konsentrasi yang aman untuk manusia adalah 1.4 mgkg atau hampir 70 mghari. Kadar NOEL No Effect Level pada mencit
adalah 1400 mgkg Hunter, 2006. Penelitian pada tikus dengan pemberian dosis propolis yang
berbeda 1, 3, dan 6 mgkghari, pelarut yang berbeda air dan etanol, dan variasi lama pemberian 30, 90, dan 150 hari
didapatkan hasil tidak ada perbedaan yang bermakna dalam hal total lipid, trigliserid, kolesterol, kolesterol-HDL, AST, dan LDH.
Propolis juga tidak mempengaruhi berat badan tikus setelah pemberian Sforcin, 2007.
Selain itu penelitian pada tikus yang dilakukan Decastro 1995, tidak ada efek samping terlihat dalam pemberian oral dengan dosis
lebih tinggi dari 4000 mgkghari selama dua minggu dan dosis 1400 mgkghari dalam air minum selama 90 hari.
C. Etanol
Etanol merupakan salah satu dari kelompok campuran kimia organik dengan sebuah hidrogen H yang melekat pada karbon digantikan oleh
sebuah hidroksil OH, etanol, C
2
H
2
OH terbuat dari karbohidrat melalui fermentasi dan secara sintetis dari ethylene atau acetylene, yang telah
digunakan dalam minuman dan sebagai pelarut, vehikulum, dan pengawet Stedman, 2005
Menurut Das dan kawan-kawan 2008 setelah mengkonsumsi minuman beralkohol maka etanol dan hasil metabolitnya melewati ginjal dan
dieksresikan melalui urine, kadar etanol dan metabolitnya tersebut lebih tinggi pada darah maupun hati. Sehingga etanol secara terus menerus
dapat merubah struktur dan fungsi ginjal dalam mengatur volume cairan dan komposisi elektrolit dalam tubuh.
1. Efek Etanol Terhadap Tubuh Etanol dapat menyebabkan perubahan perbandingan NAD+NADH
dalam sel. Etanol di metabolisme enzim alkohol dehydrogenase menjadi asetaldehid yang kemudian diubah kembali oleh enzim
alkohol dehydrogenase menjadi asetat. Reaksi-reaksi tadi dapat membentuk molekul NADH yang meningkatkan kebutuhan oksigen
dan produksi ROS. Produksi asetaldehid juga dapat menyebabkan pembentukan radikal bebas dan kerusakan sel beserta strukturnya
seperti membran sel dan mitokondria sehingga sel menjadi rusak dan mengalami penurunan produksi ATP Wu dan Cedebaum, 2004
Radikal bebas adalah sekelompok bahan kimia baik berupa atom maupun molekul yang memiliki elektron tidak berpasangan pada
lapisan luarnya. Radikal bebas sangat reaktif, maka mempunyai spesifitas kimia yang rendah sehingga dapat bereaksi dengan berbagai
molekul lain seperti protein, lemak, karbohidrat dan Deoxi Nucleic Acid
DNA Droge, 2002. Radikal bebas terpenting dalam tubuh
adalah radikal derivat dari oksigen yang disebut kelompok oksigen reaktif reactive oxygen species atau ROS termasuk didalamnya
adalah triplet 3O2, tunggal singlet1O2, anion superoksida O2-, radikal hidroksil -OH, nitrit oksida NO-, peroksinitrit ONOO- ,
asam hipoklorus HOCl, hidrogen peroksida H2O2, radikal alkoksil LO- dan radikal peroksil LO-2. Radikal yang mengandung
hidrogen hasil penyerangan atom H H- dan bentuk lain adalah radikal mengandung sulfur yang diproduksi pada oksidasi glutation
menghasilkan radikal thiyl R-S Proctor, 1984; Araujo, 1998. Radikal bebas ini akan bereaksi dengan poly-unsaturated fatty acid’s
PUFAs atau asam lemak tidak jenuh ganda yang menyebabkan terbentuknya lemak peroksida. Ketidakseimbangan antara produksi
senyawa oksigen reaktif dengan kemampuan pertukaran antioksidan mengalami gangguan sehingga menggoyahkan rantai reduksi-oksidan
normal, hal ini mengakibatkan kerusakan oksidatif jaringan. Keadaan ini diduga sebagai salah faktor pendorong timbulnya beberapa
penyakit Wuryastuti, 2000. Pengaruh penggunaan etanol dapat berupa penigkatan eksresi urin
akibat penghambatan sekresi hormon anti diuretik pada kelenjar hipofisis posterior, pengaruh lainnya dapat terjadi inkontinesia urin
khususnya pada usia tua. Sedangkan pengguanaan etanol yang kronis dapat menimbulkan retensi air dan garam yang disebabkan oleh
adanya gangguan pada volume ekstraseluler, asidosis metabolik, gangguan
pengaturan elektrolit
seperti hipomagnesia,
hipophospatemia, hipokalsemia dan pada keadaan yang lebih buruk dapat terjadi gagal ginjal akut Barclay, 2008.
Salah satu penyebab nekrosis jejas sel adalah bahan kimia dan obat- obatan, seperti: obat-obatan terapeutik misalnya acetaminophen dan
agen non-terapeutik misalnya timah dan alkohol Stanley dan Robbins, 2007.
Nekrosis jejas ireversibel adalah perubahan morfologik yang mengikuti kematian sel pada jaringan atau organ hidup. Dua proses
penyebab perubahan morfologik dasar nekrosis adalah denaturasi protein dan digesti enzimatik organel dan sitosol. Sel yang mengalami
nekrotik berwarna eosinofolik, seperti kaca glassy, membran sel pecah-pecah. Perubahan inti sel nekrotik adalah kariopiknosis inti
kecil, padat, kariolisis inti pucat, larut dan karioreksis inti pecah menjadi beberapa gumpalan Robbins, 2007
Semua organisme aerobik pada derajat tertentu dilengkapi dengan sistem pertahanan yang mampu melindungi sel dari pengaruh
metabolit oksigen yang secara umum dikerjakan oleh beberapa kelompok enzim protektif seperti: superoksida dismutase SOD,
katalase, reduktase, glutation peroksidase serta antioksidan endogen antara lain adalah seruloplasmin, transferin, asam askorbat, asam urat,
sistein, α-tokoferol dan α-karoten. Semua sistem perbaikan ini mencegah akumulasi yang rusak akibat proses oksidatif Wuryastuti,
2000.
Secara histopatologis, etanol dapat menyebabkan hipertrofi dari sel epitel dan degenerasi sel tubulus-tubulus ginjal dengan penampakan
infiltrasi sel MN, dan pelebaran glomerulus namun perubahan histologi yang paling sering didapatkan setelah pemberian etanol
adalah pelebaran kapiler yang dipenuhi eritrosit baik pada bagian korteks maupun medulla Brozoska, 2003.
2. Absorpsi dan distribusi Etanol Setelah pemberian oral, etanol diabsorbsi dengan cepat dari lambung
dan usus halus ke dalam aliran darah dan terdistribusi ke dalam cairan tubuh total Fleming dan kawan-kawan., 2007. Tingkat absorbsi
paling tinggi pada saat lambung kosong. Adanya lemak di dalam lambung menurunkan tingkat absorbsi alkohol Chandrasoma dan
Taylor, 2005. Setelah minum alkohol dalam keadaan puasa, kadar puncak alkohol di dalam darah dicapai dalam waktu 30 menit.
Distribusinya berjalan cepat, dengan kadar obat dalam jaringan mendekati kadar di dalam darah. Volume distribusi dari etanol
mendekati volume cairan tubuh total 0,5-0,7 LKg Masters, 2002. Alkohol didistribusikan di dalam tubuh terutama dalam jaringan
adiposa, menyebabkan efek dilusi. Hal ini berkaitan dengan berat badan dan menerangkan mengapa orang dengan obesitas memiliki
kadar alkohol yang lebih rendah dari pada orang yang kurus untuk jumlah alkohol yang sama Chandrasoma dan Taylor, 2005.
Beberapa faktor yang mempengaruhi absorpsi etanol yaitu:
a. Kondisi lambung dalam keadaan kosong atau berisi Pada lambung keadaan kosong, absorpsi sempurna terjadi dalam
waktu 1 atau 2 jam, tetapi pada lambung keadaan berisi penuh makanan absorpsi terjadi sampai 6 jam. hal ini sangat penting
dalam pengaturan absorpsi etanol. b. Komposisi larutan etanol yang diminum
Bir lebih lambat diabsorpsi daripada anggur wine dan anggur lebih lambat daripada spritus. Hal ini karena minuman keras yang
mengandung karbon di absorpsi lebih cepat, karena senyawa karbon dioksida dapat mengambil alih isi lambung. Darmono,
2007 Volume distribusi dari etanol mendekati volume cairan tubuh total
0,5-0,71kg. Pada sistem saraf pusat, konsentrasi etanol meningkat dengan cepat. Otak mampu menampung sebagian besar
aliran darah dan etanol melewati membran biologi dengan cepat, sehingga etanol sangat mudah menembus jaringan otak dan
plasenta. Selain itu, distribusi etanol antara alveolar paru dengan darah sangat bergantung pada kecepatan difusi, tekanan gas dan
konsentrasi etanol dalam kapiler paru Darmono, 2007; Masters, 2007
III. METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian