commit to user
19
10 Tindak pidana terhadap perasaan kepatutan 11 Tindak pidana terhadap ketertiban umum
12 Tindak pidana membahayakan keamanan umum bagi orang atau barang 13 Tindak pidana pemalsuan uang
14 Tindak pidana pemalsuan merk dan meterai 15 Tindak pidana pemalsuan surat
16 Tindak pidana terhadap pelayaran 17 Tindak pidana terhadap penerbangan dan sarana penerbangan
18 Tindak pidana terhadap pribadi 19 Tindak pidana terhadap kemerdekaan pribadi seseorang
20 Tindak pidana terhadap kehormatan seseorang 21 Tindak pidana terhadap hak seseorang secara khusus terhadap harta
benda
b. Pengertian Tindak Pidana Kealpaan
Kata culpa mempunyai arti yang seluas-luasnya yaitu meliputi kesalahan pada umumnya, culpa dalam arti sempit yaitu merupakan bentuk kesalahan
yang berupa kealpaan atau sembrono atau teledor, syarat utama dapat dipidananya orang harus ada kesalahan, kesalahan yang dimaksud adanya sifat
melawan hukum, kemampuan bertanggung jawab, serta hubungan batin antara si pelaku dengan perbuatannya dapat berbentuk kesengajaan dan kealpaan yang
merupakan yang merupakan bentuk kesalahan. Hubungan batin atau sikap yang berupa kesengajaan itu ada apabila si
pelaku mengetahui atau membayangkan akibat perbuatannya yang dilarang disamping itu ada sikap batin yang berupa kealpaan, suatu akibat yang timbul
karena seseorang berbuat dan berkurang hati-hati atau sembrono dapat dikatakan kurang menduga-duga atau berbuat dalam keadaan alpa.
commit to user
20
Dalam undang-undang tidak dijelas apa yang dimaksud dengan kealpaan kesalahan atau kealpaan menurut ilmu pengetahuan mempunyai 2 dua syarat
sebagai berikut : 1 Perbuatan yang dilakukan merupakan perbuatan kurang hati-hati atau
kurang waspada. 2 Pelaku harus dapat membayangkan timbulnya akibat karena perbuatan
yang dilakukannya dengan kurang hati-hati itu. Penentuan kesalahan ditentukan bahwa meskipun pelaku dapat membayangkan akibat yang
mungkin terjadi karena perbuatan itu, akan tetapi ia tidak melakukan tindakan- tindakan untuk mencegah timbulnya akibat.
Dalam KUHP buku II Pasal-Pasal yang memuat tentang unsur-unsur kealpaan yaitu antara lain :
1 Pasal 359 KUHP, memuat tentang kealpaan yang menyebabkan matinya orang lain.
2 Pasal 360 KUHP, memuat tentang kealpaan yang menyebabkan luka- luka.
Alasan pembuat undang-undang mengancam pidana yaitu suatu perbuatan yang mengandung unsur kesengajaan, diketemukan suatu keterangan mengenai
kealpaan yaitu : “Adanya keadaan yang sedemikian membahayakan keamanan orang
atau barang atau mendatangkan kerugian terhadap seorang yang sedemikian besarnya dan tidak dapat diperbaiki lagi, sehingga undang-
undang bertindak terhadap kekurang penghati-hati atau sikap sembrono atau teledor yang menyebabkan keadaan tadi “.
1 Unsur Kealpaan Dalam pasal 359 KUHP merumuskan sebagai berikut : “Barang
siapa karena salahnya menyebabkan matinya orang dihukum penjara selama-selamanya lima tahun atau kurungan selama-selama satu tahun”.
commit to user
21
Adapun unsur Pasal tersebut adalah sebagai berikut : a Unsur subyektif
: a. Barang siapa. b. Karena salahnya.
b Unsur obyektif : Menyebabkan matinya orang.
c Ancaman hukum : a. Maksimal lima tahun penjara.
b. Maksimal satu tahun kurungan. Dalam Pasal 360 1 KUHP merumuskan sebagai berikut :
“Barang siapa karena kesalahannya menyebabkan orang lain luka berat dihukum dengan hukuman kurungan selama-lamanya satu tahun“.
Adapun unsur-unsur Pasal 360 tersebut adalah sebagai berikut : a Unsur subyektif
: a. Barang siapa. b. Karena salahnya.
b Unsur : Menyebabkan orang luka berat.
c Ancaman hukuma : a. Maksimal lima tahun penjara;
b. Maksimal satu tahun kurungan. Dalam Pasal 360 2 KUHP merumuskan sebagai berikut :
“Barang siapa karena kesalahannya menyebabkan orang lain luka sedemikian rupa sehingga orang itu menjadi sakit sementara atau tidak
dapat menjalankan jabatannya atau pekerjaanya sementara, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 9 bulan Sembilan bulan atau
kurungan selama lamanya 6 bulan enam bulan atau denda setinggi tingginya tiga ratus rupiah “.
Pasal tersebut mengandung unsur-unsur sebagai berikut : a Unsur sobyektif
: a. Barang siapa. b. Karena salahnya.
b Unsur obyektif : a. Menyebabkan orang lain luka hingga
commit to user
22
sakit sementara dan tidak dapat menjalankan
jabatannya atau
pekerjaannya. c Ancaman hukuman : a. Maksimal Sembilan bulan penjara;
b. Maksimal enam kurungan. Terhadap masalah kealpaan dalam KUHP tidak diberikan
penjelasan mengenai pengertian akan tetapi banyak ahli hukum pidana yang membahasnya, ada yang mengatakan bahwa persoalan sekitar
culpa ini antara lain mengenai dasar dan dipandang perlu dipidananya kealpaan yang tidak di sadari, Van Homel mengatakan bahwa kealpaan
mengandung dua syarat yaitu: a Tidak mengadakan penduga-duga sebagaimana diharuskan oleh
hukum, mengenai tidak mengadakan penduga-duga ada dua kemungkinan yaitu :
1 Pelaku berpikir bahwa akibat tidak akan terjadi karena perbuatannya, pada hal pandangan itu mungkin tidak benar.
Misal : Seorang pengemudi bus berjalan dengan kecepatan tinggi bermaksud mendahului sepeda motor yang
berjalan didepannya, sedangkan dari arah yang berlawanan ada sebuah mobil kijang yang berjalan dengan kecepatan tinggi pula,
menurut pengemudi bus tadi, masih ada jarak cukup untuk mendahului sepeda motor yang berjalan didepannya, akan tetapi
mobil kijang yang datang dari arah berlawanan juga berjalan dengan kecepatan tinggi pula, disini pengemudi bus tadi karena
keyakinannya tidak akan terjadi sesuatu, maka ia memberanikan diri untuk mendahului sepeda motor tersebut, ternyata
perhitungan pengemudi bus tadi tidak benar sehingga terjadi
commit to user
23
tabrakan dengan mobil kijang yang berjalan dari arah berlawanan.
Mengenai kemungkinan akan terjadi tabrakan sebenarnya telah diketahui oleh pengemudi kendaraan bus, tetapi karena
keyakinannya bahwa tidak akan terjadi sesuatu maka perbuatannya melanggar sepeda motor itu ia lakukan, seharusnya
pengemudi bus sadar bahwa perbuatannya dapat mengakibatkan kecelakaan lalu lintas, karena ia tahu sewaktu akan mendahului
sepeda motor ada mobil kijang yang datang dari arah berlawanan yang berjalan dengan kecepatan tinggi, keadaan demikian ini
dikatakan bahwa dalam diri si pelaku terdapat kealpaan yang disadari bewuste culpa.
2 Bahwa pelaku sama sekali tidak mempunyai pikiran bahwa akibat yang dilarang mungkin timbul karena perbuatannya
Misal : Seorang pengemudi mobil yang belum bisa mengemudikan mobilnya dan belum memiliki SIM Surat Izin
Mengemudi yang sesuai dengan mobil yang dikemudikannya, tiba-tiba ada seorang perempuan tua yang sedang berjalan
didepannya menyeberang jalan dari arah sebelah kiri ke kanan jalan, kemudian ia terkejut dan bingung akhirnya menabrak
pejalan kaki tersebut. Kejadian tersebut sebelumnya tidak terlintas sama sekali
dalam pikirannya yaitu kemungkinan akan menabrak pejalan kaki tesebut, padahal seharusnya kemungkinan ia mengetahui,
sehingga ia harus mengemudikan mobil dengan orang yang sudah pandai dan memiliki Surat Izin Mengemudi SIM yang
sesuai dengan mobil yang dikemudikannya, dalam hal ini merupakan kealpaan yang tidak disadari Onbewuste culpa.
commit to user
24
Dalam kemungkinan yang pertama, kekeliruannya terletak pada salah satu pikiran atau salah satu pandangan yang seharusnya
disingkiri, sedangkan dalam kemungkinan yang kedua kekeliruannya terletak pada tidak mempunyai pikiran sama
sekali bahwa akibat mungkin akan timbul sewaktu-waktu dimana menjumpai situasi yang sangat berbahaya.
b Tidak mengadakan penghati-hatian sebagaimana diharuskan oleh hukum, untuk menentukan apakah seseorang berbuat tidak
mengadakan penghati-hatian, sebagaimana ditentukan oleh hukum, maka pertama harus menggunakan kriteria yang telah ditemukan
yaitu : 1 Menentukan bahwa seseorang apakah telah berbuat denga hati-
hati atau tidak hati-hati harus dilihat, apakah setiap orang yang tergolong pelaku dalam hal yang sama telah berbuat yang sama
pula, atau akan berbuat lain. 2 Dengan menggunakan ukuran lain yaitu apakah orang-orang
golongan pelaku dalam hal ini yang sama apakah akan berbuat yang lain atau tidak. Setelah melihat kasus diatas dengan
menggunakan ukuran norma penghati-hatian atau penduga-duga, maka perlu juga diperhatikan segala keadaan dari keadaan
pribadi si pelaku dan keadaan lain yang mempengaruhi kasus tersebut, jadi segala keadaan yang dapat dipengaruhi si pelaku
harus diteliti dengan seksama. Maksud dari pembentuk undang-undang hukum pidana
ini, bukanlah memberikan nestapa atau pidana pada perbuatan itu, melainkan memberikan pengajaran agar supaya hati-hati dan
tidak mengulangi perbuatannya lagi.
commit to user
25
2 Bentuk Kealpaan
Suatu pengertian apabila tidak disertai dengan segala sesuatu masalah yang melatar belakangi maka dapat membuat ketidak jelasan
pengertian itu sendiri. Lebih-lebih masalah kealpaan dalam perumusan Pasal 359 KUHP dan Pasal 360 KUHP yang banyak mengandung
pemikiran dan
perhatian tersendiri
dalam usahanya
untuk memecahkannya, dengan demikian nantinya akan dapat diketahui
dengan jelas tinjauan yuridis, teoritis dan segi praktisnya serta dengan suatu harapan dapat kiranya mengurangi dan mengatasi suatu persoalan
yang kini semakin bertambah besar dan sulit seperti dalam kenyataan sekarang ini.
Pada uraian berikut ini adalah mengenai bentuk kealpaan yaitu meliputi sebagai berikut :
a Kealpaan yang disadari bewoste schuld Yaitu apabila pelaku didalam melakukan perbuatan dapat
menyadari, dapat membayangkan atau dapat menduga tentang apa yang dilakukan beserta akibatnya yang terjadi kecelakaan akan
tetapi meskipun demikian ia percaya berharap serta berusaha untuk mencegah timbulnya suatu akibat itu, namun akibat itu terjadi juga.
b Kealpaan yang tidak disadari onbewuste schuld Yaitu apabila pelaku melakukan perbuatan disadari atau tidak
disadari diperhitungkan adanya kemungkinan akan timbul suatu akibat yang dilarang dan diancam dengan undang-undang, padahal
commit to user
26
seharusnya ia memperhitungkan sebelumnya akan timbul suatu akibat, seharusnya pelaku dapat membayangkannya.
Keduanya dapat digambarkan sebagai seorang pembuat delik yang telah membayangkan akibat yang dilarang dan ia telah berusaha
menghalangi akibat yang terjadi, akan tetapi walaupun demikian akibatnya telah timbul juga, pada kealpaan yang tidak disadari,
terhadap si pembuat dalam berbuat tidak membayangkan akibat yang timbul, padahal seharusnya ia membayangkannya.
Agar dapat mengetahui dan menentukan bahwa seseorang telah berbuat alpa sangatlah sulit, sebab tidaklah mungkin diketahui
bagaimana sikap batin seseorang yang sesungguhnya, maka haruslah ditetapkan dari luar bagaimana seharusnya ia berbuat dengan
mengambil ukuran sikap batin orang pada umumnya apabila ada dalam situasi yang sama dengan si pembuat, yang dimaksud orang
pada umumnya ini berarti bahwa tidak boleh orang yang paling cermat dan paling hati-hati, untuk adanya pemidanaan maka
diperlukan adanya kekurang penghati-hatian yang cukup besar, jadi harus ada kelpaan yang sangat berat bukannya kealpaan ringan.
Kealpaan seeorang dapat ditentukan dengan melihat peristiwa-peristiwa yang terjadi yang harus memegang ukuran
adanya kealpaan adalah hakim, jadi hakimlah yang harus menilai sesuatu perbuatan dengan ukuran norma penghati-hatian atau
penduga-duga, seraya memperhitungkan didalamnya segala keadaan dan keadaan pribadi pembuat untuk menentukan kekurang penghati-
hatian dari si pembuat dapat digunakan ukuran apakah ada kewajiban ini dapat diambil dari ketentuan perundang-undangan dengan jalan
memperhatikan segala keadaan dan apakah yang seharusnya
commit to user
27
dilakukan olehnya, kalau ia tidak melakukan apa yang seharusnya ia lakukan maka hal itu menjadi dasar untuk dapat mengatakan bahwa
ia telah berbuat alpa. Undang-Undang telah mewajibkan seseorang untuk berbuat
sesuatu atau tidak berbuat sesuatu, misalnya dalam peraturan lalu lintas ada ketentuan bahwa dipersimpangan jalan apabila bersamaan,
maka kesadaraan yang ada sebelah kiri harus didahulukan, dan seseorang pengendara dalam hal ini berbuat lain dari apa yang telah
ditetapakan dalam Undang-Undang maka jika perbuatannya mengakibatkan tabrakan dan menimbulkan luka berat dan matinya
orang lain maka ia dapat dikatakan karena kealpaannya menyebabkan matinya orang lain dan luka berat Pasal 359 dan 360 KUHP.
c. Pengertian Tindak Pidana Kealpaan yang Menyebabkan Matinya Orang