PERBANDINGAN HASIL PROSES KOAGULASI – FLOKULASI

48

0.02 0.04

0.06 0.08

0.1 0.12

0.14 0.16

5.5 6

6.5 7

7.5 8

pH K lo rin m g l FeCl3 Dosis 40 m gl FeCl3 Dosis 50 m gl FeCl3 Dosis 60 m gl Gambar 27. Hubungan nilai pH dan klorin pada Efluen II FeCl 3

L. PERBANDINGAN HASIL PROSES KOAGULASI – FLOKULASI

ANTARA KETIGA KOAGULAN Berdasarkan hasil analisis diatas didapatkan kombinasi terbaik antara dosis dan pH yang berbeda-beda pada masing-masing koagulan yang digunakan. Hal tersebut terjadi karena perbedaan karakteristik masing-masing koagulan. Hasilnya disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Persen penurunan parameter pada kombinasi terbaik antara dosis dan pH untuk koagulan alum, PAC, dan FeCl 3 Penurunan Parameter ALUM PAC FeCl 3 Dosis 60 mgl pH 5.5 Dosis 210 mgl pH 6 Dosis 60 mgl pH 8 Efluen I Efluen II Efluen I Efluen II Efluen I Efluen II Kekeruhan 83.60 80.91 88.40 87.27 78.00 63.18 Warna 52.48 43.97 66.58 63.81 69.71 67.29 Berdasarkan ketiga koagulan yang dicobakan menunjukkan bahwa koagulan FeCl 3 adalah yang paling efektif dalam menghilangkan warna yang masih tersisa dalam efluen. Pada penggunaan dosis yang sedikit yaitu 60 mgl, penurunan kekeruhan dan warna yang dicapai cukup besar, dan secara visual warna yang terkandung dalam efluen hampir tidak terlihat lagi. pH 8 yang didapatkan menunjukkan bahwa tidak perlu lagi ada pengaturan pH sebelum proses koagulasi – flokulasi. 49 Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan bahwa penambahan FeCl 3 mampu merubah warna efluen menjadi lebih pucat sehingga secara kuantitas dengan pengukuran spektrofotometrik warna efluen turun. Hal tersebut terjadi karena FeCl 3 dapat merubah sebagian warna dengan mereaksikan senyawa pembawa warna yang bermuatan negatif dengan kation Fe 3+ Reynolds, 1982; Peavy et al., 1986. Kadar klorin hasil proses koagulasi – flokulasi dengan menggunakan FeCl 3 tidak berpengaruh nyata dengan kadar klorin awal efluen, hal ini menunjukkan bahwa penggunaan FeCl 3 dengan dosis 60 mgl cukup aman untuk ikan. Hasil analisis selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5 dan 6. Dibandingkan dengan penggunaan koagulan diatas, hasil penghilangan warna efluen dengan menggunakan kaporit lebih baik. Dengan penambahan dosis yang lebih banyak akan dapat dengan mudah menurunkan nilai kekeruhan dan warna tanpa harus mengkhawatirkan flok-flok yang terbentuk. Namun, hal tersebut berlawanan dengan kadar klorin yang dihasilkan. Dengan penambahan dosis kaporit yang semakin banyak akan menyebabkan klorin yang dihasilkan semakin banyak pula. Hal ini yang menyebabkan efluen berbahaya bagi makhluk perairan. Reaksi antara koagulan alum dan PAC terhadap efluen berbeda dengan reaksi antara kaporit dengan efluen. Kaporit bereaksi dengan warna dalam efluen dengan cara mengoksidasikan warna tersebut sehingga ikatan kimianya terputus menjadi sebuah substansi kimia yang tidak berwarna www.wikipedia.com , 2006, sedangkan koagulan alum dan PAC hanya mengikat kekeruhan koloid dalam efluen secara fisik sehingga bersatu membentuk flok-flok yang lebih besar. Hal ini menyebabkan warna secara visual yang masih tersisa dalam efluen berkurang, tetapi sebenarnya warna tidak dapat bereaksi dengan bahan koagulan. Efluen tahap pengolahan sekunder yang digunakan dalam penelitian ini memiliki sedikit kekeruhan sedangkan warna yang masih tersisa bukan merupakan warna yang disebabkan oleh kekeruhan sehingga penambahan koagulan alum dan PAC tidak tepat jika ditujukan untuk menghilangkan warna dalam efluen. 50

V. KESIMPULAN DAN SARAN

C. KESIMPULAN

Proses koagulasi – flokulasi yang dilakukan pada pengolahan tersier limbah cair PT. Capsugel Indonesia dengan menggunakan koagulan alum, PAC, dan FeCl 3 dengan perlakuan dosis dan pH yang berbeda-beda menunjukkan adanya penurunan nilai kekeruhan dan warna. Pada Efluen I, penambahan koagulan alum pada dosis 60 mgl pH 5.5 dapat menurunkan kekeruhan sebesar 83.60 persen dan warna 52.48 persen, pada koagulan PAC dengan dosis 210 mgl pH 6 dapat menurunkan kekeruhan sebesar 88.40 persen dan warna 66.58 persen, dan pada koagulan FeCl 3 dengan dosis 60 mgl pH 8 dapat menurunkan kekeruhan sebesar 78 persen dan warna 69.71 persen. Pada Efluen II, penambahan koagulan alum pada dosis 60 mgl pH 5.5 dapat menurunkan kekeruhan sebesar 80.91 persen dan warna 43.97 persen, pada koagulan PAC dengan dosis 210 mgl pH 6 dapat menurunkan kekeruhan sebesar 87.27 persen dan warna 63.81 persen, dan pada koagulan FeCl 3 dengan dosis 60 mgl pH 8 dapat menurunkan kekeruhan sebesar 63.18 persen dan warna 67.29 persen. Penggunaan dosis koagulan yang berbeda memberikan pengaruh nyata terhadap penurunan kekeruhan dan warna pada proses koagulasi – flokulasi dengan menggunakan alum, PAC, dan FeCl 3 . Perbedaan pH memberikan pengaruh nyata terhadap penurunan kekeruhan dan warna pada proses koagulasi – flokulasi dengan menggunakan alum, PAC, dan FeCl 3 . Interaksi antara perlakuan dosis dan pH memberikan pengaruh nyata terhadap penurunan kekeruhan pada proses koagulasi – flokulasi dengan menggunakan alum, PAC, dan FeCl 3 . D. SARAN 1. Penerapan penggunaan koagulan pada skala yang sebenarnya aplikasi langsung.