12
BAB II KAJIAN TEORI
A. Kajian Anak Berkesulitan Belajar
1. Pengertian Anak Berkesulitan Belajar
Kesulitan belajar merupakan suatu hal yang dialami oleh sebagian siswa di sekolah dasar, dapat dilihat dari adanya siswa yang tinggal
kelas atau siswa yang memiliki kesenjangan antara kemampuan dan prestasi belajarnya.Ada beberapa definisi mengenai anak berkesulitan
belajar dari para ahli. Menurut National Joint Committee on Learning Disabilities NJCLD 1990 menyatakan:
“Learning disabilities is a general term that refers to a heterogeneous group of disorders manifested by significant
difficulties in the acquisition and use of listening, speaking, reading, writing, reasoning, or mathematical abilities. These
disorders are intrinsic to the individual, presumed to be due to central nervous system dysfunction, and may occur across the life
span. Problems in self-regulatory behaviors, social perception, and social interaction may exist with learning disabilities but do
not by themselves constitute a learning disability. Although learning disabilities may occur concomitantly with other
handicapping condition for example, sensory impairment, mental retardation, serious emotional disturbance, or with extrinsic
influences such as cultural differences, insufficient or inappropriate instruction, they are not the result of those
conditions or influences.
” Maksud dari pernyataan di atas yaknikesulitan belajar merupakan
istilah yang mengacu pada sekelompok kesulitan yang diwujudkan pada bentuk kesulitan dalam perolehan dan penggunaan kemampuan
mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, penalaran, atau kemampuan matematika.Kesulitan ini pada hakekatnya merupakan
13
kesulitan pada individu, diduga disebabkan oleh gangguan sistem saraf pusat dan dapat terjadi sepanjang hidup. Masalah perilaku, persepsi
sosial, dan interaksi sosial mungkin terjadi bersamaan dengan kesulitan belajar namun tidak dengan sendirinya merupakan kesuliran belajar.
Meskipun kesulitan belajar mungkin terjadi bersamaan dengan kondisi ketidakmampuan lainnya misalnya gangguan sensoris, tunagrahita,
hambatan sosial dan emosional, atau pengaruh lingkungan seperti perbedaan budaya, pembelajaran yang tidak tepat atau tidak sesuai,
bukanlah penyebab atau pengaruh dari kondisi tersebut. Pendapat lain yang lebih singkat mengenai kesulitan belajar
dijelaskan oleh National Institute of Neurological Disorders and Stroke NINDS dalam Smith Tyler 2010: 19 yaitu:
“Learning disabilities are disorder that affect the abbility to understand or use spoken or written language, do mathematical
calculations, coordinate movements, or direct attention. Although learning dissabilities occur in very young children, the disorder
are usually not recognized until the child reaches school age.
” Pengertian tersebut dapat diartikan bahwa kesulitan belajar adalah
gangguan yang mempengaruhi kemampuan untuk memahami atau menggunakan bahasa lisan atau bahasa tulis, melakukan penghitungan
matematika, mengkoordinasi gerakan, atau perhatian langsung. Meskipun kesulitan belajar terjadi pada usia muda, gangguan biasanya
tidak diketahui sampai anak mencapai usia sekolah. Sedangkan menurut Munawir Yusuf 2005: 59 anak berkesulitan belajar adalah anak yang
secara nyata mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik khusus
14
maupun umum, baik disebabkan oleh adanya disfungsi minimal otak, proses psikologi dasar maupun sebab-sebab lain sehingga prestasi
belajarnya rendah dan anak tersebut beresiko tinggal kelas. Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli mengenai anak
berkesulitan belajar dapat disimpulkan bahwa anak berkesulitan belajar adalah anak yang mengalami kesulitan dalam tugas akademik seperti
membaca, menulis, penalaran dan berhitung yang disebabkan oleh gangguan sistem saraf pusat dan proses psikologi dasar, bukan karena
hambatan fisik
misalnya hambatan
penglihatan, hambatan
pendengaran, dan hambatan perilaku sosial dan faktor lingkungan seperti budaya, sosial, ekonomi, dan pembelajaran yang tidak sesuai.
Kesulitan ini dapat diketahui ketika anak mencapai usia sekolah dan dapat mempengaruhi prestasi belajar.
Lerner Kline Tin Suharmini, 2009: 63 mengklasifikasikan anak berkesulitan belajar kedalam 4 tingkatan, yaitu: tingkatan pra
sekolah, sekolah, sekolah lanjutan, dan dewasa. Pada tingkatan pra sekolah usia anak masih sangat muda di bawah 6 tahun sehingga
kesulitan belajar pada anak diidentifikasi sebagai kesulitan belajar perkembangan. Sedangkan pada tingkat sekolah dasar, kesulitan belajar
anak diidentifikasi sebagai kesulitan belajar akademik. Bentuk-bentuk kesulitan belajar akademik yang dialami oleh anak di sekolah dasar
antara lain: 1 kesulitan membaca, 2 kesulitan menulis, 3 kesulitan berhitung, dan 4 kesulitan mengeja. Dalam penelitian ini yang
15
dimaksud dengan anak berkesulitan belajar adalah kesulitan belajar menulis.
2. Karakteristik Anak Berkesulitan Belajar
Anak berkesulitan belajar menunjukkan karakteristik yang berbeda dengan anak berkesulitan belajar lainnya.Karakteristik anak
berkesulitan belajar dapat dilihat dari gejala yang ditunjukkan.Sebagian anak berkesulitan belajar memiliki kesulitan dalam aspek kognitif,
misalnya membaca, menulis, dan berhitung. Anak yang lain memiliki masalah pada aspek sosial dan emosi ataupun masalah motorik.
Secara umum, karakteristik anak berkesulitan belajar dapat dilihat dari 5 aspek, yaitu: 1 kognitif, 2 perkembangan bahasa, 3
kemampuan motorik halus dan motorik kasar, 4 sosial emosi, dan 5 motivasional Sutjihati soemantri, 2007: 199-200; Tin Suharmini, 2009:
64-69, Frieda Mangunsong, 2014: 202-204.Secara lebih lanjut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Aspek Kognitif Aspek kognitif berkaitan dengan tugas-tugas akademik, seperti
menulis, membaca, dan berhitung. Anak berkesulitan belajar yang mengalami masalah pada kognisi, biasanya berpikir secara tidak
terorganisisrsehingga bermasalah pada perencanaan kegiatan.Selain itu, mereka juga kesulitan meneukan sulit atau tidaknya sebuah
tugas.
16
b. Aspek Bahasa Anak berkesulitan belajar memiliki masalah pada aspek bahasa
yang mencakup bahasa reseptif dan bahasa ekspresif. Kemampuan bahasa mempunyai peran penting dalam proses pembelajaran
karena kemampuan bahasa merupakan sarana untuk memahami dan mengungkapkan pikiran.
c. Aspek Motorik Anak berkesulitan belajar memiliki masalah dalam bidang
koordinasi motorik. Masalah motorik pada anak berkesulitan belajar berkaitan dengan keterampilan motorik perseptual yang
diperlukan untuk meggambar ataumenulis. Keterampilan tersebut memerlukan koordinasi antara tangan dan mata yang mana anak
berkesulitan belajar juga memiliki masalah dalam koordinasi. d. Aspek Emosi dan Sosial
Karakteristik sosial emosional yang umum pada anak berkesulitan belajar adalah kelabilan emosi dan keimpulsifan yang ditunjukkan
pada sering berubahnya suasana hati dan rendahnya kemampuan pengendalian diri.
e. Motivasional Anak berkesulitan belajar memiliki kecenderungan untuk menyerah
dan mengharapkan hal yang buruk karena mereka beranggapan bahwa bagaimanapun usahanya mereka akan gagal Frieda
Mangunsong, 2014: 204. Sifat tersebut menyebabkan anak
17
berkesulitan belajar mempunyai motivasi yang rendah dalam melakukan pekerjaan yang sulit baginya, hal tersebut juga
memunculkan perilaku menghindar pada tugas yang dianggap sulit. Karakteristik anak berkesulitan belajar terutama pada aspek
menulis ditunjukkan pada 1 kesulitan dalam perencanaan menulis dan mengorganisasikan ide-ide, 2 hasil tulisan tidak rapi, 3 tulisan
banyak yang salah, 4 menulis dengan terbalik mirror writing, 5 spasi tidak beraturan, 6 melakukan penghilangan huruf, penambahan
huruf dan penggantian huruf, 7 menulis huruf dan kata tidak sesuai dengan kaidah bahasa, 8 sulit menulis dengan lurus pada kertas yang
tak bergaris, 9 terlambat dalam menyelesaikan tugas, 10 tidak menikmati proses menulis dan cenderung menghindarinya Mercer
Mercer, 1989: 446; Munawir Yusuf, 2005: 86; Amitya Kumara, 2014: 73.
3. Faktor Penyebab Anak Berkesulitan Belajar
Faktor penyebab anak berkesulitan belajar berasal dari faktor internal, yaitu kemungkinan adanya disfungsi minimal otak Minimal
Brain Dysfunction dan gangguan proses psikologi dasar. Disfungsi minimal otak merujuk pada suatu kondisi gangguan syaraf minimal
pada anak yang dapat termanifestasi dalam berbagai symptom atau gejala kesulitan, misalnya: 1 persepsi, 2 konseptualisasi, 3 bahasa,
4 memori, 5 perhatian, 6 impuls atau fungsi motorik Sutjihati
18
Soemantri, 2007: 202-203. Adapun gejala-gejala tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Kelemahan dalam persepsi dan pembentukan konsep Kelemahan dalam persepsi dan pembentukan konsep mencakup
pada kesulitan dalam membedakan ukuran, arah, tilikan ruang, orientasi waktu, memperkirakan jarak, membedakan bagian
keseluruhan dan memahami keutuhan. b. Gangguan bicara dan komunikasi
Gangguan bicara dan komunikasi mencakup pada kelemahan dalam membedakan stimulus auditif, memiliki perkembangan
bahasa yang lamban, seringkali kehilangan pendengaran, dan seringkali berbicara tak teratur.
c. Gangguan fungsi motorik Gangguan
fungsi motorik
mengacu pada
hiperaktivitas, hipoaktivitas dan seringkali gemetar atau menunjukkan kekakuan
otak. d. Kemunduran prestasi dan penyesuaian akademik
Kemunduran prestasi dan penyesuaian akademik mencakup pada kesulitan membaca, kesulitan berhitung, kesulitan mengeja,
kesulitan menulis, lamban dalam menyelesaikan pekerjaan dan kesulitan memahami instruksi.
19
e. Karakteristik emosional Karakteristik emosional anak berkesulitan belajar meliputi
impulsif, eksplosif, memiliki kesulitan dalam mengendalikan emosi dan dorongan dan memiliki toleransi rendah terhadap frustasi.
f. Gangguan proses berpikir
Gangguan proses berpikir meliputi ketidakcakapan berpikir abstrak, umumnya berpikir secara konkrit, kesulitan membentuk
konsep, seringkali berpikir tak terorganisasi, dan memiliki keterbatasan rentang memori.
Pada umumnya simptom yang sering muncul adalah anak mengalami kesulitan dalam membaca, menulis, mengeja, dan berhitung,
kesulitan dalam memahami konsep konkrit dan abstrak. Anak berkesulitan belajar juga memiliki performa yang tidak menentu, tinggi
dalam bidang tertentu dan rendah dalam bidang yang lain.
4. Identifikasi Anak Berkesulitan Belajar
Identifikasi penentuan anak berkesulitan belajar umumnya dilihat dari kesenjangan antara prestasi dan potensi.Prestasi mengacu pada
kemampuan akademik, sedangkan potensi mengacu pada kemampuan intelektual.Namun, terdapat beberapa pertimbangan dalam menentukan
anak berkesulitan belajar berdasarkan kesenjangan prestasi dan potensi yaitu anak berkesulitan belajar dimungkinkan mendapat skor IQ rendah
karena anak berkesulitan belajar memilki masalah pada bahasa sehingga kesenjangan dimungkinkan tidak terlihat dan belum ada kesepakatan
20
mengenai rentang kesenjangan tersebut sehingga dimungkinkan dapat menghasilkan kesimpulan yang berbeda. Terdapat beberapa alternatif
untuk mengetahui kesenjangan antara prestasi dan potensi dalam mengidentifikasi anak berkesulitan belajaryaitu menilai kesenjangan
diantara kemampuan akademik, menilai kemampuan kesenjangan diantara kemampuan kognitif, dan lebih mempertimbangkan hasil
pengamatan, informasi guru atau orang tua dan hasil pekerjaan siswaPujaningsih, Heri Purwanto, Rahmah Tri Silvia, Bastiana, Asri
Wijiastuti, 2013: 64. Adapun langkah-langkah untuk melakukan identifikasi pada anak
yang mengalami kesulitan belajar menurut Frieda Mangunsong 2014: 206 adalah sebagai berikut:
a. Mencatat anak dengan berbagai indikasi, yaitu: 1 tugas atau kegiatan akademis tidak selesai, 2 kualitas pekerjaan buruk
dibanding teman sekelas, 3 tidak ada motivasi belajar b. Melakukan pengamatan sistematik
c. Menggunakan alatinstrument seleksi d. Testing psikometrik, meliputi: 1 asesmen potensi intelektual, b
asesmen hasil belajarprestasi akademik, c asesmen berbagai modalitas belajar.
Identifikasi kesulitan belajar pada seorang siswa dapat diketahui dengan melakukan asesmen.Asesmen dapat dilakukan secara formal
atau informal.Asesmen formal dilakukan menggunakan tes yang
21
terstandar dan
tidak sembarang
orang dapat
menjadi pengetes.Sedangkan asesmen informal dapat dilakukan oleh guru kelas
atau guru
pendamping khusus
yaitu dengan
asesmen portofolio.Asesmen portofolio merupakan asesmen yang dilakukan
dengan mengumpulkan hasil pekerjaan anak dan dianalisis berdasarkan tipe kesalahan yang cenderung dilakukan oleh anak Pujaningsih, Heri
Purwanto, Rahmah Tri Silvia, Bastiana, Asri Wijiastuti, 2013: 66. Informasi mengenai kemampuan menulis permulaan dapat
diperoleh dengan menganalisis sampel tulisan anak dengan melihat aspek-aspek menulis permulaan seperti bentuk, ukuran, jarak,
kecepatan, dan penjajaran Mercer Mercer, 1989:450. Selain itu, analisis dapat dilakukan pada beberapa tipe kesalahan yang dapat
ditemui pada hasil tulisan anak, antara lain Pujaningsih, Heri Purwanto, Rahmah Tri Silvia, Bastiana, Asri Wijiastuti, 2013: 70:
a. Substitusi, yaitu penggantian huruf atau kata. b. Omisi, yaitu penghilangan huruf atau kata.
c. Adisi, yaitu penambahan huruf atau kata. d. Repetisi, yaitu pengulangan kata
e. Reversal, yaitu penukaran posisi huruf atau kata Data informasi kesulitan belajar juga dapat diperoleh dengan cara,
yakni: 1 wawancara, 2 observasi, 3 tes formal terstandar, dan 4 tes informal. Salah satu bentuk tes informal yang dapat dilakukan
adalah tes keterampilan menulis permulaan dan tes kemampuan
22
persepsi. Ruang lingkup asesmen keterampilan menulis permulaan antara lain sebagai berikut Sunardi dalam Munawir Yusuf, 2005: 179-
180; Mulyono Abdurrahman, 2010: 201 : a. Keterampilan pra menulis
Kompetensi dari keterampilan pra menulis, meliputi: 1 Meraih, meraba, memegang, dan melepaskan benda
2 Mencari perbedaan atau persamaan berbagai obyek, bentuk, warna, ukuran, dan posisi
3 Orientasi ruamg dan arah kiri, kanan, atas, bawah, depan, belakang
b. Keterampilan menulis permulaan Kompetensi dalam keterampilan menulis permulaan, yaitu:
1 Memegang alat tulis dengan benar 2 Menggerakkan alat tulis atas, bawah, kiri, kanan, melingkar
3 Menulis dari kiri ke kanan 4 Menulis pada garis yang tepat
5 Menyalin huruf, kata, dan kalimat dengan huruf balok 6 Menulis namanya sendiri dengan huruf balok
7 Menulis huruf, kata dan kalimat dengan huruf balok 8 Menyalin huruf, kata dan kalimat dengan tulisan bersambung
9 Menulis huruf, kata, dan kalimat dengan tulisan bersambung Telah dijelaskan sebelumnya anak berkesulitan belajar memiliki
masalah pada kemampuan persepsinya sehingga kemampuan tersebut
23
perlu diasesmen.Masalah persepsi yang sering dialami anak berkesulitan belajar adalah persepsi visual dan auditori.Persepsi visual
yaitu kemampuan mengidentifikasi dan menginterpretasi suatu obyek yang diterima melalui mata.Persepsi visual mencakup diskriminasi
visual, bentuk dan latar figure ground, visual closure, dan visual memori. Sedangkan persepsi auditori adalah kemampuan untuk
megenali dan menginterpretasi apa yang didengar. Kemampuan persepsi auditori mencakup diskriminasi auditori, urutan auditori,
ingatan auditori, dan perpaduan auditori Lerner Kline, 2006: 240- 242.Anak yang memiliki masalah dalam persepsi akan memiliki
kecenderungan untuk memutarbalik huruf, misalnya huruf b dibaca atau ditulis d, sulit membedakan dua kata yang berbunyi hampir sama,
misalnya fit dan fik.
B. Kajian Menulis Permulaan