Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim

3 - 14 3 mengkaji kemungkinan penerapan dan pengembangan langka h adaptasi perubahan iklim - utamanya dalam mendukung upaya ketahanan pangan dari sisi penguatan kapasitas petani.

3. METODA

Perubahan Iklim PI sebagai akibat dari Pemanasan Global merupakan keniscayaan yang telah, sedang dan akan terjadi. Salah satu dampak yang sangat nyata adalah pengaruhnya terhadap Ketahanan Pangan di Indonesia, yang notabene merupakan negara kepulauan dan agraris. Pola cuaca dan iklim di Indonesia yang sangat dipengaruhi oleh posisi geografis sebagai negara kepulauan, terletak tepat di khatulistiwa, serta diapit oleh dua samudera dan dua benua. Panjangnya jarak ujung timur dan barat, menjadikan Indonesia terpengaruh pula oleh berbagai bentuk ekstrimitas iklim. Letaknya yang tepat di khatulistiwa menjadikan pola cuaca yang tidak mudah terprakirakan. Oleh karenanya, penelitian dan pengembangan di bidang cuaca dan iklim sesungguhnya akan sangat membantu bagi proses pembuatan keputusan kebijakan dalam rangka mendorong upaya ketahanan-pangan. Mempertimbangkan luasnya cakupan penelitian dan pengembangan di bidang cuaca dan iklim, maka makalah ini akan ditulis dalam bentuk deskriptif dengan fokus pada upaya mendukung proses adaptasi an ketahanan pangan. Kajian peluang penelitian diberikan dalam bentuk normatif.

4. PEMBAHASAN

4.1 Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim

Keniscayaan pemanasan global tidak terbantahkan. Dampaknya pada perubahan iklim – yang semula diterima secara ambivalen – semakin dirasakan keterjadiannya. Intergovernmental Panel on Climate Change IPCC telah mengeluarkan laporannya yang ke-4 RA-4 pada Pebruari 2007 tentang gejala pemanasan global yang ditengarai disebabkan oleh aktifitas manusia dan menegaskan bahwa dampak pemanasan global merambah ke berbagai sektor. Di sisi lain, dunia disadarkan pula akan potensi bencana yang timbul jika pemanasan global tidak “dihentikan”. Hasil pengamatan global menunjukkan bahwa suhu daratan dan lautan relatif seimbang hingga tahun 1980-an. Perbedaan suhu rata-rata permukaan daratan dan lautan mulai menunjukkan kecenderungan membesar semenjak itu. Data pengamatan global perbedaan suhu rata-rata permukaan laut dan daratan yang semakin besar ini mempengaruhi interaksi parameter-parameter dinamis cuaca dan iklim dan memicu terjadinya fenomena pergeseran iklim. Kajian terhadap luas wilayah pola curah hujan dari perioda 1931–1960 ke 1961–1990 memang memhnunjukkan adanya pergeseran tersebut Kadarsah, 2007. Variasi curah hujan tahunan wilayah Sumatera, misalnya, yang semula berfluktuasi di wilayah barat pada periode tahun 1961 – 1960, 4 - 14 telah bergeser dan semakin mengelompok dengan curah hujan tahunan yang terpola pada tahun 1961–1990 . Pergeseran seperti itu terjadi pula di berbagai daerah di seluruh wilayah kepulauan di Indonesia. Perubahan Iklim PI sebagai akibat dari pemanasan Global merupakan keniscayaan yang telah, sedang dan akan terjadi. Dampaknya terasakan dalam berbagai bencana yang mewujud dalam bentuk kehilangan nyawa maupun kerugian material. Dampak tersebut sangat mempengaruhi Ketahanan Pangan Indonesia, yang notabene merupakan negara kepulauan dan agraris. Sebagai negara kepulauan yang terletak tepat di garis katulistiwa, Indonesia dipengaruhi oleh berbagai ekstrimitas cuacaiklim. Variasi cuacaiklim sangat mempengaruhi prakiraan musim tanam dan panen, sistem distribusi pasokan benih dan hasil panen. Pada gilirannya menggerus sistem Ketahanan Pangan Nasional. Pada perspektif ini, informasi cuacaiklim yang cepat, tepat, tersebar luas dan terpahami dipercayai mampu untuk dapat meminimalisasi jumlah kerugian yang terjadi. Langkah-langkah mitigasi yang ditujukan untuk memperlambat laju pemanasan global telah banyak dibahas berbagai forum nasional maupun internasional. Secara internasional Konferensi Antar Pihak Conference of Parties – COP menjadi wahana tingkat tinggi para pemimpin dunia dalam rangka menyepakati rencana aksi bersama untuk menurunkan laju konsentrasi karbon. Aksi mitigatif – yang lebih berbasis pada teknologi hijau Green Technology – tidak memberikan banyak peluang bagi Indonesia untuk berperan secara signifikan, kecuali dalam mengupayakan pengurangan emisi melalui perubahan penggunaan lahan REDD+. Gambar 1 Komponen kerangka global untuk GFCS WMO, 2011 Dalam hal perubahan iklim, tantangan bagi Indonesia justru terletak pada langkah adaptasi, yang secara langsung berpengaruh pada kehidupan masyarakat dan proses pembangunan. Langkah-langkah adaptasi sebagai gerakan global belum banyak dibahas baik secara nasional maupun internasional. 5 - 14 Salah satu gagasan internasional yang saat ini akan diajukan melalui COP-19 yang akan diselenggarakan pada bulan NopemberDesember 2011, di Durban, Afrika Selatan, adalah pembentukan kerjasama global dalam pelayanan iklim Global Framework for Climate Services – GFCS. Indonesia menjadi salah satu anggota Kelompok Kerja Tingkat Tinggi pada GFCS tersebut. Tantangan utama implementasi GFCS secara lokal nasional mensyaratkan penyesuaian yang cocok dan kerjasama berbagai pihak, baik unsur pemerintah, masyarakat maupun swasta. Sejalan dengan rencana implementasi gagasan kerangka global pelayanan iklim tersebut, laporan Kelompok Kerja Tingkat Tinggi – yang baru saja diterbitkan pada bulan Juni 2011 yang lalu – menunjukka n gap yang ditengarai akan menjadi kendala implementasi GFCS WMO, 2011. Gap tersebut terkait dengan:

a. User Interface Platform UIP;