66
kesalahannya dan kebajikannya tidak diharapkan menjadi seorang yang ideal bagi murid-muridnya, kecuali dalam hal penetrasi intelektual dan kejujuran
akademisnya. Konsekuensi logis dari metode modern adalah hubungan guru dan
murid sama sekali telah berubah. Penanaman ketakdziman kepada guru tidak terpikirkan lagi. Dengan kata lain, konsep tentang guru dan murid hampir
terlupakan sama sekali. Kalau pendidikan bertujuan melatih seluruh kepribadian anak, maka guru adalah tempat mendapatkan latihan itu. Rasa
takdzim murid terhadap guru tampaknya menjadi keharusan yang sifatnya memaksa karena tak adanya penanaman sikap dan kesadaran bagi semua
murid, dalam proses pendidikan. Ketaatan pada guru dan orang tua pada tingkat awal pendidikan perlu
ditanamkan untuk pembinaan sikap dalam menaati hukum pada dasarnya adalah masalah mengajarkan ketaatan terhadap norma. Hukum adalah salah
satu norma dalam kehidupan bermasyarakat dan guru serta orang tua adalah personifikasi dari norma, maka lambat laun dengan meningkatnya
kemampuan murid untuk berpikir abstrak, personifikasi norma tidak diperlukan lagi, dan pada saat itulah timbul kesadaran dalam diri anak didik
untuk taat pada norma, termasuk taat pada hukum. Lembaga yang mengembangkan kemampuan intelektual dan kepekaan
normatif secara simultan, sangat berbeda wataknya dengan lembaga pendidikan yang hanya mengembangkan intelektual semata. Kurikulumnya
akan berbeda, suasana sekolahpun akan berbeda. Perbedaan utama adalah bahwa lembaga seperti ini murid dibimbing untuk mengembangkan berbagai
kepekaan normatif. Produk dari pendidikan seperti ini adalah anak didik menjadi manusia-
manusia yang tawadu, manusia yang shaleh secara individual dan Sosial. Dia tidak akan melakukan sesuatua yang akhirnya akan merugikan orang secara
individual atau masyarakat. Sangatlah sukar membentuk kepribadian seperti ini kecuali sejak masa kanak-kanak telah ditanamkan kepercayaan ini secara
emosional dan intelektual.
67
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Telaah ini berusaha mengetengahkan penjelasan yang komprehensif tentang
pemikiranpendidikan Islam
Burhanuddin al-Zarnuji.
Dari pembelajaran ini penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa:
1. Dalam proses belajar mengajar Burhanuddin al-Zarnuji menjelaskan
bahwa; hubungan seorang guru dengan muridnya harus memiliki kepribadian yang baik, memelihara diri dari hal-hal yang syubhat, tidak
banyak tertawa dan berbicara dalam hal yang tidak ada faedahnya. Seorang guru kepada muridnya harus bersifat rendah hati tawadu dan
menjauhi sifat sombong yang arogan. Guru juga harus memiliki sifat lemah lembut dan kasih sayang dalam mendidik anak didiknya. Langkah
ini harus dilakukan guru agar anak tidak berpaling darinya. Seorang guru harus memiliki strategi dalam mengajar, yaitu mengarahkan anak kepada
yang benar dan mereka dicegah dari hal-hal yang menyalahinya. 2.
Mengingat pendidikan sebagai kerja yang memerlukan hubungan yang erat antara dua pribadi, yaitu guru dan murid, maka Burhanuddin al-
Zarnuji memandang pentingnya hubungan guru dan murid, mengingat keberhasilan pendidikan itu sangat ditentukan oleh hubungan tersebut.
Menurutnya, hubungan guru dan murid haruslah hubungan kasih sayang, dalam pengertian: kasih sayang dan lemah lembut dalam pergaulan serta
kasih sayang dan lembut dalam hubungannya dengan metode belajar. 3.
Dalam telaah pembahasan ini, penulis menekkankan dua aspek, yaitu keseimbangan
antara pendidikan
intelektual dan
moral yang
memungkinkan untuk diaplikasikan dalam konteks sekarang. Penekanan Burhanuddin al-Zarnuji terhadap pendidikan intelektual dan moral adalah
bisa menjadi jawaban terhadap krisis yang dialami dunia pendidikan
68
modern yang lebih menekankan aspek intelektual. Dengan penekanan pada dua aspek ini, berarti pendidikan bagi beliau bukan sebuah proses
yang akan menghasilkan spesialis, melainkan proses yang akan menghasilkan individu yang baik, yang akan menguasai berbagai bidang
studi secara integral dan koheran yang mencerminkan pandangan hidup Islam.
B. Saran
Setelah menyelesaikan karya tulis ini, maka penulis mencoba memberikan saran yang mudah-mudahan bersifat membangun bagi semua
pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan yang didasarkan pada hasil penelitian:
1. Pemerintah khususnya Departemen Agama sebaiknya berperan aktif
dalam meningkatkan mutu pendidikan dengan lebih menitik beratkan pada penanaman nilai-nilai moral tanpa mengurangi aspek intelektualitas.
2. Pendidik guru seharusnya menyadari dengan perkembangan zaman yang
semakin modern, hendaknya selalu menjaga profesionalitas dalam mengajar dengan tetap berpegangan pada nilai-nilai ke-Islaman.
3. Peserta didik seharusnya ditanamkan tentang nilai-nilai kemanusiaan yang
tidak bertentangan dengan nilai keagamaan. 4.
Perguruan tinggi hendaknya lebih memperhatikan mutu lulusnya, baik dalam aspek intelektualitas maupun moralitas hubungan guru dan murid
atau mahasiswa pada calon sarjananya khususnya fakultas Keguruan atauTarbiyah.
5. Para mahasiswa harus lebih giat lagi mencari formula yang tepat dalam
membantu memecahkan masalah-masalah pendidikan khususnya dalam masalah, pola hubungan guru dan murid dengan cara menggali kembali
pemikiran pendidikan dari tokoh-tokoh klasik maupun modern yang masihrelevan.
69
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, M, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2000 Azra, Azyumardi, Pendidikan Islam; Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium
Baru, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2000 Al-Din, Jamal Muhammad bin Mukarram Al-Anshari, Lisan Al-Arab Li Ibnu
Manzur, Mesir: Dar al-Misriyah, tth Al-Rasyidin, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis,
Jakarta: Ciputat Press, 2005 Artmanda, W, Frista, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Jombang: Lintas
Media, 2008 Abdullah, Abdurrahman Shaleh,
Educational Their: a Qu’anic Outlook, terjemahan, M. Arifin, Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan al-
Qur’an, Jakarta: RinekaCipta, 1994
Asy’ari, K.H. Hasyim, Adab al-Alimwa al-Muta’allim, Jombang: Maktabah al- Turas al-Islam, 1415 H
Alam, Maulana al-Hajar bin al- Mu’minin binti Allah al-Qasim bin Muhammad
Ali, Adab al-Ulama wa al- Muta’alim, Beirut: Dar al-Manahil, 1985
Al-Rahman, Abd, Abd al-Khaliq, Al-Fikr Al-Shufi Fi Dhau Al-Kitab Wa Al- Sunnah, Maktabah: Ibnu Taimiyah, Kuwait, 1986
Arikunto, Suharsimi, Manajemen Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 2007 Ahmad Barizi dan Imam Tholhah, Membuka Jendela dan Pendidikan Mengurai
Akar Tradisi dan Interaksi Keilmuan Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 2004
Affandi, Mochtar, The Methode of Muslim Learning as Illusterated in al- Zarnuji’s
Ta’lim al-Muta’allim, Tesis, Montreal: Institut of Islamic Studies Mc Gill University, 1990
Abdul Qadir, Muhammad, Ahmad, Ta’lim al-Muta’alim Thariq al-Ta’alum,
Beirut: Mathba ’ah al-Sa’adah, 1986
Al-Zarnuji, Burhanuddin, al-Risalah al- Ta’lim al-Muta’alim, Beirut: Dar Ihya al-
Kutub al-Arabiyyah, tth Assegaf, Abdurrahman, Pendidikan Islam di Indonesia, Yogyakarta: Suka Press,
2007