Analisis Penerapan Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak Dengan Pendekatan Business Intelligence System Terhadap Kualitas Informasi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Wilayah Kota Bandung
The Analysis Of Implementation Of The Direktorat Jenderal Pajak Information System
Using Business Intelligence System Approach
To The Information Quality
At The Office Of Pratama Tax Service In Bandung Region
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Sidang Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh:
NAMA : WAHYONO
NIM : 21107006
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
(2)
v
kerja di kantor pusat. Business Intelligence System merupakan sistem informasi berbasis kecerdasan yang digunakan untuk mengumpulkan data, menyediakan akses, serta menganalisa data dan informasi untuk pengambilan keputusan. Kualitas informasi merupakan suatu informasi yang akurat, tepat waktu, relevan dan lengkap yang digunakan untuk pengambilan keputusan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penerapan Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak dengan pendekatan Business Intelligence System terhadap kualitas informasi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Wilayah Kota Bandung.
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dan verifikatif serta dilakukan pengujian statistik seperti; korelasi Person Product Moment, koefisien determinasi, uji hipotesis menggunakan software SPSS 14.0 for windows.
Hasil penelitian menunjukkan hubungan korelasi positif yang sangat kuat (nilai korelasi 0,822) antara penerapan Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak dengan pendekatan Business Intelligence System dengan kualitas informasi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Wilayah Kota Bandung. Terdapat pengaruh penerapan Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak dengan pendekatan Business Intelligence System dengan kualitas informasi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Wilayah Kota Bandung sebesar 67,5%. Penelitian ini memberikan bukti empiris bahwa penerapan sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak dengan pendekatan Business Intelligence System berpengaruh signifikan terhadap kualitas informasi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Wilayah Kota Bandung.
Kata-Kunci: Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak, Business Intelligence System, Kualitas Informasi
(3)
vi
Intelligence System is an intelligent based information technology for supporting business information activities i.e: data collection, access, and analysis; and also providing information for decision making. Information quality is an accurate, timeless, relevance and complete information for decision making. The purpose of this research is to observe the influence of the implementation of the information system using Business Intelligence System approach to the information quality at the Pratama Tax Service in Bandung Region.
This research uses descriptive and verificative methods analyzed using statistical approach. A correlation between Person Product Moment and determinant coefficient uses statistical evaluation, and finally the hypothesis is conducted using SPSS 14.0 for windows.
The result found significant coefficient relationship (correlation coefficient 0,822) between implementation of the information system with information quality at the Office of Pratama Tax Service. The implementation of the information system using Business Intelligence System approach influences the information quality with 67,5% value. This study provides empirical fact that implementation of the information system in the using Business Intelligence System approach can influence information quality at the Pratama Tax Service in Bandung Region.
Key-Words: Information System of the Direktorat Jenderal Pajak, Business Intelligence System, Information Quality
(4)
vii
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh
Syukur alhamdulilah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, serta senantiasa memberikan kesehatan, kemampuan, dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini, dimana penulis melaksanakan survey pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Wilayah Kota Bandung.
Skripsi ini di maksudkan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dalam menempuh mata kuliah Skripsi, jenjang studi Strata 1, pada program studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, di Universitas Komputer Indonesia Bandung (UNIKOM). Dimana judul yang diambil yaitu: “ANALISIS PENERAPAN SISTEM INFORMASI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK DENGAN
PENDEKATAN BUSINESS INTELLIGENCE SYSTEM TERHADAP
KUALITAS INFORMASI”.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini, penulis menemukan hambatan dan kesulitan, namun atas bimbingan Ibu Siti Kurnia Rahayu, SE., M.Ak., Ak. Selaku Dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu guna membimbing, mengarahkan, dan memberikan petunjuk yang sangat berharga demi selesainya penyusunan skripsi ini. Akhirnya dengan Do’a serta ikhtiar penulis mampu melewatinya.
(5)
viii
1. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, M.Sc. Selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia Bandung.
2. Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra., SE., M.Si. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia Bandung.
3. Sri Dewi Anggadini, SE., M.Si. Selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia Bandung.
4. Ely Suhayati, SE., M.Si., Ak. Selaku dosen wali kelas sekaligus dosen penguji I yang telah banyak memberikan masukannya demi kebaikan Skripsi ini. 5. Ony Widilestariningtyas, SE., M.Si. Selaku dosen penguji II yang telah
banyak memberikan masukannya demi kebaikan Skripsi ini.
6. Kepada seluruh staff pengajar, karyawan dan karyawati Universitas Komputer Indonesia Bandung.
7. Lukman Effendi, selaku Kepala Bagian Umum Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat I.
8. Kepada seluruh kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Wilayah Kota Bandung.
9. Kepada seluruh pegawai Seksi Pengolahan Data dan Informasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Wilayah Kota Bandung.
10.Kurnia Nuruzzaman, selaku pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega.
(6)
ix
dukungan baik secara moril maupun materil kepada penulis, yang tidak dapat diukur oleh apapun.
13.Sahabat-sahabat seperjuangan angkatan 2007 Program Studi Akuntansi, khususnya Ak-1, suka duka semasa kuliah kita lalui bersama, semoga kita semua dapat menjadi generasi penerus bangsa.
14.Sahabat, rekan-rekan, dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas segala bantuan dan dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung hingga selesainya Skripsi ini.
Penulis juga menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan kemampuan penulis, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam penulisan ke depannya. Akhir kata, penulis berharap agar Skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.
Semoga Allah SWT membalas jasa semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan Skripsi ini.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh
Bandung, Agustus 2011 Penulis
WAHYONO NIM. 21107006
(7)
1
1.1 Latar Belakang Penelitian
Teknologi informasi sudah menjadi suatu kebutuhan dan sangat diperlukan untuk mempermudah serta menunjang aktivitas organisasi, hal ini didukung oleh semakin berkembangnya program aplikasi atau perangkat lunak (software). Hal ini menunjukan bahwa program aplikasi sangat penting bagi suatu instansi, organisasi atau perusahaan. Teknologi informasi sebagai bagian dalam sistem informasi digunakan untuk memperlancar business process suatu intansi, organisasi, atau perusahaan dimana data diolah menjadi suatu informasi yang berkualitas yang digunakan user dalam pengambilan keputusan. Sistem informasi merupakan dasar dalam pelaksanaan kebijakan business process organisasi yang dijalankan organisasi untuk menghasilkan informasi dengan cepat, tepat, relavan dan akurat.
Kualitas informasi yang baik dihasilkan oleh sistem informasi merupakan keunggulan kompetitif bagi instansi, yang digunakan user dalam mengambil keputusan. Pada instansi/lembaga pemerintahan seperti Direktorat Jenderal Pajak, kualitas informasi merupakan suatu hal yang sangat penting, sebagai dasar pengambilan keputusan dan sebagai tolak ukur kinerja.
Menurut Ery (2011) selaku pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Wilayah Kota Bandung, informasi yang dihasilkan oleh Sistem Informasi Direktorat Jenderal
(8)
Pajak ini digunakan oleh Kantor Pelayanan Pajak yang bersangkutan, Kantor Wilayah, Kantor Pusat, Departemen Keuangan, Badan Pemeriksa Keuangan dan Wajib Pajak. Bagi Kantor Pelayanan Pajak, informasi ini salah satunya digunakan untuk Account Representative sebagai data dalam (a) menyusun profil Wajib Pajak; (b) mengadministrasikan profil Wajib Pajak; (c) penyelesaian permohonan Wajib Pajak; (d) monitoring Wajib Pajak; dan (d) pengawasan kepada Wajib Pajak.
Mengingat pentingnya kualitas informasi bagi Direktorat Jenderal Pajak sebagai dasar informasi penerimaan negara bagi Departemen Keuangan tentunya hal ini menjadi salah satu perhatian khusus bagi Direktorat Jenderal Pajak. Direktorat Jenderal Pajak dapat memonitor dan mengawasi penerimaan pajak secara on-line melalui sistem Modul Penerimaan Negara agar informasi tersebut dapat menjadi suatu informasi yang berkualitas. Pada kenyataannya masih ada kelemahan seperti yang disampaikan oleh Dirjen Pajak Darmin Nasution mengenai adanya ketidakcocokan informasi penerimaan pajak yang ditampilkan sistem Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak dan Modul Penerimaan Negara. Perbedaan tersebut terjadi pada penerimaan Januari, sehingga informasi penerimaan pajak yang kurang akurat pada bulan tersebut masih harus diklarifikasi. (Darmin Nasution, Artikel Pajak, Rabu 11 April 2007)
Demikian juga kondisi yang terjadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Wilayah Kota Bandung, menurut Ery (2011) selaku pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Wilayah Kota Bandung, dengan diterapkannya Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak, seharusnya sistem informasi tersebut dapat sepenuhnya memberikan
(9)
kemudahan salah satunya dalam mengakses informasi penerimaan pajak, namun lain halnya yang terjadi di Kantor Pelayanan Pajak, karena banyak pegawai pajak yang mengeluhkan sistem informasi tersebut, salah satunya apabila pihak internal Direktorat Jenderal Pajak dalam kaitan ini pegawai pajak ingin mengakses informasi penerimaan pajak melalui sistem Modul Penerimaan Negara, informasi tersebut tidak dapat diakses secara cepat. Kondisi ini disebabkan oleh kinerja Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak yang suka lemot atau bahkan hang ketika beban kerjanya terlalu tinggi.
Penggunaan teknologi informasi yang diintegrasikan dengan proses pekerjaan di suatu organisasi sudah menjadi kebutuhan mutlak dalam menyediakan informasi. Ketersediaan informasi yang akurat, tepat waktu, relevan dan lengkap merupakan hal penting bagi kelangsungan hidup suatu organisasi, dalam meningkatkan kemampuannya menganalisa masalah dan mengambil keputusan yang strategis. Business Intelligence System merupakan salah satu bentuk implementasi teknologi yang digunakan organisasi baik profit maupun nonprofit dalam mengelola informasi sampai dengan dukungan pengambilan keputusan.
Debbie Weisensee et.al (2005) menjelaskan bahwa untuk mendukung nilai-nilai, institusi memerlukan teknologi informasi yang fleksibel dan inovatif yang akan dapat memastikan transfer informasi untuk semua tingkat pengambilan keputusan. Seperti banyak organisasi lainnya, umumnya aplikasi transaksional tidak menyimpan data dalam model data dapat diakses dengan mudah yang dapat dengan mudah
(10)
berubah menjadi komprehensif, informasi yang berarti untuk mendukung dibuktikan berbasis pengambilan keputusan. Business Intelligence System sebagai faktor kunci dalam pelaksanaan sistem tersebut adalah adanya perbaikan proses informasi, yaitu sebuah cara berbeda untuk memberikan informasi. Informasi untuk meningkatkan kualitas tujuan, seperti akses pelayanan mandiri meningkat menjadi data integrasi, sumber data, dan interaktif serta akses yang berbeda ke data yang penting. Business Intelligence System merupakan istilah yang umumnya digunakan untuk jenis aplikasi ataupun teknologi yang digunakan untuk membantu dalam kegiatan seperti mengumpulkan data, menyediakan akses, serta menganalisa data dan informasi mengenai kinerja perusahaan/organisasi. Organisasi harus mampu melakukan komunikasi yang jelas mengenai strategi dan tujuan organisasi, meningkatkan budaya akuntabilitas, menyediakan dan meningkatkan akses data dan informasi sesuai dengan kebutuhan, dan meningkatkan partisipasi sebanyak-banyaknya pihak yang terkait.
Business Intelligence System merupakan sistem informasi berbasis intelligence yang mengacu pada komputer berbasis-teknik yang digunakan dalam menganalisis data bisnis. Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak dengan pendekatan Business Intelligence System, merupakan suatu sistem informasi berbasis kecerdasan. Basis kecerdasan yang dimaksud adalah kecerdasan manusia dan teknologi yang dibangun dalam sistem tersebut. Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak sudah mengadop sistem berbasis kecerdasan tersebut, Business Intelligence System maksudnya adalah sistem operasi bisnis suatu instansi/perusahaan yang
(11)
berbasis kecerdasan, baik kecerdasan dari pihak pengembang sistem informasi tersebut maupun output informasi yang dihasilkan.
Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak jika dihubungkan dengan strategi bisnis global dengan menganalogikan satuan-satuan kerja di daerah-daerah sebagai negara-negara yang berbeda, maka dapat dikategorikan sebagai strategi internasional. Data tersentralisasi di pusat, dimana tiap satuan kerja daerah dapat mengambil maupun mentransfer data yang ada. Dengan data yang tersentralisasi maka diharapkan akan terbentuk suatu kesatuan yang utuh sehingga pemanfaatan, pencarian, perlindungannya akan menjadi lebih mudah tidak menjadi informasi yang terpotong-potong. Sistem bekerja secara on-line, sehingga tidak terjadi jeda waktu atau keterlambatan penyampaian informasi yang terjadi sebelumnya dimana data yang ada dikumpulkan dulu di tiap satuan-satuan kerja baru dikumpulkan secara berjenjang. (Dimas B. Putra, Jum’at 29 Mei 2009)
Direktorat Jenderal Pajak menyusun Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak pada fase berbasis kecerdasan belum menuju kedewasaan/kesempurnaan. Hal ini yang dijadikan program Project for Indonesian Tax Administration System sebagai bentuk penyempurnaan atas sistem teknologi informasi Direktorat Jenderal Pajak di tahun 2012. Project for Indonesian Tax Administration System merupakan bagian dari program reformasi perpajakan jilid II di tubuh Direktorat Jenderal Pajak yang dimulai penggarapannya pada tahun 2009 dan akan selesai secara tuntas pada tahun 2012. (Koran Jakarta, Senin 7 September 2009)
(12)
Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak dengan pendekatan Business Intelligence System terdiri dari e-Reg yaitu sistem pendaftaran Wajib Pajak (memperoleh NPWP) secara on-line, e-Filing yaitu sistem menyampaikan Surat Pemberitahuan Pajak secara on-line dan program aplikasi e-SPT yang merupakan sarana bagi Wajib Pajak untuk dapat menyampaikan SPT melalui media elektronik, serta Modul Penerimaan Negara yang berfungsi untuk memonitor dan mengawasi penerimaan pajak secara on-line. Selain itu juga tersedia situs internet Dirjen Pajak
(http://www.pajak.go.id) yang memuat peraturan perpajakan dan informasi perpajakan yang dapat diakses oleh Wajib Pajak. (Djazoeli Sadhani, Bisnis Indonesia, Senin 23 Mei 2005)
Penerapan atas instalasi sistem informasi pada Direktorat Jenderal Pajak adalah dengan parallel strategy. Pada tahap awal modernisasi administrasi perpajakan, Kantor Pelayanan Pajak mengimplementasikan Sistem Informasi Pajak Modern menggantikan Sistem Informasi Pajak, kemudian menginstal Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak. Kantor Pelayanan Pajak adalah unit kerja yang memberikan pelayanan publik, oleh karena itu sistem informasi harus tetap running. Parallel strategy dipilih karena modernisasi administrasi perpajakan dilakukan secara bertahap dan membutuhkan persiapan infrastruktur yang besar dan cukup komplek. Akibatnya adalah "kelelahan" dari tim pelaksana pengembang sistem dan pengguna sistem itu sendiri. (Dimas B. Putra, Jum’at 29 Mei 2009)
(13)
Kelemahan yang masih ada pada Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak yaitu ketika beban kerja terlalu tinggi maka kinerja Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak menjadi lemot atau bahkan hang. Padahal Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak baru diterapkan dibeberapa Kantor Pelayanan Pajak, apalagi jika seluruh Kantor Pelayanan Pajak dan unit vertikal lainnya menerapkan. Salah satu penyebabnya adalah Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak tersentralisasi di kantor pusat Direktorat Jenderal Pajak . Selain itu terdapat masalah migrasi data atas perubahan sistem lama yaitu Sistem Informasi Pajak Modern ke Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak. (Dimas B. Putra, Jum’at 29 Mei 2009)
Demikian juga kondisi yang terjadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Wilayah Kota Bandung, menurut Kurnia (2011) selaku pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Wilayah Kota Bandung, Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak sendiri masih mengalami beberapa kelemahan diantaranya ketika beban kerja terlalu tinggi maka kinerja Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak menjadi lemot atau bahkan hang dan dari segi pengamanan masih lemah karena Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak tersebut bisa terkena virus.
Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak dengan pendekatan Business Intelligence System ditunjukkan melalui adanya aplikasi profil Wajib Pajak dan manajemen kasus. Pembentukan profil melalui integrasi data yang terkumpul dari berbagai sumber dari berbagai daerah mengenai Wajib Pajak dapat membentuk profil yang lebih komprehensif dan bermakna dibanding sistem sebelumnya. Manajemen
(14)
kasus, dapat menghasilkan (a) Standarisasi proses pengerjaan atau penanganan suatu kasus; (b) Standarisasi dokumen keluaran/produk hukum; (c) Sebagai panduan bagi user dalam menangani suatu kasus; (d) Memberikan notifikasi bila ada kasus yang harus dikerjakan; dan (e) Menyediakan kontrol dan pengawasan terhadap pengerjaan suatu kasus. Adanya kasus dapat dipicu oleh sistem atau dengan adanya permohonan dari Wajib Pajak seperti e-Reg, e-SPT, atau dari adanya alat keterangan. Dengan adanya manajemen kasus akan semakin meningkatkan kinerja operasional dari para pengguna sistem informasi untuk dapat melaksanakan tugas-tugasnya. Apabila terjadi input dalam sistem yang memicu adanya kasus tertentu maka sistem akan memberikan notifikasi pada pegawai maupun atasan yang berkepentingan untuk melakukan tugas-tugas yang bersangkutan. Dengan sistem yang terkomputerisasi maka pengerjaannya pun menjadi terstandarisasi, lebih mudah diawasi, dan akuntabilitasnya dapat terjaga. (Dimas B. Putra, Jum’at 29 Mei 2009)
Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak tidak hanya digunakan sebagai sistem informasi dalam pelayanan perpajakan, Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak juga sebagai suatu sistem informasi ditujukan untuk dapat melayani seluruh kegiatan organisasi. Direktorat Jenderal Pajak sebagai suatu bagian pemerintahan memiliki fungsi-fungsi operasional, di bidang perpajakan, juga berkaitan dengan jalannya organisasi itu sendiri yakni kepegawaian, keuangan, perlengkapan, dan kesekretariatan. Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak diarahkan untuk dapat menunjang seluruh kegiatan tersebut, walaupun pada kenyataannya belum dapat sepenuhnya operasional dengan kendala- kendala yang ada. Menu yang telah tersedia
(15)
dalam Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak misalnya dalam bidang kesekretariatan yakni penerimaan surat-surat masuk, dan di bidang kepegawaian mengenai cuti, kepangkatan, dan lain-lain. (Dimas B. Putra, Jum’at 29 Mei 2009)
Berdasarkan uraian mengenai kualitas informasi maupun Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak dan permasalahan yang terjadi diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ”ANALISIS PENERAPAN SISTEM INFORMASI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK DENGAN PENDEKATAN BUSINESS INTELLIGENCE SYSTEM TERHADAP KUALITAS INFORMASI”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan beberapa hal yang telah diuraikan, maka penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Terdapat masalah migrasi data atas perubahan sistem lama yaitu Sistem Informasi Pajak Modern ke Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak.
2. Ketika beban kerja terlalu tinggi maka kinerja Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak menjadi lemot atau bahkan hang.
3. Informasi penerimaan pajak kurang akurat.
(16)
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan beberapa hal yang telah diuraikan, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Penerapan Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak Dengan Pendekatan Business Intelligence System Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Wilayah Kota Bandung.
2. Bagaimana Kualitas Informasi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Wilayah Kota Bandung.
3. Bagaimana Pengaruh Penerapan Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak Dengan PendekatanBusiness Intelligence System Terhadap Kualitas Informasi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Wilayah Kota Bandung.
1.4 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.4.1 Maksud Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran secara langsung bagaimana Pengaruh Penerapan Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak Dengan Pendekatan Business Intelligence System Terhadap Kualitas Informasi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Wilayah Kota Bandung.
(17)
1.4.2 Tujuan penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk Mengetahui Penerapan Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak Dengan Pendekatan Business Intelligence System Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Wilayah Kota Bandung.
2. Untuk Mengetahui Kualitas Informasi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Wilayah Kota Bandung.
3. Untuk Mengetahui Pengaruh Penerapan Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak Dengan Pendekatan Business Intelligence System Terhadap Kualitas Informasi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Wilayah Kota Bandung.
1.5 Kegunaan Penelitian
Dengan adanya penelitian ini penulis mengharapkan hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, antara lain:
1.5.1 Kegunaan Praktis
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat menjadi bahan masukan yang positif bagi perkembangan dan kemajuan sistem informasi yang telah diterapkan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Wilayah Kota Bandung guna meningkatkan kualitas informasi yang dihasilkan.
(18)
1.5.2 Kegunaan Akademis
1. Bagi Pengembangan Ilmu
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat menjadi bahan masukan yang positif bagi perkembangan ilmu khususnya mengenai sistem informasi dan kualitas informasi.
2. Bagi Peneliti
Peneliti mengharapkan hasil penelitian dapat bermanfaat, selain itu untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang perkembangan/kemajuan teknologi informasi, serta memperoleh gambaran langsung bagaimana Pengaruh Penerapan Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak Dengan Pendekatan Business Intelligence System Terhadap Kualitas Informasi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Wilayah Kota Bandung.
3. Bagi Peneliti Lain
Peneliti lain yang dimaksudkan adalah bagi pembaca dan peneliti berikutnya. Dapat dijadikan sumber informasi dan referensi untuk melakukan penelitian dengan topik yang berkaitan dengan penelitian ini, baik yang bersifat melengkapi, mengembangkan maupun melanjutkan.
(19)
1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian
1.6.1 Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini penulis melaksanakan penelitian pada 5 Kantor Pelayanan Pajak Pratama Wilayah Kota Bandung, yaitu:
Tabel 1.1 Lokasi Penelitian
No Nama Instansi/Perusahaan Alamat
1 Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung
Karees
Jln. Ibrahim Adjie No. 372 Bandung
2 Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung
Tegallega
Jln. Soekarno Hatta No. 216 Bandung
3 Kantor Pelyanan Pajak Pratama Bandung
Bojonagara
Jln. Ir. Sutami No. 1 Bandung
4 Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung
Cicadas
Jln. Soekarno Hatta No. 781 Bandung
5 Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung
Cibeunying
Jln. Purnawarman No. 19-21
(20)
1.6.2 Waktu Penelitian
Adapun waktu pelaksanaan penelitian adalah dimulai pada bulan Maret 2011 sampai dengan bulan Agustus 2011, yaitu:
Tabel 1.2 Waktu Penelitian
Tahap Prosedur
Bulan Maret 2011 April 2011 Mei 2011 Juni 2011 Juli 2011 Agustus 2011 I Tahap Persiapan:
1.Bimbingan dengan dosen pembimbing 2.Membuat outline dan proposal skripsi 3.Mengambil formulir penyusunan skripsi 4.Menentukan tempat penelitian
II
Tahap Pelaksanaan:
1.Mengajukan outline dan proposal skripsi 2.Meminta surat pengantar ke instansi/perusahaan 3.Penelitian di instansi/perusahaan
4.Penyusunan skripsi
III
Tahap Pelaporan:
1.Menyiapkan draft skripsi 2.Sidang akhir skripsi 3.Penyempurnaan skripsi 4.Penggandaan skripsi
(21)
15
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengertian Pajak
Berikut ini merupakan definisi mengenai pajak menurut para ahli adalah:
Menurut Rochmat Soemitro (2008:1)mendefinisikan bahwa:
“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum”.
Menurut Waluyo (2008:2)mendefinisikan bahwa:
“Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan”.
Dari definisi-definisi pajak diatas, dapat disimpulkan bahwa pajak merupakan iuran rakyat kepada negara (yang dapat dipaksakan) sesuai dengan undang-undang tanpa mendapat jasa timbal balik yang dapat ditunjukkan secara langsung (kontraprestasi) yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum sehubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.
(22)
2.1.2 Pengertian Sistem Informasi
Berikut ini merupakan definisi mengenai sistem informasi menurut para ahli adalah:
Menurut Azhar Susanto (2008:52) mendefinisikan bahwa:
“Sistem informasi adalah kumpulan dari subsistem apapun baik phisik ataupun non phisik yang saling berhubungan satu sama lain dan bekerja sama secara harmonis untuk mencapai satu tujuan yaitu mengolah data menjadi informasi yang berarti dan berguna”.
Menurut Laudon yang diterjemahkan oleh Azhar Susanto (2008:52) mendefinisikan bahwa:
“Sistem informasi merupakan komponen-komponen yang saling berhubungan dan bekerjasama untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan mendistribusikan informasi untuk mendukung proses pengambilan keputusan, koordinasi dan pengendalian”.
Menurut McKeown yang diterjemahkan oleh Azhar Susanto (2008:52) mendefinisikan bahwa:
“Sistem informasi merupakan gabungan dari komputer dan user yang mengelola perubahan data menjadi informasi serta menyimpan data dan informasi tersebut”.
Dari definisi-definisi sistem informasidiatas, dapat disimpulkan bahwa sistem informasi merupakan kumpulan dari sub-sub sistem baik phisik maupun non phisik yang saling berhubungan satu sama lain dan bekerja sama secara harmonis untuk mecapai satu tujuan yaitu mengolah data menjadi informasi yang berguna bagi pihak user sabagai bahan pengambilan keputusan.
(23)
2.1.3 Pengertian Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak
Berikut ini merupakan definisi mengenai Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak berdasarkan SE-19/PJ/2007 adalah:
“Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak merupakan suatu sistem informasi administrasi perpajakan di lingkungan kantor Direktorat Jenderal Pajak modern dengan menggunakan perangkat keras dan perangkat lunak yang dihubungkan dengan suatu jaringan kerja di kantor pusat”.
Dari definisi Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak diatas, dapat disimpulkan bahwa Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak merupakan suatu sistem informasi administrasi perpajakan di lingkungan kantor Direktorat Jenderal Pajak modern dengan menggunakan perangkat keras dan perangkat lunak yang dihubungkan dengan suatu jaringan kerja di kantor pusat.
Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak dengan pendekatan Business Intelligence System merupakan suatu sistem informasi berbasis kecerdasan. Kecerdasan yang dimaksud adalah kecerdasan manusia dan teknologi yang dibangun dalam sistem tersebut. Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak dibangun dengan knowledge basis dalam sistem operasi bisnis suatu instansi sehingga informasi yang dihasilkan dapat secara pasti sebagai dasar pengambilan keputusan.
(24)
2.1.4 Pengertian Business Intelligence System
Berikut ini merupakan definisi mengenai Business Intelligence System menurut para ahli adalah:
Menurut Lonnqvist dan Pirttimaki (2006:32) mendefinisikan bahwa:
“Business Intelligence System is An organized and systematic process by which organizations acquire, analyze, and disseminate information from both internal and external information sources significant for their business activities and for decision-making”.
Menurut Williams & Williams (2007) mendefinisikan bahwa:
“Business Intelligence System is a set of business information and business analyses within the context of key business processes that lead to decisions and actions. In particular, Business Intelligence System means leveraging information assets within key business processes to achieve improved business performance”.
Menurut Okkonen et al (2002) mendefinisikan bahwa:
“Business Intelligence System is the process of gathering and analyzing internal and external business information”.
Dari definisi-definisi Business Intelligence System diatas, dapat diambil disimpulkan bahwa Business Intelligence System merupakan sistem teknologi informasi berbasis intelligence yang digunakan untuk membantu kegiatan business information, seperti mengumpulkan data, menyediakan akses, serta menganalisa data dan informasi untuk kegiatan bisnis dan untuk pengambilan keputusan.
(25)
2.1.4.1 Komponen - Komponen Sistem Informasi
Berikut ini merupakan komponen - komponen sistem informasi adalah:
2.1.4.1.1 Hardware
Hardware merupakan peralatan phisik yang dapat digunakan untuk mengumpulkan, memasukan, memproses, menyimpan dan mengeluarkan hasil pengolahan data dalam bentuk Informasi. Sedangkan pada komponen hardware terdiri dari:
1. Bagian Input (Input Device)
Peralatan input merupakan alat-alat yang dapat digunakan untuk memasukan data kedalam komputer. Ada beberapa contoh peralatan yang dapat digunakan untuk memasukan data, seperti:
a. Keyboard
Keyboard digunakan untuk memasukan data dalam bentuk teks (ASCII) ke komputer.
b. Mouse
Mouse marupakan alat yang dapat digunakan sebagai pointer. c. Scanner
Scanner merupakan alat yang dapat digunakan untuk memasukkan data dalam bentuk image (gambar).
(26)
d. Kamera Digital (Digital Camera)
Kamera Digital (Digital Camera) merupakan alat yang dapat digunakan untuk menyimpan data gambar.
e. Kamera Video (Video Camera)
Kamera Video (Video Camera) digunakan untuk menyimpan data gambar yang dapat bergerak dan juga bersuara.
f. Optical Code Recognition (OCR)
Optical Code Recognition (OCR) digunakan untuk membaca barcode. g. Touch Screen
Touch Screen digunakan untuk memilih sesuatu yang ada dilayar dengan menggunakan telunjuk.
h. Floppy Disk
Floppy Disk digunakan untuk memasukan dan menyimpan data backup dalam suatu sistem informasi akuntansi.
i. Hardisk
Hardisk digunakan untuk memasukan dan menyimpan data backup. j. Digitizer
Digitizer merupakan alat yang digunakan untuk mengambar langsung ke komputer.
2. Bagian Pengolahan Utama dan Memori a. Prosesor (Processor/CPU)
(27)
b. Memori (Memory)
Memori (Memory) merupakan sebagai tempat menyimpan data. c. Bus
Bus merupakan kabel-kabel yang tersusun dengan rapi sekali dan digunakan sebagai penghubung antara CPU dengan primary storage. d. Cache Memory
Cache Memory berfungsi sebagai bufer (media penyesuai) antara CPU yang berkecepatan tinggi dan memory yang memiliki kecepatan lebih rendah.
e. Motherboard/Mainboard
Motherboard/Mainboard berfungsi sebagai tempat penampungan komponen-komponen pendukung suatu sistem komputer.
f. Driver Card
Driver Card berfungsi untuk memperluas kemampuan (ekspansion) suatu sistem komputer.
3. Bagian Output (Output Device) a. Printer
Printer merupakan peralatan-peralatan yang digunakan untuk mengeluarkan informasi hasil pengolahan data.
b. Layar monitor
Layar monitor merupakan alat yang digunakan untuk menayangkan hasil pengolahan data atau informasi dalam bentuk visual.
(28)
c. Head Mount Display (HMD)
Head Mount Display (HMD) merupakan alat yang digunakan untuk menanyangkan hasil pengolahan data atau informasi dalam bentuk visual pada monitor yang ditempelkan didepan mata.
d. LCD (Liquid Cristal Display Projector)
LCD (Liquid Cristal Display Projector) merupakan alat yang digunakan untuk menayangkan hasil pengolahan data atau informasi dengan cara memancarkannya atau memproyeksikan ke dinding atau bidang lainnya yang vertikal.
e. Speaker
Speaker merupakan alat yang digunakan untuk mengeluarkan hasil pengolahan data atau informasi dalam bentuk suara.
4. Bagian komunikasi
Peralatan komunikasi adalah peralatan-peralatan yang harus digunakan agar komunikasi data bisa berjalan dengan baik. Ada banyak jenis peralatan komunikasi, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Network Card untuk LAN dan Wireless LAN b. HUB/Switching dan accsess point wireless LAN c. Fiber Optik dan Router dan Range Extender
d. Berbagai macam modem (Inernal, Exsternal, PCMIA) dan wireless cardbus adapter
(29)
2.1.4.1.2 Software
Software adalah kumpulan dari program-program yang digunakan untuk menjalankan aplikasi tertentu pada komputer. Software dikelompokkan menjadi dua kelompok berdasarkan fungsinya yaitu perangkat lunak sistem (system software) dan perangkat lunak aplikasi (aplication software).
Perangkat lunak sistem merupakan kumpulan dari perangkat lunak yang digunakan untuk mengendalikan sistem komputer yang meliputi sistem operasi (operating system), interprenter dan compiller (kompiler).
1. Operating system
Operating system berfungsi untuk mengendalikan hubungan antara komponen-komponen yang terpasang dalam suatu sistem komputer misalnya antara keyboard dengan CPU, dengan layar monitor dan lain-lain.
Jenis-Jenis Program Dalam Sistem Operasi, diantaranya: a. Bootstrap Loader
b. Diagnostic Test
c. Operating Systems Executive d. BIOS
e. Utility Program f. File Maintenance
Fungsi Sistem Operasi, diantaranya:
a. Menjalankan komputer saat komputer pertama dinyalakan b. Menjalankan program aplikasi
(30)
c. Menjalankan program utility d. Mengelola file
e. Menjalankan mode batch (menumpuk data sebelum diolah)
f. Memberi layanan percetakan data di layar dan printer serta menyimpan data di file
2. Interpreter dan compiller
Interpreter merupakan software yang berfungsi sebagai penterjemah bahasa yang dimengerti oleh manusia kedalam bahasa yang dimengerti oleh komputer (bahasa mesin) perintah per perintah.
Sedangkan kompiller berfungsi untuk menterjemahkan kedalam bahasa yang dipahami oleh manusia kedalam bahasa yang dipahami oleh komputer secara langsung satu file.
3. Perangkat lunak aplikasi
Perangkat lunak aplikasi atau sering juga disebut sebagai (paket aplikasi) merupakan software jadi yang siap untuk digunakan. Software ini dibuat oleh perusahaan perangkat lunak tertentu (sofware house) baik dari dalam maupun dari luar negeri yang umumya berada di Amerika. Perangkat lunak aplikasi dibuat untuk membantu masalah yang relatif umum karena itu sangatlah wajar kalau software-software ini tidak dapat memenuhi kebutuhan spesifik setiap pengguna komputer.
(31)
2.1.4.1.3 Brainware
Brainware merupakan sumber daya yang terlibat dalam pembuatan sistem informasi, pengumpulan dan pengolahan data, pendistribusian dan pemanfaatan informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi tersebut. Beberapa komponen SDM suatu organisasi terlibat dalam beberapa aktivitas diatas secara garis besar dapat dikelompokan kedalam pemilik dan pemakai sistem informasi.
1. Pemilik sistem informasi
Para pemilik sitem informasi merupakan sponsor terhadap dikembangkannya sistem informasi. Mereka biasanya disamping bertanggung jawab terhadap biaya dan waktu yang digunakan untuk pengembangan serta pemeliharaan sistem informasi, mereka juga berperan sebagai pihak penentu dalam menentukan diterima atau tidaknya sistem informasi.
2. Pemakai sistem informasi
Para pemakai sistem informasi sebagian besar merupakan orang-orang yang hanya akan menggunakan sistem informasi yang telah dikembangkan seperti operator dan manajer (end user). Para pemakai sistem informasi tersebut untuk menentukan:
a. Masalah yang harus dipecahkan b. Kesempatan yang harus diambil c. Kebutuhan yang harus dipenuhi, dan
(32)
d. Batasan-batasan bisnis yang harus termuat dalam sistem informasi. Mereka juga cukup memperhatikan tayangan aplikasi dikomputer baik dalam bentuk form input maupun outputnya.
2.1.4.1.4 Prosedur
Prosedur merupakan rangkaian aktivitas atau kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang dengan cara yang sama. Prosedur penting dimiliki bagi suatu organisasi agar segala sesuatu dapat dilakukan secara seragam. Pada akhirnya prosedur akan menjadi pedoman bagi suatu organisasi dalam menentukan aktivitas apa saja yang harus dilakukan untuk menjalankan suatu fungsi tertentu. Dengan adanya prosedur yang memadai maka dapat dilakukan pengendalian terhadap aktivitas perusahaan. Pada saat suatu prosedur telah ditetapkan untuk diterapkan maka barang siapa yang tidak melakukannya dapat dianggap sebagai pelanggaran.
Aktivitas merupakan fungsi dari sistem informasi. Melakukan aktivitas pada dasarnya melakukan suatu kegiatan berdasarkan informasi yang masuk dan persepsi yang dimiliki tentang informasi tersebut.
Fungsi merupakan aktivitas yang mendukung operasi bisnis perusahaan. Pemilik sistem melihat bisnis mereka berdasarkan tujuan organisasi dan lebih spesifik kesasaran yang harus dicapai. Sasaran merupakan target yang lebih spesifik dengan kriteria yang jelas untuk membantu mencapai tujuan.
(33)
2.1.4.1.5 Teknologi Jaringan Telekomunikasi
Sistem telekomunikasi merupakan kumpulan hardware dan software yang sesuai (compatible) yang disusun untuk mengkomunikasikan berbagai macam informasi dari satu lokasi ke lokasi yang lain. Sistem telekomunikasi saat ini dapat mengirimkan informasi baik dalam berntuk text, image, suara, maupun bentuk video. Komponen sistem telekomunikasi:
a. Komputer (host) untuk mengolah informasi
b. Terminal yang memantau peralatan input/output untuk mengirim dan menerima data
c. Saluran komunikasi (kabel, telepon, udara)
d. Pengolah komunikasi (communication processor: modem, controller, multiplexer, dan front end processor) yang membantu mengirimkan dan menerima data.
e. Software komunikasi yang mengontrol aktivitas input, output dan mengelola fungsi lainnya dalam jarigan komunikasi.
Fungsi sistem telekomunikasi:
Fungsi dari sistem telekomunikasi adalah untuk mengirimkan dan menerima data dari suatu lokasi ke lokasi yang lain. Sitem telekomunikasi harus melakukan beberapa fungsi yang terpisah yang tidak kelihatan oleh orang yang menggunakannya. Sistem telekomunikasi mengirimkan informasi, membangun penghubung antara pengirim dan penerima, menyampaikan pesan dengan cara yang paling efisien, melakukan pengolahan awal untuk menjamin bahwa informasi akan
(34)
sampai pada penerima yang tepat, melakukan pengecekan terhadap data yang dikirim dan memperbaiki format yang salah, merubah format dari format yang satu ke format yang lain.
2.1.4.1.6 Database
Database merupakan kumpulan data-data yang tersimpan didalam media penyimpanan disuatu perusahaan (arti luas) atau didalam komputer (arti sempit).
1. Media dan sistem penyimpanan data
Data dalam sistem informasi akuntansi berbasis komputer tersimpan dalam dua media penyimpanan, yaitu dalam media penyimpanan utama (main storage media) dan media penyimpanan kedua/tambahan/sekunder (secondary storage media). Media penyimpan utama umumnya bersifat volatile artinya akan hilang saat listrik sebagai sumber energi tidak ada. Masyarakat sering menyebut media penyimpanan utama ini sebagai memori contohnya RAM (Random Access Memory)
Sedangkan untuk media penyimpanan data sekunder, dikenal ada dua macam media penyimpan, yaitu:
a. Media penyimpanan untuk menyimpan data secara berurutan (sequential) Melalui media ini record-record data akan dibaca dengan cara yang sama dengan saat penyimpanan. Sebagai contoh adalah pita magnetik (magnetic tape).
b. Media penyimpanan secara langsung (direct) atau acak (random) yang memungkinkan user untuk membaca data dalam urutan yang diperlukan
(35)
tanpa harus memperhatikan bagaimana penyusunannya secara phisik dari media penyimpanan data tersebut. Sebagai contoh adalah magnetik disk seperti floppy disk, hardisk, Compac Disk (CD), dan teknologi paling baru adalah Digital Video Disk (DVD). Salah satu keuntungan digunakannya magnetik disk adalah data-data dalam magnetik disk dapat disimpan baik secara berurutan (sequential) maupun secara langsung (direct access). 2. Sistem pengolahan
Ada dua cara pengolahan data yang bisa dilakukan dalam sistem manajemen data saat ini, yaitu pengolahan secara batch dan pengolahan secara on-line. a. Pengolahan secara batch
Pengolahan secara batch (mengumpulkan lebih dahulu) merupakan sistem pengolahan data transaksi dengan cara mengumpulkan terlebih dahulu data transaksi yang terjadi, kemudian pada waktu yang telah ditentukan data transaksi tersebut sekaligus diproses, biasanya sambil merevisi data file master.
b. Pengolahan secara on-line
Pengolahan secara on-line (pengolahan langsung) merupakan sistem pengolahan data transaksi dimana setiap data yang masuk secara langsung satu persatu diolah. Pada saat yang bersamaan biasanya juga dilakukan proses untuk memperbaharui file master. Istilah lain yang digunakan adalah pemrosesan transaksi. Pengolahan on-line dikembangkan untuk memperoleh informasi yang selalu mutakhir.
(36)
3. Organisasi database
a. Organisasi data pada database tradisional
Organisasi data pada database tradisional memiliki tujuan agar sistem informasi secara efektif memberikan informasi yang akurat, tepat waktu, relevan dan lengkap.
b. Organisasi database modern
Sistem database modern memberikan banyak keuntungan bagi sistem informasi akuntansi. Agar data atau informasi sampai keberbagai sasaran dari berbagai sumber maka data-data yang masuk keperusahaan harus dikelola dengan baik, pengolahan data atau informasi ini bisa dilihat dari arti luas dan sempit.
Manajemen data dalam arti sempit menyatakan bahwa perusahaan dianggap sudah mengelola data/informasi dengan baik bila sudah menggunakan atau menerapkan DBMS (Database Management System). Manajemen data dalam arti luas menyatakan bahwa perusahaan dianggap sudah mengelola data/informasi dengan baik bila sudah menggunakan atau menerapkan IRM (Information Resource Management) yang komponennya meliputi hardware, software, brainware, prosedur, database dan jaringan telekomunikasi.
(37)
2.1.4.2 Elemen – Elemen Pengembangan Business Intelligence System
Berikut ini merupakan elemen-elemen pengembang Business Intellligence System adalah:
2.1.4.2.1 Data Warehouse
Data warehouse diwajibkan untuk mengekstrak informasi untuk pengambilan keputusan. Informasi ini diringkas dan digunakan untuk mengembangkan seluruh hirarki perusahaan dan keputusan dukungan matriks. Pemangku kepentingan dapat menggunakan informasi ini agar dapat melihat, dan bagaimana mereka ingin melihatnya (misalnya, oleh waktu atau lokasi geografis). Sebagai bagian dari analisis, model mencakup inventarisasi sumber data yang mendasari yang dibutuhkan untuk mendukung kebutuhan informasi, kualitas data, penilaian dari sumber data dan latihan volumetrik (diperlukan untuk ukuran awal dan pertumbuhan yang diharapkan satu gudang data).
Data warehouse merupakan tempat penyimpanan untuk ringkasan dari data historis yang diambil dari basis-basis data yang tersebar di suatu organisasi. Data warehouse mengumpulkan semua data perusahaan dalam satu tempat agar dapat diperoleh pandangan yang lebih baik dari suatu proses bisnis/kerja dan meningkatkan kinerja organisasi.
Tujuan utama dari pembuatan data warehouse adalah untuk menyatukan data yang beragam ke dalam sebuah tempat penyimpanan dimana pengguna dapat dengan mudah menjalankan query (pencarian data), menghasilkan laporan, dan melakukan
(38)
analisis. Salah satu keuntungan yang diperoleh dari keberadaan data warehouse adalah dapat meningkatkan efektifitas pembuatan keputusan.
Adapun karakteristik data warehouse adalah:
1. Subject oriented atau berorientasi pada subyek.
Sebuah data warehouse dikatakan berorientasi pada subyek karena data disusun sedemikian rupa sehingga semua elemen data yang terkait dengan event/objek yang sama dihubungkan.
2. Time-variant, artinya bahwa perubahan data ditelusuri dan dicatat sehingga laporan dapat dibuat dengan menunjukkan waktu perubahannya.
3. Non volatile, artinya bahwa data yang telah disimpan tidak dapat berubah. Sekali committed, data tidak pernah ditimpa/dihapus. Data akan bersifat static, hanya dapat dibaca dan disimpan untuk kebutuhan pelaporan.
4. Integrated, artinya data warehouse akan mencakup semua data operasional organisasi yang disimpan secara konsisten.
Ke-empat karakteristik di atas saling terkait dan kesemuanya harus diterapkan agar suatu data warehouse bisa efektif memiliki data untuk mendukung pengambilan keputusan. Implementasi ke-empat karakteristik ini membutuhkan struktur data dari data warehouse yang berbeda dengan database sistem operasional biasa.
Fungsi utama dari data warehouse adalah:
1. Pengambilan dan pengumpulan data (termasuk data dari luar organisasi yang dibutuhkan).
(39)
2. Mempersiapkan data (transforming), seperti membersihkan dan mengintegrasikan data.
3. Penyimpanan data (loading).
4. Penyediaan data untuk analisis (query & reporting).
Secara garis besar, kedudukan data warehouse di penerapan Business Intelligence System dapat dilihat pada gambar 2.1. Bahwa penyusunan suatu data warehouse yang lengkap, integratif serta terhubung dengan semua data operasional merupakan modal pokok dikembangkannya Business Intelligence System di suatu organisasi.
Beberapa bagian penting dalam data warehouse adalah:
1. Data mart, yang merupakan bagian dari data warehouse yang mendukung kebutuhan dari suatu fungsi bisnis atau departemen tertentu. Data mart dapat berdiri sendiri atau terhubung ke data warehouse yang telah ada. Ada beberapa karakteristik dari data mart yang membedakannya dengan data warehouse adalah:
a. Data mart hanya berfokus pada satu kebutuhan pengguna dengan satu departemen atau fungsi bisnis.
b. Data mart tidak secara normal berisi data operasional terperinci.
c. Data mart berisi lebih sedikit data dari yang ada dalam data warehouse, lebih mudah dimengerti dan dipahami.
2. Kubus data (cube), adalah unit pemrosesan data yang terdiri dari tabel fakta dan dimensi dalam suatu data warehouse.
(40)
3. Aggregation, adalah hitungan awal dari data numerik. Dengan menghitung dan menyimpan jawaban dari query yang sebelumnya telah dibuat, waktu proses query dapat lebih cepat. Dengan adanya agregasi, data yang jumlahnya ribuan atau bahkan ratusan ribu dalam suatu basis data multidimensi dapat dicari dengan mudah dan tidak memakan banyak waktu. Agregasi ini merupakan pondasi dari pembentukan kubus data, karena mengorganisir kumpulan data kedalam struktur data basis data multidimensi sehingga menghasilkan respon time yang cepat.
Han, Jiawei & Kember, Micheline. 2001
Gambar 2.1 Penerapan Data Warehouse
2.1.4.2.2 Data Mining
Data mining seringkali diartikan dengan menulis banyak laporan dan query. Namun pada kenyataannya kegiatan data mining tidak melakukan pembuatan laporan dan query sama sekali. Data mining dilakukan dengan tool khusus, yang mengeksekusi operasi data yang telah didefinisikan berdasarkan model analisis. Data
(41)
mining adalah ekstraksi informasi atau pola yang penting atau menarik dari data yang berada pada basis data yang besar yang selama ini tidak diketahui tetapi mempunyai potensi informasi yang bermanfaat.
Konsep data mining muncul dikarenakan timbulnya data explosion akibat dari penumpukan data oleh sistem pengolahan basis data terpadu di suatu organisasi. Proses data mining menggunakan berbagai perangkat analisis data untuk menemukan pola dan hubungan dalam data yang mungkin dapat digunakan untuk membuat prediksi yang valid. Data mining menganalisis data untuk menemukan informasi yang tersembunyi pada sejumlah besar data yang disimpan.
Hasil dari operasi data mining berupa tabel-tabel dan file-file yang berisi data analisis yang dapat diakses dengan query dan reporting tools. Terdapat empat operasi umum data mining adalah:
1. Predictive and classification modeling, yang biasa digunakan untuk memperkirakan suatu kejadian khusus. Diasumsikan bahwa seorang analis mempunyai pertanyaan khusus untuk ditanyakan.
2. Link analysis, yang digunakan untuk mencari hubungan antara record-record pada basis data.
3. Database segmentation, yang digunakan untuk mengelompokkan record-record yang berhubungan ke dalam segmen-segmen. Pengelompokkan ini merupakan langkah pertama dari pemilihan data, sebelum operasi data mining lainnya dilakukan.
(42)
4. Deviation detection, yang digunakan untuk mencari record-record yang dipandang tidak normal dan memberikan alasan untuk anomali tersebut.
2.1.4.2.3 OLAP (Online Analytical Processing)
OLAP merupakan proses komputer yang memungkinkan pengguna dapat dengan mudah dan selektif memilih dan melihat data dari sudut pandang yang berbeda-beda. Data pada OLAP disimpan dalam basis data multidimensi. Jika pada basis data relasional terdiri dari dua dimensi, maka pada basis data multidimensi terdiri dari banyak dimensi yang dapat dipisahkan oleh OLAP menjadi beberapa sub atribut.
OLAP dapat digunakan untuk data mining atau menemukan hubungan antara suatu item yang belum ditemukan. Pada basis data OLAP tidak perlu memiliki ukuran besar seperti data warehouse, karena tidak semua transaksi membutuhkan analisis tren. Dengan menggunakan Open Database Connectivity (ODBC), data dapat diimpor dari basis data relasional menjadi suatu basis data multidimensi untuk OLAP.
Berdasarkan struktur basis datanya OLAP dibedakan menjadi 3 kategori utama adalah:
1. Multidimensional Online Analytical Processing (MOLAP)
Multidimensional Online Analytical Processing (MOLAP) adalah OLAP yang secara langsung mengarah pada basis data multidimensi. MOLAP memproses data yang telah disimpan dalam array multidimensional di mana semua kombinasi data yang mungkin dicerminkan, masing-masing di dalam suatu sel yang dapat diakses secara langsung.
(43)
2. Relational Online Analytical Processing (ROLAP)
Relational Online Analytical Processing (ROLAP) adalah suatu format pengolahan OLAP yang melakukan analisis data secara dinamis yang disimpan dalam basis data relasional bukan pada basis data multidimensi. ROLAP merupakan bentuk teknologi dari OLAP yang paling berkembang. 3. Hybrid Online Analytical Processing (HOLAP)
Hybrid Online Analytical Processing (HOLAP) merupakan kombinasi antara ROLAP dengan MOLAP. HOLAP dikembangkan untuk mengkombinasikan antara kapasitas data pada ROLAP yang besar dengan kemampuan proses pada MOLAP.
OLAP merupakan kunci dari BIS, yang digunakan untuk menganalisisis data dan informasi yang pada akhirnya akan menjadi dasar basis Decision Support System (DSS) dan Expert Infotmation System (EIS). Sedangkan yang dimaksud dengan Decision Support Systems (DSS) merupakan sistem informasi yang menggunakan model keputusan dan basis data untuk membantu proses pengambilan keputusan pada level manajerial. Adapun Executive Information Systems (EIS) adalah sistem informasi strategis bagi manajemen atas (eksekutif) yang menyediakan akses yang cepat untuk informasi selektif faktor-faktor kunci terkait implementasi strategi organisasi.
(44)
Secara garis besar, kedudukan OLAP dalam penerapan BIS sebagai berikut:
Han, Jiawei & Kember, Micheline. 2001
Gambar 2.2 Kedudukan OLAP Dalam BIS
2.1.4.3 Manfaat Business Intelligence System
Berikut ini merupakan manfaat penerapan Business Intelligence System adalah:
1. Meningkatkan nilai data dan informasi organisasi
Melalui pembangunan Business Intelligence System, maka seluruh data dan informasi dapat diintegrasikan sedemikian rupa sehingga menghasilkan dasar pengambilan keputusan yang lengkap. Informasi-informasi yang dulunya tidak dicakupkan sebagai salah satu faktor pengambilan keputusan (terisolasi) dapat dengan mudah dilakukan „connect and combine‟ dengan menggunakan Business Intelligence System. Data dan informasi yang dihasilkan pun juga menjadi lebih mudah diakses dan lebih mudah untuk dimengerti (friendly-users infos).
(45)
2. Memudahkan pemantauan kinerja organisasi
Dalam mengukur kinerja suatu organisasi seringkali dipergunakan ukuran yang disebut Key Performance Indicator (KPI). KPI tidak melulu diukur dengan satuan uang, namun dapat juga berdasarkan kecepatan pelaksanaan suatu layanan. Business Intelligence System dapat dengan mudah menunjukkan capaian KPI suatu organisasi dengan mudah, cepat dan tepat. Dengan demikian akan memudahkan pihak-pihak yang terlibat dalam pengambilan keputusan untuk menentukan langkah-langkah antisipasi yang diperlukan.
3. Meningkatkan nilai investasi TI yang sudah ada
Business Intelligence System tidak perlu/harus mengubah atau menggantikan sistem informasi yang sudah digunakan sebelumnya. Sebaliknya, Business Intelligence System hanya menambahkan layanan pada sistem-sistem tersebut sehingga data dan informasi yang sudah ada dapat menghasilkan informasi yang komprehensif dan memiliki kegunaan yang lebih baik.
4. Menciptakan pegawai yang memiliki akses informasi yang baik ( well-informed workers)
Dalam melaksanakan pekerjaannya sehari-hari, seluruh level dari suatu organisasi (mulai dari pegawai/bawahan sampai dengan pimpinan) selalu berkaitan dan/atau membutuhkan akses data dan informasi. Business Intelligence System mempermudah seluruh level pegawai dalam mengakses data dan informasi yang diperlukan sehingga membantu membuat suatu
(46)
keputusan. Jika kondisi seperti ini tercapai, maka misi dan strategi organisasi yang sudah ditetapkan dapat dengan lebih mudah terlaksana serta terpantau tingkat pencapaiannya.
5. Meningkatkan efisiensi biaya
Business Intelligence System dapat meningkatkan efisiensi biaya karena mempermudah seseorang dalam melakukan pekerjaan seperti hemat waktu dan mudah pemanfaatannya. Waktu yang dibutuhkan untuk mencari data dan mendapatkan informasi yang dibutuhkan menjadi semakin singkat dan cara untuk mendapatkannya pun tidak memerlukan pengetahuan (training) yang rumit. Dengan demikian training-training yang biasanya sering dilakukan dengan biaya yang cukup besar, dapat dihemat sedimikian rupa.
2.1.4.4 Faktor-Faktor Kunci Sukses
Berikut beberapa faktor yang menjadi kunci sukses dalam pengembangan Business Intelligence System adalah:
1. Dukungan dan komitmen berkelanjutan dari pimpinan organisasi terhadap proyek Business Intelligence System, karena proyek Business Intelligence System bukan merupakan aktivitas yang bersifat one-stop shopping.
2. Perencanaan harus matang, tujuan pengembangan Business Intelligence System yang realistis dan terdefinisi dengan jelas.
3. Memperoleh dukungan penuh dan antusiasme dari user-nya dan tidak hanya mengandalkan tenaga outsourcing semata.
(47)
4. Tahap ETL (Extract, Transfer, Load) merupakan pekerjaan yang paling membutuhkan tenaga dan waktu yang banyak sehingga pengembangan Business Intelligence System harus memperhatikan tahapan ini. Kelemahan pada tahapan ini akan mempengaruhi keberhasilan penerapan Business Intelligence System secara keseluruhan.
5. Utamakan arsitektur informasi terlebih dahulu, baru kemudian memilih teknologi dan alat Business Intelligence System yang akan digunakan. Arsitektur tersebut harus benar-benar sesuai dengan kebutuhan dan kondisi organisasi yang bersangkutan.
6. Menggunakan teknologi yang tepat guna bagi users dan mudah dalam penggunaannya. Tidak harus menggunakan teknologi yang canggih namun justru mempersulit penggunanya.
7. Membentuk Manajemen Proyek yang benar-benar berorientasi pada users. 8. Menentukan cakupan data yang jelas karena tidak semua data harus terhubung
dengan Business Intelligence System.
2.1.5 Pengertian Informasi
Berikut ini merupakan definisi mengenai informasi menurut para ahli adalah: Menurut Azhar Susanto (2008:38) mendefinisikan bahwa:
“Informasi adalah hasil dari pengolahan data yang memberikan arti dan manfaat”.
(48)
Menurut Tata Sutabri (2004:6) mendefinisikan bahwa:
“Informasi adalah data yang berguna yang diolah sehingga dapat dijadikan dasar untuk mengambil keputusan yang tepat”.
Dari definisi-definisi informasi diatas, dapat diambil disimpulkan bahwa informasi merupakan hasil dari pengolahan data yang dapat memberikan arti dan manfaat sehingga dapat dijadikan dasar untuk mengambil keputusan yang tepat.
2.1.6 Pengertian Kualitas Informasi
Berikut ini merupakan definisi mengenai kualitas informasi menurut para ahli adalah:
Menurut Mc Leod yang diterjemahkan oleh Azhar Ausanto (2008:38) mengatakan suatu informasi yang berkualitas harus memiliki ciri-ciri:
Akurat artinya informasi harus mencerminkan keadaan yang sebenarnya.
Tepat waktu artinya informasi itu harus tersedia atau ada pada saat informasi tersebut diperlukan, tidak besok atau tidak beberapa jam lagi.
Relevan artinya informasi yang diberikan harus sesuai dengan yang dibutuhkan.
Lengkapartinya informasi harus diberikan secara lengkap.
Menurut Gelinas yang diterjemahkan oleh Azhar Ausanto (2008:39) mengatakan suatu informasi yang berkualitas harus memiliki ciri-ciri:
Efektifitas artinya informasi harus sesuai dan secara lengkap mendukung kebutuhan pemakai dalam mendukung proses bisnis dan tugas pengguna serta disajikan dalam waktu dan format yang tepat, konsisten dengan format sebelumnya sehingga mudah dimengerti.
(49)
Efesiensi artinya informasi dihasilkan melalui penggunaan sumber daya yang optimal.
Confidensial artinya informasi sensitif terlindungi dari pihak yang tidak berwenang.
Integritas artinya informasi yang dihasilkan harus merupakan hasil pengolahan data yang terpadu dan aturan yang berlaku.
Ketersediaan artinya informasi yang diperlukan harus selalu tersedia kapanpun saat diperlukan.
Kepatuhan artinya informasi yang dihasilkan harus patuh terhadap undang-undang atau peraturan pemerintah serta memiliki tanggung jawab baik terhadap pihak internal maupun eksternal organisasi perusahaan.
Kebenaran artinya informasi telah disajikan oleh sistem informasi dengan benar dan dapat dipercaya sehingga dapat digunakan oleh manajemen untuk mengoprasikan perusahaan.
Dari definisi-definisi kualitas informasi diatas, dapat disimpulkan bahwa kualitas informasi merupakan suatu kata yang dapat menggambarkan bahwa informasi tersebut sudah memenuhi karakter seperti akurat, tepat waktu, relevan dan lengkap yang dapat digunakan baik bagi pihak internal maupun eksternal organisasi perusahaan sebagai bahan pengambilan keputusan.
2.1.7 Hubungan Penerapan Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak Dengan Pendekatan Business Intelligence System Terhadap Kualitas
Informasi
Menurut Ales Popovic, Jurij Jaklic (2010) mengemukakan bahwa:
“Business Intelligence Systems maturity positively impacts information quality”.
(50)
Menurut Aleš Popovič, Tomaž Turk, Jurij Jaklič (2010) mengemukakan bahwa:
“A higher level of Business Intelligence System maturity will likely lead to higher information quality”.
Menurut Jurij Jaklic, Pedro Simoes Coelho, Ales Popovic (2009) mengemukakan bahwa:
“Business Intelligence Systems maturity has positive impact on information content quality and information media quality”.
Menurut Adela Bara, Iuliana Botha, Vlad Diaconita, Ion Lungu, Anda Velicanu, Manole Velicanu (2009) mengemukakan bahwa:
“Business Intelligence Systems have a powerful impact on strategic decisions from information quality”.
2.2 Kerangka Pemikiran
Teknologi informasi sudah menjadi suatu kebutuhan dan sangat diperlukan untuk mempermudah dan menunjang aktivitas organisasi, hal ini didukung oleh semakin berkembangnya program aplikasi atau perangkat lunak (software). Dimana hal ini menunjukan bahwa program aplikasi sangat penting bagi suatu instansi, organisasi atau perusahaan. Teknologi informasi sebagai bagian dalam sistem informasi digunakan untuk memperlancar business process suatu intansi, organisasi, atau perusahaan dimana data diolah menjadi suatu informasi yang berkualitas yang digunakan user dalam pengambilan keputusan. Sistem informasi merupakan dasar
(51)
dalam pelaksanaan kebijakan business process yang dijalankan organisasi untuk dapat menghasilkan suatu informasi yang akurat, tepat waktu, relevan dan lengkap.
Pada instansi pemerintahan seperti Direktorat Jenderal Pajak dengan adanya modernisasi administrasi perpajakan khususnya pada aspek teknologi informasi, menjadikan teknologi informasi Direktorat Jenderal Pajak terus mengalami perkembangan/penyempurnaan dari waktu kewaktu, tidak terkecuali Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak. Hal tersebut dilakukan guna memberikan pelayanan terbaik bagi Wajib Pajak maupun pegawai Direktorat Jenderal Pajak itu sendiri.
Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak merupakan suatu sistem informasi dalam administrasi perpajakan di lingkungan kantor modern Direktorat Jenderal Pajak dengan menggunakan perangkat keras dan perangkat lunak yang dihubungkan dengan suatu jaringan kerja di kantor pusat. Tujuan utama dibentuknya sistem informasi Direktorat Jenderal Pajak ini terutama adalah diharapkan dapat menghasilkan profile Wajib Pajak yang bisa menjadi alat pendukung terciptanya data Wajib Pajak yang akurat dengan mengerahkan partisipasi berbagai pihak dalam melakukan monitoring terhadap data Wajib Pajak, dan menciptakan pegawai pajak yang memiliki akses informasi yang baik.
Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak Dengan Pendekatan Business Intelligence System sudah diterapkan di Direktorat Jenderal Pajak seperti adanya e-Reg yaitu sistem pendaftaran Wajib Pajak (memperoleh NPWP) secara on-line,
(52)
e-Filing yaitu sistem menyampaikan Surat Pemberitahuan Pajak secara on-line dan program aplikasi e-SPT yang merupakan sarana bagi Wajib Pajak untuk dapat menyampaikan SPT melalui media elektronik, serta Modul Penerimaan Negara yang berfungsi untuk memonitor dan mengawasi penerimaan pajak secara on-line. Selain itu juga tersedia situs internet Dirjen Pajak (http://www.pajak.go.id) yang memuat peraturan perpajakan dan informasi perpajakan yang dapat diakses oleh Wajib Pajak.
Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak Dengan Pendekatan Business Intelligence System ditunjukkan melalui adanya aplikasi profil Wajib Pajak dan manajemen kasus. Pembentukan profil melalui integrasi data yang terkumpul dari berbagai sumber dari berbagai daerah mengenai Wajib Pajak dapat membentuk profil yang lebih komprehensif dan bermakna dibanding sistem sebelumnya. Manajemen kasus, dapat menghasilkan (a) Standarisasi proses pengerjaan atau penanganan suatu kasus; (b) Standarisasi dokumen keluaran/produk hukum; (c) Sebagai panduan bagi user dalam menangani suatu kasus; (d) Memberikan notifikasi bila ada kasus yang harus dikerjakan; dan (e) Menyediakan kontrol dan pengawasan terhadap pengerjaan suatu kasus.
Direktorat Jenderal Pajak sendiri berupaya menyusun Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak dengan sebaik mungkin untuk memberikan pelayanan terbaik bagi Wajib Pajak maupun pegawai Direktorat Jenderal Pajak itu sendiri. Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak Dengan Pendekatan Business Intelligence System, berbasis kecerdasan disini masih dalam skala menengah belum menuju
(53)
kedewasaan, sehingga masih membutuhkan suatu kajian yang lebih mendalam guna menghasilkan suatu sistem informasi yang lebih baik.
Business Intelligence System merupakan sistem informasi akuntansi berbasis intelligence yang mengacu pada komputer berbasis-teknik yang digunakan dalam menganalisis data bisnis. Sedangkan pada Direktorat Jenderal Pajak Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak Dengan Pendekatan Business Intelligence System, dimana Business Intelligence System merupakan suatu sistem informasi berbasis kecerdasan. Basis kecerdasan yang dimaksud adalah kecerdasan manusia dan teknologi yang dibangun dalam sistem tersebut. Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak sudah mengadop sistem berbasis kecerdasan tersebut, Business Intelligence System maksudnya adalah sistem operasi bisnis suatu instansi/perusahaan yang berbasis kecerdasan, baik kecerdasan dari pihak pengembang sistem informasi tersebut maupun output informasi yang dihasilkan.
Business Intelligence System, meskipun kadang-kadang digunakan sebagai sinonim untuk sistem pendukung keputusan, mewakili sebuah konsep teknologi yang lebih luas, termasuk manajemen pengetahuan, data mining, dan lain-lain. Solusi Business Intelligence System terdiri dari query dan pelaporan, OLAP, analisis statistik, peramalan dan alat data mining. Secara arsitektur, Business Intelligence System dapat dibagi menjadi dua bagian: a) data pergudangan dan b) akses ke data, pelaporan analisis data, dan pengiriman.
(54)
Perbedaan utama antara dukungan informasi tradisional (misalnya sistem pendukung keputusan, sistem informasi eksekutif, dan lain-lain) dan Business Intelligence System adalah bahwa dukungan informasi tradisional lebih berorientasi aplikasi. Sedangkan teknologi yang digunakan dalam Business Intelligence System (misalnya dashboard, antarmuka grafis, KPI, drill-down, penyaringan, dan lain-lain) sebelumnya telah digunakan dalam sistem informasi eksekutif; namun, data organisasi tersebar di seluruh sumber data yang berbeda sering terhubung ke solusi pendukung keputusan tunggal.
Implementasi Business Intelligence System pada organisasi akan memberikan implikasi kepada pencapaian tujuan perusahaan yaitu menyediakan informasi yang berkualitas bagi user. Ales Popovic (2010) memberikan kajian melalui hasil penelitiannya bahwa The purpose of Business Intelligence Systems is to let managers get continuous, current information about their business and use this information to make better decisions and move rapidly in response to changes. This study suggests Business Intelligence Systems maturity positively impacts information quality.
More precisely, results reveal that a higher level of Business Intelligence System maturity has a significant positive impact on both segments of information quality, namely information content quality and information media quality, as they were conceptualized in our model.
Ditambahkan bahwa hasil penelitian Ales Popovic (2010) memberikan indikasi pengaruh tersebut yaitu From our finding from conducted case studies
(55)
providing that a higher level of Business Intelligence System maturity will likely lead to higher information quality, we then analyze variables measuring different aspects of information quality by adopting previously researched and tested criteria provided by Eppler (2003).
Juric Jaklic (2009) menegaskan The results indicate the relative importance of these dimensions regarding Business Intelligence Systems maturity. According to this study both dimensions are important, yet analytics have considerably higher importance than data integration. This could be explained with data integration being a prerequisite for Business Intelligence Systems.
This study finds that higher level of Business Intelligence Systems maturity has positive impact on information content quality and information media quality, as they were conceptualized in our model. Content quality relates to the actual information itself; to its relevance and soundness. Media quality stresses the channel by management of that information and whether the delivery process and infrastructure are of adequate quality.
Ditegaskan oleh Adela Bara (2009) Business Intelligence Systems have a powerful impact on strategic decisions from information quality to reduce the time for making decisions and thus these systems must have the ability to allow managers to view data in different perspective, to drill-down and roll-up to aggregate levels, to na-vigate and on-line query data sets in order to discover new factors that affect business process and also to anticipate and forecast changes inside and outside the organization.
(56)
Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Wilayah Kota Bandung dengan adanya Penerapan Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak Dengan Pendekatan Business Intelligence System diharapkan dapat menghasilkan suatu informasi yang akurat, tepat waktu, relevan dan lengkap. Dimana informasi yang berkualitas yang dihasilkan dari Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak Dengan Pendekatan Business Intelligence System ini digunakan oleh Kantor Pelayanan Pajak yang bersangkutan, Kantor Wilayah, Kantor Pusat, Departemen Keuangan, Badan Pemeriksa Keuangan serta Wajib Pajak. Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Wilayah Kota Bandung, informasi ini digunakan untuk Account Representative sebagai data dalam (a) menyusun profil Wajib Pajak; (b) mengadministrasikan profil Wajib Pajak; (c) penyelesaian permohonan Wajib Pajak; (d) monitoring Wajib Pajak; dan (d) pengawasan kepada Wajib Pajak.
(57)
Berdasarkan uraian kerangka pemikiran di atas, maka dapat digambarkan bagan kerangka pemikiran sebagai berikut:
Gambar 2.3 Bagan Kerangka Pemikiran SIDJP (X) Business Intelligence System (BIS) Kualitas Informasi (Y)
PENERAPAN SISTEM INFORMASI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
DENGAN PENDEKATAN BUSINESS INTELLIGENCE SYSTEM
BERPENGARUH TERHADAP KUALITAS INFORMASI
Hardware Software Brainware
Prosedur
Teknologi Jaringan
Telekomunikasi
Database Data Warehouse Data Mining
OLAP (Online
Analytical Processing)
Manfaat Business
Intelligence System
Akurat
Tepat waktu
Relevan
Lengkap
1. Business Intelligence Systems maturity positively impacts information quality.
Ales Popovic (2010)
2. A higher level of Business Intelligence Systemmaturity will likely lead to higher information quality. Ales Popovic(2010)
3. Business Intelligence Systems maturity has positive impact on information content quality and information media quality. Juric Jaklic(2009)
4. Business Intelligence Systems have a powerful impact on strategic decisions from information quality. Adela Bara (2009)
Aspek Teknologi Informasi
(1)
BAB V Kesimpulan dan Saran
1451. Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Wilayah Kota Bandung dengan adanya
permasalahan seperti ketika beban kerja terlalu tinggi maka kinerja Sistem
Informasi Direktorat Jenderal Pajak menjadi lemot atau bahkan hang.
Tentunya hal ini harus menjadi perhatian bagi Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Wilayah Kota Bandung dan pada khususnya bagi Direktorat Jenderal
Pajak dengan langkah seperti meningkatkan kualitas alat jaringan
telekomunikasi seperti (LAN, modem, wireless, dll). Sehingga kedepannya
masalah ketika beban kerja terlalu tinggi maka kinerja Sistem Informasi
Direktorat Jenderal Pajak menjadi lemot atau bahkan hang dapat
diminimalisir, agar kecepatan durasi waktu analisis processing pada aplikasi
Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak dan kecepatan akses
data/informasi melalui Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak dapat
meningkat.
2. Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Wilayah Kota Bandung dengan adanya
permasalahan seperti informasi penerimaan pajak tidak dapat diakses secara
cepat, dimana kondisi tersebut disebabkan oleh kinerja Sistem Informasi
Direktorat Jenderal Pajak yang suka lemot atau bahkan hang ketika beban
kerjanya terlalu tinggi. Tentunya hal ini juga harus menjadi perhatian bagi
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Wilayah Kota Bandung dan pada khususnya
bagi Direktorat Jenderal Pajak dengan langkah seperti meningkatkan kualitas
alat jaringan telekomunikasi seperti (LAN, modem, wireless, dll) agar
(2)
BAB V Kesimpulan dan Saran
146Direktorat Jenderal Pajak dan kecepatan akses data/informasi melalui Sistem
Informasi Direktorat Jenderal Pajak dapat meningkat. Sehingga kedepannya
informasi penerimaan pajak dari Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak
Dengan Pendekatan Business Intelligence System dapat di akses dengan cepat
atau tepat waktu sesuai dengan kebutuhan user, tanpa harus membutuhkan
jeda waktu tunggu dan adanya penundaan.
3. Penerapan Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak Dengan Pendekatan
Business Intelligence System pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Wilayah
Kota Bandung terlepas dari permasalahan yang ada harus lebih baik lagi,
karena dengan Penerapan Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak Dengan
Pendekatan Business Intelligence System yang semakin baik, maka akan
(3)
147
DAFTAR PUSTAKA
Adela Bara, Iuliana Botha, Vlad Diaconita, Ion Lungu, Anda Velicanu, Manole Velicanu, Informatica Economică vol. 13, no. 4/2009 A model for Business Intelligence Systems’ Development.
Aleš Popovič , Tomaž Turk, Jurij Jaklič Management, Vol. 15, 2010, 1, pp. 5-30, Conceptual Model Of Business Value Of Business Intelligence Systems.
Ales Popovic, Jurij Jaklic, European, Mediterranean & Middle Eastern Conference on Information Systems 2010 (EMCIS2010) Late Breaking Paper April 12-13 2010, Le Royal Méridien, Abu Dhabi, Benefits of Business Intelligence System Implementation: an Empirical Analysis of the Impact of Business Intelligence System Maturity on Information Quality. Azhar Susanto, 2008, Sistem Informasi Akuntansi:Struktur-Pengendalian Resiko
Pengembangan, Edisi Perdana, Bandung: Lingga Jaya.
Darmin Nasution, Rabu 11 April 2007, Dirjen Pajak, Artikel Pajak.
www.pajakonline.com
Debbie Weisensee, Eric Matthews, Anne McInnis, Implementing Data Warehousing and Business Intelligence at McMaster University Using the SAS
®
Intelligence Value Chain, Paper # 125-30, SUGI 30 Proceeding, 2005, McMaster University, Hamilton, ON.
Dimas B. Putra, 2009, Sistem Infomasi Direktorat Jenderal Pajak. http://dimasbesmaputra.blogspot.com
Djazoeli Sadhani, Senin 23 Mei 2005, Mantan Sekdirjen Pajak, Bisnis Indonesia.
www.pajakonline.com
Djoni Darmawikarta, 2003, Mengenal Data Warehouse, Ilmu Komputer.
Frolick, M. N., & Ariyachandra, T. R. (2006). Business Performance Management: One Truth. Information Systems Management, 23(1), 41-48.
Gelinas and Sutton, 2002, Accounting Information Systems, 5th, South-Western Thomson Learning, USA.
Han, Jiawei & Kember, Micheline. Data mining Concepts & Techniques, 2001 Simon Fraser University Academic Press, USA.
Jonathan Sarwono. 2006. SPSS Teori dan Latihan SPSS Teori dan Latihan, Bandung : Andi Yogyakarta.
(4)
148
Jurij Jaklic, Pedro Simoes Coelho, Ales Popovic, Issue 9, Volume 6, September 2009, WSEAS TRANSACTIONS on BUSINESS and ECONOMICS, Information Quality Improvement as a Measure of Business Intelligence System Benefits.
Keputusan Menteri Keuangan No.64/KMK.01/1994 Tanggal 20 Maret 2009, Tentang Pembentukan Struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Wilayah Kota Bandung.
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor Kep-48/KMK.01/1988 tanggal 19 Januari 1988, Tentang Pembentukan Kantor Inspeksi Bandung Tengah.
Keputusan Direktorat Jenderal Pajak Nomor KEP.112/PJ/2007, Tentang Penerapan Organisasi, Tata Cara dan Saat Mulai Beroperasinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama dan Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Janderal Pajak Banten, Kanwil Jawa Barat I dan II.
Koran Jakarta, Senin 7 September 2009. www.pajakonline.com
Lonnqvist, A., & Pirttimaki, V. (2006). The measurement of business intelligence. Information Systems Management, 23(1), 32-40.
Loudon, 1998, Manajemen Information System: New Approach to Organization and Technology, 5th, Prentice Hall International, Inc. USA.
Loudon, 1993, Business Information Systems: A Problem Solving Approach, 2nd, The Dryden Press, USA.
Mardiasmo, 2008, Perpajakan, Andi, Yogyakarta.
Mc Leod, 1994, Information Systems Conceps, Macmillan Publishing Company, New York.
Mc Leod, 2001, Manajemen Information Systems:A Study of Computer-Based Information Systems, Macmillan Publishing Company, New York.
Mc Leod, 2004, Manajemen Information System, 9th, Prentice Hall, USA.
McKeown, 1993, Manajemen Information Systems:Managing With Computer, The Dryden Press, USA.
(5)
149
Okkonen, J., Pirttimäki, V., Hannula, M., & Lönnqvist, A. (2002). Triangle of Business Intelligence, Performance Measurement and Knowledge Management. IInd Annual Conference on Innovative Research in Management, May 9-11, Stockholm, Sweden.
Riduwan dan Sunarto, 2009, Pengantar Statistika untuk Penelitian Pendidikan, Sosial, Ekonomi, Komunikasi dan Bisnis, Bandung: CV Alfabeta.
Riduwan, Adun Rusyana, Enas, 2011, Cara Mudah Belajar SPSS 17.0 dan Aplikasi Statistik Penelitian, Alfabeta, Bandung.
Rochmat Soemitro, 1992, Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan 1994, PT Eresco, Bandung.
Santoso Singgih, Mengolah Data Statistik Secara Profesional, PT Elex Media Kompitindo.
SE-19/PJ/2007 Tanggal 13 April 2007.
Sugiyono, 2010, Metode Penelitian Bisnis. Bandung:Alfabeta.
Sugiyono, 2010, Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif . Bandung:Alfabeta.
Sulisyanto, 2005, Analsis Data Dalam Aplikasi Pemasaran, Ghalia Indonesia.
Tata Sutabri, 2004, Sistem Informasi Akuntansi, Yogyakarta:Andi.
Turk, T., Jaklič, J., & Popovič, A. (2006). Ekonomska upravičenost naložb v poslovno inteligenčne sisteme. Paper presented at the Dnevi slovenske informatike 2006, Portorož.
Umi Narimawati, 2007, Riset Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Agung Media.
Umi Narimawati, Dewi Anggadini, Linna Ismawati, 2010, Penulisan Karya Ilmiah: Panduan Awal Menyusun Skripsi dan Tugas Akhir Aplikasi Pada Fakultas Ekonomi UNIKOM, Genesis, Bekasi.
Waluyo, 2008, Perpajakan Indonesia, Salemba Empat, Jakarta.
Wibowo Eri, Sugiyono, 2004, Statistika Untuk Penelitian, Alfabeta.
Williams, S., & Williams, N. (2007). The Profit Impact of Business Intelligence: Morgan Kaufmann.
(6)
217
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi:
Nama : Wahyono
Tempat Tanggal Lahir : Riau, 21 April 1987
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki-laki Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat di Bandung : Jln. Gegerkalong Hilir, Blok. Arjuna, Rt.02 Rw.08, Bandung 40132
Email : [email protected]
Data Pendidikan: Pendidikan Formal:
TAHUN PENDIDIKAN TEMPAT
1994 - 2000 SDN 30 Kuala Gading INHU, Riau
2000 - 2003 SLTPN 3 Bukit Lipai INHU, Riau
2003 - 2006 SMKN 1 Rengat INHU, Riau
2007 - 2011 Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM)
Bandung, Jawa Barat
Pendidikan Informal:
TAHUN PENDIDIKAN TEMPAT
2010 Pelatihan Pajak Terapan (Brevet A & B Terpadu)