LANDEK DALAM UPACARA ERDEMU BAYU KAJIAN TERHADAP BENTUK DALAM SISTEM SOSIAL PADA MASYARAKAT KARO.

(1)

LANDEK DALAM UPACARA ERDEMU BAYU KAJIAN

TERHADAP BENTUK DALAM SISTEM SOSIAL PADA

MASYARAKAT KARO

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

RISDA OCTAVIA BARUS

NIM 2113340041

JURUSAN SENDRATASIK

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal Skripsi ini. Adapun proposal Skripsi ini berjudul “Landek Dalam Upacara Erdemu Bayu Kajian Terhadapa Bentuk Dalam Sistem Sosial Masyarakat Karo”.

Skripsi ini merupakan hasil pemikiran penulis secara ilmiah yang dibangun berdasarkan teori-teori penelitian di lapangan. Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di UNIMED. Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, baik dari segi penulisan, tata bahasa maupun dari penyampaian ide penulis.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih serta penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan serta fasilitas sehingga proposal Skripsi ini dapat disusun. oleh karena itu dengan sepenuh hati penulis mengucapkan terimakasih yang khususnya penulis sampaikan kepada:

1. Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd Rektor Universitas Negeri Medan 2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum Dekan Fakultas Bahasa dan Seni

Universitas Negeri Medan

3. Uyuni Widiastuti, M.Pd Ketua Jurusan Sendratasik FBS UNIMED 4. Sitti Rahmah, S.Pd, M.Si Ketua Prodi Pendidikan Tari FBS

5. Martozet.S.Sn.,MA Ketua Lab Pendidikan Tari sekaligus Dosen PA 6. Dra. Rr. RHD. Nugrahaningsih, M.Si Dosen Pembimbing I

7. Nurwani, S.S.T, M.Hum Dosen Pembimbing II

8. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Pendidikan Tari Fakutas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

9. Teristimewa Kedua Orang Tua tercinta yang telah mendukung dan mendoakan penulis sehingga Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik

10.Bapak Krisman Barus Narasumber yang sudah banyak memberikan ilmu dan informasi mengenai Skripsi ini kepada penulis


(7)

iii

11.Kepala Desa Hulu Kampung Tujuh Kecamatan Pancurbatu

12.Fredi Saputra Sagala dan Jamal S.Karo-karo yang sudah banyak membantu dan mendukung penulis dalam penulisan Skripsi.

13.Seluruh teman-teman stambuk 2011 yang sama-sama berjuang untuk mendapat gelar Sarjana

Penulisan proposal skripsi ini didukung dengan referensi-referensi dan sumber informasi lainnya, namun terlepas dari semuanya penulis juga menyadari terdapat berbagai kekurangan dalam penulisan proposal ini. Oleh sebab itu penulis menerima berbagai kritikan dan saran dari pembaca yang bersifat membangun untuk kesempurnaan Skripsi ini.

Medan, September 2015 Salam Hormat,

Penulis,

Risda Octavia Barus Nim: 2113340041


(8)

i

ABSTRAK

RISDA OCTAVIA BARUS. NIM. 2113340041. Landek Dalam Upacara Erdemu Bayu Kajian Terhadap Bentuk Dalam Sistem Sosial Pada Masyarakat Karo. Prodi Seni Tari. Jurusan Sendratasik. Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan 2015.

Tujuan dari penelitian ini untuk mendeskripsikan sistem kekerabatan pada upacara Erdemu bayu pada masyarakat Karo, struktur upacara Erdemu bayu pada masyarakat Karo, serta bentuk penyajian landek sesuai sistem kekerabatan pada upacara Erdemu Bayu pada masyarakat Karo.

Untuk menjawab tujuan penelitian diatas digunakan teori yang berkaitan dengannya yaitu , mengenai teori bentuk penyajian, teori sistem, teori struktur. Penulis mengambil lokasi penelitian di Desa Hulu Kampung Tujuh Kecamatan Pancurbatu, Kabupaten Deli Serdang sejak bulan Mei 2015 sampai Juli 2015 dengan sampel tokoh adat dan salah satu masyarakat Karo setempat. Dalam penelitian kualitatif ini peneliti melakukan prosedur penentuan informasi, yaitu menentukan informasi yang tahu dan terlibat dalam upacara Erdemu Bayu tersebut. Metode dalam penelitian ini merupakan metode deskriptif kualitatif dan dengan tehnik pengumpulan data melalui wawancara dengan Bapak Krisman Barus, observasi lapangan, dokumentasi, studi pustaka dan yang terakhir adalah tehnik analisis data.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem kekerabaran pada upacara erdemu bayu pada masyarakat Karo dikenal sebagai sangkep geluh yang didalamnya terdapat rakut sitelu, tutur siwaluh, dan perkade-kaden 11+1. Struktur upacara erdemu bayu pada masyarakat Karo dimulai dengan Sebelum upacara, saat upacara dan setelah upacara. Landek dalam upacara erdemu bayu terdapat pada saat upacar erdemu bayu. Bentuk penyajian landek sesuai sistem kekerabatan pada masyarakat Karo yang dimulai dengan landek sukut/senina, landek kalimbubu, dan landek anak beru. Seluruhnya bersangkutan dengan sistem kemasyarakatan pada masyarakat Karo.


(9)

iv DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL... vi

DAFTAR SKEMA ... vii

DAFTAR FOTO ... viii

DAFTAR PETA ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian. ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KERANGKA TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL 10 A. Landasan Teoritis ... 10

1. Pengertian Upacara ... 10

2. Pengertian Erdemu Bayu... 11

3. Teori Sistem ... 12

4. Sistem Kekerabatan ... 13

5. Teori Struktur ... 14

6. Teori Bentuk Penyajian ... 15

B. Kerangka Konseptual ... 16

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 18

A. Metodologi Penelitian ... 18

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 19

C. Populasi dan Sampel ... 19


(10)

v

2. Sampel ... 20

D. Teknik Pengumpulan Data ... 20

1. Obsevasi ... 20

2. Dokumentasi ... 21

3. Wawancara ... 21

4. Studi Pustaka ... 22

E. Teknik Anlisis Data... 25

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 26

A.Gambaran Umum Masyarakat Karo ... 27

1. Letak Geografis ... 27

2. Suku Karo... 29

3. Sistem Kemasyarakatan ... 29

B. Adat Istiadat ... 31

1. Sistem Sosial ... 33

2. Sistem Kekerabatan Masyrakat Karo ... 33

a. Sistem Kekerabatan Pada Upacara Erdemu Bayu ... 41

C. Struktur Upacara Erdemu Bayu ... 41

1. Sebelum Upacara Erdemu Bayu ... 41

2. Saat Upacara Erdemu Bayu ... 43

3. Sesudah Upacara Erdemu Bayu ... 47

D. Landek ... 47

1. Asal Usul Landek ... 47

2. Bentuk Penyajian Landek Pada Upacara Erdemu Bayu ... 50

BAB V PENUTUP ... 54

A.Kesimpulan ... 54

B.Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 56

GLOSARIUM ... 58


(11)

viii

DAFTAR FOTO

Foto 1 Persikapen ... 42

Foto 2 Memasuki Gereja ... 43

Foto 3 Ngosei Penganten ... 44

Foto 4 Tegun sukut dan Tegun kalimbubu menari memasuki jambur ... 44

Foto 5 Upacara Erdemu Bayu ... 45


(12)

vii

DAFTAR SKEMA

Skema 1 Kerangka Konseptual ... 17

Skema 2 Tegun Sukut ... 37

Skema 3 Tegun Kalimbubu ... 38


(13)

viii

DAFTAR PETA


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Bangsa Indonesia memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional dan bahasa daerah. Sumatera merupakan pulau keenam terbesar di dunia berdasarkan luas wilayah (http://id.m.wikipedia.org/wiki/sumatera). Masyarakatnya terdiri atas beberapa suku yang tersebar dari sabang sampai merauke. Setiap kehidupan kelompok masyarakat tidak terlepas dari kebudayaannya masing-masing yang bersumber dari pemikiran-pemikiran atau dari kebiasaan-kebiasaan yang terkait dari lingkungan dimana kelompok masyarakat berada.

Sumatera Utara memiliki berbagai suku batak yang bukan hanya terdiri dari satu jenis suku saja, melainkan terdiri atas lima suku yaitu Batak Toba, Batak Mandailing, Batak Simalungun, Batak Pakpak/Dairi, dan Batak Karo. Suku Karo bukan hanya terdapat di Kabupaten Karo saja melainkan terdapat di berbagai daerah di Sumatera Utara di antaranya Kota Medan, Kota Binjai, Kabupaten Dairi, Kabupaten Simalungun, Kabupaten Langkat dan berbagai Kota dan Kabupaten lainnya.

Suku Karo memiliki banyak kebudayaan yang merupakan produk dan hasil kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat dan di jalankan sesuai kebiasaan secara turun-menurun. Hal ini didukung oleh pendapat Edward Burnett Tylor yang menyebutkan bahwa “kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, moral,


(15)

hukum, adat istiadat, kesenian dan kemampuan-kemampuan lain yang di dapat seseorang anggota masyarakat”.

Salah satu unsur kebudayaan yang mempengaruhi corak hidup manusia dalam masyarakat adalah kesenian, setiap kesenian tentu memiliki ciri khusus sesuai kebudayaan masing-masing, sehingga banyak kesenian yang lahir dari masyarakat dan sesuai dengan adat budaya serta norma yang berlaku. Kehadiran kesenian bukan hanya sebagai hiburan semata namun juga merupakan ungkapan suatu kehidupan yang sangat sarat dengan makna dan simbol-simbol dari setiap suku sehingga masyarakat dari suku manapun dapat menghasilkan kebudayaan sebagai saran hasil karya, rasa dan pencipta.

Suku Karo sebagai salah satu etnik yang terdapat di Sumatera tentu memiliki keunikan kesenian tersendiri. Potensi dan pengembangan kesenian Karo tidak bisa terlepas dari bagaimana masyarakat Karo dalam mengapresiasikan kesenian Karo itu sendiri. Bagi masyarakat suku Karo, kesenian merupakan salah satu kebudayaan yang sering digunakan pada setiap kesempatan, baik digunakan dalam hiburan, upacara adat / ritual, dan kesenian lainnya yang menyertainya adalah seni tari.

Tari dalam bahasa Karo disebut Landek. Dalam budaya Karo, penyajian landek ditentukan dengan konteks penyajiannya. Pola dasar tari Karo adalah posisi tubuh, gerakan tangan, gerakan kaki dengan lutut naik turun ( endek ) disesuaikan dengan tempo gendang dengan ekspresi untuk mempercantik dan memperindah tarian tersebut. Selain itu, setiap gerakan-gerakan dalam landek


(16)

pada Masyarakat Karo juga berhubungan dengan perlambangan-perlambangan dan makna-makna tertentu.

Dalam Masyarakat Karo tarian memiliki nilai keindahan, menarikan suatu tarian dapat dilakukan sendirian dan dapat juga dilakukan secara beramai-ramai. Etnis Karo memiliki berbagai tarian dalam fungsi upacara adat / ritual, pertunjukkan dan hiburan. Ada beberapa upacara Adat pada Masyarakat Karo, diantaranya yaitu upacara kematian, upacara pernikahan, upacara mengangkat tulang-tulang, upacara membuat nama dan lain sebagainya.

Sistem kekerabatan dalam Suku Karo terdapat ikatan yang disebut Rakut Sitelu (tiga kedudukan dalam satu kelompok yang utuh dan menyeluruh). Unsur-unsur dalam rakut sitelu adalah senina, kalimbubu dan anak beru. Kalimbubu adalah kelompok pihak pemberi perempuan dan sangat dihormati dalam sistem

kekerabatan orang Karo. Anak beru adalah pihak pengambil perempuan atau

penerima perempuan untuk diperistri. Senina adalah hubungan satu marga. Upacara adat pernikahan pada masyarakat Karo merupakan bagian tradisi dalam kehidupan orang Karo yang dilakukan turun-menurun. Sebutan upacara pernikahan pada masyarakat Karo adalah upacara Erdemu Bayu. Dalam upacara erdemu bayu ini yang paling utama harus terdapat di dalamnya yaitu Sangkep Geluh (keutuhan hidup masyarakat Karo) yang terkait dalam Rakut Sitelu, Tutur Siwaluh, Merga Silima Ras Perkade-Kaden 12+1 (sepuluh dua tambah sada). Hukum adat memandang bahwa perkawinan adalah peristiwa yang penting karena merupakan urusan seluruh masyarakat, bukan hanya ikatan konseptual atau urusan mereka yang menjadi calon mempelai.


(17)

Perkawinan antara seorang laki-laki dan perempuan yang memunculkan hubungan lahiriah dan spritual. Dalam masyarakat Karo, seseorang yang melakukan pernikahan mempunyai syarat tertentu, fungsi dari syarat-syarat ini agar seseorang yang melakukan pernikahan tidak melanggar hukum adat yang ada. Dalam pernikahan Adat Karo ada tahapan-tahapan yang dilakukan, diantaranya adalah kerja adat/pesta adat. Tahapan ini adalah pelaksanaan penikahan adat kedua mempelai. Pelaksanaannya biasanya dilakukan selama sehari penuh di kampung pihak perempuan. Dalam tahap ini, para mempelai dan keluarga di wajibkan untuk melandek (menari) sesuai aturan-aturan susunan acara.

Bentuk penyajian upacara erdemu bayu Adat Karo di awali dengan landek pengalo-ngalo (penyambutan) memasuki jambur pengantin laki-laki dan pengantin perempuan berdiri di depan pintu masuk beserta keluarga masing-masing dengan berjalan sambil menari memasuki jambur dan di sambut oleh anak beru. Melanjuti tahap-tahapan struktur penyajian, banyak tarian-tarian yang mencakup kedalam upacara pernikahan. Pengantin perempuan dan pengantin laki-laki mengambil posisi di tengah-tengah, mereka bernyanyi bergantian sambil menari, dimana disaat itu pihak keluarga menyumbang berupa uang yang dijadikan pengantin sebagai modal njayo (tinggal tidak bersama orang tua lagi / hidup mandiri). Makna dan struktur penyajian upacara Adat Karo terdapat pada masing-masing kegunaannya. Landek Senina menjadi yang pertama dalam acara keluarga yang dilanjuti dengan landek kalimbubu dan yang terakhir landek anak beru. Melihat adat di atas, penulis merasa tertarik untuk


(18)

lebih mendalami dan selanjutnya meneliti bagaimana sebenarnya penyajian dan bentuk landek dalam upacara erdemu bayu untuk dijadikan fokus penelitian yaitu Landek Dalam Upacara Erdemu Bayu Kajian Terhadap Bentuk Dalam Sistem Sosial Pada Masyarakat Karo “.

B.Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah adalah sejumlah masalah yang berhasil ditarik dari uraian latar belakang masalah atau kedudukan dan lingkup permasalahan yang lebih luas. Tujuan dari identifikasi masalah adalah agar penelitian yang dilakukan menjadi terarah serta cakupan masalah yang dibahas tidak terlalu luas. Hal ini sejalan dengan pendapat Hadeli (2006 : 23), yang mengatakan bahwa : “Identifikasi masalah adalah suatu situasi yang merupakan akibat dari interaksi dua atau lebih faktor (seperti kebiasaan-kebiasaan keadaan, dan lain sebagainya yang menimbulkan beberapa pertanyaan-pertanyaan)”.

Sesuai pendapat tersebut dan dari uraian yang terdapat pada latar belakang masalah, maka permasalahan ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Bagaimana sistem kekerabatan pada upacara Erdemu bayu pada masyarakat Karo?

2. Bagaimana struktur upacara Erdemu bayu pada masyarakat Karo?

3. Bagaimana pandangan masyarakat Karo dengan adanya landek di dalam upacara Erdemu Bayu ?


(19)

4. Bagaimana bentuk penyajian landek sesuai sistem kekerabatan pada upacara Erdemu Bayu pada masyarakat Karo?

5. Bagaimana landek pada upacara Adat erdemu bayu pada masyarakat Karo?

6. Bagaimana tahapan-tahapan upacara erdemu bayu pada masyarakat Karo?

7. Bagaimana sistem landek pada upacara erdemu bayu adat pada masyarakat Karo?

C.Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya cakupan pembatasan masalah dalam topik yang diangkat penulis, maka uantuk mempersingkat cakupan, keterbatasan waktu, dana, kemampuan penulis, oleh karena itu penulis mengadakan pembatasan masalah untuk pempermudah penulis dalam memecahkan masalah yang dihadapai dalam penelitian ini. Hal ini sesuai dengan pendapat Sukardi (2003:30) yang mengatakan bahwa:

“Dalam merumuskan ataupun membatasi permasalahan dalam suatu penelitian permasalahan dalam suatu penelitian sangatlah berfariasi dan bergantungg pada kesenangan penelitian. Oleh kerena itu, perlu hati-hati dan jeli dalam mengevaluasi rumusan permasalahan penelitian dan dirangkum kedalam beberapa pertanyaan yang jelas”.

Berdasarkan pendapat tersebut, maka penulis membatasi masalah dengan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana sistem kekerabatan pada upacara Erdemu bayu pada masyarakat Karo?


(20)

2. Bagaimana struktur upacara Erdemu bayu pada masyarakat Karo?

3. Bagaimana Bentuk penyajian landek sesuai sistem kekerabatan pada upacara Erdemu Bayu pada masyarakat Karo?

D.Rumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan merupakan suatu titik fokus dari sebuah penelitian yang hendak dilakukan, mengingat sebuah penelitian merupakan upaya untuk menemukan jawaban pertanyaan, maka dari itu perlu dirumuskan dengan baik, sehingga dapat mendukung untuk menemukan jawaban.

Berdasarkan uraian di atas hal ini sejalan dengan pendapat Maryeani (2005:14), yang mengatakan bahwa:

“Rumusan masalah merupakan jabaran detail fokus penelitian yang akan digarap. Rumusan msalah menjadi semacam kontrak bagi peneliti karena penelitian merupakan upaya untuk menemukan jawaban pertanyaan sebagaimana terpapar pada rumusan masalahnya. Rumusan masalah juga bisa disikapi sebagai jabaran fokus penelitian karena dalam praktiknya, proses penelitian senantiasa berfokus pada butir-butir masalah sebagaimana dirumuskan”.

Berdasarkan pendapat tersebut serta uraian yang terdapat pada latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “ Bagaimana Makna dan Struktur Penyajian Landek Dalam Upacara Pernikahan Pada Masyarakat Karo”.


(21)

E.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan sasaran yang hendak dicapai oleh peneliti sebelum melakukan penelitian. Tanpa adanya tujuan yang jelas, maka arah kegiatan yang dilakukan tidak terarah karena tidak tahu apa yang akan dicapai dalam kegiatan tersebut. Bagi seorang peneliti dapat digunakan tolak ukur dan penilaian ketercapaian tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini diperkuat oleh pendapat Lexy J.Moleong (2010:31) yang mengatakan bahwa,”Tujuan penelitian memahami fenomena sosial melalui gambaran holistik dan memperbanyak pemahaman mandalam”.

Dalam penelitian ini tujuan yang hendak dicapai oleh penelitian adalah sebagai berikut :

1. Mendeskripsikan sistem kekerabatan pada upacara Erdemu bayu pada masyarakat Karo?

2. Mendeskripsikan struktur upacara Erdemu bayu pada masyarakat Karo? 3. Mendeskripsikan bentuk penyajian landek sesuai sistem kekerabatan pada

upacara Erdemu Bayu pada masyarakat Karo?

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian merupakan kegunaan dari penelitian yang dapat dijadikan sumber informasi dalam mengembangkan kegiatan penelitian selanjutnya. Apabila penelitian dapat mencapai hasil sesuai dengan tujuan penelitian maka rumusannya dapat terjawab secara ilmiah.


(22)

Beberapa manfaat penelitian yang diambil dari kegiatan penelitian ini, yaitu :

1. Sebagai bahan motivasi bagi setiap pembaca khususnya generasi muda untuk melestarikan upacara adat pada daeranya.

2. Sebagai masukan bagi penulis dalam menambah pengetahuan wawasan mengenai upacara pernikahan pada masyarakat Karo.

3. Sebagai bahan informasi buat setiap pembaca.

4. Sebagai bahan referensi bagi penelitian-penelitian yang lainnya, yang memiliki hubungan terhadap penelitian ini.

5. Sebagai bahan motivasi bagi setiap pembaca, khususnya yang menekuni atau mendalami pendidikan kesenian dan kebudayaannya khususnya tari dan upacara adatnya.


(23)

BAB V

PENUTUP

A.Kesimpulan

Pelaksanaan upacara erdemu bayu pada masyarakat Karo diikat oleh sistem kekerabatan yaitu sangkep nggelu atau sering disebut sebagai keutuhan hidup orang Karo. Dalam upacara ini yang sanggat berperang ialah rakut sitelu yang terdiri dari tegun sukut, tegun kalimbubu, dan tegun anak beru.

1. Tegun sukut adalah kelompok dari pihak keluarga inti atau yang memiliki kegiatan upacara. Tegun kalimbubu adalah kelompok yang tertinggi pada masyarakat Karo dan kelompok yang paling dihormati dari setiap pihak. Tegun anak beru adalah kelompok yang sanggat berperan penting dalam upacara erdemu bayu karena tegun anak beru yang mengatur seluruh acara dan ketidakadanya anak beru maka upacara tidakakan berjalan dengan baik.

2. Upacara erdemu bayu dibagi menjadi tiga tahapan yaitu pra-upacara erdemu bayu, inti upacara erdemu bayu, dan pasca upacara erdemua bayu. Pelaksanaan landek dilangsungkan pada pelaksanakan tahap ke dua, yaitu pada inti upacar erdemu bayu. Landek dalam upacara ini sanggat melibatkan sistem kekerabatan pada masyarakat Karo karena sistem kekerabatannya dapat berubah-ubah. Landek sukut adalah kegiatan menari yang pertama dilakukan, kemudian dilanjukatkan dengn landek


(24)

55

kalimbubu dan yang terakhir yaitu landek anak beru. Bentuk penyajian landek dalam upacara erdemu bayu banyak menggunakan properti, diantaranya sumpit, beras piher, kampil(sirih), amak mentar, tilam/amak kapal, uis jongket dan kain panjang.

3. Upacara erdemu bayu pada masyarakat Karo adalah upacara yang harus dilaksanakan, sebab upacara ini adalah pemberian berkat secara adat bagi pasangan yang akan menikah. Jika hal ini tidak di laksanakan, makak edua mempelai tidak diijikan melakukan upacara adat kepada anaknya kelak akan menikah, kecuali ia diberkati terlebih dahulu secara adat.

B. Saran

Dari beberapa kesimpulan hasil penelitian da pembahasan, maka dapat diuraikan saran-saran sebagai berikut :

1. Sistem kekerabatan pada masyarakat Karo adalah salah satu sistem yang sanggat perlu diketahui bagi masyarakat Karo, khususnya bagi anak muda Karo karena dengan adanya sistem kekerabatan ini masyarakat Karo dapat menjalin hubungan kekeluargaan dengan orang lain yang baru dikenal

2. Hendaknya masyarakat Karo membuat buku tentang upacara adat Karo khususnya upacara erdemu bayu agar dapat dipelajari dengan jelas tahapan-tahapan dan aturan-aturan dalam upacara Adat Karo dan anak muda suku Karo tahu akan pentingnya upacara adat didalam kehidupan masyarakat Karo


(25)

56

DAFTAR PUSTAKA

Achamadi,Abu. 2005. Antropologi Budaya: Mengenal Kebudayaan dan Suku-suku Bangsa Di Indonesia. Jakarta: Penlangi

Burnett Tylor, Edward. 1988. Wayang, Kebudayaan Indonesia dan Pancasila. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia

Ginting, Nalinta. 1984. Turi-turun Beru Rengga Kuning:turu-turin Adat Budaya Karo. Deli Tua: Toko Buku Kobe

Ijah, Seribina. 2008. Peranan Tari Simalungun Rayat Dalam Upacara Adat Pada Masyarakat Karo di Desa Rumah Berastagi. Skripsi. Medan.Universitas Negeri Medan

Ihromi, T.O. 2006. Antropologi Budaya. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia Jazuli, M. 2013. Sosiologi Seni edisi 2. Yogjakarta: Graha Ilmu

Joosten Ginting, Leo dan Kriswanto Ginting. 2014. Tanah Karo (Selayang Pandang). Medan: Bina Media Perintis

Meliza Nasution, putri. 2013. Landek dalam upacara Cawir Metua Pada Masyarakat Karo. Skripsi. Medan: Universitas Negeri Medan

Nova Adelina, Christi. 2012. Karakteristik Landek Pada Masyarakat Karo. Skripsi. Medan. Universitas Negeri Medan

Nugrahaningsih, RHD dan Yusnizar Heniwaty. 2012. Tari (Identitas dan Resistensi). Medan: Unimed Press

Nurhasanah. 2011. Bentuk Penyajian dan Nilai Estetika Tari Piso Surit Pada Masyarakat Karo. Skripsi. Medan: Universitas Negeri Medan


(26)

57

Nurwani. 2007. Pengetahuan Tari. Diktat Jurusan Sendratasik. FBS Universitas Negeri Medan

Purba, Jamin. 2011. Upacara Adat Marhajabu Pada Masyarakat Simalungun Studi Analisis Terhadap Tor-tor. Skripsi. Medan: Universitas Negeri Medan

Reader. 2000. Antropologi Budaya. Jakarta.

Ryans. 2002. Sistem Nasional. Jakarta: Mandar Maju

Soedarsono. 1997.Tari-tarian Indonesia. Jakarta: Proyek pengembangan media kebudayaan direktorat jendral kebudayaan

Wuri Handayani, Lilis. 2013. Penari Penceng Pesta Guro-Guro Aron Dalam Acara Kerja Tahun di Desa Ketaren Kabupaten Karo. Skripsi. Medan: Universitas Negeri Medan

http://id.m.wikipedia.org/wiki/sumatera

http://silima-merga.blogspot.com/2011/02/pengertian-rakut-sitelu.html http://id.wikipedia.org/wiki/Rakut_Sitelu


(27)

58

GLOSARIUM

1. Anak beru : Pihak yang mengambil isteri dari suatu keluarga tertentu untuk diperistri. Anak beru dapat terjadi secara langsung

2. Bere-bere : Sebuah nama keluraga yang diwarisi seseorang dari beru yang dimiliki ibunya

3. Beru : Sebutan marga untuk perempuan

4. Binuang : Nama sebuah keluarga yamg diturunkan oleh bere bere ayahnya, ataupun beru ibu dari ayahnya 5. Cabur Bulung : Upacara pernikahan waktu kecil

6. Erban Gelar : Memberi nama pada anak 7. Erdemu Bayu : Upacara Pernikahan Adat Karo

8. Geluh : Hidup

9. Impal : Berbeda Marga dan boleh menikah

10.Kalimbubu : Kelompok pemberi isteri kepada keluarga tertentu

11.Landek : Tari

12.Mbaba Belo Selambar : Tunangan pada Adat Karo

13. Mejuah-juah : Sehat sejahtera lahir batin

14.Melandek : Menari

15.Merga : Marga ( garis keturunan ) / sebutan untuk laki-laki 16.Mesur-mesuri : Upacara tujuh bulanan

17.Naruhken Kalak Mate : Menghantarkan orang mati


(28)

59

19.Puang kalimbubu : Kalimbubu dari kalimbubu seseorang 20.Rakut Sitelu : Tiga kelompok alam satu kedudukan

21. Sangap : Mendapat rejeki

22.Sangkep : Yang utuh

23.Sembuyak : Orang-orang yang lahir dari kandungan atau rahim yang sama

24.Senina : satu marga sesama jenis kelamin

25.Senina Sepengalon : Orang yang bersaudara karena mempunyai anak anak yang memperisteri dari beru yang sama 26.Sipemeren : Orang-orang yang ibu-ibu mereka bersaudara

kandung

27.Sitandan : Perkenalan

28.Tegun : Pihak

29.Tuah : Menerima berkah dari Tuhan Yang Maha Esa 30.Turang : Satu marga tetapi berbeda jenis kelamin


(1)

PENUTUP

A.Kesimpulan

Pelaksanaan upacara erdemu bayu pada masyarakat Karo diikat oleh sistem kekerabatan yaitu sangkep nggelu atau sering disebut sebagai keutuhan hidup orang Karo. Dalam upacara ini yang sanggat berperang ialah

rakut sitelu yang terdiri dari tegun sukut, tegun kalimbubu, dan tegun anak beru.

1. Tegun sukut adalah kelompok dari pihak keluarga inti atau yang memiliki

kegiatan upacara. Tegun kalimbubu adalah kelompok yang tertinggi pada masyarakat Karo dan kelompok yang paling dihormati dari setiap pihak.

Tegun anak beru adalah kelompok yang sanggat berperan penting dalam

upacara erdemu bayu karena tegun anak beru yang mengatur seluruh acara dan ketidakadanya anak beru maka upacara tidakakan berjalan dengan baik.

2. Upacara erdemu bayu dibagi menjadi tiga tahapan yaitu pra-upacara

erdemu bayu, inti upacara erdemu bayu, dan pasca upacara erdemua bayu.

Pelaksanaan landek dilangsungkan pada pelaksanakan tahap ke dua, yaitu pada inti upacar erdemu bayu. Landek dalam upacara ini sanggat melibatkan sistem kekerabatan pada masyarakat Karo karena sistem kekerabatannya dapat berubah-ubah. Landek sukut adalah kegiatan menari yang pertama dilakukan, kemudian dilanjukatkan dengn landek


(2)

kalimbubu dan yang terakhir yaitu landek anak beru. Bentuk penyajian landek dalam upacara erdemu bayu banyak menggunakan properti,

diantaranya sumpit, beras piher, kampil(sirih), amak mentar, tilam/amak

kapal, uis jongket dan kain panjang.

3. Upacara erdemu bayu pada masyarakat Karo adalah upacara yang harus dilaksanakan, sebab upacara ini adalah pemberian berkat secara adat bagi pasangan yang akan menikah. Jika hal ini tidak di laksanakan, makak edua mempelai tidak diijikan melakukan upacara adat kepada anaknya kelak akan menikah, kecuali ia diberkati terlebih dahulu secara adat.

B. Saran

Dari beberapa kesimpulan hasil penelitian da pembahasan, maka dapat diuraikan saran-saran sebagai berikut :

1. Sistem kekerabatan pada masyarakat Karo adalah salah satu sistem yang sanggat perlu diketahui bagi masyarakat Karo, khususnya bagi anak muda Karo karena dengan adanya sistem kekerabatan ini masyarakat Karo dapat menjalin hubungan kekeluargaan dengan orang lain yang baru dikenal

2. Hendaknya masyarakat Karo membuat buku tentang upacara adat

Karo khususnya upacara erdemu bayu agar dapat dipelajari dengan jelas tahapan-tahapan dan aturan-aturan dalam upacara Adat Karo dan anak muda suku Karo tahu akan pentingnya upacara adat didalam kehidupan masyarakat Karo


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Achamadi,Abu. 2005. Antropologi Budaya: Mengenal Kebudayaan dan Suku-suku

Bangsa Di Indonesia. Jakarta: Penlangi

Burnett Tylor, Edward. 1988. Wayang, Kebudayaan Indonesia dan Pancasila. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia

Ginting, Nalinta. 1984. Turi-turun Beru Rengga Kuning:turu-turin Adat Budaya

Karo. Deli Tua: Toko Buku Kobe

Ijah, Seribina. 2008. Peranan Tari Simalungun Rayat Dalam Upacara Adat Pada

Masyarakat Karo di Desa Rumah Berastagi. Skripsi. Medan.Universitas

Negeri Medan

Ihromi, T.O. 2006. Antropologi Budaya. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia Jazuli, M. 2013. Sosiologi Seni edisi 2. Yogjakarta: Graha Ilmu

Joosten Ginting, Leo dan Kriswanto Ginting. 2014. Tanah Karo (Selayang Pandang). Medan: Bina Media Perintis

Meliza Nasution, putri. 2013. Landek dalam upacara Cawir Metua Pada Masyarakat

Karo. Skripsi. Medan: Universitas Negeri Medan

Nova Adelina, Christi. 2012. Karakteristik Landek Pada Masyarakat Karo. Skripsi. Medan. Universitas Negeri Medan

Nugrahaningsih, RHD dan Yusnizar Heniwaty. 2012. Tari (Identitas dan Resistensi). Medan: Unimed Press

Nurhasanah. 2011. Bentuk Penyajian dan Nilai Estetika Tari Piso Surit Pada


(4)

Nurwani. 2007. Pengetahuan Tari. Diktat Jurusan Sendratasik. FBS Universitas Negeri Medan

Purba, Jamin. 2011. Upacara Adat Marhajabu Pada Masyarakat Simalungun Studi

Analisis Terhadap Tor-tor. Skripsi. Medan: Universitas Negeri Medan

Reader. 2000. Antropologi Budaya. Jakarta.

Ryans. 2002. Sistem Nasional. Jakarta: Mandar Maju

Soedarsono. 1997.Tari-tarian Indonesia. Jakarta: Proyek pengembangan media kebudayaan direktorat jendral kebudayaan

Wuri Handayani, Lilis. 2013. Penari Penceng Pesta Guro-Guro Aron Dalam Acara

Kerja Tahun di Desa Ketaren Kabupaten Karo. Skripsi. Medan: Universitas

Negeri Medan

http://id.m.wikipedia.org/wiki/sumatera

http://silima-merga.blogspot.com/2011/02/pengertian-rakut-sitelu.html http://id.wikipedia.org/wiki/Rakut_Sitelu


(5)

GLOSARIUM

1. Anak beru : Pihak yang mengambil isteri dari suatu keluarga tertentu untuk diperistri. Anak beru dapat terjadi secara langsung

2. Bere-bere : Sebuah nama keluraga yang diwarisi seseorang

dari beru yang dimiliki ibunya

3. Beru : Sebutan marga untuk perempuan

4. Binuang : Nama sebuah keluarga yamg diturunkan oleh bere

bere ayahnya, ataupun beru ibu dari ayahnya

5. Cabur Bulung : Upacara pernikahan waktu kecil 6. Erban Gelar : Memberi nama pada anak 7. Erdemu Bayu : Upacara Pernikahan Adat Karo 8. Geluh : Hidup

9. Impal : Berbeda Marga dan boleh menikah

10.Kalimbubu : Kelompok pemberi isteri kepada keluarga tertentu 11.Landek : Tari

12.Mbaba Belo Selambar : Tunangan pada Adat Karo

13. Mejuah-juah : Sehat sejahtera lahir batin 14.Melandek : Menari

15.Merga : Marga ( garis keturunan ) / sebutan untuk laki-laki 16.Mesur-mesuri : Upacara tujuh bulanan

17.Naruhken Kalak Mate : Menghantarkan orang mati


(6)

19.Puang kalimbubu : Kalimbubu dari kalimbubu seseorang 20.Rakut Sitelu : Tiga kelompok alam satu kedudukan 21. Sangap : Mendapat rejeki

22.Sangkep : Yang utuh

23.Sembuyak : Orang-orang yang lahir dari kandungan atau rahim

yang sama

24.Senina : satu marga sesama jenis kelamin

25.Senina Sepengalon : Orang yang bersaudara karena mempunyai anak

anak yang memperisteri dari beru yang sama

26.Sipemeren : Orang-orang yang ibu-ibu mereka bersaudara

kandung

27.Sitandan : Perkenalan 28.Tegun : Pihak

29.Tuah : Menerima berkah dari Tuhan Yang Maha Esa 30.Turang : Satu marga tetapi berbeda jenis kelamin