Pemerintahan dan Wilayah RMS di Belanda

maluku tahun 2007 silam, kemudian disusul dengan tuntutan mereka di pengadilan Den Haag atas pelanggaran HAM yang dilakukan Presiden SBY tahun 2010.

4.3.2 Pemerintahan dan Wilayah RMS di Belanda

Eksistensi gerakan separatis RMS di Belanda dan Indonesia khususnya Ambon Maluku tentunya tidak terlepas dari keberadaan pemerintah dan aktivis RMS di Belanda. Pada saat Dr. Soumokil mengasingkan diri ke Pulau Seram . Ia ditangkap di Seram pada 2 Desember 1962 , dijatuhi hukuman mati oleh pengadilan militer , dan eksekusinya dilaksanakan di Kepulauan Seribu , Jakarta , pada 12 April 1966 . Pemimpin pertama RMS dalam pengasingan di Belanda adalah Prof. Johan Manusama, pemimpin kedua Frans Tutuhatunewa turun pada tanggal 25 april 2009. Kini John Wattilete adalah pemimpin RMS pengasingan di Belanda. Kemudian disusul dengan para aktivis RMS lainnya bersama suami, istri dan anak-anak mereka. Di Belanda, Pemerintah RMS tetap menjalankan semua kebijakan Pemerintahan, seperti Sosial, Politik, Keamanan dan Luar Negeri. Komunikasi antara Pemerintah RMS di Belanda dengan para Menteri dan para Birokrat di Ambon tetap berjalan lancar. Pemerintah RMS yang berada di Belanda sebagai Pemerintah RMS dalam pengasingan Dengan bekal dokumentasi dan bukti perjuangan RMS, para pendukung RMS membentuk apa yang disebut Pemerintahan RMS di pengasingan. Di Belanda, Pemerintah RMS tetap menjalankan semua kebijakan Pemerintahan, seperti Sosial, Politik, Keamanan dan Luar Negeri. Komunikasi antara Pemerintah RMS di Belanda dengan para Menteri dan para Birokrat di Ambon berjalan lancar terkendali. Keadaan ini membuat pemerintah indonesia pada akhirnya menyatakan bahwa Pemerintah RMS yang berada di Belanda sebagai Pemerintah RMS dalam pengasingan Dengan bekal dokumentasi dan bukti perjuangan RMS, para pendukung RMS membentuk apa yang disebut Pemerintahan RMS di pengasingan. Pemerintahan pengasingan RMS di Belanda bertempat di De Klenckestraat 42, 9404 KW Assen-The Netherlands, Selain itu RMS juga mempunyai satu wilayah di negara kincir angin tersebut yang menjadi tempat tinggal dari sebagian aktivis RMS, wilayah tersebut dijuluki sebagai “Kampoeng Ambon”. Yang juga bertempat di De Klenckestraat.

4.3.3 Perlakuan Belanda terhadap aktivis RMS dan WNI khususnya Maluku