Sistem pengendalian internal merupakan proses yang dijalankan untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian keandalan laporan keuangan,
kepatuhan terhadap hukum, dan efektivitas dan efisiensi operasi, Mulyadi dan Puradiredja dalam Fauwzi, 2011. Dengan adanya sistem pengendalian yang
efektif diharapkan dapat mengurangi adanya perilaku tidak etis dan kecenderungankecurangan akuntansi.
Secara lebih spesifik, individu akan berusaha menganalisis mengapa peristiwa tertentu muncul dan dari hasil analisis tersebut akan mempengaruhi
perilaku mereka di masa mendatang. Proses atribusi juga dapat menjadi hal yang penting dalam memahami perilaku dari orang lain. Perilaku orang lain dapat
diperiksa atas dasar keunikan, konsistensi dan konsensus. Keunikan merupakan tingkatan di mana seseorang berperilaku secara serupa dalam situasi yang berbeda.
Konsistensi merupakan tingkatan dimana seseorang menunjukkan perilaku yang sama pada waktu yang berbeda. Konsensus merupakan tingkatan dimana orang lain
menunjukkan perilaku yang sama. Mengetahui sejauh mana perilaku seseorang menunjukkan kualitas ini dapat sangat bermanfaat dalam membantu memahami
perilaku tersebut.
2.1.2 Fraud Triangle Teory
Berdasarkan teori ini ada tiga faktor yang menyebabkan seseorang melakukan kecurangan. Ketiga faktor tersebut digambarkan dalam segitiga
kecurangan fraud triangle. Fraud triangle terdiri dari tiga kondisi yang umumnya hadir pada saat fraud terjadi yaitu pressure, opportunity, dan rationalization.
Cressey 1953 dalam Tuannakotta 2007 menyimpulkan bahwa kecurangan
secara umum mempunyai tiga sifat umum. Fraud triangle terdiri dari tiga kondisi yang umumnya hadir pada saat fraud terjadi yaitu pressure, opportunity, dan
rationalization. 1
Insentiftekanan pressure. Manajemen atau pegawai lain merasakan insentif atau tekanan untuk melakukan kecurangan. Karyawan mungkin
merasa mendapat tekanan untuk melakukan kecurangan karena adanya kebutuhan atau masalah finansial. Menurut Salman dalam Kurniawati,
2012 tekanan yaitu insentif yang mendorong orang melakukan kecurangan karena tuntutan gaya hidup, ketidakberdayaan dalam soal
keuangan, perilaku gambling, mencoba-coba untuk mengalahkan sistem dan ketidakpuasan kerja.
2 Kesempatan opportunity. Situasi yang membuka kesempatan bagi
manajemen atau pegawai untuk melakukan kecurangan. Menurut Montgomery et al.dalam Kurniawati, 2012 kesempatan yaitu peluang
yang menyebabkan pelaku secara leluasa menjalankan aksinya yang disebabkan oleh pengendalian internal yang lemah, ketidakdisiplinan,
kelemahan dalam mengakses informasi, tidak ada mekanisme audit, dan sikap apatis. Longgarnya pengendalian internal dan kurangnya
pengasawan dalam suatu perusahaan dapat memicu karyawan untuk melakukan kecurangan. Dari longgarnya pengendalian dan kurangnya
pengawasan tersebut karyawan merasa mendapatkan kesempatan untuk melakukan kecurangan.
3 Sikap atau rasionalisasi rationalization. Menurut Norbarani 2012
rasionalisasi merupakan sikap, karakter, atau serangkaian nilai-nilai etis yang membenarkan pihak-pihak tertentu untuk melakukan tindakan
kecurangan, atau orang-orang yang berada dalam lingkungan yang cukup menekan yang membuat mereka merasionalisasi tindakan fraud.
Rasionalisasi menyebabkan pelaku kecurangan mencari pembenaran atas perbuatannya.
Gambar 2.1 Fraud Triangle Theory
Pressure
Opportunity Rationalizations
Sumber : Fraud Triangle Theory oleh Cressey 1953 dalam Norbarani 2012
2.1.3 Pengendalian Internal