Kebersihan Kebun Binatang Medan Sebagai Daya Tarik Wisata

BAB II

GAMBARAN KEBUN BINATANG MEDAN

2.1.

Letak Geografis Medan

Kotamadya Medan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta
dan Surabaya. Kota ini merupakan wilayah yang subur di wilayah dataran rendah
Timur dari propinsi Sumatera Utara dengan ketinggian berada di 22,5 meter di
bawah permukaan laut. Kota ini dilalui oleh dua sungai yaitu Sungai Deli dan
Sungai Babura yang bermuara di Selat Malaka.
Secara geografis, Medan terletak pada 3,30°-3,43° LU dan 98,35°-98,44° BT
dengan topografi cenderung miring ke utara. Sebelah barat dan timur Kota Medan
berbatasan dengan Kabupaten Deli dan Serdang. Di sebelah utara berbatasan
dengan Selat Malaka. Letak yang strategis ini menyebabkan Medan berkembang
menjadi pintu gerbang kegiatan perdagangan barang dan jasa baik itu domestik
maupun internasional. Kota Medan beriklim tropis basah dengan curah hujan ratarata 2000-2500 mm per tahun. Suhu udara di Kota Medan berada pada maksimum
32,4°C dan minimum 24°C. Jadi untuk memelihara dan mempunyai kebun
binatang tidak menjadi masalah dengan suhu seperti ini.

2.2.Komposisi Penduduk Medan
Penduduk Kota Medan terdiri dari berbagai macam suku bangsa atau etnis.
Sebelum kedatangan bangsa asing ke wilayah Medan yang merupakan bagian dari
wilayah Sumatera Timur pada saat itu, penduduk Medan masih dihuni oleh suku
bangsa asli, seperti: Melayu, Simalungun, dan Karo. Namun, seiring dengan hadir

33
Universitas Sumatera Utara

dan berkembangnya perkebunan tembakau di Sumatera Timur maka demografi
penduduk Medan berubah dengan hadirnya suku-suku pendatang, seperti Jawa,
Batak Toba, Cina, dan India. Suku-suku pendatang itu tinggal menetap dan telah
bercampur baur dengan penduduk asli sehingga Kota Medan sampai saat ini
dihuni oleh berbagai macam etnis, seperti : Melayu, Simalungun, Batak Toba,
Mandailing, Cina, Angkola, Karo, Tamil, Benggali, Jawa, dan lain sebagai yang
menyebabkan kota Medan termasuk kota yang masyarakatnya heterogen. Sukusuku yang ada di Kota Medan ini hidup secara harmonis dan toleran antara satu
suku dengan yang lain.
2.3. Kebun Binatang di Indonesia
Indonesia merupakan salah satu negara mega biodiversity yang memiliki
keanekaragaman flora dan fauna. Akan tetapi Hasil dari penelitian Tugas akhir

Endemic Zone KBS menyatakan hutan hujan tropis untuk menarik minat
pengunjung terus menurun dengan tajam akibat kerusakan habitat alami, terutama
akibat eksploitasi secara tidak terkendali yang dilakukan manusia yang
menyebabkan bencana alam. Banyak jenis satwa yang terancam dan berada
diambang kepunahan, sehingga peran serta lembaga konservasi exsitu, seperti
kebun binatang semakin penting.
Kebun bintang pertama sekali didirikan di Indonesia pada tahun 1864 dengan
nama Planten En Dierentuin yang berarti "Tanaman dan Kebun Binatang”.
Terletak pada tanah 10 hektar di kawasan Cikini, Jakarta pusat yang merupakan
pemberian seorang pelukis ternama Indonesia Raden Saleh. Saat itu, Planten En

34
Universitas Sumatera Utara

Dierentuin dikelola oleh Perhimpunan Penyayang flora dan fauna Batavia yang
tergabung dalam Culturule Vereniging Planten en Dierentuin at Batavia.
Tahun 1949 setelah kemerdekaan, nama Planten En Dierentuin diubah menjadi
kebun binatang Cikini dan dipindahkan ke kawasan Ragunan, Pasar Minggu,
Jakarta Selatan pada tahun 1964. Pemerintah DKI Jakarta mengibahkan lahan
seluas 30 hektare yang menjadi rumah bagi kebun binatang ini. Gubernur DKI

Jakarta Ali Sadikin meresmikan taman margasatwa Ragunan pada 22 Juni 1966.
Setelah ragunan beberapa kebun binatang pun bermunculan di Indonesia seperti
taman satwa Taru Jurug, Surakarta pada tahun 1878, kebun binatang Surabaya pada
tahun 1916 dan terus berkembang hingga pada saat ini jumlah kebun binatang di
Indonesia mencapai puluhan dan hampir ada pada setiap provinsi.
2.4. Kebun Binatang Medan
Kebun binatang Medan dulunya berada di jalan Brigjen Katamso, Kelurahan
Kampung Baru, Kecamatan Medan Maimun. Kemudian dipindahkan ke
Simalingkar B, tepatnya di jalan Pintu Air IV dan diresmikan Walikota Medan
yaitu bapak Rahudman Harahap. Alasan dipindahkannya kebun binatang ini,
karena daerah Brigjen Katamso terletak di daerah kota besar Medan atau daerah
pembangunan. Oleh karena itu kebun binatang sangat tidak baik dipertahankan di
daerah ini, karena dapat mengakibatkan pencemaran nantinya sehingga
pemerintah mengambil langkah untuk menghindari pencemaran tersebut demi
kesejahteraan masyarakat sekitar10.

10

Hasil wawancara dengan pak Suci petugas KBM


35
Universitas Sumatera Utara

Lokasi KBM sekarang ini sangat asri dikelilingi berbagai pepohonan dan
lahan pertanian penduduk. Berkunjung ke-KBM tidak begitu sulit karena kita bisa
menaiki berbagai kendaraan menuju KBM tersebut, yakni; angkutan umum
seperti angkot pintu belakang yang berwarna kuning, kendaraan pribadi, becak
dan lain sebagainya. Akses jalan menuju Kebun Binatang Medan sangat mudah.
Kita bisa lewat darimana saja, tergantung darimana kita berangkat.Tetapi sebagian
besar pengunjung masuk dari jlan jamin ginting,lalu belok kekiri ke jalan Luku
kemudian sampai bertemu jalan Pintu Air IV kita lurus terus sampai kita
menemukan plang pintu masuk ke Medan Zoo. Kita juga bisa dari flyover Jamin
Ginting tidak jauh dari pajak Simalingkar ada pangkalan motor (minibus
Sinabung) Berastagi. Dari sini kita akan menemukan simpang yang bernama
simpang kuala lalu kita belok kiri arah ke pasar (pasar tradisional), disana kita
akan melihat papan penanda “Medan Zoo” ikuti saja jalan tersebut, dan jangan
terkejut antara plang penanda Medan Zoo dengan lokasi Kebun Binatang Medan
masih lumayan jauh. Kita akan melalui jalan berkelok dan hawa sejuk karena
kanan dan kiri jalan masih banyak pohon bambu. Dari arah sebelah kiri setelah
jalan mendaki jembatan kecil ada sekolah islam Al-Azhar kemudian kita akan

melewati perumahan simalingkar B Dari sini masih terus lagi sampai bertemu
dengan gerbang selamat datang di Kebun Binatang Medan.
2.5. Ketentuan Larangan Kebun Binatang Medan
Setiap lembaga konservasi dilarang:
1. Memindah tangankan izin lembaga konservasi kepada pihak lain tanpa
persetujuan menteri kehutanan

36
Universitas Sumatera Utara

2. Memperjual belikan tumbuhan dan satwa dilindungi yang merupakan
koleksi
3. Melakukan pertukaran tumbuhan dan satwa dilindungi tanpa izin
4. Melakukan persilangan antar jenis tumbuhan dan satwa yang menjadi
koleksinya
5. Melakukan perkawinan satwa dalam satu kekerabatan (inbreeding)
6. Memperagakan satwa yang sedang bunting atau sakit serta memperagakan
satwa yang tidak sesuai dengan etika dan kesejahteraan satwa.
2.5.1. Pembinaan dan Evaluasi
Pembinaan terhadap lembaga konservasi dilakukan oleh direktur jenderal

perlindungan hutan dan konservasi alam (PHKA), kementerian kehutanan, dan di
lapangan dilakukan oleh balai konservasi sumber daya alam (BKSDA) setempat.
Pembinaan dilakukan terhadap aspek teknis, administrasi dan pemanfaatan
tumbuhan dan satwa koleksi yang dipelihara. Aspek tekhnis tersebut meliputi:
koleksi,

penandaan,

pemeliharaan,

pengembangbiakan,

penyelamatan,

penjarangan tumbuhan dan mutasi satwa, sarana dan prasarana pengelolaan
tumbuhan dan satwa. Aspek administrasi meliputi: perizinan, pendapatan koleksi,
studbook pelaporan pengelolaan tumbuhan dan satwa, serta kerjasama kemitraan.
Aspek pemanfaatan meliputi: Peragaan, tukar-menukar, pengembangbiakan,
pelepasliaran, penelitian dan pendidikan.
Evaluasi terhadap lembaga konservasi alam (PHKA), departemen kehutanan

dilakukan sekurang-kurangnya satu kali dalam satu tahun. Di lapangan evaluasi
dilaksanakan oleh balai konservasi sumber daya alam (BKSDA) setempat.

37
Universitas Sumatera Utara

Evaluasi dilakukan terhadap seluruh aspek kegiatan pengelolaan baik teknis,
administrasi, dan pemanfaatan tumbuhan dan satwa.
2.5.2. Perolehan Tumbuhan dan Satwa Liar untuk Lembaga Konservasi
Lembaga konservasi dapat memperoleh spesies jenis tumbuhan dan satwa
untuk koleksinya, dari:
1. Hasil sitaan atau penyerahan dari pemerintah atau penyerahan dari
masyarakat.
2. Hibah atau pemberian atau sumbangan dan lembaga konservasi lainnya.
3. Tukar menukar
4. Pembelian untuk jenis-jenis yang tidak dilindungi
5. Pengambilan atau penangkapan dari alam
Pengambilan atau penangkapan dari alam dapat dilakukan apabila:
1. Untuk kepentingan pemurnian genetik
2. Untuk kepentingan penyelamatan jenis

3. Tidak dapat memperoleh jenis dan sumber sebagaimana dimaksud pada
butir 1, 2, 3, dan 4 diatas
Bagi pemohon lembaga konservasi yang telah mempunyai koleksi satwa
sebelum diterbitkan izin lembaga konservasi, harus dapat menunjukkan surat
keterangan asal-usul satwa secara sah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
2.5.3. Hapusnya Izin Lembaga Konservasi
Izin lembaga konservasi tumbuhan dan satwa liar akan dihapus apabila:
1. Jangka waktu ijin yang diberikan telah berakhir dan tidak diperpanjang

38
Universitas Sumatera Utara

2.

Diserahkan kembali oleh pemegang izin kepada pemerintah sebelum jangka
waktu ijin yang diberikan berakhir

3. Dicabut oleh menteri kehutanan sebagai sanksi pelanggaran
Lembaga konservasi merupakan pusat utama keahlian dalam pengelolaan

populasi kecil melalui penguatan kerjasama lokal, regional dan global untuk
tujuan viable population. Lembaga konservasi adalah lembaga yang bergerak
dibidang konservasi tumbuhan dan atau satwa liar diluar habitatnya (ex-situ), baik
berupa lembaga pemerintahan maupun non pemerintah yang berfungsi untuk
pengembangbiakan atau penyelamat tumbuhan dan satwa dengan tetap menjaga
kemurnian jenis, guna menjamin kelestarian keberadaan dan pemanfaatannya.
Lembaga konservasi memiliki fungsi utama pengembangbiakan dan
penyelamatan tumbuhan dan satwa dengan tetap mempertahankan kemurnian
jenisnya, lembaga konservasi juga memiliki fungsi sebagai tempat pendidikan ,
peragaan, penelitian, pengembangan Ilmu Pengetahuan, sarana perlindungan dan
pelestarian jenis, serta sarana rekreasi. Pengelolaan lembaga konservasi dilakukan
berdasarkan etika dan kaidah kesejahteraan satwa.
2.5.4. Larangan Dari Pihak Kebun Binatang Medan
Untuk menjaga ketertiban serta kenyamanan para pengunjung saat
berkunjung di kebun binatang pihak dari KBM membuat aturan-aturan yang tidak
boleh dilanggar para pengunjung. Aturan atau himbauan yang dibuat pihak KBM
berupa tulisan-tulisan yang diletakkan pada kandang-kandang hewan dan
pepohonan. Tulisan-tulisan tersebut yakni; supaya setiap pengunjung tidak terlalu
dekat dengan kandang karena hewan tersebut sangat ganas, serta tidak boleh


39
Universitas Sumatera Utara

memberikan makanan pada hewan, dan tidak membuang sampah sembarangan.
Bagi pedagang supaya tidak menawarkan tikar-tikar di pintu masuk karena sangat
mengganggu kenyamanan pengunjung

Gambar 1. Himbauan di kandang KBM
Sumber. Dokumentasi pribadi
Aturan-aturan tersebut sangat bermanfaat bagi pengunjung sendiri namun pada
kenyataannya masih banyak pengunjung yang tidak menaati aturan-aturan yang
diterapkan. Misalnya himbauan untuk tidak memberi makan hewan, masih banyak
pengunjung yang bersikeras memberikan makanan pada hal himbauan tersebut
ditempel tidak jauh dari kandang binatang itu sendiri. Kesalahan lainnya yaitu
pada saat pengunjung membuang sampah sembarangan padahal sepanjang jalan

40
Universitas Sumatera Utara

banyak ditemukan tong sampah dan hanya berjarak 5 meter dengan tempat

sampah lainnya. Kesalahan yang paling fatal menurut peneliti sendiri yaitu pada
saat pengunjung melempari hewan dengan ranting-ranting juga dengan botolbotol aqua atau botol minuman lainnya pada hewan yang berada di kandang.
Kurangnya kesadaran dari sebagian pengunjung sangat membahayakan hewan.
Ditambah adanya petugas kebersihan kebun binatang yang masih kurang
menjalankan tugasnya. Hal tersebut membuat kondisi kebun binatang sangat
memprihatinkan dikarenakan selain hewan akan merasa tidak nyaman jika di
perlakukan seperti itu, pengunjung juga akan merasa risih melihat lingkungan dan
kandang hewan yang kotor yang dikarenakan ulah manusia itu sendiri.

41
Universitas Sumatera Utara