BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Retensio Sekundinae
Retensio sekundinae terjadi apabila selaput fetus menetap lebih lama dari 8-12 jam Manan 2001; Partodiharjo 1982; Toelihere 1985, 12 jam Hafez 2000;
Subroto dan Tjahajati, 2001 post partus. Pada partus yang berjalan normal secara fisiologis, selaput lendir akan keluar dalam waktu 3-8 jam Artur 1975; Toelihere
1985, 8 jam Portodiharjo 1982, 3-5 jam Manan 2001 post pastus.
2.1.1 Etiologi
Toelihere 1985 mengemukakan bahwa terjadinya retensio sekundinae ini terjadi akibat gangguan pemisahan dan pelepasan villi fetalis dari kripta maternal
koronkula. Kejadian retensio sekundinae merupakan suatu proses yang komplek meliputi pengurangan suplai darah diikuti oleh pengecilan struktur plasenta
maternal dan fetalis, perubahan-perubahan degeneratif dan kontraksi uterus. Anonimous 2003 menyatakan kejadian retensio sekundinae pada peternakan
kurang dari 5 . Meskipun kesulitan melahirkan atau distokia dihubungkan dengan penyebab retensio sekundinae, penyebabnya lebih sering dikarenakan
kekurangan nutrisi. Diantaranya Se, Vitamin A, Vitamin E, Ca dan protein utama merupakan nutrisi yang berperan dalam kelahiran.
2.1.2 Gejala Klinis Kejadian retensio sekundinae berhubungan erat dengan faktor lingkungan,
fisiologis dan nutrisi. Menurut Manan 2001 75-80 penderita retensio sekundinae tidak menunjukkan tanda-tanda sakit dan hanya 20-25 yang
menunjukkan gejala sakit. Komplikasi retensio sekundinae dengan metritis memperlihatkan gejala klinis yang bervariasi tergantung dari derajat penyakitnya.
Gejala yang terjadi berupa peningkatan pulsus, respirasi, temperatur meningkat, anoreksia, diare Arthur 1975, depresi, produksi susu dan berat badan menurun
Manan 2001; Toelihere 1985.
2.1.3 Diagnosa
Menurut Hardjopranjoto 1995 diagnosa retensio sekundinae dapat dilakukan berdasarkan adanya plasenta yang keluar dari alat kelamin. Kejadian
retensio sekundinae didiagnosa melalui pemeriksaan pervaginal dalam waktu 24- 36 jam post partus. Apabila pemeriksaan dilakukan lebih dari 48 jam akan
mengalami kesulitan karena serviks sudah mulai menutup Toelihere 1985.
2.1.4 Pencegah dan Penanganan
Menurut Erb 1985 untuk mencegah retensio sekundinae dapat dilakukan dengan mencukupi energi, protein, Se, Vitamin D dan E dalam pakan. Sedangkan
tujuan penanganan adalah untuk menjaga atau mengembalikan tingkat kemampuan reproduksi pada kondisi yang normal Manspeaker 1992.
Penanganan retensio sekundinae dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu pengupasan secara manual, secara terapi dan tanpa penanganan Arthur 1975;
Subroto dan Tjahajati 2001.
2.2 Endometritis