Pengaruh Penerapan Sistem Informasi Direktorat jenderal Pajak Dan Kepuasaan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai (Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega)

PENGARUH PENERAPAN SISTEM INFORMASI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK DAN
KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI
(Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega)
APPLICATION EFFECT OF INFORMATION SYSTEM DIRECTORATE GENERAL OF
TAXATION AND JOB STATISFACTION ON EMPLOYEE PERFORMANCE
(Case Study in Tax Office Pratama Bandung Tegallega)

Oleh :
Yelti Septiria
21111070

PROGRAM STUDI AKUNTANSI, FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
2016

1

ABSTRACT
Tax Office (KPP) Pratama been using Application Program SIP (System Information
Taxation), where SIP is only connected in one department KPP or using the local server, causing

the data processing is not effective and takes a long time and make the employee's performance
is less than optimal (Adhi Winarto , 2012). In practice, many taxpayers complaints relating to the
provision of administrative services by tax officials. (Delis, 2009: 2) The purpose of the study was
conducted to analyze the results of the effect of adoption of the Tax Directorate General
Information Systems (SIDJP) and Job Satisfaction on Employee Performance.
The sampling technique used in this study is sampling survey respondents saturated with
as many as 33 employees SIDJP users. Data collected through questionnaires. Data were
analyzed using a SEM analysis with PLS approach, calculators using SEM-PLS 2.0 program.
The results of this study the effect of the Tax Directorate General Information Systems on
employee performance affects 21.6%. While the influence of Job Satisfaction on Employee
Performance impact of 24.7%. This study provides empirical evidence which the Tax Directorate
General Information Systems and job satisfaction have a significant effect on employee
performance on STO Bandung Tegallega.
Keywords: SIDJP, Job Satisfaction, Employee Performance

I.

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sistem Informasi adalah seperangkat komponen yang saling berhubungan yang berfungsi

mengumpulkan, memproses, menyimpan dan mendistribusikan informasi untuk mendukung
pembuatan keputusan dan pengawasan dalam organisasi (Hidayati, 2007:58). Sistem informasi

2

sangat mempengaruhi pelaksanaan administrasi pengelolaan pajak, sebelum menggunakan
Program Aplikasi SIDJP (Sistem Informasi Direktorat Jendral Pajak), Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) Pratama telah menggunakan Program Aplikasi SIP (Sistem Informasi Perpajakan), dimana
SIP hanya terkoneksi di satu departemen KPP atau menggunakan server lokal sehingga
menyebabkan pengolahan data tidak efektif dan memakan waktu yang lama dan membuat
kinerja pegawai kurang optimal (Adhi Winarto, 2012)
Pajak dianggap sebagai sumber dana yang paling potensial bagi pembiayaan negara
namun dalam realisasinya pemungutan pajak masih sulit dilakukan oleh negara. Hal ini
disebabkan masih rendahnya tingkat kepatuhan dan kepercayaan wajib pajak kepada
administrasi pengelolaan pajak (Banyu Ageng, 2011:22). Pada praktiknya, banyak keluhan wajib
pajak yang berhubungan dengan pemberian pelayanan administrasi oleh pegawai pajak.
Kebanyakan dari wajib pajak mengeluh atas lamanya waktu penyelesaian, prosedur birokrasi
yang berbelit-belit, dan penentuan biaya administrasi diluar biaya resmi yang dipungut (Delis,
2009:2)
Selain sistem informasi, hal lain seperti kepuasan kerja pegawai juga merupakan masalah

penting karena juga memiliki pengaruh terhadap kinerja pegawai (Sutrisno, 2012:24). Menurut
Hani Handoko (2010:193) kepuasan kerja sebagai respon emosional menunjukan perasaan yang
menyenangkan berkaitan dengan pandangan pegawai terhadap pekerjaannya. Kusnilawati
(2013:66) pegawai yang kurang diperhatikan oleh organisasi dapat menyebabkan
ketidakpuasan. Ketidakpuasan tersebut sering ditimbulkan dalam bentuk sering unjuk rasa,
tingkat keluar masuk tinggi, sering tidak masuk kantor, enggan mempelajari job description,
motivasi rendah, cepat lelah dan bosan, serta tidak peduli dengan lingkungan.
Fuad Rahmany (2014) menyatakan bahwa banyak pegawai memutuskan untuk pindah ke
perusahaan swasta karena ditawari gaji besar, dimana kebanyakan resign adalah pegawai yang

3

pintar-pintar dan laku di swasta. Pegawai merasa tidak puas sebab gajinya rendah. Namun
secara internal masih ada ketidakpuasan dibeberapa level, ini yang harus diselesaikan secara
bijaksana. Meski demikian, faktor keadilan mengacu beban kerja semestinya juga menjadi
bagian dari pertimbangan yang intergral (Yustinus Prastowo, 2015).
Pentury (2010) menyatakan bahwa kepuasan kerja yang dirasakan oleh pegawai dapat
menurunkan atau meningkatkan kinerja pegawai. Pegawai yang merasa puas dengan pekerjaan
yang diperoleh akan termotivasi untuk meningkatkan kinerja sehingga akan berdampak pada
meningkatnya keberhasilan organisasi. Switser dan Waters (2004) menyatakan bahwa setiap

pimpinan selalu berkeinginan untuk meningkatkan kemampuan dari para pegawainya
sehingga pekerjaannya dapat menghasilkan kinerja yang baik. Kinerja yang baik berkaitan
erat dengan faktor individu, dan budaya kerja yang berlaku.
Dengan memperhatikan hal tersebut, penulis tertarik mengadakan penelitian yang berjudul
“Pengaruh penerapan Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak dan Kepuasan Kerja
terhadap Kinerja Pegawai.”
Rumusan Masalah
Berdasarkan pengidentifikasian masalah di atas, maka penulis membuat rumusan masalah
dari penelitian ini adalah :
1) Bagaimana pengaruh penerapan sistem informasi Direktorat Jederal Pajak terhadap Kinerja
Pegawai KPP Pratama Bandung Tegallega.
2) Bagaimana pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja pegawai KPP Pratama Bandung
Tegallega.

4

Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini ada :
1) Untuk mengetahui bagaimana pengaruh penerapan sistem informasi Direktorat Jederal
Pajak terhadap Kinerja Pegawai KPP Pratama Bandung .

2) Untuk mengetahui bagaimana pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja pegawai KPP
Pratama Bandung .
Kegunaan Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan bagi semua pihak yang
berkepentingan. Dengan adanya penelitian ini penulis mengharapkan hasil dari penelitian ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Kegunaan Praktis
Sebagai tambahan informasi mengenai pengaruh penerapan Sistem Informasi
Direktorat Jendral Pajak dan kepuasan kerja dalam meningkatkan produktivitas aparat pajak
pada kantor p elayanan pajak pratama, disamping dapat dijadikan masukan dan dapat
memberikan sumbangan pemikiran guna perbaikan dan perkembangan usaha serta untuk
membantu pihak DJP dalam melaksanakan Sistem Informasi untuk meningkatkan produktivitas
aparat pajak.
Kegunaan Akademis
1) Bagi Peneliti
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi penulis
mengenai Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak dan kepuasan kerja bagi kinerja
Direktorat Jenderal Pajak,
2) Bagi Pihak Lain
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan, umumnya

mengenai
dunia
perpajakan,
khususnya
mengenai
penerapan Sistem Informasi

5

Direktorat Jenderal Pajak, kepuasan kerja, d a n kinerja Direktorat Jendral Pajak serta
sebagai bahan referensi untuk penelitian dalam bidang yang sama.
II.

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
Kajian Pustaka
Pengertian Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak
Pengertian Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak menurut Surat Edaran (19/PJ/2007, 2007)
Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak adalah sistem informasi dalam administrasi
perpajakan di lingkungan kantor modern Direktorat Jenderal Pajak dengan menggunakan
perangkat keras dan perangkat lunak yang dihubungkan dengan suatu jaringan kerja di Kantor

Pusat.
Indikator Sistem Direktorat Jenderal Pajak
Menurut Wilkinson dalam Husein Umar (2011:184) menyatakan bahwa ada beberapa indikator
sistem informasi, yaitu:
1) Relevance (sesuai kebutuhan)
2) Capacity (kapasitas dari sistem)
3) Efficiency (efisiensi dari sistem)
4) Timeliness (ketepatan waktu menghasilkan informasi)
5) Accessibility (kemudahan akses)
6) Flexibility (keluwesan sistem)
7) Accuracy (ketepatan nilai dari informasi)
8) Reliability (keandalan dari sistem)
9) Security (keamanan dari sistem)
10) Simplicity (kemudahan dari sistem)
11) Integrasi (saling terhubung)

6

Pengertian Kepuasan Kerja
Pengertian Kepuasan Kerja menurut Susilo Martoyo, (2000: 141) adalah keadaan

emosional pegawai dimana terjadi ataupun tidak terjadi titik temu antara lain nilai balas jasa kerja
pegawai dari perusahaan atau organisasi dengan tingkat nilai balas jasa yang memang
diinginkan oleh pegawai ini, baik yang berupa finansial maupun non finansial.

1)
2)
3)
4)
5)

Indikator Kepuasan Kerja
Adapaun indikator-indikator kepuasan kerja menurut Robbins (2008: 148) antara lain :
Pekerjaan
Upah
Promosi
Pengawas
Rekan kerja

Pengertian Kinerja
Pengertian kinerja menurut Lijan Poltak Sinambela (2012:5) adalah hasil yang dapat dicapai

oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan
tanggungjawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan
secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika.
Indikator Kinerja
Suyadi Prawirosentono (2008: 27) menyatakan bahwa kinerja dapat dinilai atau diukur
dengan beberapa indikator yaitu:
1) Efektifitas
2) Tanggung jawab
3) Disiplin
4) Inisiatif

7

Kerangka Pemikiran
Teknologi informasi sudah menjadi suatu kebutuhan dan sangat diperlukan untuk
mempermudah dan menunjang aktivitas organisasi. Hal ini didukung oleh semakin
berkembangnya program aplikasi atau perangkat lunak (software). Dimana hal ini menunjukan
bahwa program aplikasi sangat penting bagi suatu instansi, organisasi atau perusahaan.
Teknologi informasi sebagai bagian dalam sistem informasi digunakan untuk memperlancar
business process suatu intansi, organisasi, atau perusahaan dimana data diolah menjadi suatu

informasi yang berkualitas yang digunakan user dalam pengambilan keputusan. Sistem informasi
merupakan dasar dalam pelaksanaan kebijakan business process yang dijalankan organisasi
untuk dapat menghasilkan suatu informasi yang akurat, tepat waktu, relevan dan lengkap.
Pengaruh Penerapan Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak terhadap Kinerja
Pegawai
Proses kegiatan yang dilakukan oleh suatu organisasi tidak akan berjalan dengan
sempurna, efektif dan efisien apabila tidak didukung oleh sistem informasi yang andal
(Muhammad Ridha Suaib, 2008). Keandalan sistem informasi, merupakan kondisi ketahanan
terhadap gangguan terhadap fungsi-fungsi, proses-proses normal dari kinerja elemen, struktur,
maupun perilaku di dalam sistem informasi (Witarto, 2005:14).
Pentingnya aspek perilaku dalam penerapan sistem informasi, ditegaskan bahwa aspek
perilaku harus diperhatikan baik dalam perancangan sistem maupun implementasi sistem
(Muhammad Ridha Suaib, 2008). Kemampuan memproses data dan menggunakan informasi
secara efektif merupakan keperluan vital bagi organisasi bisnis, organisasi pemerintah, dan
organisasi kemasyarakatan (Amsyah, 2000). Organisasi pemerintah apabila tidak mempunyai
data atau informasi mengenai perkembangan ekonomi, politik, sosial, budaya, pertahanankeamanan dan lain-lainnya, di dalam maupun luar negeri secara global maka berarti pemerintah
tidak akan menjalankan fungsinya dengan baik (Amsyah, 2000).

8


Partisipasi dalam penerapan sebuah sistem informasi dapat mempengaruhi kinerja karena
partisipasi merupakan perilaku dan aktivitas yang dapat menunjang tercapainya penerapan
sebuah sistem informasi yang baik agar memiliki tujuan yang jelas dari Sistem Informasi tersebut
(Jon Arvid Borretzen, 2006).
Pengaruh Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Pegawai
Kepuasan kerja sebagai perasaan positif pada suatu pekerjaan, yang merupakan dampak
atau hasil evaluasi dari berbagai aspek pekerjaan tersebut. Kepuasan kerja merupakan penilaian
dan sikap seseorang atau pegawai terhadap pekerjaannya dan berhubungan dengan lingkungan
kerja, jenis pekerjaan, hubungan antar teman kerja, dan hubungan sosial di tempat kerja
(Robbins & Judge : 2011).
Kepuasan kerja pegawai merupakan masalah penting yang diperhatikan dalam
hubungannya dengan produktivitas kerja pegawai dan ketidakpuasan sering dikaitkan dengan
tingkat tuntutan dan keluhan pekerjaan yang tinggi. Pekerja dengan tingkat ketidakpuasan yang
tinggi lebih mungkin untuk melakukan sabotase (Sutrisno, 2012:21).
Kepuasan kerja yang dialami oleh setiap pegawai berbeda-beda. Tetapi ada kondisi yang
dapat memberikan kepuasan kerja dalam diri setiap pegawai. Sikap-sikap pegawai terhadap
pekerjaannya dapat didasarkan atas berbagai karakteristik yang menjadi pertimbangan setiap
pekerja (pegawai) seperti gaji/upah, kondisi kerja dan kesempatan promosi. Sikap seseorang
terhadap pekerjaannya mencerminkan pengalaman yang menyenangkan dan tidak
menyenangkan dalam pekerjaannya serta harapan-harapannya terhadap masa depan. Selain
itu, dengan memberikan kesempatan kepada pegawai untuk berpastisipasi lebih besar dalam
penetapan sasaran, mereka mulai merasa dirinya lebih menjadi bagian dari organisasi (Muh.
Yunus Amar : 2010).
Kepuasan kerja dalam hal apapun sangat penting karena kecenderungan untuk
meningkatkan kinerja pegawai dalam perusahaan tidak akan dapat tercapai tanpa adanya
kepuasan kerja pegawai. Dimana pihak perusahaan memang harus selalu memperhatikan

9

kepuasan kerja pegawainya karena kalau pegawainya merasa puas maka yang akan merasa
untung adalah perusahaannya itu sendiri. Dan hal ini sangat berpengaruh pada tujuan dari
perusahaan. Selain itu pegawai yang merasa puas dalam bekerja senantiasa akan selalu
bersikap positif dan selalu mempunyai kreativitas yang tinggi.
Berdasarkan paparan diatas maka dikembangkan suatu paradigma penelitian ini sebagai berikut:

Sistem Informasi DJP (X1)

-

Witarto (2005)
Jon Arvid Borretzen (2006)
Muhammad Ridha Suaib (2008)

Surat Edaran (19/PJ/2007,
2007)
Kinerja Pegawai (Y)
Lijan Poltak Sinambela (2012:5)
Kepuasan Kerja (X2)
Susilo Martoyo, (2000: 141)

-

Robbins & Judge (2011)
Sutrisno (2012)
Muh.Yunus Amar (2010)

Gambar 2.1
Paradigma Penelitian

10

Hipotesis
Pengertian hipotesis menurut Umi Narimawati (2008) adalah jawaban sementara atau
dugaan sementara terhadap pertanyaan penelitian.
Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan maka hipotesis dalam penelitian ini
adalah :
H1 = Penerapan sistem informasi Direktorat Jenderal Pajak berpengaruh terhadap kinerja
pegawai pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega.
H2 = Kepuasan Kerja berpengaruh terhadap kinerja pegawai pada Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Bandung Tegallega.
III.

METODOLOGI PENELITIAN
Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data
penelitiannya. Metode penelitan menurut Sugiyono (2012:2) adalah cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Arif Furchan (2007:39), menyatakan
bahwa metode penelitian adalah strategi umum yang dianut dalam pengumpulan dan analisis
data yang diperlukan guna menjawab permasalahan yang dihadapi.
Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan verifikatif. Dengan menggunakan
metode penelitian akan diketahui pengaruh atau hubungan yang signifikan antara variabel yang
diteliti sehingga menghasilkan kesimpulan yang akan memperjelas gambaran mengenai objek
yang diteliti.
Operasionalisasi Variabel
Menurut Umi Narimawati, dkk. (2010:31), operasional variable proses penguraian variabel
penelitian ke dalam sub variabel, dimensi, indikator sub variabel, dan pengukuran. Sugiyono
(2012:38), menyatakan bahwa segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh

11

peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik
kesimpulan.
Dalam operasionalisasi variabel ini, semua variabel diatas menggunakan konsep skala
ordinal, yaitu baik variabel indepandent (X1) dan (X2) dan variabel dependent (Y) menggunakan
skala ordinal. Pengertian dari skala ordinal menurut Sugiyono (2009) adalahsebagai berikut:
“Skala ordinal, adalah skala yang berjenjang dimana sesuatu lebih atau kurang dari yang
lain. Data yang diperoleh dari pengukuran dengan skala ini disebut dengan data ordinal
yaitu data yang berjenjang yang jarak antara satu data dengan yang lain tidak sama.”
Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data
Data Primer menurut Sugiyono (2012:137) adalah sumber data yang langsung memberikan
data kepada pengumpul data.
Pengumpulan data primer dalam penelitian ini melalui cara menyebarkan kuesioner dan
melakukan wawancara secara langsung dengan pihak-pihak yang berhubungan dengan
penelitian yaitu pada pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega. Teknik
pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis untuk mendapatkan dan mengumpulkan data
adalah menggunakan metode survey. Menurut Sugiyono (2012:6) metode survey adalah sebagai
berikut:
“Metode survey digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah
(bukan buatan), tetapi peneliti melakukan perlakuan dalam pengumpulan data, misalnya
dengan mengedarkan kuesioner, test, wawancara terstruktur”.
Pengumpulan data primer dalam penelitian ini melalui cara menyebarkan kuesioner dan
melakukan wawancara secara langsung dengan pihak-pihak yang berhubungan dengan
penelitian yaitu pada pegawai di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega. Teknik
pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis untuk mendapatkan dan mengumpulkan data
adalah menggunakan metode survey.

12

Populasi dan Penarikan Sampel
Populasi
Populasi merupakan obyek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi
syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian. Yang menjadi populasi dalam
penelitian ini adalah pegawai pengguna SIDJP di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung
Tegallega sebanyak 33 orang.
Penarikan Sampel
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampling jenuh. Menurut
Sugiyono (2014:85) sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel apabila semua anggota
populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil.
Oleh karena itu dalam penelitian ini, jumlah sampel yang digunakan sama dengan jumlah
populasi yaitu seluruh pegawai pengguna SIDJP di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung
Tegallega yang berjumlah 33 pegawai.
Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggumpukan data secara primer dengan menyebarkan kuisioner, dari data
yang diperoleh dari responden maka perlu dilakukan uji kebenaranya. Untuk menguji kebenaran
dan kesungguhan dari jawaban responden diperlukan pengujian yaitu Uji Validitas dan Uji
Reabilitas.
Uji Validitas
Menurut Cooper yang dikutip Umi Narimawati, dkk. (2010:42), validitas didefinisikan sebagai
berikut:
“Validity is a characteristic of measurement concerned with the extent that a test measures
what the researcher actually wishes to measure”.

13

Menurut Sugiyono (2012:2), validitas didefinisikan sebagai berikut yaitu menunjukkan
derajat ketepatan antara data yang sesungguhya terjadi pada obyek dengan data yang dapat
dikumpulkan oleh peneliti”.
Uji Reliabilitas
Menurut Cooper yang dikutip oleh Umi Narimawati, dkk. (2010:43), realibitas adalah sebagai
berikut:
“Reliability is a characteristic of measurement concerned with accuracy, precision, and
concistency”.
Metode Pengujian Data

A. Analisis Deskriptif
Menurut Sugiyono (2010:44) menerangkan bahwa analisis deskriptif (kualitatif) adalah
sebagai berikut:
“Metode penelitian deskriptif (kualitatif) itu dilakukan secara intensif, peneliti ikut
berpartisipasi lama di lapangan, mencatat secara hati-hati apa yang terjadi, melakukan
analisis reflektif terhadap berbagai dokumen yang ditemukan dilapangan, dan membuat
laporan penelitian secara mendetail.”

B. Analisis Verifikatif
Menurut Sugiyono (2010:8) menjelaskan bahwa analisis verifikatif (kuantitatif) adalah
sebagai berikut:
“Metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti
pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian,
analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan.”

14

Analisis verifikatif dalam penelitian ini dengan menggunakan alat uji statistik yaitu dengan uji
persamaan strukturan berbasis variance atau yang lebih dikenal dengan nama Partial Least
Square (PLS) menggunakan software SmartPLS 2.0.
Menurut Imam Ghozali (2006:1), metode Partial Least Square (PLS) dijelaskan sebagai
berikut:
“Model persamaan strukturan berbasis variance (PLS) mampu menggambarkan variabel
laten (tak terukur langsung) dan diukur menggunakan indikator-indikator (variable
manifest)”.
Penulis menggunakan Partial Least Square (PLS) dengan alasan bahwa variabel yang
digunakan dalam penelitian ini merupakan variabel laten (tidak terukur langsung) yang dapat
diukur berdasarkan pada indikator-indikatornya (variable manifest), serta secara bersama-sama
melibatkan tingkat kekeliruan pengukuran (error). Sehingga penulis dapat menganalisis secara
lebih terperinci indikator-indikator dari variabel laten yang merefleksikan paling kuat dan paling
lemah variabel laten yang mengikutkan tingkat kekeliruannya.
Beberapa istilah umum yang berkaitan dengan SEM menurut Hair et al (1995), diuraikan
sebagai berikut:
a) Konstruk Laten
Pengertian konstrak adalah konsep yang membuat peneliti mendefinisikan ketentuan
konseptual namun tidak secara langsung (bersifat laten), tetapi diukur dengan perkiraan
berdasarkan indikator. Konstruk merupakan suatu proses atau kejadian dari suatu
amatan yang diformulasikan dalam bentuk konseptual dan memerlukan indikator untuk
memperjelasnya.
b) Variabel Manifest
Pengertian variabel manifest adalah nilai observasi pada bagian spesifik yang
dipertanyakan, baik dari responden yang menjawab pertanyaan (misalnya, kuesioner)
maupun observasi yang dilakukan oleh peneliti. Sebagai tambahan, Konstrak laten tidak
dapat diukur secara langsung (bersifat laten) dan membutuhkan indikator-indikator untuk

15

mengukurnya. Indikator-indikator tersebut dinamakan variabel manifest. Dalam format
kuesioner, variabel manifest tersebut merupakan item-item pertanyaan dari setiap
variabel yang dihipotesiskan.
c) Variabel Eksogen, Variabel Endogen, dan Variabel Error
Variabel eksogen adalah variabel penyebab, variabel yang tidak dipengaruhi oleh
variabel lainnya. Variabel eksogen memberikan efek kepada variabel lainnya. Dalam
diagram jalur, variabel eksogen ini secara eksplisit ditandai sebagai variabel yang tidak
ada panah tunggal yang menuju kearahnya. Variabel endogen adalah variabel yang
dijelaskan oleh variabel eksogen. Variabel endogen adalah efek dari variabel eksogen.
Dalam diagram jalur, variabel endogen ini secara eksplisit ditandai oleh kepala panah
yang menuju kearahnya.
Adapun langkah-langkah metode Partial Least Square (PLS) yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1)

Merancang Model Pengukuran
Model pengukuran (outer model) adalah model yang menghubungkan variabel laten dengan
variabel manifest. Untuk variabel laten Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak terdiri dari 4
variabel manifest, kemudian untuk variabel laten Kepuasan Kerja terdiri dari 3 variabel manifest,
dan untuk variabel laten Kinerja terdiri dari 3 variabel manifest.
2)

Merancang Model Struktural
Model struktural (inner model) pada penelitian ini terdiri dari dua variabel laten eksogen
(SIDJP dan kepuasan kerja) dan satu variabel laten endogen (kinerja pegawai). Inner model
yang kadang disebut juga dengan inner relation

16

structural model dan substantive theory, yaitu untuk menggambarkan pengaruh antar variabel
laten berdasarkan pada substantive theory, dengan model persamaannya dapat ditulis seperti di
bawah ini:
� =Σ

� + Σ ��� + �

Sumber: Imam Ghozali (2006:22)
Dimana
dan � adalah koefisien jalur yang menghubungkan prediktor endogen dan
variabel laten eksogen � dan � sepanjang range indeks i dan b dan � adalah inner residual
variabel.
3)

Membangun Diagram Jalur
Pengaruh antar variabel pada sebuah diagram alur yang secara khusus dapat membantu
dalam menggambarkan rangkaian hubungan sebab akibat antar konstruk dari model teoritis yang
telah dibangun pada tahap pertama. Diagram alur menggambarkan pengaruh antar konstruk
dengan anak panah yang digambarkan lurus menunjukkan pengaruh kausal langsung dari suatu
konstruk ke konstruk lainnya. Konstruk eksogen, dikenal dengan independent variable yang tidak
diprediksi oleh variabel yang lain dalam model. Konstruk eksogen adalah konstruk yang dituju
oleh garis dengan satu ujung panah.
4)

Uji Kecocokan Model (Goodness of Fit)
Uji kecocokan model pada Structural Equation Modelin melalui pendekatan Partial Least
Square terdiri dari tiga jenis pengujian model, yaitu uji kecocokan model pengukuran, uji
kecocokan model struktural, dan uji kecocokan seluruh model/model gabungan.

17

Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis penelitian secara parsial dilakukan melalui uji hipotesis statistik
sebagai berikut :
H0 : γ1.1 = 0 : Pengaruh ξ terhadap η tidak signifikan
H1 : γ 1.1 ≠ 0 : Pengaruh ξ terhadap η signifikan
H1 : γ 2.1 = 0 : Pengaruh ξ terhadap η tidak signifikan
H1 : γ 2.1 ≠ 0 : Pengaruh ξ terhadap η signifikan
Statistik uji yang digunakan adalah :
t = ў31
SE(ў31)
Tolak Ho jika thitung > ttabel pada taraf signifikan. Dimana ttabel untuk α = 0,1 sebesar 1,645
Pengujian secara parsial
Hipotesis :
H01 ; γ1.1 = 0, Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak tidak berpengaruh terhadap Kinerja
Pegawai
H11 ;γ1.1≠0, Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak berpengaruh terhadap kinerja pegawai.
H02 ;γ2.1 = 0, Kepuasan kerja tidak berpengaruh terhadap kinerja pegawai.
H12 ;γ2.1 ≠0, Kepuasan kerja berpengaruh terhadap kinerja pegawai.
Kriteria Pengujian :
Jika t hitung ≥ t tabel (1,645) maka H0 ditolak, berarti Ha diterima.
Jika t hitung ≤ t tabel (1,645) maka H0 diterima, berarti Ha ditolak.

18

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pengaruh Penerapan Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak terhadap Kinerja
Pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega
Pengaruh Penerapan Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak terhadap Kinerja Pegawai
menunjukan bahwa koefisien jalur sebesar 0,461 dengan koefisien determinasi 21,6%. Artinya,
sistem informasi Direktorat Jenderal Pajak memberikan pengaruh yang cukup kuat terhadap
kinerja pegawai pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega. Hasil Penelitian ini
memberikan bukti empiris bawa sistem informasi Direktorat Jenderal Pajak yang baik akan
meningkatkan kinerja pegawai pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega.
Berdasarkan fenomena yang disampaikan oleh Adhi Winarto, (2012) menyatakan bahwa Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) Pratama telah menggunakan Program Aplikasi SIP (Sistem Informasi
Perpajakan), dimana SIP hanya terkoneksi di satu departemen KPP atau menggunakan server
lokal sehingga menyebabkan pengolahan data tidak efektif dan memakan waktu yang lama dan
membuat kinerja pegawai kurang optimal.
Pengaruh Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Bandung Tegallega
Pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja pegawai menunjukan bahwa koefisien jalur
sebesar 0,497 dengan nilai koefisien determinasi sebesar 24,7%. Artinya kepuasaan kerja
memiliki pengaruh yang cukup kuat (moderat) terhadap kinerja pegawai pada Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Bandung Tegallega. Hasil penelitian ini memberikan bukti empiris bahwa
kepuasaan kerja yang tinggi akan meningkatkan kinerja pegawai pada Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Bandung Tegallega. Berdasarkan fenomena yang disampaikan oleh Fuad Rahmany
(2014) menyatakan bahwa banyak pegawai memutuskan untuk pindah ke perusahaan swasta
karena ditawari gaji besar, dimana kebanyakan resign adalah pegawai yang pintar-pintar dan
laku di swasta. Pegawai merasa tidak puas sebab gajinya rendah. Secara internal masih ada
ketidakpuasan dibeberapa level, ini yang harus diselesaikan secara bijaksana. Meski demikian,

19

faktor keadilan mengacu beban kerja semestinya juga menjadi bagian dari pertimbangan yang
intergral (Yustinus Prastowo, 2015).
V.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh sistem informasi Direktorat Jenderal Pajak
dan kepuasaan kerja terhadap kinerja pegawai pada KPP Pratama Bandung Tegallega, maka
pada bagian akhir penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Sistem informasi Direktorat Jenderal Pajak berpengaruh terhadap kinerja pegawai pada
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega. Sistem informasi Direktorat Jenderal
Pajak memberikan pengaruh yang cukup kuat (moderat) terhadap kinerja pegawai, dimana
sistem informasi Direktorat Jenderal Pajak yang baik akan meningkatkan kinerja pegawai
pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega.
2. Kepuasaan kerja berpengaruh terhadap kinerja pegawai pada Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Bandung Tegallega. Kepuasaan kerja memiliki pengaruh yang cukup kuat
(moderat) terhadap kinerja pegawai, dimana kepuasaan kerja yang tinggi akan
meningkatkan kinerja pegawai pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega.
Saran
Setelah penulis memberikan kesimpulan dari hasil penelitian tentang Pengaruh Penerapan
Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak dan Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Pegawai di
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega, maka penulis akan memberikan saran
sebagai berikut:
1) Penerapan sistem informasi Direktorat Jenderal Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Bandung Tegallega sudah baik. Akan tetapi masih terdapat kekurangan seperti informasi
Direktorat Jenderal Pajak yang belum akurat, serta belum handal. Kemudian sistem
informasi Direktorat Jenderal Pajak juga belum terintegrasi sepenuhnya. Oleh sebab itu

20

sebaiknya meningkatkan dan menyempurnakan Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak
dengan cara memperbaharui perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software)
dan adanya pelatihan bagi pegawai pengguna Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak
tersebut.
2) Pegawai di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega sudah merasa puas atas
pekerjaan yang dilakukan selama ini. Namun masih terdapat ketidakpuasan pegawai atas
upah yang di terima. Oleh karena itu untuk meningkatkan kepuasan kerja dan memotivasi
pegawai dapat diberikan reward (hadiah) bagi pegawai yang memiliki kinerja yang baik.

21

DAFTAR PUSTAKA
A.A. Anwar Prabu Mangkunegara,. 2011. Evaluasi Kinerja SDM. Bandung: Refika Aditama
Abdul Kadir. 2003. Pengenalan Sistem Informasi. Penerbit Andi, Yogyakarta.
Agus Dwiyanto. 2008. Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan Publik. Yogyakarta:
Gadjah Mada University
Arbie, E. 2000. Pengantar Sistem Informasi Manajemen, Edisi Ke-7. Jilid 1, Bina Alumni
Indonesia,Jakarta
Azhar Susanto. 2010. Konsep Sistem Informasi Manajemen. Bandung: Linggar Jaya
Azhar Susanto. 2011. Sistem Informasi Akuntansi Konsep dan Pengembangan Berbasis
Komputer. Bandung: Lingga Jaya.
Banyu Ageng Wahyu Utomo. 2011. Pengaruh Sikap, Kesadaran Wajib Pajak,dan Pengetahuan
Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Bumi dan
Bangunan di Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan. Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Bonnie Soeherman, Marion Pinontoan. 2011. Designing Information System. Jakarta : PT Elex
Media Komputindo.
Bodnar, George H dan William S. Hoopwood (amir Abadi Jusuf dan Rudi M. Tambunan,
Penerjemah). 2006. Sistem Informasi Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.
Darmini, Sagung Rai. 2008. Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Pemanfaatan Teknologi
Informasi dan Pengaruh Pemanfaatan dan Kepercayaan terhadap Teknologi Informasi
pada Kinerja Individual pada bank Perkreditan Rakyat di Kabupaten Tabanan” Skripsi
Fakultas Ekonomi Universitas Udayana Denpasar.
Delis. 2009. Reformasi Administrasi Perpajakan. Vol.1 no.1. Medan.
Fuad Rahmany. 2014. Tergiur Gaji Tinggi, PNS Pajak Banyak yang Resign. m.liputan6.com
Gordon B. Davis. Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen Bagian 1, PT Pustaka Binamas
Pressindo, Jakarta: 1991

22

Hani Handoko. 2010. Manajemen Personalia dan Sumberdaya Manusia (Edisi 2). Yogyakarta:
BPFE
Heny Sulistyaningsih. 2008. Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan (diklat), Lingkungan Kerja,
Tingkat Pendidikan dan Kepemimpinan terhadap Kinerja Pegawai Negeri Sipil pada Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Karanganyar
Hidayati. 2007. Metode Pencarian Data Dengan Meggunakan IAFS. CCIT Journal Vol.1 No.1
Tanggerang : Perguruan Tinggi Raharja
Husein Umar. 2011. Analisis dan Desain Sistem Informasi. Graha Ilmu Yogyakarta
Jogianto HM. 2011. Sistem Teknologi Informasi. Yogyakarta : Andi Offset.
Jogiyanto HM. 2005. Analisis dan Disain Informasi: Pendekatan Terstruktur Teori dan Praktek
Aplikasi Bisnis. Yogyakarta : Andi Offset
Kusrini. Andri Kinoyo. 2010. Tuntunan Praktis Membangun Sistem Informasi Akuntansi dengan
Visual Basic dan Microsoft SQL Server. Yogyakarta: Andi Offset
Laudo, Kenneth. 2005 Bussines Informasi System. The Drdenn Press United State of America
Mcleod, Raymond, 2001, Sistem Informasi Manajemen, Jakarta, PT. Prenhallindo
Meokijat. Sistem Informasi, Prasojo 2011
Moeheriono. 2012. Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetisi. Jakarta:Rajawali.
Muhammad Suaib. 2008. Pengaruh Lingkungan, Perilaku, Struktur Organisasi dan Implementasi
Sistem Informasi Berbasis Komputer terhadap Kinerja Karyawan Pemerintah Kabupaten
Sorong, Papua,
Mustakini, Jogiyanto Hartono. 2010. Analisi dan Desain Sistem Informasi. Yogyakarta: Andi
Offset
Muhyuzir T.D., 2001, Analisa Perancangan Sistem Pengolahan Data, Cetakan Kedua, PT. Elex
Media Komputindo, Jakarta
O’Brein, James A., 2005. Pengantar Sistem Informasi. Penerbit : Salemba 4, Jakarta.
Prawirosentono, Suyadi. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia: Kebijakan Knerja Pegawai.
Yogyakarta: BPFE

23

Robbins, Stephen P, Timothy A.Judge. 2008. Perilaku Organisasi. Jakarta : PT. Salemba Empat
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Bisnis. Bandung:Alfabeta
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Susilo Martoyo. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia (Edisi 5). Yogyakarta: BPFE
Siti Kurnia Rahayu. 2010, Perpajakan Indonesia, Konsep & Aspek Formal. Yogyakarta: Graha
Ilmu
Sutrisno. 2012. Manajemen Keuangan Teori, Konsep dan Aplikasi. Yokyakarta : Ekonisia
Sumarwan. 2003. Perilaku Konsumen Teori dan Penerapannya Dalam Pemasaran. Jakarta:
Ghalia Indonesia.
Tata Sutabri, Sistem Informasi Manajemen, 2005, Yogyakarta, Andi
Tata Sutarbi, 2004. Analisa Sistem Informasi, Edisi Ke-1, Yogyakarta. Penerbit: Andi
Umi Narimawati. 2011. Metodologi Penelitian: Dasar Penyusun Penelitian Ekonomi. Jakarta:
Genesis.
Witarto. 2005. Memahami Sistem Informasi. Penerbit: Salemba 4
Yakub.2012. Pengantar Sistem Informasi. Yogyakarta:Graha Ilmu
Yeni Sucipto. 2015. PNS DJP Level Pelaksana Belum Puas, Meski Tunjangan Naik.
www.akuntanonline.com

24

LAMPIRAN
Diagram Jalur - Koefisien

Diagram Jalur – Tvalue

25

BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1

Kajian Pustaka
Kajian pustaka adalah bahasan atau bahan-bahan bacaan yang terkait

dengan suatu topik atau temuan dalam penelitian, kajian pustaka disebut juga
dengan kajian literatur.
2.1.1

Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SI DJP)
Suatu Sistem Informasi dalam administrasi perpajakan dilingkungan

kantor modern Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dengan menggunakan perangkat
keras dan perangkat lunak yang dihubungkan dengan suatu jaringan kerja dikantor
pusat.
2.1.1.1 Pengertian Sistem Informasi
Menurut Mustakini, (2010:22) sistem dapat didefiniskan sebagai
pendekatan prosedur dan pendekatan komponen. Pendekatan prosedur dapat
didefinisikan sebagai kumpulan dari prosedur-prosedur yang mempunyai tujuan
tertentu. Hal tersebut dikemukakan oleh Yakub, (2012:1) bahwa sistem adalah
suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang berhubungan, terkumpul
bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau tujuan tertentu.
Pengertian sistem menurut Moekijat dalam Prasojo, (2011:152) sebagai berikut:

9

10

“Sistem adalah setiap sesuatu terdiri dari obyek-obyek, atau unsur-unsur,
atau komponen-komponen yang bertata kaitan dan bertata hubungan satu
sama lain, sedemikian rupa sehingga unsur-unsur tersebut merupakan satu
kesatuan pemrosesan atau pengolahan yang tertentu”.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas mengenai sistem, dapat diartikan
bahwa sistem merupakan kumpulan elemen-elemen yang saling berkaitan dan
berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Sedangkan pengertian informasi menurut Tata Sutabri, (2012:1) adalah data yang
telah diproses ke dalam suatu bentuk yang mempunyai arti bagi si penerima dan
mempunyai nilai nyata dan terasa bagi keputusan saat itu atau keputusan
mendatang.

Sutarman,

(2012:14)

menyatakan

bahwa

informasi

adalah

sekumpulan fakta (data) yang diorganisasikan dengan cara tertentu sehingga
mereka mempunyai arti bagi si penerima. Informasi juga didefinisikan sebagai
data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna bagi penerimanya (McLeod
dalam Yakub, 2012:8).
Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan diatas dapat diartikan
bahwa Informasi merupakan data yang telah diolah, dibentuk, ataupun
dimanipulasi sesuai dengan keperluan tertentu bagi penggunanya.
Dari definisi-definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem
informasi merupakan jaringan atau kumpulan dari sub-sub sistem, yang saling
hubungan satu sama lain untuk mencapai suatu tujuan, yang memiliki organisasi,
hubungan timbal balik, integrasi, dan tujuan sentral.

11

2.1.1.2. Ciri – Ciri Sistem
Menurut Azhar Susanto (2010:18) terdapat beberapa ciri sistem,
diantaranya:
1) Tujuan sistem merupakan target atau sasaran akhir yang ingin dicapai oleh
suatu sistem.
2) Batas sistem merupakan garis abstraksi yang memisahkan antara sistem dan
lingkungannya.
3) Sub sistem merupakan komponen atau bagian dari suatu sistem, subsistem ini
bisa fisik ataupun abstrak.
4) Hubungan sistem merupakan hubungan yang terjadi antar sub sistem dengan
sub sistem lainnya yang setingkat atau antara sub sistem dengan sistem yang
lebih besar. Ada dua macam hubungan sistem, yaitu hubungan horizontal dan
hubungan vertikal. Hubungan vertikal disebut sebagai hubungan khirarki
yang

menggambarkan

tingkatan,

sedangkan

hubungan

horizontal

menggambarkan hubungan antara sub sistem dengan sub sistem lain yang
setingkat. Khirarki sistem pada dasarnya menggambarkan hubungan sistem
dengan sistem yang lebih besar yang disebut sebagai super sistem dan
hubungan dengan sistem yang lebih kecil yang disebut sebagai subsistem.
5) Input – Proses – Output. Ciri lain dari sistem adalah melihat dari sudut fungsi
dasarnya yaitu : Input, Proses dan Output. Fungsi ini juga menunjukan bahwa
sistem sebagai proses tidak bisa berdiri sendiri, harus ada input dan output.
Seperti terlihat dalam gambar dibawah ini :

12

Input

Proses

Output

Gambar 2.1.
Fungsi dasar suatu sistem

a. Input adalah segala sesuatu yang masuk kedalam suatu sistem. Input ini
bervariasi bisa berupa energi, manusia, data, modal, bahan baku,
layanan atau lainnya. Input merupakan pemicu bagi sistem untuk
melakukan proses yang diperlukan. Input dapat diklasifikasikan
kedalam tiga kategori, yaitu : Serial input, Probabel input dan
Feedback input.
b. Proses merupakan perubahan dari input menjadi output. Proses ini
mungkin dilakukan oleh mesin, orang atau komputer.
c. Output merupakan hasil dari suatu proses yang merupakan tujuan dari
keberadaan sistem. Berdasarkan penggunaannya suatu output dapat
diklasifikasikan menjadi tiga macam, yaitu :
a) Output yang langsung diberikan ke konsumen untuk dikonsumsi
atau untuk diproses lebih lanjut, sebagai contoh multiplek bias
langsung digunakan atau dibuat lemari.
b) Output suatu sistem yang dikonsumsi oleh subsistem yang lain
dalam sistem yang sama dalam suatu siklus produksi sebagai contoh
adalah barang setengan jadi.
c) Output yang merupakan bagian dari output secara keseluruhan yang
dapat dikonsumsi oleh system yang lain atau oleh sistem yang
bersangkutan, tapi menjadi tidak berguna kalau dibuang ke

13

lingkungan. Sebagai contoh adalah limbah gergajian, limbah tersebut
tidak bermanfaat kalau dibuang ke lingkungan tapi akan bermanfaat
kalau dibuat papan partikel.
6) Lingkungan Sistem adalah faktor – faktor di luar sistem yang mempengaruhi
sistem. Lingkungan sistem ada dua macam, yaitu : lingkungan eksternal
(diluar sistem) dan lingkungan internal (didalam sistem).
2.1.1.3 Indikator Sistem Informasi Diektorat Jendera Pajak (SIDJP)
Menurut Wilkinson dalam Husein Umar (2011:184) menyatakan bahwa
ada beberapa indikator sistem informasi, yaitu:
1) Relevance (sesuai kebutuhan)
2) Capacity (kapasitas dari sistem)
3) Efficiency (efisiensi dari sistem)
4) Timeliness (ketepatan waktu menghasilkan informasi)
5) Accessibility (kemudahan akses)
6) Flexibility (keluwesan sistem)
7) Accuracy (ketepatan nilai dari informasi)
8) Reliability (keandalan dari sistem)
9) Security (keamanan dari sistem)
10) Simplicity (kemudahan dari sistem)
Menurut Kusrini & Andri Kuniyo (2010:8) menyatakan bahwa ada
bebrapa indikator sistem, yaitu sebagai berikut:
1) Akurat (Accurate)

14

Informasi harus bebas dari kesalahan, tidak bias ataupun menyesatkan.
2) Tepat pada waktunya (Timelines)
Informasi yang datang pada penerima tidak boleh terlambat, karena akan
berakibat fatal untuk pengambilan keputusan.
3) Relevan (relevance)
Informasi yang disampaikan harus mempunyai keterkaitan dengan masalah
yang akan dibahas dengan informasi tersebut.
Menurut Jogiyanto (2011:11) indikator-indikator sistem informasi sebagai
berikut:
1) Keunggulan (usefulness)
Yaitu suatu sistem yang harus dapat menghasilkan informasi yang tepat dan
relevan untuk mengambil keputusan manajemen dan personil operasi dalam
organisasi.
2) Ekonomis
Kemampuan sistem yang mempengaruhi sistem harus bernilai manfaat
minimal, sebesar biayanya.
3) Kehandalan (Reliability)
Keluaran dari sistem harus mempunyai tingkat ketelitian tinggi dan sistem
tersebut harus beroperasi secara efektif.
4) Pelayanan (Customer Service)
Yakni suatu sistem memberikan pelayanan yang baik dan efisien kepada para
pengguna sistem pada saat berhubungan dengan organisasi.

15

5) Kapasitas (Capacity)
Setiap sistem harus mempunyai kapasitas yang memadai untuk menangani
setiap periode sesuai yang dibutuhkan.
6) Sederhana dalam kemudahan (Simplicity)
Sistem tersebut lebih sederhana ( umum ) sehingga struktur dan operasinya
dapat dengan mudah dimengerti dan prosedure mudah diikuti.
7) Fleksibel (Fleksibility)
Sistem informasi ini harus dapat digunakan dalam kondisi sebagaimana yang
diinginkan oleh organisasi tersebut atau pengguna tertentu.
Menurut Bonnie Soeherman & Marion Pinontoan (2011:5) indikatorindikator sistem informasi sebagai berikut:
1) Relevan atau sesuai dengan kebutuhan pengguna.
2) Akurat atau dapat dipercaya
3) Tepat waktu
4) Mudah dipahami atau tidak membingungkan
5) Terintegrasi, sehinggah dapat diakses dimana saja ketika dibutuhkan
Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis mengambil beberapa
indikator yang akan dijadikan tolak ukur dari sistem informasi (SIDJP), yaitu
sebagai berikut:
1) Relevance (sesuai kebutuhan)
2) Efficiency (efisiensi dari sistem)
3) Accessibility (kemudahan akses)
4) Accuracy (ketepatan nilai dari informasi)

16

5) Reliability (kehandalan dari sistem)
6) Security (keamanan dari sistem)
7) Simplicity (sederhana dalam kemudahan dari sistem)
8) Integrasi (sistem yang saling terhubung)
2.1.1.4 Penerapan Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP)
Suatu program aplikasi digunakan untuk menyediakan informasi seluruh
kejadian atau kegiatan yang diperlukan untuk mengendalikan operasi organisasi.
Adapun pengertian Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak menurut Surat
Edaran (19/PJ/2007, 2007) menyatakan bahwa :
“Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak adalah sistem informasi
dalam administrasi perpajakan di lingkungan kantor modern Direktorat
Jenderal Pajak dengan menggunakan perangkat keras dan perangkat lunak
yang dihubungkan dengan suatu jaringan kerja di Kantor Pusat”.
Dari definisi tersebut dapat diartikan bahwa dalam program aplikasi
perpajakan dari semua bagian terintegrasi dalam satu aplikasi, sehingga proses
pengolahan data maupun pertukaran informasi dapat dilakukan lebih cepat dan
efisien yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama yaitu
dengan meningkatkan kinerja pegawai.
2.1.2 Kepuasan Kerja
Salah satu faktor yang perlu mendapat perhatian dari pimpinan organisasi
atau perusahaan dalam mengelola sumber daya manusia adalah masalah kepuasan
kerja pegawai. Karena tanpa merasakan kepuasan kerja, pegawai kurang
memberikan sumbangan yang optimal bagi pencapaian tujuan perusahaan.
Pengertian Kepuasan Kerja menurut Susilo Martoyo, (2000: 141) sebagai berikut:

17

“Kepuasan kerja (job statsfaction) adalah keadaan emosional pegawai
dimana terjadi ataupun tidak terjadi titik temu antara lain nilai balas jasa
kerja pegawai dari perusahaan atau organisasi dengan tingkat nilai balas
jasa yang memang diinginkan oleh pegawai ini, baik yang berupa finansial
maupun non finansial”
Pengertian kepuasan kerja menurut Kreitner & Kinicki (2005) adalah
efektivitas atau respons emosional terhadap berbagai aspek pekerjaan. Hani
Handoko (2010) menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah respon emosional yang
menunjukan perasaan menyenangkan berkaitan dengan pandangan pegawai
terhadap pekerjaannya.
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja adalah
suatu perasaan seseorang terhadap pekerjaannya, dimana pegawai akan merasa
puas apabila ada kesesuaian antara kemampuan, ketrampilan, dan harapannya
dengan pekerjaan yang hadapi. Kepuasan akan menghasilkan hasil yang
semaksimal mungkin antara interaksi manusia dengan lingkungan kerjanya.
Dengan demikian pegawai akan memberikan sumbangan yang optimal untuk
mencapai tujuan perusahaan.
2.1.2.1 Faktor-faktor Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja tidak hanya dipengaruhi oleh pekerjaan semata melainkan
juga faktor-faktor sosial dan diri individu pegawai itu sendiri. Menurut Sopiah
(2008: 172) Aspek kerja yang berpengaruh terhadap kepuasan kerja adalah
promosi, gaji, pekerjaan itu sendiri, supervisi, teman kerja, keamanan kerja,
kondisi kerja, kebijakan perusahaan, komunikasi, tanggung jawab, pengakuan,
prestasi kerja, dan kesempatan untuk berkembang.
Lima faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja :

18

1) Need fulfillment (pemenuhan kebutuhan)
Model ini dimaksudkan bahwa kepuasan ditentukan oleh tingakatan
karakteristik pekerjaan memberikan kesempatan pada individu untuk
memenuhi kebutuhannya.
2) Discrepancies (perbedaan)
Model ini menyatakan bahwa kepuasan merupakan suatu hasil memenuhi
harapan. Pemenuhan harapan mencerminkan perbedaan antara apa yang
diharapkan dan apa yang diperoleh individu dari pekerjaan. Apabila harapan
lebih besar daripada apa yang diterima, orang akan tidak puas. Sebaliknya
diperkirakan individu akan puas apabila mereka menerima manfaat di atas
harapan.
3) Value attainment (pencapaian nilai)
Gagasan value attainment adalah bahwa kepuasan merupakan hasil dari
persepsi pekerjaan memberikan pemenuhan nilai kerja individual yang
penting.
4) Equity (keadilan)
Dalam model ini dimaksudkan bahwa kepuasan merupakan fungsi dari
seberapa adil individu diperlakukan di tempat kerja. Kepuasan merupakan
hasil dari persepsi orang bahwa perbandingan antara hasil kerj adan inputnya
relatif lebih menguntungkan dibandingkan dengan perbandingan antara
keluaran dan masukkan pekerjaan lainnya.

19

5) Dispositional/denetic components (komponen genetik)
Beberapa rekan kerja atau teman tampak puas terhadap variasi lingkungan
kerja, sedangkan linnya kelihatan tidak puas. Model ini didasarkan pada
keyakinan bahwa kepuasan kerja sebagian merupakan fungsi sifat pribadi dan
faktor genetik. Model ini menyiratkan perbedaan individu hanya mempunyai
arti penting untuk menjelaskan kepuasan kerja seperti halnya karakteristik
lingkungan pekerjaan (Wibowo 2007 : 302).
Menurut Veithzal Rivai & Deddy Mulyadi (2011: 247) menyatakan bahwa
ada beberapa faktor yang dapat menimbulkan kepuasan kerja seseorang, antara
lain: kedudukan, pangkat atau jabatan, masalah umur, jaminan finansial dan
jaminan sosial, serta mutu pengawasan.
Dari faktor-faktor di atas, semuanya merupakan faktor yang sangat
berpengaruh dalam mencapai kepuasan kerja pegawai. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kepuasan antara lain: kepuasan pegawai terhadap pekerjaan,
kepuasan pegawai terhadap interaksi sosial sesama pegawai, kepuasan pegawai
terhadap interaksi dengan atasannya, kepuasan pegawai terhadap jaminan-jaminan
yang diberikan dan kepuasan pegawai terhadap fasilitas-fasilitas yang diberikan.
Dengan demikian pegawai yang merasa puas dalam bekerja senantiasa akan selalu
bersikap positif dan selalu mempunyai kreativitas yang tinggi.

20

2.1.2.2 Indikator Kepuasan Kerja
Menurut Handoko (2000;197) indikator tingkat kepuasan dapat dilihat dari:
1) Tingkat perputaran pegawai
Kepuasan kerja yang lebih rendah biasanya akan mengakibatkan perputaran
pegawai lebih tinggi. Mereka lebih mudah meninggalkan perusahaan dan
mencari kesempatan di perusahaan lain.
2) Tingkat absensi pegawai
Para pegawai yang kurang mendapatkan kepuasan kerja cenderung lebih
sering absen.
3) Umur pegawai
Semakin tua umur pegawai, mereka cenderung lebih terpuaskan dengan
pekerjaan-pekerjaan mereka. Pada pegawai yag lebih

muda cenderung

kurang terpuaskan, karena berbagai pengharapan yang lebih tinggi, kurang
penyesuaian, dan penyebab-penyebab lainnya.
4) Jenjang pekerjaan
Orang-orang dengan jenjang pekerjaan yang lebih tinggi cenderung lebih
mendapatkan kepuasan kerja. Mereka biasanya memperoleh kompensasi
lebih baik, kondisi kerja lebih nyaman, dan pekerjaan-pekerjaan mereka
memungkinkan penggunaan segala kemampuan yang mereka punyai,
sehingga mereka mempunyai alasan-alasan untuk lebih terpuaskan.
5) Ukuran organisasi
Ukuran organisasi perusahaan cenderung mempunyai hubungan secara
berlawanan dengan kepuasan kerja. Semakin besar organisasi, kepuasan kerja

21

cenderung turun se

Dokumen yang terkait

Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Efektivitas Kerja Pegawai Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

14 135 117

Pemanfaatan Sistem Teknologi Informasi Dalam Peningkatan Pelayanan Pada Direktorat Jenderal Pajak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

1 102 44

Pengaruh Pengembangan Karir Terhadap Motivasi Kerja Pegawai Kantor Pelayanan Pajak Belawan

10 64 86

Pengaruh Penempatan Kerja Terhadap Motivasi Kerja Pegawai Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Rantau Prapat

20 105 86

Pengaruh Reformasi Administrasi Perpajakan dan Kepuasan Pengguna Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak Terhadap Kinerja Fiskus Di Kantor Pelayanan Pajak (Studi Kasus pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Bojonagara)

1 12 53

Pengaruh Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak dan Penerapan E-Spt Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Penelitian pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya Bandung)

3 31 67

Pengaruh Penerapan Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Kantor Pelayanan Pajak (Survei Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya)

0 8 48

Analisis Penerapan Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak Dengan Pendekatan Business Intelligence System Terhadap Kualitas Informasi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Wilayah Kota Bandung

1 24 156

Peranan Surat Paksa terhadap Pencairan Tunggakan Pajak (Studi Kasus pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega).

0 1 18

Pengaruh Penerapan E-SPT terhadap Efisiensi Pemrosesan Data Perpajakan Menurut Persepsi Pegawai Pajak: Studi Kasus pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bandung Tegallega.

13 38 23