Peran Komunikasi Kelompok Dalam Pembentukan Karakter (Studi Kasus Anggota Resimen Mahasiswa Mahadipa Batalyon 953 Kalimosodo Institut Agama Islam Negeri Salatiga Peserta Pendidikan Dasar Militer) - Test Repository

  

Peran Komunikasi Kelompok Dalam Pembentukan Karakter

(Studi Kasus Anggota Resimen Mahasiswa Mahadipa Batalyon 953

Kalimosodo Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga Peserta

(Pendidikan Dasar Militer)

  

SKRIPSI

Disusun Guna Persyaratan

  d

  alam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)

  Disusun Oleh : Aisya Zuhdiana 117 14 010

  

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2018

  

Peran Komunikasi Kelompok Dalam Pembentukan Karakter

(Studi Kasus Anggota Resimen Mahasiswa Mahadipa Batalyon 953

Kalimosodo Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga Peserta

(Pendidikan Dasar Militer)

  

SKRIPSI

Disusun Guna Persyaratan

  d

  alam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)

  Disusun Oleh : Aisya Zuhdiana 117 14 010

  

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2018

  Halaman Logo

NOTA PERSETUJUAN PEMBIMBING

  Lampiran : 3 (tiga) eksemplar Salatiga, 1 Oktober 2018 Hal : Naskah skripsi a.n Aisya Zuhdiana

  Kepada Yth. Bapak Dekan Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga Di Salatiga Assalamu’alaikum Wr. Wb.

  Setelah mengadakan koreksi dan perbaikan seperlunya bersama ini saya kirimkan skripsi saudari: Nama : Aisya Zuhdiana Nim : 117 14 010 Jurusan : Komunikasi dan Penyiaran Islam Judul skripsi : Peran Komunikasi Kelompok Dalam Pembentukan Karakter

  (Studi Kasus Anggota Resimen Mahasiswa Mahadipa Batalyon 953 Kalimosodo Institut Agama Islam Negeri Salatiga Peserta Pendidikan Dasar Militer)

  Selanjutnya saya mohon kepada Bapak Dekan Fakultas Dakwah agar skripsi saudari tersebut dapat dimunaqasyahkan dan atas perhatian Bapak kami ucapkan banyak terima kasih.

  Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

  Pembimbing, Dra. Sri Suparwi, M.A 196905061993032004 HALAMAN PENGESAHAN

FAKULTAS DAKWAH

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

  LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI Nama : Aisya Zuhdiana NIM : 117-14-010 Jurusan : Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Tanggal Ujian : 27 September 2018 Judul Skripsi : Peran Komunikasi Kelompok Dalam Pembentukan Karakter

  (Studi Kasus Anggota Resimen Mahasiswa Mahadipa Batalyon 953 Kalimosodo Institut Agama Islam Negeri Salatiga Peserta Pendidikan Dasar Militer)

  

Panitia Munaqosah Skripsi

1.

  Ketua Sidang : Dr. Rasimin, M.Pd ________________ 2.

  Sekretaris : Dra. Sri Siparwi, M.A ________________ 3.

  Penguji I : Dr. Rifqi Aulia Erlangga, M.Hum ________________ 4.

  Penguji II : Yahya, S.Ag., M.HI ________________

  Mengetahui, Dekan Fakultas Dakwah IAIN Salatiga Dr. Mukti Ali, M.Hum.

  197509052001121001

KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

  Jalan Lingkar Selatan Km 2 Pulutan Sidorejo Salatiga 50716 -mail: administrasi@iainsalatiga.ac.id

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN

  Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Aisya Zuhdiana Nim : 117 14 010 Fakultas : Dakwah Jurusan : Komunikasi dan Penyiaran Islam Judul skripsi : Peran Komunikasi Kelompok Dalam Pembentukan Karakter

  (Studi Kasus Anggota Resimen Mahasiswa Mahadipa Batalyon 953 Kalimosodo Institut Agama Islam Negeri Salatiga Peserta Pendidikan Dasar Militer)

  Menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan berupa jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

  Salatiga, 1 Oktober 2018 Yang menyatakan,

  Aisya Zuhdiana 117 14 010

  

MOTTO

١٣٩ َينِنِمۡؤُّم مُتنُك نِإ َنۡو

  َلۡعَ ۡلۡٱ ُمُتنَأَو ْاوُنَزۡ َتَ َلََو ْاوُنِهَت َلََو

  Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman

  (QS. Ali Imron: 139)

  

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahi robbil ‘alamin dengan rahmat Allah SWT skripsi ini telah selesai.

  

Skripsi ini saya persembahkan untuk orang-orang yang telah hadir di hidupku

dan menemani dalam menggapai mimpi-mimpiku;

Bapakku Mustamar;

Almarhumah Ibuku Masbakhah;

  

Adikku Hanifudin Ahmad;

serta mas Maryono dan keluarga;

dan semua yang telah memberi dukungan dalam bentuk apapun itu, yang tidak

bisa disebutkan satu persatu.

KATA PENGANTAR

  

مىحرلا نحم رلا للها مسب

  Alhamdulilahirabil ‘alamin, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia Nya sehingga penulis dapat melewati proses dalam penyusunan skripsi, dan berhasil menyelesaikan skripsi dengan “Peran Komunikasi Kelompok Dalam Pembentukan Karakter (Studi Kasus Anggota Resimen Mahasiswa Mahadipa Batalyon 953 Kalimosodo Institut Agama Islam Negeri Salatiga Peserta Pendidikan Dasar Militer)”. Guna memenuhi tugas untuk memperoleh gelar kesarjanaan dalam Fakultas Dakwah

  IAIN Salatiga. Shalawat serta salam tak lupa penulis panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa dari zaman jahiliyah hingga sekarang ini serta membimbing ke jalan yang lurus, yakni agama Islam.

  Selesainya skripsi ini tentunya tidak lepas dari dukungan, motivasi dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu perkenankanlah penulis untuk mengucapkan banyak terimakasih kepada: 1.

  Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.

  2. Bapak Dr. Mukti Ali, M.Hum selaku Dekan Fakultas Dakwah.

  3. Ibu Dra. Maryatin, M.Pd selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam sekaligus Pembimbing Akademik.

  4. Ibu Dra. Sri Suparwi, M.A, selaku pembimbing skripsi.

  5. Seluruh Bapak/ Ibu Dosen KPI IAIN Salatiga yang telah bersedia memberikan ilmu, membimbing dan terus memotivasi.

  6. Seluruh staff IAIN Salatiga yang membantu dalam melancarkan urusan administrasi maupun yang lainnya.

  7. Keluarga besar KPI 2014, terkhusus Ulfa Nurmala KW., Anggraini Putri, Siti Lestari, Aminattun Zahra, Puji Lestari yang telah memberikan semangat dan menemani selama perjalanan kuliah penulis.

  8. Seluruh keluarga besar Resimen Mahasiswa Batalyon 953 Kalimosodo IAIN Salatiga yang telah banyak memberikan pengetahuan dan telah bersedia skripsi ini dengan baik.

  9. Semua pihak yang telah membantu baik doa, motivasi maupun dukungannya.

  Kepada semuanya, kupersembahkan terimakasih yang tiada terhingga. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi semua orang pada umumnya. Akhir kata, Wassalamualaikum Wr.Wb.

  Salatiga, 1 Oktober 2018 Penulis

  Aisya Zuhdiana

  

ABSTRAK

  Zuhdiana, Aisya. 2018. Peran Komunikasi Kelompok Dalam Pembentukan Karakter (Studi Kasus Anggota Resimen Mahasiswa Mahadipa Batalyon 953 Kalimosodo Institut Agama Islam Negeri Salatiga Peserta Pendidikan Dasar Militer). Skripsi. Fakultas Dakwah. Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

  Pembimbing: Dra. Sri Suparwi, MA. Kata kunci: Komunikasi Kelompok, Pembentukan Karakter, Resimen Mahasiswa,

  Diksarmil Penelitian ini dilatarbelakangi oleh hasil observasi awal mengenai kegiatan-kegiatan di UKM Resimen Mahasiswa IAIN Salatiga. Tujuan dalam penelitian ini adalah: 1) Untuk mendeskripsikan bagaimana proses komunikasi kelompok dilakukan anggota Resimen Mahasiswa Mahadipa Batalyon 953 Kalimosodo Institut Agama Islam Negeri Salatiga saat mengikuti Diksarmil; dan 2) Untuk menjelaskan mengenai bagaimana komunikasi kelompok berperan dalam pembentukan karakter pada anggota Resimen Mahasiswa Mahadipa Batalyon 953 Kalimosodo saat mengikuti Diksarmil..

  Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif dengan metode penelitian kombinasi antara wawancara mendalam serta observasi non partisipan. Keabsahan data diperoleh melalui triangulasi sumber. Data yang terkumpul dianalisis dengan cara reduksi data, penyajian data dan verifikasi. Objek dalam penelitian ini yaitu anggota Resimen Mahasiswa Batalyon 953 Kalimosodo IAIN Salatiga yang mengikuti Diksarmil pada tahun 2016-2017.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses komunikasi kelompok berjalan baik. Terbukti dengan terpenuhinya elemen-elemen yang harus ada dalam sebuah kelompok oleh kelompok-kelompok peserta kegiatan Diksarmil. Komunikasi kelompok dalam Diksarmil pun berperan dalam pembentukan karakter pesertanya. Karakter yang terbentuk yaitu disiplin, tanggung jawab, sopan santun, kepemimpinan, solidaritas, percaya diri dan nasionalisme atau cinta tanah air.

  

DAFTAR ISI

  

  BAB I

  

  BAB III Daftar Pustaka Lampiran-Lampiran

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasal 3 Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) menjelaskan bahwa fungsi dan tujuan dari pendidikan

  nasional yaitu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (Pemerintah Republik Indonesia, 2003)

  Berdasarkan hal tersebut, maka pendidikan karakter merupakan salah satu tujuan dari pendidikan nasional. Maka dari itu, pendidikan karakter termasuk hal penting yang harus ada di sistem pendidikan kita. Bukan hanya untuk siswa SD, SMP, atau SMA saja namun mahasiswa perguruan tinggi pun seharusnya juga menerima pendidikan karakter.

  Dalam Rakornas Bidang Kemahasiswaan tahun 2011 Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi menegaskan bahwa pembimbingan mahasiswa diprioritaskan pada:

  1. Pengembangan kemampuan intelektual, keseimbangan emosi, dan penghayatan spiritual mahasiswa, agar menjadi warga negara yang bertanggung jawab serta berkontribusi pada daya saing bangsa.

  2. Pengembangan mahasiswa sebagai kekuatan moral dalam mewujudkan masyarakat madani yang demokratis, berkeadilan dan berbasis pada partisipasi publik.

  3. Peningkatan kualitas sarana dan prasarana untuk mendukung pengembangan dan aktualisasi diri mahasiswa; kognisi, personal, sosial. (Sofyan, 2011: 1-2) Manusia pada dasarnya memiliki dua potensi yaitu baik dan buruk. Seorang muslim mungkin menjadi orang beriman atau kafir, menjalankan perintah terlepas dari penghayatan dua kalimat syahadat. Namun yang harus diperhatikan adalah penghayatan dan pengamalannya. Kebaikan dan keburukan iman seseorang bisa terlihat dalam akhlaq dan karakter yang muncul dari dirinya. Perintah untuk menjadi muslim berkarakter yang mencerminkan keimanan dan keislamannya telah banyak disebutkan dalam Al Qurân. Seperti dalam QS. Al-Hujurat:15 berikut:

  َ َ َّ ۡ ْاوُدَهَٰ َجَو ْاوُباَتۡرَي ۡمَل َّمُث ۦ ِِلوُسَرَو ِ َّللهٱ ْاوُنَماَء َنيِ لَّٱ َنوُنِمۡؤُم لٱ

  اَمَّنِإ ۡمِهِسُفن أَو ۡمِهِلََٰوۡم أِب ِب ١٥ َلْوُأ َنوُقِدَٰ َّصلٱ

  هَِّللهٱ ُمُه َكِئَٰٓ ِليِبَس ِفِ

  Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu- ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.

  Sebagai mahasiswa, pengembangan diri tak hanya dapat diperoleh melalui bangku kuliah, namun juga bisa melalui organisasi intra-kampus maupun organisasi diluar kampus. Dalam kampus IAIN Salatiga sendiri terdapat berbagai macam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Bagi yang suka dengan seni musik bisa bergabung dengan Seni Musik Club (SMC), untuk yang berminat pada teater bisa bergabung dengan Teater Getar, dan bagi yang berminat pada kesenian islami terdapat Jamiyyah Qurro Wa Huffadz (JQH) Al Furqon sebagai wadahnya.

  Adapula UKM Mapala Mitapasa yang bergerak dalam konservasi alam dan lingkungan hidup, Student Sport Club (SSC) yang bergerak dalam bidang olahraga, Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Fathir Ar Rasyid dalam bidang dakwah, KSEI dalam bidang studi ekonomi Islam, Resimen Mahasiswa dalam bina bela negara, Communicative English Club (CEC) dalam bidang Bahasa

  • – Woro Srikandhi dalam bidang kepramukaan, dan ITTAQO dalam bidang Bahasa Arab.

  Resimen Mahasiswa (MENWA) merupakan sarana pengembangan diri mahasiswa ke arah perluasan wawasan dan peningkatan keikutsertaan dalam upaya bela negara. Anggotanya terdiri atas mahasiswa yang telah mengikuti latihan dasar Resimen Mahasiswa atau biasa disebut dengan Diksarmil (Pendidikan Dasar Militer).

  Sebagai organisasi, komunikasi merupakan hal yang tidak dapat dihindarkan dalam Resimen Mahasiswa. Sehingga perlu membangun komunikasi yang baik agar dapat tercipta hubungan yang harmonis dengan orang lain. Komunikasi menjadi sistem penting dalam pertukaran informasi antar bagian sehingga dapat menghasilkan sinergi. Pentingnya komunikasi tidak terbatas pada komunikasi personal tetapi juga dalam tataran komunikasi organisasi. Melalui komunikasi yang baik, suatu organisasi dapat berjalan dengan lancar dan berhasil begitu pula sebaliknya.

  Resimen Mahasiswa (selanjutnya disebut Menwa) dalam kampus IAIN Salatiga bernama Resimen Mahasiswa Batalyon 953 Kalimosodo. Dibentuk pada tanggal 27 November 1997 dengan misi untuk mewujudkan kader-kader mahasiswa yang disiplin dan professional, ilmiah, dan berbudi baik serta untuk menyebarkan nilai profesionalisme dan upaya menjadikan kampus yang tertib.

  (Anggaran Dasar Menwa, 2017 Bab 1 dan Bab 2).

  Sebagai perwujudan dari misi tersebut, diadakan beberapa pendidikan. menwa (Camen) yang telah lolos seleksi masuk menwa. Pendidikan kemudian dilanjutkan dengan Pra

  • – Pendidikan Dasar Militer, dilanjutkan dengan Pendidikan Dasar Militer (Diksarmil). Setelah mengikuti Pendidikan Dasar Militer inilah anggota yang semula berstatus calon menwa telah resmi menjadi anggota Menwa.

  Diksarmil selain sebagai gerbang masuk menjadi anggota Menwa, juga dapat berperan sebagai wadah untuk pembentukan karakter serta pelatihan fisik maupun mental bagi pesertanya. Komunikasi yang berlaku dalam Diksarmil tidak terbatas hanya interpersonal antar peserta namun berlaku pula komunikasi kelompok. Seperti contoh terbentuknya kompi-kompi sebagai latihan kecil bagi peserta untuk berorganisasi yang secara otomatis mengharuskan adanya komunikasi dalam lingkup kecil yang disebut komunikasi kelompok.

  Mengingat pentingnya pembentukan karakter bagi mahasiswa, peneliti berpendapat bahwa penting untuk meneliti bagaimana peran komunikasi organisasi dalam pembentukan karakter anggota Resimen Mahasiswa Batalyon

  953 Kalimosodo. Oleh karena itu dalam penelitian ini peneliti mengambil judul “Peran Komunikasi Kelompok dalam Pembentukan Karakter (Studi Kasus

  Anggota Resimen Mahasiswa Mahadipa Batalyon 953 Kalimosodo Institut Agama Islam Negeri Salatiga Peserta Pendidikan Dasar Militer) ”.

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti mengajukan rumusan masalah yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana proses komunikasi kelompok dilakukan anggota Resimen

  Mahasiswa Mahadipa Batalyon 953 Kalimosodo Institut Agama Islam Negeri Salatiga saat mengikuti Diksarmil? 2. Bagaimana komunikasi kelompok berperan dalam pembentukan karakter pada anggota Resimen Mahasiswa Mahadipa Batalyon 953 Kalimosodo saat mengikuti Diksarmil? C.

   Tujuan Penelitian

  Tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab rumusan masalah di atas, yaitu:

  1. Untuk mendeskripsikan bagaimana proses komunikasi kelompok dilakukan anggota Resimen Mahasiswa Mahadipa Batalyon 953 Kalimosodo Institut Agama Islam Negeri Salatiga saat mengikuti Diksarmil.

  2. Untuk menjelaskan mengenai bagaimana komunikasi kelompok berperan dalam pembentukan karakter pada anggota Resimen Mahasiswa Mahadipa Batalyon 953 Kalimosodo saat mengikuti Diksarmil.

D. Manfaat Penelitian

  Dari penelitian ini ada beberapa manfaat yang bisa diambil, adapun beberapa manfaat tersebut antara lain:

  1. Secara teoritis penelitian ini diharapkan berguna dalam pengembangan ilmu pengetahuan terutama yang berkaitan dengan peran komunikasi organisasi dalam pengembangan karakter mahasiswa.

2. Secara praktis antara lain :

  Bagi anggota Resimen Mahasiswa Batalyon 953 Kalimosodo agar lebih aktif lagi dalam mengikuti kegiatan kemenwaan sebagai proses pembentukan karakter.

  b.

  Bagi pengurus Resimen Mahasiswa, hasil dari penelitian ini dapat menjadi acuan dalam mendidik dan membentuk karakter anggotanya, serta dapat dijadikan sebagai acuan dalam mengambil keputusan dengan tujuan terbentuknya karakter anggota yang diharapkan.

  3. Bagi semua orang, bahwa banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh melalui pendidikan kemenwaan dan salah satunya adalah pembentukan karakter.

E. Penegasan Istilah 1.

  Komunikasi Kelompok Komunikasi merupakan sebuah tindakan untuk berbagi informasi, gagasan maupun pendapat dari setiap partisipan komunikasi yang terlibat didalamnya guna mencapai kesamaan makna (Bungin, 2006:261). Sejak lahir manusia sudah bergabung dengan kelompok primer terdekat, yaitu keluarga.

  Kemudian seiring dengan perkembangan usia maka lingkup pergaulan pun bertambah. Mulai dari lingkaran pertemanan sekitar rumah, sekolah hingga tempat ibadah.

  Sebuah kelompok memiliki tujuan-tujuan yang diperjuangkan bersama-sama. Interaksi dalam komunikasi sangat penting dalam membentuk hubungan dan interaksi menentukan tujuan yang ingin dicapai (Morissan, 2013:333). Interaksi dalam komunikasi kelompok merupakan faktor yang makna diantara mereka sehingga dapat melahirkan persamaan pengertian.

2. Karakter dan pembentukan karakter

  Kata karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti to mark artinya cetak biru, format dasar, sidik, seperti dalam sidik jari (Naim, 2012:51).

  Sedangkan menurut Prayitno dan Manulang (2011:47) karakter adalah sifat pribadi yang relatif stabil pada diri individu yang menjadi landasan bagi penampilan perilaku dalam standar nilai dan norma yang tinggi.

  Menurut Fadlillah dan Khorida (2014:45) karakter tersusun dari tiga bagian yang paling yang saling berhubungan, yaitu moral knowing (pengetahuan moral), moral feeling (perasaan moral), dan moral behavior (perilaku moral). Karakter yang baik terdiri dari pengetahuan tentang kebaikan (knowing the good), keinginan terhadap kebaikan (desiring the good), dan berbuat kebaikan (doing the good), karakter seseorang sangat berpengaruh baik bagi kehidupannya sendiri, orang lain serta kemajuan bangsa dan negara.

  Pembentukan karakter adalah proses individu dalam kehidupan sehari- hari untuk mengambil hal positif dengan tujuan membangun karakter yang sesuai dengan norma dan kaidah moral dalam bermasyarakat. Selain itu pembetukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional seperti yang termaktub dalam UU Sisdiknas tahun 2003 dinyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional antara lain mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian, dan akhlak mulia. Pendidikan Dasar Militer

  Pendidikan Dasar Militer merupakan pendidikan yang pertama kali dijalani oleh anggota Resimen Mahasiswa. Anggota yang telah menjalani Pendidikan Dasar Militer inilah yang berhak mendapatkan Nomor Bukti Pendidikan

  • –setara dengan Nomor Induk Anggota– sebagai bukti bahwa seseorang tersebut adalah anggota Resimen Mahasiswa Indonesia.

4. Resimen Mahasiswa

  Menurut Surat Keputusan Bersama Mentri Pertahanan dan Keamanan, Mentri Pendidikan dan Kebudayaan, dan Mentri Dalam Negri nomor : KEP/11/XII/1994, 0342/U/1994 dan Nomor : 149 Tahun 1994 tanggal 28 Desember 1994, tentang Pembinaan dan Penggunaan resimen Mahasiswa dalam Bela Negara, Pengertian Resimen Mahasiswa adalah: a.

  Sebagai wadah, yang merupakan sarana pengembangan diri mahasiswa ke arah perluasan wawasan dan peningkatan keikutsertaan dalam upaya bela negara dan penguatan ketahanan nasional. b.

  Sebagai perorangan, yang merupakan mahasiswa terlatih olah keprajuritan yang telah mengikuti latihan dasar Resimen Mahasiswa Indonesia dan menjadi bagian dari komponen pertahanan negara.

  c.

  Sebagai Satuan, yang merupakan pusat aktifitas anggota Resimen Mahasiswa di Perguruan tinggi, yang anggotanya terdiri dari mahasiswa yang telah mengikuti Pendidikan Dasar Resimen Mahasiswa (SKB Tiga Menteri 1994). dimaksud Resimen Mahasiswa dalam penelitian ini adalah organisasi Resimen Mahasiswa yang anggotanya terdiri dari mahasiswa yang telah mengikuti Pendidikan Dasar Resimen Mahasiswa. Resimen Mahasiswa juga merupakan suatu wadah bagi mahasiswa untuk menggembleng diri baik secara fisik maupun mental sehingga nantinya diharapkan dapat menjadi kader –kader pemimpin yang tanggap, tangguh, cepat beradaptasi dan cekatan.

F. Tinjauan Pustaka 1.

  Abdul Mukti, 2016. Skripsi dengan judul “Akhlak Militer Mahasiswa UIN Walisongo Semarang (Studi Analisis Terhadap Resimen Mahasiswa Batalyon 906 Sapu Jagad UIN Walisongo Semarang)”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran Resimen Mahasiswa 906 Sapu Jagad sebagai salah satu alternative pendidikan karakter saat mulai adanya gejala merosotnya moralitas mahasiswa UIN Walisongo Semarang.

2. Roganda Joni Iskandar Lubis, 2015. Skripsi dengan judul “Peranan Resimen

  Mahasiswa Universitas Lampung Dalam Membina Kesadaran Bela Negara di

  Batalyon 20

  1 Pemukul Tahun 2015”. Fokus penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan resimen mahasiswa dalam membina kesadaran bela negara di Batalyon 201 Pemukul tahun 2015.

  3. Desy Kurnia Sari, 2014. Skripsi dengan judul “Dinamika Aspek Komitmen Pada Jiwa Korsa Resimen Mahasiswa (Studi Kasus di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang)”. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kondisi aspek komitmen pada jiwa korsa Resimen Mahasiswa di UIN Maliki Malang, mempengaruhi aspek komitmen pada jiwa korsa Resimen Mahasiswa di UIN Maliki Malang. Serta untuk menemukan dinamika aspek komitmen pada jiwa korsa Resimen Mahasiswa di UIN Maliki Malang.

  4. Siti Fadilah, 2013. Tesis dengan judul “Persepsi Resimen Mahasiswa (Menwa) Terhadap Wajib Militer Dalam Rangka Pertahanan Negara (Studi pada Resimen Mahasiswa Universitas Gajah Mada dan Universitas Indonesia)”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi Menwa terhadap wajib Militer, faktor-faktor yang mendorong Wajib Militer.

  5. Siti Insaroh, 2016. Skripsi dengan judul “Penumbuhan Karakter Kepemimpinan di UKM Resimen Mahasiswa Unnes”. Penelitian ini berfokus pada bagaimana strategi penumbuhan karakter kepemimpinan di UKM Resimen Mahasiswa Unnes dan bagaimana pengaruh karakter kepemimpinan anggota Menwa Unnes dengan prestasi belajar anggota Menwa Unnes.

G. Kerangka Berfikir

  Berdasarkan Pasal 3 Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) maka pendidikan karakter merupakan salah satu tujuan dari pendidikan nasional. Rakornas Bidang Kemahasiswaan Dirjen DIKTI tahun 2011 menegaskan pula bahwa pembimbingan mahasiswa diprioritaskan pada 3 (tiga) hal. Pertama, pengembangan kemampuan intelektual, keseimbangan emosi, dan penghayatan spiritual mahasiswa. Kedua, masyarakat madani. Dan ketiga, peningkatan kualitas sarana dan prasarana untuk mendukung pengembangan dan aktualisasi diri mahasiswa.

  Resimen Mahasiswa (Menwa) merupakan salah satu organisasi mahasiswa sebagai wadah dan sarana pengembangan diri mahasiswa ke arah perluasan wawasan dan peningkatan keikutsertaan dalam upaya bela negara. Dalam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga pun terdapat organisasi Resimen Mahasiswa yang bernama Resimen Mahasiswa Batalyon 953 Kalimosodo yang dibentuk dengan misi untuk mewujudkan kader-kader mahasiswa yang disiplin dan professional, ilmiah, dan berbudi baik serta untuk menyebarkan nilai profesionalisme dan upaya menjadikan kampus yang tertib.

  Sebagai sebuah organisasi, ada tiga elemen pokok yang harus ada dalam Resimen Mahasiswa, yaitu adanya interaksi, kegiatan yang mengarah pada tujuan dan adanya struktur yang jelas (Susatyo Herlambang, 1982:111). Mahasiswa yang ingin masuk sebagai anggota Resimen Mahasiswa pun harus melalui alur tertentu. Yaitu pendaftaran, seleksi, pra-pendidikan dasar dan kemudian Pendidikan Dasar Militer. Apabila lulus, maka seorang tersebut akan resmi bergabung menjadi anggota Resimen Mahasiswa.

  Materi-materi dalam Pendidikan Dasar Militer (Diksarmil) inilah yang ditawarkan oleh Resimen Mahasiswa sebagai sarana untuk mengembangkan karakter mahasiswa. Saat pelaksanaan Diksarmil peserta dibagi kedalam kelompok-kelompok pendidikan. Tujuannya agar peserta dapat berlatih beroganisasi dan membentuk karakter-karakter yang ada pada diri mereka. komunikasi kelompok dalam Diksarmil berperan dalam pembentukan karakter pada anggota Resimen Mahasiswa Batalyon 953 Kalimosodo Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

H. Sistematika Penulisan

  Dalam penyusunan skripsi ini, penulis membaginya kedalam lima bab, yaitu:

  BAB I: PENDAHULUAN Bagian pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, penegasan istilah, kerangka berpikir, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.

  BAB II: KAJIAN TEORETIS/LANDASAN TEORI Bab ini berisi teori yang sesuai dengan topik yang sedang dibahas. Kajian teori mengarahkan peneliti menemukan kaedah apa saja yang telah ditulis oleh para pakar sebelumnya. Teori tersebut dipakai menjadi dasar analisis terhadap kajian yang sedang ditulis.

  BAB III: METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menjelaskan metode penelitian yang digunakan untuk mendalami data. Dalam bagian ini dijelaskan beberapa hal seperti jenis penelitian dan pendekatannya, lokasi dan waktu penelitian, metode pengumpulan data, dan analisis data.

  BAB IV: PEMBAHASAN Bab ini memuat analisis data penelitian (sesuai dengan rumasan masalah pendekatan dan rumus metode analisis data yang digunakan. BAB V: PENUTUP Bab ini memuat kesimpulan uraian yang telah dipaparkan sebelumnya terutama temuan hasil penelitian untuk kemudian diajukan saran-saran.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka Peneliti telah melakukan penelusuran dan kajian dari berbagai sumber

  yang mempunyai relevansi dengan tema yang peneliti angkat. Berikut adalah hasil dari penelusuran karya tulis ilmiah yang relevan dengan penelitian ini:

  1. Abdul Mukti, 2016. Skripsi dengan judul “Akhlak Militer Mahasiswa UIN Walisongo Semarang (Studi Analisis Terhadap Resimen Mahasiswa Batalyon 906 Sapu Jagad UIN Walisongo Semarang)”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran Resimen Mahasiswa 906 Sapu Jagad sebagai salah satu alternative pendidikan karakter saat mulai adanya gejala merosotnya moralitas mahasiswa UIN Walisongo Semarang.

  2. Roganda Joni Iskandar Lubis, 2015. Skripsi dengan judul “Peranan Resimen Mahasiswa Universitas Lampung Dalam Membina Kesadaran Bela Negara di Batalyon 201 Pemukul Tahun 2015”. Fokus penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan resimen mahasiswa dalam membina kesadaran bela negara di Batalyon 201 Pemukul tahun 2015.

  3. Desy Kurnia Sari, 2014. Skripsi dengan judul “Dinamika Aspek Komitmen Pada Jiwa Korsa Resimen Mahasiswa (Studi Kasus di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang)”. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kondisi aspek komitmen pada jiwa korsa Resimen Mahasiswa di UIN Maliki Malang, memetakan proses aspek komitmen dan menganalisis faktor yang mempengaruhi aspek komitmen pada jiwa korsa Resimen Mahasiswa di UIN Maliki Malang. Serta untuk menemukan dinamika aspek komitmen pada jiwa korsa Resimen Mahasiswa di UIN Maliki Malang.

4. Siti Fadilah, 2013. Tesis dengan judul “Persepsi Resimen Mahasiswa

  (Menwa) Terhadap Wajib Militer Dalam Rangka Pertahanan Negara (Studi pada Resimen Mahasiswa Universitas Gajah Mada dan Universitas Indonesia)”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi Menwa 5.

  Siti Insaroh, 2016. Skripsi dengan judul “Penumbuhan Karakter Kepemimpinan di UKM Resimen Mahasiswa Unnes”. Penelitian ini berfokus pada bagaimana strategi penumbuhan karakter kepemimpinan di UKM Resimen Mahasiswa Unnes dan bagaimana pengaruh karakter kepemimpinan anggota Menwa Unnes dengan prestasi belajar anggota Menwa Unnes.

B. Landasan Teori 1.

  Kelompok dan komunikasi kelompok a.

  Pengertian kelompok Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu dengan yang lain, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut (Mulyana, 2007:82). Kelompok adalah agregat sosial dimana para anggotanya mempunyai ketergantungan satu sama lainnya, dan setidak-tidaknya memiliki potensi untuk melakukan interaksi antara satu dengan yang lainnya (Adriyanto, 1985:107).

  Kelompok menurut Slamet (2003) adalah dua atau lebih orang yang berhimpun atas dasar adanya kesamaan, berinteraksi melalui pola/struktur tertentu guna mencapai tujuan bersama, dalam kurun waktu yang relative panjang. Kelompok merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan kita, karena melalui kelompok kita dapat memperoleh berbagai informasi, pengalaman, dan pengetahuan kita dengan anggota kelompok lainnya (Bungin, 2006:261).

  Rodman (Sendjaja, 2002:3-5) yaitu: 1)

  Interaksi. Adanya interaksi antar anggota kelompok merupakan hal yang penting karena inilah yang menjadi pembeda antara kelompok dengan coact. Coact adalah sekumpulan orang yang secara serentak melakukan aktifitas yang sama namun tidak melakukan komunikasi satu sama lain. 2)

  Waktu. Kelompok mensyaratkan interaksi dalam jangka waktu yang panjang, karena dengan interaksi ini kelompok akan memiliki ciri khusus atau karakteristik yang tidak dipunyai kelompok yang bersifat sementara.

  3) Ukuran. Tidak ada ukuran yang pasti mengenai jumlah anggota atau partisipan dalam sebuah kelompok.

  4) Tujuan. Keanggotaan suatu kelompok akan membantu dalam tercapainya tujuan dari individu atau kelompok tersebut.

  Karakteristik atau ciri suatu kelompok menurut Shaw (1979: 6-10) ada 6, yaitu: 1)

  Persepsi dan kognisi anggota kelompok 2)

  Motivasi dan kebutuhan kepuasan (need satisfaction) 3)

  Tujuan kelompok (Group Goals) 4)

  Organisasi Kelompok 5)

  Ada ketergantungan antara anggota kelompok Interaksi

  Soeryono Soekanto (2002:118) menjelaskan bahwa kelompok secara umum terdiri dari beberapa rumpun. Pertama adalah kelompok teratur, yaitu kelompok yang dapat dijelaskan strukturnya, normanya maupun perannya. Kedua yaitu kelompok yang tidak teratur, seperti kerumunan. Ketiga, masyarakat perkotaan dan pedesaan. Keempat, kelompok kecil.

  b.

  Pengertian komunikasi kelompok Komunikasi kelompok adalah proses interaksi antara orang-orang yang berada dalam suatu lingkaran kecil. Sedangkan menurut Michael

  Burgon dan Michael Ruffner, komunikasi kelompok adalah interaksi tatap muka dari tiga individu atau lebih guna memperoleh maksud dan tujuan yang dikehendaki seperti berbagai informasi, pemeliharaan diri atau pemecahan masalah sehingga semua anggota dapat menumbuhkan karakteristik pribadi anggota lainnya (Sendjaja, 2004:3).

  Komunikasi kelompok juga melibatkan komunikasi antar pribadi (Cangara, 2008:252). Dalam suatu kelompok, pengalaman anggota yang berafiliasi dengan kelompok lainnya mempengaruhi apa yang akan dilakukannya di kelompok tersebut. Peran setiap anggota juga akan berubah ketika anggota kelompok tersebut berubah. Perubahan tersebut seperti contoh pergantian anggota lama dengan masuknya anggota baru.

  c.

  Karakteristik komunikasi kelompok hal, yaitu norma dan peran (Bungin, 2006:273). Norma yaitu ketentuan mengenai bagaimana orang-orang dalam suatu kelompok berhubungan dan berperilaku satu dengan yang lainnya. Ada tiga kategori norma dalam kelompok, yaitu norma sosial, prosedural dan tugas. Norma social mengatur hubungan antar anggota kelompok. Sedangkan norma prosedural menguraikan secara rinci bagaimana suatu kelompok mengambil keputusan, harus beroperasi, dan pada akhirnya pada kesepakatan kelompok. Norma tugas mengatur bagaimana pekerjaan harus dilakukan (Sendjaja 2002: 3-6).

  Peran yaitu pelaksanaan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya. Peran dibagi menjadi tiga, yaitu peran aktif, peran partisipatif dan peran pasif. Peran aktif adalah peran yang diberikan oleh anggota kelompok karena kedudukannya sebagai aktivis kelompok tersebut, seperti pengurus atau pejabat. Peran partisipasif adalah peran yang diberikan oleh anggota kelompok secara umum kepada kelompok tersebut. Sedangkan peran pasif adalah peran yang diberikan anggota kelompok dengan cara menahan diri agar fungsi-fungsi lain dalam kelompok dapat berjalan dengan baik.

  Beberapa karakteristik komunikasi kelompok menurut Roudhonah (2007:125) yaitu: 1)

  Komunikasi kelompok bersifat formal, dalam arti pelaksanaannya direncanakan terlebih dahulu sesuai dengan komponen-komponennya.

  Komunikasi kelompok terorganisir, yaitu tiap orang yang tergabung dalam kelompok mempunyai peran dan tanggung jawab masing- masing.

3) Komunikasi kelompok mempunyai aturan main yang mengikat.

  4) Komunikator dalam kelompok harus dapat menggunakan istilah yang akan memudahkan untuk mengorganisir pengamatan dan memilih proses-proses sederhana yang mudah dimengerti.

  d.

  Fungsi komunikasi kelompok Semua fungsi yang dilaksanakan dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat, kelompok dan anggota kelompok itu sendiri. Fungsi tersebut mencakup hal-hal sebagaimana dijelaskan Burhan Bungin (2006:273-274) berikut: 1)

  Fungsi hubungan sosial. Adalah bagaimana suatu kelompok mampu memelihara dan memantapkan hubungan diantara para anggotanya.

  2) Fungsi pendidikan. Yaitu bagaimana sebuah kelompok bekerja secara formal maupun informal untuk memperoleh mempertukar pengetahuan.

  Fungsi pendidikan ini akan sangat efektif jika setiap anggota membawa pengetahuan yang berguna bagi kelompoknya.

  3) Fungsi persuasi. Yaitu upaya mempersuasi anggota kelompok pada anggota lainnya untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.

  Seseorang yang melakukan persuasi mempunyai resiko untuk tidak diterima oleh anggota kelompok lainnya.

  4) Fungsi pemecahan masalah (problem solving). Kegiatan-kegiatan masalah dan membuat keputusan.

  5) Fungsi terapi. Kelompok terapi mempunyai perbedaan dengan kelompok lainnya. Objek dari kelompok terapi adalah membantu setiap individu mencapai perubahan personalnya. Setiap anggota dianjurkan untuk berbicara secara terbuka tentang permasalahannya. Jika muncul konflik dalam diskusi, pemimpin atau orang yang memberi terapi yang akan mengaturnya.

  e.

  Strukturisasi komunikasi kelompok Menurut Poole, pengambilan keputusan kelompok adalah proses dimana anggota kelompok berupaya untuk mencapai persetujuan atas suatu keputusan akhir, dan untuk mencapai hal itu mereka harus membangun struktur sistem sosial (Morissan, 2013:364). Proses untuk mencapai persetujuan tersebut akan menghasilkan aturan-aturan baru tertentu di masa depan. Proses strukturisasi ini terjadi dalam tiga wilayah, yaitu sebagai berikut:

  1) Interpretasi. Setiap anggota kelompok harus mempunyai interpretasi yang sama terhadap suatu hal yang sedang didiskusikan.

  2) Moral. Yaitu dengan menggunakan cara-cara yang dapat diterima dalam kelompok tersebut sesuai norma-norma yang berlaku.

  3) Kekuasaan. Apa yang berkuasa di dalam kelompok ditentukan oleh sejarah interaksi dalam kelompok. Seperti kemampuan kepemimpinan atau status.

  Tugas kelompok

1) Teori fungsional komunikasi kelompok.

  Teori ini memandang proses sebagai instrument yang digunakan oleh kelompok untuk mengambil keputusan (Morissan, 2013:373). Dengan menekankan antara kualitas komunikasi dan kualitas keluaran (output) kelompok. Komunikasi adalah cara anggota kelompok menjelajahi dan mengenal kesalahan dalam pemikirannya, dan komunikasi adalah alat untuk menyampaikan informasi dan persuasi.

  Pendekatan fungsional telah sangat berpengaruh dengan pengajaran pragmatik dalam kelompok diskusi kecil, hal ini berdasarkan dari penelitian oleh filsuf John Dewey yang dipublikasikan pada tahun 1910 (John dan Foss, 2014:344). Dewey menjelaskan proses pemecahan masalah memiliki enam langkah. Dimulai dari mengungkapkan kesulitan, menjelaskan permasalahan, menganalisis masalah, menyarankan solusi, membandingkan alternatif dan menguji dengan tujuan dan kriteria yang berlawanan, serta mengamalkan solusi yang terbaik.

  Secara normal kelompok mulai dengan mengidentifikasi dan menilai sebuah masalah. Selanjutnya, kelompok berkumpul dan mengevaluasi informasi tentang masalah berikutnya kelompok menghasilkan sebuah keragaman usulan alternatif untuk menangani masalah dan tujuan yang diharapkan dapat tercapai semua usulan dalam serangkaian tindakan.

  2) Teori pemikiran kelompok

  Pemikiran kelompok adalah sebuah hasil langsung terhadap kepaduan kelompok. Kepaduan adalah tingkatan minat ganda diantara anggota kelompok. Kepaduan adalah sebuah hasil dari tingkatan bahwa semua anggota merasa tujuan mereka dapat tercapai semakin kelompok padu tekanan akan lebih mendesak anggota untuk menjaga kepaduan tersebut (John dan Foss, 2014:346).

  Irving Janis (dalam Morissan, 2013:378) menemukan dalam risetnya bahwa pemikiran kelompok memiliki enam kelemahan sebagai berikut:

  a) Kelompok hanya mempertimbangkan beberapa alternatif tanpa ada upaya untuk menjelajahi kemungkinan alternatif yang tersedia.

  b) Gagasan yang disukai di awal tidak dipelajari kembali untuk mencari kemungkinan hambatan yang tersembunyi. c) Kelompok gagal meneliti kembali alternatif-alternatif yang pada awalnya tidak disukai. Pandangan minoritas cepat diabaikan oleh mayoritas anggota.

d) Kelompok tidak berupaya mencari pendapat seseorang yang ahli.

  Hal ini karena kelompok sudah merasa puas dengan dirinya bahkan merasa terancam apabila ada orang luar yang masuk.

  e) Kelompok cenderung berkonsentrasi hanya pada informasi yang

  f) Kelompok tidak melihat kemungkinan mereka akan gagal sehingga merasa tidak perlu memiliki rencana cadangan atau rencana darurat.

  Orang-orang menggunakan komunikasi untuk berbagai cara menyelesaikan masalah, dan komunikasi kelompok tidak hanya menjadi alat untuk menyelesaikan tugas-tugas tapi juga menjadi media untuk membangun hubungan. Berbagai teori dari komunikasi kelompok membentuk sebuah tradisi yang unik. Benang merah dan pengaruhnya sangatlah jelas yang mengikat pekerjaan dalam kelompok itu (John dan Foss, 2014:350-353). Sebagaimana berikut ini:

  a) Kelompok-kelompok tidak dapat dipisahkan dari konteks tempat mereka bekerja. Secara tradisional, kelompok adalah sebuah tatanan untuk hidup dengan interaksi antarmuka. Pemahaman ini berubah ketika internet membuat kelompok-kelompok bekerja dan terbentuk secara bersama-sama tanpa berada dilingkup yang sama dan tanpa interaksi langsung yang berkesinambungan. b) Kerja kelompok yang efektif dapat menyelesaikan tugas-tugas dan membangun hubungan antarpribadi. Efektivitas kelompok tergantung pada keseimbangan antara energi tugas yang diarahkan pada penyelesaian masalah dan energi antarpribadi yang diarahkan pada penanganan kelompok. Perhatian yang kurang pada keduanya dapat menyebabkan ketidak puasan dan pengambilan keputusan yang buruk.

  Proses dan struktur mempunyai ikatan yang erat. Praktik-praktik dari kelompok menciptakan struktur yang mempengaruhi praktik di masa yang akan datang dengan kata lain tindakan-tindakan memiliki konsekuensi untuk tindakan selanjutnya.

  d) Kerja kelompok efektif memerlukan perhatian lebih pada kualitas komunikasi pemikiran kreatif dan pemikiran kritis. Konsisten dengan pengalaman sehari-hari dalam masyarakat dapat menjadi cara untuk menjaga kelompok dari berbagai bahaya.

2. Karakter dan Pembentukan Karakter a.

  Pengertian karakter Setiap manusia adalah pemimpin dan memiliki karakter kepemimpinan. Akan tetapi dibutuhkan proses untuk menjadi pemimpin yang berkarakter. Maka setiap proses yang dialami dalam kehidupan seseorang akan berpengaruh besar terhadap karakter yang terbentuk dari masing-masing individu. Menurut Lickona (2012:8) Muatan karakter yang baik adalah kebajikan. Kebajikan yang dimaksud seperti: kejujuran, keadilan, keberanian, belas kasih adalah watak untuk berkelakuan yang baik secara moral.

  Kata karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti to mark artinya cetak biru, format dasar, sidik, seperti dalam sidik jari (Naim, 2012:51).

  Sedangkan menurut Prayitno dan Manulang (2011:47) karakter adalah sifat pribadi yang relatif stabil pada diri individu yang menjadi tinggi. Menurut Fadlillah dan Khorida (2014:45) karakter tersusun dari tiga bagian yang paling yang saling berhubungan, yaitu moral knowing (pengetahuan moral), moral feeling (perasaan moral), dan moral behavior (perilaku moral). Karakter yang baik terdiri dari pengetahuan tentang kebaikan (knowing the good), keinginan terhadap kebaikan (desiring the good), dan berbuat kebaikan (doing the good), karakter seseorang sangat berpengaruh baik bagi kehidupanya sendiri, orang lain serta kemajuan bangsa dan negara.

  Dalam UU Sisdiknas tahun 2003 dinyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional antara lain mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian, dan akhlak mulia (Zukhdi, 2011:29).

  b.

  Teori-Teori Pembentukan Karakter Pembentukan karakter adalah proses individu dalam kehidupan sehari-hari untuk mengambil hal positif dengan tujuan membangun karakter yang sesuai dengan norma, dan kaidah moral dalam bermasyarakat. Selain itu pembetukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional. Menurut Aqib (2015:164) membangun karakter dapat dilakukan dengan pembisaaan dan keteladanan. Hal itu yang akan sangat mempengaruhi nilai-nilai karakter yang terbentuk pada setiap individu. Setiap karakter yang terdapat dalam diri manusia adalah berupa nilai-nilai pembangun atau pembentuk karakter. nilai luhur universal (Anas Salahudin dan Irwanto Alkrienciehie, 2013:54), yakni: 1)

  Cinta Tuhan dan ciptaan-Nya 2)

  Kemandirian dan tanggung jawab 3)

  Kejujuran/amanah dan diplomatis 4)

  Hormat dan santun 5)

  Dermawan, suka menolong, gotong-royong, dan kerja sama 6)

  Percaya diri dan kerja keras 7)

  Kepemimpinan dan keadilan 8)

  Baik dan rendah hati 9)

  Toleransi, kedamaian, dan kesatuan Sedangkan nilai-nilai pembangun karakter menurut Naim

  (2012:123-212) adalah sebagai berikut:

Dokumen yang terkait

Peran Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Pramuka Dalam Membangun Harmoni Ditengah Kemajemukan (Studi Kasus Pembentukan Karakter Kepemimpinan Pada Unit Kegiatan Pramuka IAIN Metro) Muhammad Ali Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro E-mail: muhammadghonigmail

0 2 32

Studi Tentang Tingkat Kesegaran Jasmani Resimen Mahasiswa Batalyon 102 Mahabhakti di Universitas Negeri Padang - Universitas Negeri Padang Repository

0 1 68

Manajemen Peserta Didik Bernuansa Pendidikan Karakter - Universitas Negeri Padang Repository

0 0 78

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Anak Berkebutuhan Khusus Tunagrahita Ringan di SMPLB Negeri Salatiga Tahun Ajaran 2015/2016 - Test Repository

0 0 113

Persepsi Mahasiswa Dalam Mengimplementasikan Tri Dharma Perguruan Tinggi Di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga Tahun 2015/2016 - Test Repository

0 0 112

Penanaman Nilai-Nilai Pendidikan Islam oleh Orang Tua pada Siswa Tunagrahita SMPLB Negeri Salatiga - Test Repository

0 1 153

Pendidikan Agama Islam Berwawasan Multikultural di SMK N 3 Salatiga Tahun 2016 - Test Repository

0 0 130

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi Anak Autis di Sekolah Dasar Luar Biasa Talenta Kids Salatiga Tahun Pelajaran 2015/2016. - Test Repository

0 0 129

Implementasi Pendidikan Karakter Siswa Dalam Perspektif Islam di SMP Negeri 2 Banyubiru Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2017. - Test Repository

0 1 150

Strategi Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam Pembentukan Karakter Anak Tunagrahita di Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB) Wantuwirawan Salatiga 2016/2017 - Test Repository

0 1 129