Kondisi Fisik Sekolah Kondisi Non Fisik Sekolah

10

BAB I PENDAHULUAN

A. Analisis Situasi

1. Kondisi Fisik Sekolah

Sekolah khusus autis Bina Anggita berdiri pada tahun 1999. Pada awal berdiri sekolah ini beralamatkan di Juru Genthong, Gedong Kuning Yogyakarta. Di tahun 2008 sekolah ini menempati gedung SD yang sudah regrouping dengan alamat di Jl. Garuda no.143 Wonocatur, Banguntapan, Bantul. Seiring berjalannya waktu untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan lebih nyaman, maka dipertengahan tahun 2014 sekolah pindah ke Kanoman, Tegal Pasar, Banguntapan, Bantul. Letak sekolah ini juga mudah untuk dijangkau oleh transportasi, karena terletak di pinggiran kota yang tidak terlalu jauh dari jalan raya. Sekolah menggunakan sistem shift dengan membagi waktu jam sekolah pagi dan siang. Berdasarkan hasil observasi, ruang dan sarana prasarana yang ada di Sekolah Khusus Autis Bina Anggita antara lain 4 ruang kelas, ruang tamu, ruang kepala sekolah, ruang snozelen, dapur, ruang makan, ruang tata usaha, ruang karawitan, mushola, kamar mandi, dan 2 gedung masih dalam proses pembangunan.

2. Kondisi Non Fisik Sekolah

a. Potensi Siswa Siswa di Sekolah Khusus Autis Bina Anggita tersebar dari Paud hingga SMA. Sebagian besar siswa di sekolah ini berjenis kelamin laki-laki. Banyak bakat dan kemampuan dari siswa-siswi di Sekolah Khusus Autis Bina Anggita yang sangat membanggakan walaupun dengan hambatan yang dimiliki. pada hari Siswa Berkebutuhan Khusus tahun 2014, siswa- siswa Sekolah Bina Anggita berkesempatan untuk tampil di Televisi Republik Indonesia untuk bermain karawitan. Kemampuan yang dimiliki ini dikembangkan melalui kegiatan ekstrakulkuler yang ada di sekolah. Selain itu, guru selalu memotivasi dan memberikan semangat agar anak dapat 11 berprestasi. Dukungan dan kerjasama orangtua dan guru sangat berpengaruh pada keberhasilan yang dicapai oleh peserta didik. b. Potensi Guru Guru yang ada di Sekolah Khusus Autis Bina Anggita berjumlah 24 orang. Guru –guru bertugas sebagai kepala sekolah, guru kelas, guru ekstrakulikuler, dan guru olahaga. Semua tenaga pendidik merupakan lulusan Strata 1 S1, baik dari jurusan PLB dan bidang studi yang lain. Selain itu, para guru dalam tugas dibantu oleh 2 orang karyawan, yang bertugas mengelola adminitratif dan menjaga sekolah. Setiap guru mempunyai metode yang berbeda dalam mengajar maupun menangani anak. Namun pada dasarnya para guru mempunyai kesamaan yakni mempunyai kepedulian dan rasa kasih sayang yang besar pada siswa-siswanya di sekolah. Mengajar siswa dengan autis diperlukan dedikasi yang tinggi, ketulusan hati, dan kesabaran agar dapat memaksimalkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik. c. Kegiatan Belajar Mengajar Kegaitan belajar mengajar di Sekolah Khusus Autis Bina Anggita dimulai dari pukul 07.30 sampai dengan pukul 16.00. di sekolah ini kegiatan pembelajaran dibagi kedalam 3 sesi, yakni: Sesi pagi : 07.30 sampai dengan 11. 30 Sesi siang : 12.00 sampai dengan 14.00 Sesi sore : 14.00 sampai dengan 16.00 Sekolah juga membuka bimbingan belajar sesuai dengan kebutuhan anak. Setiap hari sabtu dilakukan kegiatan koordinasi oleh para guru. Adapun tujuan dari kegiatan koordinasi adalah untuk melakukan evaluasi terhadap program yang diberikan kepada peserta didik di sekolah. d. Interaksi antara Siswa, Guru, dan Warga Sekolah Hubungan guru dan siswa di sekolah sudah tercipta kekeluargaan yang harmonis. Guru dan siswa berinteraksi selayaknya anak dengan orangtua. Selain itu hubungan orangtua dan guru juga terjalin kerjasama yang baik 12 dalam mengembangkan program yang telah disepakati sebelumnya. Komunikasi guru dan orangtua juga terjalin baik, hal ini tercermin dari guru yang selalu melaporkan perkembangan peserta didik kepada orangtua. Para guru mengajarkan kepada peserta diidk untuk saling menyayangi, menghormati, dan membantu antar warga sekolah.para guru dan karyawan selalu mengutamakn komunikasi dan interaksi. Dengan demikian harapannya sekolah dapat meningkatkan kualitas dan mutu sekolah. e. Ekstrakurikuler Ekstrakulikuler yang ada di Sekolah Khusus Autis Bina Anggita Antara lain: karawitan, drumband, cooking class, budidaya tanaman jamur, pramuka, melukis, dan membatik. Setiap anak diarahkan sesuai dengan bakat dan potensi yang dimilikinya. f. Program Kerja Pembelajaran akademik yang dilakukan di sekolah khusus autis bina anggita menggunakan kurikulum 2013 tetapi disesuaikan dengan kemampuan siswanya. Proses pembelajaran dilakukan satu guru dua murid atau dua murid dua guru. Untuk tahap awal bagi siswa baru biasanya dilakukan adaptasi kelakuannya dalam membentuk kepatuhan sikap siswa. Sehingga lebih mudah dalam mengikuti pelajaran dan tidak mengganggu temannya saat belajar jika sikapnya sudah patuh. Bagi siswa yang sudah patuh terhadap perintah guru sudah dapat belajar dikelas sesuai dengan kebutuhan dan kemampuanny Di sekolah ini terdapat 5 jenjang mulai dari Pra TK- TK Terwujudnya individu autism yang mampu berkomunikasi, bersosialisasi menuju kemandirian –SD terwujudnya individu autism yang mampu bersosialisasi, mandiri dan mempunyai kemampuan akademik –SMP terwujudnya individu autism yang mampu bersosialisasi menuju kemandirian, mempunyai kemampuan akademik dan non akademik dan SMA terwujudnya individu autism yang mampu bersosialisasi menuju kemandirian, mempunyai kemampuan akademik dan non akademik menuju kewirausahaan. Program pembelajaran di Sekolah Khusus Autisme Bina Anggita, selain dengan 13 diberikannya pembelajaran secara akademik. Siswa-siswa juga diberikan pembelajaran

B. Perumusan Program dan Rancangan Kegiatan PPL