commit to user
38 Di samping itu, perlu dibedakan antara pengertian-pengertian
keadilan hukum legal justice, justice according to law, rule of law, legalitas, dan due process. Due process berarti bahwa suatu aturan
hukum secara substantif maupun secara procedural mengandung unsur fairness. Sementara, dengan rule of law berarti adanya keadilan jika
suatu perbuatan dilakukan sesuai hukum positif yang berlaku, tetapi hukum positif itu sendiri secara prosedural maupun substantif juga
mengandung unsur-unsur due process. Selanjutnya, dengan pengertian legalitas berarti semata-mata mengikuti hukum positif yang berlaku
secara sah, terlepas substansi hukum positif tersebut mengandung unsur- unsur keadilan ataupun tidak. Kemudian, seperti telah disebutkan bahwa
dengan keadilan hukum berarti keadilan yang telah dirumuskan dalam hukum dalam bentuk hak dan kewajiban, di mana pelanggaran terhadap
keadilan ini akan ditegakkan lewat proses hukum, umumnya oleh pengadilan.
Jadi, keadilan menurut hukum adalah keadilan yang dilaksanakan mengikuti aturan hukum yang berlaku dan sesuai dengan prosedur
hukum yang berlaku pula. Keadilan menurut hukum dapat dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu:
1 Keadilan di pengadilan judicial justice; 2 Keadilan di parlemen legislative justice;
3 Keadialn administratif administrative justice.
B. Kerangka Pemikiran
Perjanjian Bagi Hasil Tanah Pertanian adalah suatu bentuk perjanjian yang dilakukan oleh pemilik tanah pertanian dengan penggarap
tanah pertanian. Perjanjian ini terjadi karena pemilik tanah pertanian tidak bisa mengelola tanah pertaniannya karena suatu hal tertentu, tetapi ia tetap
ingin mendapatkan hasil dari tanah pertanian tersebut. Maka, ia
commit to user
39 mengadakan perjanjian dengan seseorang sebagai penggarap tanah yang
akan mengelola dan menggarap tanah pertanian miliknya. Kedua belah pihak atau subyek dari perjanjian bagi hasil ini yaitu,
pemilik tanah dan penggarap tanah disini memiliki hak dan kewajiban masing–masing dalam hal keseimbangan mengenai pengelolaan tanah
pertanian tersebut yang menjadi obyek dari perjanjian bagi hasil ini. Di Indonesia perjanjian bagi hasil ini diatur dalam Undang – undang Nomor 2
Tahun 1960 tentang Perjanjian Bagi Hasil Tanah Pertanian dengan peraturan–peraturan pelaksanaannya.
Namun, realita yang terjadi di masyarakat luas, masih sering kita jumpai pengelolaan tanah pertanian ini yang dilakukan menurut
AdatKebiasaan masyarakat setempat. Sehingga para pihak yang melaksanakan perjanjian ini menentukan sendiri mengenai mekanisme
pelaksanaan yang terkait dengan pengelolaan tanah pertanian yang akan dijadikan obyek perjanjian tersebut.
Di Indonesia sekarang ini, masih banyak ditemukan ketidakadilan dalam mekanisme pelaksanaan mengenai perjanjian bagi hasil tanah
pertanian ini. Baik pada pemilik tanah maupun pihak penggarap tanah tersebut. Yang masih perlu dipelajari agar dapat ditemukan jalan agar
tercapainya aspek keadilan dalam perjanjian bagi hasil tanah pertanian di Desa Sedah Kecamatan Jenangan Kabupaten Ponorogo.
Penulis ingin melakukan penelitian mengenai aspek keadilan dalam perjanjian bagi hasil tanah pertanian di Desa Sedah Kecamatan
Jenangan Kabupaten Ponorogo mengenai keseimbangan antara hak dan kewajiban pemilik tanah dan penggarap di Desa Sedah Kecamatan
Jenangan Kabupaten Ponorogo. Apakah perjanjian bagi hasil tanah pertanian disana telah sesuai dengan peraturan perundang–undangan yang
ada dan apakah perjanjian bagi hasil disana sudah memenuhi unsur keadilan. Jika unsur–unsur keadilan belum terpenuhi, maka mekanisme
perjanjian bagi hasil tanah pertanian ini perlu dilakukan pembenahan ataupun perbaikan.
commit to user
40
KERANGKA PEMIKIRAN
Gambar : Kerangka Pemikiran Perjanjian Bagi Hasil Tanah
Pertanian Pemilik Tanah
Pertanian Penggarap Tanah
Pertanian Hak dan
Kewajiban Undang –
undang Nomor 2 Tahun 1960
tentang Perjanjian Bagi
Hasil Pertanian Kebiasaan
Masyarakat Setempat
Hukum Adat
Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil Tanah Pertanian di Desa Sedah Kecamatan Jenangan
Kabupaten Ponorogo Aspek Keadilan
commit to user
41
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian Berdasarkan Letak Geogafis dan
Pembagian Wilayah di Desa Sedah Kecamatan Jenangan Kabupaten Ponorogo.
Sebelum diuraikan mengenai pelaksanaan bagi hasil tanah pertanian di Desa Sedah, Kecamatan Jenangan, Kabupaten Ponorogo, ada
baiknya lebih dahulu penulis kemukakan mengenai keadaan wilayah di Desa Sedah, Kecamatan Jenangan, Kabupaten Ponorogo yang diambil
sebagai sampel dalam penelitian ini. Gambaran Umum Wilayah Penelitian.
Desa Sedah, Kecamatan Jenangan, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. Adalah salah satu desa di Kecamatan Jenangan dari 15 lima belas Desa
di Kecamatan Jenangan. Desa Sedah dibagi menjadi 4 empat Dusun Dukuh, yaitu :
a. Dukuh Sidorejo. b. Dukuh Krajan.
c. Dukuh Gundi. d. Dukuh Jasem.
Secara administratif Desa Sedah berbatasan dengan : 1 Sebelah Utara berbatasan dengan Kotamadya Madiun.
2 Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Pintu . 3 Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Semanding.
4 Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Ngrupit. Desa Sedah memiliki sifat iklim tropis dengan musim hujan dan musim
kemarau siliih berganti sepanjang tahun, letak ketinggian diukur dari permukaan air laut adalah rata-rata 120 Meter dengan curah hujan 1,930
m tahun dan berhari hujan sebanyak 104 tahun.