22
2. Pengguguran kandungan oleh orang lain tanpa izin perempuan yang
mengandung. Hal ini diatur dalam Pasal 347 KUHP yaitu:
1 Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungan seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.
2 Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut,
dikenakan pidana penjara paling lama lima belas tahun. 3. Pengguguran kandungan dengan izin perempuan yang mengandungnya.
Hal ini diatur dalam Pasal 348 KUHP yaitu: 1
Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita dengan persetujuannya, diancam
dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan. 2
Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
2.2 Barang bukti
Barang bukti menurut Andi Hamzah adalah barang mengenai delik yang dilakukan obyek delik dan barang yang dipakai dalam melakukan
delik Afiah, 1988:15. Selain itu ada barang yang bukan merupakan obyek delik dan alat dalam melakukan delik, tetapi barang tersebut
23
berkaitan dengan tindak pidana yang bersangkutan. Misalnya pakaian yang dipakai korban sewaktu ia dibunuh.
Barang bukti walaupun secara yuridis formal tidak termasuk sebagai alat bukti yang sah, tetapi dalam praktek hukum atau peradilan dapat
berubah dan berfungsi sebagai alat bukti yang sah. Hal ini menunjukkan adanya keterkaitan antara barang bukti dan alat bukti.
Bahwa berdasarkan Pasal 181 KUHAP, tampak bahwa dalam proses pidana, kehadiran barang bukti dalam persidangan sangat penting bagi
hakim untuk mencari dan menemukan kebenaran materiil atas perkara yang ditangani.
Barang bukti diperoleh penyidik sebagai instansi pertama dalam proses peradilan. Barang bukti dapat diperoleh penyidik melalui hal-hal
sebagai berikut: 1.
Pemeriksaan TKP 2.
Penggeledahan 3.
Diserahkan langsung oleh saksi pelapor atau tersangka 4.
Diambil dari pihak ketiga 5.
Barang temuan Dalam proses persidangan di Pengadilan, barang bukti akan
diperlihatkan guna memperjelas perkara pidana yang sedang diperiksa oleh hakim. Apabila diperhatikan, barang bukti mempunyai kekuatan
hukum yang berkaitan dengan proses pemeriksaan di pengadilan dalam
24
rangka pembuktian. Barang bukti dapat memperkuat dakwaan Penuntut Umum terhadap tindak pidana yang dilakukan terdakwa. Barang bukti
juga dapat menguatkan keyakinan hakim atas kesalahan terdakwa. Dengan demikian, sangat penting bagi hakim untuk memperlihatkan
barang bukti kepada terdakwa maupun saksi, karena barang bukti merupakan unsur pokok dalam pembuktian dan penambah keyakinan
hakim atas kesalahan terdakwa. Diperlihatkannya barang bukti tersebut, mengingat bahwa fungsi
utama dari Hukum Acara Pidana adalah merekonstruksi kembali kejadian dari seorang pelaku dan perbuatannya yang dilarang, sedangkan alat-alat
pelengkap dari usaha tersebut adalah barang bukti. Pelaku, perbuatannya dan barang bukti merupakan suatu kesatuan
yang menjadi fokus dari usaha mencari dan menemukan kebenaran materiil.
2.3 Alat bukti