38
4.2.2 Penelitian Lanjutan
Penelitian lanjutan dengan membandingkan antara abate dengan serbuk serai, sehingga bisa dilihat perbedaan jumlah kematiannya. Dosis yang digunakan
dalam penelitian ini adalah 10mg100mL untuk abate berdasarkan pada dosis efektif abate yaitu 10 gram ±1 sendok makan untuk tiap 100 liter air. Serbuk serai
dengan dosis 730mg100mL berdasarkan LC
90
dari serbuk serai. 4.2.2.1 Hasil Pengukuran Suhu pada Penelitian Lanjutan
Berikut ini adalah hasil pengukuran suhu awal dan akhir media pada penelitian lanjutan selama 24 jam.
Tabel 4.4: Hasil Pengukuran Suhu Penelitian Lanjutan
Konsentrasi mg100mL
R1 R2
R3 R4
R5 R6
R7 R8
Aw Al Aw Al Aw Al Aw Al Aw Al Aw Al Aw Al Aw Al Abate
10mg100mL 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25
25 Serai
730mg100mL 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25
25
Keterangan: R: replikasi Aw: Awal
Ak: Akhir
Pada penelitian lanjutan, pengukuran suhu awal sampai akhir baik kelompok kontrol maupun kelompok perlakuan suhu dapat stabil pada 25
o
C. Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan tersebut, dapat disimpulkan bahwa
bila terjadi perbedaan jumlah kematian pada larva Aedes aegypti antar media uji, maka perbedaan tersebut tidak disebabkan oleh suhu media uji. Hal ini merupakan
suhu yang dapat digunakan larva Aedes aegypti berkembang dengan baik. 4.2.2.2 Hasil Pengukuran pH pada Penelitian Lanjutan
Berikut ini adalah hasil pengukuran pH awal dan pH akhir media pada penelitian lanjutan selama 24 jam.
39
Tabel 4.5: Hasil Pengukuran pH Penelitian Lanjutan
Konsentrasi mg100mL
R1 R2
R3 R4
R5 R6
R7 R8
Aw Al Aw Al Aw Al Aw Al Aw Al Aw Al Aw Al Aw Al Abate
10mg100mL 7 7 7 7
7 7
7 7 7
7 7
7 7 7
7 7 Serai
730mg100mL 7 5 7 5
7 5
7 5 7
5 7
5 7 5
7 5
Keterangan:R: replikasi Aw: Awal
Ak: Akhir Hasil pengukuran pH padapenelitianlanjutansetelah diberi abate yaitu 7 ,
dan setelah diberi Serai yaitu 5.Berdasarkan pengukuran, bahwa bila terjadi perbedaan jumlah kematian pada larva Aedes aegypti antar media uji, maka
perbedaan tersebut tidak disebabkan oleh pH pada media uji, karena larva Aedes aegypti karena larva Aedes aegypti dapat tumbuh pada kisaran pH 4,4 - 9,3.
4.2.2.3 Hasil Pengamatan Kematian Larva Aedes aegypti pada Penelitian Lanjutan Berikut ini adalah hasil pengamatan kematian larva Aedes aegypti pada
penelitian lanjutan selama 24 jam.
Tabel 4.6: Pengamatan Kematian Larva Aedes aegypti setelah pemberian
abate
Jenis Larvasida
Ulangan Waktu
15’ 30’
45’ 60’
24 jam
Abate 10mg100mL
1 4
15 24
25 2
4 14
23 25
3 5
13 25
25 4
1 4
15 24
25 5
5 12
25 25
6 1
5 14
23 25
7 7
19 24
25 8
6 17
24 25
Jumlah 200
Presentase 100
40
Tabel 4.7: Pengamatan Kematian Larva Aedes aegypti setelah pemberian
serbuk serai
Jenis Larvasida
Ulangan Waktu
15’ 30’
45’ 60’
24 jam
Serbuk serai 730mg100m
L 1
2 4
22 2
1 3
17 3
2 3
5 21
4 1
5 6
23 5
1 1
3 5
22 6
1 4
20 7
1 2
2 16
8 1
1 3
23 Jumlah
164 Presentase
82 Hasil pengamatan yang dilakukan selama 24 jam pada penelitian lanjutan
didapatkan rata-rata kematian larva Aedes setelah pemberian abate sesuai dosis yang diberikan yaitu 100, sedangkan rata-rata kematian larva Aedes pada serbuk
serai selama 24 jam yaitu 82.
Tabel 4.8: Populasi Kematian Larva
Larvasida N
Rata-rata Simpangan baku
Mortalitas Abate
8 25,00
0,000 Serai
8 20,50
2,673 Dari tabel di atas dapat dilihat rata-rata populasi kematian larva Aedes
setelah diberiabate sebesar 25,00 dengan simpangan baku 0,000 sedangkan rata- rata populasi kematian larva Aedes setelah pemberian serbuk serai sebesar 20,50
dengan simpang baku 2,673.
Tabel 4.9: Hasil uji t tidak Berpasangan
n Perbedaan rata-rata
Nilai CI 95 Nilai p
Abate 8
4,500 2,266-6,734
0,002 Serai
8
41
Berdasarkan tabel diatasdapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan jumlah kematian larva Aedes setelah pemberian abate dibandingkan dengan serbuk
serai dimana nilai p = 0,002 p 0,05, dengan nilai intervalkepercayaan CI 95 antara 2,266 sampai 6,734 dan perbedaan rata-ratanya sebesar 4,500.
Berikut ini adalah grafik rata-rata perbedaan jumlah kematian larva Aedes aegypti yang mati setelah pemberian abate dibandingkan dengan serbuk serai.
Gambar 4.2: Grafik rata-rata jumlah kematian larva
Berdasarkan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa rata-rata kematian larva Aedes aegypti oleh abate 25 100 lebih besar dibandingkan oleh serbuk serai
20,50 82.
5 10
15 20
25
Abate Serai
Ju m
lah l
ar v
a m
ati
Larvasida
42
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Pembahasan 5.1.1 Suhu Media
Suhu media sebagai variabel yang perancu yang dapat mempengaruhi hasil penelitian, maka dari itu suhu media juga harus diukur dan dikendalikan dengan
cara menempatkan media uji pada ruangan sehingga suhunya akan stabil. Pengukuran suhu pada media tempat pengujian dari awal sampai akhir selama
pengamatan 24 jam, didapatkan hasil dimana suhu pada media uji stabil yaitu pada angka 25
o
C. Suhu pada masing-masing media uji tersebut tidak mempengaruhi pertumbuhan larva karena termasuk dalam kriteria suhu yang optimum untuk
pertumbuhan larva Aedes aegypti yaitu pada suhu 25oC – 35o Ni Luh Putu M,
2004: 4. Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan tersebut, dapat disimpulkan bahwa bila terjadi perbedaan jumlah kematian pada larva Aedes aegypti antar media
uji, maka perbedaan tersebut tidak disebabkan oleh suhu media uji.
5.1.2 pH Media
pH media merupakan variabel perancu yang dapat mempengaruhi hasil penelitian, maka dari itu pH media harus diukur untuk mengetahui perubahan pH
pada media akibat penambahan serbuk serai tersebut. Pada pengukuran pH masing- masing media uji, pada kelompok kontrol menunjukkan pH air normal yaitu 7,
sedangkan penambahan serbuk serai pada kelompok intervensi mengakibatkan penambahan keasaman pH media uji yaitu menjadi 5. Akan tetapi hal ini tidak
mempengaruhi kematian larva Aedes aegypti karena larva Aedes aegypti dapat