendeta Muda, Pendeta Pembantu dan
Evangelis yang merupakan 4 empat jenjang jabatan gereja. 5.
Subjek memandang posisinya saat ini lebih pada menjadi fasilitator. Dalam hal ini ia memberikan kesempatan untuk orang-orang yang dipimpinnya, terutama para patner-
patner dalam pelayanannya untuk dapat melakukan segala sesuatu. Memberikan kesempatan kepada mereka untuk berbuat salah dan belajar dari kesalahan mereka
melalui evaluasi. Karena baginya semua orang adalah pemimpin, sehingga baginya ia hanyalah fasilitator dalam memberikan sebatas tugas sebagai seorang fasilitator.
6. Hal utama yang ditekankan dalam kepemimpinan Subjek adalah bagaimana caranya
untuk dapat menggerakan jemaat agar terpanggil dalam pengembangan masyarakat. Jadi pelayanan tidak hanya terbatas pada 4 empat tembok gereja. Sehingga gereja Bethany
Salatiga saat ini telah memiliki unit-unit kerja yang diharapkan mampu memberkati kota Salatiga, antara lain: Sekolah, Koperasi, Hotel, Yayasan Sosial, Poliklinik serta juga
memiliki 2 radio.
7. Dalam internal gereja subjek menekankan bahwa gereja Bethany terpanggil menjadi
gereja yang berdoa. Kekuatan gereja ini terletak pada doa. Sehingga setiap pagi terdapat
157 persekutuan berdoa yang dikenal dengan gerbang pagi yang berlangsung setiap pagi pada
pukul 03.30 WIB. Selain itu juga diadakan kubu doa setiap hari senin. 8.
Penekanan lainnya adalah hal yang berkaitan dengan pujian dan penyembahan. Semua orang dipahami sebagai penyembah apapun profesinya. Penyembahan bukan hanya di
gereja saja namun dari cara hidup ditekankan harus menunjukan sikap sebagai seorang penyembah. Selain pujian dan penyembahan hal lain yang ditekankan adalah hal-hal yang
berkaitan dengan pengajaran, dikarenakan saat ini banyaknya ajaran-ajaran lain yang berkembang bebas.
9. Bagian lainnya yang ditekankan adalah tentang misi. Ada upaya untuk bagaimana
menggerakan jemaat dan membekali jemaat dengan pengajaran tentang misi. 15 tahun lebih gereja ini berfokus mengembangkan internal gereja, beralih dari
pastoral church
menjadi gereja yang bermisi untuk menjangkau keluar. 10.
Cara mempengaruhi orang-orang yang dipimpinnya adalah dengan menjadi teladan. Keteladanan yang ditunjukan oleh subjek dengan memunculkan karakter-karakter sebagai
seorang pemimpin. Karakter yang ditunjukan subjek adalah melayani dengan tekun, rajin, setiap, fokus, dan doa. Bagian-bagian tersebut menurut subjek adalah bagian penting
dalam kepemimpinannya.
11. Bagian lain yang menjadi salah satu kunci dari kepemimpinan yang baik, yang
ditunjukan subjek sebagai pemimpin adalah subjek menjadi pemimpin yang memiliki etos kerja yang tinggi. Subjek yang berasal dari keluarga dengan kultur etnis Tionghoa,
yang semua berprofesi sebagai pembisnis dan pengusaha, terbiasa menjadi pekerja keras. Kondisi ini mendorong subjek menjadi seorang pekerja keras. Didikan keluarga tersebut
membuat subjek terbiasa dalam apapun yang dikerjakannya harus dengan totalitas.
12. Dalam hal relasi dengan orang-orang yang dipimpinnya, subjek mengaku selama ini
subjek membangun relasi melalui ring-ring yang dibangunnya. Subjek pun berusaha untuk hadir dalam persekutuan-persekutuan yang lingkupnya lebih kecil dalam jemaat,
seperti
Family Altar
, dan menggerakan pemerhati-pemerhati gereja untuk terus bergerak menjangkau jemaat satu demi satu. Beberapa jemaat yang dapat dijangkaunya, subjek
berusaha menjadi teman dan kemudian berusaha memberdayakan jemaat tersebut. Walau pun demikian subjek pun mengaku bahwa ia sebagai pemimpin tidak bisa mengenal satu
per satu jemaat dalam gereja ini, dikarenakan terdapat ribuan anggota jemaat.
13. Jemaat Gereja Bethany Salatiga sebagian besarnya terdiri dari kaum muda. Ada sekitar
50 dari keselurahan jemaat adalah kaum muda yang adalah mahasiswa. Subjek melihat ini adalah potensi dan kesempatan yang besar dalam membekali anak-anak muda,
terutama mahasiswa yang akan lulus dan kemudian menjadi tenaga profesional- profesional muda yang nantinya tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Karena itu
terdapat banyak sekali traning dalam rangka membekali kaum muda untuk dapat memiliki karakter dan maupun kemampuan yang lebih sebagai profesional muda
nantinya. Selain itu subjek sebagai pemimpin memberikan kesempatan dan ruang yang besar untuk anak-anak muda dapat berkreasi dan memunculkan ide-ide segar. Sehingga
158 mereka terus diberdayakan dengan potensi yang mereka miliki. Diharapkan gereja
Bethany Salatiga menjadi gereja masa depan dengan kehadiran anak-anak muda dalam gereja ini.
14. Adanya kepercayaan dan upaya mendelagasikan tugas dan kesempatan yang lebih serta
membuka ruang kepada patner-patner kerjanya dalam menjalankan tugas dalam jemaat. Subjek memberikan kesempatandan ruang yang luas kepada patner-patner pelayanannya
yang lain untuk dapat belajar lebih ketika mereka berbuat salah kemudian mengevaluasinya. Subjek merasa bahwa ia tidak dapat melakukan semua tugas dan
tangung jawab pelayanan seorang diri. Sehingga yang ia lakukan adalah memberikan delagasi kepada orang-orang terdekatnya, yang telah dipercayainya untuk dapat melayani
juga, sambil memberikan dorongan untuk terus dapat melayani dan bekerja dengan maksimal.
15. Dalam upaya memunculkan kualitas dan kinerja yang baik maka subjek selalu berusaha
membangun relasi dengan patner-patner pelayanannya, terutama para Pendeta Muda yang telah ia kader untuk meneruskan kepemimpinannya untuk waktu kedepan. Sebagai
generasi awal dari gereja Bethany Salatiga, subjek berharap bahwa ada generasi pengganti yang dapat betul-betul memahami perjuangan gereja ini selama ini. Baginya
relasi akan menimbulkan kualitas dari kinerja yang baik.
16. Tantang terbesar bagi subjek sebagai pemimpin adalah bukan pada menjalankan program
kerja, melainkan tentang bagaimana cara manajemen atau pengolahan sumber daya manusia yang ada. Karena bagi subjek untuk merubah manusia adalah sesuatu yang sulit.
17. Semua pelayanan di gereja Bethany Salatiga menurut subjek tidak dilakukan dengan
serampangan. Semua harus dimanajemen atau diatur dengan baik dan bukan dibiarkan begitu saja. Sehingga di Gereja Bethany ada bagian-bagian atau unit-unit masing-masing
yang mengurusi bagian keuangan, administrasi gereja, multimedia, dll.
Foto 1 Foto 2
159
Foto 1 dan 2: Foto diambil saat wawancara pada hari Jumat, 29 Agustus 2014. Pukul 10.00-11.15 WIB. Subjek A adalah Gembala jemaat Gereja
Bethany Salatiga. Subjek yang adalah Pendeta beretnis Tionghoa telah menjadi Gembala Jemaat selama 16 tahun.
2. Subjek B Informan Kunci