KARAKTERISTIK LANDEK PADA MASYARAKAT KARO.

ABSTRAK
CHRISTI NOVA ADELINA S, NIM 208142093 Karakteristik Landek pada
Masyarakat Karo. Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan.
2012.
Tujuan penelitian ini adalah mendenskripsikan asal-usul landek, mendeskripsikan
jenis-jenis landek pada masyarakat Karo, mendeskripsikan karakteristik landek
upacara, karakteristik landek adat, dan karakteristik landek guro-guro aron
berdasarkan sifat, peran dan wataknya.
Dalam pembahasan penelitian ini, digunakan teori-teori yang berhubungan
dengan topik penelitian, seperti pengertian karakteristik, pengertian landek, dan
pengertian asal-usul
Waktu penelitian yang digunakan pada penelitian ini dilakukan selama 3 Bulan
yaitu bulan Juni 2012 sampai dengan bulan Agustus 2012. Tempat penelitian
adalah di deas Seberaya Kabupaten Karo. Populasi dan sampel pada penelitian ini
adalah seniman Karo di Kota Medan, seniman Karo di desa Seberaya, tokoh adat
di desa Seberaya, seniman Karo di Tiga Binanga, seniman Karo di desa Juhar,
seniman Karo di desa kabanjahe, serta seniman Karo di Kota Medan.Teknik
pengumpulan data meliputi observasi, wawancara, studi kepustakaan dan
dokumentasi, kemudian di analisis dengan metode deskriptif kualitatif.
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, landek merupakan dasar
pemikiran masyarakat Karo dalam menggambar aktivitas kehidupan mereka yang

dituangkan lewat tari. Landek pada masyarakat Karo terbagi atas empat jenis yaitu
landek upacara, landek sayembara, landek adat, dan landek guro-guro aron.
Karakteristik digunakan untuk mengkaji sifat, peran dan watak landek.
Karakteristik landek upacara berdasarkan sifatnya yaitu, ritual, pemujaan,
alamiah, magic, dan sakral. Karakteristik landek upacara berdasarkan perannya
yaitu, kegiatan berkaitan kesejahteraan, perlambangan, komunikasi, interaksi.
Karakteristik landek upacara berdasarkan wataknya yaitu, lembut, suci, tenang,
khidmat. Karakteristik landek sayembara berdasarkan sifatnya yaitu, perlombaan,
estetis, kreasi, motivator dan terkonsep. Karakteristik landek sayembara
berdasarkan perannya yaitu, sebagai evaluasi , hiburan, pelatihan, penilaian, dan
motivasi. Karakteristik landek berdasarkan wataknya yaitu, patuh terhadap aturan
melandek, indah menyenangkan, pengembangan, ungkapan, dan warisan.
Karakteristik landek adat berdasarkan sifatnya yaitu, tradisi, kekerabatan.
Karakteristik landek berdasarkan peranannya yaitu, penghubung. Karakteristik
landek berdasarkan wataknya yaitu ceremonial dan kehormatan.Karakteristik
landek guro-guro aron berdasarkan sifatnya yaitu, ekspresif, estetis, komunikatif,
dan interaktif. Karakteristik landek guro-guro aron berdasarkan perannya, yaitu
hiburan, gambaran kebiasaan muda-mudi.

KARAKTERISTIK LANDEK PADA MASYARAKAT KARO


SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Christi Nova Adelina S
NIM 208142093

JURUSAN SENDRATASIK
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2012

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, yang senantiasa
memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan
penelitian dan penulisan skripsi ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Adapun
judul skripsi ini adalah “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Keramik Teknik

Slab Dengan Menggunakan Media Audio Visual Di SMAN 1 Dolok
Masihul”. Skripsi ini dibuat sebagai persyaratan yang telah ditetapkan untuk
meraih Gelar Sarjana Pendidikan Seni Rupa. Peneliti sangat menyadari ketidak
sempurnaan skripsi ini, baik dalam metode penulisan, pengungkapan ide, maupun
dalam mendeskripsikan kata-kata. Atas ketidak sempurnaan skripsi ini, peneliti
sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca agar skripsi ini dapat
menjadi lebih baik dikemudian hari. Banyak kendala yang dialami peneliti selama
proses penelitian, baik dalam hal materi,

moril dan juga pencarian sumber-

sumber yang sulit didapat, tetapi selama menghadapi kendala-kendala tersebut,
peneliti sangat terbantu oleh beberapa pihak yang suka rela selalu memberikan
semangat dan bantuan kepada peneliti, untuk itu peneliti mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Ptof. Dr. Ibnu Hajar M. Si sebagai Rektor Unimed
2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum sebagai Dekan FBS.
3. Ibu Dra. Tuti Rahayu, M.Si selaku ketua Jurusan Sendratasik yang telah
banyak memberikan bantuan serta motivasi kepada peneliti selama peneliti
menyelesaikan perkuliahannya.


4. Ibu Nurwani, S.S.T, M.Hum selaku ketua Program Studi Sendratasik
sekaligus Dosen Pembimbing Skripsi II yang telah banyak memberikan
arahan, motivasi dan senantiasa sabar dalam membimbing peneliti untuk
menyelesaikan skripsi ini.
5. Ibu Dra.Rr.RHD. Nugrahaningsih, M.Si selaku Dosen Pembimbing I yang
senantiasa begitu banyak memberikan arahan, bantuan, nasehat dan
memberikan motivasi kepada peneliti semenjak semester awal hingga
sampai peneliti akan menyelesaikan skripsi ini.
6. Semua dosen dan staff pengajar khususnya program studi seni tari yang
telah banyak memberikan pengetahuan kepada peneliti selama studi
kuliah.
7. Teristimewa saya ucapkan ribuan terimakasih kepada kedua orang tua saya
yang terkasih , Ayahanda “Relvin Sembiring” dan Ibunda “Hendriani S”
yang telah berjuang keras dalam memberikan kasih sayang, materi, doa,
dan motivasi yang tiada habisnya semenjak saya lahir, hingga sampai saat
saya akan menyelesaikan skripsi ini.
8. Bapak Jasa Tarigan, Bapak Luther tarigan, Bapak Panca Ginting, dan Ibu
Norma Tarigan selaku narasumber yang memberikan informasi kepada
peneliti dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Semua pihak yang turut berperan membantu dan mendukung baik dalam
bidang materi, motivasi, dan arahan kepada peneliti dalam menyelesaikan
skripsi ini.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, untuk itu
peneliti mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan
skripsi ini nantinya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Peneliti,

Christi Nova Adelina S
208142093

DAFTAR TABEL
Tabel 1 Daftar Wawancara dengan narasumber ............................................

17

Tabel 2 Pengklasifikasian Tutur Siwaluh ......................................................


27

Tabel 3 Pengklasifikasian Tutur Siwaluh ......................................................

28

Tabel 4 Karakteristik Landek Upacara berdasarkan Sifatnya .......................

44

Tabel 5 Karakteristik Landek Upacara berdasarkan Perannya .......... ............

47

Tabel 6 Karakteristik Landek Upacara berdasarkan Wataknya........................

50

Tabel 7 Karakateristik Landek Sayembara berdasarkan Sifatnya........................ 55
Tabel 8 Karakteristik Landek Sayembara berdasarkan Perannya........................ 57

Tabel9 Karakteristik Landek Sayembara berdasarkan Wataknya.........................59
Tabel 10 Karakteristik Landek Adat berdasarkan Sifatnya.................................. 64
Tabel 11 Karakteristik Landek Adat berdasarkan Perannya.................................65
Tabel 12 Karakteristik Landek Adat berdasarkan Wataknya................................66
Tabel13 Karakteristik Landek Guro-guro aron berdasarkan Sifatnya..................70.
Tabel 14 Karakteristik Landek Guro-guro aron berdasarkan Perannya.................71
Tabel15 Karakteristik Landek Guro-guro aron berdasarkan Wataknya ...............72

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Etnis Karo merupakan satu diantara beberapa etnis di provinsi Sumatera
Utara. Karo yang merupakan nama etnis yang kemudian menjadi nama wilayah
administratif yang mereka diami yaitu Kabupaten Karo yang terletak di dataran
tinggi Tanah Karo, namun etnis Karo tidak hanya tersebar diwilayah Kabupaten
Karo saja melainkan dibeberapa wilayah yaitu, di Kota Medan, Kota Binjai,
Kabupaten Dairi, dan Kabupaten Aceh Tenggara. Meskipun mereka tersebar di
beberapa daerah seperti di Kabupaten Langkat, Deli Serdang, Dairi, Simalungun
yang berada di luar wilayah Kabupaten Karo, namun mereka tetap melaksanakan
bagian dari kebudayaan dalam aktivitas mereka.

Berdasarkan letak geografisnya masyarakat Karo membagi wilayahnya ke
dalam dua kategori yaitu:(a) Karo Gugung atau masyarakat Karo yang berada di
wilayah pegunungan, terutama di kawasan Kabupaten Karo, Langkat, dan Deli
Serdang, dan (b) Karo jahe, yaitu mereka yang berada di kawasan pesisir terutama
di wilayah Kabupaten Deli Serdang dan Langkat. Masyarakat Karo Gugung
dianggap lebih murni menerapkan kebudayaan Karo, sedangkan Karo Jahe lebih
banyak mengalami akulturasi dengan kebudayaan sekitarnya.
Masyarakat Karo menghasilkan kegiatan yang menjadi ciri khas mereka
ketika menjalani proses keberlangsungan hidup sehari-hari. Kegiatan tersebut
tercipta dari hasil interaksi dan komunikasi antara manusia tersebut dengan
manusia yang lain, manusia dengan alam, dan manusia dengan sang pencipta.
Komunikasi dan interaksi tersebut menjadi kebiasaan- kebiasaan yang terus di

2lakukan dan dikenal oleh masyarakat luas seperti upacara, kegiatan adat, kerja
tahun, makan sirih, pesta buah, dan lain sebagainya. Kesenian sebagai hasil dari
kebiasaan masyarakat dalam aktivitasnya memiliki peranan yang sangat penting
dan sangat mempengaruhi pola hidup masyarakat, begitu pula dengan masyarakat
Karo, yang menghasilkan produk-produk kesenian dari peristiwa penting dalam
kehidupan mereka. Kesenian tersebut selalu hadir dalam setiap pelaksanaan
kegiatan, baik upacara, keagamaan, kematian, pernikahan, memasuki rumah baru,

meminta hujan, menolak hujan, dan lain sebagainya.
Tari sebagai bagian dari kesenian tentunya harus di lestarikan, karena tari
menyimpan dokumen mengenai gambaran hidup masyarakat. Tari muncul dengan
sendirinya dari kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan masyarakatnya. Tari bukan
hanya sebagai hiburan dalam kegiatan yang dilaksanakan, namun terdapat
ungkapan di dalam tari tersebut yang ingin disampaikan. Tari pada masyarakat
Karo dikenal dengan sebutan landek. Landek bila diartikan dalam bahasa
Indonesia merupakan tari namun memiliki arti yang lebih dalam menurut
masyarakat Karo yang kemudian peneliti simpulkan, yaitu landek merupakan
dasar pemikiran masyarakat Karo dalam melaksanakan aktivititas kehidupannya
dengan menghadirkan tari untuk melengkapi aktivitas-aktivitas mereka yang
digunakan dalam menyampaikan suatu ungkapan perasaan. Misalnya pada
kegiatan adat,

landek bukan sekedar tari pada umumya, namun landek

merupakan kegiatan menari yang di lakukan secara bersama-sama dalam satu
kelompok masyarakat baik anak-anak, remaja, dan orang tua dengan
menggunakan sistem kekerabatan dan adat istiadat Karo yang di iringi musik


tradisional dalam pelaksanaanya. Sifat, peran dan watak dari landek tersebutlah
yang akan membedakan anatara landek yang satu dengan landek yang lainnya.
Bagi masyarakat Karo landek memiliki beberapa fungsi yaitu sebagai
upacara, hiburan dan pertunjukan. Fungsi ini dapat dilihat melalui kegiatankegiatan masyarakat Karo yang selalu menghadirkan landek dalam kegiatan
upacara dan hiburan seperti upacara kematian, pernikahan, masuk rumah baru,
menyambut kelahiran anak, pesta kerja tahun, gendang guro- guro aron dan lain
sebagainya. Landek selalu berkaitan dengan acara yang menghadirkan landek
dalam pelaksanaannya. Misalnya pada upacara pernikahan, tentunya akan
menghadirkan landek di dalam upacara terebut, sehingga antara landek dengan
upacara pernikahan tersebut akan memiliki keterkaitan. Hal ini di sebabkan karena
tari bukan hanya akan dilihat lewat peristiwa tarinya, namun akan di kaji lewat
peristiwa tari dan situasinya. Pelaksanaan landek pada masyarakat Karo tidak
hanya sekedar melihat bagaimana kegiatan menari secara bersama-sama, namun
akan terlihat juga bagaimana prosesi acara yang menghadirkan landek tersebut.
Tari dan kegiatan yang menghadirkan tari tersebut akan sangat berkaitan. Ini
sesuai dengan beberapa pendapat dari para ahli yang disimpulkan oleh Anya
Peterson (2007 :12) “Seseorang harus mengamati peristiwa berikut tempat
tariannya dipertunjukkan serta mengamatinya dalam kesatuan peristiwanya”.
Keterkaitan antara tari dengan kegiatan yang menghadirkan tari tersebut,
akan sangat berkaitan dengan peranan dari tari. Setiap tari memiliki peranan, sifat

dan watak masing-masing begitu pula dengan

landek, pada upacara

pernikahan landek akan menjadi satu kesatuan keluarga yang bersuka cita dalam

melepaskan anaknya dari tanggung jawabnya yang di ungkapkan lewat landek
sedangkan dalam upacara kematian landek akan menjadi satu kesatuan keluarga
yang yang bersedih kehilangan anggota keluarganya yang juga di ungkapkan
lewat landek tersebut. Landek bagi masyarakat Karo memiliki banyak peranan,
salah satunya adalah sebagai sistem simbol. Sistem simbol yang dimaksud
adalah bahwa di dalam landek terdapat ekspresi atau ungkapan yang mengandung
arti dan tujuan tertentu sesuai dengan kegiatan apa landek tersebut dilaksanakan,
kemudian pada pelaksanaan landek juga terjalin komunikasi yang antara inviduindividu dalam satu kumpulan masyarakat yang melandek sehingga landek juga
merupakan media komunikasi. Komunikasi tersebut tidak disampaikan secara
lisan, namun disampaikan lewat motif-motif gerak dan ekspresi yang
dimunculkan oleh orang-orang yang melandek.
Landek memiliki

ciri

khas

ataupun

karakteristik

tersendiri

yang

menyimbolkan bagaimana pemikiran, kebiasaan, kepercayaan, dan adat istiadat
yang masyarakat Karo miliki. Karakteristik bila di kaitkan dalam suatu kesenian
seperti landek akan memaparkan kekhasan atau ciri khas yang terdapat
dalam landek. Kekhasan tersebut yang membedakan landek dengan tari lain yang
di miiki suku-suku lainnya di Indonesia. Hal ini sesuai dengan pendapat dari
Melalaotoa (2010 :15) yang menyebutkan bahwa “Kebudayaan etnik yang
beraneka ragam di Indonesia memiliki gaya khasnya masing- masing dalam
ungkapan seni pertunjukannya, baik yang berupa tari maupun musik, dan pada
suku-suku bangsa yang memilikinya juga terdapat pada ekspresi teater tradisinya.
Perbedaan antara yang satu dengan yang lain ditentukan oleh gabungan ciri-ciri

dasar estetiknya”. Peneliti merasa karakteristik dalam landek Karo harus di kaji
untuk memaparkan bagaimana pelaksanaan landek pada masyarakat Karo yang
membedakannya dari etnis-etnis lainnya, serta melihat bagaimana sifat, watak dan
peran landek pada masyarakat Karo. Hal-hal diatas tersebutlah yang membuat
peneliti merasa penting untuk mengangkat “karakteristik landek pada masyarakat
Karo” menjadi topik penelitian yang akan dibahas di dalam laporan tertulis
skripsi.

B. Identifikasi Masalah
Peneliti membuat identifikasi masalah dengan sangat terperinci agar
peneliti dapat mengenal lebih dekat permasalahan apa yang akan ditemukan
ketika melakukan penelitian dilapangan. Peneliti merasa dengan adanya
identifikasi masalah akan lebih mudah mengenal permasalahan yang diteliti
sehingga penelitian akan mencapai pada sasarannya, karena identifikasi masalah
merupakan hal- hal yang menjadi bagian-bagian pertanyaan yang ada di benak
peneliti untuk di cari jawabannya. Tujuan dari identifikasi masalah adalah agar
penelitian yang di lakukan menjadi terarah serta cakupan masalah yang di bahas
tidak terlalu luas, maka berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas maka
masalah dalam penelitian ini di identifikasikan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah asal usul landek dalam masyarakat Karo?
2. Bagaimanakah bentuk penyajian landek?
3. Bagaimanakah perkembangan landek?
4. Bagaimanakah karakteristik landek pada masyarakat Karo?

C. Pembatasan Masalah
Mengingat ruang lingkup permasalahan bisa menjadi luas, maka penulis
memandang perlu untuk membuat batasan masalah terhadap materi penelitian
yang akan di lakukan agar pembahasan tidak melebar dan dapat mencapai
sasarannya. Berdasarkan penelitian diatas serta dengan memandang sangat
luasnya cakupan masalah yang di identifikasi serta keterbatasan yang dimiliki
oleh peneliti, baik itu dana, waktu, serta kemampuan teoritis, maka peneliti
melakukan pembatasan masalah. Dengan demikian dari identifikasi permasalahan
yang ada maka pembatasan masalah di dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah asal-usul landek?
2. Bagaimanakah karakteristik landek pada masyarakat Karo?

D. Rumusan Masalah
Dari pembatasan masalah yang diatas, maka untuk lebih mefokuskan dan
memusatkan masalah yang akan di teliti maka masalah harus dirumuskan. Adapun
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :“Karakteristik
Landek pada Masyarakat Karo”.

E. Tujuan Penelitian
Dalam

membuat

tujuan

dari

penelitian

seorang

peneliti

harus

mengungkapkan sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian. Tujuan penelitian
harus benar-benar mengacu pada rumusan masalah penelitian. Perbedaannya

hanya bila rumusan masalah di tulis kedalam bentuk pertanyaan, tujuan masalah
harus ditulis dalam bentuk pernyataan. Berdasarkan perumusan masalah yang ada
sehingga peneliti memiliki beberapa tujuan yang harus dicapai dalam penelitian
ini :
1. Mendeskripsikan asal usul landek pada masyarakat Karo?
2. Mendeskripsikan karakteristik landek pada masyarakat Karo?

F. Manfaat Penelitian
Penelitian selalu memiliki hasil yang bermanfaat atau berguna terutama
bagi pengembangan ilmu, baik bagi diri peneliti, maupun lembaga, instansi
tertentu, ataupun orang lain. Sesuai dengan penjelasan diatas dan setelah
penelitian ini dirangkumkan maka manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah pengetahuan peneliti
mengenai landek pada masyarakat Karo.
2.

Bagi peneliti dan Jurusan Sendratasik sebagai sumber informasi mengenai
karakteristik

kesenian

Karo,

khususnya

karakteristik landek pada

masyarakat Karo.
3. Bagi kalangan publik di luar instansi Jurusan Sendratasik, sebagai
informasi bahwa Karo memiliki produk-produk kesenian yang layak
disajikan.
4. Sebagai bahan referensi bagi peneliti-peneliti lain yang di masa akan
datang ingin meneliti mengenai kesenian khususnya kesenian Karo

5. Penelitian ini dapat menjadi referensi bagi peneliti-peneliti lain yang pada
masa yang akan datang ingin meneliti kesenian Karo.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dideskripsikan pada bab
sebelumnya maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Landek merupakan suatu dasar pemikiran masyarakat Karo pada masa
lampau dalam menggambar aktivitas kehidupan mereka dari berjalan,
bersopan-santun, ramah tamah, dan aktivitas kehidupan lainnya dalam
bentuk kesenian.
2. Asal usul landek pada awalnya terinspirasi dari adanya permanggamangga yang merupakan suatu kegiatan menyanyi yang tidak di iringi
dengan alat musik. Nyanyian tersebut menjadi irama yang menghibur.
Setelah permangga-mangga muncul, masyarakat Karo mulai terinspirasi
untuk menciptakan tari lewat irama dari permangga-mangga, maka pada
saat permangga-mangga di laksanakan, masyarakat Karo juga menari
dengan mengikuti nyanyian yang di lantunkan sebagai irama, tari tersebut
kemudian diberi nama landek
3. Landek pada masyarakat Karo terbagi kedalam empat jenis, yaitu landek
upacara, landek sayembara, landek adat dan landek guro-guro aron
4. Landek upacara merupakan landek yang digunakan dalam kegiatankegiatan upacara, yang di dalamnya terdapat interaksi antara manusia
dengan manusia, dan manusia dengan sang pencipta. Landek upacara
sangat identik dengan hal-hal magic dan memiliki nilai religious.

5. Landek sayembara merupakan landek yang akan diadu dalam suatu
pertandingan (sayembara), yang merupakan landek-landek kreasi yang
diciptakan oleh seniman-seniman Karo dan sudah dikenal oleh masyarakat
luas.
6. Landek adat merupakan landek yang menggambarkan susunan sistem
kekerabatan dalam masyarakat Karo. Landek adat memunculkan
bagaimana rasa hormat, rasa patuh, serta budaya sumbang yang ada di
dalam masyarakat Karo.
7. Landek guro-guro aron merupakan landek kreasi namun yang juga sudah
populer di masyarakat, seperti piso-surit, terang bulan, roti manis, tiga
serangkai dan lima serangkai. Tari-tari kreasi tersebut selalu ditampilkan
pada pesta guro-guro aron.
8. Karakteristik landek upacara berdasarkan sifatnya yaitu, ritual, pemujaan,
alamiah, magic, dan sakral. Adapun karakteristik landek upacara
berdasarkan perannya yaitu, sebagai rangkaian kegiatan berkaitan dengan
kesejahteraan masyarakat, landek sebagai media perlambangan, landek
sebagai media komunikasi, dan landek sebagai media interaksi. Sedangkan
karakteristik landek upacara berdasarkan wataknya yaitu, lembut, suci,
tenang, khidmat.
9. Karakteristik landek sayembara berdasarkan sifatnya yaitu, perlombaan,
estetis, kreasi, motivator dan terkonsep. Adapun karakteristik landek
berdasarkan perannya yaitu, sebagai media evaluasi terhadap rasa cinta
kesenian, sebagai media hiburan, sebagai media pelatihan untuk menggali

kreativitas masyarakat, sebagai media penilaian, dan sebagai motivasi
dalam melestarikan kesenian. Sedangkan karakteristik landek berdasarkan
wataknya

yaitu,

patuh

terhadap

aturan

melandek,

indah

dan

menyenangkan, pengembangan dari gerakan-gerakan tradisi, ungkapan,
dan warisan.
10. Karakteristik landek adat berdasarkan sifatnya yaitu, tradisi dan
kekerabatan. Adapun karakteristik landek berdasarkan peranannya yaitu,
sebagai media penghubung antara kegiatan dengan keluarga dan sebagai
media utama dan pelengkap. Sedangkan karakteristik landek berdasarkan
wataknya yaitu ceremonial dan kehormatan.
11. Karakteristik landek guro-guro aron berdasarkan sifatnya yaitu, ekspresif,
estetis, komunikatif, dan interaktif. Adapun karakteristik landek guro-guro
aron berdasarkan perannya yaitu, sebagai media hiburan, sebagai arena
cari jodoh, dan sebagai gambaran kebiasaan muda-mudi Karo. Sedangkan
karakteristik landek guro-guro aron berdasarkan wataknya yaitu hiburan
dan pertunjukan.

B. Saran
Dari beberapa kesimpulan di atas, peneliti mengajukan saran-saran sebagai
berikut :
1. Setelah

dilakukannya

penelitian

ini,

peneliti

berharap

kepada

pemerintahan Kabupaten Karo agar selalu memberikan perhatian terhadap
kesenian.
2. Kepada institusi dan orang yang ahli di bidang kebudayaan, khususnya di
Tanh Karo agar lebih memperhatikan dan memberi pengarahan,
pengenalan, dan pelatihan kepada masyarakat untuk tetap melestarikan
kebudayaan.
3. Kepada para seniman, khususnya seniman Karo agar terus dapat berkarya
dan menjaga utuh kesenian tradisi Karo.
4. Pada generasi muda , khususnya muda-mudi Karo disarankan agar
mempelajari dan memahami landek lewat jenis-jenis landek, gerak, sifat,
watak dan peran landek.

DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, Narbuko. (2005). Metodologi Penelitian. Jakarta :Bumi Aksara.
Anya Peterson Royce. (2007). Antropologi Tari. Jawa Barat: Sunan Ambu
Braim Karo Sekali, Jimmy, 2004 “ Peranan tari ( landek) mbaba kampil pada
upacara perkawinan batak Karo di Jambur Pamere Medan” Medan
:Universitas Negeri Medan.
Khaldun, Ibnu, 1985, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : Rieneke Cipta
Metheny Lois Ellfeld, 1976, Dance from Magic to Art,
Wahyudianto, Yogyakarta : Universitas Gajah Mada

terjemahan Dwi

Nadel dan Gwen Nadel, 2001, The Dance Experience, Yogyakarta : Universitas
Gajah Mada
Ginting, Tarsim, 2008 “ Makna Simbolik Tari Pecat-Pecat Seberaya pada
Masyarakat Karo” Medan : Universitas Negeri Medan.
Gule, Enovemta, 2012 “Struktur Penyajian Perkolong-kolong pada Upacara
Kerja Tahun Masyarakat Karo” Medan : Universitas Negeri Medan.
Ijah, Seribina, 2008 “ Peran tari simalungen rayat dalam upacara adat pada
masyarakat Karo di desa Rumah Berastagi kabupaten Tanah Karo”
Medan : Universitas Negeri Medan.
Brandon, James. R. 2003, Theatre In Southeast Asia, terjemahan Soedarsono,
Bandung : P4ST UPI
Jakob Sumardjo. (2000). Filsafat Seni. Bandung :ITB
K.J. Veeger. (1992). Ilmu Budaya Dasar. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Kraus, Richard, 2000, Histori Of The Dance In Art and Education, terjemahan
Dwi Wahyudianto, Yogyakarta : Universitas Gajah Mada
Koentjaraningarat. (2004). Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama
Lorens Bagus. (2005). Kamus Filsafat. Jakarta :Gramedia Pustaka Utama

Nurhasanah, 2011 “Bentuk penyajian dan nilai estetika tari piso surit pada
masyarakat Karo” Medan : Universitas Negeri Medan
Sedyawati, 1984, Tari : Tinjauan Seni Pertunjukan. Jakarta : Dunia Pustaka Jaya
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.Bandung :
Alfabeta
T.M. Sihombing. (2000). Filsafat Batak. Jakarta :Balai Pustaka
Y. Sumandiyo Hadi. (2005). Sosiologi Tari. Yogyakarta :Pustaka.