D. Faktor Penghambat Dalam Penegakan Hukum Pidana Terhadap
Pencurian Tenaga Listrik di Kota Bandar Lampung
Berdasarkan keterangan dari hasil wawancara dengan Bapak Hendri AH. selaku
bagian Administrasi Kepagawaian, dalam kinerja Tim P2TL menanggulangi
kejahatan pencurian aliran listrik tidak begitu besar terlihat secara umum, tetapi secara spesifik atau khusus ada beberapa hambatan yang dihadapi, yaitu :
1. Dengan makin canggihnya peralatan rumah tangga yang menggunakan
daya dan arus listrik yang besar dan biaya beban yang besar serta teknik- teknik pencurian yang semakin matang dan alat penunjang yang Hi-Tech
memungkinkan meningkatnya lagi pencurian aliran listrik. Hal ini pula dirasa karena jumlah aparat PLN yang masih terbatas, memandang
wilayah Bandar Lampung yang cukup luas dan sebagian besar penduduk menggunakan listrik secara bersama-sama dan merata sehingga sulit
mendeteksi satu-persatu. 2.
Masyarakat yang telah nyata-nyata terbukti bersalah tetapi tidak terima dan tidak mau mengakui kesalahan yang telah mereka lakukan.
3. Kurangnya kepekaan masyarakat akan kepentingan bersama dan
kurangnya kesadaran hukum dalam masyarakat di negara kita. 4.
Sudut pandang yang berbenturan antara finansial dan supremasi hukum dalam menangani kejahatan pencurian aliran listrik.
Faktor dominan yang menyebabkan petugas sulit menangani kasus kejahatan pencurian aliran listrik yaitu kesadaran masyarakat itu sendiri untuk membenahi
diri pribadi dan kehidupan bangsa kita untuk lebih baik lagi dengan cara yang benar sesuai jalurnya dan aturan yang mengatur keteraturan kehidupan berbangsa
dan bernegara. Serta kurang tegasnya sanksi yang akan dikenakan kepada pelaku yang melakukan secara nyata, walaupun secara tegas telah diatur dalam aturan
yang berlaku sehingga tidak ada rasa takut masyarakat untuk melakukan perbuatan melawan hukum tersebut berupa pencurian aliran listrik.
Kebijakan dalam menanggulangi kejahatan dengan cara prevensi yaitu tidak hanya upaya preventif tetapi ditekankan pada upaya represif yang dilakukan oleh
petugas untuk terus menekan angka susut distribusi. Pada dasarnya lebih baik mencegah daripada mendidik pelaku kejahatan untuk tidak melakukan kejahatan
lagi, tetapi pada kenyataannya upaya represif yang begitu keras saja sulit menekan atau mengurangi kejahatan apalagi hanya upaya preventif saja untuk menekan
tindak kejahatan yang kian keras. Daripada itu diharapkan peran serta dalam menanggulangi kejahatan, karena sulit menanggulangi kejahatan bila masyarakat
yang tidak mau melapor, dan petugas sulit membuktikan tindakan tersebut apalagi bila di deking back-up oleh oknum atau aparat PLN itu sendiri.
V. PENUTUP