Menurut Barasi 2007, berdasarkan penyebab peningkatan pengeluaran energi mungkin meliputi
1. Kerja fisik yang berat.
2. Peningkatan kebutuhan untuk pertumbuhan.
3. Demaminfeksirespons pascatrauma.
Kejadian kekurangan konsumsi energi yang kronis dapat menyebabkan malnutrisi. Malnutrisi sebagai salah satu dampak dari kemiskinan akan berakibat
gangguan fungsi kognitif seperti kemampuan individu dalam menjalani kehidupan yang produktif Onis, Brown, Blossner, dan Borghi, 2012.
Telah lama diketahui bahwa malnutrisi dikaitkan dengan kematian pada anak-anak. Peningkatan resiko kematian berbanding terbalik dengan berat-untuk-
usia, ada peningkatan resiko pada gizi kurang ringan sampai sedang bukan pada gizi kurang yang berat. Karena populasi gizi kurang ringan sampai sedang lebih
besar dibanding populasi gizi kurang berat. Beberapa penyebab kematian karena malnutrisi diakibatkan diare, infeksi pernapasan akut, malaria, campak dan
penyakit menular lainnya. Diperkirakan malnutrisi terkait pada sistem kekebalan tubuh yang mengakibatkan meningkatkan prognosis buruk pada perkembangan
penyakit tersebut Blossner dan Onis, 2005. Penyakit yang berhubungan dengan lemak, terkait lemak merupakan
pelarut vitamin bila terjadi defisiensi lemak vitamin larut lemak akan terjadi penghambatan absorpsi dari vitamin-vitamin tersebut yang akan menimbulkan
dampak klinis Sediaoetama, 2006.
2.3. Status Gizi
2.3.2. Pengertian Status Gizi
Keadaaan akibat keseimbangan antara asupan, penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut. Bila tubuh memperoleh asupan gizi yang
optimal status gizi yang baik akan tercapai untuk pertumbuhan fisik, proses pemulihan perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan yang baik
Supariasa, Bakri, dan Fajar, 2001.
Universitas Sumatera Utara
Status gizi adalah dampak keadaan tubuh dalam mengkonsumsi makanan dan zat-zat gizi, yang dapat dibedakan menjadi kurang gizi, gizi baik dan gizi
lebih Almatsier, 2001. Status gizi adalah konsep multidimensi yang meliputi pola makan, antropometri, tes biokimia, dan indikator klinis pada kesehatan gizi.
Amarantos, Martinez, dan Dwyer 2001.
2.3.3. Penilaian Status Gizi
Penilaian status gizi dengan cara antropometri banyak digunakan dalam berbagai penelitian atau survei, baik survei secara luas dalam skala nasional
maupun survei untuk wilayah tertentu Supariasa, Bakri, dan Fajar, 2002. Di dalam Arisman 2010, antropometri berasal dari kata anthropos yang
artinya tubuh dan metros artinya ukuran. Jadi antropometri adalah ukuran dari tubuh. Antropometri sangat umum digunakan untuk mengukur status gizi dari
berbagai ketidakseimbangan antara asupan energi. Antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari
berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Berbagai jenis ukuran tubuh antara lain:
1. Berat Badan.
Pengukuran atropometri yang paling banyak digunakan. Agar berat dapat dijadikan ukuran yang valid proporsi lain seperti tinggi, ukuran rangka,
proporsi lemak, otot, tulang, serta komponen “berat patologis” harus dipertimbangkan. Alat penimbang yang dipilih haruslah kuat, tidak mahal,
mudah dijinjing, dan akurat hingga 100 gr. Timbangan juga harus dikalibrasi setiap pemakaian. Jika keadaan memungkinkan subjek yang ditimbang
bertelanjang atau berpakaian seminimal mungkin Arisman, 2010. 2.
Tinggi Badan. Merupakan indikator umum ukuran tubuh, tapi belum dapat menjadi indikator
status gizi kecuali digabungkan dengan indikator lain. Tinggi badan diukur dalam keadaan berdiri tegak lurus, tanpa alas kaki, kedua tangan merapat ke
badan, punggung dan bokong menempel pada dinding dan pandangan
Universitas Sumatera Utara
diarahkan kedepan. Bagian alat pengukur tinggi yang dapat digeser diturunkan hingga menyentuh vertex kepala Arisman, 2010.
3. Lingkar Lengan.
Pertambahan otot dan lemak di lengan berlangsung cepat selama tahun pertama kehidupan. Seandainya anak itu mengalami malnutrisi, otot akan
mengecil lemak menipis dan ukuran lingkar lengan pun susut. Pengukuran lingkar lengan berguna dalam penentuan malnutrisi balita. Lingkar lengan
diukur dengan pita plastik berwarna, atau gelang yang berdiameter 4 cm Arisman, 2010.
4. Tebal Lemak di Bawah Kulit.
Pengukuran persentase lemak yang cukup mudah dilakukan, dan terbukti akurat karena 85 lemak tubuh tersimpan dalam trisep, subskapula,
suprailiaka, biseps, perut, paha dan dada. Cara pengukuran kulit dicubit dengan dua jari, kemudian kaliper menjepit lipatan kulit. Lakukan beberapa
kali sebelum membaca skala, pengukuran setidaknya dilakukan dua kali Arisman, 2010.
5. Indeks Massa Tubuh IMT.
Berkaitan dengan lemak tubuh orang dewasa, dinyatakan sebagai berat badan dalam kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi badan dalam ukuran meter.
Rumus ini hanya cocok diterapkan pada mereka yang berusia antara 19-70 tahun, berstruktur tulang belakang normal, bukan atlet, bukan ibu hamil
Arisman, 2010. Menurut SK Menkes Nomor: 1995MenkesSKXII2010, metode
pengukuran status gizi yang paling tepat untuk siswa SD adalah dengan menggunakan indeks IMTU mengacu pada standar World Health Organization
WHO dikarenakan sesuai untuk negara-negara yang sedang berkembang. Berikut kategori dan ambang batas status gizi anak berdasarkan indeks IMTU:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks
Indeks Massa Tubuh menurut Umur IMTU
Anak umur 5-18 tahun Sangat Kurus
-3 SD Kurus
-3 SD sampai dengan -2SD Normal
-2 SD sampai dengan 1 SD Gemuk
1 SD sampai dengan 2 SD Obesitas
2 SD
2.3.3. Penilaian Asupan Energi dan Lemak