Dampak bergabungnya Afrika Selatan ke Brics terhadap pertumbuhan ekonomi Afrika Selatan (2011-2013)
DAMPAK BERGABUNGNYA AFRIKA SELATAN KE BRICS TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI AFRIKA SELATAN (2011-2013)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh: Eko Nordiansyah
1110113000082
PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLTIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2014
(2)
(3)
(4)
(5)
v ABSTRAKSI
Skripsi ini menganalisa mengenai dampak bergabungnya Afrika Selatan terhadap pertumbuhan ekonomi Afrika Selatan selama periode 2011-2013. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui bagaimana dampak yang dirasakan oleh Afrika Selatan setelah bergabung ke dalam kelompok new emerging economic, BRICS. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode studi pustaka, berupa kajian melalui buku-buku serta jurnal yang berkaitan dengan masalah ini. Adapun kerangka teori yang digunakan dalam skripsi ini adalah teori neoliberal institusionalis, yang di dalamnya juga terdapat konsep kerjasama dan konsep regionalisme.
Dari penelitian kali ini dapat diketahui bahwa dengan bergabungnya Afrika Selatan ke BRICS dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi negaranya. Hal ini dapat dilihat dari semakin meningkatnya aktivitas perdagangan dan investasi yang dilakukan oleh Afrika Selatan dengan negara anggota BRICS lainnya. Meskipun hal tersebut tidak diimbangi oleh Afrika Selatan, karena jumlah angka perdagangan maupun investasi yang masuk ke Afrika Selatan lebih besar daripada yang keluar dari Afrika Selatan. Selain itu dari kerjasama dalam BRICS, tidak hanya Afrika Selatan yang mendapatkan keuntungan melainkan juga benua Afrika secara keseluruhan. Selain dampak ekonomi bagi Afrika Selatan, bergabungnya negara tersebut ke BRICS juga memberikan pengaruh bagi peran dan pengaruh Afrika Selatan di regional dan internasional. Argumen ini dirumuskan melalui tahapan analisa, yaitu dengan melihat kelompok ini terbentuk, kerangka kerjasama di dalamnya dan proses yang dilalui Afrika Selatan untuk bergabung dalam kelompok, kemudian juga melihat hubungan kerjasama Afrika Selatan dengan negara anggota BRICS sebelum bergabung dalam kelompok dan sesudahnya.
Kata Kunci : BRIC, BRICS, Afrika Selatan, Pertumbuhan Ekonomi, Perdagangan Internasional, Investasi Luar Negeri, New Emerging Economic.
(6)
vi
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, karena skripsi ini akhirnya dapat terselesaikan. Meskipun banyak hambatan yang dihadapi oleh penulis selama menyelesaikan skripsi ini, baik yang berasal dari diri penulis sendiri maupun dari luar. Namun berkat keridhoan Allah dan bimbingan serta dukungan dari banyak
pihak, akhirnya skripsi dengan judul “Dampak Bergabungnya Afrika Selatan ke
BRICS Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Afrika Selatan (2011-2013)” ini dapat
selesai dan bisa digunakan sebagai salah satu syarat kelulusan dalam menempuh studi di Jurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Terselesaikannya skripsi ini juga merupakan hal utama yang menjadi tanggungjawab penulis, sehingga bantuan banyak pihak merupakan hal yang sangat berarti. Oleh karena itu ucapan terimakasih disampaikan kepada pihak-pihak berikut ini:
1. Kepada kedua orang tua penulis, yang selalu mendo’akan serta memberikan dukungan selama ini. Semua ini tidak lepas dari hasil kerja keras dan perjuangan kalian untukku, terima kasih ayah dan mama.
2. Bapak Taufiq Rahman, M.A, selaku pembimbing skripsi yang juga telah banyak memberikan batuan serta masukan bagi penulis selama penyelesaian skripsi ini.
3. Ibu Debbie Affianty, M.Si, selaku ketua jurusan sekaligus juga sebagai dosen yang telah mengajarkan banyak ilmu kepada penulis selama masa perkuliahan. Dan juga Bapak Agus Nilmada Azmi, M.Si, selaku dosen pembimbing akademik.
(7)
vii
4. Ibu Aurora, Ibu Eva, Ibu Dina, Ibu Mutiara, Bapak Nazaruddin, Bapak Armein Daulay, Bapak Kiki, Bapak Arisman, Bapak Adian, Bapak Faisal, dan seluruh dosen yang telah mengajarkan banyak ilmu serta menambahkan banyak pengalaman selama penulis penempuh pendidikan di kampus.
5. Kepada saudara, adik, dan seluruh keluarga yang selama ini juga telah
membantu penulis selama perkuliahan, maupun yang mendo’akan bagi
kesuksesan penulis di masa yang akan datang.
6. Kepada teman-teman dari keluarga besar HI B 2010, Dede, Mely, Fahmi, Fatah, Rasyid, Rizal, Whisnu, Chandra, Ibad, Fini, Noval, Rifkah, Rifky, Thufeil, Dhimas, Faisal, Wildan, Ray, Sabana, Sauri, Riko, Ami, Asri, Balqis, Dara, Selly, Shofi, Dini, Dea, Airin, Khalilah, Siska, Windy, Uum, Rizka, Hazna, Anisah, Rahmi, Sarah, Laili, Hasna, Afrilia, Qobul, Dendi, Randi, dan Adit. Kalian semua luar biasa, sukses selalu untuk kita semua. 7. Rika Amelina, terima kasih atas do’a dan dukungannya. Terima kasih
untuk semangatnya setiap hari, semoga semua yang kita cita-citakan dapat tercapai.
8. Kepada semua teman yang selalu memberikan dukungannya, baik yang secara langsung maupun tidak langsung. Dan seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terima kasih, karena tanpa kalian apa yang saya dapatkan tidaklah berarti.
(8)
viii DAFTAR ISI
ABSTRAKSI ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR SINGKATAN ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Pertanyaan Penelitian ... 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5
D. Tinjauan Pustaka ... 6
E. Kerangka Teori ... 9
1. Teori Neoliberal Institusionalisme ... 9
2. Konsep Kerjasama ... 12
3. Konsep Regionalisme ... 13
F. Metode Penelitian ... 16
G. Sistematika Penulisan ... 17
BAB II BRICS DAN AFRIKA SELATAN A. Pembentukan Kelompok BRICS ... 19
B. Proses Bergabungnya Afrika Selatan ke BRICS ... 22
(9)
ix
BAB III HUBUNGAN KERJASAMA EKONOMI AFRIKA SELATAN DENGAN NEGARA ANGGOTA BRICS (2000-2010)
A. Kerjasama Ekonomi Afrika Selatan dengan Brasil ... 34
B. Kerjasama Ekonomi Afrika Selatan dengan India ... 38
C. Kerjasama Ekonomi Afrika Selatan dengan Rusia ... 41
D. Kerjasama Ekonomi Afrika Selatan dengan Cina ... 44
BAB IV DAMPAK BERGABUNGNYA AFRIKA SELATAN KE BRICS TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI AFRIKA SELATAN (2011-2013) A. Dampak Pada Perdagangan Internasional ... 48
B. Dampak Pada Investasi Luar Negeri ... 56
C. Agregat Data Perdagangan ... 61
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 72
DAFTAR PUSTAKA ... xiv
(10)
x
DAFTAR TABEL
Tabel. IV.A.1. Tren dalam Perdagangan Intra-BRICS 2009-2011 ... 49 Tabel. IV.A.2. Ekspor Afrika Selatan 2011 ... 50 Tabel. IV.A.3. BRIC’s Export Value to South Africa in 2013 ... 55 Tabel. IV.B.1. Bilateral FDI among the five countries January 2003 - July 2013 ... 58 Tabel. IV.B.2. BRIC’s FDI Into South Africa ... 59 Tabel. IV.C.1. Perbandingan Ekspor-Impor Afrika Selatan dengan BRICS ... 61 Tabel. IV.C.2. Selected trade partners for South Africa 2009-2013 (US$ Million) ... 65
(11)
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar. III.A.1. Perkembangan perdagangan Brasil-Afrika ... 36
Gambar. III.B.1. Perdagangan India-Afrika ... 39
Gambar. III.C.1. Perdagangan Rusia-Afrika ... 42
Gambar. III.D.1. Volume Perdagangan Cina-Afrika ... 45
Gambar. IV.A.1. Total Perdagangan intra-BRICS 2012 ... 52
(12)
xii
DAFTAR SINGKATAN
BRIC Brazil, Russia, India, China
BRICS Brazil, Russia, India, China, South Africa
FDI Foreign Direct Investment
GDP Gross Domestic Product
G7/8 Group of Seven/Eight: Canada, France, Germany, Italy, Japan, United Kingdom, United States, (G7), including Russia (G8). G20 Group of Twenty: Argentina, Australia, Brazil, Canada, China,
France, Germany, India, Indonesia, Italy, Japan, Mexico, Russia, Saudi Arabia, South Africa, South Korea, Turkey, United Kingdom, United States and the European Union.
IBSA India, Brazil, South Africa
ICBC Industrial Commercial Bank of China
IMF International Monetary Fund
NATO North Atlantic Treaty Organization
OECD Organisation for Economic Cooperation and Development SADC Southern African Development Community
SADPA South African Development Partnership Agency
SSA Sub-Sahara Afrika
UNECA United Nations Economic Commission for Africa UNCTAD United Nations Conference on Trade and Development WTO World Trade Organization
(13)
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Joint Statement of the BRIC Countries’ Leaders ... xx
Lampiran 2 II BRIC SUMMIT – JOINT STATEMENT BRASILIA ... xxii
Lampiran 3 SANYA DECLARATION ... xxviii
Lampiran 4 BRICS Summit: Delhi Declaration ... xxxiv Lampiran 5 Fifth BRICS Summit eThekwini Declaration ... xliv
(14)
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan pada era pasca Perang Dingin di dunia internasional mulai bergeser dari yang sebelumnya negara-negara berfokus untuk menjaga stabilitas politik dan keamanan, kini telah mengalami perubahan ke arah ekonomi. Hal ini yang mendorong munculnya isu-isu dalam ekonomi politik internasional. Terdapat beberapa persoalan penting yaitu, hubungan antara politik dan ekonomi, pembangunan dan keterbelakangan di dunia ketiga, dan sifat luasnya globalisasi ekonomi. Dalam konteks tersebut, liberalisme ekonomi diimplementasikan dalam bentuk kerjasama ekonomi baik bilateral maupun multilateral.1
Pemerintah Afrika Selatan memutuskan untuk bergabung dengan BRICS (Brazil, Russia, India, China, South Africa) pada tahun 2011. Pada mulanya, BRICS hanya beranggotakan empat negara selain Afrika Selatan. Menurut Jim O'Neill dari Goldman Sachs, alasan didirikannya kelompok tersebut karena pada tahun 2050 gabungan ekonomi negara-negara ini diprediksi akan mampu mengalahkan negara-negara terkaya yang saat ini ada di dunia. Bagi Afrika Selatan, hal ini juga akan membantu mendorong kemajuan perekonomian bagi negaranya.
Dengan luas wilayah mencapai 1,221,037 km2, Afrika Selatan memiliki populasi penduduk yang berjumlah 49,3 juta. Namun begitu letaknya yang berada
1
Robert Jackson & George Sorensen. 2009. Pengantar Studi Hubungan Internasional.Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 227-228.
(15)
2
di Benua Afrika dianggap kurang menarik untuk pengembangan ekonomi. Afrika Selatan terus berusaha menjadi salah satu negara yang menghilangkan paradigma negatif tersebut. Dengan bergabung dalam kelompok BRICS, Afrika Selatan berharap dapat membantu akses pertumbuhan ekonomi mereka meningkat. Efek integrasi ekonomi yang diharapkan tidak hanya dirasakan oleh Afrika Selatan saja, tetapi juga meliputi negara-negara lain yang berada di kawasan tersebut.
Seperti kebanyakan negara lain, Afrika Selatan juga sempat merasakan dampak krisis ekonomi global, terutama pada aktivitas perdagangan dan keuangan. Meskipun output pertumbuhannya melambat dari pertengahan tahun 2007, pertumbuhan PDB riil kembali positif sampai dengan tahun 2008. Krisis juga memberikan efek pada kepercayaan internasional dan modal yang mengalir ke pasar negara berkembang karena investor menghitung risiko yang muncul. Hal ini kemudian menjadikan arus perdagangan global menurun. Akhirnya, volume ekspor dan impor jatuh, sedangkan harga sebagian besar komoditas utama ekspor Afrika Selatan melemah.
Pada tahun 2009, GDP Afrika Selatan sejumlah 2,4 miliar rand, dengan total ekspor mencapai 27,1% dari total GDP dan impor 28,0% dari total GDP negaranya. Menurut OECD, pada 2010, satu dari tiga warga Afrika Selatan dalam angkatan kerja, termasuk setengah dari orang-orang muda kulit hitam yang berusia 15-24, menjadi pengangguran. Hal ini kemudian menjadi masalah yang paling membatasi pertumbuhan ekonomi Afrika Selatan.2
2
(16)
3
Namun, keberhasilan Afrika Selatan menjadi tuan rumah penyelenggaraan Piala Dunia 2010 juga memberikan manfaat tersendiri bagi peningkatan perekonomian. Dari penyelenggaraan Piala Dunia 2010, Afrika Selatan mampu meraup keuntungan yang cukup fantastis. Presiden Jacob Zuma menyampaikan bahwa keuntungan yang diterima Afrika Selatan sebesar 33 miliar rand (setara dengan Rp 38,6 triliun). Bahkan, hal ini menjadikan Afrika Selatan negara paling maju di Benua Afrika dengan pendapatan mencapai Rp 707,5 triliun selama 2009-2010. Dampak lain yang juga dirasakan Afrika Selatan sejak menyelenggarakan Piala Dunia 2010 adalah menurunnya tingkat pengangguran. Sebelumnya, angka pengangguran yang tercatat di Afrika Selatan mencapai 40%, setelah Piala Dunia 2010 angkanya menurun hingga menjadi 25%.3
Pertumbuhan ekonomi yang dialami oleh Afrika Selatan semenjak keberhasilanya menggelar Piala Dunia 2010 juga dirasakan hingga saat ini. Sejak Piala Dunia 2010 usai, Afrika Selatan terus memberikan image positif pada dunia internasional sehingga menarik para investor untuk menanamkan investasinya di sana. Meskipun pada mulanya pencalonan Afrika Selatan sebagai tuan rumah Piala Dunia 2010 dianggap sebagai muatan politik untuk menjual Afrika Selatan kepada asing. Namun peningkatan yang dirasakan hingga saat ini menunjukan adanya sebuah kontinuitas dari pemerintah Afrika Selatan dalam upayanya untuk meningkatkan perekonomian negaranya.
Selain karena banyaknya sumber daya alam yang tersedia dan masih minimnya pengelolaan membuat Afrika Selatan menjadi kawasan lain yang dapat
3
Hinca Pandjaitan. 2011. Kedaulatan Negara Versus Kedaulatan FIFA. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Hal. 184.
(17)
4
dieksplorasi. Terlebih lagi kawasan Timur Tengah yang selama ini menjadi sumber investasi di bidang energi tengah mengalami pergolakan politik di beberapa negaranya. Ini membuat negara-negara yang sedang mengalami peningkatan ekonomi seperti Cina dan India harus mencari kawasan lain untuk berinvestasi. Ditambah lagi Afrika Selatan juga menyediakan sumber daya manusia yang melimpah untuk dijadikan buruh pekerja.
Untuk itu dalam penelitian kali ini akan dibahas mengenai pertumbuhan ekonomi yang sedang dialami oleh Afrika Selatan dan pengaruh yang diterima setelah bergabungnya Afrika Selatan ke dalam kolompok BRICS. Akan tetapi fokus kajiannya hanya pada integrasi ekonomi khususnya di bidang perdagangan dan investasi yang terjadi di Afrika Selatan. Dengan ruang lingkup penelitian yang dibatasi mulai dari 2011 hingga 2013 dan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi di bidang perdagangan dan investasi.
B. Pertanyaan Penelitian
Pertumbuhan ekonomi di Afrika Selatan yang berkembang cukup baik pasca keberhasilannnya menjadi tuan rumah Piala Dunia 2010 menjadi awal kebangkitan ekonomi negara ini. Banyaknya investor yang mulai menanamkan modalnya, kemudian diikuti juga oleh kebijakan pemerintah untuk lebih membuka kesempatan dengan bergabung ke BRICS. Untuk itu pada penelitian kali ini akan
diangkat mengenai permasalahan “Bagaimana dampak dari bergabungnya Afrika Selatan ke BRICS terhadap pertumbuhan ekonomi Afrika Selatan?”
(18)
5
C. Tujuan dan Manfaaat Penelitian
Tujuan penelitian kali ini adalah sebagai berikut:
a. Menjelaskan pertumbuhan ekonomi yang saat ini tengah dialami oleh Afrika Selatan.
b. Menganalisis bagaimana kelompok BRICS mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yang saat ini sedang dirasakan oleh Afrika Selatan.
Untuk itu penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penelitian-penelitian berikutnya. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan mengenai dampak yang muncul dari bergabungnya Afrika Selatan ke BRICS terhadap pertumbuhan ekonomi Afrika Selatan.
b. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah wawasan mahasiswa jurusan Hubungan Internasional, khususnya di Univeritas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Selain itu juga diharapkan dapat menjadi referensi bagi mahasiswa Hubungan Internasional yang ingin mendalami tentang pertumbuhan ekonomi yang saat ini sedang dialami oleh beberapa negara berkembang, khususnya Afrika Selatan.
D. Tinjauan Pustaka
Terdapat beberapa tulisan dari para ahli yang menjelaskan mengenai keterkaitan antara kelompok BRICS dan Afrika Selatan. Salah satu diantaranya adalah dalam SAIIA Policy Briefing 62 yang ditulis oleh Memory Dube berjudul
(19)
6
BRICS Summit 2013: Strategies for South Africa’s Engagement, yang menyatakan
bahwa hubungan antara BRICS dengan Afrika lebih didasari pada kepentingan ekonomi.4 Seperti hanya akan dijadikan pasar ekspor bagi produk-produk negara anggota BRICS lainnya. Selain itu juga merupakan sumber penting bagi investasi asing langsung di Afrika, investasi ini meliputi pembangunan infrastruktur, sektor pertanian, dan pembangunan zona industri yang dirancang untuk membantu mengintegrasikan Afrika.
Namun menurutnya, jika melihat keanggotaan yang dilakukan oleh Afrika Selatan di BRICS, maka lebih dipengaruhi oleh perspektif politik dibandingkan dengan ekonomi. Hal ini dikarenakan keanggotaan BRICS Afrika Selatan berasal dari persepsi bahwa Afrika Selatan merupakan pemimpin regional. Sebelumnya keanggotaan BRICS Afrika Selatan memang bertujuan sebagai “pintu gerbang ke Afrika”. Tetapi kini Afrika Selatan telah memposisikan keanggotaannya dalam BRICS pada tiga hal, yaitu untuk memajukan kepentingan nasionalnya, untuk mempromosikan program integrasi regional dan pembangunan infrastruktur, dan untuk mengembangkan kemitraan Selatan-Selatan bagi reformasi pemerintahan global.
Dari tulisan lainnya, Hany Besada, Evren Tok dan Kristen Winters juga menyatakan bahwa tujuan keanggotaan Afrika Selatan di BRICS hanya sebagai peningkatan ekonomi. Dalam artikel yang dikeluarkan oleh Africa Insight Vol. 42(4)–March 2013 berjudul South Africa in the BRICS: Opportunities, Challenges
and Prospects, ketiganya juga menyoroti hal lain yang menjadi perdebatan, yaitu
4
Memory Dube. 2013. BRICS Summit 2013: Strategies for South Africa’s Engagement dalam SAIIA Policy Briefing 62, March 2013.
(20)
7
mengenai motif lain dibalik bergabungnya Afrika Selatan selain sebagai alat ekonomi dan politik, karena dari seluruh negara anggota BRICS lainnya, tingkat PDB Afrika Selatan merupakan yang paling rendah dengan populasi jumlah penduduk yang juga paling sedikit. Sehingga Afrika Selatan kurang memiliki kekuatan ekonomi yang signifikan daripada anggota lain.5
Selain itu tantangan yang kemudian muncul dari keanggotaan Afrika Selatan di BRICS adalah masalah ketidaksetaraan yang parah, tingkat kemiskinan dan pengangguran yang tinggi. Dari Survei Ekonomi 2010 Afrika Selatan yang dilakukan oleh Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) menguraikan beberapa kekhawatiran tentang berlanjutnya tingkat pengangguran yang tinggi, tumbuhnya dualisme di pasar tenaga kerja, dan rendahnya tingkat wirausaha kalangan penduduk kulit hitam. Inilah yang kemudian menunjukan adanya pesimisme akan keberhasilan Afrika Selatan dalam kelompok BRICS.
Permasalahan yang ada dari keanggotaan Afrika Selatan ini juga menjadi perhatian Jim O'Neil sebagai pendiri BRICs (sebelum bergabungnya Afrika Selatan). Dari jurnal yang dikeluarkan oleh Gauteng Province, berjudul South Africa’s position in BRICS, Jim O'Neil menyatakan bahwa bergabungnya Afrika Selatan ke dalam BRICS adalah sebuah kesalahan. Penyebabnya yaitu sama,
5
Hany Besada, Evren Tok dan Kristen Winters. 2013. South Africa in the BRICS: Opportunities, Challenges and Prospects dalam Africa Insight Vol. 42(4) – March 2013.
(21)
8
rendahnya tingkat ekonomi dan sedikitnya populasi Afrika Selatan dibandingkan dengan negara anggota BRICS lainnya.6
Meskipun demikian, bergabungnya Afrika Selatan merupakan kesempatan bagi negara itu dan juga Benua Afrika. Afrika Selatan memang negara yang terkecil dalam hal luas lahan, jumlah penduduk, tabungan, dan nilai ekspor dan impor sebagai persentase dari PDB. Sehingga menjadi wajar jika kemudian muncul kekhawatiran ketika Afrika Selatan harus bergabung dengan negara-negara yang lebih besar. Selain dianggap sebagai “pintu gerbang ke Afrika”, alasan lain masuknya Afrika Selatan juga didasarkan pada kenyataan bahwa Afrika Selatan memiliki perekonomian terbesar di Sub-Sahara Afrika dan sistem perbankan canggih.
Adapun dalam buku yang ditulis oleh Stephanie Jones, berjudul BRICs
and Beyond: Lessons on Emerging Markets, menerangkan bagaimana BRICS
akan berkembang sebagai kekuatan ekonomi baru yang akan mengganggu dominasi ekonomi Barat, karena di dalam BRICS yang diisi oleh negara-negara ekonomi berkembang ini memberikan kesempatan lebih untuk saling membuka peluang ekonomi seperti pasar produksi dan investasi. Meskipun bagi Afrika Selatan sendiri bergabungnya ke dalam BRICS tentu akan menimbulkan resiko juga. Alasannya juga masih sama yaitu, kekhawatiran Afrika Selatan hanya dijadikan sebagai pasar bagi negara anggota lainnya. 7
6South Africa’s position in BRICS
dalam Quarterly Bulletin – January to March 2013 Gauteng Province: Provincial Treasury Republic of South Africa.
7
Stephanie Jones. 2012. BRICs and Beyond: Lessons on Emerging Markets. London: Wiley Publisher.
(22)
9
Dari beberapa tulisan diatas setidaknya memberikan gambaran mengenai bagaimana hubungan yang terjadi antara Afrika Selatan dan BRICS. Dijelaskan juga bahwa tujuan Afrika Selatan bergabung dengan BRICS adalah ekonomi, namun kita juga perlu melihat efek yang ditimbulkan kemudian. Jika para penulis diatas lebih banyak menunjukan sikap pesimisme yang muncul dari keanggotaan Afrika Selatan di kelompok BRICS. Maka dari itu pada penelitian kali ini, akan lebih dibahas mengenai dampak yang telah dirasakan oleh Afrika Selatan setelah bergabung ke dalam BRICS.
E. Kerangka Teori
Dari pertanyaan penelitian yang telah disampaikan sebelumnya, maka teori yang akan digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian adalah teori Neoliberal Institusionalisme. Selain itu ada pula beberapa konsep yang akan digunakan, yaitu konsep kerjasama, dan konsep aliansi.
1. Teori Neoliberal Institusionalisme
Teori neoliberal institusionalisme berasal dari asumsi-asumsi dasar seperti yang terdapat dalam teori liberalisme. Sehingga beberapa asumsinya juga merupakan pengembangan dari teori liberalisme. Seperti asumsinya tentang penyelesaian masalah-masalah internasional melalui aksi sosial yang lebih kolaboratif dan kooperatif daripada konfliktual.8 Hal inilah yang kemudian mendorong setiap negara untuk berusaha menghindari terjadinya perang dengan melakukan upaya-upaya kerjasama yang lebih menguntungkan.
8
Robert Jackson & George Sorensen. 2009. Pengantar Studi Hubungan Internasional.Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 139.
(23)
10
Robert Keohane dan Josep Nye adalah dua pemikir yang memberikan pengaruh besar dalam pengembangan teori ini. Neoliberalisme Institusional menyatakan bahwa institusi internasional menolong untuk memajukan kerjasama di antara negara-negara.9 Secara lebih spesifik Robert Keohane mendefinisikan institusi internasional sebagai seperangkat peraturan (formal dan informal) yang saling berhubungan dan berkesinambungan yang akan menjelaskan pola perilaku negara, aktivitas yang memaksa, dan bentuk-bentuk harapan. Institusi internasional dapat diartikan sebagai salah satu dari tiga bentuk, yaitu organisasi formal antara pemerintah atau organisasi antar negara non pemerintah, rejim internasional, dan konvensi.10
Neoliberal institusionalisme meyakini bahwa kerjasama bukanlah sebuah kebetulan, melainkan tindakan yang disadari untuk mencapai tujuan bersama dan institusi internasional ada sebagai salah satu cara memfasilitasi kerjasama internasional. Memang tidak semua institusi internasional memfasilitasi kerjasama pada tatanan global, tetapi hampir seluruh bentuk kerjasama internasional dituangkan dalam sebuah bentuk institusi. Neoliberal institusionalisme juga memandang institusi sebagai mediator dan alat untuk menciptakan kerjasama diantara para aktor dalam sistem.11
Selain itu kerjasama dalam neoliberal institusionalisme juga akan menghasilkan adanya absolute gain (keuntungan absolut). Absolute gain adalah
9
Joseph Nye. 2009. UnderstandingInternationalConflict, 7thEd. New York: Pearson Longman. Hal. 155.
10
Robert O. Keohane. 1989. International Institutions and State Power (Essay in International Relations Theory). London: Westvie Presshal. Hal. 3-4.
11
Robert Jackson & George Sorensen. 2009. Pengantar Studi Hubungan Internasional.Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 154
(24)
11
keuntungan yang dapat diperoleh setiap negara dalam melakukan interaksinya dengan negara lain dengan bentuk kerjasama. Hanya dengan kerjasama negara dapat meraih hasil yang pasti (absolut).12 Pemikiran ini memandang keuntungan dari kerjasama tersebut absolut didapat setiap negara meski tidak mungkin kedua negara mendapatkan keuntungan yang sama besar. Namun hal ini tentunya memastikan setidaknya keuntungan akan diraih bagi negara yang dapat melakukan kerjasama.
Dalam perkembangan kontemporer, hasil yang didapatkan dari kerjasama dalam sebuah institusi internasional dapat berupa kemajuan ekonomi bersama, seperti Uni Eropa. Sebab dalam sebuah kerangka Uni Eropa setiap negara diharuskan untuk saling bekerjasama untuk tercapainya tujuan bersama. Mekanisme yang ada di dalamnya juga mendorong setiap negara mengesampingkan kepentingannya akan tetapi dengan tujuan bahwa kepentingan bersamanya dapat terealisasi dengan baik. Keberhasilan Uni Eropa dalam menyatukan banyak kepentingan negara menjadi kepentingan bersama, khususnya integrasi ekonomi akan dirasakan oleh semua negara anggotanya.
Dengan menggunakan teori neoliberal institusionalisme dalam kasus ini, kita dapat melihat bagaimana negara-negara anggota BRICS membentuk kelompok ini. Kelompok BRICS juga merupakan salah satu bentuk organisasi internasional dengan tujuan ekonomi. Tujuan ini selanjutnya akan mendorong negara-negara di dalamnya untuk saling memberikan kontribusinya melalui mekanisme yang telah disepakati guna tercapainya tujuan tersebut.
12
Robert Powell. 1991. Absolute and Relative Gains in International Relations Theory. The American Political Science Rewiew, Vol. 85, No. 4 (December). Hal. 303-305
(25)
12
2. Konsep Kerjasama
Kerjasama terjadi biasanya didorong oleh kepentingan nasional (national
interest) suatu negara, di mana negara memiliki tujuan-tujuan yang ingin dicapai
sesuai dengan kebutuhan negara. Kepentingan nasional identik pada tujuan nasional, seperti pembangunan ekonomi, peningkatan kualitas sumber daya manusia, dan lain sebagainya. Pada hakikatnya negara tidak akan dapat berdiri sendiri, artinya negara membutuhkan bantuan dari negara lain. Oleh karena itu, kepentingan nasional mengundang para pengambil keputusan (decision makers) untuk menetapkan langkah kebijakan yang akan diambil, baik itu kerjasama.
Kerjasama dapat tumbuh dari suatu komitmen individu terhadap kesejahteraan bersama atau sebagai usaha pemenuhan kepentingan pribadi. Kunci dari perilaku kerjasama ada pada sejauh mana setiap pribadi percaya bahwa yang lainnya akan bekerjasama. Sehingga isu utama dari konsep kerjasama didasarkan pada pemenuhan kepentingan pribadi, di mana hasil yang menguntungkan kedua belah pihak dapat diperoleh dengan bekerja sama daripada dengan usaha sendiri atau dengan persaingan.13 Hal yang demikian juga dapat berlaku pada negara yang melakukan kerjasama antar negara. Sehingga negara memiliki kepentingan yang dapat menguntungkan negaranya dari kerjasama yang dijalaninya.
Kerjasama dapat berlangsung dalam berbagai konteks yang berbeda. Kebanyakan hubungan dan interaksi yang berbentuk kerjasama terjadi langsung di antara dua pemerintah yang memiliki kepentingan atau menghadapi masalah yang sama secara bersamaan. Bentuk kerjasama lainnya dilakukan antara negara yang
13
James E. Dougherty & Robert L. Pfaltzgraff. 1997. Contending Theories. New York: Harper and Row Publisher. Hal. 217.
(26)
13
bernaung dalam organisasi dan kelembagaan internasional. Ada beberapa alasan mengapa negara melakukan kerjasama dengan negara lainnya. Pertama, demi meningkatkan kesejahteraan ekonominya, dimana melalui kerjasama dengan negara lainnya, negara tersebut dapat mengurangi biaya yang harus ditanggung dalam memproduksi suatu produk kebutuhan bagi rakyatnya karena keterbatasan yang dimiliki negara tersebut. Kedua adalah untuk meningkatkan efisiensi yang berkaitan dengan pengurangan biaya. Ketiga, karena adanya masalah-masalah yang mengancam keamanan bersama. Dan yang keempat, dalam rangka mengurangi kerugian negatif yang diakibatkan oleh tindakan-tindakan individual negara yang memberi dampak terhadap negara lain.14
3. Konsep Regionalisme
Regionalisme merupakan salah satu bagian dalam dinamika hubungan internasional. Hubungan internasional yang dulunya bersifat state-centric hingga akhirnya meluas menjadi non-state, dengansalah satu penyebabnya adalah karena berkembangnya regionalisme. Menurut Couloumbis dan Wolfe, terdapat empat kategorisasi yang dapat digunakan untuk mendefinisikan atau mengelompokkan suatu kawasan yaitu, Kriteria Geografis yang mengelompokan negara-negara berdasarkan lokasinya dalam suatu benua, sub benua, kepulauan, dan lain sebagainya. Contohnya adalah Kawasan Eropa, Kawasan Asia, dan lainnya.
Selanjutnya ada Kriteria Politik atau Militer yang mengelompokan negara-negara dengan keikutsertaannya pada berbagai aliansi atau berdasarkan pada orientasi ideologis dan politik. Contohnya seperti Blok Kapitalis, Blok Komunis,
14
K.J. Holsti. 1992. Politik Internasional: Suatu Kerangka Analisis. Bandung: Binacipta. Hal. 362-363.
(27)
14
NATO, Pakta Warsawa. Ada juga Kriteria Ekonomi yang mengelompokan negara-negara berdasarkan pada kriteria terpilih dalam pembangunan ekonomi. Contohnya seperti adanya negara maju, negara berkembang, dan negara Dunia Ketiga. Dan yang terakhir adalah Kriteria Transasksional yang mengelompokan negara-negara berdasarkan pada jumlah frekuensi mobilitas penduduk, barang dan jasa, seperti imigran, turis, perdagangan, dan berita. Contoh kriteria ini dapat kita lihat pada kawasan Amerika, Kanada, dan Pasar Tunggal Eropa.15
Teorisi lain mengklasifikasikan kawasan ke dalam lima karakteristik. Pertama, negara-negara yang tergabung ke dalam suatu kawasan memiliki kedekatan geografis. Kedua, mereka memiliki kemiripan sosio-kultural. Ketiga, terdapatnya sikap dan tindakan politik yang tercermin dalam organisasi internasional. Keempat, kesamaan keanggotaan dalam organisasi internasional. Dan terakhir, adanya ketergantungan ekonomi yang diukur dari perdagangan luar negeri sebagai bagian dari proporsi pendapatan internasional.16 Sementara itu menurut Hurrell, regionalisme mengacu pada proyek-proyek kerjasama kepala negara yang muncul sebagai akibat dari dialog dan perjanjian antar pemerintah.17
Bentuk regionalisme ini tentunya akan mengarah pada penciptaan perdagangan (trade creation) atau pengalihan perdagangan (trade diversion). Seperti yang disampaikan oleh Jacob Viner bahwa penciptaan perdagangan dalam
15Theodore A. Couloumbis dan James H. Wolfe (1986) dalam I Nyoman Sudira, “Regionalisme
dalam Studi Hubungan Internasional” dalam Andre H. Pareira. 1999. Perubahan Global dan Perkembangan Studi HI. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Hal. 152
16
Stephen C. Calleya (2000) dalam Yanyan Moch. Yani dan Anak Agung Banyu Perwita. 2006.
Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Hal. 104
17
Hurrel (1995) dalam Shaun Breslin, Richard Higgott and Ben Rosamond. “Regions in comparative perspective” dalam Shaun Breslin, dkk (ed). 2002. New Regionalisms in the Global Political Economy. London: Routledge. Hal. 13.
(28)
15
regionalisme akan terjadi ketika produksi dalam negeri suatu negara lebih mahal dan diganti dengan produk impor yang lebih murah dari negara yang berpartisipasi. Sebaliknya, pengalihan perdagangan terjadi ketika barang impor murah diproduksi dari negara-negara bukan negara anggota diganti oleh impor lebih mahal dari negara-negara anggota.18
Dari sini dapat dilihat bahwa BRICS merupakan salah satu bentuk regionalisme karena adanya kesamaan tujuan yaitu tujuan ekonomi di antara negara anggota. Meskipun secara geografis antara negara anggota BRICS terletak berjauhan, namun sesama new emerging economic powers BRICS juga bertujuan mengimbangi dominasi Utara (developed countries). Selain itu dengan adanya mekanisme kerjasama dalam BRICS untuk saling menguntungkan sesama negara anggota, maka akan menciptakan penciptaan perdagangan (trade creation).
Untuk dapat mengukur terciptanya perdagangan dari bentuk regionalisme ini, maka dapat digunakan volume perdagangan dan investasi sebagai alat ukur. Menurut Dominick Salvatore perdagangan internasional dapat digunakan sebagai mesin bagi pertumbuhan ekonomi di suatu negara (trade as engine of growth). Dengan adanya aktifitas perdagangan internasional maka diharapkan akan mendorong percepatan pembangunan ekonomi di negara tersebut.19 Salvatore juga menyatakan bahwa salah satu hal yang tidak bisa dipisahkan dari aktifitas perdagangan internasional adalah adanya pengaruh aliran modal. Ketika terjadi
18 Jacob Viner (1950) dalam Wieslaw Michalak dan Richard Gibb. 1997. “
Trading Blocs and Multilateralism in the World Economy” dalam Annals of the Association of American Geographers, 87(2). Oxford: Blackwell Publishers. Hal. 264–279
19
(29)
16
aktifitas perdagangan internasional yakni berupa kegiatan ekspor dan impor, maka juga terjadi perpindahan faktor-faktor produksi.20
F. Metode Penelitian
Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Menurut Sugiyono terdapat beberapa jenis penelitian, namun yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan data kualitatif yang berbentuk kata, skema, dan gambar.21 Sedangkan menurut Strauss dan Corbin penelitian kualitatif merupakan jenis penelitian yang membuahkan berbagi penemuan yang tidak dapat dicapai dan diperoleh dengan menggunakan data statistik seperti layaknya penelitian kuantitatif. Sehingga penelitian yang menggunakan metode ini lebih ditekankan untuk mendeskripsikan objek penelitiannya.22
Sedangkan untuk teknik pengumpulan datanya, penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data melalui studi kepustakaan (library
search). Dengan perpustakaan yang dikunjungi adalah Perpustakaan Universitas
Indonesia, Perpustakaan Nasional, Perpustakaan Freedom Institute, dan Perpustakaan FISIP UIN Syarif Hidayatullah. Sumber informasi didapatkan melalui buku-buku, jurnal ilmiah, artikel dalam koran dan data-data lainnya. Setelah itu data yang didapatkan dianalisis untuk selanjutnya akan dideskripsikan guna menjawab pertanyaan penelitian yang telah ada sebelumnya. Hal ini yang
20
Dominick Salvatore. International Economics. Hal. 71
21
Sugiyono. 2003. Metode Penelitian. Bandung: Pusat Bahasa Depdiknas. Hal. 14.
22
Anselm Strauss & Juliet Corbin, 2003. Dasar-dasar Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 39.
(30)
17
kemudian akan menunjukan hubungan antara keanggotaan Afrika Selatan dalam kelompok BRICS dengan pertumbuhan ekonomi negaranya.
G. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. B. Pertanyaan Penelitian.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian. D. Tinjauan Pustaka.
E. Kerangka Teori.
1. Teori Neoliberal Institusionalisme. 2. Konsep Kerjasama.
3. Konsep Regionalisme. F. Metode Penelitian. G. Sistematika Penulisan.
BAB II BRICS DAN AFRIKA SELATAN A. Pembentukan Kelompok BRICS.
B. Proses Bergabungnya Afrika Selatan ke BRICS. C. Kerangka Kerjasama dalam BRICS.
BAB III HUBUNGAN KERJASAMA EKONOMI AFRIKA SELATAN DENGAN NEGARA ANGGOTA BRICS (2000-2010)
A. Kerjasama Ekonomi Afrika Selatan dengan Brasil. B. Kerjasama Ekonomi Afrika Selatan dengan India.
(31)
18
C. Kerjasama Ekonomi Afrika Selatan dengan Rusia. D. Kerjasama Ekonomi Afrika Selatan dengan Cina.
BAB IV DAMPAK BERGABUNGNYA AFRIKA SELATAN KE BRICS TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI AFRIKA SELATAN (2011-2013)
A. Dampak Pada Perdagangan Internasional. B. Dampak Pada Investasi Luar Negeri. C. Agregat Data Perdagangan.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan DAFTAR PUSTAKA
(32)
19
BAB II
BRICS DAN AFRIKA SELATAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai bagaimana awal mula terbentuknya
kelompok BRICS. Dimulai dari gagasan Jim O’Neill sejak tahun 2001 hingga
terealisasinya ide tersebut di tahun 2009. Selain itu akan dibahas pula mengenai bergabungnya Afrika Selatan sebagai anggota kelima kelompok ini. Proses yang dilalui oleh Afrika Selatan untuk bergabung menjadi anggota BRICS tidak mudah, karena pada waktu bersamaan juga muncul kandidat lain yang juga berpotensi menjadi anggota. Namun melalui proses diplomasi yang dilakukan pemerintah Afrika Selatan di bawah kepemimpinan Jacob Zuma, akhirnya Afrika Selatan resmi bergabung ke dalam kelompok pada tahun 2011. Dalam bab ini juga akan dibahas tentang kerangka kerjasama yang berhasil dibentuk oleh BRICS melalui KTT yang setiap tahunnya dilaksanakan.
A. Pembentukan Kelompok BRICS
BRIC (Brasil, Rusia, India dan Cina) merupakan ide yang pertama kali disusun oleh seorang ekonom dari Goldman Sachs sebagai bagian dari pemodelan ekonomi untuk perkiraan tren ekonomi global selama setengah abad berikutnya. Singkatan BRIC pertama kali digunakan pada tahun 2001 oleh Goldman Sachs dalam Global Economics Paper No. 66, dengan judul “Building Better Global
Economic BRICs”. Jim O'Neill, yang menciptakan istilah BRIC untuk
(33)
20
di tengah-tengah banyaknya perdebatan dan kontroversi, dirinya berhasil menarik perhatian bagi terciptanya peluang pertumbuhan yang tersedia di luar pasar tradisional dari dunia Barat.23
Faktor yang dapat dilihat sebagai penghubung BRIC adalah populasi yang besar, pemerintah relatif stabil dan potensi pertumbuhan ekonomi yang signifikan. Bahkan pada tahun 2003, prediksi Goldman Sachs menjadi lebih optimis karena mereka memperkirakan bahwa pada tahun 2050 ekonomi gabungan dari BRIC dapat lebih besar dari kelompok G6 (Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Jerman, Italia, Jepang).24 Selain karena alasan ekonomi, kemunculan BRIC juga jelas bahwa kelompok ini berkeinginan meningkatkan kehadiran mereka di bidang lain dan juga menjadi aktor penting di panggung internasional baik melalui peran mereka dalam lembaga-lembaga lainnya.
Selain itu menurut BRICS Research Group keterkaitan antara negara anggota BRICS adalah lima negara anggota secara bersama-sama meliputi 43 persen dari populasi dunia, 30 persen dari daratan bumi, dan 25 persen saham di dunia dari produk domestik bruto (PDB). Cadangan devisa negara BRICS adalah lebih dari 40 persen dari total cadangan devisa dunia, sebesar sekitar AS $ 4.4 triliun. Sebuah laporan dari The Economist menunjukkan bahwa jika negara-negara BRICS menyisihkan seperenam dari total cadangan mereka, mereka bisa
23
Jim O'Neill. 2001. Building Better Global Economic BRICs. Goldman Sachs Global Economics Paper 66 30 November 2001, dalam http://www2.goldmansachs.com/ideas/brics/building-better-doc.pdf diakses pada 25 Juli 2014 pkl. 10.00
24
Dominic Wilson dan Roopa Purushothaman. 2003. Dreaming With BRICs: The Path to 2050. Goldman Sachs Global Economics Paper99, 1 Oktober 2003. Hal. 1.
(34)
21
menciptakan sebuah lembaga dengan ukuran setara International Monetary Fund (IMF).25
Perdagangan antara kelima negara pada 2011 adalah senilai $ 230 miliar dengan tingkat pertumbuhan rata-rata tahunan mencapai 28 persen. Hal ini diharapkan mencapai AS $ 500 miliar pada tahun 2015. Pangsa pasar BRICS dalam perdagangan global juga telah meningkat dua kali lipat dalam periode ini dan diperkirakan mencapai 14 persen pada tahun 2008. Foreign Direct Investment (FDI) dari negara-negara BRICS juga meningkat dari AS $ 10 miliar di 2002 menjadi AS $ 146 miliar pada tahun 2010. Meskipun Cina dan Rusia mewakili lebih dari 75 persen dari total FDI negara BRICS, sementara Brazil dan India mencapai sekitar 10 persen masing-masing.26
Setiap tahunnya sejak tahun 2009, para pemimpin negara anggota BRIC selalu mengadakan pertemuan untuk membahas mengenai kerjasama-kerjasama yang akan dibentuk dan isu-isu internasional yang sedang berkembang. Setiap negara anggota juga secara bergantian akan menjadi tuan rumah penyelenggara pertemuan. Pada tahun 2010, Afrika Selatan memulai upaya untuk bergabung dengan kelompok BRIC, dan proses masuknya secara formal dimulai pada bulan Agustus tahun itu. Akhirnya Afrika Selatan resmi menjadi negara anggota pada tanggal 24 Desember 2010, setelah secara resmi diundang oleh negara-negara BRIC untuk bergabung. Pada akhinya kelompok ini berganti nama menjadi
25
Lysa John. 2012. Engaging BRICS: Challenges and Opportunities for Civil Society. Oxfam India working papers series September 2012 OIWPS – XII. Hal. 2.
26
(35)
22
BRICS, dengan penambahan huruf “S” yang merujuk pada South Africa (Afrika Selatan).
Penciptaan alternatif ekonomi global jelas merupakan faktor kunci dari optimisme dalam kelompok BRICS. Dalam sebuah artikel yang ditulis menjelang BRICS Summit 2012, Jim O’Neill menunjukan bahwa PDB kolektif sementara mereka mendekati angka AS $ 13 triliun.27 Demikian pula, BRICS Research Group menunjukkan bahwa pada tahun 2030, GDP kumulatif Negara-negara BRICS akan melebihi dari negara-negara G8, dengan proyeksi hampir dua kali lipat ukuran G8, yang pada gilirannya akan meningkatkan pengaruh mereka di panggung dunia.28
B. Proses Bergabungnya Afrika Selatan ke BRICS
Melalui upaya diplomasi yang signifikan, Afrika Selatan berhasil masuk ke dalam kelompok BRICS pada akhir 2010, hanya beberapa bulan sebelum
Summit ke-3 dilaksanakan. Hal ini dapat dianggap sebagai salah satu prestasi
kebijakan luar negeri utama Afrika Selatan selama beberapa tahun terakhir. Ini juga secara fundamental mengubah sifat kelompok BRICS dan memberikannya struktur yang lebih global. Dengan masuknya Afrika Selatan, kemudian sifat BRICS telah berubah menjadi aliansi yang lebih global dengan kapasitas yang lebih kuat untuk berbicara atas nama “new emerging world”.
27
Jim O'Neill. 2012. Building BRICS: from conceptual category to rising reality. Dalam John
Kirton, Marina Larionova, dan Yoginder K. Alagh (Ed). 2012. “BRICS: The 2012 New Delhi Summit”. London: Newsdesk Media. Hal. 24.
28
(36)
23
Pada tahun 2010, Presiden Afrika Selatan, Jacob Zuma, mengunjungi empat negara BRIC dalam upayanya untuk bergabung dengan kelompok ini. Pada bulan April, Zuma mengunjungi Brasília untuk IBSA Summit ke-4, yang juga bersamaan dengan BRIC Summit ke-2. Hal ini memberikan kesempatan kepada Presiden Afrika Selatan untuk mengadakan pertemuan bilateral dengan semua pemimpin BRIC. Berselang dua bulan kemudian, Jacob Zuma juga mengunjungi India. Selanjutnya, pada awal Agustus, Zuma mengunjungi Rusia bersama menteri kabinetnya dan lebih dari 100 orang pebisnis Afrika Selatan. Ini ia lakukan sebagai bentuk usaha mempromosikan hubungan perdagangan dan negaranya untuk bergabung ke dalam BRIC.29
Kemudian pada bulan yang sama, Zuma bersama dengan delegasi dari 400 perwakilan pebisnis lokal dan sebelas menteri pemerintahannya, mengunjungi Cina untuk mempromosikan ide masuknya ke dalam kelompok BRIC. Selama pidatonya di Beijing, ia berpendapat bahwa partisipasi Afrika Selatan di BRIC tidak berarti bahwa hanya untuk Afrika Selatan saja, akan tetapi ini juga berarti bahwa seluruh benua yang memiliki populasi lebih dari satu miliar orang itu akan diwakili. Pada saat yang sama, ia juga melawan kritik yang muncul dari semakin besarnya peran Cina di Afrika. Pada pertemuan tersebut, Cina dan Afrika Selatan meningkatkan hubungan dengan membentuk kemitraan strategis yang
29
Stuenkel Oliver. 2013. South Africa’s BRICS membership: A win-win situation?. African Journal of Political Science and International Relations Vol. 7(7), pp. 310-319, October 2013. Hal. 311
(37)
24
komprehensif. Ini adalah bagian dari kampanye diplomatik untuk membantu Afrika Selatan menjadi anggota tetap kelompok BRIC.30
Kerjasama dengan Cina ini terdiri dari upaya memproyeksikan Afrika Selatan sebagai kekuatan baru yang muncul dan pemimpin kawasan, memperkuat hubungan bilateral dengan negara-negara BRIC, dan melobi Jim O'Neill, yang menciptakan akronim, untuk memasukkan Afrika Selatan ke dalam Akronim BRIC. Meskipun begitu, Jim O'Neill tidak pernah setuju untuk mengubah singkatannya, namun keaktifan Afrika Selatan akhirnya terbukti berhasil. Hanya satu bulan setelah kunjungan Zuma ke Cina, pada pertemuan tanggal 21 September 2010 di New York, para menteri luar negeri BRIC sepakat bahwa Afrika Selatan akan diundang untuk bergabung dengan kelompok ini.
Akhirnya pada Desember 2010, pemerintah Cina mengundang Afrika Selatan untuk menghadiri KTT ke-3 negera-negara BRIC, yang dilaksanakan pada tanggal 14 April 2011 di Sanya, Cina. Setelah dua KTT sebelumnya sukses di Yekaterinburg pada tahun 2009 dan Brasilia di 2010, pertemuan ketiga di Cina ini menandai definitif pembentukan BRICS sebagai bagian penting dari Kerjasama Selatan-Selatan. Namun yang paling penting, untuk pertama kalinya Afrika Selatan berpartisipasi sebagai anggota kelima kelompok ini, yang secara resmi juga mengubah nama BRIC menjadi BRICS.31
30
Khadija Patel. 2012. Analysis: Scrutinising South Africa's inclusion in Brics. Daily Maverick, April 3. Dalam http://www.dailymaverick.co.za/article/2012-04-03-analysis-scrutinising-south-africas-inclusion-inbrics/#.Uelef9Ip9DQ, diakses pada 25 Juli 2014 pkl. 15.20
31
Sebastien Hervieu. 2011. South Africa gains entry to Bric club. The Guardian, April 19. Dalam http://www.guardian.co.uk/world/2011/apr/19/south-africajoins-bric-club, diakses pada 25 Juli 2014 pkl. 15.20
(38)
25
Masuknya Afrika Selatan ke dalam kelompok BRIC mengikuti permintaan negara tersebut untuk bergabung dengan grup dan juga banyak kunjungan kenegaraan oleh Presiden Afrika Selatan ke negara-negara tersebut selama tahun 2010. Negara ini diundang untuk bergabung dengan kelompok untuk berbagai alasan, termasuk karena memiliki ekonomi terbesar di wilayah Sub-Sahara Afrika (SSA). Selain juga fakta bahwa Afrika Selatan merupakan penyumbang dari sekitar sepertiga PDB regional. Menurut Gateway House, faktor lain yang mendukung Afrika Selatan masuk adalah sumber daya alam yang luas seperti emas, berlian dan platinum, infrastruktur yang sangat baik, banyaknya perusahaan yang didirikan, budaya inovasi, akses mudah untuk membiayai bisnis, iklim keuangan makro dan mikro yang stabil, sistem perbankan yang canggih dan berfungsinya kerangka peraturan.32
Bergabungnya Afrika Selatan ke dalam kelompok BRIC juga telah menimbulkan reaksi yang beragam. Beberapa kritikus merasa bahwa negara berkembang lainnya dengan pertumbuhan ekonomi lebih cepat dari Afrika Selatan bisa dimasukkan. Bahkan menurut Jim O'Neil, masuknya Afrika Selatan dalam kelompok adalah sebuah kesalahan. Jim O'Neil juga menunjukkan bahwa perekonomian Afrika Selatan itu terlalu kecil untuk dibandingkan dengan negara BRIC lainnya. Selain itu dirinya juga menunjukkan bahwa, negara-negara seperti Korea Selatan, Indonesia, Meksiko dan Turki berada di daftar negara yang lebih
32
Gateway House. Why South Africa bric?. Dalam
http://www.gatewayhouse.in/publication/gateway-house/features/why-south-africa-bric, diakses pada 10 Oktober 2014, pkl. 20.10
(39)
26
pantas untuk menjadi bagian kelompok BRIC karena ukuran populasi yang sangat besar dan ukuran PDB yang relatif besar dari mereka.33
Analis juga merasa bahwa Nigeria akan menjadi pilihan yang lebih baik untuk sebuah negara Afrika untuk bergabung BRICS. Menurut World Atlas, Nigeria memiliki ukuran populasi yang lebih besar, diperkirakan 158.300.000 pada tahun 2012 dari Afrika Selatan, diperkirakan 49,9 juta pada tahun 2012.34 Selain itu Nigeria juga merupakan negara dengan pertumbuhan ekonomi yang stabil di benua itu, dengan tingkat pertumbuhan ekonomi hingga kuartal keempat tahun 2010 adalah 6,8%, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan Afrika Selatan 4,4%.35
Nigeria dianggap memiliki potensi secara pertumbuhan ekonomi, namun Afrika Selatan secara politis lebih penting dan memegang lebih pengaruh, khususnya melalui keanggotaannya dalam G20. Nigeria juga belum diundang untuk menjadi anggota, mengingat situasi politik di negara itu, terutama tentang isu-isu tata kelola yang penting, seperti pemilu cacat dan korupsi. Meskipun kedua negara terlibat dalam organisasi multilateral kawasan, dengan Afrika Selatan di Southern African Development Community (SADC) dan Nigeria menjadi anggota Economic Community of West African States, Afrika Selatan dilihat lebih baik melalui keterlibatannya juga di blok IBSA bersama dengan India
33
Sharda Naidoo. 2012. South Africa's presence 'drags down Brics. Mail & Guardian Online, 23 Maret 2012 dalam http://mg.co.za/article/2012-03-23-sa-presence-drags-down-brics, diakses pada 10 Oktober 2014, pkl. 20.15.
34
Countries of the World. Dalam http://www.worldatlas.com/aatlas/populations/ctypopls.htm, diakses pada 10 Oktober 2014, pkl. 20.30
35
Bradley Dubbelman. 2011. South Africa’s role in Brics: Implications and effects. Creamer
(40)
27
dan Brasil. Dengan Brazil dan India menjadi Anggota BRIC, indikasi bahwa Afrika Selatan telah telah mengikat kesepakatan politik dan ekonomi dengan negara-negara ini untuk mempromosikan kerjasama di antara mereka.36
Peran Cina dalam bergabungnya Afrika Selatan ke BRICS juga tidak dapat dilepaskan. Cina yang dianggap sebagai konstituen yang paling dominan dari BRICS, khususnya memandang Afrika Selatan sebagai negara yang menarik karena memiliki sejumlah besar konsumen. Negara ini juga memiliki kapasitas produksi energi terbesar dan juga merupakan produsen terbesar logam mulia, seperti emas dan platinum. Kedua fitur ini menarik bagi investasi dan kepentingan perdagangan Cina. Selain itu Cina memiliki saham keuangan besar di negara itu terutama di sektor perbankan, infrastruktur, pertambangan, transportasi dan energi terbarukan. Menurut Gateway House, Industrial Commercial Bank of China (ICBC) memiliki saham 20 persen (AS $ 4,7 miliar) di salah satu bank terbesar di Afrika Selatan, Standard Bank.37
C. Kerangka Kerjasama dalam BRICS
Sebagai sebuah lembaga atau institusi yang menaungi beberapa negara, BRICS juga membentuk kerangka kerjasama sebagai landasan dalam menentukan kebijakan. Kerangka kerjasama dianggap sebagai perjanjian kerjasama yang telah disepakati bersama dalam setiap pertemuan yang dilakukan. Sejak tahun 2009, BRICS setiap tahunnya melaksanakan annual summit yang secara bergantian
36
Dubbelman. South Africa’s role in Brics. Hal. 4.
37South Africa’s position in BRICS
dalam Quarterly Bulletin – January to March 2013 Gauteng Province: Provincial Treasury Republic of South Africa. Hal. 8.
(41)
28
digelar di negara-negara anggota. Dari setiap pertemuan yang dilaksanakan, seluruh kepala negara anggota akan membahasa isu-isu tertentu yang berkaitan dengan kepentingan dalam kelompok ini.
Pertemuan pertama yang dilangsungkan pada tanggal 16 Juni 2009, di Yekaterinburg, Rusia, dihadiri oleh pemimpin masing-masing negara anggota, yaitu, Luiz Inácio Lula da Silva (Brasil), Dmitry Medvedev (Rusia), Manmohan Singh (India), dan Hu Jintao (Cina). Fokus Pertemuan ini adalah peningkatan situasi ekonomi global dan reformasi lembaga keuangan, serta pembahasan mengenai bagaimana empat negara ini bisa lebih baik dalam kerjasama di masa depan. Adapun diskusi lebih lanjut adalah mengenai bagaimana cara negara-negara berkembang, seperti anggota BRIC, bisa menjadi lebih terlibat dalam urusan global.38
Pertemuan negara anggota BRIC kembali dilakukan yang mengambil tempat di kota Brasília, Brasil pada 15-16 April, 2010. Ini adalah pertemuan kedua dari para kepala negara anggota untuk membahas labih lanjut kerjasama dalam kelompok tersebut. Selain dihadiri oleh keempat kepala negara anggota, ada pula Presiden Afrika Selatan, Jacob Zuma, dan Menteri Luar Negeri Palestina, Riad Al-Malki, yang juga ikut menghadiri pertemuan kali ini. Dengan pembahasan isu lanjutan seperti pada KTT yang pertama, ditambah juga dengan isu-isu internsional yang sedang berlangsung saat itu.39
38
Nations eye stable reserve system dalam http://news.bbc.co.uk/2/hi/business/8102216.stm, diakses pada 25 Juli 2014 pkl. 12.35
39
Konstantin Rozhnov. BRIC countries try to shift global balance of power. Thursday, 15 April 2010. Diakses dari http://news.bbc.co.uk/2/hi/8620178.stm pada 3 September 2014 pkl 14.30
(42)
29
Setelah itu KTT BRICS ketiga diselenggarakan pada 14 April 2011 di Sanya di pulau Hainan, Cina. Dalam pertemuan kali ini ada perbedaan yang signifikan dengan masuknya Afrika Selatan sebagai anggota baru di kelompok ini. Jika pada pertemuan di Brasilia tahun 2010, Afrika Selatan diundang sebagai tamu, kelompok ini kemudian mengundang Afrika Selatan untuk bergabung sebagai anggota penuh pada tahun 2011 dan mengubah kelompok yang sebelumnya disebut BRIC resmi menjadi BRICS.40
India berkesempatan menjadi tuan rumah KTT BRICS selanjutnya yang bertempat di New Dehli, 29 Maret 2012. Pertemuan ini menandai pertemuan tahunan kelompok BRICS yang juga dilangsungkan untuk keempat kalinya. Pada pertemuan kali ini kelima kepala negara anggota ikut menghadiri, Dilma Rousseff (Brasil), Dmitry Medvedev (Rusia) Manmohan Singh (India), Hu Jintao (Cina), dan Jacob Zuma (Afrika Selatan). Dengan mengambil tema pertemuan "BRICS
Partnership for Global Stability, Security and Prosperity".41
Pada tahun 2013 pertemuan tahunan BRICS dilaksanakan di Durban, Afrika Selatan, pada 26-27 Maret 2013. Dengan dihadiri oleh Dilma Rousseff (Brasil), Vladimir Putin (Rusia), Narendra Modi (India), Xi Jinping (Cina), dan Jacob Zuma (Afrika Selatan), yang mewakili seluruh negara anggota kelompok ini. Dengan bertema “BRICS and Africa: Partnership for Development,
40
Michael Forsythe, et al.BRICS Prod China's Hu to Import Value-Added Goods as Well as Raw Materials, Bloomberg, April 13, 2011. Dalam http://www.bloomberg.com/news/2011-04-13/countries-at-brics-summit-push-china-to-import-more-airliners-medicines.html, diakses pada 3 September 2014 pkl. 15.50
41
Zeebiz Bureau. 2012. BRICS summit in Delhi begins today. Press Trust of India, Zee News, 29 March 2012. Dalam http://zeenews.india.com/business/news/economy/brics-summit-in-delhi-begins-today_44828.html, diakses pada 4 September 2014 pkl. 11.50
(43)
30
Integration and Industrialisation”, pertemuan ini juga menandai bahwa seluruh anggota telah menjadi tuan rumah penyelenggaraan KTT dan untuk pertama kalinya pertemuan dilaksanakan di Benua Afrika.42
Adapun dari KTT tersebut, para pemimpin BRIC menyerukan peningkatan reformasi ekonomi dengan menuntut hak suara dan representasi di lembaga-lembaga keuangan internasional, dan agar penunjukan kepala dan pemimpin senior di lembaga tersebut harus melalui proses seleksi yang transparan dan terbuka. Sedangkan secara politik, peningkatan status dan peran para negara anggota setidaknya dapat lebih diperhitungan di dunia internasional, khususnya di PBB. Serta komitmen untuk saling bekerjasama dalam membendung krisis pangan internasional yang terjadi.43
Untuk masalah perdagangan internasional para pemimpin kelompok ini sepakat untuk menekankan pentingnya sistem perdagangan multilateral, yang diwujudkan dalam World Trade Organization (WTO), untuk menyediakan lingkungan yang terbuka, stabil, adil dan tidak diskriminatif untuk perdagangan internasional. Para anggota BRIC juga akan mendesak semua negara untuk menolak segala bentuk proteksionisme perdagangan dan melawan pembatasan perdagangan.44
Kelompok ini juga mengumumkan keputusan mereka untuk menghentikan pembayaran perdagangan menggunakan dolar AS dan selanjutnya memberikan
42
Fifth BRICS Summit Background. Dalam http://www.brics5.co.za/, diakses pada 4 September 2014 pkl. 15.20
43
Susan Houlton. First BRIC summit concludes. Dalam http://www.dw.de/first-bric-summit-concludes/a-4335954, diakses pada 3 September 2014 pkl. 12.55
44
Jenilee Guebert. 2011. BRIC Summit Commitments: 2010 Brasilia Summit. BRICS Research Group, 4 Juli 2011. Hal. 1-4
(44)
31
kredit kepada satu sama lain dalam mata uang nasional mereka sendiri. Bank pembangunan masing-masing negara akan menandatangani perjanjian untuk lebih secara bertahap mengubah mata uang pinjaman dari dolar AS. Hal ini dimaksudkan untuk memperkuat kerjasama keuangan antara negara-negara BRICS, serta untuk memperluas signifikansi internasional dari mata uang nasional mereka.45
Dalam kaitannya dengan peningkatan perdagangan dalam mata uang lokal, negara-negara BRICS juga menandatangani Perjanjian untuk memperluas fasilitas kredit dalam mata uang lokal dan Perjanjian Fasilitas Kredit Multilateral untuk menggantikan dolar AS sebagai unit utama perdagangan di antara mereka. Dalam rangka membawa ekonomi BRICS lebih dekat, semua anggota sepakat untuk meluncurkan turunan indeks ekuitas, yang memungkinkan investor di satu negara BRICS untuk bertaruh pada kinerja pasar saham di empat negara anggota lainnya tanpa risiko mata uang.46
Hasil dari pertemuan kelima kelompok BRICS adalah bahwa para pemimpin BRICS menyetujui pembentukan Bank Pembangunan baru dan menunjukkan bahwa kontribusi modal awal ke bank harus besar dan cukup untuk bank menjadi efektif dalam pembiayaan infrastruktur. Selain itu, pemimpin juga menyepakati pembentukan susunan cadangan kontinjen (Contingent Reserve
Arrangement (CRA)) dengan ukuran awal sebesar AS $ 100 miliar. CRA ini akan
membantu negara-negara BRICS mencegah tekanan likuiditas jangka pendek dan
45
Countries of BRICS refuse dollars. What shall investors expect?. Dalam http://www.profi-forex.us/news/entry4000001367.html, diakses pada 3 September 2014 pkl. 16.20
46
(45)
32
lebih memperkuat stabilitas keuangan. Hal ini juga akan memberikan kontribusi untuk memperkuat jaringan pengaman keuangan global dan melengkapi peraturan internasional sebagai garis pertahanan.47
Selain itu terdapat dua Perjanjian yang menyimpulkan mengenai Mekanisme Kerjasama Interbank BRICS. Pertama, The BRICS Multilateral
Infrastructure Co-Financing Agreement untuk membuka jalan Afrika bagi
pembentukan, pengaturan, pembiayaan, untuk proyek-proyek infrastruktur di Benua Afrika. Kedua, The BRICS Multilateral Cooperation and Co-Financing
Agreement untuk menetapkan pembangunan berkelanjutan, mengeksplorasi
pembentukan perjanjian bilateral yang bertujuan untuk membangun kerjasama dan pengaturan pembiayaan bersama, khususnya di sekitar pembangunan berkelanjutan dan elemen ekonomi hijau.48
Untuk kerjasama multilateral di antara negara BRICS, mereka sepakat untuk memperkuat koordinasi di Organisasi Perdagangan Dunia Putaran Doha, serta dalam forum-forum multilateral lainnya di mana perdagangan dan investasi dapat berkembang. Selain itu juga melakukan pertemuan rutin antara pejabat tinggi BRICS dalam organisasi multilateral dan internasional. Serta mengidentifikasi area untuk kemungkinan kegiatan kerjasama pembangunan
47
Fifth BRICS Summit Background. Dalam http://www.brics5.co.za/, diakses pada 4 September 2014 pkl. 15.20
48
Yarygina Irina. Financial challenges for BRICS. Diakses dari http://www.brics5.co.za/assets/BRICS-Financial-challenges-by-Yarygina-Irina.pdf, pada 4 September 2014 pkl. 15.30
(46)
33
BRICS yang dapat mendukung aspirasi pembangunan dari negara-negara berkembang.49
Sementara untuk mempromosikan dan memfasilitasi perdagangan dan investasi di antara mereka, mereka sepakat untuk, pertama, meningkatkan pertukaran informasi kebijakan perdagangan, investasi dan peluang bisnis melalui mekanisme, termasuk website untuk berbagi informasi perdagangan dan investasi. Kedua, mendorong lembaga perdagangan dan investasi mereka untuk membangun hubungan yang lebih kuat, dan memberikan dukungan kebijakan untuk misi perdagangan dan investasi antara anggota BRICS.50
Ketiga, memperluas kerjasama pada platform promosi perdagangan dan investasi seperti pameran dagang dan pameran untuk meningkatkan peluang bagi perusahaan BRICS untuk bertemu, berkomunikasi dan bekerjasama satu sama lain. Keempat, meningkatkan transparansi lingkungan perdagangan dan investasi sesuai dengan hukum dan peraturan masing-masing. Kelima meningkatkan komunikasi dan kerjasama di bidang standarisasi, sertifikasi, inspeksi dan karantina. Keenam, meningkatkan komunikasi dan kerjasama antara lembaga-lembaga yang bertanggung jawab untuk ganti rugi perdagangan. Ketujuh, mendukung untuk peningkatan perdagangan intra-BRICS, mengingat efek yang positif dari tugas Departemen Keuangan dan Bank Sentral dalam penyelesaian mata uang lokal.51
49
BRICS. 2013. BRICS Trade and Invesment Cooperation Framework”. Fifth BRICS Summit
Durban, South Africa 26 March 2013. Hal. 1.
50
BRICS. BRICS Trade and Invesment Cooperation Framework. Hal. 2.
51
(47)
34
BAB III
HUBUNGAN KERJASAMA EKONOMI AFRIKA SELATAN DENGAN NEGARA ANGGOTA BRICS (2000-2010)
Pembahasan pada bab III ini akan berfokus tentang hubungan kerjasama yang dilakukan antara Afrika Selatan dengan negara anngota BRICS lainnya. Akan tetapi terdapat pembatasan periode yang dimulai dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2010. Hal ini untuk melihat bagaimana bentuk kerjasama Afrika Selatan dengan sesama negara anggota sebelum terbentuknya kelompok BRICS. Dengan begitu akan terlihat apakah ada perubahan pada hubungan kerjasama yang dilakukan antara sebelum BRICS dan sesudah bergabung BRICS.
A. Kerjasama Ekonomi Afrika Selatan dengan Brasil
Brasil adalah negara yang paling besar di Amerika Selatan, dan negara yangpaling maju serta kekuatan ekonominya paling kuat di antara negara-negara yang terdapat di bagian benua tersebut. Sebagai negara kesepuluh ekonomi terbesar di dunia, Brasil memiliki GDP mencapai 706 miliar dolar AS pada tahun 2005.52 Dengan begitu tentunya Brasil memiliki potensi yang cukup besar sebagai partner peningkatan kerjasama ekonomi. Hal ini pula yang kemudian mendorong Afrika Selatan untuk membuka hubungan kerjasama di bidang ekonomi dengan Brasil.
52
Research and Information System for Developing Countries (RIS). 2008. Trinity of the South: Potential of India-Brasil-South Africa (IBSA) Partnership. New Delhi: Acedemic Foundation. Hal. 34
(48)
35
Bagi kawasan Afrika, Brasil berada di urutan keempat sebagai mitra dagang di belakang anggota BRICS lainnya, Cina dan India, dan juga Korea Selatan. Negara-negara gabungan Afrika saat ini menempatkan Brasil sebagai mitra dagang terbesar kelima untuk ekspor dan impor. Investasi Brasil di Afrika sendiri masih didominasi seperti halnya negara-negara BRICS lainnya, yaitu investasi yang terkonsentrasi di sumber daya dan sektor konstruksi. Akan tetapi fakta juga menunjukan bahwa sebagian besar perusahaan terbesar di Brasil mengkhususkan diri di bidang konstruksi sipil dan sumber daya (misalnya Odebrecht, Andrade Gutierrez, Petrobras, Vale).
Kerjasama antara Afrika dengan Brasil sudah dimulai sejak lama, akan tetapi beberapa tahun belakangan kerjasama keduanya semakin meningkat. Kepemimpinan Presiden Luiz Inácio Lula da Silva, yang dimulai pada tahun 2002, menunjukan adanya peralihan fokus Brasil ke Afrika pada kebijakan ekonomi, perdagangan dan investasi, serta pertanian, minyak, pertambangan, infrastruktur, kesehatan, dan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kepentingan kerjasama Selatan-Selatan yang menjadi fokus kebijakannya menjadikan aktivitas perdagangan keduanya meningkat secara signifikan.
Perdagangan Brasil dengan negara Benua Afrika meningkat lebih dari enam kali lipat sejak tahun 2000 hingga 2008, dari AS $ 4,2 miliar menjadi AS $ 25,9 miliar. Meskipun pada tahun 2009 terjadi penurunan perdagangan dengan Afrika yang menjadi AS $ 17,1 miliar. Ini merupakan refleksi dari tren perluasan pasar, selain daripada efek negatif dari krisis ekonomi dan keuangan global yang
(49)
36
terjadi. Namun tahun berikutnya, 2010, kembali terjadi kenaikan dalam perdagangan antara Brasil dan Afrika hingga mencapai AS $ 20,0 miliar.53
Gambar. III.A.1: Perkembangan perdagangan Brasil-Afrika (AS $ juta)
Sumber: Christina Stolte. 2012. Brasil in Africa: Just Another BRICS Country
Seeking Resources?. Chatham House Briefing paper.
Dari gambar di atas dapat dilihat adanya peningkatan dalam hal aktivitas perdagangan antara Brasil dengan Afrika. Meskipun terjadi penurunan pada tahun 2009, hal tersebut tidak pengaruh banyak karena setahun setelahnya tren perdagangan keduanya kembali meningkat. Mitra dagang utama Brasil di Afrika adalah Nigeria (32 persen), Angola (16 persen), dan Aljazair (12 persen). Sedangkan Afrika Selatan sendiri menempati posisi keempat dengan 10 persen dari total perdagangan Brasil dengan negara-negara Afrika.
53
Simon Freemantle and Jeremy Stevens. 2009. Tectonic Shifts Tie BRIC and Africa’s Economic
Destinies. Standard Bank Economics, BRIC and Africa, 14 Oktober 2009. Hal. 10. 0
5000 10000 15000 20000 25000 30000
2000 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Ekspor Impor Total Perdagangan
(50)
37
Dalam hal kerja sama keuangan dua lembaga keuangan pembangunan, Industrial Development Corporation di Afrika Selatan dan Brazilian Development Bank, menandatangani perjanjian kerjasama yang bertujuan antara lain, memperkuat hubungan perdagangan dan ekonomi antara Afrika Selatan dan Brasil melalui kerja sama pada sejumlah proyek, termasuk beberapa yang berfokus pada perusahaan otomotif dan komponennya, pengolahan makanan dan sektor farmasi.
Beberapa perusahaan dan industri Afrika Selatan juga telah berhasil menembus pasar Brasil dalam beberapa tahun terakhir. Perusahaan tambang Afrika Selatan, seperti AngloGold Ashanti, dan salah satu bank terbesarnya, Standard Bank, telah berjalan dengan sukses di Brasil. Sementara sebuah perusahaan gabungan antara perusahaan farmasi di Afrika Selatan dan Brasil bertujuan untuk mengembangkan dan memproduksi produk farmasi pada skala global. Sedangkan sebuah penerbit Afrika Selatan, Naspers, telah mengakuisisi saham di penerbit majalah terbesar Brasil.
Sementara itu berbagai liberalisasi dan kerjasama program keuangan dan komersial juga telah memberikan kontribusi untuk memajukan hubungan perdagangan antara Afrika Selatan dan Brasil. Salah satu proyek yang paling penting adalah India, Brazil, and South Africa (IBSA), yaitu sebuah inisiatif untuk pembangunan trilateral yang menghubungkan tiga negara tersebut. Inisiatif ini bertujuan untuk mempromosikan kerja sama Selatan-Selatan untuk mengeksplorasi peluang perdagangan dan investasi, pertukaran informasi, pertambangan, infrastruktur, teknologi dan keterampilan. Forum bisnis Afrika
(51)
38
Selatan dan Brasil telah memperkuat hubungan perdagangan dan investasi antara negara-negara tersebut dan dengan bisnis di Afrika Selatan.
Meskipun Afrika Selatan saat ini hanya merupakan sebagian kecil ekspor dari total ekspor ke Amerika Latin, namun nilai ekspornya telah mengalami pertumbuhan selama beberapa tahun terakhir. Afrika Selatan dan Brasil berfokus pada semakin pentingnya perdagangan antara Selatan-Selatan dan ditambah dengan meningkatnya liberalisasi keuangan dan komersial, serta program kerjasama bilateral. Ini juga berarti bahwa Brasil memiliki potensi untuk memberikan bisnis di Afrika Selatan dengan peluang investasi dan ekspor yang luas.
B. Kerjasama Ekonomi Afrika Selatan dengan India
Dalam beberapa tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi India mengalami kenaikan yang didorong kuat oleh bidang manufaktur dan ekspansi yang cepat dalam perdagangan dan investasi. Perdagangan bilateral antara Afrika dengan India memiliki berkembang pesat selama dua dekade belakangan, angkanya terus berkembang dari AS $ 1 miliar pada tahun 1990 yang kemudian menjadi AS $ 3 miliar pada tahun 2000. Kemudian jumlah tersebut mengalami peningkatan secara besar-besaran menjadi AS $ 36 miliar pada tahun 2007-2008.
Namun sejak krisis keuangan global, jumlahnya menurun menjadi sekitar AS $ 32 miliar pada tahun 2010-2011. Melonjaknya volume perdagangan mencerminkan neraca perdagangan positif untuk Afrika. Impor India dari Afrika tumbuh dari AS $ 587,5 juta menjadi AS $ 18,8 miliar antara 1990 dan 2009,
(1)
l
remain concerned about reports of deterioration in humanitarian conditions in some countries.
25. We welcome the appointment of the new Chairperson of the AU Commission as an affirmation of the leadership of women.
26. We express our deep concern with the deterioration of the security and humanitarian situation in Syria and condemn the increasing violations of human rights and of international humanitarian law as a result of continued violence. We believe that the Joint Communiqué of the Geneva Action Group provides a basis for resolution of the Syrian crisis and reaffirm our opposition to any further militarization of the conflict. A Syrian-led political process leading to a transition can be achieved only through broad national dialogue that meets the legitimate aspirations of all sections of Syrian society and respect for Syrian independence, territorial integrity and sovereignty as expressed by the Geneva Joint Communiqué and appropriate UNSC resolutions. We support the efforts of the UN-League of Arab States Joint Special Representative. In view of the deterioration of the humanitarian situation in Syria, we call upon all parties to allow and facilitate immediate, safe, full and unimpeded access to humanitarian organisations to all in need of assistance. We urge all parties to ensure the safety of humanitarian workers.
27. We welcome the admission of Palestine as an Observer State to the United Nations. We are concerned at the lack of progress in the Middle East Peace Process and call on the international community to assist both Israel and Palestine to work towards a two-state solution with a contiguous and economically viable Palestinian state, existing side by side in peace with Israel, within internationally recognized borders, based on those existing on 4 June 1967, with East Jerusalem as its capital. We are deeply concerned about the construction of Israeli settlements in the Occupied Palestinian Territories, which is a violation of international law and harmful to the peace process. In recalling the primary responsibility of the UNSC in maintaining international peace and security, we note the importance that the Quartet reports regularly to the Council about its efforts, which should contribute to concrete progress.
28. We believe there is no alternative to a negotiated solution to the Iranian nuclear issue. We recognise Iran´s right to peaceful uses of nuclear energy consistent with its international obligations, and support resolution of the issues involved through political and diplomatic means and dialogue, including between the International Atomic Energy Agency (IAEA) and Iran and in accordance with the provisions of the relevant UN Security Council Resolutions and consistent
with Iran’s obligations under the Treaty on the Non-Proliferation of Nuclear
Weapons (NPT). We are concerned about threats of military action as well as unilateral sanctions. We note the recent talks held in Almaty and hope that all
outstanding issues relating to Iran’s nuclear programme will be resolved through
(2)
li
29. Afghanistan needs time, development assistance and cooperation, preferential access to world markets, foreign investment and a clear end-state strategy to attain lasting peace and stability. We support the global community’s commitment to Afghanistan, enunciated at the Bonn International Conference in December 2011, to remain engaged over the transformation decade from 2015-2024. We affirm our
commitment to support Afghanistan’s emergence as a peaceful, stable and
democratic state, free of terrorism and extremism, and underscore the need for more effective regional and international cooperation for the stabilisation of Afghanistan, including by combating terrorism. We extend support to the efforts aimed at combating illicit traffic in opiates originating in Afghanistan within the framework of the Paris Pact.
30. We commend the efforts of the AU, the Economic Community of West African States (ECOWAS) and Mali aimed at restoring sovereignty and territorial integrity of Mali. We support the civilian efforts of the Malian Government and its international community partners in realising the transitional programme leading up to the presidential and legislative elections. We emphasise the importance of political inclusiveness and economic and social development in order for Mali to achieve sustainable peace and stability. We express concern about the reports of the deterioration in humanitarian conditions in Mali and call upon the international community to continue to cooperate with Mali and its neighbouring countries in order to ensure humanitarian assistance to civilian population affected by the armed conflict.
31. We are gravely concerned with the deterioration in the current situation in the Central African Republic (CAR) and deplore the loss of life. We strongly condemn the abuses and acts of violence against the civilian population and urge all parties to the conflict to immediately cease hostilities and return to negotiations. We call upon all parties to allow safe and unhindered humanitarian access. We are ready to work with the international community to assist in this endeavour and facilitate progress to a peaceful resolution of the conflict. Brazil, Russia and China express their sympathy to the South African and Indian governments for the casualties that their citizens suffered in the CAR.
32. We are gravely concerned by the ongoing instability in the Democratic Republic of the Congo (DRC). We welcome the signing in Addis Ababa on 24 February 2013 of the Peace, Security and Cooperation Framework for the Democratic Republic of the Congo and the Region. We support its independence, territorial integrity and sovereignty. We support the efforts of the UN, AU and sub-regional organisations to bring about peace, security and stability in the country.
33. We reiterate our strong condemnation of terrorism in all its forms and manifestations and stress that there can be no justification, whatsoever, for any acts of terrorism. We believe that the UN has a central role in coordinating international action against terrorism within the framework of the UN Charter and in accordance with principles and norms of international law. In this context, we
(3)
lii
support the implementation of the UN General Assembly Global Counter-Terrorism Strategy and are determined to strengthen cooperation in countering this global threat. We also reiterate our call for concluding negotiations as soon as possible in the UN General Assembly on the Comprehensive Convention on International Terrorism and its adoption by all Member States and agreed to work together towards this objective.
34. We recognize the critical positive role the Internet plays globally in promoting economic, social and cultural development. We believe it’s important to contribute to and participate in a peaceful, secure, and open cyberspace and we emphasise that security in the use of Information and Communication Technologies (ICTs) through universally accepted norms, standards and practices is of paramount importance.
35. We congratulate Brazil on hosting the UN Conference on Sustainable Development (Rio+20) in June 2012 and welcome the outcome as reflected in “The Future we Want”, in particular, the reaffirmation of the Rio Principles and political commitment made towards sustainable development and poverty eradication while creating opportunities for BRICS partners to engage and cooperate in the development of the future Sustainable Development Goals. 36. We congratulate India on the outcome of the 11th Conference of the Parties to the United Nations Conference on Biological Diversity (CBD COP11) and the sixth meeting of the Conference of the Parties serving as the Meeting of the Parties to the Cartagena Protocol on Biosafety.
37. While acknowledging that climate change is one of the greatest challenges and threats towards achieving sustainable development, we call on all parties to build on the decisions adopted in COP18/CMP8 in Doha, with a view to reaching a successful conclusion by 2015, of negotiations on the development of a protocol, another legal instrument or an agreed outcome with legal force under the Convention applicable to all Parties, guided by its principles and provisions. 38. We believe that the internationally agreed development goals including the Millennium Development Goals (MDGs) address the needs of developing countries, many of which continue to face developmental challenges, including widespread poverty and inequality. Low Income Countries (LICs) continue to face challenges that threaten the impressive growth performance of recent years. Volatility in food and other commodity prices have made food security an issue as well as constraining their sources of revenue. Progress in rebuilding macro-economic buffers has been relatively slow, partly due to measures adopted to mitigate the social impact of exogenous shocks. Many LICs are currently in a weaker position to deal with exogenous shocks given the more limited fiscal buffers and the constrained aid envelopes, which will affect their ability to sustain progress towards achieving the MDGs. We reiterate that individual countries, especially in Africa and other developing countries of the South, cannot achieve the MDGs on their own and therefore the centrality of Goal 8 on Global
(4)
liii
Partnerships for Development to achieve the MDGs should remain at the core of the global development discourse for the UN System. Furthermore, this requires the honouring of all commitments made in the outcome documents of previous major international conferences.
39. We reiterate our commitment to work together for accelerated progress in attaining the Millennium Development Goals (MDGs) by the target date of 2015, and we call upon other members of the international community to work towards the same objective. In this regard, we stress that the development agenda beyond 2015 should build on the MDG framework, keeping the focus on poverty eradication and human development, while addressing emerging challenges of development taking into consideration individual national circumstances of developing countries. In this regard the critical issue of the mobilization of means of implementation in assisting developing countries needs to be an overarching goal. It is important to ensure that any discussion on the UN development agenda, including the “Post 2015 Development Agenda” is an inclusive and transparent inter-Governmental process under a UN-wide process which is universal and broad based.
40. We welcome the establishment of the Open Working Group on the Sustainable Development Goals (SDGs), in line with the Rio+20 Outcome Document which reaffirmed the Rio Principles of Sustainable Development as the basis for addressing new and emerging challenges. We are fully committed to a coordinated inter-governmental process for the elaboration of the UN development agenda.
41. We note the following meetings held in the implementation of the Delhi
Action Plan:
• Meeting of Ministers of Foreign Affairs on the margins of UNGA. • Meeting of National Security Advisors in New Delhi.
• Meetings of Finance Ministers, and Central Bank Governors in Washington DC and Tokyo.
• Meeting of Trade Ministers in Puerto Vallarta.
• Meetings of Health Ministers in New Delhi and Geneva.
42. We welcome the establishment of the BRICS Think Tanks Council and the BRICS Business Council and take note of the following meetings which were held in preparation for this Summit: • Fifth Academic Forum
• Fourth Business Forum • Third Financial Forum
43. We welcome the outcomes of the meeting of the BRICS Finance Ministers and Central Bank Governors and endorse the Joint Communique of the Third Meeting of the BRICS Trade Ministers held in preparation for the Summit. 44. We are committed to forging a stronger partnership for common development. To this end, we adopt the eThekwini Action Plan.
(5)
liv
45. We agree that the next summit cycles will, in principle, follow the sequence of Brazil, Russia, India, China and South Africa.
46. Brazil, Russia, India and China extend their warm appreciation to the Government and people of South Africa for hosting the Fifth BRICS Summit in Durban.
47. Russia, India, China and South Africa convey their appreciation to Brazil for its offer to host the first Summit of the second cycle of BRICS Summits, i.e. the Sixth BRICS Summit in 2014 and convey their full support thereto.
eThekwini Action Plan:
1. Meeting of BRICS Ministers of Foreign Affairs on the margins of UNGA. 2. Meeting of BRICS National Security Advisors.
3. Mid-term meeting of Sherpas and Sous-Sherpas.
4. Meetings of Finance Ministers and Central Bank Governors in the margins of G20 meetings, WB/IMF meetings, as well as stand-alone meetings, as required. 5. Meetings of BRICS Trade Ministers on the margins of multilateral events, or stand-alone meetings, as required.
6. Meeting of BRICS Ministers of Agriculture and Agrarian Development, preceded by a preparatory meeting of experts on agro-products and food security issues and the Meeting of Agriculture Expert Working Group.
7. Meeting of BRICS Health Ministers and preparatory meetings.
8. Meeting of BRICS Officials responsible for population on the margins of relevant multilateral events.
9. Meeting of BRICS Ministers of Science and Technology and meeting of BRICS Senior Officials on Science and Technology.
10. Meeting of BRICS Cooperatives.
11. Meetings of financial and fiscal authorities in the margins of WB/IMF meetings as well as stand-alone meetings, as required.
12. Meetings of the BRICS Contact Group on Economic and Trade Issues (CGETI).
13. Meeting of the BRICS Friendship Cities and Local Governments Cooperation Forum.
14. Meeting of the BRICS Urbanisation Forum.
15. Meeting of BRICS Competition Authorities in 2013 in New Delhi. 16. 5th Meeting of BRICS Heads of National Statistical Institutions.
17. Consultations amongst BRICS Permanent Missions and/or Embassies, as appropriate, in New York, Vienna, Rome, Paris, Washington, Nairobi and Geneva, where appropriate.
18. Consultative meeting of BRICS Senior Officials in the margins of relevant sustainable development, environment and climate related international fora, where appropriate.
(6)
lv New areas of cooperation to be explored - BRICS Public Diplomacy Forum. - BRICS Anti-Corruption Cooperation.
- BRICS State Owned Companies / State Owned Enterprises. - National Agencies Responsible for Drug Control.
- BRICS virtual secretariat. - BRICS Youth Policy Dialogue. - Tourism.
- Energy.
- Sports and Mega Sporting Event. Durban March 27, 2013