Pengendalian Syngonium podophyllum Dengan Paraquat, Triasulfuron, Amonium Glufosinat Dan Fluroksipir Secara Tunggal Dan Campuran Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq)

PENGENDALIAN Syngonium podophyllum DENGAN PARAQUAT,
TRIASULFURON, AMONIUM GLUFOSINAT DAN FLUROKSIPIR
SECARA TUNGGAL DAN CAMPURAN PADA TANAMAN
KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq)

SKRIPSI

OLEH :
SAPRI ANI SILABAN
030301051 / Agronomi

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
Sapri Ani Silaban : Pengendalian Syngonium podophyllum Dengan Paraquat, Triasulfuron, Amonium Glufosinat
Dan Fluroksipir Secara Tunggal Dan Campuran Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq), 2008.
USU Repository © 2009

2

PENGENDALIAN Syngonium podophyllum DENGAN PARAQUAT,
TRIASULFURON, AMONIUM GLUFOSINAT DAN FLUROKSIPIR
SECARA TUNGGAL DAN CAMPURAN PADA TANAMAN
KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq)

SKRIPSI

OLEH :
SAPRI ANI SILABAN
030301051 / Agronomi

Skripsi Merupakan Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
Sapri Ani Silaban : Pengendalian Syngonium podophyllum Dengan Paraquat, Triasulfuron, Amonium Glufosinat

Dan Fluroksipir Secara Tunggal Dan Campuran Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq), 2008.
USU Repository © 2009

3
Judul Skripsi:

:Pengendalian Syngonium podophyllum dengan Paraquat,
Triasulfuron, Amonium Glufosinat dan Fluroksipir secara
Tunggal dan Campuran pada Tanaman Kelapa Sawit
(Elaeis guineensis Jacq)

Nama

: SAPRI ANI SILABAN

NIM

: 030301051

Departemen


: Budidaya Pertanian

Program Studi

: Agronomi

Disetujui Oleh,

Komisi Pembimbing

(Ir. Edison Purba,
Anggota

(Ir. Dartius, MS)
Ketua

Ph.D)

Mengetahui,


(Ir. Edison Purba, Ph.D)
Ketua Departemen Budidaya Pertanian

Tanggal lulus :

Sapri Ani Silaban : Pengendalian Syngonium podophyllum Dengan Paraquat, Triasulfuron, Amonium Glufosinat
Dan Fluroksipir Secara Tunggal Dan Campuran Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq), 2008.
USU Repository © 2009

4

ABSTRACT
A field experiment was carried out to determine the efficacy of paraquat,
triasulfuron, amonium glufosinat and fluroksipir either single or mixture in mature
oil palm plantation to control arrowhead vine (Syngonium podophyllum). The
methode of experiment is randomized block design non factorial was used
consisted of 7 treatment and 3 replication which are control, paraquat 552 g/ha,
paraquat 552 g/ha + triasulfuron 15 g/ha, amonium glufosinat 750 g/ha,
fluroksipir 500 g/ha + amonium glufosinat 750 g/ha, fluroksipir 500 g/ha and

manually weeding were applied unto S. podophyllum. The result showed that
mortality percentage of paraquat (71.67%), paraquat + triasulfuron (74.17%),
amonium glufosinat (60.83%), fluroksipir + amonium glufosinat (74.17%),
fluroksipir (0%) and manually weeding (90.83%) and the dry weight percentage
of paraquat decreased S. podophyllum 97.17%, paraquat + triasulfuron 97.11%,
amonium glufosinat 89.83%,
fluroksipir + amonium glufosinat 20.98%,
fluroksipir 10.26%, manually weeding 99.47%.
Keyword : S. podophyllum, paraquat, triasulfuron, amonium glufosinat,
fluroksipir

Sapri Ani Silaban : Pengendalian Syngonium podophyllum Dengan Paraquat, Triasulfuron, Amonium Glufosinat
Dan Fluroksipir Secara Tunggal Dan Campuran Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq), 2008.
USU Repository © 2009

5

ABSTRAK
Penelitian di lapangan ini dibawa keluar untuk menentukan kemanjuran
dari paraquat, triasulfuron, amonium glufosinat dan fluroksipir secara tunggal dan

campuran pada tanaman kelapa sawit yang telah menghasilkan untuk
mengendalikan arrowhead vine (Syngonium podophyllum). Metode penelitian
yang digunakan adalah rancangan acak kelompok (RAK) non faktorial yang
terdiri atas 7 perlakuan dan 3 ulangan yaitu kontrol, paraquat 552 g/ha, paraquat
552 g/ha + triasulfuron 15 g/ha, amonium glufosinat 750 g/ha, fluroksipir 500
g/ha + amonium glufosinat 750 g/ha, fluroksipir 500 g/ha dan penyiangan manual
yang dipergunakan untuk mengendalikan S. podophyllum. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa persentase mortalitas pada paraquat (71.67%), paraquat +
triasulfuron (74.17%), amonium glufosinat (60.83%), fluroksipir + amonium
glufosinat (74.17%), fluroksipir (0%) dan penyiangan manual (90.83%) dan bobot
kering pada perlakuan paraquat menekan S. podophyllum 97.17%, paraquat +
triasulfuron 97.11%, amonium glufosinat 89.83%, fluroksipir + amonium
glufosinat 20.98%, fluroksipir 10.26%, penyiangan manual 99.47%.
Kata kunci : S. podophyllum, paraquat, triasulfuron, amonium glufosinat,
fluroksipir

Sapri Ani Silaban : Pengendalian Syngonium podophyllum Dengan Paraquat, Triasulfuron, Amonium Glufosinat
Dan Fluroksipir Secara Tunggal Dan Campuran Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq), 2008.
USU Repository © 2009


6

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Padang Sidempuan pada tanggal 1 April 1984 dari
Ayah B. Silaban dan Ibu P. Simanungkalit. Penulis merupakan putri ke 9 dari 9
bersaudara.
Tahun 2003 penulis lulus dari SLTA Negeri 4 Padang Sidempuan dan
pada tahun 2003 lulus seleksi masuk USU melalui jalur SPMB. Penulis memilih
program studi Agronomi Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian
Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten mata kuliah
Agronomi Tanaman Perkebunan, mengikuti kegiatan organisasi KMK pada tahun
ajaran 2006 - 2007 dan pada tahun 2007 penulis melaksanakan praktek kerja
lapangan (PKL) di Perkebunan Swasta Socfin Indonesia Lima Puluh.

Sapri Ani Silaban : Pengendalian Syngonium podophyllum Dengan Paraquat, Triasulfuron, Amonium Glufosinat
Dan Fluroksipir Secara Tunggal Dan Campuran Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq), 2008.
USU Repository © 2009

7


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Adapun judul dari skripsi ini adalah : “Pengendalian Syngonium
podophyllum dengan Paraquat, Triasulfuron, Amonium Glufosinat dan Fluroksipir
secara Tunggal dan Campuran pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis
Jacq)”, yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Pertanian di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak
Ir.

Dartius,

MS

sebagai

ketua


komisi

pembimbing

dan

Bapak

Ir. Edison Purba, Ph.D sebagai anggota komisi pembimbing yang telah
memberikan banyak saran dan bimbingan kepada penulis dalam penelitian dan
penulisan skripsi ini. Selain itu penulis juga mengucapkan terimakasih kepada
yang tercinta Ayahanda B. Silaban dan Ibunda P. Simanungkalit serta seluruh
keluarga yang telah memberikan dukungan moril dan materil serta doa yang tulus.
Dan tak lupa penulis juga mengucapkan terimakasih kepada pihak perkebunan
PTPN II Gohor lama, langkat, yang telah memberikan tempat penelitian serta
teman-teman yaitu Hetty, Elsa, Apriin, Winda, Tetty, dan teman-teman Budidaya
Pertanian 2003 dan 2004 yang telah memberikan dukungan moril dan tenaganya
selama penulis melakukan penelitian.


Sapri Ani Silaban : Pengendalian Syngonium podophyllum Dengan Paraquat, Triasulfuron, Amonium Glufosinat
Dan Fluroksipir Secara Tunggal Dan Campuran Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq), 2008.
USU Repository © 2009

8
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk
itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi
kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.

Medan, 2008
Penulis

Sapri Ani Silaban : Pengendalian Syngonium podophyllum Dengan Paraquat, Triasulfuron, Amonium Glufosinat
Dan Fluroksipir Secara Tunggal Dan Campuran Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq), 2008.
USU Repository © 2009

9

DAFTAR ISI
Hal

ABSTRACT ............................................................................................... i
ABSTRAK.................................................................................................. ii
RIWAYAT HIDUP .................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................ iv
DAFTAR ISI .............................................................................................. v
DAFTAR TABEL ...................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. ix
PENDAHULUAN
Latar Belakang ...............................................................................
Tujuan Penelitian............................................................................
Hipotesis Penelitian ........................................................................
Kegunaan Penelitian .......................................................................

1
3
3
4

TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik S. podophyllum ..........................................................
Masalah Gulma pada Budidaya Perkebunan Kelapa Sawit ..............
Pengendalian Gulma secara Kimiawi..............................................
Mekanisme Absorpsi Herbisida melalui Daun ................................
Paraquat .........................................................................................
Triasulfuron....................................................................................
Amonium glufosinat .......................................................................
Fluroksipir ......................................................................................

5
6
7
9
11
12
13
15

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu ......................................................................... 16
Bahan dan Alat ............................................................................... 16
Metode Penelitian ........................................................................... 16
PELAKSANAAN PENELITIAN
Penetapan Areal Penelitian .............................................................
Penetapan Petak Percobaan ............................................................
Penetapan Petak Pengamatan ..........................................................
Aplikasi Herbisida ..........................................................................
Pengamatan Parameter ...................................................................
Mortalitas (%).......................................................................

18
18
18
18
19
19

Sapri Ani Silaban : Pengendalian Syngonium podophyllum Dengan Paraquat, Triasulfuron, Amonium Glufosinat
Dan Fluroksipir Secara Tunggal Dan Campuran Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq), 2008.
USU Repository © 2009

10
Bobot Kering (g)................................................................... 19
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil............................................................................................... 20
Pembahasan.................................................................................... 24
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ..................................................................................... 28
Saran ............................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 29
LAMPIRAN ............................................................................................... 31

Sapri Ani Silaban : Pengendalian Syngonium podophyllum Dengan Paraquat, Triasulfuron, Amonium Glufosinat
Dan Fluroksipir Secara Tunggal Dan Campuran Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq), 2008.
USU Repository © 2009

11

DAFTAR TABEL

Hal
1. Rataan mortalitas S. podophyllum pada pengamatan 3 MSA dan 6 MSA .... 21
2. Rataan bobot kering S. podophyllum pada pengamatan 4 MSA, 8MSA
dan 12 MSA ............................................................................................... 23

Sapri Ani Silaban : Pengendalian Syngonium podophyllum Dengan Paraquat, Triasulfuron, Amonium Glufosinat
Dan Fluroksipir Secara Tunggal Dan Campuran Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq), 2008.
USU Repository © 2009

12

DAFTAR GAMBAR

Hal
1. Struktur molekul paraquat .......................................................................... 12
2. Struktur molekul triasulfuron ..................................................................... 13
3. Struktur molekul amonium glufosinat ........................................................ 14
4. Struktur molekul fluroksipir ....................................................................... 15

Sapri Ani Silaban : Pengendalian Syngonium podophyllum Dengan Paraquat, Triasulfuron, Amonium Glufosinat
Dan Fluroksipir Secara Tunggal Dan Campuran Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq), 2008.
USU Repository © 2009

13

DAFTAR LAMPIRAN

Hal
1. Bagan percobaan ........................................................................................ 31
2. Data mortalitas S. podophyllum pada pengamatan 3 MSA .......................... 32
3. Sidik ragam mortalitas S. podophyllum pada pengamatan 3 MSA............... 32
4. Data mortalitas S. podophyllum pada pengamatan 6 MSA .......................... 33
5. Sidik ragam mortalitas S. podophyllum pada pengamatan 6 MSA............... 33
6. Data bobot kering S. podophyllum pada pengamatan 4 MSA ...................... 34
7. Sidik ragam bobot kering S. podophyllum pada pengamatan 4 MSA .......... 34
8. Data bobot kering S. podophyllum pada pengamatan 8 MSA ...................... 35
9. Sidik ragam bobot kering S. podophyllum pada pengamatan 8 MSA .......... 35
10. Data bobot kering S. podophyllum pada pengamatan 12 MSA ................... 36
11. Sidik ragam bobot kering S. podophyllum pada pengamatan 12 MSA........ 36

Sapri Ani Silaban : Pengendalian Syngonium podophyllum Dengan Paraquat, Triasulfuron, Amonium Glufosinat
Dan Fluroksipir Secara Tunggal Dan Campuran Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq), 2008.
USU Repository © 2009

14

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan salah satu
tanaman perkebunan di Indonesia yang trendnya terus meningkat. Perkebunan
kelapa sawit semula berkembang di daerah Sumatera Utara dan Aceh. Namun
sekarang telah berkembang di berbagai daerah di Sumatera, Jawa, Kalimantan,
Sulawesi, Maluku dan Papua (Sunarko, 2007).
Pengembangan agribisnis kelapa sawit merupakan salah satu langkah yang
diperlukan sebagai kegiatan pembangunan subsektor perkebunan dalam rangka
revitalisasi sektor pertanian. Perkembangan pada berbagai subsistem yang sangat
pesat pada agribisnis kelapa sawit sejak menjelang akhir tahun 1970-an menjadi
bukti pesatnya perkembangan agribisnis kelapa sawit. Perkebunan kelapa sawit
saat ini telah berkembang tidak hanya yang diusahakan oleh perusahaan negara,
tetapi juga perkebunan rakyat dan swasta. Pada tahun 2003, luas areal perkebunan
rakyat mencapai 1.827 ribu ha (34,9%), perkebunan negara seluas 645 ribu ha
(12,3%), dan perkebunan besar swasta seluas 2.765 ribu ha (52,8%). Ditinjau dari
bentuk pengusahaannya, perkebunan rakyat (PR) memberi andil produksi CPO
sebesar 3.645 ribu ton (37,12%), perkebunan besar negara (PBN) sebesar 1.543
ribu ton (15,7 %), dan perkebunan besar swasta (PBS) sebesar 4.627 ribu ton
(47,13%). Produksi CPO juga menyebar dengan perbandingan 85,55% Sumatera,
11,45% Kalimantan, 2% Sulawesi, dan 1% wilayah lainnya. Produksi tersebut
dicapai pada tingkat produktivitas perkebunan rakyat sekitar 2,73 ton CPO/ha,

Sapri Ani Silaban : Pengendalian Syngonium podophyllum Dengan Paraquat, Triasulfuron, Amonium Glufosinat
Dan Fluroksipir Secara Tunggal Dan Campuran Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq), 2008.
USU Repository © 2009

15
perkebunan negara 3,14 ton CPO/ha, dan perkebunan swasta 2,58 ton CPO/Ha.
(Deptan, 2007).
Untuk meningkatkan hasil produksi kelapa sawit maka perlu pengelolaan
gulma. Dalam usaha perkebunan, keberadaan gulma menjadi masalah karena
membutuhkan

tenaga,

biaya,

dan

waktu

yang

terus

menerus

untuk

mengendalikannya. Beberapa metode dapat diterapkan untuk mengendalikan
gulma pada perkebunan. Salah satu metode pengendalian gulma yang umum dan
utama pada perkebunan kelapa sawit adalah pengendalian secara kimia dengan
menggunakan herbisida, karena cara ini lebih efektif, efisien, hemat tenaga, biaya,
dan waktu (Tjitrosoedirjo, Utomo dan Wiroatmodjo, 1984).
Syngonium podophyllum adalah merupakan salah satu gulma pada
tanaman kelapa sawit.
Di negara-negara yang telah maju, selama 40 tahun terakhir ini cara-cara
pengendalian mekanis gulma telah digantikan dengan pengendalian kimiawi
menggunakan herbisida. Hal ini terjadi khususnya di daerah-daerah yang caracara bercocok tanam intensif dengan menggunakan alat-alat mekanisasi yang
modern telah diterapkan. Herbisida memberikan pengaruh yang sangat nyata
dalam pengendalian gulma jika dibandingkan dengan cara-cara pengendalian
seperti pengolahan tanah, pencangkulan, ataupun pencabutan. Herbisida telah
memberikan peningkatan hasil produksi panen yang sangat nyata yang dapat kita
nikmati sekarang. Penggunaan herbisida juga merupakan salah satu alternatif
untuk menekan ongkos produksi pertanian serta kekurangan tenaga kerja
(Sastroutomo, 1992).

Sapri Ani Silaban : Pengendalian Syngonium podophyllum Dengan Paraquat, Triasulfuron, Amonium Glufosinat
Dan Fluroksipir Secara Tunggal Dan Campuran Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq), 2008.
USU Repository © 2009

16
Pemilihan herbisida yang sesuai untuk pengendalian gulma di pertanaman
merupakan salah satu hal yang sangat penting. Pemilihan dilakukan dengan
memperhatikan daya efektivitas herbisida dan ada tidaknya toksisitas pada
tanaman.
Dalam penggunaanya, herbisida sering dicampur dengan herbisida lain
dengan tujuan memperluas daya bunuh herbisida pada berbagai jenis gulma,
mengharapkan adanya efek sinergistik, sehingga efektivitas penggunaannya
meningkat. Suatu campuran lebih dari satu jenis herbisida akan mempunyai sifat
sinergistik, suatu sifat dari campuran tersebut yang lebih efektif daripada salah
satu pencampur bila diberikan secara tunggal (Moenandir, 1988).
Dalam penelitian ini ada 4 herbisida yang digunakan yaitu paraquat,
triasulfuron, amonium glufosinat dan fluroksipir. Herbisida tunggal yang
digunakan yaitu paraquat, amonium glufosinat dan fluroksipir, sedangkan
triasulfuron tidak digunakan secara tunggal karena herbisida ini tidak efektif bila
digunakan secara tunggal. Sedangkan herbisida campuran yang digunakan yaitu
paraquat + triasulfuron dan fluroksipir + amonium glufosinat
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian ini guna mengetahui bagaimana pengaruh dari berbagai herbisida
tersebut baik secara tunggal maupun campuran pada S. podophyllum yang
merupakan salah satu gulma yang sulit dikendalikan pada pertanaman kelapa
sawit.

Sapri Ani Silaban : Pengendalian Syngonium podophyllum Dengan Paraquat, Triasulfuron, Amonium Glufosinat
Dan Fluroksipir Secara Tunggal Dan Campuran Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq), 2008.
USU Repository © 2009

17
Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengendalian S. podophyllum
dengan paraquat, triasulfuron, amonium glufosinat dan fluroksipir secara tunggal
dan campuran pada tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq).

Hipotesis Penelitian

S. podophyllum memiliki respon yang berbeda terhadap herbisida
paraquat, triasulfuron, amonium glufosinat dan fluroksipir.

Kegunaan penelitian

1. Untuk

mengetahui

herbisida

yang

efektif

untuk

mengendalikan

S. podophyllum yang merupakan salah satu gulma yang sulit untuk
dikendalikan pada tanaman kelapa sawit.
2. Sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkannya.

Sapri Ani Silaban : Pengendalian Syngonium podophyllum Dengan Paraquat, Triasulfuron, Amonium Glufosinat
Dan Fluroksipir Secara Tunggal Dan Campuran Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq), 2008.
USU Repository © 2009

18

TINJAUAN PUSTAKA

Karakteristik S. podophyllum

S. podophyllum berasal dari Amerika Selatan yaitu dari Meksiko yang
dikenal dari Costa Rica dan Panama. S. podophyllum termasuk famili Araceae.
Syngonium ada 33 jenis yaitu :
-

S.
S.
S.
S.
S.
S.
S.
S.
S.
S.
S.
S.
S.
S.
S.
S.

angustatum
armigerum
atrovirens
auritum
chiapense
chocoanum
crassifolium
dodsonianum
erythrophyllum
foreroanum
gentryanum
glaucopetiolatum
harlingianum
hastiferum
hastifolium
hoffmannii

-

S. laterinervium
S. llanoense
S. macrophyllum
S. mauroanum
S. meridense
S. neglectum
S. oduberi
S. podophyllum
S. salvadorense
S. schottianum
S. sparreorum
S. standleyanum
S. steyermarkii
S. triphyllum
S. wendlandii
S. yurimaguense

(http://www.ces.ncsu.edu/depts/hort/consumer/poison/Syngopo.htm).

S. podophyllum tumbuh merambat dengan akar menempel pada media
tumbuh. Akar tumbuh pada buku-buku batang, permukaan daun mengkilap dan
lembut seperti beludru. Bunga muncul di sela-sela daun, berbentuk tongkol yang
ditutupi

seludang

putih.

Perbanyakannya

dengan

biji

dan

stek

(Prihmantoro, 1997).
Daun memiliki warna yang beragam, ada yang berwarna hijau, putih
perak, dan urat daun sebagian besar berwarna perak. Syngonium yang semakin
Sapri Ani Silaban : Pengendalian Syngonium podophyllum Dengan Paraquat, Triasulfuron, Amonium Glufosinat
Dan Fluroksipir Secara Tunggal Dan Campuran Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq), 2008.
USU Repository © 2009

19
tumbuh dewasa, lambat laun seluruh tubuhnya berubah warna menjadi hijau.
Apabila Syngonium dipertahankan kecil dengan cara dipotong terus-menerus,
maka Syngonium tidak sempat merambat dan daunnya akan bertahan dengan
warna semula (Sudarmono, 1997).

Masalah Gulma pada Budidaya Perkebunan Kelapa Sawit

Gulma dapat merugikan tanaman pertanian karena bersaing dalam
mendapatkan unsur hara, cahaya matahari, air dan ruang. Beberapa jenis gulma
sering menjadi inang hama dan penyakit tanaman tertentu atau mengandung zat
allelopati yang dapat merugikan tanaman utama. Gulma yang terlalu rapat dapat
mempersulit

pekerjaan

di

kebun

seperti

panen,

menyemprot,

dll

(Djojosumarto, 2000).
Gulma yang selalu tumbuh di sekitar pertanaman mengakibatkan
penurunan laju pertumbuhan serta hasil akhir. Adanya gulma tersebut
membahayakan bagi kelangsungan pertumbuhan dan menghalangi tercapainya
sasaran produksi pertanaman pada umumnya. Usaha manusia dalam mengatasi hal
tersebut dapat berupa pemberantasan atau pengendalian, tergantung pada keadaan
tanaman, tujuan bertanam dan biaya (Moenandir, 1988).
Komunitas gulma berbeda-beda dari satu tempat ke tempat yang lainnya
baik pada jenis pertanamannya yang sama maupun yang berbeda. Faktor-faktor
yang mempengaruhinya sangatlah kompleks dan keberadaannya pada suatu jenis
pertanaman dapat merupakan indikasi adaptasi dan dominasinya di tempat, akan
bergantung pada kondisi lingkungan mikro seperti unsur hara yang ada,
kelembaban, dan lain-lain. Penyebaran yang tidak merata dari gulma pada salah
Sapri Ani Silaban : Pengendalian Syngonium podophyllum Dengan Paraquat, Triasulfuron, Amonium Glufosinat
Dan Fluroksipir Secara Tunggal Dan Campuran Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq), 2008.
USU Repository © 2009

20
satu sistem pertanaman sangat dipengaruhi oleh cara-cara bercocok tanam yang
sangat bervariasi. Di samping

itu perubahan pertumbuhan dari tanaman budi

dayanya sendiri dari fase yang satu ke fase yang lainnya juga dapat
mempengaruhi jenis-jenis gulma yang berasosiasi dengan tanaman budi daya
(Sastoutomo, 1990).

Pengendalian Gulma Secara Kimiawi

Pengendalian gulma pada prinsipnya merupakan usaha meningkatkan daya
saing tanaman utama dan melemahkan daya saing gulma. Keunggulan tanaman
pokok harus menjadi sedemikian rupa sehingga gulma tidak

mampu

mengembangkan pertumbuhan secara berdampingan atau pada waktu bersamaan
dengan tanaman utama. Dalam pengertian ini semua praktek budidaya di
pertanaman dapat dibedakan mana yang lebih meningkatkan daya saing tanaman
utama atau meningkatkan daya saing gulma (Sukman dan Yakup, 2002).
Pengendalian gulma secara kimiawi ialah pengendalian gulma dengan
menggunakan bahan kimiawi yang dapat menekan atau bahkan mematikan gulma.
Bahan kimiawi itu disebut herbisida (Moenandir, 1988).
Pengendalian gulma secara kimiawi mempunyai beberapa segi keuntungan
dan kerugian jika dikembangkan di negara-negara yang sedang berkembang.
Meningkatnya penggunaan herbisida di perkebunan mungkin disebabkan oleh
beberapa faktor sebagai berikut : perkebunan mempunyai nilai ekonomi yang
tinggi sehingga dapat mendukung biaya yang dibutuhkan bagi pengendalian
kimiawi, herbisida-herbisida yang telah mendapat persetujuan, cukup memberikan
hasil yang baik dan pegawai perkebunan dapat diberikan pendidikan dan latihan
Sapri Ani Silaban : Pengendalian Syngonium podophyllum Dengan Paraquat, Triasulfuron, Amonium Glufosinat
Dan Fluroksipir Secara Tunggal Dan Campuran Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq), 2008.
USU Repository © 2009

21
tentang cara-cara penggunaan herbisida dengan biaya yang memang cukup
tersedia. Penggunaan yang berhasil sangat tergantung akan kemampuannya untuk
membasmi beberapa jenis tumbuhan (gulma) dan tidak membasmi jenis-jenis
lainnya (tanaman budidaya). Cara kerja yang selektif ini merupakan faktor yang
paling penting bagi keberhasilan suatu herbisida dan ada banyak faktor yang
mempengaruhi keberhasilannya, yaitu :
a) Faktor tanaman
 Umur dan kecepatan pertumbuhan
 Struktur luar seperti bentuk daun (ukuran dan permukaan), kedalaman
akar, lokasi titik tumbuh dan lain-lain
 Proses-proses biofisik seperti bahan-bahan yang dapat mengabsorpsi di
dalam sel dan stabilitas membran
 Proses-proses biokimia seperti pengaktifan enzim, herbisida dan lain-lain
b) Faktor herbisidanya


Struktur, konsentrasi dan formulasi (cair atau granular)

c) Faktor lingkungan


Temperatur, cahaya, hujan dan faktor-faktor tanah

d) Cara pemakaian


Tipe herbisida (digunakan ke tanah, ke tanaman), volume penyemprotan,
ukuran butiran semprotan dan waktu penyemprotan

(Tjitrosoedirdjo, dkk, 1984)

Sapri Ani Silaban : Pengendalian Syngonium podophyllum Dengan Paraquat, Triasulfuron, Amonium Glufosinat
Dan Fluroksipir Secara Tunggal Dan Campuran Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq), 2008.
USU Repository © 2009

22
Mekanisme Absorpsi Herbisida melalui daun

Biasanya daun adalah bagian yang paling baik dalam mengabsorpsi
herbisida di mana pengaplikasiannya melalui penyemprotan pada bagian tanaman
yang berada di atas tanah. Kedua sisi di atas dan di bawah permukaan daun
mengabsorpsi herbisida yang diaplikasikan melalui penyemprotan ke bagian ini.
Bagian bawah permukaan daun mempunyai kutikula yang biasanya dinetralisir
dengan cepat oleh herbisida. Absorpsi dan translokasi herbisida lebih dianjurkan
untuk tindakan fisiologi herbisida. Mekanisme melalui herbisida yang dapat
membunuh tanaman disebut dengan mode of action (Anderson, 1977)
Herbisida menjadi efektif setelah mengenai atau masuk dalam tanaman.
Herbisida masuk dalam tubuh tanaman lewat absorpsi atau kontak. Absorpsi
herbisida dalam tubuh tanaman ada yang cepat atau lambat. Herbisida masuk ke
dalam tanaman melalui akar dan daun, kadang-kadang lewat batang juga .
Absorpsi lewat daun dapat melalui permukaan daun atau stomata. Herbisida yang
menguap, uapnya dapat masuk lewat stomata. Namun yang terpenting ialah yang
lewat permukaan daun. Herbisida akan menembus kutikula dan dinding sel yang
terdiri dari selulosa dan pektin maupun lapisan lilin (non polar). Polar bermuatan
listrik positif (seperti air, asam amino, karbohidrat atau bentuk garam 2,4 D,
dinitrophenol, khlorat). Molekul non polar tidak mempunyai muatan kuat yang
positif atau negatif atau pada umumnya tidak elektrolit seperti bahan organik
(minyak, lilin, asam 2,4 D, ester 2,4 D, dinitrophenol). Demikian pula kutikula
berlilin, selulosa daun dan batang tanaman adalah non polar (Moenandir, 1988).

Sapri Ani Silaban : Pengendalian Syngonium podophyllum Dengan Paraquat, Triasulfuron, Amonium Glufosinat
Dan Fluroksipir Secara Tunggal Dan Campuran Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq), 2008.
USU Repository © 2009

23
Herbisida dapat masuk ke tubuh tumbuhan lewat daun. Daun mempunyai
2 permukaan, yaitu permukaan atas dan bawah. Dinding sel luar daun disebut
kutikula yang berfungsi sebagai pelindung dan terdiri dari lapisan. Kutin berupa
polimer asam dengan alkohol yang bersifat non polar. Pertama kali serapan ke
dalam kutikula gerakan melintang menembus membran, diabsorpsi ke dalam
apoplas dan diambil sel. Penerobosan lewat membran tergantung pada pH, ukuran
partikel, tebal kutikula, laju pengambilan transport dan metabolisme jaringan.
Permukaan tumbuhan pada umumnya bersifat non polar. Gerakan melintasi
membran kutikula dipengaruhi oleh permukaan daun, waktu, konsentrasi, pH,
struktur kimiawi, surfaktan, kedudukan dan faktor tumbuhan dan lingkungan
seperti cahaya, suhu, kelembaban dan keadaan lingkungan sebelum aplikasi.
Komponen kutikula sendiri sangat berperan dalam masuknya substansi ke dalam
daun (retensi permukaan tumbuhan). Lintasan yang khas terdapat pada masuknya
substansi melintas kutikula. Substansi yang mudah larut dalam lipida lebih mudah
masuk daripada substansi yang larut dalam air. Masing-masing mempunyai
lintasannya yaitu gugusan substansi yang mudah larut dalam lipida lewat rute
lipida dan yang mudah larut dalam air lewat lintasan air, namun dari keduanya
masih sedikit yang diketahui. Transpirasi kutikula menerangkan adanya gerakan
air, melintas kutikula, namun bukan berarti substansi kimia yang masuk akan
langsung bertindak. Gugusan yang larut dalam lipida diserap dan berdifusi lewat
komponen lipida kutikula. Absorpsi lewat daun karena adanya daerah kutikula
yang permeabel pada gugusan polar, yang memegang peranan penting dalam
penetrasi daun yang berfungsi sebagai jembatan polar melintasi membran kutikula
lipida (Moenandir, 1990).
Sapri Ani Silaban : Pengendalian Syngonium podophyllum Dengan Paraquat, Triasulfuron, Amonium Glufosinat
Dan Fluroksipir Secara Tunggal Dan Campuran Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq), 2008.
USU Repository © 2009

24
Paraquat

Pada tahun 1957 ICI Ltd telah memperkenalkan sejenis herbisida
bipiridilium yang sangat terkenal yaitu paraquat. Senyawa ini digunakan untuk
mengendalikan gulma dengan pengaruh kontak. Dosis yang biasa digunakan ialah
0,56-1,12 kg/ha. Penyerapan melalui daun sangat cepat sehingga senyawa ini
tidak mudah tercuci oleh air hujan. Senyawa ini mempengaruhi sistem fotosintesa
tumbuh-tumbuhan dengan cara mengubah aliran elektron. Ion paraquat
mempunyai daya pengikatan yang sangat tinggi terhadap elektron yang
menyebabkan terbentuknya radikal-radikal bebas. Radikal ini dapat teroksidasi
semula jika terdapat oksigen yang kemudian menghasilkan hidrogen peroksida
(H2O2) yang sangat beracun terhadap jaringan tumbuhan. Di samping itu
pengikatan elektron oleh ion paraquat akan menghambat pembentukan NADPH
yang sangat penting di dalam reaksi Calvin. Paraquat terikat kuat oleh butir-butir
tanah dan menyebabkan senyawa ini dapat bertahan lama di tanah tetapi tidak
dapat diserap akar. Senyawa ini diperdagangkan dengan nama dagang yang
berbeda-beda yaitu Herbatop®, Gramoxone®, Paracol® dan Totacol®. Herbisida ini
biasa digunakan pada pertanaman kapas, karet, kelapa sawit, teh, rosela dan padi
pasang surut (Sastroutomo, 1992).
Paraquat (gramoxone) adalah salah satu anggota golongan herbisida
piridina, yang bersifat non selektif (kontak) yang dipergunakan secara pasca
tumbuh. Struktur kimiawi dan formulasi seperti di bawah ini yang diformulasikan
dalam bentuk larutan.

Sapri Ani Silaban : Pengendalian Syngonium podophyllum Dengan Paraquat, Triasulfuron, Amonium Glufosinat
Dan Fluroksipir Secara Tunggal Dan Campuran Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq), 2008.
USU Repository © 2009

25

Mode of action :
Daya meracun herbisida ini ialah pada tempat herbisida yang terkena bagian
dari tubuh tumbuhan (terutama jaringan hijau tumbuhan) (Triharso, 1996).
Paraquat sebagai herbisida kontak, molekulnya dapat menghasilkan
hidrogen peroksida radikal yang dapat memecahkan membran sel, akhirnya
seluruh sel juga rusak. Herbisida kontak merusak bagian tumbuhan yang terkena
langsung dan tidak ditranslokasikan ke bagian lain (Moenandir, 1990).
Paraquat ialah herbisida non selektif, bekerja secara kontak dengan cepat
ke daun bila digunakan pada saat pasca tumbuh. Herbisida ini mematikan
sebagian besar gulma semusim dan rumputan. Pada tanaman yang diperlakukan
dengan herbisida ini, gejala keracunan ditandai oleh kering dan hangusnya daun
dengan cepat. Cahaya, oksigen dan klorofil dibutuhkan untuk memaksimalkan
kerja racun herbisida (Sebayang, 2005).

Triasulfuron

Triasulfuron
tumbuh

berbentuk

adalah

herbisida

butiran

yang

sistemik

dapat

pra

didispersikan

dan
dalam

purna
air

(Dokumen Keputusan Menteri Pertanian, 2004).
Nama Umum: triasulfuron
Nama ( IUPAC): 1-[2-(2-chloroethoxy)phenylsulfonyl]-3-(4-methoxy-6-methyl1,3,5-triazin-2-yl)urea
Sapri Ani Silaban : Pengendalian Syngonium podophyllum Dengan Paraquat, Triasulfuron, Amonium Glufosinat
Dan Fluroksipir Secara Tunggal Dan Campuran Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq), 2008.
USU Repository © 2009

26

Triasulfuron bekerja menghambat sintesis asam amino (ALS atau AHAS).
Triasulfuron menghambat biosintesis asam amino penting yaitu asam amino
valine dan isoleusine, sehingga mengakibatkan perkembangan sel dan
pertumbuhan tumbuhan terhambat. Herbisida triasulfuron bekerja secara selektif.
Herbisida ini diabsorpsi akar dan daun tumbuhan lalu ditranslokasi ke dalam
jaringan meristem. Herbisida ini digunakan untuk mengendalikan gulma berdaun
lebar pada saat pre dan post emergence. Dosis yang digunakan untuk
mengendalikan gulma berdaun lebar yaitu 5-10 gr/ha dan biasanya herbisida
triasulfuron

diformulasikan

dalam

bentuk

WG

(http://www.apvma.gov.au/actives/standard_triasulfuron.shtml)

Amonium Glufosinat

Amonium glufosinat adalah herbisida yang bersifat non selektif artinya
herbisida ini akan mematikan semua jenis gulma tanpa mengenal jenis kelompok
gulmanya sehingga dapat digunakan dalam kondisi gulma apa saja. Herbisida ini
juga bersifat kontak artinya herbisida ini tidak dialirkan ke seluruh bagian gulma
atau tanaman yang terkena sehingga kekhawatiran tentang residu herbisida di
Sapri Ani Silaban : Pengendalian Syngonium podophyllum Dengan Paraquat, Triasulfuron, Amonium Glufosinat
Dan Fluroksipir Secara Tunggal Dan Campuran Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq), 2008.
USU Repository © 2009

27
seluruh organ tanaman akan terjadi. Untuk menyeleksi tanaman transgenik
(putative yang toleran herbisida amonium glufosinat digunakan herbisida basta
yang berbahan aktif amonium glufosinat) (Marveldani, dkk, 2007).

Amonium

glufosinat

bekerja

dalam

jaringan

tumbuhan

dengan

menghambat aktifitas dari enzim yaitu sintesa glutamin, di mana glumamine
penting bagi produksi asam amino glutamine dan detoksifikasi amoniak. Dengan
adanya glufosinat dalam jaringan tumbuh menyebabkan glutamin berkurang dan
meningkatkan amoniak dalam jaringan pembuluh. Hal ini menyebabkan
fotosintesis tidak berlangsung dan dalam beberapa hari tumbuhan tersebut akan
mati (http://www.foe.co.uk/resource/reports/impacts_glufosinate_ammon.pdf).

Sapri Ani Silaban : Pengendalian Syngonium podophyllum Dengan Paraquat, Triasulfuron, Amonium Glufosinat
Dan Fluroksipir Secara Tunggal Dan Campuran Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq), 2008.
USU Repository © 2009

28
Fluroksipir

H2 N

Cl

O
O

Cl

N

OH

F

Fluroksipir merupakan herbisida sistemik purna tumbuh berbentuk
pekatan yang dapat diemulsikan.
(http://209.85.175.104/search?q=cache:MsrPTmHfSjoJ:dokumen.deptan.go.id/)

Sapri Ani Silaban : Pengendalian Syngonium podophyllum Dengan Paraquat, Triasulfuron, Amonium Glufosinat
Dan Fluroksipir Secara Tunggal Dan Campuran Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq), 2008.
USU Repository © 2009

29

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di lahan Perkebunan Kelapa Sawit PTPN II Gohor
Lama, Langkat, Sumatera Utara dengan ketinggian tempat ± 25 m di atas
permukaan laut. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan April 2008 sampai
Juni 2008.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah gulma S. podophyllum,
herbisida paraquat (Gramoxone), triasulfuron (Logran 75 WP), amonium
glufosinat (Basta 150 WSC), fluroksipir (Starane 200 EC), air bersih
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah semprot punggung
knapsack sprayer SOLO, gelas ukur, ember, meteran, pacak sampel, tali plastik,
pisau, timbangan analitik, oven, amplop, alat tulis, dan alat-alat lain yang
mendukung pelaksanaan penelitian ini.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) non
faktorial yang terdiri dari 7 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan yang digunakan
yaitu :
T1

= Kontrol (tanpa pengendalian)

T2

= Paraquat (552 g b. a/ha)

T3

= Paraquat + Triasulfuron (552 g b. a/ha + 15 g b. a/ha)

Sapri Ani Silaban : Pengendalian Syngonium podophyllum Dengan Paraquat, Triasulfuron, Amonium Glufosinat
Dan Fluroksipir Secara Tunggal Dan Campuran Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq), 2008.
USU Repository © 2009

30
T4

=Amonium glufosinat (750 g b. a /ha)

T5

= Fluroksipir + Amonium glufosinat (500 g b. a/ha + 750 g b. a/ha)

T6

=Fluroksipir (500 g b. a/ha)

T7

= Penyiangan manual (mencangkul)
Dari data penelitian dianalisis dengan sidik ragam dengan model linier

sebagai berikut :
Yij = µ +

i

+ j+

ij

Dimana :
Yij

= Data yang dihasilkan dari pengaruh ulangan pada taraf ke-i dan
perlakuan ke-j

µ

= Nilai tengah

i

= Pengaruh blok ke-i

j

= Pengaruh perlakuan ke-j
ij

= Pengaruh error dari ulangan pada taraf ke-i dan perlakuan ke-j

Data hasil penelitian pada perlakuan yang berpengaruh nyata dilanjutkan dengan
uji beda rataan yaitu uji Kontras

Sapri Ani Silaban : Pengendalian Syngonium podophyllum Dengan Paraquat, Triasulfuron, Amonium Glufosinat
Dan Fluroksipir Secara Tunggal Dan Campuran Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq), 2008.
USU Repository © 2009

31
PELAKSANAAN PENELITIAN

Penetapan Areal Penelitian

Areal penelitian pada perkebunan kelapa sawit PTPN II Gohor Lama,
Langkat adalah lahan yang rata di mana areal tersebut didominasi oleh gulma
S. podophyllum (penutupannya antara 75-80 %). Kelapa sawit tersebut ditanam
pada tahun 1994 dengan jarak tanamnya 9,16 m x 8,42 m

Penetapan Petak Percobaan

Petak percobaan dibuat dengan ukuran plotnya 3 m x 8 m dengan jarak
antar petak 3 m dan tingkat penyebaran gulma pada areal penelitian tersebut
merata.

Penetapan Petak Pengamatan

Petak contoh yang mewakili setiap petak percobaan ditentukan seluas
1 m x 1 m sebanyak 2 petak/plot dan ditempatkan secara acak pada petak
percobaan agar penyebaran gulma tersebut merata. Fungsi petak contoh tersebut
adalah agar dapat mewakili keadaan dari seluruh vegetasi yang diamati.

Aplikasi Herbisida

Sebelum herbisida diaplikasikan, dilakukan kalibrasi untuk mengetahui
volume semprot. Dari hasil kalibrasi diperoleh volume semprot per ha sebesar
181 l/ha. Kemudian herbisida dicampur dengan air di dalam ember, diaduk hingga
Sapri Ani Silaban : Pengendalian Syngonium podophyllum Dengan Paraquat, Triasulfuron, Amonium Glufosinat
Dan Fluroksipir Secara Tunggal Dan Campuran Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq), 2008.
USU Repository © 2009

32
rata dan dituang ke dalam tangki knapsack sprayer dan dilakukan pengaplikasian
herbisida berdasarkan perlakuan.

Pengamatan Parameter

Mortalitas (%)
Mortalitas gulma dihitung 3 dan 6 minggu setelah aplikasi (MSA). Gulma
yang dikatakan mati apabila seluruh bagian tubuh gulma (termasuk batang di
dalam tanah) berwarna coklat, di mana cara penentuannya melalui visual mata.
Bobot Kering (g)
S. podophyllum yang masih bertahan hidup pada petak contoh dipotong
tepat pada permukaan tanah, kemudian dimasukkan ke dalam amplop dan
dikeringkan dalam oven selama ± 72 jam dengan suhu 70oC.

Sapri Ani Silaban : Pengendalian Syngonium podophyllum Dengan Paraquat, Triasulfuron, Amonium Glufosinat
Dan Fluroksipir Secara Tunggal Dan Campuran Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq), 2008.
USU Repository © 2009

33
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Mortalitas
Mortalitas dihitung pada 3 MSA dan 6 MSA. Data mortalitas
S.

podophyllum

yang

diaplikasikan

dengan

paraquat,

triasulfuron,

amonium glufosinat dan fluroksipir secara tunggal dan campuran pada
pengamatan 3 MSA (lampiran 3) sedangkan mortalitas pada pengamatan 6 MSA
(lampiran 5 )
Sidik ragam mortalitas pada pengamatan 3 MSA (lampiran 4)
menunjukkan bahwa perlakuan dengan herbisida berpengaruh nyata dalam
mengendalikan

S.

podophyllum.

Perlakuan

penyiangan

dengan

manual

berpengaruh nyata dengan kontrol, paraquat, paraquat + triasulfuron, amonium
glufosinat, fluroksipir + amonium glufosinat, fluroksipir. Perlakuan kontrol
berpengaruh nyata dengan paraquat, paraquat + triasulfuron, amonium glufosinat,
fluroksipir + amonium glufosinat, fluroksipir. Perlakuan paraquat, paraquat +
triasulfuron berpengaruh nyata dengan amonium glufosinat, fluroksipir +
amonium glufosinat, fluroksipir. Perlakuan amonium glufosinat berpengaruh
nyata dengan fluroksipir + amonium glufosinat, fluroksipir. Perlakuan fluroksipir
+ amonium glufosinat berpengaruh nyata dengan fluroksipir.
Sidik ragam mortalitas pada pengamatan 6 MSA (lampiran 6)
menunjukkan
mengendalikan

bahwa
S.

perlakuan

herbisida

podophyllum.

Perlakuan

berpengaruh
penyiangan

nyata

dalam

dengan

manual

berpengaruh nyata dengan kontrol, paraquat, paraquat + triasulfuron, amonium
Sapri Ani Silaban : Pengendalian Syngonium podophyllum Dengan Paraquat, Triasulfuron, Amonium Glufosinat
Dan Fluroksipir Secara Tunggal Dan Campuran Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq), 2008.
USU Repository © 2009

34
glufosinat, fluroksipir + amonium glufosinat, fluroksipir. Perlakuan kontrol
berpengaruh nyata dengan paraquat, paraquat + triasulfuron, amonium glufosinat,
fluroksipir + amonium glufosinat, fluroksipir. Perlakuan paraquat, paraquat +
triasulfuron berpengaruh nyata dengan amonium glufosinat, fluroksipir +
amonium glufosinat, fluroksipir. Perlakuan amonium glufosinat berpengaruh
nyata dengan fluroksipir + amonium glufosinat, fluroksipir. Perlakuan fluroksipir
+ amonium glufosinat berpengaruh nyata dengan fluroksipir.
Rataan mortalitas S. podophyllum pada pengamatan 3 MSA dan 6 MSA
ditampilkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Rataan mortalitas S. podophyllum pada pengamatan 3 MSA dan 6 MSA
Rataan
Perlakuan
3 MSA
6 MSA
…………… % …………...
Kontrol (T1)
Paraquat (T2)
Paraquat + Triasulfuron (T3)
Amonium glufosinat (T4)
Fluroksipir + Amonium glufosinat (T5)
Fluroksipir (T6)
Penyiangan manual (T7)

0.00
93.00
90.50
80.00
44.17
0.00
97.67

0.00
71.67
74.17
60.83
74.17
0.00
90.83

Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa pada pengamatan 3 MSA dari perlakuan
herbisida tersebut, maka perlakuan dengan fluroksipir tidak dapat mengendalikan
S. podophyllum sedangkan perlakuan lain dapat mengendalikan S. podophyllum
yaitu paraquat (93%), paraquat + triasulfuron (90.50%), amonium glufosinat
(80%), fluroksipir + amonium glufosinat (44.17%), yang tertinggi (93 %) terdapat
pada perlakuan paraquat dan yang terendah (44.17%) pada perlakuan fluroksipir +
amonium glufosinat.

Sapri Ani Silaban : Pengendalian Syngonium podophyllum Dengan Paraquat, Triasulfuron, Amonium Glufosinat
Dan Fluroksipir Secara Tunggal Dan Campuran Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq), 2008.
USU Repository © 2009

35
Sama

halnya

mortalitas

pada

pengamatan

6

MSA,

perlakuan

fluroksipir tidak dapat mengendalikan S. podophyllum sedangkan perlakuan lain
dapat mengendalikan S. podophyllum yaitu paraquat (71.67%), paraquat +
triasulfuron (74.17%), amonium glufosinat (60.83%), fluroksipir + amonium
glufosinat (74.17%), yang tertinggi (74.17%) terdapat pada perlakuan paraquat +
triasulfuron dan fluroksipir + amonium glufosinat dan yang terendah (60.83%)
pada perlakuan amonium glufosinat.

Bobot Kering
Bobot kering dihitung pada 4 MSA, 8 MSA dan 12 MSA. Data bobot
kering S. podophyllum pada pengamatan 4 MSA (lampiran 7) sedangkan pada
pengamatan 8 MSA (lampiran 9) dan pada pengamatan 12 MSA (lampiran 11).
Sidik ragam bobot kering pada pengamatan 4 MSA (lampiran 8)
menunjukkan bahwa perlakuan dengan herbisida berpengaruh nyata dalam
mengendalikan

S.

podophyllum.

Perlakuan

penyiangan

dengan

manual

berpengaruh nyata dengan kontrol, paraquat, paraquat + triasulfuron, amonium
glufosinat, fluroksipir + amonium glufosinat, fluroksipir. Perlakuan kontrol
berpengaruh nyata dengan paraquat, paraquat + triasulfuron, amonium glufosinat,
fluroksipir + amonium glufosinat, fluroksipir. Perlakuan paraquat, dan paraquat +
triasulfuron berpengaruh nyata dengan amonium glufosinat, fluroksipir +
amonium glufosinat, fluroksipir. Perlakuan amonium glufosinat berpengaruh
nyata dengan fluroksipir + amonium glufosinat, fluroksipir.
Sidik ragam bobot kering pada pengamatan 8 MSA (lampiran 10)
menunjukkan
mengendalikan

bahwa
S.

perlakuan

herbisida

podophyllum.

Perlakuan

berpengaruh
penyiangan

nyata

dalam

dengan

manual

Sapri Ani Silaban : Pengendalian Syngonium podophyllum Dengan Paraquat, Triasulfuron, Amonium Glufosinat
Dan Fluroksipir Secara Tunggal Dan Campuran Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq), 2008.
USU Repository © 2009

36
berpengaruh nyata dengan kontrol, paraquat, paraquat + triasulfuron, amonium
glufosinat, fluroksipir + amonium glufosinat, fluroksipir. Perlakuan kontrol
berpengaruh nyata dengan paraquat, paraquat + triasulfuron, amonium glufosinat,
fluroksipir + amonium glufosinat, fluroksipir. Perlakuan paraquat dan paraquat +
triasulfuron berpengaruh nyata dengan amonium glufosinat, fluroksipir +
amonium glufosinat, fluroksipir. Perlakuan amonium glufosinat berpengaruh
nyata dengan fluroksipir + amonium glufosinat, fluroksipir.
Sidik ragam bobot kering pada pengamatan 12 MSA (lampiran 12)
menunjukkan
mengendalikan

bahwa
S.

perlakuan

herbisida

podophyllum.

Perlakuan

berpengaruh
penyiangan

nyata

dalam

dengan

manual

berpengaruh nyata dengan kontrol, paraquat, paraquat + triasulfuron, amonium
glufosinat, fluroksipir + amonium glufosinat, fluroksipir.
Rataan bobot kering S. podophyllum pada pengamatan 4 MSA, 8 MSA
dan 12 MSA ditampilkan pada Tabel 2.
Tabel 2. Rataan Bobot kering S. podophyllum pada pengamatan 4 MSA, 8 MSA
dan 12 MSA
Rataan
Perlakuan
4 MSA
8 MSA
12 MSA
……..……… g ………………
Kontrol (T1)
891.13
880.55
855.18
Paraquat (T2)
25.20
80.58
597.25
Paraquat + Triasulfuron (T3)
25.68
131.67
744.57
Amonium glufosinat (T4)
90.60
156.83
590.05
Fluroksipir + Amonium glufosinat (T5)
704.13
474.82
727.27
Fluroksipir (T6)
799.63
609.33
820.77
Penyiangan manual (T7)
4.72
22.45
24.80
Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa bobot kering pada pengamatan 4 MSA
dari perlakuan herbisida yang tertinggi (799.63 g) terdapat pada perlakuan
fluroksipir dan terendah (25.20 g) pada perlakuan paraquat sedangkan pada
Sapri Ani Silaban : Pengendalian Syngonium podophyllum Dengan Paraquat, Triasulfuron, Amonium Glufosinat
Dan Fluroksipir Secara Tunggal Dan Campuran Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq), 2008.
USU Repository © 2009

37
pengamatan 8 MSA, bobot kering yang tertinggi (609.33 g) terdapat pada
perlakuan fluroksipir dan yang terendah (80.58 g) pada perlakuan paraquat. Pada
pengamatan 12 MSA , bobot kering yang tertinggi (820.77 g) terdapat pada
perlakuan fluroksipir dan yang terendah (590.05 g) pada perlakuan amonium
glufosinat.

Pembahasan

Pada pengamatan mortalitas 6 MSA, dari perlakuan yang menggunakan
herbisida

diketahui

perlakuan

fluroksipir

tidak

dapat

mengendalikan

S. podophyllum, tetapi dengan perlakuan herbisida lainnya dapat mengendalikan
S. podophyllum, yang tertinggi (74.17%) terdapat pada perlakuan paraquat +
triasulfuron dan fluroksipir + amonium glufosinat dapat mengendalikan
S. podophyllum dan yang terendah (60.83%) pada perlakuan amonium glufosinat.
Hal yang menyebabkan fluroksipir tidak efektif dalam mengendalikan
S. podophyllum adalah mungkin karena perbedaan formulasi herbisidanya karena
menurut Moenandir (1990) menyatakan bahwa bagi suatu spesies, selektivitas
herbisida sangat ditentukan oleh bentuk formulasinya. Sedangkan pada perlakuan
paraquat + triasulfuron dan fluroksipir + amonium glufosinat lebih efektif
mengendalikan gulma S. podophyllum. Hal ini mungkin disebabkan karena
herbisida paraquat + triasulfuron dan fluroksipir + amonium glufosinat adalah
herbisida campuran yang

dapat memperluas daya bunuh herbisida, menurut

Moenandir (1988) bahwa dalam penggunaannya, herbisida sering dicampur
dengan herbisida lain dengan tujuan memperluas daya bunuh herbisida pada

Sapri Ani Silaban : Pengendalian Syngonium podophyllum Dengan Paraquat, Triasulfuron, Amonium Glufosinat
Dan Fluroksipir Secara Tunggal Dan Campuran Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq), 2008.
USU Repository © 2009

38
berbagai jenis gulma, mengharapkan adanya efek sinergistik, sehingga efektivitas
penggunaannya meningkat.
Dilihat dari semua perlakuan yang menggunakan herbisida maka yang
efektif mengendalikan S. podophyllum pada 3 MSA adalah herbisida tunggal
tetapi 3 minggu kemudian herbisida campuran yang efektif mengendalikan
S. podophyllum walaupun herbisida tersebut tidak menunjukkan perbedaan daya
bunuh yang jauh. Hal ini mungkin disebabkan karena herbisida tunggal tersebut
merupakan herbisida kontak yang hanya akan mempengaruhi bagian yang terkena
semprotan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sebayang (2005) bahwa herbisida
kontak mengendalikan gulma dengan membunu