80
e. Putusan Hakim
Dalam perkara Nomor.797Pid.B2014PN.Rap Hakim memutuskan:
MENGADILI
1. Menyatakan Terdakwa Ermauli br.Tambunan Alias Lina
Tambunan Alias Mak Dewi tersebut telah terbukti secara sah dan menyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Dengan Sengaja
Melakukan Penganiayaan Terhadap Anak” sebagaimana dalam dakwaan tunggal;
2. Menjatuhkan pidana kepada terdakwa oleh karena itu dengan
pidana penjara selama 5lima bulan; 3.
Memerintahkan terdakwa untuk ditahan; 4.
Membebankan kepada Terdakwa membayar biaya perkara sejumlah Rp. 2.000,- dua ribu rupiah
2. Analisis Kasus
Mencermati posisi kasus dalam perkara ini menurut penulis dakwaan JPU sudahlah tepat dan sesuai. Dakwaan Tunggal yang diajukan oeleh JPU yaitu
Pasal 80 UU No.23 tahun 2002 sudahlah sesuai dengan perbuatan yang telah dilakukan terdakwa terhadap korban nya. Karena di dalam perkara ini terdakwa
Ernauli br.Tambunan hanya sekali saja melakukan tindak penganiayaan terhadap korban. Perbuatan yang dilakukan nya tersebut terjadi secara spontan atau tiba-
tiba karena mungkin ada rasa dendam atau marah terhadap korban. Dalam perkara ini terdakwa tidak ada unsur yang lebih memberatkan dakwaan yang
diberatkan kepadanya sepert unsur untuk merencanakan terlebih dahulu
Universitas Sumatera Utara
81
perbuatan yang dilakukan nya serta perbuatan itu hanya dilakukan sekali saja tanpa ada pengulangan nya lagi.
Penulis berpendapat bahwa tindak pidana penganiayaan yang dilakukan terdakwa terhadap korban Romauli br. Simamora merupakan jenis tindak pidana
penganiaayaan biasa yang dimana tertera di dalam Pasal 351 KUHP. Karena di dalam perkara ini korban tidak mengalami luka yg cukup parah atau berat.
Hanya saja akibat perbuatan si terdakwa tersebut mengakibatkan terganggunya aktivitas keseharian si korban dan absen dari sekolahnya.
Menurut Penulis di dalam dakwaan JPU juga harus mnyertakan Pasal 351 KUHP ini. Memang menurut penulis dakwaan tunggal JPU pasal 80 UU NO.23
tahun 2002 sudah sesuai dan tepat tetapi akan lebih baik lagi jika dakwaan JPU tersebut mencantumkan Pasal 351 KUHP ini agar kepastian hukum nya dapat
tercapai lebih pasti. Mungkin dakwaan JPU tersebut menurut penulis hanya mencantumkan pasal 80 UU NO.23 tahun 2002 karena tindak penganiayaan
yang dilakukan terdakwa korbannya merupakan anak. Tetapi di dalam pasal tersebut hanya mengatur bagaimana memberikan perlindungan terhadap anak
korban kekerasan dan bagaimana pertanggungjawaban si pelaku terhadap tindak pidana yang telah dilakukannya. Tidak ada di dalam Pasal tersebut mengatur
bagaimana jenis penganiayaan yang dilakukan. Hanya di dalam Pasal 80 tersebut mengatur hukuman bagi orang yang melakukan penganiayaan yang
mengakibatkan luka berat dan dan meyebabkan kematian. Sedangkan didalam perkara ini menurut penulis luka yang dialami korban
akibat dari perbuatan si terdakwa merupan luka yang masih dapat dikatakan
Universitas Sumatera Utara
82
biasa ataaupun ringan. Tidak bisa dikatakan sebagai luka berat ataupun parah. Oleh karena itu maka penulis berpendapat alangkah lebih baiknya Dakwaan JPU
tersebut juga mencantumkan Pasal 351 KUHP agar lebih mendapat kepastian hukumnya.
Putusan Hakim dalam memutuskan perkara ini menurut Penulis sudah cukuplah tepat dan sesuai dengan Tindak penganiayaan yang telah dilakukan
oleh terdakwa. Penulis mengatakan sudah tepat karena perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa tersebut hanyalah tindak penganiayaan biasa yang tidak
mengakibatkan si korban mengalami luka parah ataupun cacat fisik. Si korban hanya saja mengalami luka di bagian punggung dan dada yang mengakibatkan si
korban tersebut merasa sakit dan demam. Penganiayaan yang dilakukan terdakwa tersebut hanya menggangu aktivitas si korban untuk beberapa hari saja
karena mengalami demam serta si korban tidak bisa bersekolah. Hukuman 5 bulan penjara yang dijatuhkan hakim terhadap terdakwa
sudahlah cukup untuk mempertanggunggjawabkan perbuatan yang telah dilakukan terdakwa. Menurut penulis hukuman tersebut sudahlah bisa untuk
mencapai tujuan dari pemidanaan untuk membuat si terdakwa jera dan tidaak maau lagi untuk mengulangi perbuatan nya. Penulis berpendapat demikian
karena di dalam Pasal 80 UU No.23 tahun 2002 hukuman pidana penjara itu paling lama 3 Tiga tahun 2 dua bulan. Disini penganiayaan yang dilakukan
tersebut merupakan penganiayaan biasa yang tidak dapat dikategorikan sebagai penganiayaan berat. Hukuman 5 bulan penjara tersebut sudahlah sesuai dengan
perbuatannya dan putusan tersebut sudah proporsional dan mencapai keadilan.
Universitas Sumatera Utara
83
Selain daripada itu mungkin hakim juga mempertimbangkan hal-hal yang lain dalam menjatuhkan hukuman 5 bulan penjara kepada terdakwa. Menurut
penulis hakim menjatuhkan putusan tersebut karena hakim juga mempertimbangkan kondis dari si terdakwa yang dimana si terdakwa juga
merupakan seorang ibu dan juga memiliki seorang anak yang bernama Dewi. Apabila hukuman penjara yang diberikan lebih lamaa lagi mungkin dapat
menimbulkan masalah-masalah lain seperti penelantaran anak si terdakwa. Hal itu mungkin terjadi karena anaak si terdakwa tersebut masih dikategorikan usia
anak dan belum dapat hidup mandiri. Yang didalam kehidupan kesehariannya masih membutuhkan seorang ibu untuk mengurus nya.
Demikianlah Analisis kasus penulis terhadap Putusan
Nomor.797Pid.b2014PN.Rap
Universitas Sumatera Utara
84
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari rumusan masalah, dan pembahasan yang telah diuraikan di atas, maka Penulis dapat menarikkesimpulan sebagai berikut:
1. Pertanggungjawaban Tindak Pidana Penganiayaan yang dilakukan
terhadap Anak dapat kita lihat pengaturan nya di dalam berbagai Undang- undang. Tetapi secara lebih spesifik, penganiayaan yang dilakukan
terhadap anak pengaturan pertanggungjawaban pidana nya dapat kita lihat di pasal 80 UU Nomor.23 tahun 2002 tentang perlindungan anak yaitu :
1. Setiap orang yang melakukan kekejaman, kekerasan atau ancaman kekerasan, atau penganiayaan terhadap anak, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 3 tiga tahun 6 enam bulan danatau denda paling banyak Rp 72.000.000,00 tujuh puluh dua juta rupiah.
2. Dalam hal anak sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 luka berat, maka pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 lima tahun
danatau denda paling banyak Rp 100.000.000,00 seratus juta rupiah. 3. Dalam hal anak sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 mati, maka pelaku
dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 sepuluh tahun danatau denda paling banyak Rp 200.000.000,00 dua ratus juta
rupiah.
Universitas Sumatera Utara