Pengaruh pengalaman, pengetahuan dan skeptisme profesional auditor terhadap pendeteksian kerugian daerah: studi pada inspektorat Provinsi Kalimantan Barat

PENGARUH PENGALAMAN, PENGETAHUAN DAN SKEPTISME
PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KERUGIAN
DAERAH
(Studi Pada Inspektorat Provinsi Kalimantan Barat)

Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Disusun Oleh:
GUSTI EKA SUHENDRA
1110082000001

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014 M / 1434 H

i


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I.

Identitas Pribadi
1. Nama

: Gusti Eka Suhendra

2. Tempat & Tanggal Lahir

: Pontianak, 9 Oktober 1992

3. Alamat

: Jalan Sei Raya Dalam Gang Ceria
VIII A.21 Kabupaten Kubu Raya
Provinsi Kalimantan Barat

II.


4. Handphone

: 085751707356

5. E-Mail

: ratt_blues@yahoo.co.id

Pendidikan Formal
1. TK Pertiwi 1 Pontianak

: 1996 - 1998

2. MIN Teladan Pontianak

: 1998 - 2004

3. MTsN 1 Pontianak


: 2004 - 2007

4. MAN 2 Pontianak

: 2007 - 2010

5. Strata 1 Universitas Islam Negeri Syarif : 2010 - 2014
Hidayatullah Jakarta
III.

Pengalaman Organisasi
1. Anggota PTKP HMI Kafeis

: 2011 - 2012

2. Anggota HMJ Akuntansi

: 2011 - 2012

3. Anggota KPU PEMIRA FEB


:

2013

4. Anggota SEMA Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
IV.

: 2013 – 2014

Latar Belakang Keluarga
1. Ayah

: Rahmad Juanda, ST. MM

2. Ibu

: Dra. Ida Junaida


3. Alamat

: Jalan Sei Raya Dalam Gang Ceria VIII A.21 Kabupaten
Kubu Raya Provinsi Kalimantan Barat

4. Telepon

: 085245344980

5. Anak

: Pertama dari 3 bersaudara

vi

THE EFFECTS OF EXPERIENCE, KNOWLEDGE, AND PROFESSIONAL
SKEPTICISM OF AUDITOR TO LOSS DETECTION OF DISTRICT
(Studies in West Borneo Provincial Inspectorate)
By: Gusti Eka Suhendra


ABSTRACT
The purpose of this study is to examine the influences of experience,
knowledge, and professional skepticism to loss detection of district. Respondents
in this research are internal auditors with certified of goverment auditor who
worked for West Borneo provincial inspectorate. The sample of this study were 52
auditors. Researcher used purposive sampling method to determine the sample
and used multiple regression analysis as the data processing method.
The result shows that the experience, knowledge, and professional
skepticism of auditor simultaneusly and significantly influence to loss detection of
district.
Keywords: Experience, knowledge, professional skepticism, loss detection of
district

vii

PENGARUH PENGALAMAN, PENGETAHUAN DAN SKEPTISME
PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KERUGIAN
DAERAH
(Studi Pada Inspektorat Provinsi Kalimantan Barat)


Oleh: Gusti Eka Suhendra

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh pengalaman, pengetahuan dan
skeptisme profesional auditor terhadap pendeteksian kerugian daerah.. Responden
dalam penelitian ini adalah para auditor internal dengan sertifikasi auditor
pemerintah yang bekerja pada Inspektorat Provinsi Kalimantan Barat. Sebanyak
52 auditor dijadikan sampel pada saat penelitian. Peneliti menggunakan metode
provosive sampling untuk penentuan sampel, dan menggunakan analisis regresi
berganda untuk mengolah data.
Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa pengalaman, pengetahuan dan
skeptisme profesional auditor berpengaruh secara simultan dan signifikan
terhadap pendeteksian kerugian daerah
Kata kunci: Pengalaman, pengetahuan, skeptisme profesional, pendeteksian
kerugian

viii

KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Robbil’Alamiin, segala puji dan syukur penulis panjatkan

atas kehadirat Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan limpahan karuniaNya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang
berjudul

PENGARUH

PENGALAMAN,

PENGETAHUAN,

DAN

SKEPTISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN
KERUGIAN DAERAH (STUDI PADA INSPEKTORAT PROVINSI
KALIMANTAN BARAT) berjalan dengan lancar. Shalawat serta salam
terlimpahkan kepada baginda besar Nabi Muhammad SAW, yang telah
memberikan ajaran Islam yang telah terbukti kebenarannya dan terus terbukti
kebenarannya.
Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi syarat-syarat meraih
gelar Sarjana Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta. Selama proses pembuatan skripsi ini, berbagai

hambatan dan kesulitan telah penulis hadapi. Berkat petunjuk dan hidayah dari
Allah SWT, doa kedua orang tua, dukungan, bimbingan serta bantuan dari
berbajgai pihak, sehingga pada akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan dengan
lancar.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:
1. Kedua orang tua tercinta, terutama buat “Bapak same Mamak” yang telah
memberikan semangat serta doa yang tiada henti-hentinya kepada penulis.
Yang selalu memberikan rasa cinta, perhatian, kasih sayang, motivasi dan
membantu secara moril dan materil serta selalu mengiringi penulis melalui
doa restu.
2. Kedua adikku yakni Gusti Eri Fitriyadi dan si kecil Utin Alyssa Rafanda
cepatlah kau ikot jejak abang kau.
3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

ix

4. Ibu Dr. Rini, SE,Ak., MSi, CA selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas

Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus dosen
Pembimbing Skripsi 1. Terima kasih banyak saya haturkan kepada ibu yang
telah meluangkan waktu, memberikan pengarahan, bimbingan serta masukan
yang sangat membantu dan bermanfaat sekali, semoga Allah SWT membalas
kebaikan ibu.
5. Bapak Hepi Prayudiawan SE, Ak., MM, CA selaku Sekretaris Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Ibu Wilda Farah, SE,Ak, M.Si., CPA selaku dosen Pembimbing Skripsi II
yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan pengarahan, bimbingan
dan masukan dalam penyempurnaan penulisan skripsi ini. Terima kasih ibu
atas pengarahan, bimbingan dan masukan yang sangat membantu, semoga
Allah SWT membalas kebaikan ibu.
7. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah memberikan segenap ilmu dan pengalamannya.
8. Seluruh Staf dan Karyawan Universitas Islam Negeri yang telah memberikan
bantuan kepada penulis.
9. Bapak Drs. John Itang OE., MM selaku Inspektur Inspektorat Provinsi
Kalimantan Barat.
10. Kepada Bapak Untung Suwarto. ST selaku Plh Sekretaris Inspektorat Provinsi
Kalimantan Barat.

11. Seluru auditor, pejabat pengawas, dan seluruh karyawan Inspektorat provinsi
Kalimantan Barat.
12. Terima kasih kepada teman – teman seperjuangan yang berasal dari kelas
Akuntansi A, B dan D. Terutama untuk saudara Agung, Rifki (Jalu), Oji,
Amel, Denis, Amy dan Amel terima kasih banyak atas perjalanan fisik, hati
dan jiwa kita selama ini. Buat Redho terima kasih banget udah minjemin
kosan dengan segala fasilitasnya buat gw, buat Angga, Radis, Zamzam dan
Fikri makasih banyak ya bro and sista atas bantuan kalian selama ini gw
belum bisa bales apa-apa.

x

13. Rekan-rekan seperjuangan konsentrasi Audit, Akuntansi Manajemen dan
Akuntansi Perpajakan angkatan 2010 yang telah memberikan dukungannya
selama ini kepada penulis.
14. Semua pihak yang terlibat yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima
kasih atas masukan, support dan kenangan lainnya.

Meskipun penulis telah berusaha dengan segenap kemampuan yang
dimiliki untuk menyempurnakan skripsi ini, namun penulis menyadari masih
banyak terdapat kekurangan dalam penulisan ini. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun
dari berbagai pihak.
Akhirnya dengan segala keterbatasan yang dimiliki, maka penulis ingin
mempersembahkan skripsi ini kepada semua pihak yang menaruh perhatian bagi
perkembangan dunia pendidikan khususnya bidang penelitian di Indonesia dengan
harapan agar bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Jakarta, Mei 2014

Gusti Eka Suhendra
1110082000001

xi

Motto.Hidup

“Nothing

Impossible in this World”

Ga ada yang ga mungkin di dunia ini selama
kita percaya kalau Allah itu ada !!
Sesuatu yang ga pernah terfikirkan & ga
masuk akal bisa aja terjadi.
Kalau Allah sudah berkata ‘kun’ maka
apapun akan terjadi walaupun sangat ga
mungkin untuk terjadi.
Allah pasti akan menunjukkan mukjizatNya itu kepada hambanya yang ga kenal
lelah untuk berusaha, berdoa dan selalu
menyerahkan diri kepada Allah SWT.
Subhanallah…….

- Gusti Eka Suhendra -

xii

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan Skripsi ......................................................................

ii

Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif ...............................................

iii

Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ………………………………………

iv

Lembar Pernyataan Non-Plagiat ………………………………………..

v

Daftar Riwayat Hidup ...............................................................................

vi

Abstrack ......................................................................................................

vii

Abstrak ........................................................................................................

viii

Kata Pengantar ...........................................................................................

ix

Moto Hidup ……………………………………………………………….

xii

Daftar Isi ......................................................................................................

xiii

Daftar Tabel .................................................................................................

xvi

Daftar Gambar …………………………………………………………….

xvii

Daftar Lampiran ..........................................................................................

xviii

BAB I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian .......................................................

1

B. Perumusan Masalah ................................................................

10

C. Tujuan Penelitian ....................................................................

11

D. Manfaat Penelitian ..................................................................

11

1. Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat……………...…… 11
2. Masyarakat.................................……………………..…... 11
3. Peneliti …………………….....................................…

12

4. Ilmu Auditing ………………………………....…….....

12

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur..................................................................... 13
1. Teori Auditing..............................................................….

13

a. Pengertian Auditing...................................................... 13
b. Gambaran Audit Pada Pemerintah daerah................... 14
c. Jenis-Jenis Auditing........................................................ 16
xiii

d. Peran Bawasda Sebagai Auditor Internal Pemda......... 17
B. Pengalaman, Pengetahuan dan Skeptisme Profesional ............ 17
1. Pengalaman........................................................................... 18
2. Pengetahuan.......................................................................... 20
3. Skeptisme Profesional........................................................... 23
C. Pendeteksian Kerugian Daerah ................................................ 27
1. Pengertian Kerugian Negara…………………………....... 27
2. Beberapa Hal Yang Dapat Merugikan Keuangan Negara.. 29
3. Kerugian Keuangan Negara Ditinjau Dari Aspek Akuntansi
........................................................................................... 32
D. Hubungan Antar Variabel .....……………………………...... 35
1. Hubungan Antara Pengalaman Dengan Pendeteksian
Kerugian Daerah...............................................................

35

2. Hubungan Antara Pengetahuan Audit Dengan Pendeteksian Kerugian Daerah...................................................

36

3. Hubungan Antara Skeptisme Profesional Dengan Pendeteksian Kerugian Daerah..................................................

37

E. Kerangka Pemikiran……..…………………………………... 42
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................ 44
B. Metode Penentuan Sampel........................................................ 44
C. Metode Pengumpulan Data....................................................... 45
D. Metode Analisis Data ……………………………………..… 46
1. Statistik Deskriptif …………...…………………………

46

2. Uji Kualitas Data ……………………………....……….. 46
3. Uji Asumsi Klasik.............................................................. 47
4. Koefisien Determinasi........................................................ 49
5. Uji Hipotesis...................................................................... 49
6. Definisi Operasionalisasi Variabel dan Pengukurannya...

xiv

52

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ………………… 58
1.

Tempat dan Waktu Penelitian ..........................................

2.

Profil Tempat Penelitian……………................................ 59

3.

Karakteristik Responden....………….……..…………… 62

B. Hasil Instrumen Penelitian .....................................................

58

66

1.

Hasil Uji Statistik Deskriptif ....................................….... 66

2.

Hasil Uji Kualitas Data.....................................................

3.

Hasil Uji Asumsi Klasik.................................................... 72

4.

Hasil Uji Koefisien Determinasi.......................................

76

5.

Hasil Uji Hipotesis............................................................

76

67

BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................. 82
B.

Implikasi ..................................................................................

83

C.

Saran ........................................................................................

84

Daftar Pustaka ……………………………………………………..... 86
Lampiran ………….………………………………………………..... 89

xv

DAFTAR TABEL

Nomor

Keterangan

Hal

1.1

Kasus Kecurangan Pada Beberapa Institusi Negara....................

4

2.1

Penelitian Terdahulu....................................................................

39

3.1

Operasionalisasi Variabel Penelitian...........................................

52

4.1

Data Sampel Penelitian...............................................................

59

4.2

Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin.......

62

4.3

Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Usia ………….....

63

4.4

Hasil Uji Deskripsi Berdasarkan Lama Menjadi Auditor ..........

64

4.5

Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Tingkat
Pendidikan..................................................................................

4.6

Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Tingkat Jabatan...

4.7

Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jumlah Diklat

64
65

Yang Diikuti ………………………………………...................

66

4.8

Hasil Uji Statistik Deskriptif ......................................................

66

4.9

Hasil Uji Validitas Pengalaman .................................................

68

4.10

Hasil Uji Validitas Pengalaman (Setelah dikurangi pertanyaan
yang tidak valid) .........................................................................

68

4.11

Hasil Uji Validitas Pengetahuan………...............…………......

69

4.12

Hasil Uji Validitas Skeptisme Profesional..............................…

69

Hasil Uji Validitas Pendeteksian Kerugian Daerah....................

70

Hasil Uji Validitas Pendeteksian Kerugian Daerah (Setelah

71

4.13
4.14

dikurangi pertanyaan yang tidak valid)........................................

4.15

Hasil Uji Realibilitas.....................................................................

72

4.16

Hasil Uji Multikolonieritas...........................................................

73

4.17

Hasil Uji Normalitas.....................................................................

74

4.18

Hasil Uji Koefisien Determinasi..................................................

76

xvi

4.19

Hasil Uji Statistik t.....................................................................

77

4.20

Hasil Uji Statistik F.....................................................................

81

DAFTAR GAMBAR

No

Keterangan

Hal

2.1

Kerangka Pemikiran.........................................................................

42

4.1

Struktur Organisasi Inspektorat Provinsi.........................................

61

4.2

Hasil Uji Heterokedastisitas Dengan Scatterplot.............................

75

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

No

Keterangan

Hal

Lampiran 1

Kuesioner Penelitian.......................................................

89

Lampiran 2

Daftar Jawaban Responden ...........................................

102

Lampiran 3

Output Hasil Pengolahan Data .....................................

103

Lampiran 4

Surat Izin Penelitian...................………………………

113

Lampiran 5

Surat Keterangan Penelitian..........................................

114

xviii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menghadapi perkembangan dunia yang begitu cepat, peranan
pemerintah dalam menyelenggarakan pemerintahan dan adminstrasi publik
yang baik merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Di era
globalisasi, tata pemerintahan yang baik (good governance) merupakan
ukuran yang paling ideal untuk dimiliki oleh setiap pemerintahan. Oleh
karena itu, penerapan good governance sangat diperlukan sebagai bagian atas
proses reformasi birokrasi. Good Governance dianggap sebagai paradigma
baru dan menjadi ciri yang perlu ada dalam sistem administrasi publik
(Sedarmayanti, 2007:16).
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadinya krisis ekonomi di
Indonesia ternyata disebabkan oleh buruknya pengelolaan pemerintahan (bad
governance) dan buruknya birokrasi. Akuntabilitas sektor publik memiliki
hubungan yang sangat erat dengan praktik transparansi dan pemberian
informasi kepada publik guna memenuhi hak publik. Menurut World Bank,
good governance didefinisikan sebagai suatu aktivitas penyelenggaraan
manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab serta sejalan
dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi
dana investasi, pencegahan korupsi baik secara politis maupun secara
administratif demi tumbuhnya aktifitas perekonomian (Mardiasmo, 2005:18).
1

Pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen yang tidak dapat
dipisahkan terhadap fungsi manajemen lainnya seperti perencanaan,
pengorganisasian, dan pelaksanaan (Mardiasmo, 2005:32). Demikian halnya
dengan pengawasan pada pemerintahan yang melekat pada fungsi manajemen
pemerintahan. Tercapainya tujuan pengawasan berperan penting dalam proses
pembangunan dan pemerintahan. Aktifitas pengawasan dilakukan oleh pihak
di luar eksekutif, yakni masyarakat melalui Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD). Pengendalian merupakan mekanisme yang dilakukan pihak
eksekutif untuk menjamin sistem dan kebijakan yang diterapkan oleh
manajemen telah berjalan dengan baik terutama dalam mencapai tujuan
organisasi. Sedangkan kegiatan audit merupakan kegiatan pemeriksaan yang
dilakukan oleh pihak yang berkompeten untuk memastikan apakah kegiatan
atau program dijalankan telah sesuai dengan standar.
Adanya berbagai tindakan kecurangan dan korupsi yang terjadi di
berbagai daerah di Indonesia memperlihatkan masih lemahnya kinerja
aparatur pemeriksaan walaupun telah berlapis-lapis sebagaimana yang telah
dilakukan oleh beberapa institusi seperti Badan Pengawas Daerah
Kota/Provinsi (BAWASDA/BAWASPROV), Inspektorat Pemerintah Kota/
Provinsi (ITWILKO/ITWILPROV), Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP), dan Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK). Terlebih
setelah

diberlakukannya

otonomi

daerah,

adanya

perubahan

asas

pemerintahan dari sentralisasi menjadi desentralisasi ini memberikan
kewenangan yang luas bagi setiap daerah untuk membuat kebijakan.

2

Persoalannya adalah jika sebelum diberlakukannya otonomi daerah
berbagai kasus kecurangan dan korupsi lebih banyak terjadi pada tingkatan
pemerintah pusat, untuk saat ini kasus kecurangan dan korupsi menjamur
pada tingkatan pemerintah daerah. Hal ini yang perlu menjadi perhatian bagi
semua pihak terutama bagi kalangan auditor agar dalam menjalankan tugas
pokok dan fungsinya menjadi lebih baik. Sudah seharusnya kebijakan
desentralisasi dapat membawa penguatan kapasitas institusi lokal dan
membangun sistem pemerintahan yang responsif, artinya tidak hanya
memperkuat pemerintah lokal saja, tetapi juga memastikan bagaimana
pemerintah dapat menjalankan fungsi pelayanan publiknya secara akuntabel
(Sedarmayanti, 2007:45).
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) perwakilan provinsi Kalimantan
Barat menemukan adanya kerugian negara yang mencapai Rp 15.2 Miliar
selama tahun 2006 terhadap dana bantuan sosial KONI provinsi Kalimantan
Barat, audit BPK sendiri dilakukan pada tahun 2012 dan hasilnya diserahkan
kepada Polda Kalimantan Barat, sampai berita ini diturunkan sudah satu
orang ditetapkan sebagai tersangka yakni mantan wakil bendahara KONI
provinsi Kalimantan Barat dan terus dilakukan pengembangan penyelidikan
(Asep Haryono dalam Pontianak Post 12/12/2013). Berita tersebut
merupakan salah satu bukti kelemahan aparatur pemerintahan keuangan
daerah dalam menjalankan tugas yang dalam hal ini dapat ditujukan kepada
seluruh jajaran baik pemerintah tingkat pusat, pemerintah daerah, BUMN dan
BUMD. Akibat yang ditimbulkan dari kerugian tersebut tentu sangat besar,

3

selain tidak mencerminkan terselenggaranya good governance juga
menyebabkan kegiatan pemerintahan dan pembangunan tidak berjalan sesuai
dengan target yang telah ditetapkan, adanya tindak kecurangan dan korupsi
yang berujung pada kerugian bagi negara juga mengakibatkan semakin
berkurangnya kepercayaan publik terhadap pemerintah dalam menjalankan
roda pemerintahan. Berikut akan disajikan tabel yang memuat beberapa kasus
kecurangan yang terjadi pada beberapa institusi Negara:
Tabel 1.1
Kasus Kecurangan Pada Beberapa Institusi Negara
No

Nama Institusi

Indikasi Kasus Kecurangan

1.

DPRD Bojonegoro

Kasus tersebut terjadi selama
kurun waktu 2006/2007, dimana
berdasarkan putusan Mahkamah
Agung Nomor 2065 K/Pid.
Sus/2011, kerugian negara yang
disebabkan kasus korupsi dana
perjalanan
dinas
tahun
2007/2006 sekitar Rp13,8 miliar.
Pada tahun tersebut terdapat
perjalanan dinas fiktif oleh 35
anggota DPRD Bojonegoro
Sumber:
Antaranews
(Sudarmojo, 2013).

2.

Kementrian Agama

Kasus ini terjadi pada tahun
2010, disaat Departemen Agama
menerima alokasi dan APBN,
dana tersebut ditujukan untuk
pengadaan alat-alat laboraturium
bagi Madrasah Tsanawiyah dan
Madrasah Aliyah se-Indonesia,
dengan proporsi Rp 27 Miliar
untuk Madrasah Tsanawiyah dan
Rp 44 Miliar untuk Madrasah
Aliyah.
Bersambung kehalaman selanjutnya

4

Tabel 1.1 (Lanjutan)
Kasus Kecurangan Pada Beberapa Institusi Negara
No

Nama Institusi

Indikasi Kasus Kecurangan
Kecurangan
terjadi
saat
pemenang tender menyerahkan
proyek tersebut kepada pihak
lain, akibat kecurangan ini negara
dirugikan Rp 7.9 Miliar Sumber:
Tribunnews (Suhendi, 2014).

3.

Kabupaten Aceh Barat

Bawasda Kabupaten Aceh Barat
berdasarkan
Laporan
Hasil
Pemeriksaan
(LHP)
telah
menemukan
adanya
penggelembungan harga pada
proyek pembangunan jembatan
gantung Pasi Jantu Pasi Teungoh
senilai
Rp.
100.796.439,84.
Sumber : Serambi Indonesia
(Adi, 2014).

4.

Kementrian Pertanian

Kejaksaan tinggi DKI Jakarta
menetapkan lima tersangka baru
dalam dugaan korupsi proyek
pengadaan lampu penangkap
serangga
(light
trap)
di
Kementrian Pertanian pada tahun
anggaran
2012.
Proyek
pengadaan 7.000 unit lampu
pembasmian hama ini bernilai
total Rp 135,1 miliar. Negara
diperkirakan merugi 33 Miliar
akibat perliaku korupsi ini.
Sumber : Tempo Bernadette
(Christina Munthe, 2014).

Diolah dari berbagai referensi
Inspektorat pemerintah daerah merupakan salah satu institusi yang
melakukan pemeriksaan terhadap terselenggaranya pemerintahan. Inspektorat
pemerintah daerah memiliki tugas pokok dan fungsi yang sama dengan audit
internal, dalam rangka tercapainya tujuan pengawasan yang efektif dan

5

efisien oleh Inspektorat pemerintah daerah maka auditor yang yang bekerja
pada inspektorat pemerintah daerah diharuskan memiliki kompetensi yang
cukup. Untuk menunjang kualitas kerja auditor terutama dalam pendeteksian
kerugian, dapat diperoleh melalui pengalaman dimana dengan pengalaman
yang telah

diperoleh auditor tersebut diharapkan mampu

menjalankan

fungsinya secara baik dan menyeluruh, selain itu auditor juga diharapkan
memiliki pengetahuan audit baik melalui pendidikan formal, pengalaman
audit, serta kecakapan teknis yang mumpuni sebagai auditor yang
profesional.
Pengalaman kerja auditor merupakan salah satu faktor penting untuk
memprediksi kinerja seorang auditor. Pengalaman yang dimiliki auditor dapat
mempengaruhi cara pandang dan menanggapi informasi yang diperoleh
selama proses audit berlangsung (Haryanti, 2013). Auditor dengan
pengalaman yang baik akan memperlihatkan proyeksi error yang lebih baik
daripada auditor yang masih belum memiliki banyak pengalaman (Ponemon
dan Wendell, 1995) dalam (Masrizal, 2010).
Pengetahuan audit merupakan hal yang dibutuhkan bagi seorang
auditor dalam menunjang kinerja terutama berkaitan dengan kemampuan
dalam melakukan pendeteksian kerugian daerah. Pengetahuan audit dapat
diperoleh melalui pendidikan formal yang telah ditempuh, pelatihan yang
pernah diikuti, dan seminar atau lokakarya yang pernah diikuti. Pekerjaan
audit menuntut auditor memiliki kemampuan profesional untuk melakukan
tugas audit yang dibebankan, oleh sebab itu seorang auditor wajib memiliki

6

pengetahuan yang luas baik dalam hal ilmu auditing maupun pengetahuan
teknis lain juga harus dikuasainya (Masrizal, 2010).
Menurut Noviyanti (2008) seorang auditor dalam menjalankan
kegiatan audit di lapangan seharusnya tidak hanya terfokus pada prosedur
dalam pelaksanaan audit, melainkan juga harus disertai dengan skeptisme
profesional yang baik sebagai suatu sikap yang senantiasa mempertanyakan
dan melakukan evaluasi secara kritis atas bukti audit. Seorang auditor yang
memiliki sikap skeptisme profesional tidak akan menerima begitu saja
penjelasan dari klien, melainkan ia akan melakukan terlebih dahulu
pengajuan pertanyaan utuk memperoleh keterangan, bukti, dan konfirmasi
dari klien. Adanya skeptisme profesional mengakibatkan adanya salah saji
yang dapat ditemukan tidak hanya berasal dari kekeliruan melainkan juga dari
adanya kecurangan yang mungkin disembunyikan.
Saat ini kerugian yang terjadi pada daerah atau negara merupakan
salah satu aspek yang mendapat perhatian yang cukup besar dari berbagai
kalangan baik akademisi maupun praktisi. Hal ini dikarenakan kerugian yang
timbul dapat mempengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah
dalam hal penyelenggaraan pemerintahan. Pasal 1 angka 15 Undang-Undang
Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan: Kerugian
Negara/Daerah adalah kekurangan uang, surat berharga, dan barang, yang
nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum baik
sengaja maupun lalai.

7

Pendeteksian kerugian daerah adalah tujuan yang ingin dicapai terkait
tugas pemerintahan dengan mengkombinasikan berbagai asumsi terkait
dengan data yang ada untuk mendapatkan segala bentuk bukti tentang
terjadinya penyimpangan yang menyebabkan timbulnya kerugian bagi
daerah. Menurut Pasal 1 angka 22 Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004
tentang Perbendaharaan Negara, kerugian negara / daerah adalah kekurangan
uang, surat-surat berharga dan barang yang nyata serta pasti jumlahnya
sebagai akibat perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun tidak
disengaja. Kemampuan dalam melakukan pendeteksian kerugian daerah dapat
ditunjang melalui pengalaman, pengetahuan, dan skeptisme profesional yang
dimiliki oleh auditor.
Inspektorat pemerintah daerah mempunyai tugas untuk melaksanakan
kegiatan pengawasan umum atas penyelenggaraan pemerintahan daerah serta
tugas lain yang diberikan oleh kepala daerah, sehingga dapat kita simpulkan
bahwa inspektorat pemerintah daerah memiliki tugas yang sama dengan
auditor internal. Audit internal merupakan unit pemeriksa yang menjadi
bagian dari organisasi yang diawasi (Mardiasmo, 2005:179). Berdasarkan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2007 Pasal 1 dijelaskan,
bahwa Inspektorat Provinsi adalah aparat pengawas fungsional yang berada
dibawah dan bertanggungjawab kepada gubernur.
Permasalahan

yang sering ditemukan dilapangan yakni adanya

penyimpangan anggaran dan penyimpangan pertanggungjawaban pada
beberapa SKPD dilingkungan provinsi. Temuan diperoleh berdasarkan

8

proses audit yang telah dilaksanakan oleh Inspektorat Provinsi merupakan
hasil tugas dan peran tim pemeriksa yang telah mampu melakukan
pendeteksian kerugian keuangan daerah. Agar memiliki kemampuan dalam
melakukan pendeteksian kerugian daerah secara maksimal sudah seharusnya
para auditor yang bekerja pada instansi tersebut memiliki pengalaman,
pengetahuan serta skeptisme profesional yang memadai.
Berdasarkan pemaparan ini, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian terhadap pengaruh pengalaman, pengetahuan dan skeptisme
profesional auditor terhadap pendeteksian kerugian daerah

studi pada

Inspektorat Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat. Institusi ini
bertugas untuk melakukan pengawasan atas terselenggaranya pemerintahan
dibawah naungan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat. Dengan demikian,
judul skripsi penulis ialah “Pengaruh Pengalaman, Pengetahuan dan
Skeptisme Profesional Auditor

Terhadap Pendeteksian Kerugian

Daerah ( Studi Pada Inspektorat Pemerintah Provinsi Kalimantan
Barat)”.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya oleh (Masrizal, 2010) dan merupakan pengembangan terhadap
penelitian yang dilakukan oleh (Noviyanti, 2008). Namun terdapat perbedaan
yang terletak pada waktu penelitian, objek penelitian, serta adanya
penambahan satu variabel independen. Penelitian sebelumnya dilakukan pada
tahun 2008 dan 2010 sedangkan penelitian penulis dilakukan pada tahun
2014. Jika pada penelitian sebelumnya objek yang diteliti ialah Inspektorat

9

Pemerintah Provinsi Nangroe Aceh Darusalam dan Kantor Akuntan Publik di
Jakarta, maka objek penelitian penulis kali ini ialah Inspektorat Pemerintah
Provinsi Kalimantan Barat. Judul penelitian penlusi kali ini adalah
“Pengaruh Pengalaman, Pengetahuan Audit, dan Skeptisme Profesional
Auditor Terhadap

Pendeteksian

Kerugian

Daerah

(Studi

Pada

Inspektorat Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat)”.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah pengalaman berpengaruh terhadap kemampuan auditor dalam
melakukan pendeteksian kerugian daerah?
2. Apakah pengetahuan berpengaruh terhadap kemampuan auditor dalam
melakukan pendeteksian kerugian daerah?
3. Apakah skeptisme profesional berpengaruh terhadap kemampuan auditor
dalam melakukan pendeteksian kerugian daerah?
4. Apakah pengalaman, pengetahuan dan skeptisme profesional berpengaruh
terhadap kemampuan auditor dalam melakukan pendeteksian kerugian
daerah?

C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis:

10

1. Pengaruh pengalaman terhadap kemampuan auditor dalam melakukan
pendeteksian kerugian daerah.
2. Pengaruh pengetahuan terhadap kemampuan auditor dalam melakukan
pendeteksian kerugian daerah.
3. Pengaruh skeptisme profesional terhadap kemampuan auditor dalam
melakukan pendeteksian kerugian daerah.
4. Pengaruh pengalaman, pengetahuan, dan skepstisme profesional terhadap
kemampuan auditor dalam melakukan pendeteksian kerugian daerah.

D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini diharapkan
bermanfaat bagi semua pihak diantaranya:
1. Bagi Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat
Penelitian berguna untuk mengetahui sejauh mana kinerja auditor yang
bekerja

pada

kemampuan

instansi

tersebut

pendeteksian

faktor-faktor

kerugian

daerah

yang mempengaruhi
seperti

pengalaman,

pengetahuan dan skeptisme profesional auditor.
2. Bagi Masyarakat
Peneliian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat
mengenai peran yang dimiliki inspektorat daerah sebagai auditor internal
pemerintah daerah dalam melaksanakan tugsanya. Terutama terkait dengan
seberapa jauh pengaruh beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan

11

auditor

dalam

mendeteksi

kerugian

daerah

seperti

pengalaman,

pengetahuan dan skeptisme profesional auditor.
3. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan mengembangkan wawasan
peneliti, khususnya dalam bidang auditing khusunya peranan auditor
internal dengan cara membandingkan teori yang diperoleh selama
mengikuti proses perkuliahan dengan kenyataan atau kondisi yang
sebenarnya terjadi di lapangan.
4. Ilmu Auditing
Menambah literatur dan acuan penelitian pada bidang auditing sehingga
dapat dijadikan bahan kepustakaan atau referensi, terutama untuk peneliti
yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor apa
saja yang dapat mempengaruhi kemampuan auditor dalam melakukan
pendeteksian kerugian daerah.

12

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Literatur
1. Teori Auditing
a. Pengertian Auditing
Seiring dengan perkembangan dunia bisnis, saat ini auditing
memegang peranan yang cukup besar dikarenakan permintaan terhadap
jasa penilaian yang bersifat objektif dan independen terhadap laporan
keuangan semakin besar. Kebutuhan akan jasa tersebut tidak hanya
berasal dari pihak internal melainkan juga pihak eksternal. Hasil
penilaian tersebut nantinya akan digunakan user untuk mengambil
keputusan. Untuk itu penulis mengemukakan beberapa definisi
mengenai auditing menurut para ahli. Menurut Arens & Loebbeck
(2004) sebagai berikut:
“ The accumulation and evaluation of evidence about
information to determine and report of the degree of correspondence
between the information and establish criteria. Auditing should be done
competent, independent person”.
Pengertian audit menurut Soekrisno Agoes (2007) yakni sebagai
berikut:
“ Auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara
kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan
keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan

13

pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat
memberikan pendapat mengenai kewajiban laporan keuangan
tersebut”.
Sedangkan menurut (Mulyadi 2002) pengertian auditing adalah:
“Pemeriksaan akuntan (auditing) adalah proses sistematik
untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai
pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan
tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataanpernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta
penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.”
Berdasarkan

beberapa

definisi

yang

telah

dikemukakan

sebelumnya maka dapat kita ambil kesimpulan bahwa auditing adalah
suatu proses yang sistematis dan bersifat objektif dalam hal penyediaan
dan evaluasi bukti-bukti yang berhubungan dengan pernyataan
(assertion) tentang kegiatan dan kejadian ekonomi guna memastikan
derajat kesesuaian atau tingkat hubungan antara pernyataan tersebut
dengan kriteria yang ada. Hasil dari proses auditing tersebut akan
dikomunikasikan kepada pihak-pihak yang berkepeningan.
b. Gambaran audit pada pemerintah daerah
Saat ini telah terjadi perubahan paradigma dalam manajemen
keuangan daerah. Perubahan itu semakin diperjelas dengan lahirnya
tripatrit perundang-undangan (UU Nomor 7 Tahun 2003, UU Nomor 1
Tahun 2004, dan UU Nomor 15 Tahun 2004) yang kemudian disusul
dengan lahirnya PP Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan, PP Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah, dan dilanjutkan dengan adanya Petunjuk Teknis
14

Pelaksanaan PP Nomor 58 Tahun 2005 dengan disahkannya Peraturan
Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (Bastian, 2007: 2).
Perubahan paradigma kepemerintahan di berbagai negara
sedang dalam proses pergeseran dari ruling government menuju ke
governance dan penciptaan administrasi pemerintah yang berhasil guna,
berdaya guna, dan berkeadilan. Hal ini telah menumbuhkan kesadaran
setiap orang, terutama aparat pemerintah, untuk senantiasa tanggap
terhadap tuntutan lingkungan dengan berupaya memberikan pelayanan
terbaik, transparan, dan berakuntabilitas (Bastian, 2007: 2).
Dalam proses audit, kesiapan suatu daerah sangat penting dan
tentunya tidak bisa dipisahkan begitu saja dengan proses persiapan
proses auditing. Pada proses ini daerah akan menunjukkan bukti-bukti
audit sebagai dasar yang cukup dan tepat untuk menentukan apakah
laporan keuangan telah disajikan dengan benar dan wajar sesuai posisi
keuangan pemda, hasil-hasil operasi, dan perubahan-perubahan yang
sesuai dengan aturan yang berlaku. Adapun tujuan audit laporan
keuangan menurut Bastian (2007) adalah:
“Menunjukkan, dengan dasar yang cukup dan tepat dari buktibukti audit, apakah laporan keuangan telah menyajikan dengan benar
dan wajar posisi keuangan pemda, hasil dari operasi dan perubahanperubahannya sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum”.
Secara garis besar, ada beberapa hal yang mendasari kebutuhan
akan penyampaian proses auditing tersebut, yaitu:
15

1) Kendali saat ini di tangan masyarakat. Masyarakat memiliki hak
berupa kebebasan untuk mengakses informasi mengenai pengelolaan
sumber daya ekonomi publik.
2) Kompleksitas laporan keuangan. Semakin kompleks laporan
keuangan yang dihasilkan, maka tingkat kesalahannya juga semakin
tinggi.
3) Pihak manajemen pemda memiliki kecenderungan untuk berhasil
dan meminimalkan kesalahan pemerintahannya, sehingga verifikasi
kebenaran laporan keuangan perlu disajikan.
4) Kontrol dan kredibilitas. Audit akan meningkatkan kontrol dan
kredibilitas laporan keuangan.
c. Jenis-jenis auditing
Menurut Arens and Loebbecke (2004) jenis-jenis audit dibagi
menjadi 3 (tiga) yakni:
1) Audit laporan keuangan (Financial statement audits), audit jenis ini
bertujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan secara
keseluruhan telah disajikan sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu.
Kriteria tersebut adalah prinsip-prinsip akuntansi berlaku umum.
2) Audit operasional (Operational audits) yakni penelahaan atas suatu
bagian maupun atas prosedur dan metode operasional suatu
organisasi guna menilai efisiensi dan efektivitas. Pada umumnya
setelah audit operasional selesai dilaksanakan, auditor akan

16

memberikan sejumlah saran kepada manajemen untuk memperbaiki
operasional perusahaan.
3) Audit ketaatan (Compliance audits) adalah audit yang dilakukan atas
suatu organisasi untuk menilai apakah organisasi telah mengikuti
prosedur serta peraturan yang berlaku.
d. Peran Bawasda sebagai auditor internal pemda
Tuntutan

reformasi

manajemen

keuangan

tidak

hanya

mengahasilkan perubahan di tingkat internal pengelola keuangan
daerah, melainkan juga di kalangan aparat pengawas daerah. Dengan
adanya perubahan terhadap sistem keuangan daerah dan laporan
keuangan daerah, peranan Bawasda (Badan Pengawas Daerah) menjadi
lebih ditingkatkan untuk memastikan apakah sistem akuntansi keuangan
daerah telah berjalan secara baik. Peranan Bawasda didorong untuk
membantu kepala daerah menyajikan laporan keuangan yang akuntabel
dan dapat diterima secara umum. (Bastian, 2007: 34). Penelitian yang
dilakukan oleh Taufik (2011) yang melakukan penelitian terhadap 50
orang

auditor

yang

bekerja

pada

inspektorat

provinsi

dan

kabupaten/kota di Riau menunjukkan hasil terdapat pengaruh yang kuat
pada peran inspektorat terhadap pencegahan kecurangan. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Sinaga (2003) menunjukkan bahwa
kedudukan dan peran Bawasda provinsi sebagai perangkat daerah yang
menjalankan fungsi pengawasan fungsional terhadap penyelenggaraan
pemerintahan di daerah sangat strategis.
17

B.

Pengalaman, Pengetahuan dan Skeptisme Profesional
1. Pengalaman
Sudah banyak penelitian tentang pengalaman sebelumnya. Untuk
mencapai pelaksanaan pengawasan dan pemeriksaan di lingkungan
pemerintah daerah oleh aparat pemeriksa, sudah seharusnya memiliki
sumber daya manusia yang berpengalaman dalam praktik pemeriksaan.
Keahlian aparat pemeriksa dapat terbentuk melalui pengalaman. Di
samping itu pengalaman juga akan mempengaruhi tingkat pengetahuan
aparat pengawas. Menurut The Oxford Engish Dictionary (1978)
pengalaman adalah pengetahuan atau keahlian yang didapat dari
pengamatan langsung atau partisipasi dalam suatu perilaku dan aktivitas
yang nyata.
Pengalaman merupakan lama waktu seseorang dalam bekerja
sehingga secara spesifik pengalaman dapat diukur dengan rentang waktu
yang telah digunakan terhadap suatu pekerjaan atau tugas (Bouman dan
Bradley, 1997) dalam (Masrizal, 2010). Menurut Loehoer (2002) dalam
Mabruri dan Winarna (2010) pengalaman merupakan akumulasi gabungan
dari semua yang diperoleh melalui berhadapan dan berinteraksi secara
berulang-ulang dengan sesama benda alam, gagasan, dan penginderaan.
Begitu pula halnya dengan auditor semakin banyak objek
pemeriksaan yang telah dicapai oleh auditor tersebut maka pengalamannya
akan terus bertambah. Menurut Haryanti (2013) cara memandang dan
menanggapi informasi yang diperoleh selama melakukan pemeriksaan
18

antara auditor berpengalaman dengan yang kurang berpengalaman akan
berbeda, demikian halnya dalam memberikan kesimpulan audit terhadap
obyek yang diperiksa. Dengan demikian pengalaman yang diperoleh
selama bertugas dapat dijadikan sebagai media pembelajaran bagi auditor
bersangkutan untuk terus meningkatkan kinerjanya.
Banyak orang yang memahami bahwa semakin banyak jam terbang
auditor, tentunya dapat memberikan kualitas audit yang lebih baik
daripada seorang auditor yang baru memulai karirnya. Auditor yang
berpengalaman diasumsikan dapat memberikan kualitas audit yang lebih
baik daripada seorang auditor yang baru memulai karirnya (Silalahi,
2013). Hal ini dikarenakan pengalaman akan membentuk keahlian
seseorang baik secara teknis maupun secara psikis.
Pengalaman

auditor

berpengaruh

secara

positif

terhadap

pengetahuan mengenai kekeliruan (Haryanti, 2013). Lebih jauh lagi
Herliansyah (2005) menunjukkan bahwa pengalaman dapat meningkatkan
kinerja

dalam

mengambil

keputusan.

Beberapa

hasil

penelitian

membuktikan sebelumnya bahwa pengalaman mempunyai pengaruh
terhadap pendeteksian penyimpangan seperti penelitian yang dilakuakan
oleh Batubara (2009) yang menyatakan bahwa pengalaman mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap pendetksian penyimpangan. Penelitian
yang dilakukan oleh Mabruri dan Winarna (2010) pengalaman yang
dimiliki auditor berpengauh terhadap kualitas hasil audit di lingkungan
pemerintah daerah.
19

Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan bahwa pengalaman
dapat meningkatkan kinerja auditor (Ashton, 1991) dalam (Haryanti,
2013). Walaupun pada penelitian yang dilakukan oleh Samsi,dkk (2012)
pengalaman audit memiliki pengaruh negatif terhadap kualitas hasil
pemeriksaan.
2. Pengetahuan
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur
Negara No.Per/05/M.Pan/03/2008 tanggal 31 Maret 2008 tentang Standar
Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah seksi 2200 menyatakan
auditor harus mempunyai pengetahuan, keterampilan dan kompetensi
lainnya yang diperlukan untuk melaksanakan tanggung jawabnya. Terkait
dengan pendidikan formal pada seksi 2210 selanjutnya menyatakan bahwa
auditor APIP harus mempunyai tingkat pendidikan formal minimal strata
satu (S-1) atau yang setara.
Hal ini dimaksudkan agar tercipta kinerja audit yang baik maka
APIP harus mempunyai kriteria tertentu dari auditor yang diperlukan
untuk merencanakan audit, mengidentifikasi kebutuhan profesional auditor
dan untuk mengembangkan teknik dan metodologi audit agar sesuai
dengan situasi dan kondisi yang dihadapi unit yang dilayani oleh APIP.
Kemudian seksi 2220 menyatakan bahwa auditor harus memiliki
kemampaun teknis yakni auditing, akuntansi, administrasi pemerintahan
dan komunikasi.

20

Pada seksi 2230 dinyatakan bahwa auditor harus mempunyai
sertifikasi jabatan fungsional auditor (JFA) dan mengikuti pendidikan dan
pelatihan profesional berkelanjutan (continuing professional education).
Pimpinan APIP wajib memfasilitasi auditor untuk mengikuti pendidikan
dan pelatihan serta ujian sertifikasi sesuai dengan kebutuhan. Dalam
pengusulan auditor untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan sesuai
dengan jenjangnya, pimpinan APIP mendasarkan keputusannya pada
formasi yang dibutuhkan dan persyaratan administrasi lainnya seperti
kepangkatan dan pengumpulan angka kredit yang dimilikinya.
Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Boner (1990) dimana ia
melakukan penelitian mengenai peran pengetahuan secara spesifik dalam
membuat keputusan dan pengaruh pengetahuan terhadap kinerja auditor
yang berpengalaman. Hasil penelitian menunujukkan bahwa pengetahuan
yang dimiliki auditor secara signifikan berpengaruh terhadap kinerja
auditor. Pengetahuan dapat diperoleh melalui pendidikan formal yang
telah ditempuh auditor sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Hasil
penelitian yang dilakukan Mulyono (2009) yang menguji pengaruh latar
belakang pendidikan pemeriksa Kabupaten Deli Serdang menunjukkan
hasil bahwa latar belakang pendidikan pemeriksa berpengaruh secara
signifikan terhadap kualitas kerja auditor. Menurut Sarwono (2006)
auditor yang merasa mempunyai pengetahuan yang memadai pada area
auditannya akan merasa yakin akan keadaan perusahaan yang diauditnya,
sehingga keyakinannya secara otomatis akan mempengaruhi cara
21

pandangnya terhadap bukti atau informasi yang ditemukan sehubungan
dengan pelaksanaan auditnya. Dalam mendeteksi sebuah kesalahan
seorang auditor harus didukung dengan pengetahuan tentang apa dan
bagaimana kesalahan tersebut terjadi (Tubbs, 1992) dalam (Mabruri,
2010).
Seseorang yang melakukan pekerjaan sesuai dengan pengetahuan
yang dimiliki akan memberikan hasil yang lebih baik daripada mereka
yang tidak memiliki pengetahuan yang cukup memadai akan tugasnya
(Salsabila, 2011).
3. Skeptisme Profesional
Seorang auditor dalam melaksanakan penugasan audit di lapangan
seharusnya tidak hanya sekedar mengikuti prosedur audit yang tertera
dalam program audit, melainkan juga harus disertai dengan sikap
Skeptisme

profesionalnya.

Standar

profesional

akuntan

publik

mendefinisikan Skeptisme profesional sebagai sikap auditor yang
mencakup pikiran selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara
kritis terhadap bukti audit (SPAP 2011, SA seksi 230.05). Auditor
profesional sudah selayaknya menerapkan Skeptisme profesional agar
laporan hasil audit dapat dipercaya oleh orang yang membutuhkan dan
dapat mengurangi keraguan didalamnya.
Auditor yang bersikap skeptis tidak akan menerima begitu saja
penjelasan dari klien, namun akan mengajukan pertanyaan untuk
mendapatkan alasan, bukti dan konfirmasi mengenai objek permasalahan
22

(Noviyanti, 2008). Seorang auditor dalam melaksanakan penugasan audit
di lapangan seharusnya tidak hanya sekedar mengikuti prosedur audit yang
tertera dalam program audit, melainkan juga harus disertai dengan sikap
skeptisme

profesionalnya.

Standar

profesional

akuntan

publik

mendefinisikan skeptisme profesional sebagai sikap auditor yang
mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi
secara kritis terhadap bukti audit (SPAP 2011, SA seksi 230.05). Panduan
Manajemen Pemeriksaan (PMP) pada Standar Audit Pemerintah (SAP)
butir 4.25 standar umum ketiga menyatakan bahwa “dalam pelaksanaan
audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran
profesionalnya secara cermat dan seksama”. SAP butir 5.11 menyatakan
standar auditing IAI dan SAP mengharuskan beberapa hal berikut:
a. Auditor harus merancang audit agar dapat memberikan keyakinan yang
memadai guna mendeteksi ketidakberesan yang material bagi laporan
keuangan.
b. Auditor harus merancang audit untuk dapat memberikan keyakinan
yang memadai guna mendeteksi ketidakberesan yang material bagi
laporan keuangan.
c. Auditor harus waspada terhadap kemungkinan telah terjadinya unsur
perbuatan melanggar/melawan hukum secara tidak langsung. Jika
informasi khusus yang telah diterima oleh auditor memberikan bukti
tentang adanya kemungkinan unsur perbuatan melawan hukum yang
secara langsung berdampak material terhadap laporan keuangan, maka
23

auditor harus menerapkan prosedur yang secara khusus ditujukan untuk
memastikan apakah suatu unsur perbuatan melanggar/melawan hukum
yang terjadi.
Auditor yang tidak menggunakan Skeptisme profesional hanya
dapat mendeteksi kekeliruan namun belum mampu untuk mendeteksi
adanya kecurangan, dibutuhkan sikap Skeptisme profesional karena
biasanya adanya tindak kecurangan disembunyikan oleh manajemen.
Auditor yang bersikap skeptis tidak akan menerima begitu saja penjelasan
dari klien, namun akan mengajukan pertanyaan untuk mendapatkan alasan,
bukti dan konfirmasi mengenai objek permasalahan (Noviyanti, 2008).
Menurut Quadackers (2009) Skeptisme profesional merupakan sikap
auditor yang selalu menilai secara kritis bukti audit dan mengambil
keputusan audit berdasarkan keahlian auditing yang dimilikinya. Menurut
penelitian yang telah dilakukan oleh Fullerton dan Durtschi (2003) bahwa
terdapat perbedaan karakteristik antara auditor yang memiliki Skeptisme
profesional yang tinggi dibanding auditor yang memiliki Skeptisme
profesional yang rendah d

Dokumen yang terkait

Pengaruh pengalaman, pelatihan dan skeptisisme profesional auditor terhadap pendektesian kecurangan: studi empiris pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Jakarta

1 8 87

Pengaruh penerapan aturan etika, pengalaman dan skeptisme profesional auditor terhadap pendekteksian kecurangan : studi empiris beberapa kantor akuntan publik di dki jakarta

2 24 126

Pengaruh Pengalaman, Independensi dan Skeptisme Profesional, Auditor terhadap Pendeteksian Kecurangan (Studi Empiris pada KAP di Wilayah Jakarta)

9 46 147

Pengaruh skeptisme, pengalaman auditor dan self efficacy terhadap audit judgement

2 16 0

Pengaruh Skeptisme Profesional Auditor Dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit (Studi Kasus Pada Kantor Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Jawa Barat)

0 8 40

PENGARUH PENGALAMAN DAN PENGETAHUAN AUDIT TERHADAP PENDETEKSIAN TEMUAN KERUGIAN DAERAH PADA AUUDITOR INSPEKTORAT PROVINSI SUMATERA UTARA.

0 5 20

PENGARUH BEBAN KERJA, PENGALAMAN AUDIT, TIPE KEPRIBADIAN DAN SKEPTISME PROFESIONAL TERHADAP Pengaruh Beban Kerja, Pengalaman Audit, Tipe Kepribadian Dan Skeptisme Profesional Terhadap Kemampuan Auditor Dalam Mendeteksi Kecurangan (Studi empiris pada Kant

0 1 16

PENGARUH SKEPTISME PROFESIONAL, INDEPENDENSI, DAN SKEPTISME PROFESIONAL TERHADAP KEMAMPUAN AUDITOR MENDETEKSI KECURANGAN (Studi Empiris pada Inspektorat Daerah Istimewa Yogyakarta).

0 0 158

PENGARUH SIKAP SKEPTISME PROFESIONAL AUDITOR, KOMPETENSI BUKTI AUDIT DAN TEKANAN WAKTU TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN PADA INSPEKTORAT KABUPATEN BENER MERIAH

0 0 13

PENGARUH SIKAP SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR, BUKTI AUDIT KOMPETEN DAN TEKANAN WAKTU TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN PADA INSPEKTORAT ACEH

0 0 9