Kemerdekaan pers sebagai kebutuhan.
IX
dipergunakan pembentuk undang-undang dipersoalkan baik secara normatif maupun
akademis, misalnya dengan alasan tidak jelas, terlalu luas, bahkan mungkin keliru.
Kewajiban pelaksana undang-undang dan penegak hukum memberikan makna untuk
meniadakan ketidakjelasan, atau sesuatu yang overbroadening atau kekurangan lain
melalui penafsiran, konstruksi, penghalusan dan lain-lain.
Kembali pada rubrik: kemerdekaan pers sebagai sebuah kebutuhan freedom
of press as a need, not just a right. Mengapa?
Selama ini, perdebatan umum kemerdekaan pers lebih bernuansa sebagai hak, baik atas
dasar tuntutan demokrasi atau hak asasi manusia.
Dalam UU Pers UU No 40 Tahun1999, didapati ketentuan-ketentuan:
1 Kemerdekaan pers adalah sesuatu wujud kedaulatan rakyat yang
berasaskan prinsip-prinsip
demokrasi, keadilan dan supremasi hukum Pasal 2.
2 Kemerdekaan Pers dijamin sebagai hak asasi manusia Pasal
Pembukaan Preambul. Dalam Kode Etik Jurnalistik
Peraturan Dewan Pers No. 6Peraturan- DPV2008
didapati pernyataan:
“Kemerdekaan berpendapat berekspresi dan pers adalah hak asasi manusia yang
dilindungi Pancasila, UUD 1945, dan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia
......”.
Demikian pula Amandemen ke-1 UUD
Amerika Serikat
1791 menyebutkan:”Congress shall make no
law respecting ......; or abridging the freedom of speech, or of the press”.
Semua jaminan dan perlindungan pers yang disebutkan di atas dan di berbagai
dokumen lain, bertolak dari premis kemerdekaan pers sebagai hak, bahkan hak
asasi.
Pendekatan hak adalah suatu pendekatan yang semata-mata ditinjau dari
sudut pandang atau penerima hak. Dalam ilmu hukum dikenal hak subyektif
subjectief recht dan hak obyektif objectief recht. Hak subyektif adalah hak
untuk menuntut sesuatu. Hak obyektif adalah hak untuk mempertahankan sesuatu.
Keduanya semata-mata bertolak dari kepentingan pemegang hak. Demikian
pula kalau melihat kemerdekaan pers sebagai hak, tidak lain dari sebuah
klaim pers terhadap pihak lain, klaim kepentingan pers.
Tidak demikian,
apabila kemerdekaan pers dilihat sebagai kebutuhan
need. Kemerdekaan pers merupakan kebutuhan
untuk sekaligus
mewujudkan kepentingan pers dan kepentingan publik. Sebagai kebutuhan,
kemerdekaan pers tidak sekedar for the sake of freedom of pers. Sebagai
kebutuhan, kemerdekaan pers memiliki hubungan fungsional dengan fungsi pers.
Pada sarasehan pers sebagai salah satu acara Hari Pers Nasional HPN di Manado
bulan Februari yang lalu 2013, saya mencatat sejumlah fungsi utama pers
merdeka:
1 Fungsi informasi. Fungsi ini tidak
X
sekedar mempublikasikan
informasi, melainkan termasuk pula pertukaran secara bebas berbagai
informasi. Pers merupakan sarana free market of ideas. Agar fungsi
ini dapat memberi arti dan memenuhi kepentingan publik,
harus
ada kemerdekaan
berkomunikasi. Tanpa
kemerdekaan berkomunikasi, informasi hanya merupakan proses
one way dan pers sekedar sebagai alat propaganda.
2 Fungsi politik. Fungsi politik memberi peran kepada pers atas
nama publik sebagai fourth estate untuk melakukan tiga hal.
Pertama; melakuakan kontrol dan kritik. Kedua; menyalurkan,
membentuk dan mengarahkan pendapat
umum. Ketiga;
melakukan checks and balances supra. Fungsi politik lebih-lebih
membutuhkan kemerdekaan pers. Tanpa kemerdekaan pers, tidak
mungkin fungsi politik dapat memberi manfaat kepada publik.
Fungsi politik tanpa kemerdekaan pers akan menempatkan pers
bukan saja sebagai sekedar juru bicara kekuasaan, tetapi dapat
menjadi penindas atau alat penindas.
3 Fungsi kemanusiaan. Pers yang sehat dan merdeka, harus memiliki
fungsi kemanusiaan yang menjaga dan ikut mempertahankan serta
membela kemanusiaan dari segala bentuk yang merendahkan
martabat, seperti kemiskinan, keterbelakangan, eksploitasi,
diskriminasi, pemerasan sampai pada penindasan.
4 Fungsi pencerahan. Dalam UU No. 40 Tahun 1999 dipergunakan
sebutan: fungsi pendidikan. Saya lebih suka menggunakan sebutan
fungsi pencerahan. Di atas telah disebut,
salah satu aspek kemerdekaan pers adalah
memungkinkan
atau menjadikan pers sebagai
wahana atau forum free market of ideas. Pers merupakan tempat
mewujudkan the right to freedom of opinion, freedom of speech
atau freedom of expression.
5 Fungsi hiburan. Fungsi hiburan entertainment atau infotainment
juga membutuhkan kebebasan atau kemerdekaan
pers. Tanpa
kemerdekaan pers, fungsi pers sebagai penghibur tidak mungkin
berjalan dengan baik dan kreatif. Ada kalanya bahkan acapkali
fungsi entertainment tidak sekedar sebagai hiburan for the sake of
entertainment. Tidak jarang fungsi hiburan dibuat untuk mision
tertentu seperti misi sosial, misi politik melakukan kritik dan lain-
lain. Program mingguan Slamet Rahardjo di salah satu stasiun tv,
tidak sekedar infotainment melawak, tetapi disertai sebuah
mision berupa pesan sosial, pesan
XI
politik, pesan hukum dan lain-lain. Hal serupa dapat kita jumpai pada
siaran tv di mancanegara. Namun sekali lagi, hal-hal tersebut hanya
dimungkinkan kalau ada kebebasan atau kemerdekaan pers.
Berbagai fungsi yang dikemukakan di atas mungkin ada lagi
adalah fungsi publik pers yaitu fungsi untuk memenuhi kebutuhan publik.
Kebutuhan pers sendirihanya sebagai sarana
untuk memungkinkan
kebutuhan publik tersebut dapat dilayani dengan baik. Publik membutuhkan
kemerdekaan pers agar juga dapat memenuhi aneka ragam kebutuhan
mereka.