BAB TIGA SUMBER DAYA MANUSIA
30 |
DATA STATISTIK DITJEN SDPPI SEMESTER I TAHUN 2016
3.2.4. Pejabat Fungsional Pengendali Spektrum Frekuensi Radio
Pejabat fungsional pengendali spektrum frekuensi radio merupakan pegawai yang memiliki tugas dan fungsi untuk mengendalikan spektrum
frekuensi radio dan ditempatkan di UPT Monfrek. Tabel 3.8 menyajikan data jumlah pejabat fungsional pengendali frekuensi radio semester I tahun
2016.
No Unit Kerja
2016 25
Lokmon Mataram 10
26
Lokmon Balikpapan 5
27 Lokmon Palangkaraya
3
28
Lokmon Banjarmasin 5
29 Lokmon Palu
6
30
Lokmon Ambon 2
31 Lokmon Gorontalo
2
32
Lokmon Ternate 4
33 Lokmon Kendari
5
34
Lokmon Tahuna 2
35 Lokmon Mamuju
1
36
Lokmon Manokwari 2
37 Posmon Sorong
2
38
BBPPT 7
Jumlah 262
Tabel 3.8. Pejabat Fungsional Pengendali Spektrum Frekuensi Radio Semester I
Tahun 2016 No
UPT Monfrek 2016
1 Balmon Kelas I Jakarta
15
2
Balmon Kelas II Aceh 9
BAB TIGA SUMBER DAYA MANUSIA
DATA STATISTIK DITJEN SDPPI SEMESTER I TAHUN 2016
| 31
No UPT Monfrek
2016 3
Balmon Kelas II Medan 13
4
Balmon Kelas II Pekanbaru 6
5 Balmon Kelas II Batam
10
6
Balmon Kelas II Palembang 13
7 Balmon Kelas II Banten
6
8
Balmon Kelas II Bandung 8
9 Balmon Kelas II Yogyakarta
12
10
Balmon Kelas II Semarang 17
11 Balmon Kelas II Surabaya
10
12
Balmon Kelas II Denpasar 9
13 Balmon Kelas II Kupang
5
14
Balmon Kelas II Samarinda 8
15
Balmon Kelas II Ponianak 7
16
Balmon Kelas II Manado 3
17 Balmon Kelas II Makassar
16
18
Balmon Kelas II Jayapura 5
19 Balmon Kelas II Merauke
1
20
Lokmon Padang 8
21 Lokmon Pangkal Pinang
5
22
Lokmon Jambi 9
23 Lokmon Bengkulu
7
24
Lokmon Bandar Lampung 7
25 Lokmon Mataram
4
26
Lokmon Balikpapan 6
27 Lokmon Palangkaraya
7
28
Lokmon Banjarmasin 8
29 Lokmon Palu
8
30
Lokmon Ambon 7
31 Lokmon Gorontalo
6
32
Lokmon Ternate 5
BAB TIGA SUMBER DAYA MANUSIA
32 |
DATA STATISTIK DITJEN SDPPI SEMESTER I TAHUN 2016
No UPT Monfrek
2016 33
Lokmon Kendari 4
34
Lokmon Tahuna
35 Lokmon Mamuju
1
36 Lokmon Manokwari
2
37
Posmon Sorong 4
Jumlah 271
Apabila diperbandingkan, maka jumlah pegawai UPT Monfrek memiliki proporsi terbesar yaitu 59,92, disusul oleh pegawai berstatus
PPNS 21,16 dan pejabat fungsional pengendali spektrum frekuensi radio 18,92. Untuk lebih jelasnya perhatikan graik di bawah ini.
vvv
Graik 3.3. Perbandingan Jumlah Pegawai UPT, PPNS,
dan Pejabat Fungsional
BAB TIGA SUMBER DAYA MANUSIA
DATA STATISTIK DITJEN SDPPI SEMESTER I TAHUN 2016
| 33
Peraturan Perundang-Undangan
Bab 4
2016
BAB EMPAT PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
34 |
DATA STATISTIK DITJEN SDPPI SEMESTER I TAHUN 2016
P
ada tahun 2016, pemerintah pusat sesuai arahan Presiden Republik Indonesia membuat kebijakan simpliikasi regulasi untuk
mendukung percepatan pelaksanaan Rencana Kerja Pemerintah
RKP maupun Rencana Kerja Pemerintah Daerah RKPD dan Nawa Cita. Secara khusus, terdapat 4 empat tujuan dari urgensi pelaksanaan
simpliikasi regulasi, yang meliputi: 1.
Mendukung percepatan pencapaian target Rencana Kerja Pemerintah RKP 2016 dan Nawa Cita.
2. Mewujudkan eisiensi dan efektivitas penyelenggaraan negara di bidang
ekonomi dan investasi di Indonesia. 3.
Memberikan kepastian hukum bagi pemerintah selaku pelaksana penyelenggara negara serta bagi masyarakat dan pelaku usaha dalam
pelaksanaan kegiatan ekonomi dan investasi di Indonesia.
4. Mendorong pertumbuhan iklim investasi serta pembangunan di
Indonesia.
Terkait hal tersebut, Ditjen SDPPI pada semester I tahun 2016 menerbitkan 1 satu peraturan menteri, yaitu Peraturan Menteri Komunikasi dan
Informatika Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2016 tentang Perpanjangan Izin Pita Frekuensi Radio.
BAB EMPAT PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
DATA STATISTIK DITJEN SDPPI SEMESTER I TAHUN 2016
| 35
No Jenis Peraturan
2011 2012
2013 2014 2015
Semester I Tahun 2016
Jumlah 1
Peraturan Presiden
- 1
- 1
- -
2 1,43
2 Peraturan
Menkominfo 7
26 14
17 11
1 76
54,29
3 Keputusan
Menkominfo 12
14 17
2 1
- 46
32,86
4 Peraturan Dirjen
SDPPI 13
- -
- -
- 13
9,28
5 Surat Edaran
- -
3 -
- -
3 2,14
Jumlah 32
41 34
20 12
1 140
100,00
Peraturan Dirjen SDPPI tidak dimasukkan sejak Tahun 2012
Tabel 4.1. Ringkasan Jumlah Peraturan Perundang-Undangan Bidang SDPPI
Periode 2011 hingga Semester I Tahun 2016 4.1. Rangkuman Peraturan Perundang-Undangan Bidang SDPPI yang
Telah Diterbitkan
Secara keseluruhan, sejak dibentuknya Ditjen SDPPI pada tahun 2011 sampai dengan semester I tahun 2016, telah dikeluarkan 140 peraturan
perundang-undangan dengan rincian sebagai berikut.
Dengan demikian, maka jumlah Peraturan Menkominfo mendominasi jumlah peraturan perundang-undangan lain terkait dengan bidang SDPPI,
yaitu sebanyak 54,29. Selengkapnya dapat dilihat pada graik di bawah ini.
BAB EMPAT PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
36 |
DATA STATISTIK DITJEN SDPPI SEMESTER I TAHUN 2016
Graik 4.1. Jumlah Peraturan Perundang-Undangan Bidang SDPPI
Periode 2011 hingga Semester I Tahun 2016
vvv
BAB EMPAT PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
DATA STATISTIK DITJEN SDPPI SEMESTER I TAHUN 2016
| 37
Bidang Penataan Sumber Daya
Bab 5
2016
BAB LIMA BIDANG PENATAAN SUMBER DAYA
38 |
DATA STATISTIK DITJEN SDPPI SEMESTER I TAHUN 2016
S
umber daya alam khususnya spektrum frekuensi radio merupakan sumber daya yang terbatas namun bersifat strategis sehingga
harus dikelola dengan baik agar memiliki dampak yang besar
terhadap perekonomian dan kesejahteraan masyarakat. Sejalan dengan itu, perkembangan suatu negara di bidang Information and Communication
Technology ICT sangat dipengaruhi oleh pengelolaan sumber daya
spektrum frekuensi radio yang baik. Untuk itu diperlukan pengelolaan yang efektif, eisien dan tertib penggunaannya khususnya pada bidang
ICT. Pengelolaan sumber daya spektrum frekuensi radio bertujuan agar pemanfaatannya lebih tepat guna, tidak tumpang tindih, dan
meningkatkan kualitas layanan telekomunikasi yang lebih baik sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan pendapatan negara melalui
sektor telekomunikasi.
Sumber daya alam terbatas lain yang harus diatur adalah orbit satelit. Pemanfaatan sumber daya orbit satelit dilakukan dengan penataan yang
sedemikian rupa agar terjadi keteraturan pengelolaan orbit satelit. Satelit memiliki beberapa keuntungan yang tidak dapat digantikan seperti memiliki
cakupan wilayah layanan yang luas sehingga dapat dikolaborasikan dengan sistem komunikasi radio. Salah satu contoh pemanfaatannya yaitu
ketika terjadi bencana dan sistem telekomunikasi di bumi lumpuh maka dapat di-backup oleh satelit.
Perkembangan Indonesia pada bidang satelit ditandai dengan keberhasilan peluncuran satelit ke-18, BRIsat, di Guiana Space Centre,
BAB LIMA BIDANG PENATAAN SUMBER DAYA
DATA STATISTIK DITJEN SDPPI SEMESTER I TAHUN 2016
| 39
Guyana, Perancis, pada Sabtu 18 Juni 2016 pukul 18:38 waktu setempat 19 Juni 2016 waktu Indonesia, setelah sempat tiga kali tertunda. Pada awalnya
satelit BRIsat akan diluncurkan pada tanggal 8 Juni 2016, namun ditunda ke tanggal 16 Juni karena ditemukan adanya masalah pada salah satu konektor
antara cryogenic upper stage dengan launch table
. Rencana peluncuran 16 Juni 2016 pun kembali mengalami penundaan menjadi tanggal 17 Juni 2016
karena adanya anomali pada bagian atas peluncur. Pada tanggal 17 Juni 2016, peluncuran terpaksa ditunda selama 24 jam, menjadi tanggal 18 Juni
2016 karena faktor cuaca di sekitar Guiana Space Centre.
Satelit BRIsat yang dibuat oleh pabrikan satelit SSL Space System Loral
diluncurkan menggunakan roket Ariane-5 pada misi ke-230. Satelit berplatform SSL 1300 ini memiliki 24 transponder C-Band standard, 9 Ku band
dan 12 transponder extended C band . Satelit BRIsat akan digunakan oleh Bank
BRI untuk menunjang program keuangan terkait inancial inclusion. Saat ini Bank BRI merupakan bank terbesar di Indonesia dengan 10.600 cabang,
sehingga dengan adanya satelit BRIsat, layanan perbankan BRI, khususnya di daerah-daerah pedalaman dan perbatasan, akan semakin baik.
Satelit BRIsat merupakan satelit ke-18 yang diluncurkan oleh Indonesia sejak satelit Palapa A1 pada tahun 1976. Satelit ini selanjutnya akan
ditempatkan di slot orbit 150.5
o
BT dengan wilayah layanan Indonesia, Asia Tenggara, Asia Selatan, dan Asia Timur. Kesuksesan ini tidak lepas dari
peran pemerintah Subdit Pengelolaan Orbit Satelit, Direktorat Penataan Sumber Daya, Ditjen SDPPI, yang dalam rangka penyelamatan iling
150,5
o
BT, melakukan proses evaluasi permohonan hak penggunaan iling satelit Indonesia sehingga BRI dapat menyelenggarakan usahanya sebagai
penyelenggara telekomunikasi khusus untuk keperluan badan hukum. Dalam hal ini BRI telah memenuhi PM 21 Tahun 2014 Pasal 7 ayat 6
ketika mengajukan ISR stasiun angkasa hanya untuk satelit Indonesia serta Pasal 27 ayat 2 ketika mengajukan pendaftaran iling satelit sebagai calon
penyelenggara satelit Indonesia. Yang dimaksud dengan penyelamatan iling adalah antisipasi pengisian slot orbit milik Indonesia di 150,5
o
BT dari kekosongan ketika satelit Palapa-C2 telah bergeser dari slot orbit 150,5
o
BT.
BAB LIMA BIDANG PENATAAN SUMBER DAYA
40 |
DATA STATISTIK DITJEN SDPPI SEMESTER I TAHUN 2016
Indonesia kembali mengirimkan satelit ke luar angkasa yaitu satelit LAPAN-A3 berselang beberapa hari setelah BRIsat. Satelit LAPAN-A3
LAPAN-IPB diluncurkan dari Bandar Antariksa Satish Dhawan, Sriharikota, India, pada hari Rabu 22 Juni 2016 dengan lift off time pada pukul 10:55:00
WIB. Satelit LAPAN-A3 diluncurkan bersama dengan satelit lain dari Amerika Serikat, India, Jerman, dan Kanada. Setelah peluncuran, satelit
mengorbit di sekitar 500 KM di ruang angkasa. Sinyal pertama diterima di Berlin, Jerman, dan diterima pada pukul 21.30 WIT di Biak, Papua, yang
menandakan bahwa sistem dapat bekerja dengan baik.
Satelit LAPAN-A3 memiliki fungsi yang lebih baik dibanding pendahulunya LAPAN-A1 dan LAPAN-A2. Satelit berbobot 115 KG ini
memiliki misi pemantauan pertanian dan pertumbuhan padi, dan aplikasi- aplikasi lain, bekerja sama dengan Institut Pertanian Bogor IPB. Untuk
mendukung misi ini satelit LAPAN-A3 menggunakan kamera imager agar dapat memberikan informasi yang lebih detail. Satelit ini juga memiliki
sistem pemantauan kapal dengan menggunakan Automatic Identiication System
AIS serta untuk kebutuhan sains. Satelit LAPAN-A3 akan berputar secara polar empat kali dalam sehari sementara Satelit LAPAN-A2
yang diluncurkan di tempat yang sama pada 28 September 2015 masih berputar secara ekuatorial sebanyak 14 kali sehari. Untuk dapat beroperasi
sepenuhnya, diperlukan waktu paling tidak satu bulan guna mengatur sensor dari satelit. Kesuksesan peluncuran satelit ini terhitung sejak satelit
direncanakan dalam bentuk pendaftaran iling satelit ke International Telecommunication Union
ITU yang prosesnya dilakukan bersama-sama antara pihak LAPAN dan Ditjen SDPPI.
Selanjutnya, bab ini menampilkan data statistik yang terdiri dari nilai BHP Pita Frekuensi, pengelolaan orbit satelit, dan notiikasi radio ke ITU.
5.1. Penataan Spektrum Frekuensi Radio