S SOS 1001680 Chapter4

(1)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Di bawah ini merupakan analisis data secara statistik untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Seberapa besar status sosial ekonomi keluarga di Kelurahan Perbutulan Kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon.

2. Sejauhmana tingkat pendidikan anak di Kelurahan Perbutulan Kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon.

3. Seberapa besar pengaruh status sosial ekonomi keluarga terhadap pencapaian tingkat pendidikan anak di Kelurahan Perbutulan Kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon.

Berikut ini adalah hasil penelitian yang dilakukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian.

1. Status Sosial Ekonomi Keluarga di Kelurahan Perbutulan

Di bawah ini akan dipaparkan perhitungan statistik status sosial ekonomi di Kelurahan Perbutulan yang dibagi ke dalam empat faktor, yaitu faktor pekerjaan, faktor pendidikan, faktor pendapatan, dan faktor pemilikan. Yang pertama akan dibahas ialah faktor pekerjaan dan selanjutnya faktor-faktor berikutnya.

a. Faktor Pekerjaan

Berdasarkan perhitungan statistik dengan uji mean dan standar deviation, diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4.1 Perhitungan Statistik

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Pekerjaan 36 17.00 28.00 23.0556 1.99921

Valid N (listwise) 36


(2)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dari tabel di atas, diketahui bahwa skor mean yang diperoleh faktor pekerjaan adalah sebesar 23,06, standar deviation sebesar 1,99, nilai maksimum sebesar 28, dan nilai minimum sebesar 17. Adapun untuk menentukan kategori tinggi, sedang dan rendahnya faktor pekerjaan dapat dilihat dari uraian sebagai berikut :

Nilai Maksimum = 28

Nilai Minimum = 17

Range 28 – 17 = 11

Interval 11 : 3 = 3,6

Berdasarkan perhitungan statistika tersebut, maka diperoleh interval pengkategorian faktor pekerjaan sebagai berikut :

Tabel 4.2

Interval pengkategorian

Batas Kategori

17 – 20,6 Rendah 20,7 – 24,3 Sedang

24,4 - 28 Tinggi

Sumber: Hasil olah data penulis

Selanjutnya Jawaban responden terhadap faktor pekerjaan diklasifikasi berdasarkan perhitungan frekuensi dan prosentase. Hasilnya dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 4.3

Kategorisasi faktor pekerjaan

Aspek Kategori Frekuensi Prosentase

Pekerjaan

Tinggi 8 22,22

Sedang 26 72,22

Rendah 2 5,56

Jumlah 36 100


(3)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Jika digambarkan dengan grafik, maka faktor pekerjaan akan nampak sebagai berikut :

Grafik 4.1 Aspek Pekerjaan

Tabel dan grafik di atas menjelaskan kategorisasi faktor pekerjaan, dari tabel dan grafik tersebut dapat diperoleh informasi bahwa sebagian besar (72,22%) reponden memiliki status sosial ekonomi dari pekerjaan dengan kategori sedang. Sedangkan responden yang memiliki kategori tinggi sebanyak (22,22%), dan responden dengan kategori rendah sebanyak (5,56%). Maka rata-rata responden di Kelurahan Perbutulan memiliki status sosial ekonomi dari pekerjaan kategori sedang (72,22%) dengan skor rata-rata 23,06.


(4)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu b. Faktor Pendidikan

Pada faktor pendidikan, perhitungan statistik dengan uji mean dan standar deviation, diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4.4 Perhitungan Statistik

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Pendidikan 36 19.00 37.00 29.0556 3.99245

Valid N (listwise) 36

Sumber: Hasil olah data SPSS 20

Dari tabel di atas, diketahui bahwa skor mean yang diperoleh faktor pendidikan adalah sebesar 29,06, standar deviation sebesar 3,99, nilai maksimum sebesar 37, dan nilai minimum sebesar 19. Adapun untuk menentukan kategori tinggi, sedang dan rendahnya faktor pendidikan dapat dilihat dari uraian sebagai berikut :

Nilai Maksimum = 37

Nilai Minimum = 19

Range 37 – 19 = 18

Interval 18 : 3 = 6

Berdasarkan perhitungan statistika tersebut, maka diperoleh interval pengkategorian faktor pendidikan sebagai berikut :

Tabel 4.5

Interval pengkategorian

Batas Kategori

19 – 25,0 Rendah 25,1 – 31,0 Sedang 31,1 – 37 Tinggi

Sumber: Hasil olah data penulis

Selanjutnya Jawaban responden terhadap faktor pendidikan diklasifikasi berdasarkan perhitungan frekuensi dan prosentase. Hasilnya dapat dilihat dalam tabel berikut :


(5)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 4.6

Kategorisasi faktor pendidikan

Aspek Kategori Frekuensi Prosentase

Pendidikan

Tinggi 11 30,6

Sedang 18 50

Rendah 7 19,4

Jumlah 36 100

Sumber: Hasil olah data penulis

Jika digambarkan dengan grafik, maka faktor pendidikan akan nampak sebagai berikut :

Grafik 4.2 Faktor Pendidikan

Tabel dan grafik di atas menjelaskan kategorisasi faktor pendidikan, dari tabel dan grafik tersebut dapat diperoleh informasi bahwa setengah (50%) dari responden memiliki status sosial ekonomi dari pendidikan dengan kategori sedang. Sedangkan responden dengan kategori tinggi sebanyak (30,6%), dan dengan kategori rendah sebanyak (19,4%). Maka rata-rata responden di Kelurahan Perbutulan memiliki status sosial ekonomi pendidikan kategori sedang (50%) dengan skor rata-rata 29,05.


(6)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu c. Faktor Pendapatan

Pada faktor pendapatan, perhitungan statistik dengan uji mean dan standar deviation, diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4.7 Perhitungan Statistik

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Pendapatan 36 12.00 18.00 15.4722 1.73182

Valid N (listwise) 36

Sumber: Hasil olah data SPSS 20

Dari tabel di atas, diketahui bahwa skor mean yang diperoleh faktor pendapatan adalah sebesar 15,47, standar deviation sebesar 1,73, nilai maksimum sebesar 12, dan nilai minimum sebesar 18. Adapun untuk menentukan kategori tinggi, sedang dan rendahnya faktor pendapatan dapat dilihat dari uraian sebagai berikut :

Nilai Maksimum = 18

Nilai Minimum = 12

Range 18 – 12 = 6

Interval 6 : 3 = 2

Berdasarkan perhitungan statistika tersebut, maka diperoleh interval pengkategorian faktor pendapatan sebagai berikut :

Tabel 4.8

Interval pengkategorian

Batas Kategori

12 – 14,0 Rendah 14,1 – 16,0 Sedang 16,1 – 18 Tinggi


(7)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Selanjutnya Jawaban responden terhadap faktor pendapatan diklasifikasi berdasarkan perhitungan frekuensi dan prosentase. Hasilnya dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 4.9

Kategorisasi faktor pendapatan

Aspek Kategori Frekuensi Prosentase

Pendapatan

Tinggi 10 27,78

Sedang 17 47,22

Rendah 9 25

Jumlah 36 100

Sumber: Hasil olah data penulis

Jika digambarkan dengan grafik, maka faktor pendapatan akan nampak sebagai berikut :

Grafik 4.3 Faktor Pendapatan

Tabel dan grafik di atas menjelaskan kategorisasi faktor pendapatan, dari tabel dan grafik tersebut dapat diperoleh informasi bahwa hampir setengah (47,22%) dari responden memiliki status sosial ekonomi dari pendapatan dengan kategori sedang. Sedangkan responden dengan kategori tinggi sebanyak (27,78%), dan dengan kategori rendah sebanyak (25%). Maka rata-rata responden di


(8)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kelurahan Perbutulan memiliki status sosial ekonomi dari pendapatan dengan kategori sedang (47,22%) dengan skor rata-rata 15,47.

d. Faktor Pemilikan

Pada faktor pemilikan, perhitungan statistik dengan uji mean dan standar deviation, diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4.10 Perhitungan Statistik

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Pemilikan 36 2.00 5.00 4.1944 .66845

Valid N (listwise) 36

Sumber: Hasil olah data SPSS 20

Dari tabel di atas, diketahui bahwa skor mean yang diperoleh faktor pemilikan adalah sebesar 4,19, standar deviation sebesar 0,66, nilai maksimum sebesar 5, dan nilai minimum sebesar 2. Adapun untuk menentukan kategori tinggi, sedang dan rendahnya faktor pemilikan dapat dilihat dari uraian sebagai berikut :

Nilai Maksimum = 5

Nilai Minimum = 2

Range 5 – 2 = 3

Interval 3 : 3 = 1

Berdasarkan perhitungan statistika tersebut, maka diperoleh interval pengkategorian faktor pemilikan sebagai berikut :

Tabel 4.11

Interval pengkategorian

Batas Kategori

2 – 3,0 Rendah

3,1 – 4,0 Sedang

4,1 – 5 Tinggi


(9)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Selanjutnya Jawaban responden terhadap faktor pemilikan diklasifikasi berdasarkan perhitungan frekuensi dan prosentase. Hasilnya dapat dilihat dalam table berikut :

Tabel 4.12

Kategorisasi faktor pemilikan

Aspek Kategori Frekuensi Prosentase

Pemilikan

Tinggi 11 30,6

Sedang 22 61,1

Rendah 3 8,3

Jumlah 36 100

Sumber: Hasil olah data penulis

Jika digambarkan dengan grafik, maka faktor pemilikan akan nampak sebagai berikut :

Grafik 4.4 Faktor Pemilikan

Tabel dan grafik di atas menjelaskan kategorisasi faktor pemilikan, dari tabel dan grafik tersebut dapat diperoleh informasi bahwa lebih dari setengah (61,1%) dari responden memiliki barang-barang dari hasil bekerja dengan kategori sedang. Sedangkan responden yang memiliki barang-barang dari hasil bekerja dengan kategori tinggi sebanyak (30,6%), dan dengan kategori rendah sebanyak (8,3%).


(10)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Maka rata-rata responden di Kelurahan Perbutulan memiliki barang-barang dari hasil bekerja dengan kategori sedang (61,1%) dengan skor rata-rata 4,19.

e. Variabel Status Sosial Ekonomi

Berdasarkan perhitungan statistik dengan uji mean dan standar deviation,

diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4.13 Perhitungan Statistik

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Status Sosial Ekonomi 36 64.00 81.00 71.7778 4.28360 Valid N (listwise) 36

Sumber: Hasil olah data SPSS 20

Dari tabel di atas, diketahuai bahwa skor mean yang diperoleh untuk variabel status sosial ekonomi adalah sebesar 71,78, standar deviation 4,28, nilai maksimum 81 dan nilai minimum 64. Adapun untuk menentukan kategori tinggi, sedang dan rendahnya variabel status sosial ekonomi dapat dilihat dari uraian sebagai berikut :

Nilai Maksimum = 81

Nilai Minimum = 64

Range 81 – 64 = 17

Interval 17 : 3 = 5,6

Berdasarkan perhitungan statistika tersebut, maka diperoleh interval pengkategorian variabel status sosial ekonomi sebagai berikut :

Tabel 4.14

Interval pengkategorian

Batas Kategori

64 – 69,6 Rendah 69,7 – 75,3 Sedang 75,4 – 81 Tinggi


(11)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Selanjutnya Jawaban responden terhadap variabel status sosial ekonomi diklasifikasi berdasarkan perhitungan frekuensi dan prosentase. Hasilnya dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 4.15

Kategorisasi Status Sosial Ekonomi

Variabel Kategori Frekuensi Prosentase

Status Sosial Ekonomi

Tinggi 7 19,4

Sedang 17 47,2

Rendah 12 33,4

Jumlah 36 100

Sumber: Hasil olah data penulis

Jika digambarkan dengan grafik, maka gambaran umum mengenai variabel status sosial ekonomi akan nampak sebagai berikut :

Grafik 4.5

Gambaran umum variabel Status Sosial Ekonomi

Tabel dan grafik di atas menjelaskan kategorisasi status sosial ekonomi keluarga di Kelurahan Perbutulan, dari tabel dan grafik tersebut dapat dilihat hampir setengah dari responden memiliki status sosial ekonomi dalam kategori


(12)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sedang sebanyak (47,2%). Sedangkan hanya sebagian kecil respoden yang memiliki status sosial ekonomi dalam kategori tinggi sebanyak (19,4%), dan responden yang memiliki status sosial ekonomi dalam kategori rendah sebanyak (33,4%). Maka dapat disimpulkan bahwa responden yang bekerja di konveksi milik Hj. Oom memiliki status sosial ekonomi keluarga yang tergolong sedang (47,2%) dengan skor rata-rata 71,78.

2. Pencapaian Tingkat Pendidikn Anak di Kelurahan Perbutulan

Berdasarkan perhitungan statistik dengan uji mean dan standar deviation,

diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4.16 Perhitungan Statistik

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Tingkat Pendidikan 36 43.00 66.00 56.4444 5.44817 Valid N (listwise) 36

Sumber: Hasil olah data SPSS 20

Dari tabel di atas, diketahuai bahwa skor mean yang diperoleh untuk variabel tingkat pendidikan adalah sebesar 56,4444, standar deviation 5,44817, nilai maksimum 66 dan nilai minimum 43. Adapun untuk menentukan kategori tinggi, sedang dan rendahnya variabel Tingkat Pendidikan dapat dilihat dari uraian sebagai berikut :

Nilai Maksimum = 66

Nilai Minimum = 43

Range 66 – 43 = 23

Interval 23 : 3 = 7,6

Berdasarkan perhitungan statistik tersebut, maka dengan perhitungan interval untuk mengetahui kategorisasi tingkat pendidikan di Kelurahan Perbutulan maka diperoleh interval pengkategorian sebagai berikut :


(13)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 4.17

Interval Pengkategorian

Batas Kategori

43 – 50,6 Rendah 50,7 – 58,3 Sedang

58, 4 - 66 Tinggi

Sumber: Hasil olah data penulis

Selanjutnya Jawaban responden terhadap tingkat pendidikan diklasifikasi berdasarkan perhitungan frekuensi dan prosentase. Hasilnya dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 4.18

Kategorisasi Tingkat Pendidikan

Variabel Kategori Frekuensi Prosentase

Tingkat Pendidikan

Tinggi 14 38,9

Sedang 18 50

Rendah 4 11,1

Jumlah 36 100

Sumber: Hasil olah data penulis

Jika digambarkan dengan grafik, maka gambaran umum mengenai variabel tingkat pendidikan akan nampak sebagai berikut:


(14)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 38,9

50

11,1 0

10 20 30 40 50 60

Tinggi Sedang Rendah

P

re

se

n

ta

se

Kategori

Variabel Tingkat Pendidikan

Tinggi Sedang Rendah

Grafik 4.6

Gambaran umum variabel tingkat pendidikan

Tabel dan grafik di atas menjelaskan kategorisasi tingkat pendidikan di Kelurahan Perbutulan, dari tabel dan grafik tersebut dapat dilihat setengah dari responden memiliki tingkat pendidikan dalam kategori sedang sebanyak (50%). Sedangkan respoden yang memiliki tingkat pendidikan dalam kategori tinggi sebanyak (38,9%), dan responden yang memiliki status sosial ekonomi dalam kategori rendah sebanyak (11,1%). Maka dapat disimpulkan bahwa responden yang bekerja di konveksi milik Hj. Oom memiliki tingkat pendidikan yang tergolong sedang (50%) dengan skor rata-rata 56,4.

3. Pengaruh Status Sosial Ekonomi Keluarga terhadap Pencapaian Tingkat Pendidikan Anak di Kelurahan Perbutulan

a. Analisis Korelasi

Analisis korelasi dilakukan untuk mencari seberapa kuat hubungan antara variabel (X) dengan variabel (Y). Dalam hal ini akan dicari keeratan hubungan yang terjadi antara status sosial ekonomi keluarga terhadap pencapaian tingkat pendidikan, berdasarkan perhitungan SPSS 20 maka diperoleh hasil sebagai berikut :


(15)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 4.19

Korelasi variabel X terhadap variabel Y

Correlations

SSE TP

Spearman's rho

Status Sosial Ekonomi

Correlation Coefficient 1.000 .392*

Sig. (2-tailed) . .018

N 36 36

Tingkat Pendidikan

Correlation Coefficient .392* 1.000

Sig. (2-tailed) .018 .

N 36 36

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Sumber: Hasil olah data SPSS

Tabel 4.19 di atas menunjukan hasil koefisien korelasi yang diperoleh yaitu sebesar 0,392. Hasil tersebut masuk ke dalam interval 0,200 – 0,399 (tabel 3.11), sehingga dapat ditafsirkan bahwa hubungan yang terjadi antara variabel status sosial ekonomi dengan tingkat pendidikan adalah hubungan positif dengan tingkat keeratan rendah. Banyak faktor yang dapat memengaruhi dalam upaya meningkatkan status sosial ekonomi, seperti faktor pekerjaan, pendidikan, pendapatan, dan pemilikan.

b. Koefisien Determinasi (KD)

Koefisien determinasi merupakan suatu nilai yang menyatakan besar pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen. Koefisien determinasi merupakan nilai kuadrat dari korelasi jika dihitung secara manual maka akan diperoleh hasil sebagai berikut :

KD = r2 x 100% = 0,3922 x 100% = 15,37%

Dari perhitungan di atas didapatkan hasil sebesar 15,37%. Hal tersebut menggambarkan bahwa variabel status sosial ekonomi memberikan pengaruh sebesar 15,37% terhadap terjadinya pencapaian tingkat pendidikan anak, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain sebesar 84,63% yang tidak


(16)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

termasuk dalam penelitian ini. Berdasarkan tabel 3.(tabel 3.12) hasil perhitungan koefisien determinasi sebesar 15,37% termasuk ke dalam kriteria prosentase/skor di rentang 1% - 24%. Artinya status sosial ekonomi sebagian kecil faktor yang mempengaruhi dalam pencapaian pendidikan.

c. Uji Hipotesis Uji t

Pengujian hipotesis (uji-t) dilakukan untuk membuktikan apakah status sosial ekonomi berpengaruh signifikan terhadap tingkat pendidikan, berikut disajikan perhitungan t hitung dengan rumus (Sugiyono, 2013, hlm. 250) :

Maka diperoleh hasil sebagai berikut:

Adapun hipotesis statistik secara parsial yang akan diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Hο : ρ = 0, status sosial ekonomi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pencapaian tingkat pendidikan

H1 : ρ ≠ 0, status sosial ekonomi berpengaruh secara signifikan terhadap pencapaian tingkat pendidikan.

Tingkat signifikasnsi (α) sebesar 5%, dk= (n-2) 36-2 = 34, dengan pengujian 2 pihak sehingga diperoleh t-tabel sebesar 2,032.


(17)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Grafik 4.7

Grafik Penolakan dan Penerimaan Ho Variabel Status Sosial Ekonomi terhadap Pencapaian Tingkat Pendidikan

Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat nilai t hitung (2,486) berada di daerah penolakan H0, maka dapat disimpulkan bahwa status sosial ekonomi memberikan pengaruh secara signifikan terhadap pencapaian tingkat pendidikan, dengan nilai signifikansi yang diperoleh sebesar 0,018 > 0,05 dan t-hitung 2,486 > t-tabel 2,032.

B. Pembahasan

Berikut ini akan dipaparkan pembahasan dari hasil penelitian mengenai pengaruh status sosial ekonomi keluarga terhadap pencapaian tingkat pendidikan anak di Kelurahan Perbutulan Kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon. Pembahasan dari hasil penelitian ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu status sosial ekonomi keluarga yang ada di Kelurahan Perbutulan, pencapaian tingkat pendidikan anak di Kelurahan Perbutulan, dan pengaruh status sosial ekonomi anak terhadap pencapaian tingkat pendidikan anak di Kelurahan Perbutulan. 1. Status Sosial Ekonomi Keluarga di Kelurahan Perbutulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dibagi kedalam empat faktor , yaitu faktor pekerjaan, pendidikan, pendapatan, dan pemilikan. Hasil penelitian yang pertama pada faktor pekerjaan lebih dari setengahnya atau sebagian besar responden memiliki status sosial ekonomi dari pekerjaan dalam kategori sedang sebanyak 72,22%, responden dalam kategori tinggi sebanyak 22,22%, dan sebagian kecil

Daerah Penerimaan H0 Daerah penolakan

Ho

t tabel = -2,032 0 t tabel = 2,032 t hitung = 2,486

Daerah penolakan Ho


(18)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

responden yang dalam kategori rendah sebanyak 5,56%. Hasil kedua pada faktor pendidikan tepat setengah dari responden memiliki status sosial ekonomi dari pendidikan dengan kategori sedang sebanyak 50, responden dalam kategori tinggi sebanyak 30,6%, dan dalam kategori rendah sebanyak 19,4%.

Hasil yang ketiga pada faktor pendapatan hampir setengah dari responden memiliki status sosial ekonomi dari pendapatan dalam kategori sedang sebanyak 47,22%. Tidak terdapat jauh perbedaan antara responden yang memiliki status sosial ekonomi dari pendapatan dalam kategori tinggi dan rendah, responden dalam kategori tinggi sebanyak 27,78%, dan responden dalam ketegori rendah sebanyak 25%. Hasil yang keempat pada faktor pemilikan lebih dari setengah responden memiliki status sosial ekonomi dilihat dari barang-barang yang mereka miliki (pemilikan) dalam kategori sedang sebanyak 61,1%, responden dalam kategori tinggi sebanyak 30,6%, dan responden dalam kategori rendah hanya sedikit yaitu sebanyak 8,3%.

Dari keseluruhan faktor yang mempengaruhi status sosial ekonomi menunjukan bahwa hampir setengahnya (47,2%) memiliki status sosial ekonomi sedang, hanya sebagian kecil yang memiliki status sosial ekonomi tinggi (19,4%), dan lebih dari seperempat (33,4%) responden yang memiliki status sosial ekonomi rendah. Dengan skor rata-rata 71,78. Hal ini menunjukan responden di Kelurahan Perbutulan yang bekerja di konveksi memiliki status sosial ekonomi yang sedang dengan prosentase sebanyak 47,2%. Jadi status sosial ekonomi yang dimiliki masyarakat Kelurahan Perbutulan yang bekerja di konveksi dalam kategori sedang sebanyak 47,2%.

Status sosial ekonomi merupakan kedudukan seseorang dalam masyarakat yang ditinjau dari segi ekonomi. dengan Status sosial ekonomi juga merupakan pembentuk gaya hidup bagi keluarga. Dalam Pengantar Sosiologi Setiadi dan Kolip (2011, hlm. 436-439) mengemukakan bahwa,

Untuk membuat skala pengukuran yang menjadi indikator penentu kelompok golongan kelas atas, menengah, dan golongan kelas bawah dalam kehidupan sehari-hari bukan suatu yang sulit. Masing-masing perilaku setiap kelas dapat diidentifikasi melalui berbagai ukuran, mulai dari tingkat penghasilan,


(19)

benda-Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

benda berharga yang dimiliki, sampai pakaian yang dikenakan sehari-hari dalam kehidupan yang biasa disebut gaya hidup.

Sejalan dengan pendapat yang disampaikan oleh Setiadi dan Kolip diatas, Status sosial ekonomi sedang itu artinya, keadaan keluarga yang bekerja pada konveksi tersebut dalam kategori menengah (sederhana). Dimana status sosial ekonomi yang didapatkan berasal dari pekerjaan yang selama ini mereka kerjakan, dan pendidikan yang ditempuh, serta pendapatan yang mereka dapatkan dari hasil bekerja dapat dibelikan barang-barang yang dapat mengisi rumah mereka. Jadi mereka masih dapat membagi waktu mereka antara bekerja, dan mengurus rumah tangga. Keadaannya ekonominya tidak terlalu dibawah rata-rata tetapi tidak juga diatas rata-rata. Pekerjaannya mengikuti saja pekerjaan yang ada, dan pendidikannya hanya mengikuti saja pendidikan yang dianjurkan pemerintah tanpa ada niatan untuk meneruskan pendidikan yang lebih baik lagi. Keluarga yang berada pada status sosial ekonomi sedang ini berkecukupan dalam memenuhi kebutuhan dirinya. Interaksi sosialnya pun berjalan dengan baik.

Selanjutnya, hanya sebagian kecil responden yang bekerja di konveksi yang memiliki status sosial ekonomi dalam kategori tinggi (diatas rata-rata) sebanyak 19,4% itu artinya, responden yang bekerja di konveksi yang masuk ke dalam kategori ini lebih bisa menghidupi dirinya dari kategori yang sebelumnya. Responden yang masuk ke dalam kategori ini kehidupan ekonominya lebih baik diantara yang lain. Keluarga yang masuk ke dalam kategori ini bisa memberikan ilmu pendidikan di sekolah yang lebih tinggi tingkatannya dari yang lainnya. Mereka memiliki barang-barang dirumah yang dapat menunjang kebutuhan sosialnya lebih banyak dibandingkan yang lain. Mereka akan lebih memperhatikan peralatan yang terbaru utnuk mengisi rumahnya. Pendapatan keluarganya pun memadai dan dapat menunjang tumbuh kembang anak, karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik primer maupun sekunder. Pendapatan yang dimiliki lebih besar dibandingkan yang lainnya. Mereka akan lebih memilih bekerja dibandingkan bermain atau menghabiskan waktu dengan hal-hal yang lainnya. Mereka yang masuk kedalam kategori ini sebenarnya lebih memilih melanjutkan pendidikan, dan memandang pendidikan


(20)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

itu penting. Walaupun biaya pendidikan mahal mereka tetap mengusahakan melanjutkan pendidikan. Mereka yang masuk dalam kategori ini memiliki ruang lingkup interaksi yang lebih luas dan bervariasi dibandingkan dua kategori lainnya. Mereka akan lebih mendapatkan penghargaan yang tinggi di masyarakat. Gaya bahasa yang mereka gunakan lebih beragam dan berkelas dibanding kategori lainnya.

Terakhir responden yang bekerja di konveksi dalam kategori status sosial ekonomi rendah sebanyak 33,4%. Status sosial ekonomi rendah (dibawah rata-rata), artinya mereka yang berada di dalam kategori ini ada dipaling bawah diantara kategori yang lainnya. Mereka tidak dapat memilih untuk melanjutkan pendidikannya, karena mereka diharuskan untuk bekerja keras membantu kebutuhan keluarganya. Mereka menghabiskan sebagian besar aktivitasnya di tempat kerja, dan sulit membagi waktunya untuk keluarga. Responden yang berada pada kategori ini kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, apalagi dalam menaikan status sosialnya dengan pendidikan. Keluarga dalam kategori rendah ini tidak dapat menunjang tumbuh kembang anak, karena orang tua tidak dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik primer maupun sekunder. Interaksi sosialnya pun sangat terbatas, mereka berinteraksi hanya di kalangan pekerja konveksi saja. Sikap dan rasa penghargaan masyarakat terhadap mereka pun rendah.

Status sosial ekonomi diperlukan untuk melihat seberapa besar kedudukan kita di masyarakat. Orang yang memiliki status sosialnya tinggi, akan mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi dan mereka akan mendapatkan penghormatan yang lebih besar. Serta mereka dapat dengan mudah memenuhi kebutuhan hidupnya. Responden yang bekerja di konveksi sebagian besar berstatus sosial ekonomi sedang, jadi tidak terlalu ada kesenjangan sosial yang begitu terlihat di sana. Semuanya sama, mereka bekerja disitu karena untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, ataupun keluarganya.


(21)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan penelitian tingkat pendidikan di konveksi Kelurahan Perbutulan setengah (50%) dari responden berkategori sedang. Dalam variabel tingkat pendidikan ini dilihat dari beberapa aspek yang mempengaruhinya, yaitu keluarga, lingkungan, dan teman sebaya. Karena tiga faktor tersebut dianggap paling mempengaruhi seseorang dalam menempuh pendidikan. Keluarga dianggap faktor yang paling mendukung karena apabila kita sudah tidak mendapatkan dukungan dari keluarga untuk melanjutkan pendidikan, maka kita tidak bisa melanjutkannya, karena keluargalah yang memegang peranan penting semuanya, baik dalam membayar biaya sekolah maupun memfasilitasi apa saja yang kita butuhkan untuk sekolah. Kedua lingkungan, apabila kita berada pada lingkungan yang berpendidikan maka keluarga kita akan memaksa kita untuk melanjutkan pendidikan agar keluarga kita tetap sesajar dengan lingkungan disekitar kita. Ketiga teman sebaya, secara tidak langsung teman sebaya dapat mempengaruhi kita didalam melanjutkan pendidikan.

Kelurahan perbutulan khususnya di konveksi memiliki skor rata-rata 56,4 dalam tingkat pendidikan. Responden yang memiliki tingkat pendidikan tinggi sebanyak 38,9%, setengah dari responden memiliki tingkat pendidikan sedang sebanyak 50%, dan 11,1% memiliki tingkat pendidikan rendah. Kenyataan yang ada dilapangan dimana mereka yang bekerja di konveksi tersebut hanya mengenyam pendidikan paling tinggi adalah SMA/MAN. Namun rata-rata yang bekerja di konveksi menempuh pendidikan paling banyak hanya sampai SMP/MTS, dan masih ada saja yang hanya lulusan sekolah dasar (SD). Hampir semua masyarakat Perbutulan lulusan pesantren karena Kelurahan Perbutulan termasuk kelurahan yang sangat memperhatikan pendidikan agamanya, jadi orang tua disana rata-rata menyekolahkan anaknya ke pesantren bukan ke sekolahan biasa.

Tingkat pendidikan dalam kategori tinggi sebanyak 38,9%, artinya masyarakat di Kelurahan Perbutulan yang bekerja di konveksi masih memikirkan pendidikan, dan menganggap bahwa pendidikan itu penting. Dilihat dari presentase dalam kategori tinggi banyak responden yang berminat dalam melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Banyak keluarga yang


(22)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mendukung anaknya untuk melanjutkan pendidikan, tidak adanya paksaan dari orang tua untuk berhenti sekolah dan memilih untuk bekerja. Disini terlihat pengharapan orang tua kepada anaknya untuk bersekolah dengan benar dan dapat membanggakan kedua orang tuanya.

Tingkat pendidikan dalam kategori sedang sebanyak 50%. Berdasarkan penelitian responden memiliki tingkat pendidikan dalam kategori sedang ini artinya mereka yang bekerja di konveksi tersebut tetap mengenyam pendidikan namun tidak terlalu tinggi. Mereka hanya mengikuti pendidikan berdasarkan program dari pemerintah yaitu program wajib belajar 9 tahun.

Tingkat pendidikan dalam kategori rendah sebanyak 11,1%, artinya masyakat di Kelurahan Perbutulan yang bekerja di konveksi tidak antusias terhadap pendidikan, yang mereka pikirkan hanya bekerja saja. Orang tua tidak mendukung anaknya dalam melanjutkan pendidikan, menurut mereka pendidikan tidak terlalu penting, karena pendidikan orang tuanya sendiri tidak tinggi sehingga mereka berpikir anak-anaknya pun tidak usah menempuh pendidikan yang tinggi. Disini banyak usia yang sebenarnya harus belajar di sekolah namun mereka memilih untuk bekerja. Mereka lebih tertarik bekerja daripada bersekolah karena banyak teman mereka yang bekerja, dan mereka merasa senang.

Pendidikan dirasa mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang ada, karena dengan pendidikan dapat membantu membentuk anak mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal sehingga ia mampu beradaptasi dengan lingkungannya.

3. Pengaruh Status Sosial Ekonomi Keluarga terhadap Pencapaian Tingkat Pendidikan Anak di Kelurahan Perbutulan

Dari hasil perhitungan yang peneliti lakukan diperoleh nilai korelasi pengaruh status sosial ekonomi keluarga terhadap pencapaian tingkat pendidikan anak sebesar 0,392. Nilai yang diperoleh adalah positif dengan tingkat keeratan rendah. Pengaruh status sosial ekonomi keluarga terhadap pencapaian tingkat pendidikan anak sebesar 15,37%. Artinya status sosial ekonomi yang dimiliki keluarga dapat memberikan pengaruh sebesar 15,37% terhadap pencapaian tingkat pendidikan


(23)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

anak, sedangkan sisanya sebesar 84,63% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti. Meskipun presentase pengaruh status sosial ekonomi termasuk rendah, tetapi status sosial ekonomi termasuk sebagian kecil faktor yang dapat mempengaruhi pencapaian tingkat pendidikan anak.

Pernyataan diatas sejalan dengan pendapat dari Soetjiningsih (2004, hlm. 67) mengemukakan bahwa,

Status ekonomi kemungkinan besar merupakan pembentuk gaya hidup keluarga. Pendapatan keluarga yang tinggi akan menunjang tumbuh kembang anak. Karena dengan pendapatan orang tua yang tinggi dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik primer maupun sekunder. Dan dengan itu anak akan menjadi anak yang pintar dan mempunyai banyak pengetahuan, dengan itu pula anak bisa berprestasi.

Ciri utama dari status sosial ekonomi dalam keluarga adalah adanya status sosial dalam sebuah keluarga dan status ekonomi yang dimiliki oleh keluarga. Status sosial yang dimiliki keluarga didapatkan melalui tiga hal yaitu: Pertama, status sosial yang diperoleh dengan sendirinya atau didapatkan karena faktor keturunan dan didapatkan tidak melalui usaha apa pun. Kedua, status sosial yang diperoleh memalui usaha yang disengaja dan melalui perjuangan yang panjang. Ketiga, status sosial yang diberikan oleh masyarakat sebagai tanda penghargaan dari perjuangan yang telah dilakukannya. Status sosial yang dimiiki keluarga berpengaruh terhadap kedudukan keluarga di masyarakat, bagaimana penghargaan masyarakat terhadap sebuah keluarga bergantung kepada status sosial yang dimiliki.

Selanjutnya status ekonomi yang dimiliki oleh keluarga. Kartono (2006. hlm. 45) mengemukakan bahwa, “Status ekonomi adalah kedudukan seseorang atau keluarga di masyarakat berdasarkan pendapatan per bulan. Status ekonomi dapat dilihat dari perndapatan yang disesuaikan dengan harga barang pokok”. Ada empat faktor yang dapat mempengaruhi status sosial ekonomi keluarga yaitu, pekerjaan, pendidikan, pendapatan, dan pemilikan. Pertama, didapatkan melalui pekerjaan yang dijalani seseorang, dari bekerja segala kebutuhan akan terpenuhi selain itu juga kepuasan jasmani pun akan terpenuhi. Kedua, pendidikan sangat penting peranannya, melaui pendidikan seseorang menjadi berguna baik untuk


(24)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kehidupannya maupun kehidupan orang lain, dan dapat meningkatkan taraf kehidupan keluarganya. Ketiga, pendapatan dimana diperoleh melalui kerja atau usaha yang kita lakukan, dimana pendapatan mempengaruhi gaya hidup dan status sosial seseorang. Keempat, pemilikan dimana semakin banyak barang berharga seperti rumah dan tanah yang dimiliki keluarga, semakin dinilai tinggi status ekonomi yang dimiliki keluarga.

Keluarga pasti akan memenuhi kebutuhan anaknya, kebutuhan yang paling mencolok adalah kebutuhan pendidikan anak. Pendidikan anak penting untuk meningkatkan dan membantu status sosial yang dimiliki keluarga. Pendidikan adalah proses pengubah sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Dalam mencapai pendidikan dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu keluarga, lingkungan masyarakat, dan teman sebaya. Pertama, keluarga peranannya sangat penting dalam pendidikan anak karena mulai dari yang membiayai pendidikan sampai menyediakan segala kebutuhannya. Kedua, lingkungan disini peran lingkungan dalam pendidikan adalah dalam peningkatan mutu pendidikan. Jika lingkungan baik, sarana prasarana pendidikan menunjang maka keluarga akan termotivasi dalam meningkatkan pendidikan, dan sebaliknya. Ketiga, teman sebaya dirasa mampu mempengaruhi pendidikan anak. Pergaulan yang dilakukan kearah positif maka dapat menghasilkan kepribadian yang baik, begitu pula dalam aspek pendidikan. Jika kita bergaul dengan orang yang berpendidikan secara tidak langsung kita akan termotivasi untuk setara dengan dirinya.

4. Hasil Penelitian Terhadap Pembelajaran Sosiologi

Sebagai ilmu, sosiologi merupakan kumpulan pengetahuan tentang masyarakat dan kebudayaan yang disusun secara sistematis berdasarkan analisis berpikir logis. Sebagai metode, sosiologi adalah cara berpikir untuk mengungkapkan realitas sosial yang ada dalam masyarakat dengan prosedur dan teori yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Dalam pembelajarannya sosiologi juga berusaha memahami konsep-konsep sosiologi seperti sosialisasi, kelompok sosial, struktur sosial, lembaga sosial, perubahan sosial, dan konflik


(25)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sampai pada terciptanya integrasi sosial. Sosiologi mempunyai dua pengertian dasar yaitu sebagai ilmu dan sebagai metode.

Sosiologi dijadikan sebagai salah satu mata pelajaran di SMA/MA, khususnya bagi siswa-siswi yang mengambil program IIS (Ilmu-Ilmu Sosial) akan mempejajari Sosiologi lebih dalam. Sementara itu, bagi mereka yang masih menduduki bangku SMP/MTS, mata pelajaran sosiologi sudah dilebur kedalam mata pelajaran IPS terpadu. Dengan adanya mata pelajaran sosiologi dipersekolahan ini membuat siswa lebih mengerti tentang fenomena-fenomena yang terjadi di masyarakat. Pada zaman sekarang ini di tahun 2014, hampir semua sekolah sudanh mengganti kurikulum yang lama (KTSP) dengan kurikulum 2013. Dengan kurikulum yang ada saat ini menuntut siswa untuk lebih mencari tahu, mempelajari lebih dalam, dan mengembangan materi yang ada. Bukan lagi

teacher center yang digunakan, tetapi student center dimana siswalah yang menjadi fokus dalam pembelajaran. Guru sudah tidak lagi menggunakan metode ceramah atau metode lainnya yang membuat siswa pasif, tetapi disini guru dituntut untuk mencari metode yang membuat siswa aktif dan mengembangkan dirinya pada saat proses pembelajaran berlangsung.

Mata pelajaran sosiologi di tingkat SMA cenderung mempelajari masalah-masalah yang ada di masyarakat. Salah satu masalah-masalah yang sering terjadi di masyarakat adalah masalah pembagian kelas-kelas sosial atau yang biasa disebut stratifikasi sosial. Pembelajaran tersebut menjelaskan bagaimana masyarakat membatasi dirinya kedalam beberapa lapisan kelompok, membahas perbedaan-perbedaan yang terjadi di masyarakat dilihat dari status sosialnya dan bagaimana cara mendapatkanya. Sosiologi didalam pendidikan juga berfungsi untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan analisis atau pendekatan sosiologi, mengatasi masalah-masalah sosial budaya yang berkembang di masyarakat.

Seperti halnya penelitian mengenai “Pengaruh status sosial ekonomi terhadap pencapaian tingkat pendidikan anak” dapat memberikan implementasi terhadap pendidikan, khususnya pendidikan sosiologi. Yaitu dalam pembelajaran sosiologi terdapat materi stratifikasi sosial, dimana status sosial ekonomi menjadi salah satu


(26)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

faktor yang mempengaruhi stratifikasi seseorang. Materi stratifikasi sosial juga dipelajari bagaimana seseorang mendapatkan status sosial yang dapat mengingkatkan status mereka didalam masyarakat. Terdapat juga faktor-faktor status sosial ekonomi seperti, pekerjaan, pendidikan, pendapatan, dan pemilikan yang dapat menjadi ciri-ciri stratifikasi sosial seseorang. Dengan adanya penelitian tersebut, diharapkan dapat dijadikan sumber dan bahan ajar dalam pembelajaran sosiologi. Dan dengan adanya penelitian ini, dapat memberikan contoh nyata adanya permasalahan tersebut yang terjadi di masyarakat. Dan untuk memperkuat teori stratifikasi sosial.


(1)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan penelitian tingkat pendidikan di konveksi Kelurahan Perbutulan setengah (50%) dari responden berkategori sedang. Dalam variabel tingkat pendidikan ini dilihat dari beberapa aspek yang mempengaruhinya, yaitu keluarga, lingkungan, dan teman sebaya. Karena tiga faktor tersebut dianggap paling mempengaruhi seseorang dalam menempuh pendidikan. Keluarga dianggap faktor yang paling mendukung karena apabila kita sudah tidak mendapatkan dukungan dari keluarga untuk melanjutkan pendidikan, maka kita tidak bisa melanjutkannya, karena keluargalah yang memegang peranan penting semuanya, baik dalam membayar biaya sekolah maupun memfasilitasi apa saja yang kita butuhkan untuk sekolah. Kedua lingkungan, apabila kita berada pada lingkungan yang berpendidikan maka keluarga kita akan memaksa kita untuk melanjutkan pendidikan agar keluarga kita tetap sesajar dengan lingkungan disekitar kita. Ketiga teman sebaya, secara tidak langsung teman sebaya dapat mempengaruhi kita didalam melanjutkan pendidikan.

Kelurahan perbutulan khususnya di konveksi memiliki skor rata-rata 56,4 dalam tingkat pendidikan. Responden yang memiliki tingkat pendidikan tinggi sebanyak 38,9%, setengah dari responden memiliki tingkat pendidikan sedang sebanyak 50%, dan 11,1% memiliki tingkat pendidikan rendah. Kenyataan yang ada dilapangan dimana mereka yang bekerja di konveksi tersebut hanya mengenyam pendidikan paling tinggi adalah SMA/MAN. Namun rata-rata yang bekerja di konveksi menempuh pendidikan paling banyak hanya sampai SMP/MTS, dan masih ada saja yang hanya lulusan sekolah dasar (SD). Hampir semua masyarakat Perbutulan lulusan pesantren karena Kelurahan Perbutulan termasuk kelurahan yang sangat memperhatikan pendidikan agamanya, jadi orang tua disana rata-rata menyekolahkan anaknya ke pesantren bukan ke sekolahan biasa.

Tingkat pendidikan dalam kategori tinggi sebanyak 38,9%, artinya masyarakat di Kelurahan Perbutulan yang bekerja di konveksi masih memikirkan pendidikan, dan menganggap bahwa pendidikan itu penting. Dilihat dari presentase dalam kategori tinggi banyak responden yang berminat dalam melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Banyak keluarga yang


(2)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mendukung anaknya untuk melanjutkan pendidikan, tidak adanya paksaan dari orang tua untuk berhenti sekolah dan memilih untuk bekerja. Disini terlihat pengharapan orang tua kepada anaknya untuk bersekolah dengan benar dan dapat membanggakan kedua orang tuanya.

Tingkat pendidikan dalam kategori sedang sebanyak 50%. Berdasarkan penelitian responden memiliki tingkat pendidikan dalam kategori sedang ini artinya mereka yang bekerja di konveksi tersebut tetap mengenyam pendidikan namun tidak terlalu tinggi. Mereka hanya mengikuti pendidikan berdasarkan program dari pemerintah yaitu program wajib belajar 9 tahun.

Tingkat pendidikan dalam kategori rendah sebanyak 11,1%, artinya masyakat di Kelurahan Perbutulan yang bekerja di konveksi tidak antusias terhadap pendidikan, yang mereka pikirkan hanya bekerja saja. Orang tua tidak mendukung anaknya dalam melanjutkan pendidikan, menurut mereka pendidikan tidak terlalu penting, karena pendidikan orang tuanya sendiri tidak tinggi sehingga mereka berpikir anak-anaknya pun tidak usah menempuh pendidikan yang tinggi. Disini banyak usia yang sebenarnya harus belajar di sekolah namun mereka memilih untuk bekerja. Mereka lebih tertarik bekerja daripada bersekolah karena banyak teman mereka yang bekerja, dan mereka merasa senang.

Pendidikan dirasa mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang ada, karena dengan pendidikan dapat membantu membentuk anak mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal sehingga ia mampu beradaptasi dengan lingkungannya.

3. Pengaruh Status Sosial Ekonomi Keluarga terhadap Pencapaian Tingkat Pendidikan Anak di Kelurahan Perbutulan

Dari hasil perhitungan yang peneliti lakukan diperoleh nilai korelasi pengaruh status sosial ekonomi keluarga terhadap pencapaian tingkat pendidikan anak sebesar 0,392. Nilai yang diperoleh adalah positif dengan tingkat keeratan rendah. Pengaruh status sosial ekonomi keluarga terhadap pencapaian tingkat pendidikan anak sebesar 15,37%. Artinya status sosial ekonomi yang dimiliki keluarga dapat memberikan pengaruh sebesar 15,37% terhadap pencapaian tingkat pendidikan


(3)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

anak, sedangkan sisanya sebesar 84,63% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti. Meskipun presentase pengaruh status sosial ekonomi termasuk rendah, tetapi status sosial ekonomi termasuk sebagian kecil faktor yang dapat mempengaruhi pencapaian tingkat pendidikan anak.

Pernyataan diatas sejalan dengan pendapat dari Soetjiningsih (2004, hlm. 67) mengemukakan bahwa,

Status ekonomi kemungkinan besar merupakan pembentuk gaya hidup keluarga. Pendapatan keluarga yang tinggi akan menunjang tumbuh kembang anak. Karena dengan pendapatan orang tua yang tinggi dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik primer maupun sekunder. Dan dengan itu anak akan menjadi anak yang pintar dan mempunyai banyak pengetahuan, dengan itu pula anak bisa berprestasi.

Ciri utama dari status sosial ekonomi dalam keluarga adalah adanya status sosial dalam sebuah keluarga dan status ekonomi yang dimiliki oleh keluarga. Status sosial yang dimiliki keluarga didapatkan melalui tiga hal yaitu: Pertama, status sosial yang diperoleh dengan sendirinya atau didapatkan karena faktor keturunan dan didapatkan tidak melalui usaha apa pun. Kedua, status sosial yang diperoleh memalui usaha yang disengaja dan melalui perjuangan yang panjang. Ketiga, status sosial yang diberikan oleh masyarakat sebagai tanda penghargaan dari perjuangan yang telah dilakukannya. Status sosial yang dimiiki keluarga berpengaruh terhadap kedudukan keluarga di masyarakat, bagaimana penghargaan masyarakat terhadap sebuah keluarga bergantung kepada status sosial yang dimiliki.

Selanjutnya status ekonomi yang dimiliki oleh keluarga. Kartono (2006. hlm. 45) mengemukakan bahwa, “Status ekonomi adalah kedudukan seseorang atau keluarga di masyarakat berdasarkan pendapatan per bulan. Status ekonomi dapat dilihat dari perndapatan yang disesuaikan dengan harga barang pokok”. Ada empat faktor yang dapat mempengaruhi status sosial ekonomi keluarga yaitu, pekerjaan, pendidikan, pendapatan, dan pemilikan. Pertama, didapatkan melalui pekerjaan yang dijalani seseorang, dari bekerja segala kebutuhan akan terpenuhi selain itu juga kepuasan jasmani pun akan terpenuhi. Kedua, pendidikan sangat penting peranannya, melaui pendidikan seseorang menjadi berguna baik untuk


(4)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kehidupannya maupun kehidupan orang lain, dan dapat meningkatkan taraf kehidupan keluarganya. Ketiga, pendapatan dimana diperoleh melalui kerja atau usaha yang kita lakukan, dimana pendapatan mempengaruhi gaya hidup dan status sosial seseorang. Keempat, pemilikan dimana semakin banyak barang berharga seperti rumah dan tanah yang dimiliki keluarga, semakin dinilai tinggi status ekonomi yang dimiliki keluarga.

Keluarga pasti akan memenuhi kebutuhan anaknya, kebutuhan yang paling mencolok adalah kebutuhan pendidikan anak. Pendidikan anak penting untuk meningkatkan dan membantu status sosial yang dimiliki keluarga. Pendidikan adalah proses pengubah sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Dalam mencapai pendidikan dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu keluarga, lingkungan masyarakat, dan teman sebaya. Pertama, keluarga peranannya sangat penting dalam pendidikan anak karena mulai dari yang membiayai pendidikan sampai menyediakan segala kebutuhannya. Kedua, lingkungan disini peran lingkungan dalam pendidikan adalah dalam peningkatan mutu pendidikan. Jika lingkungan baik, sarana prasarana pendidikan menunjang maka keluarga akan termotivasi dalam meningkatkan pendidikan, dan sebaliknya. Ketiga, teman sebaya dirasa mampu mempengaruhi pendidikan anak. Pergaulan yang dilakukan kearah positif maka dapat menghasilkan kepribadian yang baik, begitu pula dalam aspek pendidikan. Jika kita bergaul dengan orang yang berpendidikan secara tidak langsung kita akan termotivasi untuk setara dengan dirinya.

4. Hasil Penelitian Terhadap Pembelajaran Sosiologi

Sebagai ilmu, sosiologi merupakan kumpulan pengetahuan tentang masyarakat dan kebudayaan yang disusun secara sistematis berdasarkan analisis berpikir logis. Sebagai metode, sosiologi adalah cara berpikir untuk mengungkapkan realitas sosial yang ada dalam masyarakat dengan prosedur dan teori yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Dalam pembelajarannya sosiologi juga berusaha memahami konsep-konsep sosiologi seperti sosialisasi, kelompok sosial, struktur sosial, lembaga sosial, perubahan sosial, dan konflik


(5)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sampai pada terciptanya integrasi sosial. Sosiologi mempunyai dua pengertian dasar yaitu sebagai ilmu dan sebagai metode.

Sosiologi dijadikan sebagai salah satu mata pelajaran di SMA/MA, khususnya bagi siswa-siswi yang mengambil program IIS (Ilmu-Ilmu Sosial) akan mempejajari Sosiologi lebih dalam. Sementara itu, bagi mereka yang masih menduduki bangku SMP/MTS, mata pelajaran sosiologi sudah dilebur kedalam mata pelajaran IPS terpadu. Dengan adanya mata pelajaran sosiologi dipersekolahan ini membuat siswa lebih mengerti tentang fenomena-fenomena yang terjadi di masyarakat. Pada zaman sekarang ini di tahun 2014, hampir semua sekolah sudanh mengganti kurikulum yang lama (KTSP) dengan kurikulum 2013. Dengan kurikulum yang ada saat ini menuntut siswa untuk lebih mencari tahu, mempelajari lebih dalam, dan mengembangan materi yang ada. Bukan lagi teacher center yang digunakan, tetapi student center dimana siswalah yang menjadi fokus dalam pembelajaran. Guru sudah tidak lagi menggunakan metode ceramah atau metode lainnya yang membuat siswa pasif, tetapi disini guru dituntut untuk mencari metode yang membuat siswa aktif dan mengembangkan dirinya pada saat proses pembelajaran berlangsung.

Mata pelajaran sosiologi di tingkat SMA cenderung mempelajari masalah-masalah yang ada di masyarakat. Salah satu masalah-masalah yang sering terjadi di masyarakat adalah masalah pembagian kelas-kelas sosial atau yang biasa disebut stratifikasi sosial. Pembelajaran tersebut menjelaskan bagaimana masyarakat membatasi dirinya kedalam beberapa lapisan kelompok, membahas perbedaan-perbedaan yang terjadi di masyarakat dilihat dari status sosialnya dan bagaimana cara mendapatkanya. Sosiologi didalam pendidikan juga berfungsi untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan analisis atau pendekatan sosiologi, mengatasi masalah-masalah sosial budaya yang berkembang di masyarakat.

Seperti halnya penelitian mengenai “Pengaruh status sosial ekonomi terhadap pencapaian tingkat pendidikan anak” dapat memberikan implementasi terhadap

pendidikan, khususnya pendidikan sosiologi. Yaitu dalam pembelajaran sosiologi terdapat materi stratifikasi sosial, dimana status sosial ekonomi menjadi salah satu


(6)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

faktor yang mempengaruhi stratifikasi seseorang. Materi stratifikasi sosial juga dipelajari bagaimana seseorang mendapatkan status sosial yang dapat mengingkatkan status mereka didalam masyarakat. Terdapat juga faktor-faktor status sosial ekonomi seperti, pekerjaan, pendidikan, pendapatan, dan pemilikan yang dapat menjadi ciri-ciri stratifikasi sosial seseorang. Dengan adanya penelitian tersebut, diharapkan dapat dijadikan sumber dan bahan ajar dalam pembelajaran sosiologi. Dan dengan adanya penelitian ini, dapat memberikan contoh nyata adanya permasalahan tersebut yang terjadi di masyarakat. Dan untuk memperkuat teori stratifikasi sosial.