6 bunyi nafas normal adalah bronchial, bronkovesikuler dan vesikuler. Sedangkan
bunyi nafas abnormal yaitu wheezing, ronchi, pleural friction rub dan crakles Soemantri, 2008.
2. Analisa Data
Data dasar adalah kumpulan data yang berisi mengenai status kesehatan klien, kemampuan klien untuk mengelola kesehatan terhadap dirinya sendiri, dan
hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya. Data fokus adalah data tentang perubahan-perubahan atau respon klien terhadap kesehatan dan masalah
kesehatannya serta hal-hal yang mencakup tindakan yang dilaksanakan terhadap klien. Selama pengkajian, data di kumpulan dari berbagai sumber, divalidasi dan
diurut ke dalam kelompok yang membentuk pola. Data dasar secara kontinu direvisi sejalan dengan perubahan dalam fisik status dan emosi klien. Hal ini juga
mencakup hasil laboratorium dan diagnostic. Selama langkah ini, perawat menggunakan pengetahuan dan pengalaman, menganalis dan menginterpretasi
dan menarik konklusi tentang kelompok dan pola data Potter Perry, 2006. Pada pasien dengan gengguan pernafasan sering ditemui data subjektif dan
objektif. Datab subjektif meliputi lemah, sesak, nyeri dada, demam, ansietas, berat badan menurun. Sedangkan data objektif meliputio gelisah, dispnea, trauma, suara
nafas tidak normal, perubahan frekuensi dan kedalaman pernafasan, perubahan irama pernafasan dan atelektasis.
3. Rumusan Masalah
Sebelum merumuskan diagnosa keperawatan, perawat mengidentifikasi masalah perawatan kesehatan umum klien. Namun, sebelum memberikan
perawatan masalah harus ditetapkan secara lebih spesifik. Untuk mengidentifikasi kebutuhan klien, perawat harus lebih dulu menentukan apa masalah kesehatan
klien dan apakah masalah tersebut potensial atau actual Potter Perry, 2006. Adapun masalah yang sering muncul pada gangguan oksigenasi ialah:
a. Ketidakefektifan pola nafas.
b. Ketidakefektifan jalan nafas.
c. Kerusakan pertukaran gas.
Universitas Sumatera Utara
7 d.
Penurunan curah jantung. e.
Intoleransi aktivitas. f.
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubah.
4. Perencanaan
Rencana asuhan keperawatan merupakan mata rantai antara penetapan kebutuhan klien dan pelaksanaan keperawatan. Dengan demikian rencana asuhan
keperawatan adalah petunjuk tertulis yang menggambarkan secara tepat mengenai rencana tindakan yang dilakukan terhadap klien sesuai dengan kebutuhannya
berdasarkan diagnosa keperawatan. Rencana asuhan keperawatan disusun dengan melibatkan klien secara
optimal agar dalam proses pencapain tujuan keperawatan dalam memenuhi kebutuhan klien.
Adapun rencana keperawatan yang kemungkinan muncul pada gangguan oksigenasi adalah:
1 Ketidakefektifan pola nafas
a. Batasan karakteristik
Yang menjadi batasan karakteristik dari ketidakefektifan pola nafas adalah perubahan frekuensi pernafasan atau pola pernafasan dari biasanya,
perubahan nadi frekuensi, irama dan kualitas, ortopneu, irama pernafasan tidak teratur dan pernafasan yang berat.
b. Faktor yang berhubungan
Faktor yang berhubungan dengan ketidakefektifan pola nafas adalah ansietas, posisi tubuh, deformitas tulang, deformitas dinding dada,
keletihan, hiperventilasi,
sindrom hiperventilasi,
gangguan musculoskeletal, kerusakan neurologis, obesitas, nyeri, keletihan otot
pernafasan, penurunan ekspansi paru dan proses inflamasi.
Universitas Sumatera Utara
8 Menurut Wilkinson intervensi dan rasional dari masalah diatas adalah
sebagai berikut: 1.
Intervensi a.
Kaji frekuensi kedalaman pernafasan dan ekspansi dada. Catat upaya pernafasan termasuk penggunaan otot bantu nafas.
b. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas adventisius,
seperti krekels, mengi, gesekan pleural. c.
Tingginya kepala dan bantu mengubah posisi dan ambulasi segera mungkin.
d. Dorong bantu pasien dalam nafas dalam dan latihan batuk.
e. Ajarkan kepada keluarga cara penggunaan obat yang benar.
2. Rasional
a. Kecepatan biasanya meningkat, dispnea dan terjadi peningkatan kerja
nafas. Kedalaman pernafasan bervariasi tergantung derajat gagal nafas. Ekspansi dada terbatas yang berhubungan dengan atelektasis dan atau
nyeri dada. b.
Bunyi nafas menuruntidak ada bila jalan nafas obstruksi sekunder terhadap pendarahan, bekuan atau kolaps jalan nafas kecil atelektasis.
Ronki dan mengi menyertai obstruksi jalan nafaskegagalan pernafasan.
c. Duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan
pernafasan. Pengubahan posisi dan ambulasi meningkatkan pengisian udara segmen paru berbeda sehingga memperbaiki difusi gas.
d. Meningkatkan
ventilasi maksimal
dan oksigenasi
dan menurunkanmencegah atelektasis.
2 Intoleransi aktivitas
a. Definisi
Ketidakcukupan energi psikologis atau fisiologis untuk melanjutkan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari yang harus atau ingin
dilakukan.
Universitas Sumatera Utara
9 b.
Batasan karakteristik Perubahan respon fisiologis terhadap aktivitas, misalnya pada sistem
pernafasan yaitu dispnea, nafas pendek, frekuensi nafas meningkat dan penurunan frekuensi. Pada nadi yaitu denyut nadi melemah, menurun,
peningkatan berlebihan, dan perubahan irama. Pada tekanan darah yaitu gagal meningkat dengan aktivitas, diastolic meningkat 15mmhg. Yang
mungkin terdapat yaitu kelemahan, kelelahan, pucat atau sianosis, kacau, mental dan vertigo.
c. Faktor yang berhubungan
Faktor yang berhubungan dengan intoleransi aktivitasnya diantaranya tirah baring atau imobilisasi, kelemahan umum, ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen, atelektasis, anemia, malnutrisi dan diet tidak kuat.
d. Kriteria hasil
Adapun kriteria dari intoleransi aktivitas hasil adalah berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan frekuensi
pernafasan mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri, tanda- tandaviatl normal serta status respirasi, pertukaran gas dan ventilasi
adekuat.
Menurut Potter Perry 2006 invertasi dan rasional dari masalah diatas adalah sebagai berikut:
1. Intervensi
a. Kaji kemampuan klien untuk melakukan aktivitas normal, catat
laporan kelelahan, keletihan dan kesulitan menyelesaikan tugas. b.
Kaji kehilangan atau gangguan keseimbangan gaya jalan dan kelemahan otot.
c. Awasi tekanan darah, nadi, pernafasan selama dan sesudah aktivitas.
Catat respon terhadap tingkat aktivitas misalnya, peningkatan denyut jantungTD, disritmia, pusing, dispneu dan takipneu.
Universitas Sumatera Utara
10 d.
Ubah pusing klien dengan perlahan dan pantau terhadap pusing. e.
Ajarkan keluarga untuk menggunakan teknik penghematan energi, misalnya mandi dengan duduk dan duduk untuk melakukan aktivitas.
f. Anjurkan klien untuk menghentikan aktivitas bila palpitasi, nyeri dada,
nafas pendek, kelemahan atau pusing terjadi.
2. Rasional
a. Memperngaruhi pilihan intervensibantuan.
b. Menunjukkan perubahan neurology karena defisiensi vitamin B12
memperngaruhi keamanan klienresiko cedera. c.
Manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumah oksigen adekuat ke jaringan.
d. Hipotensi postural atau hipoksia serebral dapat menyebabkan pusing,
berdenyut dan peningkatan resiko cidera. e.
Mendorong klien melakukan banyak dengan membatasi penyimpangan energi dan mencegah kelemahan.
f. Reganganstress kardiopulmonal berlebihan dapat menimbulkan
dekompensasi atau kegagalan.
Universitas Sumatera Utara
11
B. Asuhan Keperawatan Kasus 1. Pengkajian