Perilaku Politik Menyimpang Dari Ideologi Negara

103 Bab V PENUTUP, KESI MPULAN DAN SARAN Drs. H. Hatta Albanik Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran

1. Perilaku Politik Menyimpang Dari Ideologi Negara

Dari uraian terdahulu, tidak dapat disangkal lagi akan terjadinya penyimpangan perilaku dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia selama ini. Tidak dapat disangkal pula, bahwa pada awal kelahirannya bangsa dan negara Indonesia dilandasi oleh keleluhuran cita-cita yang tumbuh karena penderitaan luar biasa akhibat penjajahan bangsa dan negara yang secara nyata berbeda dalam wujud fisik, sosial, budaya dan latar sejarah dengan pribumi yang menghuni tanah tumpah darah nusantara ini. Persamaan nasib yang dirasakan akibat penjajahan tersebut, berkembang kemudian dalam bentuk penemuan akan sekian banyak persamaan lainnya yang jauh melampaui banyaknya perbedaan alamiah yang selama ini memecah belah etnis pribumi nusantara tersebut. Konvergensi sosiologis , psikologis dan politis semakin bertumbuh mengatasi divergensi etnis, kultural, ras, agama, asal-usul, teritorial, dlsb. Pribumi nusantara semakin mengenal kebersatuan menuju satu tanah air, satu bangsa bahkan pula menjunjung kesatuan bahasa. Nama Indonesia pun kemudian dipilih untuk penguat identitas kebersatuan itu. Perilaku politik menuju divergensi untuk menciptakan ke Indonesia-an yang wujud pun lalu dipilih sebagai norma utama berperilaku berbangsa dan bernegara. Perilaku politik yang divergen semata tanpa mengindahkan kebersamaan konvergen dengan demikian lalu menjadi penyimpangan perilaku politik dalam hidup berbangsa- bernegara di Indonesia. Ideologi dan konstitusi pun dirancang serta dipersiapkan dalam bentuk dan proses yang diusahakan sedapat mungkin memenuhi semangat kesatuan dalam keberagaman hidup berbangsa serta bernegara di Indonesia Merdeka. Ideologi dan konstitusi itu pun dirancang dengan semangat sebagaimana yang dibutuhkan bagi perkembangan suatu negara yang sejak awal kelahirannya terlahir sebagai suatu negara modern. Namun segera setelah dicanangkan, ideologi itu pun segera digugat. Bukan dari segi esensi dan isinya, tetapi terutama digugat oleh karena prosesnya. Mulai dari tudingan seakan-akan dibuat oleh penjajah dan para kolaboratornya karena Perilaku Polit ik Menyimpang Dalam Kehidupan Berbangsa Dan Bernegara Indonesia A. 104 Pada praktek kehidupan menegara di Indonesia, bertubi-tubi bentuk penyimpangan terhadap ideologi bangsa dan negara di lakukan dalam perilaku penyelenggara negara, pemerintah, lembaga peradilan, legislasi, masyarakat, kelompok, partai, perorangan dan lain sebagainya berupa: a. Penindasan atas nama ideologi dan atas nama negara terhadap warganegara, kelompok, partai golongan, penganut agamakepercayaan yang dimusuhi karena berbeda pandangan dalam praktek menegara dan melaksanakan ideologi negara. b. Penyalahgunaan ideologi untuk kepentingan tertentu yang biasanya koruptif, manipulatif demi kekuasaan semata. c. Monopoli kebenaran, makna dan pelaksanaan ideologi dalam praktek menegara sehingga tertutup terhadap kritik, masukan atau ide dari masyarakat warga yang seharusnya menjadi ‘stake holder’ negara dalam suatu dialog yang terus menerus, karena pelaksanaan praktek menegara tidaklah dapat dimonopoli. d. Praktek menegara yang bertentangan dengan semangat ideologi negara bahkan tersusupkan oleh ideologi asing maupun dalam negara yang bertujuan membunuh ideologi negara. Sejarah kehidupan negara Indonesia sejak kemerdekaannya banyak mencatat peristiwa-peristiwa perilaku politik menyimpang semacam ini. Namun anehnya setiap terjadi perbenturan dan konflik hampir selalu terhimbau untuk kembali menjunjung tinggi nilai-nilai ideologi negara. Sementara begitu konflik mereda, maka masing- masingnya kembali sibuk membenahi nilai dan ideologi yang dimaknainya sendiri. Sebagai formalitas, ideologi negara hingga saat ini masih cukup efektif memperantarai perbenturan nilai masyarakat Indonesia dalam hidup menegara. Namun cukup mencolok untuk dicermati, apakah ideologi negara hanya difungsikan sebagai ‘shockbreaker’ bagi setiap tabrakan perilaku politik menegara sehingga suatu ketika dapat menjadi tidak efektif lagi?

2. Perilaku Politik Menyimpang Dari Konstitusi